PERILAKU ORGANISASIONAL
Disusun Oleh :
Rahmadianty
(2114567399)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasional yang
berjudul Konsep Motivasi. Makalah dibuat agar penulis dan pembaca dapat meningkatkan
informasi, pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep motivasi dalam diri masing-
masing individu.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu Saya
mengharapkan adanya saran dari dosen Dr. (Cand). Safuan. S.T., M.T., M.M. maupun teman-
teman yang membaca makalah ini, agar menjadi lebih bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
2.1 Pengertian Motivasi.........................................................................................................2
2.2 Konsep Motivasi..............................................................................................................3
2.3 Pendekatan - Pendekatan Motivasi..................................................................................3
2.4 Teori - Teori Motivasi......................................................................................................5
2.5 Analisis Masalah Motivasi.............................................................................................17
2.6 Prinsip Motivasi.............................................................................................................18
BAB III PENUTUP..................................................................................................................20
Kesimpulan...........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Motivasi, berasal dari kata motif (motive), yang berarti dorongan, daya pendorong
atau tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu tenaga di
dalam diri manusia yang menyebabkan manusia bertindak.
Motivasi juga berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang
melakukan suatu perbuatan / kegiatan, yang berlangsung secara sadar.
2
Motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang (pekerja) yang berupa
kesadaran mengenai pentingnya manfaat pekerjaan yang dilaksanakannya. Motivasi
seperti ini disebut sebagai motivasi intrinsik (intrinsic motivation). Mereka merasa
bertanggungjawab atas suatu pekerjaan, jadi tanpa ada faktor luar yang memengaruhi
mereka terdorong untuk melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi ada juga motivasi
yang bersumber dari luar diri orang bersangkutan yang disebut sebagai motivasi
ekstrinsik (extrinsic motivation). Motivasi ekstrinsik adalah dorongan kerja yang
bersumber dari luar diri pekerja, yang berupa suatu kondisi yang mengharuskannya
melaksanakan suatu pekerjaan secara maksimal.
4
2.3.4. Pendekatan Kontemporer (contemporary approach)
Pendekatan kontemporer didominasi oleh tiga tipe motivasi : teori isi, teori proses,
dan teori penguatan. Teori isi (content theory) menekankan pada teori kebutuhan-
kebutuhan manusia, menjelaskan berbagai kebutuhan manusia memengaruhi
kegiatannya dalam organisasi. Manajer harus dapat memahami kebutuhan para
anggotanya untuk meningkatkan tanggung jawab dan kesetiaannya atas pekerjaan dan
organisasi. Dalam teori isi terdapat tiga teori motivasi yang menekankan pada analisa
yang mendasari kebutuhan-kebutuhan manusia, antara lain : Teori Hirarki Kebutuhan,
Teori ERG, dan Teori Dua Faktor. Pada Teori proses, terdapat dua teori motivasi yang
terpusat pada bagaimana para anggota organisasi mencari penghargaan dalam keadaan
bekerja, termasuk dalam kelompok ini : Teori Keadilan dan Teori Harapan. Satu teori
lagi, berpusat pada bagaimana karyawan mempelajari perilaku kerja yang diinginkan,
terdapat pada Teori Penguatan.
5
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan paling dasar dalam kehidupan
manusia. Manusia dalam hidupnya lebih mengutamakan kebutuhan fisiologis,
karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi hidup
manusia. Setelah kebutuhan ini terpenuhi, manusia baru dapat memikirkan
kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan fisiologis ini sering juga disebut
sebagai kebutuhan tingkat pertama (the first need), antara lain kebutuhan
makan, minum, tempat tinggal dan istirahat.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Setelah kebutuhan tingkat pertama terpenuhi maka muncul kebutuhan tingkat
kedua sebagai penggantinya, yaitu kebutuhan rasa aman. Ini merupakan
kebutuhan akan keselamatan dan perlindungan atas kerugian fisik. Manusia
mendirikan rumah yang bebas dari bahaya, bukan di tepi pantai atau bebas
dari ancaman binatang buas, dan bebas dari banjir. Dalam sebuah perusahaan,
dimisalkan adanya rasa aman tenaga kerja untuk mengerjakan pekerjaannya,
misalnya adanya asuransi, tunjangan kesehatan, dan tunjangan pensiun.
3. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan sosial, setiap manusia ingin hidup
untuk berkelompok. Kebutuhan sosial mencakup kasih sayang, rasa memiliki,
diterima dengan baik dalam kelompok tertentu, dan persahabatan. Umumnya
manusia setelah dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan rasa aman ingin
untuk memenuhi kebutuhan sosial. Pada tingkat ini manusia sudah ingin
bergabung dengan kelompok-kelompok lain di tengah-tengah masyarakat.
4. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan Penghargaan menyangkut faktor penghormatan diri seperti, harga
diri, otonomi dan prestasi, dan faktor penghormatan dari luar misalnya, status,
pengakuan, dan perhatian. Pada tingkat ini, manusia sudah menjaga image,
karena merasa harga dirinya sudah meningkat dari sebelumnya. Perilakunya
sudah berbeda dari sebelumnya baik cara bicara, tidak sembarang tempat
untuk berbelanja, dan lain sebagainya.
5. Kebutuhan Aktualisasi diri
Kebutuhan yang tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini
muncul setelah keempat kebutuhan sebelumnya terpenuhi. Kebutuhan ini
merupakan dorongan agar menjadi seseorang yang sesuai dengan ambisinya
yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan kebutuhan
diri.
Demikian bahwa setiap kebutuhan yang telah dapat memberikan kepuasan,
maka kebutuhan yang berikutnya menjadi dominan. Dari titik pandang
6
motivasi, teori ini mengatakan bahwa meskipun tidak ada kebutuhan yang
pernah dipenuhi secara lengkap, suatu kebutuhan yang dapat memberikan
kepuasan yang cukup banyak tidak akan termotivasi lagi.
7
ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor tersebut, antara lain, kebijakan dan
administrasi perusahaan (company policy and administration), pengawasan
(supervision), penggajian (salary), hubungan kerja (interpersonal relation),
kondisi kerja (working condition), keamanan kerja (job security), dan status
pekerjaan (job status). Faktor ketidakpuasan bukanlah merupakan kebalikan dari
faktor kepuasan. Hal ini berarti bahwa dengan tidak terpenuhinya faktor-faktor
ketidakpuasan bukanlah penyebab kepuasan kerja melainkan hanya mengurangi
ketidakpuasan kerja saja. Faktor ketidakpuasan ini biasa juga disebut sebagai
motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation), karena faktor-faktor yang
menimbulkannya bukan dari diri seseorang melainkan dari luar dirinya.
Tabel Perbandingan antara Hierarchy Need Theory dengan Two Factor Theory
Hierarchy Need Theory Two Factor Theory
8
1. Karyawan secara inheren tidak menyukai kerja dan bilamana dimungkinkan,
akan mencoba menghindarinya.
2. Karena karyawan tidak menyukai kerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau
diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan
formal bilamana dimungkinkan.
4. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan di atas semua faktor lain yang
dikaitkan dengan kerja dan akan menunjukkan sedikit saja ambisi.
9
dengan hasil penelitian empiris, sehingga hasilnya mendekati pada kenyataan
(real condition). Alderfer membagi 3 kelompok kebutuhan manusia antara lain :
1. Eksistensi (existence/E)
2. Hubungan (relatedness/R)
3. Pertumbuhan (growth/G)
Dari singkatan ketiga jenis kebutuhan tersebut maka teori ini disebut
sebagai teori ERG.
Kelompok eksistensi memerhatikan pada pemberian persyaratan keberadaan
material dasar individu, komponen ini bila dihubungkan dengan teori hierarki
kebutuhan sama dengan kebutuhan fisiologis dan rasa aman.
Kelompok hubungan yaitu hasrat yang dimiliki untuk memelihara hubungan
antar individu yang penting. Hasrat social dan status menuntut interaksi dengan
individu lain yang dipuaskan, dan hasrat ini bila dihubungkan dengan teori
hierarki kebutuhan adalah kebutuhan sosial dan harga diri.
Kebutuhan pertumbuhan adalah suatu hasrat intrinsik untuk perkembangan
individu, ini mencakup pada komponen intrinsik dari teori hierarki kebutuhan
adalah sama dengan aktualisasi diri.
Gambar Hubungan antara Teori ERG, Hirarki Kebutuhan dan Teori Dua
Faktor
10
sekaligus.Dapat dijelaskan bahwa teori hierarki kebutuhan adalah bertingkat-
tingkat, kebutuhan tingkat pertama terpenuhi maka muncul kebutuhan tingkat
kedua dan seterusnya.Teori ERG tidak demikian bahwa kebutuhan itu tidak
bertingkat-tingkat malah dapat sekaligus diperoleh secara bersama-sama.Teori
ERG lebih sesuai dengan pengetahuan yang kita rasakan mengenai perbedaan
individual diantara orang-orang, seperti pendidikan, latar belakang keluarga, dan
lingkungan budaya dapat mengubah pentingnya atau kekuatan dorongan yang
dipegang sekelompok kebutuhan untuk seorang individu tertentu.
Atau,
11
Hasil Seseorang Hasil Orang Lain
------------------------- < ----------------------------
Keluaran Seseorang Keluaran Orang Lain
13
a. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi tercermin pada orientasinya dalam mencapai tujuan
organisasi. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi, akan
menyukaipekerjaan yang menantang. Mereka tidak percaya kepada nasib baik
dalam mencapai sesuatu, karena segala sesuatu dapat dicapai melalui kerja
keras.Mereka menyukai pekerjaan yang cukup sulit, menantang dan
realistis.Mereka percaya kepada kemampuannya sendiri dalam mengerjakan
pekerjaannya untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Mereka tidak terlalu
mengharapkan bantuan orang lain dalam mengerjakan pekerjaannya.
b. Motivasi Berkuasa
Orang-orang yang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk berkuasa akan
menaruh perhatian besar untuk dapat memengaruhi dan mengendalikan orang
lain dalam organisasi. Orang-orang seperti ini mempunyai hasrat untuk
memengaruhi dan mengendalikan orang lain dalam organisasi dalam mencapai
tujuannya. Pada umumnya, orang-orang yang memiliki tingkat kebutuhan yang
tinggi terhadap kekuasaan lebih menyukai situasi dimana mereka dapat
memperoleh dan mempertahankan pengendalian sarana untuk memengaruhi
orang lain dalam organisasi. Mereka suka berada dalam posisi ke dalam
memberikan saran dan pendapat, serta menjadikan orang lain sebagai alat dalam
mencapai tujuan organisasi.
c. Motivasi Berafiliasi
Motivasi berafiliasi tercermin pada keinginan seseorang untuk menciptakan,
memelihara, dan menghubungkan suasana kebatinan dan perasaan yang saling
menyenangkan antar sesame manusia dalam organisasi.Orang yang memiliki
kebutuhan tinggi untuk berafiliasi biasanya senang kasih saying dan cenderung
menghindari kekecewaan karena ditolak oleh suatu kelompok social.Tujuan
utama dari orang dengan motivasi berafiliasi adalah memperoleh persahabatan
dengan rekannya dalam organisasi, lebih menyukai situasi kooperatif daripada
persaingan, dan sangat menyukai hubungan yang melibatkan derajat
pemahaman timbal balik yang tinggi.Bagi orang yang didominasi oleh motif ini
disenangi oleh pimpinan dan rekan sekerja, dan umumnya orang yang demikian
tidak terlalu mementingkan prestasi dalam organisasi melainkan lebih
mementingkan persahabatan.
14
Porter-Lawler melengkapi teori pengharapan yang ditujukan pada para
manajer.Teori ini memperlihatkan bahwa upaya (effort) bergantung pada nilai
penghargaan yang diperoleh ditambah dengan penghargaan yang mereka
rasakan.Prestasi yang dicapai ditentukan oleh upaya yang mereka lakukan, tetapi
hal itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan karakter individu tentang
pekerjaan yang mereka lakukan. Prestasi kerja akan memengaruhi penghargaan
yang layak mereka terima.
Banyak para ahli teori motivasi yang umumnya mengasumsikan bahwa motivasi
intrinsik seperti prestasi, tanggung jawab dan kompetensi tidak bergantung pada
motivasi ekstrinsik seperti upah tinggi, promosi, hubungn kerja dan kondisi kerja yang
baik. Hal ini berarti rangsangan satu tidak memengaruhi yang lain. Tetapi teori evaluasi
kognitif menyarankan sebaliknya. Teori ini berargumen bahwa bila penghargaan-
penghargaan ekstrinsik digunakan oleh organisasi sebagai hadiah untuk kinerja yang
unggul, penghargaan intrinsik, yang diturunkan dari individu-individu yang melakukan
apa yang mereka sukai akan dikurangi. Dengan kata lain bila penghargaan intrinsik
diberikan kepada seseorang untuk menjalankan suatu tugas yang menarik, penghargaan
itu menyebabkan minat intrinsik terhadap tugas sendiri merosot.
15
mempunyai kemampuan yang dibutuhkan untuk bekerja, dan sistem penilaian kinerja
yang mengukur kinerja individu tersebut harus dianggap adil dan obyektif.
Hubungan kinerja-penghargaan akan mejadi kuat bila individu merasa bahwa
yang diberi penghargaan adalah kinerja. Apabila teori evaluasi kognitif benar-benar
valid di tempat kerja yang aktual, kita bisa memprediksi di sini bahwa mendasarkan
penghargaan-penghargaan pada kinerja seharusnya mengurangi motivasi intrinsik
individu. Hubungan terakhir dalam teori harapan adalah hubungan penghargaan-tujuan.
Motivasi akan tinggi sampai tingkat di mana penghargaan yang diterima oleh seorang
individu atas kinerja yang tinggi memenuhi kebutuhan-kebutuhan dominan yang
konsisten dengan tujuan-tujuan individual.
Pengintegrasian teori-teori kontemporer mempertimbangkan motivasi pencapaian,
rancangan pekerjaan, penguatan, dan teori keadilan organisasional. Individu yang
berprestasi tinggi tidak termotivasi oleh penilaian organisasi tentang kinerja atau
penghargaan-penghargaan organisasional, karena itu kenaikan dari usaha menuju
tujuan-tujuan pribadi mereka yang mempunyao nAch tinggi. Teori penguatan mengakui
bahwa penghargaan-penghargaan organisasi menguatakan kinerja individu.
Penghargaan juga memainkan peran penting dalam penelitian keadilan organisasional.
Individu akan menilai keuntungan dari hasil-hasil mereka bila dibandingkan dengan apa
yang diterima individu lain, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana mereka
diperlakukan-ketika individu merasa kecewa dengan penghargaan-penghargaan mereka,
mereka cenderung sensitif dengan keadilan prosedur yang digunakan dan penghargaan
yang diberikan kepada mereka oleh pengawas mereka.
Menganalisis motivasi ternyata tidak mudah. Salah satu kesulitan pokok dalam
menganalisis masalah motivasi adalah untuk memahami variable yang banyak terdapat
dalam diri individu yang bersangkutan. Salah satu alternative praktis dalam menangani
masalah tersebut adalah menekankan terutama pada akibat/ konsekuensi dari perilaku
dan bagaimana mengubahnya sehingga secara positif dapat menguatkan perilaku yang
dikehendaki.
Perlu disadari perbedaan antara masalah motivasi dengan masalah untuk kerja.
Masalah motivasi timbul dalam organisasi apabila terdapat kesenjangan antara hasil
yang dicapai dengan hasil yang diharapkan, dan kesenjangan tersebut disebabkan
16
kurangnya usaha yang dilakukan. Sedangkan masalah unjuk kerja timbul apabila
perilaku kerja seseorang berada di bawah yang diharapkan, dan masalah tersebut bukan
disebabkan oleh rendahnya motivasi, melainkan dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Masalah komunikasi. Dalam hal ini kegagalan dalam melaksanakan sesuatu tugas
disebabkan oleh persepsi yang salah atas apa yang diharapkan.
2. Masalah kemampuan / keterampilan. Yang bersangkutan kurang memiliki
kemampuan fisik maupun mental untuk melaksanakan tugas seperti yang
diharapkan.
3. Masalah pelatihan. Dalam hal ini untuk kerja tetap akan kurang memadai terlepas
dari tingkat motivasi, sampai suatu pelatihan telah diberikan.
4. Masalah kesempatan. Petugas mengetahui apa dan bagaimana yang seharusnya
dilakukan namun terkendala oleh kondisi lingkungan seperti misalnya kekurangan
peralatan atau metode yang sudah usang.
17
1. Tetapkan sasaran yang harus dicapai berdasarkan prinsip-prinsip penetapan sasaran
yang tepat.
2. Kembangkan system pengukuran performance yang terpercaya dan berikan
umpan balik kepada mereka secara periodic.
3. Tempatkan anggota organisasi pada pekerjaan berdasakan kemampuan dan bakat
yang dimilikinya.
4. Beri dukungan dalam penyelesaian tugas, misalnya lewat pelatihan dan
menumbuhkan sense of competence
5. Kembangkan system reward yang adil
6. Berlakukan adil, objektif, dan jadilah teladan.
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu
tindakan atau tidak pada hakekatnya secara internal dan eksternal yang dapat positif atau
negatif untuk mengarahkannya sangat bergantung kepada motivator. Sedangkan motif
adalah dorongan / daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dari banyaknya pandangan yang berbeda dan berbagai teori yang ada. Ada macam-
macam motivasi dalam satu perilaku. Suatu perbuatan atau keinginan yang disadari dan
hanya mempunyai satu motivasi bukanlah hal yang biasa, tetapi tidak biasa. Karena suatu
keinginan yang disadari atau perilaku yang bermotivasi dapat berfungsi sebagai penyalur
untuk tujuan-tujuan. Apabila dapat terjadi keseimbangan, hal tersebut mencerminkan
hasil pekerjaan seseorang yang berhadapan dengan potensinya untuk perilaku, yang
dapat diidentifikasi sebagai kemampuannya. Jadi, motivasi memegang peranan sebagai
perantara untuk mentransformasikan kemampuan menjadi hasil pekerjaan.
Manusia sebagai unsur inti dari organisasi, ternyata merupakan faktor yang paling
penting sekaligus paling sulit pengelolaannya. Dalam rangka memotivasi seseorang,
pemimpin organisasi dapat / bahkan perlu melakukan tindakan konkret sehingga
memungkinkan termanfaatkannya potensi yang dimiliki anggota organisasi demi
tercapainya tujuan organisasi. Keterampilan dalam memilih dan mengembangkan teknik
motivasi mutlak untuk dimiliki oleh seorang pemimpin organisasi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, Prof. Dr. Wilson S.E M.Si., 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Erlangga,
Jakarta
Stephen P, robbins, perilaku organisasi edisi 12; salemba empat; 2009, Jakarta
20