MANAJEMEN
A. PENDAHULUAN
Pengukuran kinerja merupakan salah satu elemen penting sistem pengendalian
manajemen. Perancangan sistem pengedalian manajemen pada dasarnya bertujuan untuk
mrenciptakan efesiensi dan aktivitas organisasi. Efesiensi dan efektifitas organisasi
merupakan obsesi hampir semua pendekatan manajemen, baik pendekatan ilmu manajemen
klasik maupun pendekatan manajemen ilmiah (scientific management).
4. PENGANGGARAN
Tahap selanjutnya adalah penganggaran. Program-program yang telah ditetapkan
dikaitan dengan biaya. Secara agregif biaya seluruh program tersebut akan diringkas
dalam bentuk anggaran. Selain anggaran biaya, juga dibuat anggaran pendapat dan
anggaran investasi(modal) untuk melaksananakn program.
5. IMPLEMENTASI
Setelah anggaran ditetapkan, tahap selanjutnya adalah implementasi anggaran.
Selamat tahap implementasi, manajer bertanggung jawab untuk memonitor pelaksanaan
kegiatan dan bagian akuntansi untuk melakukan pencatatan atas penggunaan
anggrana(input) dan outputnya dalam sistem akuntansi keuangan. Pencatatan penggunaan
sumber daya dilakukan untuk mencatat biaya yang akan terjadi dalam melaksanakan
program dan biaya total yang dikonsumsi oleh pusat pertanggung jawaban. Pencatatatan
biaya program penting dilakukan karena informasi tersebut digunakan sebagai dasar
dalam penentuan program tahun yang akan datang.
6. PELAPORAN KINERJA
Pada tahapan implementasi, bagian akuntansi , melakukan proses pencatatan,
penganalisisan, pengklasifikasian, peringkasan dan pelaporan transaksi atas kejadian
ekonomi yang berkaitan dengan keuangan. Informasi keuangan tersebut disajikan dalam
bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut merupakan salah satu bentuk
peloporan kinerja sektor publik, terutama kinerja finansial. Aspek kinerja nonkeuangan
organisasi sektor publik sangat penting karena organisasi sektor publik banyak
menghasilkan output yang sifatnya tidak berwujud, seperti pelayanan publik yang sangat
sulit diukur kinerjanya dasi aspek finansial. Pelaporan kinerja tersebut akan digunakan
sebagai dasar melakukan penilaian kinerja.
7. EVALUASI KINERJA
Pelaporan kinerja harus memiliki dua manfaat utama, yaitu bagi pihak internal maupun
pihak eksternal. Bagi pihak internal laporan kinerja digunakan sebagai alat pengendalian
manajemen untuk menilai kinerja manajer dan staf. Bagi pihak eksternal laporan kinerja
nerfungsi sebagai alat pertanggung jawaban organisasi. Laporan kinerja,bagi manjer
menungkinkan utnuk membandingkan antara input dan output yang direncanakan dengan
realisasinya. Jika terdapat penyimpangan yang signifikan,manajer dapat melakukan
tindakan koreksi sebagai umpan balik. Evaluasi kinerja dalam sistem pengendalian
manajemen meliputi:
1. Evaluasi kinerjs organisasi .
Evaluasi ini merupakan penilaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Penilaian ini
dimaksudkan untuk menilai kinerja manajer pusat pertanggung jawaban. Penilain
kinerja organisasi berdampak pada pemberian penghargaan,kritik yang sifatnya
membangun,kenaikan pangkat,penugasan kembali,atau pemberhentian dan pemecatan
kepada manajer pusat pertanggungjawaban.
2. Evaluasi program .
Laporan kinerja dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi program.
Pelaksanaan progrm yang tidak optimal memerlukan revisi anggaran program. Jika
evaluasi program menunjukan bahwa program yang dilaksanakan tidak efektiv,maka
manajer perlu mengkaji ulang terhadap strategi untuk mencapai tujuan,atau bahkan
merevisi tujuan.
8. UMPAN BALIK
Tahap terakhir setelah melakukan evaluasi kinerja adalah pemberian umpan balik
(feedback). Tahap ini dilakukan sebagai sarana untuk melakukan tindak lanjut (follow
up) atas prestasi yang dicapai. Apabila didasarkan penilaian kinerja dinyatakan
oraganisasi belum berhasil mencapai misi,visi,dan tujuan organisasi yang
ditetapkan,maka kemungkinan perlu dilakukan penetapan ulang atas perumusan starategi
organisasi.
1. Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer
pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban bisa berupa unit organisasi besar
sampai unit organisasi terkecil. Contoh : pemerintah daerah merupakan sebuah pusat
pertanggungjawaban besar yang memiliki sejumlah pusat pertanggungjawaban yang lebih
kecil, seperti : Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Kesejahteraan masyarakat,
Dinas Pertanian, Dinas Kebersihan, Badan Pengawas Daerah, Badan Pengelola Keuangan
Daerah dan sebagainya. Tiap-tiap dinas dan badan tersebut memiliki pusat
pertanggungjawaban yang lebih kecil lagi yaitu berupa subdinas. Subdinas-subdinas
tersebut memiliki pusat pertanggungjawaban yang lebih kecil lagi berupa bagian-bagian,
subbagian-subbagian dan seterusnya.
Pusat pertanggungjawaban dibentuk sebagai sarana untuk mencapai tujuan organisasi.
Tiap-tiap pusat pertanggungjawaban didirikan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan
pusat pertanggungjawaban tersebut harus mendukung pencapaian tujuan organisasi
secara keseluruhan yang ditetapkan dalam proses perumusan strategi. Untuk pencapaian
tujuannya, tiap-tiap pusat pertanggungjawaban juga diberikan sumber input berupa dana
(anggaran), personel, infrastruktur, dan wewenang. Pusat pertanggungjawaban
menggunakan sumber daya input tersebut untuk menghasilkan output tertentu. Pusat
pertanggungjawaban akan dinilai kinerjanya berdasarkan untuk menghasilkan output
tertentu, pusat pertanggungjawaban akan dinilai kinerjanya berdasarkan tingkan efisiensi
dan efektivitasnya. Efisiensi diukur dengan membandingkan input yang dikonsumsi
dengan outputnya, sedangkan efektivitasnya diukur dengan membandingkan output yang
dihasilkan dengan target dan tujuan yang telah ditetapkan.
Pusat pertanggunjawaban memiliki empat jenis utama, yaitu:
a) Pusat pendapatan
b) Pusat biaya
c) Pusat laba
d) Pusat investasi
Tanpa membedakan keempat jenis pusat pertanggungjawaban tersebut , pusat
pertanggungjawaban bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : pusat pelayanan dan pusat
misi. Output dari pusat pelayanan mendukung kerja dari pusat pertanggungjawaban lain,
sedangkan output pusat misi adalah membantu secara langsung tujuan organisasi. Pusat
pelayanan disebut juga pusat pendukung. Pusat pelayanan dapat berbentuk pusat biaya
atau pusat laba. Jika pusat pelayanan berbentuk pusat laba maka berarti pelayanan
tersebut dijual.
Untuk organisasi sektor public penerapan konsep pusat laba dalam pusat pelayanan
merupakan hal yang relative baru. namun karena tujuan sektor public bukan semata-mata
mengejar laba, maka biasanya tujuan pusat pelayanan sebagai pusat laba tersebut adalah
hanya sekedar mencapai break even atau sekedar pemulihan biaya. Sementara itu,
kebanyakan pusat misi berbentuk pusat laba, meskiipun beberapa diantaranya berbentuk
pusat pendapatan atau pusat biaya. Misalnya dalam sebuah rumah sakit yang dapat
dikategorikan sebagai pusat misi adalah bagian laboratoriun, bagian bedah, bagian
apotek, dan bagian radiologi. Sementara, bagian dietary, bagian laundry, bagian
akuntansi dan administrasi umum, dan bagian pelayanan sosial dapat dikategorikan
sebagai pusat pelayanan.
2. Kompensasi
komponen struktur pengendalian menajemen yang kedua adalah system kompensasi.
System kompensasi merupakan mekanisme untuk mendistribusikan penghargaan kepada
personel dalam organsisasi . ada beberapa pendekatan dalam meneraokan system
kompensasi. Pendekatan yang banyak digunakan adalah pendekatan penghargaan
berbasis kinerja.
3. Jejaring Informasi
PERENCANAAN STRATEGIK
PENYUSUNAN PROGRAM
PENYUSUNAN ANGGARAN
IMPLEMENTASI
PELAPORAN KINERJA
MONITORING
EVALUASI KINERJA
Alat ukur atas pelaksanaan program dan anggaran harus sesuai dengan rerangka alat ukur kinerja
yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan strategik. Dalam tahap perencanaan
strategik,organisasi menterjemahkan perumusan misi, visi , tujuan dan startegi kedalam rencana-
rencana strategik. Rencana strategik merupakan sasaran startegik yang akan dicapai organisasi,
ukuran hasil(outcome)dan indikator kinerja,inisiatif strategik serta target kinerja.
Pada tahap implementasi organisasi melakukan pengukuran kinerja untuk mengetahui tingkat
pencapaian strategi dalam mencapai tujuan organisasi. Ukuran kinerja pada tahap implementasi
harus mengacu pada ukuran kinerja yang ditetapkan pada tahap perencanaan strategik agar tidak
terjadi penyimpangan dan ketidakadilan dalam memberikan penilaian kinerja manajer.
K. JENIS TINGKATAN (LEVEL) STRATEGI
Konsep pusat pertanggungjawaban memberikan konsekuensi adanya berbagai level
strategi. Organisasi perlu membuat keterkaitan antara strategi organisasi dengan struktur
pusat pertanggungjawaban karena setiap unit organisasi beroperasi dengan strategi yang
berbeda-beda. Perbedaan strategi bisa disebabkan oleh tujuan dan tugas unit organisasi (pusat
pertanggungjwaban) berbeda-beda. Strategi yang berbeda akan berimplikasi pada ukuran
kinerja yang berbeda.
Jenis tingkatan strategi organisasi pada dasarnya bisa dibedakan menjadi dua,yaitu:
a. Strategi organisasi pusat/induk.
b. Startegi unit bisnis atau unit pelayanan.
Strategi pusat terkait dengan strategi untuk penetuan bisnis. Strategi pusat terkait dengan
tiga hal:
1. Strategi pengarahan,misalnya pertumbuhan, stabilitas, atau pilihan keluar dari
bisnis tersebut.
2. Strategi portofolio,misalnya strategi untuk masuk ke berbagai industri atau pasar
produk tertentu.
3. Startegi induk,misalnya sistem alokasi sumber daya, koordinasi aktivitas diantara
berbagai unit organiasasi.
Konsep strategi pusat berimplikasi pada pengukuran kinerja. Ukuran kinerja untuk
mengukur sukses atau tidaknya strategi pusat adalah ukuran kinerja makro. Dalam organisasi
sektor publik ,ukuran kinerja makro tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk tingkat
pertumbuhan ekonomi,inflasi,GDP(gross domestic product),GNP (groos national
product),angka harapan hidup,tingkat investasi,indeks koupsi,neraca perdagangan,dan
pembayaran serta ukuruan kinerja lainnya yang biasanya termasuk dalam ukuran indeks
pembangunan manusia.
Strategi unit kerja( unit bisnis/pelayanan). Unit kerja dapat berwujud unit bisnis atau unit
pelayanan. Startegi unit kerja dipengaruhi oleh dua aspek:
1. Misi unit kerja,misalnya misinya adalah untuk menghasilkan laba,memberikan
pelayanan kepada pelanggan (masyarakat),atau untuk mendukung unit lain.
2. Keunggualan bersaing jika berupa unit bisnis,atau keunggulan pelayanan jika
merupakan unit pelayanan.
Jika pada strategi pusat ukuran kinerja yang digunakan untuk mengukur kesuksesan
adalah ukuran kinerja makro, maka untuk strategi unit kerja ukuran kinerja yang digunakan
adalah ukuran kinerja makro.