PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Bila masalah perwakilan dan komunikasi dengan baik. Maka proses pengambilan
keputusan dalam organisasi akan berjalan dengan baik. Karena organisasi adalah mesin pembuat
keputusan, maka itu anggota dari organisasi adalah alat pembuat mesin tersebut.
Tantangan tersebut dapat ditelusuri kembali pada sejumlah konsep dasar yang
dikembangkan dalam ilmu ekonomi, dimana konsepnya adalah biaya oportunity. Semakin baik
mekanisme terbentuknya proses pengambilan keputusan, yang baik. Maka akan semakin efektif
dan berkualitas nilai keputusannya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah:
5. Apa yang dimaksud dengan Kehendak Bebas yang Telah Ditetapkan (Deterministic Free
Will) ?
6. Apa yang dimaksud dengan Pengambilan Keputusan Atas Ide Yang Kontradiktif (a
contradictory idea) ?
7. Apa saja Kondisi atau Indikator Pengambilan Keputusan Dinilai Baik ?
1.3. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah:
5. Untuk menjelaskan Kehendak Bebas yang Telah Ditetapkan (Deterministic Free Will).
PEMBAHASAN
2.1. PENGAMBILAN KEPUTUSAN: BAGIAN DARI TIGA KAJIAN UTAMA DALAM
TEORI DAN PERILAKU ORGANISASI
Terdapat tiga masalah atau kajian induk yang perlu menjadi perhatian mendalam dari setiap
pengambil keputusan/manajer, yaitu: masalah tentang perwakilan (problem of trusteeship),
masalah komunikasi (problem of communication) dan masalah pengambilan keputusan (problem
of decision-making). Ketiga pokok kajian masalah dalam lingkup organisasi ini akan selalu
berputar pada poros pencapaian visi dan misi organisasi dan ketiganya memiliki hubungan saling
terkait.
Upaya untuk meminimalkan masalah perwakilan adalah dengan membentuk sistem dan
mekanisme komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik terbangun melalui penerapan sebuah
sistem informasi yang canggih. Bangun sistem informasi dan komunikasi yang canggih hanya
dapat muncul bila desi struktur dan budaya organisasi terbentuk dengan baik pula. Bila arus
komunikasi berjalan dengan mulus dalam bangun struktur organisasi yang terancang dengan baik,
maka sistem tersebut akan mengalirlancarkan informasi ke dalam dan ke luar organisasi (a concept
of transparency). Kondisi yang demikian akan meminimalkan peluang munculnya masalah
perwakilan dan peluang mewujudkan sistem perwakilan yang ideal akan besar.
Bila masalah perwakilan dan komunikasi dapat ditangani dengan baik, maka proses
pengambilan keputusan dalam organisasi akan berlangsung dengan baik. Sebagaimana organisasi
dikenal sebagai sebuah mesin pembuat keputusan maka seluruh anggota organisasi adalah
merupakan “bagian dari mesin” yang selalu dan hanya selalu, membuat keputusan setiap saat.
Tantangan-tantangan tersebut dapat ditelusuri kembali pada sejumlah konsep dasar yang
dikembangkan dalam ilmu ekonomi, dimana salah satu konsepnya adalah opportunity cost.
Semakin baik mekanisme atau sistem pendukung terbentuknya proses pengambilan keputusan
yang baik. Seluruh organisasi dunia yang bertahan hidup pada era perubahan lingkungan yang
pesat memiliki kekuatan, keunggulan dan kualitas pada proses, mekanisme atau sistem
pengambilan keputusannya, baik secara individual maupun tim/organisasi.
1. Terdapatnya struktur dan budaya organisasi yang baik dan efektif, sehingga tercipta
lingkungan kerja yang meningkatkan produktivitas.
2. Desain struktur yang tepat dengan didukung oleh gaya kepemimpinan yang handal
menghasilkan sistem informasi dan alur komunikasi (information and communication flow
system) yang baik dan efektif.
3. Struktur dan budaya organisasi yang baik, sistem alur komunikasi dan informasi yang
berkualitas memudahkan manajer dalam melakukan proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan dapat dikatakan sebagai kajian yang memerlukan perhatian ekstra
dari manajer. Dimana kajian utama tersebut dapat dikatakan sebagai “jantungnya organisasi (the
heart of organization), yang memompa seluruh proses intelektual dan mental anggota organisasi
ke arah tindakan pemanfaatan sumber daya secara optimal guna mencapai tujuan organisasi.
Semenjak kajian ekonomi dan bisnis selalu berbicara tentang metode peralihan tujuan, cara-cara
alokasi sumber daya secara efektif dan efisien guna meraih tujuan, maka pengambilan keputusan
akan selalu dihadapkan pada peristiwa tentang bagaimana mendapatkan dan menginvestasikan
sumber daya langka.
Pengambilan Keputusan bukan sebuah kajian sepele yang dapat diabaikan begitu saja. Bila
kita asumsikan bahwa dua kajian utama, perwakilan dan komunikasi, sudah berjalan dengan baik,
maka tetap saja perhatian besar harus diberikan pada bagaimana menghasilkan proses pengambilan
keputusan yang berkualitas dalam sebuah organisasi. Dan jika kita hendak mendiskusikan hal
keputusan yang berkualitas, maka tentu kita harus menetapkan definisi yang jelas tentang apa yang
dimaksud dengan keputusan yang berkualitas atau keputusan yang baik.
Lingkungan
Eksternal Organisasi
Lingkungan Internal
Organisasi
Proses Pencapaian
Tujuan
Peristiwa-peristiwa
di Lingkungan
Eksternal
2.2. KEPUTUSAN YANG BAIK: BAGAIMANA DIDEFINISIKAN?
Proses pengambilan keputusan bagaimanapun juga terletak dari seberapa besar kontribusi
keputusan yang diambil dalam meningkatkan nilai bagi organisasi. Kualitas sebuah keputusan
terletak pada seberapa “akurat” hasil (peristiwa) yang diramalkan atau dharapkan terwujud.
Artinya keputusan terbaik merupakan keputusan yang mempersempit jenjang peristiwa yang
diharapkan dengan peristiwa yang terjadi. Semakin kecil jenjang antara hasil yang diharapkan
dengan kenyataan, maka semakin berkualitas sebuah keputusan. Semakin lebar jenjang tersebut
semakin buruk proses pengambilan keputusan yang dilakukan.
Masalah yang menimpa kita dapat merupakan hasil dari buruknya kita dalam melakukan
proses pengambilan keputusan. Apa yang kita nilai baik, sesungguhnya dapat memiliki
konsekuensi yang buruk dan demikian pula sebaliknya. Ketidakpastian masa depan menghasilkan
hambatan bagi kita dalam menyesuaikan antara peristiwa yang diperkirakan dengan peristiwa yang
akan terjadi. Pandangan tersebut dibentuktabelkan sebagai berikut:
Peluang Kenyataan
Baik Buruk
Baik I III
Harapan
Perkiraan Buruk II IV
k
Keterbatasan kemampuan kita dalam melihat dan “meramal” peristiwa masa depan
menjadikan kita harus cukup puas untuk berharap dan memperkirakan bahwa sebuah peristiwa
baik-buruk dapat memiliki empat peristiwa yang kemungkinan akan terjadi, atau menjadi
kenyataan. Kondisi ideal tentunya adalah terletak pada kotak I dan II. Sesuatu yang baik menurut
kita dan kita putuskan baik, tentunya kita harapkan akan terjadi baik pula. Dalam kondisi tersebut
terjadi kesesuaian harapan dengan kenyataan. Sesuatu yang buruk, namun telah kita putuskan
untuk dipilih, kita harapkan akan memiliki peluang yang baik. Kondisi ini merupakan “harapan”
tertinggi dari pengambilan keputusan.
Masalah terjadi bila dalam melakukan proses pengambilan keputusan, kita menentukan
pilihan atas sesuatu yang sesungguhnya berpeluang menghasilkan kondisi III dan IV. Sesuatu yang
diperkirakan bernilai baik dan kita harapkan terwujud dengan baik, ternyata pada kenyataannya
bernilai buruk.
Sedang kondisi terburuk adalah terletak di kotak IV. Empat kondisi tersebut memberikan
pertanyaan bagaimana kita membuat keputusan yang baik.
Semenjak jumlah terbesar manusia “pada umumnya” memiliki banyak keterbatasan maka
tentu kita tidak dapat mengetahui dengan pasti peristiwa apa dang bagaimana yang akan terjadi
kelak dari sebuah peristiwa yang kita perkirakan atau harapkan terjadi. Peristiwa yang akan terjadi
memiliki kondisi yang salin bertentangan: berhasil-tidak berhasil, baik-buruk, atau sesuai-tidak
sesuai. Bila seseorang berpandangan bahwa untuk setiap sudah ada kenyataannya, dimana
kenyataan dari peristiwa dapat “dilihat”, maka orang tersebut memakai cara pandang tesis
deteministik (segala sesuatu ditetapkan/ ditakdirkan). Cara pandang ini hanya berlaku
“untuk sejumlah manusia khusus”, dimana jumlah mereka tidak banyak. Bagi kita
kebanyakan tesis kehendak bebas yang telah ditetapkan (deterministic free will) Nampaknya
merupakan cara pandang yang lebih tepat. Semenjak cara pandang tersebut melihat
peristiwa-peristiwa masa depan sebagai hasil dari peristiwa-peristiwa masa kini.
Berdasarkan pandangan kedua tersebut, pengambilan keputusan merupakan masalah tentang
“perhitungan” tingkat peluang terjadinya sebuah peristiwa yang diharapkan. Kerumitan
lingkungan dan ketidakpastian masa depan adalah faktor utama penyebab munculnya padangan
tingkat peluang ini. Kehendak bebas menegaskan bahwa hasil atau kenyataan dari sebuah
peristiwa yang diharapkan tidak dapat diketahui baik-buruknya, namun dapat dirubah,
atau diperkirakan baik-buruknya. Teknik perkiraan ini telah kita kenal semua dengan baik
melalui teori tentang peluang.
Adapun implikasi dari tabel tersebut sebelumnya adalah; manusia harus memiliki
kemampuan mendalam tentang proses pengambilan keputusan dan bagaimana
melaksanakan keputusan yang baik. Keputusan haruslah didasarkan atas pemahaman yang
mendalam dan menyeluruh terhadap masalah. Selain itu, tabel tersebut juga memberikan
isyarat bahwa tindakan yang kita lakukan, proses untuk meuwujudkan peristiwa yang kita
perkirakan merupakan syarat utama bagi terwujudnya peristiwa yang menguntungkan
(kondisi I dan II). Artinya manusia masih memiliki “sekeping” campur tangan dalam pencapaian
tujuan yang diinginkan. Walau tentunya, apa yang terwujud atau menjadi kenyataan tidak akan
memiliki nilai “seratus persen” sama dengan yang diharapkan. Dalam hal ini paling tidak
pengambil keputusan memiliki tingkat preferensi tertentu terhadap risiko, dimana pengambil
keputusan berani menerima konsekuensi yang sebenarnya dari suatu peristiwa.
Sejauh ini kita masih belum dapat menemukan definisi yang tepat atas good decision-
making. Penentuan kriteria apa yang dapat dipakai untuk menilai kebaikan suatu pengambilan
keputusan bukan hal yang mudah. Bila tabel tersebut digunakan untuk menemukan definisi yang
tepat, maka kita dapatkan pengambilan keputusan sebagai kasus penilaian berdasarkan peristiwa
yang akan terjadi. Dan jika penilaian atas pengambilan keputusan didasarkan semata atas peristiwa
yang telah terjadi, maka kita akan menemukan sebuah definisi dari pengambilan keputusan atas
ide yang kontradiktif (a contradictory idea).
Dengan demikian sulit bagi kita untuk mengatakan: “keputusan ini merupakan keputusan
yang terbaik yang kita miliki (karena apa yang kita perkirakan sudah terjadi (?))”. Oleh kesalahan
penilaian keputusan yang baik ini, maka dimunculkan pandangan kedua.
Sebuah pengambilan keputusan yang baik dinilai dari sudut pandang prosesnya. Artinya,
penetuan pengambilan keputusan yang baik, efektif dan berkualitas, merupakan suatu penetapan
definisi berdasarkan atas proses pengambilan keputusan (a correspondence to process idea). Nilai
baiknya suatu pengambilan keputusan terletak pada proses pengambilan keputusan yang
menghasilkan pemilihan alternatif solusi terbaik. Dimana pemilihan alternative solusi atau
tindakan terbaik sudah mengisyaratkan penetapan sejumlah konsekuensi yang akan menghasilkan
manfaat dan meminimalkan risiko.
Pengambilan keputusan dengan demikian dapat dinilai baik bila proses pengambilan
keputusan sudah mengisyaratkan terdapatnya beberapa kondisi atau indicator berikut:
Sifat dari pengambilan keputusan yang pertama adalah rutinitas, berulang dan pada
umumnya tidak memiliki karakteristik tertentu. Sebagai contoh penyelesaian masalah konflik
kepentingan antara kepentingan pimpinan, pegawai, atau organisasi dan pihak luar (a problem of
trusteeship). Biasanya untuk hal demikian telah tersedia sejumlah langkah sistematis berdasarkan
teori, konsep, atau model tertentu, dalam bentuk prosedur operasional standar (standard
operational procedure, SOP), atau petunjuk pelaksanaan (juklak). Sifat dari pengambilan
keputusan yang kedua memiliki kecenderungan tidak terdapat rutinitas, keberulangan dan
seringnya memiliki sejumlah karakteristik yang unik. Contoh keputusan untuk menjual dan
membeli saham yang dilakukan pialang setiap sesi jual beli saham per hari di bursa efek. Dalam
contoh tersebut, bagaimana keputusan yang diambil dinilai sebagai pengambilan keputusan yang
baik, tentu memerlukan definisi yang berbeda.
Pengambilan keputusan yang kedua diikat oleh tekanan waktu (time constraint), sedang
yang pertama waktu diasumsikan bukan merupakan keterbatasan, waktu dianggap memiliki “sifat
yang longgar” sehingga pengambilan keputusan tidak ditekan oleh variable tersebut. Lalu
bagaimana dalam hal tersebut pengambilan keputusan dapat dinilai baik?
Sebagaimana pandangan pertama yang mengaitkan pengambilan keputusan yang baik atas
prosesnya, maka demikian pula dengan penilaian pengambilan keputusan yang dibatasi oleh
waktu. Proses masih merupakan indicator penilaian utama. Hanya saja, terdapat beberapa langkah
proses menuju kearah akhir yang memiliki perbedaan. Adapun langkah-langkah tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Terdapat tiga masalah atau kajian induk yang perlu menjadi perhatian mendalam dari setiap
pengambil keputusan/manajer, yaitu: masalah tentang perwakilan (problem of trusteeship),
masalah komunikasi (problem of communication) dan masalah pengambilan keputusan (problem
of decision-making).
1. Terdapatnya struktur dan budaya organisasi yang baik dan efektif, sehingga tercipta
lingkungan kerja yang meningkatkan produktivitas.
2. Desain struktur yang tepat dengan didukung oleh gaya kepemimpinan yang handal
menghasilkan sistem informasi dan alur komunikasi (information and communication flow
system) yang baik dan efektif.
3. Struktur dan budaya organisasi yang baik, sistem alur komunikasi dan informasi yang
berkualitas memudahkan manajer dalam melakukan proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan dapat dikatakan sebagai kajian yang memerlukan perhatian ekstra
dari manajer. Dimana kajian utama tersebut dapat dikatakan sebagai “jantungnya organisasi (the
heart of organization), yang memompa seluruh proses intelektual dan mental anggota organisasi
ke arah tindakan pemanfaatan sumber daya secara optimal guna mencapai tujuan organisasi.
3.2. SARAN
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Rizky. (2003). “Pengambilan Keputusan: Landasan Filosofis, Konsep dan Aplikasi”.
Alfabeta.