KEPUASAN KERJA
(TUGAS KELOMPOK 03SMJEC 625)
DisusunOleh:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kami selaku penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang KEPUASAN KERJA ,laporan ini disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia 1.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Yth:
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
mata kuliah ini guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk
lebih baik di masa depan yang akan datang,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH ..................................................... 1
B. TUJUAN .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
C. KESIMPULAN .................................................................................... 23
D. SARAN ............................................................................................... 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting, karena
terbukti besar menfaatnya baik bagi kepentingan individu, industri dan
masyarakat. Bagi individu, penelitian tentang sebab-sebab dan sumber-sumber
kepuasan kerja memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan
hidup mereka. Bagi industry, penelitian mengenai kepuasan kerja dilakukan
dalam rangka usaha peningkatan produksi dan pengurangan biaya melalui
perbaikan sikap dan tingkah laku karyawannya. Selanjutnya masyarakat tentu
akan menikmasti hasil kapasitas maksimum dari industry serta naiknya nilai
manusia di dalam konteks pekerjaan.
B. TUJUAN PENULISAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
membosankan atau menuntut. Aspek perilaku pekerjaan adalah kecenderungan
perilaku pekerja atas pekerjaannya yang ditunjukkan lewat pekerjaan yang
dilakukan, terus bertahan di posisinya, atau bekerja secara teratur dan disiplin.
3
2.2 PENDEKATAN TEORITIS DARI KEPUASAN KERJA
Porsi substansi dari penelitian yang dilakukan pada kepuasan kerja selama
bertahun-tahun telah dikhususkan untuk menjelaskan apa sebenarnya yang
menentukan tingkat kepuasan kerja karyawan. Memahami perkembangan dari
kepuasan kerja adalah teori penting pada psikologi organisasi. Juga kepentingan
praktis organisasi karena mereka berusaha untuk mempengaruhi tingkat kepuasan
kerja karyawan dan akhirnya, hasil penting lainnya. Terdapat 3 pendekatan umum
utk menjelaskan perkembangan kepuasan kerja:
3) Pendekatan Disposisional.
4
melaluipengolahan informasi dari lingkungan social, teori ini didasari pada
Festingers, 1954 dengan Social Comparison Theory, yang menyatakan bahwa
bahwa orang sering melihat ke orang lain untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan.
Pendekatan yang paling baru untuk kepuasan kerja didasari pada disposisi
internal. Premis dasar dari pendekatan dispositional terhadap kepuasan kerja
adalah bahwa beberapa karyawan mempunyai kecenderungan menjadi puas atau
tidak denganpekerjaannya, terlepas dari sifat pekerjaan atau organisasi dimana
mereka bekerja. Penelitian dari pendekatan ini diantaranya yang dilakukan oleh
Weitz, 1952 tentang kecenderungan afektif individu berinteraksi dengan kepuasan
kerja yang berdampak omset. Staw and Ross, 1985 menyelidiki
kestabilankepuasan kerja diantara sampel pekerja pria, penelitian ini mendapatkan
bahwa ada korelasi antara kepuasan kerja pada suatu waktu, dan kepuasan kerja 7
tahun kemudian.
5
(3) Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja,
kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain itu juga penghargaan terhadap
kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, ketepatan dalam menyelesaikan
konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik yang menyangkut pribadi
maupun tugas. (Asad, 2004: 114).
(1) Kesempatan untuk maju, dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk
memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja;
(2) Keamanan kerja. Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja,
baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat
mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja;
(4) Perusahaan dan manajemen. Perusahaan dan manajemen yang baik adalah
yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang
menentukan kepuasan kerja karyawan;
(6) Faktor intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan
ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan
meningkatkan atau mengurangi kepuasan;
(7) Kondisi kerja, termasuk di sini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran,
kantin dan tempat parkir;
6
(8) Aspek sosial dalam pekerjaan, merupakan salah satu sikap yang sulit
digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak
puas dalam kerja;
(10) Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan
merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan
rasa puas.
c. Jenis kelamin
7
(3) Faktor luar (external), yang berhubungan dengan :
b. Rekreasi
(2) Golongan
Seseorang yang memiliki golongan yang lebih tinggi umumnya memiliki gaji,
wewenang, dan kedudukan yang lebih dibandingkan yang lain, sehingga
menimbulkan perilaku dan perasaan yang puas terhadap pekerjaannya.
(3) Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan kepuasan kerja, dimana
umur antara 25-34 tahun dan umur 4045 tahun adalah merupakan umuryang bisa
menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.
Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik
dari pimpinan dengan bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwadirinya
merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (Moh. Asad,1995:113).
8
Penelitian yang dilakukan oleh Caugemi dan Claypool (1978),
mengemukakan bahwa hal-hal yang menyebabkan rasa puas adalah:
(1) Prestasi
(2) Penghargaan
(3) Kenaikan Jabatan
(4) Pujian
9
(1) Angka nilai global tunggal
Metode ini lebih canggih yaitu dengan mengenali unsur unsur utama
dalamsuatu pekerjaan dan menanyakan perasaan karyawan mengenai tiap
unsurtersebut, misalnya tentang sifat dasar pekerjaan, penyelia, upah, kesempatan
promosi dan hubungan dengan rekan kerja.
10
2.4.1 Tujuan Pengukuran Kepuasan Kerja
11
Ketidakhadiran lebih bersifat spontan yang sifatnya tidak mencerminkan
ketidakpuasan kerja,sedangkan berhenti bekerja atau keluar dari pekerjaan
berhubungan dengan ketidakpuasan kerja.
3) Terhadap Kesehatan
12
kerja dan kesehatan mungkin saling mengukuhkan sehingga peningkatan dari
yang satu dapat meningkatkan yang lain dan sebaliknya penurunan yang satu
mempunyai akibat yang negatif juga pada yang lain (Ashar Sunyoto M,2001:368).
a. Variabel sikap. Sejauh ini kepuasan kerja diketahui berhubungan sangat kuat
berkorelasi dengan variabel sikap lain. Variabel-variabel ini merefleksikan
tingkat kesukaan dan ketidaksukaan karyawan. Beberapa contoh variabel-
variabel sikap yang sering dipergunakan dalam penelitian organisasional
antara lain adalah keikutsertaan dalam pekerjaan, komitmen organisasional,
frustasi, tekanan pekerjaan, dan kecemasan. Diketahui pula bahwa kepuasan
kerja memiliki hubungan yang positif dengan banyaknya ukuran yang
menunjukkan dampak positif, seperti keikutsertaan dalam pekerjaan maupun
mood kerja yang positif. Namun beberapa studi juga menunjukkan bahwa
kepuasan kerja memiliki hubungan yang negatif dengan variabel-variabel
seperti frustasi, kecemasan, dan tekanan kerja.
13
sementara ketidakhadiran hanyalah salah satu bentuk spesifik dari perilaku
karyawan. Alasan terakhir adalah karena ketidakhadiran merupakan perilaku
yang memiliki rate dasar rendah, karena memprediksikan sebuah variabel
dengan rate dasar yang rendah adalah sulit.
14
memiliki performa kerja yang lebih baik dibandingkan dengan organisasi yang
memiliki karyawan yang sangat tidak puas dengan pekerjaannya.
Kepuasan Kerja :
1) Perspektif Antar-Budaya
15
cenderung menempatkan nilai yang tertinggi. Pada maskulinitas ditemukan bahwa
negara Scandinavia cenderung menempatkan nilai yang tertinggi dibandingkan
negara lain. Pada jarak kekuasaan cenderung memiliki nilai yang sangat tinggi di
negara Hipatik tetapi berbanding terbalik di Australia dan Israel sedangkan pada
menghindari ketidakpastian ditemukan sangat tinggi di negara Yunani dan
Portugis sementara rendah di Singapura dan Denmark. Implikasi utama dari
perbedaan antar-negara dalam preferensi nilai bahwa perbedaan antar-budaya
dalam kepuasan pekerjaan mengarah pada perbedaan dalam apa yang diinginkan
karyawan dalam pekerjaan mereka. Bagian ini menyatakan bahwa kepuasan
pekerjaan menghasilkan isi pokok dari perbandingan antara apa yang orang
rasakan pada pekerjaan mereka dan apa yang mereka inginkan.
16
organisasi yang memiliki rasa komitmen pada profesi yang mereka tekuni, misal
seorang ahli fisika yang bekerja dalam organisasi kesehatan akan memiliki
komitmen kepada kesehatan pula.
17
reliabilitas konsistensi internal untuk berbagai bentuk OCQ itu semua adalah 0.80.
Keterbatasan utama dari OCQ adalah langkah-langkahnya terutama komponen
afektif dari komitmen organisasi sehingga memberikan informasi yang sangat
sedikit tentang kelanjutan dan komponen normatif. Ini adalah batasan penting
karena berbagai bentuk berbedadari komitmen berhubungan dengan hasil yang
berbeda.
Organisasi ini memiliki banyak makna bagi saya pribadi. Sebuah contoh dari
komitmen kelanjutan adalah: Ini akan terlalu mahal bagi saya untuk
meninggalkan organisasi saya dalam waktu dekat. Sebuah contoh dari komitmen
normatif adalah: Saya akan merasa bersalah jika saya meninggalkan organisasi
saya sekarang.
18
d. Variabel yang berhubungan Komitmen Organisasi
Seperti kepuasan kerja, para peneliti dan manajer tertarik dalam komitmen
organisasi dikarenakan hubungannya dengan variabel lain, seperti variabel sikap,
kehadiran, pindah kerja, dan performa kerja.
Mathieu dan Zajac menemukan bahwa mean korelasi tepat antara komitmen
organisasi afektif dan kepuasan pekerjaan adalah 0.53. korelasi sikap konsistensi
lainnya dari komitmen afektif ditemukan dalam meta-anallisis termasuk
keterlibatan pekerjaan (0.36), komitmen pekerjaan (0.27), komitmen gabungan
(0.24) dan stres (-0.29). Bandingkan dengan komitmen afektif, lebih sedikit
pekerjaan secara empiris telah diperiksa hubungannya antara korelasi sikap dari
kelanjutan maupun komitmen normatif.
(2) Kehadiran
Mathieu dn Zajac menemukan bahwa korelasi yang tepat antara komitmen afektif
dan kehadiran adalah 0.12 dan korelasi dengan keterlambatan adalah -0.11.
Korelasi antara kehadiran dan kepuasan kerja besarnya sama. Dari sisi kenseptual,
tingkat tinggi komitmen afektif menunjukkan sebuah maksud untuk berkontribusi
pada sebuah organisasi. Bandingkan dengan komitmen afektif, sedikit bukti
mengenai hubungan antara kelanjutan atau komitmen normatif dan kehadiran.
Dengan komitmen organisasi alami, dapat dianggap lebih banyak buktinya pada
hubungan di antara ketiga bentuk komitmen dan pindah kerja, dibandingkan
dengan hasilnya. Seperti yang diharapkan, riset yang telah ditunjukkan secara
umum mempunyai hubungan negatif diantara ketiga komitmen dan pindah kerja.
19
mekanisme dibelakang hubungan ini adalah sulit karena studi ini telah
menggunakan variasi luas dari ukuran kriteria performa. Satu keumuman diantara
studi ini adalah bahwa hubungan antara komitmen afektif dan performa tak
langsung oleh usaha pegawai.
20
merupakan suatu keistimewaan apabila menjadi pengurus tetap organisasi
tersebut. Di sisi lain, hal ini dapat menyebabkan ketidakpercayaan orang luar
terhadap organisasi ini dan dapan menyebabkan perasaan rendah diri bagi para
pengurus barunya.
21
2.5 CARA MENGHINDARI KETIDAKPUASAN KERJA
22
C. KESIMPULAN
23
D. SARAN
24
E. DAFTAR PUSTAKA
25