BAB I
HAKEKAT MANAJEMEN
Kompetensi dasar:
Mahasiswa mampu memahami hakekat manajemen dan mengaplikasikan.
Indikator:
1. Membuat kesimpulan tentang pengertian manajemen.
2. Menyebutkan pentingnya manajemen
3. Menyebutkan fungsi-fungsi manajemen.
A.Pengertian Manajemen
Banyak ahli mengemukakan pengertian manajemen. Beberapa diantaranya :
a. Prof. Dr.S. Prajudi Atmosudirjo, manajemen adalah menyelenggarakan sesuatu
dengan menggerakkan orang-orang,uang,mesin dan alat-alat sesuai dengan
kebutuhan.
b. Dr. Sondang P.Siagian,manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan orang
lain.
c. Prof. Dr. Atje Partadiredja, manajemen adalah perbuatan atau tindakan yang
mengkombinasikan ide, proses, bahan, fasilitas dan orang-orang dalam mencapai
suatu tujuan yang dalam hal ini memproduksi dan memasarkan atau memperoleh
barang dan jasa dengan cara dan waktu tertentu.
d. Harrold Kootz dan Cryl O’Donnell, manajemen adalah penyelesaian pekerjaan melalui
kegiatan orang lain.
e. George R. Terry, manajemen adalah pencapain tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu
dengan menggunakan kegiatan orang lain.
f. Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya - sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari definisi di atas menunjukkan bahwa manajer menggunakan semua daya
organisasi yaitu uang, alat, informasi dan orang untuk mencapai tujuan.
2
B. Manajemen Dibutuhkan.
Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen semua
usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama
diperlukannya manajemen :
a. Untuk mencapai tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi.
b. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang kadang saling
bertentangan oleh pihak yang berkepentingan dalam organisasi seperti pemilik dan
karyawan, maupun kreditur, pelanggan, konsumen, supplier, serikat kerja, assosoasi
perdagangan, masyarakat dan pemerintah.
c. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Untuk mengukur prestasi kerja adalah
efisiensi dan efektivitas. Efisiensi artinya kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan benar, seorang manajer yang efisien adalah seorang yang mencapai keluaran
yang lebih tinggi (hasil, produktivitas, performance) dibandingkan masukan (tenaga
kerja, bahan, mesin, uang dan waktu yang digunakan), atau manajer dapat
meminimkan biaya penggunaan sumber daya untuk mencapai keluaran yang telah
ditentukan. Sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat
atau peralatan-peralatan yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Dengan kata lain
seorang manajer yang efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau
metode yang tepat untuk mencapai tujuan.
Keberhasilan implementasi proses manajemen memerlukan kemampuan mengambil
keputusan, memecahkan masalah dan mengambil tindakan memanfaatkan sumber
daya secara efisien dan efektif.
Sedangkan produktivitas adalah keberhasilan menghasilkan barang dan jasa dalam
kuantitas atau kualitas dengan pemanfaatan yang benar dari sumber daya,
Produktivitas merupakan kreteria yang diterapkan individu, kelompok atau orgainsasi.
C. Fungsi-Fungsi Manajemen
Mengenai fungsi-fungsi manajemen belum ada keseragaman namun tidaklah prinsipil
karena pada umumnya ada kesamaan dalam pola pikir.
Fungsi manajemen:
a. Menurut Henry Fayol:
3
1. Perencanaan(Planning)
2. Pengorganisasian(Organizing)
3. Pemberian Komando(Commanding)
4. Pengkoordinasian(Coordinating)
5. Pengawasan(Controlling)
b. Harold Koontz dan Cyrill O’Donnel:
1. Perencanaan ( Planning)
2. Pengorganisasian(Organizing)
3. Penempatan Tenaga Kerja(Staffing)
4. Pemberian Pengarahan(Directing)
5. Pengawasan(Controlling)
c. Luther M.Gullick:
1. Perencanaan(Planning)
2. Pengorganisasian(Organizing)
3. Penenmpatan Tenaga Kerja(Staffing)
4. Pengarahan(Directing)
5. Pengkoordinasian( Coordinating)
6. Penyampain laporan(Reporting)
7. Penyusunan Anggaran Belanja(Budgeting)
d. George R.Terry:
1. Perencanaan(Plannning)
2. Pengorganisasian(Organizing)
3. Penggerakan(Actuating)
4. Pengawasan(Controlling)
e. John F.Mee:
1. Perencanaan(Planning)
2. Pengorganisasian( Organizing)
3. Pemberian Motivasi(motivating)
4. Pengawasan(Controlling)
h. Dr.Sondang P.Siagian:
1.Perencanaan(Planning)
2.Pengirganisasian(Organizing)
4
3.Pemberian Motivasi(Motivating)
4.Pengawasan(Controlling)
5.Penilaian(Evaluating)
BAB II
MANAJEMEN SEBAGAI ILMU DAN SENI
Kompetensi dasar:
7
Manajemen sebagai ilmu, karena merupakan suatu kumpulan pengetahuan dalam bentuk
prinsip-prinsip yang merupakan dasar fundamental dari kebenaran umum. Manajemen
ilmiah adalah manajemen yang ditandai oleh penggunaan ilmu pengetahuan dan metode
keilmuan. Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu karena telah memenuhi
syarat keilmuan yaitu mempunyai obyek pengenal, metode penyelidikan, sistematis
dan bebas prasangka. Sesangkan menurut Luther Gulick mendefinisikan manajemen
sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan yang berusaha secara sistimatis untuk
memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama untuk mencapai tujuan dan
membuat sistem kerja sama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Menurut Gulick
manajemen telah memenuhi persyaratan untuk disebut bidang ilmu pengetahuan, karena
telah dipelajari dalam waktu yang lama, dan telah diorganisir menjadi suatu
rangkaian teori. Teori manajemen selalu diuji dalam praktek, sehingga manajemen
sebagai ilmu terus berkembang.
Manajemen sebagai seni, bukanlah suatu yang halus seperti musik, drama, lukisan
ataupun seni pahat tetapi seni manajemen dimaksudkan sebagai suatu kemahiran
penerapan ilmu pengetahuan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki. Manajemen sebagai suatu seni tergantung kemampuan manusia.
Tujuan kita menggunakan seni dalam pekerjaan untuk membantu menyusun dan
menyelenggarakan tata kerjasama yang efisien dan efektif.
Tabel 1:Manajemen Sebagai ilmu dan Seni
Seni Ilmu
8
1. Daya cipta yang timbul dari dalam diri 1. Adanya obyek pengenal.
seseorang untuk mewujudkan 2. Disusun secara sistematis.
sesuatu. 3. Mempergunakan metode keilmuan.
2. Kemahiran yang diperoleh dari praktek 4. Bebas dari prasangka.
atau pengalaman. 5. Dapat dipelajari dan diajarkan.
Dilihat dari lingkup kegiatan organisasi yang ada dibawah tanggung jawab
10
a. Manajer Fungsional:
- Dilihat dari bidang: manajer produksi, manajer personalia, manajer
keuangan, manajer pemasaran, manajer akuntansi dsb.
- Dilihat dari proses: manajer perencanaan, manajer pengawasan dsb
b. Manajer Umum.
- Manajer komersial: bertanggung jawab pada pemasaran dan keuangan
- Manajer teknik bertanggung jawab pada produksi, penelitian,
pengembangan, training karyawan dsb.
Dalam organisasi semakin tinggi tingkat manajer semakin sedikit dan sebaliknya.
Kerja sama antar manajer perlu, tanpa kerja sama akan terjadi pemborosan, ketegangan,
kerugian yang akhirnya tidak tercapai tujuan.
Robert L. Katz mengidentifikasikan tiga jenis utama keterampilan yang dibutuhkan
oleh semua tingkat manajer yaitu :
a. Keterampilan teknis adalah kemampuan menggunakan alat-alat, prosedur dan teknik
suatu bidang yang khusus misalnya ; keterampilan membuat produk, penjualan produk
dan sebagainya.
b. Keterampilan manusiawi adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain dan
memotivasi orang lain baik secara individu maupun kelompok. Keterampilan ini sangat
penting bagi manajer agar dapat bekerja sama dengan anggota organisasi yang lain
maupun memimpin kelompoknya sendiri. Contoh : berkomunikasi, memberi instruksi,
memberi balas jasa, memimpin rapat dan sebagaiya.
c. Keterampilan konseptual adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasi dan
memadukan semua kepentingan dan kegiatan organisasi. Ini mencakup kemampuan
manajer untuk melihat organisasi sebagai keseluruhan dan memahami bagaimana
perubahan pada tiap-tiap bagian dapat mempengaruhi keseluruhan organisasi.
Manajer memerlukan keterampilan konseptual yang cukup untuk mengenali
bagaimana bermacam-macam faktor pada suatu keadaan tertentu berkaitan dengan
lainnya sehingga tindakan yang diambil untuk kepentingan organisasi secara
keseluruhan. Contoh : memecahkan masalah, membuat keputusan, membuat rencana
dan sebagainya.
11
Keterampilan manajer lini adalah keterampilan teknis lebih penting dari pada
keterampilan konseptual, dan bagi manajer menengah keterampilan konseptual dan teknis
sama pentingnya meskipun tidak sepenting keterampilan konseptual yang harus dimiliki
oleh manajer puncak dan keterampilan teknis yang penting bagi manajer tingkat lini /
pertama. Sedangkan keterampilan manusiawi sama pentingnya bagi ketiga tingkat
manajer.
Katz lebih memperhatikan keterampilan yang diperlukan manajer dan bukan jumlah waktu
yang digunakan untuk semua kegiatan. Sedangkan Mahoney, Jerdee dan Carrol
mengukur tingkah laku manajer dari waktu yang digunakan oleh manajer untuk tugas
mereka. Penelitian tersebut melibatkan 452 manajer dari semua tingkatan manajemen.
Para Manajer dari 13 perusahaan yang berukuran berbeda dari 100 pekerja sampai 4000
pekerja yang mewakili hampir semua jenis usaha hasil dari penelitian tersebut adalah:
Tabel 4:Pembagian Tugas diantara jenis Pekerjaan Pada Setiap Tingkat Organisasi
RENDAH MENENGAH TINGGI
Perencana 15% Perencana 18% Perencana 28%
Penyelidik 8% Penyelidik 8% Penyelidik 6%
Koordinator 5% Koordinator 7% Koordinator 8%
Penilai 2% Penilai 5% Penilai 8%
Pengawas 1% Pengawas 36% Pengawas 22%
Perunding 6% Perunding 8% Perunding 3%
Ahli ganda 6% Ahliganda 8% Ahli ganda 6%
Generalist 9% Generalist 10% Generalist 20%
BAB III
PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN
Kompetensi dasar:
Mahasiswa mampu memahami beberapa pendekatan dalam menejemen
Indikator:
1. mampu menyebutkan aliran dalam manajemen
2. mampu menyebutkan tokoh aliran klasik dan pendapatnya
3. menyebutkan tokoh aliran hubungan manusia dan pendapatnya
4. Mampu menyebutkan tokoh aliran ilmu manajemen dan pendapatnya.
A..Berbagai Pemikiran Manajemen.
Ada tiga aliran manajemen :
13
melampaui standar minimal produksi. Sistem upah ini dapat memperbaiki metode
kerja karyawan. Taylor mengemukakan empat prinsip dasar teorinya dalam upaya
mengembangkan teknik untuk mencapai efisiensi, yaitu :
a. Pengembangan metode ilmiah dalam manajemen agar dapat ditentukan metode
yang paling baik untuk dapat menyelesaikan pekerjaan.
b. Seleksi ilmiah untuk karyawan agar setiap karyawan dapat diberikan tanggung
jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya.
c. Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan.
d. Kerja sama yang baik antara manajemen dan karyawan.
Taylor memandang bahwa antara manajemen dan karyawan mempunyai
kepentingan yang sama yaitu meningkatkan produktivitas.
2. Henry L. Gantt (1861 - 1919). Ia meneruskan ide dari Taylor yaitu kerja sama yang
baik antara manajemen dan karyawan, seleksi ilmiah karyawan, sistem insentif
untuk merangsang produktivitas dan penggunaan instruksi kerja yang terperinci. Ia
juga memperkenalkan sistem bagan (chart system) yang memuat jadwal kegiatan
produksi bagi karyawan. Sistem ini disebut Gantt Chart.
3. Frank B dan Lilian M. Gilbreth (1868 - 1924 dan 1878 - 1972). Frank Gilbreth
pelopor pengembangan studi gerak dan waktu yang diilhami oleh Taylor. Ia juga
tertarik efisiensi. Lilian Gilbreth tertarik pada aspek manusia dalam kerja, seperti
seleksi, penempatan dan latihan personalia.
4. Harrington Emerson (1853 - 1931). Penyakit sistem industri adalah pemborosan
dan tidak efisien.
Oleh karena itu dia mengemukakan 12 prinsip efisiensi adalah :
1. Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas.
2. Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
3. Adanya staf yang cakap.
4. Disiplin.
5. Balas jasa yang adil.
6. Laporan-laporan yang terpercaya, segera dan ajeg. Sistem informasi dan
akuntansi.
7. Pemberian perintah, perencanaan dan pengurutan kerja.
8. Adanya standar-standar, skedul, metode dan waktu setiap kegiatan.
15
2. Mary Parker Follett (1868 - 1933), bersama Barnard bertindak sebagai jembatan
antara teori klasik dengan hubungan manusiawi, karena kerangka pemikiran mereka
berdasarkan kerangka klasik tetapi memperkenalkan unsur baru tentang aspek
hubungan manusiawi. Follett memberi sumbangan terhadap ilmu manajemen melalui
aplikasi praktik ilmu-ilmu sosial dalam administrasi perusahaan. Dia menulis tentang
17
7. Chis Argyris yang memandang organisasi sebagai sistem sosial dan sistem antar
hubungan budaya,
8. Edgar Schein yang banyak meneliti dinamika kelompok dalam organisasi.
b. Aliran Kuantitatif
Aliran ini ditandai dengan berkembangnya team-team riset operasi dalam
pemecahan masalah-masalah industri. Teknik riset operasi menjadi sangat penting
sebagai dasar rasional untuk pembuatan keputusan. Prosedur-prosedur riset operasi
tersebut kemudian diformulasikan dan disebut aliran manajemen Science.
20
b. Pendekatan Sistem
Pendekatan ini bermaksud untuk memandang organisasi sebagai kesatuan yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Pendekatan sistem memberi manajer
cara memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan dan bagian dari elemen-elemen
yang berhubungan dan saling tergantung satu dengan lain tetapi bila berbagai elemen
tersebut berinteraksi maka akan membentuk satu kesatuan yang menyeluruh. Teori
manajemen modern cenderung memandang organisasi sebagai sistem terbuka meskipun
sistem tertutup juga menjadi perhatian.
c. Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi digunakan dan dikembangkan karena sering dijumpai
metode-metode yang efektif untuk situasi tertentu yang ternyata tidak dapat diterapkan
pada situasi lain. Menurut pendekatan ini tugas manajer adalah mengidentifikasi teknik
mana yang akan digunakan dalam situasi dan waktu tertentu dalam membantu
pencapaian tujuan. Jadi dalam pendekatan ini satu jawaban yang dianggap paling tepat
untuk mengatasi masalah manajemen adalah bergantung pada situasi yang dihadapi oleh
manajemen. Jawaban ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa situasi, aksi dan hasil
merupakan faktor yang saling mempengaruhi dan tergantung satu sama lain.
21
Yaitu memilih alternatif terbaik. Pendekatan ini mempunyai beberapa variasi yaitu ada
yang membatasi pada “rational decision” bidang manajemen, ada yang mencakup semua
kejadian dalam organisasi dan ada yang meluaskan sampai pada aspek psikologikal dan
sosiologikal.
7. Pendekatan Sistem.
Memandang suatu organisasi sebagai sistem yang dipersatukan dan berguna terdiri dari
bagian yang saling berkaitan. Pendekatan sistem tidak membahas bagian-bagian secara
terpisah, tetapi memberikan kepada manajer cara untuk melihat suatu organisasi sebagai
keseluruhan dan merupakan bagian dari lingkungan luar yang lebih besar. Dengan cara
tersebut menunjukkan bahwa kegiatan suatu bagian organisasi akan mempengaruhi
kegiatan tiap bagian lain.
Istilah dalam bidang manajemen:
a.Subsistem
Adalah bagian yang membentuk keseluruhan suatu sitem. Setiap sistem menjadi
subsistem dari kesatuan yang lebih besar.
b. Sinergi.
Berarti bahwa keseluruhan itu lebih besar dari pada penjumlahan bagian-bagiannya.
Dalam istilah organisasi sinergi berarti dengan kerjasama dan saling berhubungan , akan
menjadi lebih produktif dibandingkan bila bekerja sendiri-sendiri.
c. Sistem Terbuka atau Tertutup.
Suatu sistem disebut terbuka kalau berhubungan dengan lingkungannya dan tertutup bila
tidak berhubungan. Semua organisasi berhubungan tetapi tingkatnya berbeda.
d. Batas Sistem
Setiap sistem mempunyai batas yang memisahkan dari lingkungannya. Dalam sistem
tertutup batas ini kaku. Batas sistem dalam organisasi sekarang makin luwes.Perusahaan
makin memperhatikan reaksi masyarakat dalam pengelolaan perusahaan.
e. Arus
Suatu sistem mempunyai arus informasi, bahan dan sumber daya. Ini semua masuk
dalam sistem berupa input, mengalami proses perubahan di dalam sistem dan keluar dari
sistem berupa output.
f. Umpan balik.
23
Merupakan kunci untuk pengendalian sistem. Sementara proses berjalan menurut sistem
informasi diumpan balikkan pada orang yang tepat atau kepada komputer sehingga
pekerjaan itu dapat dinilai, dan kalau perlu dibetulkan. Teori sistem ini akanmenyerap
konsep-konsep aliran manajemen lainsampai menjadio kuat akhirnya menjadi aliran yang
mapan sendiri.
8. Pendekatan Ilmu Manajemen
Pendekatan ilmu manajemen, menyelesaikan masalah melalui proses matematik, konsep-
konsep, simbol-simbol dan model-model. Konsep yang terkenal dan banyak dipakai
adalah “ operation research ”, sedang orang yang menanganinya disebut “ management
scientist “. Para ahli pendekatan ilmu manajemen ini berpendapat bahwa masalah
manajemen atau lainnya dapat dijabarkan dalam bentuk model matematika, dapat
dianalisis dan dipecahkan untuk memperoleh hasil optimum. Kritik terhadap pendekatan
ini ialah bahwa model-model dan matematika hanyalah sebagai “ a tool of analysis “ bukan
“ a school of thought”.
9. Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi dikembangkan oleh para manajer, konsultan dan peneliti yang
berusaha untuk menerapkan konsep-konsep aliran utama ke dalam situasi nyata. Mereka
seringkali mendapati bahwa metode-metode yang sangat efektif dalam suatu situasi tidak
akan berlaku dalam situasi lain. Mereka kemudian mencari jawaban atas pengalaman
seperti tersebut.
Menurut pendekatan kontingensi, tugas para manajer adalah menentukan teknik mana
yang dalam situasi tertentu, dalam suasana tertentu, dan pada waktu tertentu paling baik
untuk pencapaian tujuan organisasi.
10. Pendekatan Peran Manajerial
Pendekatan peran manajerial dipopulerkan oleh Henry Minzberg. Henry mengemukakan
ada 10 peran manajer, yaitu:
a. Peran interpersonal
1. Sebagai wakil organisasi dalam upacara dan tugas sosial
2. Sebagai pemimpin
3. Sebagai wakil organisasi terhadap pihak luar
b. Peran informasional
1. sebagai penerima informasi kerja kegiatan organisasi
24
BAB IV
BUDAYA ORGANISASI DAN LINGKUNGAN
Kompetensi dasar:
Mahasiswa mampu memahami budaya organisasi dan lingkungan.
Indikator:
1.Mampu menjelaskan manajemen serba kuasa dan simbolik
2.mampu menjelaskan budaya organisasi
3. Mampu menjelaskan lingkungan organisasi.
A. Manajemen Serba Kuasa dan Simbolik
Pada dasarnya kemampuan manusia terbatas baik fisik, pengetahuan, waktu dan
perhatian sedang kebutuhan tidak terbatas. Keterbatasan itulah mendorong orang untuk
melakukan pembagian pekerjaan, tugas dan tanggung jawab maka terbentuklah
kerjasama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Pekerjaan itu berat dan sulit dikerjakan sendiri, sehingga perlu pembagian kerja,
tugas dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya.
2. Organisasi akan berjalan baik bila manajemen diterapkan dengan baik.
3. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua
potensi yang dimiliki.
4. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan
5. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan
memanfaatkan 6 M dalam proses manajemen tersebut.
6. Manajemen perlu untuk kemampuan dan pertumbuhan.
7. Manajemen menyebabkan pencapaian tujuan secara teratur.
8. Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan
9. Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama sekelompok orang.
26
BAB V
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kompetensi dasar:
Mahasiswa mampu memahami pengambilan keputusan
Indikator:
1. Memahami pengertian pengambilan keputusan .
2. menjelaskan proses pengambilan keputusan.
3. menyebutkan model-model keputusan dan macam-macam keputusan
4, menyebutkan dasar-dasar pengambilan keputusan
5. menyebutkan teknik pengambilan keputusan
A.Pengertian
a. GR. Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari
dua atau lebih alternatif yang ada.
b. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel, pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara
alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak yang merupakan inti dari
perencanaan. Suatu rencana dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu
sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
c. Theo Haiman ; pengambilan keputusan adalah inti dari perencanaan. Keputusan
sebagai suatu cara yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran
dan pemecahan masalah.
d. Chester I. Barnard, keputusan adalah perilaku organisasi, berinti sari perilaku
perorangan dan dalam gambaran proses keputusan itu secara relatif dapat dikatakan
bahwa kepentingan organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses
bagaimana menetapkan suatu keputusan yang terbaik, logis, rasional dan ideal
berdasarkan fakta, data dan informasi dari sejumlah alternatif untuk mencapai sasaran
30
yang telah ditetapkan dengan resiko terkecil, efektif dan efisien untuk dilaksanakan
pada masa yang akan datang.
2. Dilihat dari proses pengambilan keputusan maka ada keputusan auto generated dan
keputusan induced.
Keputusan auto generated merupakan keputusan yang diambil dengan cepat kurang
mempertimbangkan data, informasi, fakta dan lapangan keputusannya. Keputusan
auto generated ini kurang baik sebab keputsan ini berisiko besar. Tetapi jika seorang
manajer dapat melakukan dengan baik maka pemimpin tersebut akan cepat maju.
Keputusan auto generated ini biasanya diambil dalam keadaan gawat.
Keputusan induced diambil berdasarkan scientific management sehingga keputusan itu
logis, ideal, rasional untuk dilaksanakan dan resikonya relatif kecil, namun proses
pengambilan keputusan lambat.
3. Siapa yang membuat keputusan, ada Individual Decision dan Group Decision.
Individual Decision adalah keputusan yang diambil oleh manajer, sedangkan para
bawahan hanya memberikan saran, pendapat atau informasi tetapi tidak berhak untuk
memutuskan.
Kebaikannya :
a. Keputusan dapat diambil secara cepat.
b. Penanggungjawab keputusan itu jelas.
c. Biaya pengambilan keputusan relatif kecil.
d. Kecakapan seorang manajer dapat dimanfaatkan.
Keburukannya :
a. Keputusan kurang baik sebab kemampuan decision maker terbatas.
b. Prestise manajer akan berkurang jika keputusannya ternyata salah.
c. Realisasi keputusan mengalami kesulitan sebab bawahan kurang meresapinya.
d. Pembinaan bawahan kurang diperhatikan, karena mereka tidak diikutkan menetapkan
keputusan, akibatnya kesinambungan pimpinan organisasi kurang terjamin.
Group Decision, merupakan keputusan yang ditetapkan oleh para anggota group baik
atas hasil mufakat dan musyawarah maupun atas votting. Dalam proses pengambilan
keputusan para anggota group ikut berperan aktif membicarakan tujuan dari keputusan,
resiko dan dampak keputusan serta ikut menetapkan keputusan.
Kebaikan :
a. Keputusan relatif lebih baik, logis, ideal sebab merupakan hasil pemikiran beberapa
orang.
33
Keyakinan
Manajer dalam mengambil keputusan di dasarkan atas keyakinan bahwa keputusan inilah
yang terbaik setelah memperhitungkan dan dianalisa faktor-faktor internal dan eksternal
serta dampak positif dan negatif dari keputusan tersebut.
Intuisi
Manajer dalam mengambil keputusan di dasarkan atas suara hati. (Intuisi), bersifat ilham
dan perasaan-perasaannya (good feeling). Sasaran-sasaran, pengaruh, prefensi -
prefensi dan psiologis individualnya memegang peranan penting. Pengambilan keputusan
berdasarkan intuitif ini secara tidak sadar di pengaruhi oleh pengetahuan masa lalu,
latihan-latihan dan latar belakang. Biasanya seorang aktivis, dinamis senantiasa bertanya
tentang situasi-situasi dan ia menemukan pemecahan atas problem-problem yang sulit.
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi biasanya mengandalkan naluri, perasaan
pribadi, kemampuan mental, tetapi sikap situasi dihadapinya dengan sikap realistis dan
memutuskannya menurut perasaan saja.
34
Fakta - fakta.
Pengambilan keputusan di dasarkan atas hasil analisa data, informasi dan fakta-fakta
serta di dukung oleh kemampuan imajinasi, pengalaman, prespektif yang tepat dan daya
pikir untuk mengimplementasikan situasi dan kondisi masa depan.
Dalam hal ini manajer jangan menjadi robot analisis data, informasi dan fakta saja sebab
kita tidak mungkin mendapatkan data, informasi dan fakta yang komplit.
Keputusan yang berdasarkan fakta ini relatif baik, logis rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan serta dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi.
Kebaikannya :
1. Keputusan ditetapkan dengan menggunakan dan memanfaatkan sarana dan
prasarana analisis data, informasi dan fakta misalnya komputer.
2. Resiko keputusan relatif kecil.
3. Keputusan relatif akan mudah direalisasi.
4. Keputusan akan relevan dengan masalah yang dihadapi.
5. Keputusan akan rasional. logis, ideal dan dapat dipertanggungjawabkan.
Keburukannya :
1. Keputusan sering terlambat.
2. Biaya untuk pengambilan keputusan relatif besar.
3. Pengumpulan data, informasi dan fakta kadang-kadang sulit.
35
Pengalaman.
Pengalaman sangat berharga memberikan petunjuk dan jawaban atas apa yang harus
dilakukan dalam situasi dan kondisi seperti ini.
Kebaikannya.
1. Pengalaman manajer dapat dimanfaatkan dengan menggunakan pengetahuan-
pengetahuan praktisnya.
2. Keterampilan terbaik dan latar belakang manajer dapat digunakan.
3. Keputusan dapat ditetapkan dengan cepat dan biaya kecil.
Keburukannya :
1. Keputusan yang ditetapkan mungkin telah ketinggalan zaman.
2. Jika pengalaman manajer sangat terbatas maka keputusannya sangat sempit.
3. Keputusan yang ditetapkan kadang kurang relevan dengan masalah yang dihadapi,
sebab tidak ada masalah yang persis sama.
Kekuasaan.
Decision maker dalam pengambilan keputusan berpedoman atas kekuasaan,
supaya keputusan itu sah dan legal untuk diberlakukan. Hal ini karena Authority
merupakan dasar hukum untuk bertindak dan berbuat sesuatu.
Kebaikannya :
1. Keputusan yang ditetapkan bersifat resmi dan mengikat.
2. Keputusan harus diterima dan ditaati sepenuhnya.
3. Keputusan ditetapkan oleh manajer yang berwenang dan resmi.
4. Keputusan itu formal dan dapat diberlakukan sanksi hukum.
Keburukannya :
1. Keputusan dapat menjadi rutin dan kecenderungan decision maker menjadi diktatorial.
2. Keputusan kadang-kadang ditetapkan seseorang yang berada jauh diluar masalah
yang aktual, sehingga pengetahuannya terhadap masalah yang sebenarnya kurang.
Syarat-syarat Data :
1. Well identified, artinya data itu berasal dari sumber resmi.
2. Up to date, artinya data merupakan data terbaru.
3. Relevant, artinya harus berhubungan langsung dengan masalahnya.
4. Reliable, artinya harus benar-benar dapat dipercaya.
5. Complete, artinya lengkap tidak sebagian-sebagian saja.
BAB VI
DASAR-DASAR PERENCANAAN
38
Kopetensi dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar perencanaan
Indikator:
1. membedakan antara perencanaan dan rencana
2. menyebutkan alasan perlunya rencana
3. menyebutkan bentuk-bentuk rencana
4. menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan.
A. Pengertian Perencanaan dan Rencana
Sebelum manajer dapat mengorganisasi, mengarahkan dan mengawasi, mereka
harus membuat rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi. Dalam
perencanaan manajer harus memutuskan apa yang harus dilakukan, kapan
melakukannya, bagaimana melakukannya, dan siapa yang akan melakukannya. Jadi
perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya tentang
apa, kapan, bagaimana dan siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan
mempertimbangkan waktu yang akan datang dimana perencanaan akan dilaksanakan
dan waktu sekarang dimana perencanaan dibuat.
Berbagai pertanggungjawaban dalam perencanaan tergantung pada besarnya dan
tujuan organisasi serta fungsi atau kegiatan khusus manajer. Misalnya perusahaan
konveksi cenderung membuat perencanaan jangka pendek dalam pembelian dan desain
karena kegiatannya dipengaruhi oleh mode. Toko buku atau klontong memusatkan
perhatiannya pada tujuan musiman atau tahunan. Tetapi perencanaan jangka panjang
tetap dibutuhkan untuk penarikan personalia, pengembangan teknis produksi dan
sebagainya.
Kebutuhan perencanaan ada disemua tingkatan dan pada kenyataannya meningkat
dimana tingkatan tersebut mempunyai dampak yang potensial yang tersebar terhadap
sukses organisasi atau manajemen atas manajer tingkat puncak biasanya mencurahkan
waktunya untuk rencana-rencana jangka panjang dab strategi-strategi organisasi, manajer
tingkat bawah merencanakan terutama bagi kelompok kerjanya dan untuk jangka pendek.
Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah
ditetapkan, rencana harus diimplementasikan. Setiap saat selama proses implementasi
dan pengawasan, rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna.
Perencanaan kembali kadang menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir. Oleh karena
39
B. Tujuan Perencanaan
5. Mengurangi/mengimbangi ketidak pastian dan perubahan-perubahan diwaktu
yang akan datang
6. Memusatkan perhatian pada sasaran
7. Mendapatkan/menjamin proses pencapaian tujuan terlaksana secara ekonomis.
8. Memudahkan pengawasan
Pentingnya Perencanaan
Para perencana tidak dapat mengendalikan waktu yang akan datang tetapi
seharusnya berusaha untuk mengidentifikasikan dan menghindarkan kegiatan-kegiatan
sekarang dan hasil-hasilnya yang dapat mempengaruhi waktu yang akan datang. Salah
satu maksud perencanaan adalah melihat bahwa program-program dan penemuan
sekarang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan
diwaktu yang akan datang, yaitu meningkatkan pembuatan keputusan yang lebih baik.
Perencanaan organisasi harus aktif, dinamis, berkesinambungan dan kreatif agar
manajemen tidak hanya akan bereaksi dengan lingkungannya tetapi menjadi peserta aktif
dalam dunia usaha.
adalah tindakan yang dituntut untuk dilakukan dan dipilih dari beberapa alternatif yang
ada.
7.Program.
Adalah gabungan dari tujuan, kebijaksanaan, prosedur,peraturan, pemberian tugas,
langkah yang akan diambil sumber-sumber yang akan digunakan dan unsur lain yang
diperlukan untuk dilaksanakan. Biasanya didukung oleh modal dan anggaran belanja.
8.Anggaran.
Adalah ikhtisar dari hasil yang diharapkan untuk dicapai dan pengeluaran yang diperlukan
untuk hasil tersebut. Biasanya dinyatakan dalam angka.
BAB VII
PERENCANAAN STRATEGIS DAN OPERASIONAL
Kompetensi dasar:
Mahasiswa mampu menelaskan perencanaan strategis dan perencanaan operasional.
Indikator:
1. Membedakan antara perencanaan strategis dengan perencanaan operasional
2. Menjelaskan pentingnya perencanaan strategis dan perencanaan operasional
3. Menjelaskan tentang anggaran
4. Menjelaskan tentang penjadwalan
5. Memahami manajemen waktu
46
Dalam suatu organisasi rencana diperinci menjadi suatu tingkatan yang membentuk
hierarki dan paralel dengan struktur organisasi. Pada setiap tingkatan rencana mempunyai
dua fungsi yaitu menyediakan peralatan untuk pencapaian sasaran dari perencanaan-
perencanaan tingkat diatasnya, dan sebaliknya menunjukkan sasaran yang harus
dipenuhi rencana tingkatan dibawahnya. Rencana manajemen puncak akan dibuat
menjadi rencana-rencana yang lebih terperinci oleh satuan manajemen menengah dan lini
pertama.
A. Pentingnya Perencanaan strategik
Strategi adalah program yang luas untuk mencapai tujuan organisasi, berarti bagaimana
menentukan misi organisasi. Program tersebut mencerminkan peranan aktif, sadar dan
rasional yang dilakukan oleh para manajer dalam merumuskan strategi organisasi.
Strategi menetapkan arah yang terpadu dari berbagai tujuan dan membimbing
penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk menggerakkan organisasi ke arah
tujuan. Strategi juga sebagai pola tanggapan organisasi pada lingkungannya dalam kurun
waktu tertentu. Rencana strategi yang dirancang memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang
lebih luas mengimplementasikan misi yang memberikan alasan khas keberadaan
organisasi.
Perencanaan strategi adalah proses perencanaan jangka panjang yang dirumuskan yang
digunakan untuk menentukan dan mencapai sasaran organisasi. Perencanaan strategi
bukanlah satu-satunya kegiatan perencanaan dalam organisasi namun dalam
perencanaan strategi ini peranan manajemen puncak sangat menentukan.Perencanaan
yang dilakukan pada tingkat yang lebih rendah disebut perencanaan operasional. Istilah
lain perencanaan strategik: perencanaan komprehensif, jangka panjang.
Rencana operasional (operational plans) penguraian lebih terinci bagaimana rencana
strategik dapat dicapai. Fokus perencanaan operasional adalah kegiatan saat ini dan
tujuan utamanya adalah efisiensi( melakukan pekerjaan dengan benar) dan bukan
efektifitas( melakukan pekerjaan yang benar). Perencanaan strategis dan operasional
saling melengkapi.
Ada dua tipe rencana operasional yaitu :
1. Rencana sekali pakai (single use plans) dikembangkan untuk tujuan-tujuan tertentu
dan tidak digunakan bila telah tercapai.
47
pesaing, pasar tenaga kerja, lembaga keuangan yang mempengaruhi secara langsung
operasi perusahaan.
4. Analisa internal perusahaan : kelemahan dan kekuatan organisasi. Analisa ini
dilakukan dengan membandingkan prodil perusahaan dan lingkungan internal.
5. Identifikasi kesempatan dan ancaman strategi. Identifikasi kebutuhan strategi, analisa
lingkungan serta analisa kekuatan dan kelemahan dipadukan.
6. Pembuatan keputusan strategik.
7. Pengembangan strategik perusahaan. Setelah tujuan jangka panjang dan strategi
dipilih dan ditetapkan organisasi perlu menjabarkan kedalam sasaran jangka pendek.
8. Implementasi strategi yang menyangkut kegiatan manajemen untuk mengoperasikan
strategi. Implementasi berarti meletakkan strategi menjadi kegiatan. Implementasi
melibatkan penugasan tanggung jawab atas sukses semua atau sebagian strategi
pada/karyawan yang sesuai diikuti dengan alokasi sumber daya yang dibutuhkan.
9. Peninjauan kembali dan evaluasi. Dua pertanyaan dalam proses peninjauan kembali
dan evaluasi strategi adalah :
a. Apakah strategi diimplementasikan sesuai rencana ;
b. Apakah strategi dapat mencapai hasil yang diharapkan.
b. Anggaran
Anggaran merupakan rencana sekali pakai yang merupakan penjabaran dari rencana
strategik. Anggaran adalah rencana sumber daya keuangan yang disusun untuk aktivitas-
aktivitas organisasi dan komponen penting dari program dan proyek. Program meliputi
serangkaian kegiatan yang lebih luas yang menunujukkan:
1. langkah utama untuk mencapai tujuan
2. anggota organisasi bertanggung jawab setiap langkah
3. urutan dan waktu setiap langkah.
Sedangkan proyek adalah cakupan yang lebih sempit dan merupakan versi terpisah dari
program. Setiap proyek pada lingkup yang terbatas, arah penugasan yang jelas dan waktu
penyelesaiannya. Setiap proyek menjadi tanggung jawab orang yang ditunjuk dan
diberikan sumber daya tertentu dalam waktu penyelesaian tertentu
Jadi anggaran merupakan perencanaan sekali pakai yang menggunakan sumber-
sumber untuk mengerjakan suatu aktivitas, proyek dan program. Anggaran merupakan
49
alat manajemen yang ampuh yang mengalokasikan berbagai macam sumber yang
terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam. Anggaran membantu
menjelaskan dan mengaskan prioritas tindakan, pemeliharaan koordinasi dan membantu
mengevaluasi serta mengontrol hasil. Para manajer yang baik mampu menduga dan
menetapkan anggaran yang tepat untuk mendukung unit-unit kerjanya. Mereka juga
mampu meraih tujuan kinerja sementara dibatasi oleh anggaran.
Para manajer secara khusus dipengaruhi oelh tiga tipe dasar dari anggaran yaitu
anggaran tetap, anggaran fleksibel dan anggaran zero based.
Anggaran tetap mengalokasikan sumber berdasarkan pada suatu estimasi biaya. Suatu
estimasi menentukan kelompok sumber tetap yang dapat digunakan tetapi tidak
berlebihan untuk mendukung tujuan yang khusus. Misalnya anggaran untuk memberi
peralatan Rp 25 juta.
Anggaran fleksibel sebaliknya memperbolehkan perubahan pengalokasian sumber secara
proporsional sesuai dengan variasi tingkatan kegiatan. Manejer operasi yang
menggunakan anggaran fleksibel dapat mengharapkan tambahan dalam mengalokasikan
sumber bila aktivitas meningkat yang diperkirakan ke tingkat berikutnya. Misalnya
menyewa orang untuk tambahan kegiatan administrasi.
Anggaran zero based atau berbasis nol suatu proyek atau kegiatan dianggarkan bila
terdapat merek baru. Manajer tidak dapat mengasumsikan bahwa sumber yang
dialokasikan sebelumnya untuk suatu proyek atau kegiatan akan jelas berlanjut untuk
waktu yang akan datang. Disamping itu semua proyek bersaing dari awal untuk suatu
dana yang diinginkan. Perhatian dari anggaran untu zero based diperuntukkan bagi para
manajer yang sepenuhnya selalu mempertimbangkan prioritas, tujuan dan aktivitasnya
pada setiap permulaan dari siklus anggaran baru. Anggaran tipe ini digunakan oleh
kalangan bisnis, agen pemerintahan dan tipe organisasi lain untuk membantu menjamin
bahwa hanya program yang paling dikehendaki yang akan menerima dana.
C. Penjadwalan.
Penjadwalah merupakan tugas dari perencanaan dan pengawasan akan melihat apakah
pekerjaan diselesaikan sesuai dengan jadwal.
Proyek merupakan perencanaan sekali pakai yang menetapkan rangkaian kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan tugas khusus dan menghubungkan kegiatan tersebut
50
dengan kerangka waktu khusus, target kinerja dan sumber daya. Khususnya proyek
melaksanakan dan menjadwalkan sumber daya dan menentukan prioritas kegiatan.
Jadwal yang baik tidak hanya menunjukkan apa yang dibutuhkan untuk dikerjakan, tetapi
apa yang dibutuhkan dan kapan segala sesuatunya harus selesai. Jadwal sangatlah
penting untuk beberapa kepanitiaan, satuan tugas dan kelompok operasional proyek
sehari-hari dalam organisasi. Lebih khusus lagi tugas-tugas diberikan untuk kelompok
fungsional silang dan tim yang lain. Untuk kelompok tersebut jadwal proyek membantu
perencanaan dan dapat dipertanggungjawabkan.
d. Manajemen Waktu
Perencanaan mengembangkan manajemen waktu. Kebanyakan orang mempunyai
kesulitan dalam menyeimbangkan antara waktu yang ada dengan banyaknya
kesepakatan dan kesempatan yang ingin kita capai. Setiap hari manajer disibukkan oleh
tugas dan tanggung jawab yang menumpuk dalam keadaan interupsi, krisis dan
banyaknya kejadian yang tidak terduga. Kebanyakan kita membiarkan waktu kita
didominasi orang lain atau kegiatan yang tidak penting. Melalui keuntungan pribadi
dengan mengembangkan fokus dan fleksibilitas, koordinasi dan pengawasan, perencanan
merupakan suatu bentuk dari manajemen waktu.
Saran manajemen waktu:
1.Berkatalah tidak saat ada ajakan yang akan mengalihkan pekerjaan yang sedang
anda kerjakan.
2.Jangan berhenti pada bagian yang detail dan rutinitas yang seharusnya ditinggalkan
untuk yang lainnya.
3. Buatlah suatu sistem untuk menyeleksi telpon yang diterima
4. Jangan mampir tanpa direncanakan atau menghabiskan waktu terlalu banyak dengan
tamu yang tak diundang.
5. Lakukan prioritas pekerjaan dari yang paling penting dan mendesak.
6. Jangan suka mengulur waktu dengan melepaskan pengawasan terhadap skedul
anda.
7. Lakukan tugas pekerjaan sesuai dengan prioritas
51
BAB VIII
DASAR-DASAR ORGANISASI
Kompetensi dasar:
Mahasiswa mampu memahami dasar-dasar organisasi.
A. Pembedaan dalam Pengorganisasian,Struktur Organisasi dan Desain Organisasi.
1.Kata organisasi mempunyai dua pengertian umum :
a.Lembaga atau kelompok fungsional seperti organisasi perusahaan, rumah sakit,
perwakilan pemerintah atau sekumpulan oleh raga.
b.Berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dimana kegiatan
organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara anggotanya agar tujuan organisasi dapat
dicapai dengan efisien.
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai
dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, lingkungan yang melingkupinya.
Ernest Dale menguraikan proses pengoganisasian:
1. pemerincian pekerjaan
2. pembagian pekerjaan
3. pemisahan pekerjaan
52
4. koordinasi pekerjaan
5. monitoring dan reorganisasi
Menurut Hani Handoko: pengorganisasian adalah suatu proses untuk merancang struktur
formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan
diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.
Proses pengorganisasian ada tiga langkah :
1. Perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2. Pembagian pekerjaan total menjadi kegiatan yang dapat dikerjakan oleh satu orang.
Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan dan
jangan terlalu ringan sehingga tidak mengganggur.
3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme mengkoordinasikan pekerjaan para
anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme
pengkoordinasian ini akan membuat para anggota menjaga perhatiannya pada tujuan
organisasi dan mengurangi ketidak efisienan dan konflik - konflik yang merusak.
Proses ini akan tercermin dalam struktur organisasi yang mencakup aspek-aspek
pengorganisasian yaitu :
a. Pembagian kerja.
b. Departementalisasi / departementasi.
c. Bagan organisasi formal.
d. Rantai perintah dan kesatuan perintah.
e. Saluran komunikasi.
f. Penggunaan komite.
g. Rentang manajemen dan kelompok informasi.
Menurut Malayu SP.Hasibuan Proses pengorganisasian meliputi:
1. menentukan tujuan organisasi.
2. Menentukan kegiatan untuk mencapai tujuan.
3. Pengelompokan kegiatan atas dasar tujuan yang sama. Kegiatan yang bersamaan
disatukan dalam departemen.
4. Pendelegasian wewenang pada setiap departemen.
5. Rentang kendali, yaitu manajer harus menentukan jumlah orang pada setiap
departemen.
53
Ciri - ciri organisasi ada tiga yakni : Sekelompok orang, kerja sama atau pembagian
kerja dan tujuan bersama. Dalam organisasi formal ketiga ciri itu ada, hubungan dan
tujuan bersama ditetapkan secara rasional.
Sedangkan organisasi informal ketiga ciri tersebut ada namun hubungan-hubungan
itu dipengaruhi oleh perasaan dan tujuan bersama yang tidak jelas. Dalam organisasi
formal tiap unsur organisasi mempunyai kedudukan tugas dan fungsi yang tegas, sedang
dalam organisasi informal kedudukan dan fungsi itu tampaknya kabur.
Supaya suatu bagian dapat menjalankan aktivitasnya dan dituntut tanggung jawab.
4. Prinsip Koordinasi.
Prinsip ini bertujuan supaya bagian bagian tidak berjalan sendiri-sendiri sebab aktivitas
yang dijalankan disuatu bagian mempengaruhi dan dipengaruhi oleh bagian-bagian
lainnya. Hal ini perlu diperhatikan karena dalam praktek bagian-bagian biasanya tanpa
sadar mementingkan bagiannya sendiri.
5. Prinsip Rentang Manajemen.
Perlu diperhatikan bahwa efisiensi dan efektivitas pengendalian bawahan ;angsung
dipengaruhi oleh rentang manajemen. Yaitu beberapa bawahan langsung yangdapat
diawasi secara efisien dan efektif.
6. Prinsip Tingkat Pengawasan.
Pengawasan supaya dimudahkan.
7. Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam organisasi seorang bawahan hanya menerima perintah dari atasannya dan
bertanggungjawab kepada atasannya.
Piramid
Vertikal
Horizontal
57
Lingkaran
Presiden Direktur
Manajer
Manajer Pabrik B Manajer
Pabrik A Pabrik C
Kebaikan:
Adanya kesatuan perintah dari atas sampai bawah
Pimpinan dapat cepat mengambil keputusan
58
Presiden Direktur
Staff
Kebaikan:
Tugas pimpinan lebih ringan dengan adanya staff
Staff dapat mendidik para petugas.
59
Kelemahan:
Kemungkinan terjadi pertentangan antara Staff dengan pejabat lain.
Sering bawahan lebih percaya kepada Staff dari pada pejabat lini atasnya.
3. Organisasi fungsional/ Fungsi
Bagan organisasi fungsi melukiskan fungsi pejabat-pejabat tertentu dalam suatu
organisasi. Wewenang fungsi dilukiskan dengan garis terputus-putus. Dilihat dari
bawahan seorang dapat diperintah oleh beberapa orang atasan
Presiden Direktur
Kebaikan:
Masing-masing Fungsi dipegang oleh seorang yang ahli dalam bidangnya.
Tugas manajer lebih ringan dengan adanya fungsi
Kelemahan:
Tidak ada kesatuan perintah sehingga bawahan menjadi binging.
Para manajer sering konflik karena kurang koordinasi
Masalah yang timbul tidak dapat cepat diatasi
4.Bagan Organisasi Komite.
Komite dilakukan untuk mengambil keputusan tentang kegiatan di dalam organisasi.
Komite dapat dibentuk di semua bagian di dalam organisasi
Gambar 5: Bagan Organisasi Komite
DIREKTUR
60
Kebaikan:
Merupakan forum tukar pendapat antar anggota organisasi.
Keputusan bersama hasilnya lebih baik
Koordinasi dapat terlaksana secara baik
Kelemahan:
Sulit untuk mengadakan pertemuan.
Adanya keharusan berkompromi di dalam membuat keputusan.
DIREKTUR
TEKNIK
61
Manajer Proyek
A
Manajer Proyek B
Manajer Proyek C
Manajer Proyek
D
Kebaikan:
Sangat fleksibel
Mengembangkan ketrampilan para karyawan
Efesiensi penggunaan manajer.
Kelemahan:
Memerlukan koordinasi vertikal dan horozontal.
Perintah ganda dapat membingungkan para bawahan.
Sangat mahal untuk di implementasikan
tindakan dan wewenang operasional adalah bila seseorang boleh melakukan tindakan
tertentu.
F. Departemen / Departementasi
` Departementasi adalah pengelompokkan kegiatan. Ada beberapa bentuk :
1. Fungsi : Pemasaran, akuntansi produksi, keuangan.
2. Produk dan jasa : devisi mesin, cuci, lemari es, televisi, radio dan sebagainya.
3. Wilayah : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan sebagainya.
4. Langganan : Penjualan industri, pedagang eceran, pemerintah, militer dan sebagainya.
5. Proses dan peralatan : Departemen pemotongan, perakitan, pembungkusan dan
sebagainya.
6. Waktu : Shift pertama, kedua, ketiga.
7. Pelayanan : kelas bisnis, kelas ekonomi, kelas toris.
8. Alpha numeral : 0000-50.000 satu departemen (telepon).
9. Proyek dan matrik : perusahaan konstruksi dengan teknologi tinggi, perusahaam
konsultan.
G. Desentralisasi Wewenang
Tanpa wewenang yaitu kuasa untuk menjalankan kebijaksanaan dalam mengambil
keputusan yang diberikan kepada para manajer, berbagai departemen tidak dapat
menjadi kesatuan yang bekerja dengan lancar. Hubungan wewenang entah vertikal atau
horizontal merupakan faktor yang membuat organisasi yang memanfaatkan aktivitas
departementalisasi dan membawa koordinasi.
Desentralisasi adalah suatu aspek fundamental dari penyerahan atau
pendelegasian sampai beberapa jauh wewenang itu tidak didelegasikan maka wewenang
itu disentralisir. Sentralisasi dalam satu orang itu mungkin tetapi tidak menyiratkan
manajer-manajer bawahan dan tiak menyiratkan organisasi struktural. Beberapa
desentralisasi terdapat pada semua organisasi. Sebaliknya tidak ada desentralisasi
mutlak, sebab kalau manajer mendelegasikan seluruh wewenangnya maka status mereka
menjadi manajer akan terhenti, kedudukan mereka akan dihilangkan da tidak akan
menjadi organisasi.
Oleh karena itu sentralisasi dan desentralisasi merupakan kecenderungan
keduanya seperti panas dan dingin.
Delegasi Wewenang.
64
BAB IX
WEWENANG DAN KEKUASAAN
Hubungan Dalam Organisasi.
Pembicaraan tentang hubungan dalam organisasi mencakup pembicaraan tentang
tanggung jawab, wewenang dan pelaporan. Tanggung jawab adalah salah satu
kekuasaan yang didelegasikan. Wewenang adalah salah satu kekuasaan didasarkan
pada pengakuan terhadap usaha mempengaruhi orang lain. Pelaporan adalah wajib
bertalian dengan pelaksanaan tugas. Dengan menerima tanggung jawab dan wewenang
individu dalam organisasi bersedia dipersalahkan bila memang salah dan menerima
imbalan bila berhasil melaksanakan tugas. Tanggung jawab, wewenang dan pelaporan
merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan pimpinan mempengaruhi bawahan. Biasanya
proses pendelegasian ditunjang oleh unsur motivasi dan komunikasi yang baik untuk
membantu pimpinan melaksanakan maksudnya.
Dasar dan tanggung jawab adalah :
Spesifikasi tugas.
Delegasi.
Kesamaan fungsional.
Tujuan.
Rentang manajemen.
Tidak mungkin bagi pimpinan untuk setiap kali meneliti pekerjaan bawahan, karena
itu perlu penyelia dengan tugas yang jelas. Perlu delegasi yang lengkap sehingga tidak
timbul kesenjangan dan ada tugas yang tidak dikerjakan. Perlu dihindari tumpang tindih
tugas yang sama diberikan kepada lebih dari dua orang atau tidak boleh ada pecahan
yaitu tanggung jawab sama diberikan kepada lebih dari seorang. Kesamaan fungsional
berarti pengelompokkan fungsi agar spesialisasi lancar. Tujuan organisasi mengarahkan
tanggung jawab. Rentang manajemen perlu disesuaikan dengan kebutuhan sempit atau
luas. Kalau sempit tanggung jawab dibatasi, kalau luas tanggung jawab besar.
66
harus dengan bantuan tenaga kerja manusia dan tujuan itu pun untuk memenuhi
kepuasan/kebutuhan manusia.
Posisi/kedudukan seseorang karyawan, apakah termasuk manajer atau operasional
pada dasarnya ditentukan oleh authority yang dimilikinya. Semakin banyak authority yang
dimiliki seseorang, maka semakin tinggi kedudukannya dalam organisasi dan sebaliknya.
Apakah wewenang (authority) itu ?
Pengertian authority yang dikemukakan para penulis didefinisikan, sebagai berikut Drs.
Malayu Hasibuan ,Authority adalah kekuasaan yang sah dan legal yang dimiliki seseorang
untuk memerintah orang lain, berbuat atau tidak berbuat sesuatu ; authority merupakan
dasar hukum yang sah dan legal untuk dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan.
Louis A. Allen, wewenang adalah sejumlah kekuasaan (fowers) dan hak (rights) yang
didelegasikan pada suatu jabatan.
G.R.Terry, wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk menyuruh
pihak lain, supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki wewenang itu.
Halorld Koonz and Cyril O’Donnel, wewenang adalah kekuasaan yang sah, suatu hak
untuk memerintah atau bertindak.
R.C.Davis, wewenang adalah hak yang cukup yang memungkinkan seseorang dapat
menyelesaikan suatu tugas kewajiban tertentu.
Apakah pengertian authority sama atau berbeda dengan pengertian power, dan mana
yang lebih menjamin tercapainya tujuan, apakah orang yang mempunyai authority atau
orang yang mempunyai power ?
Power (kuasa) adalah kekuatan seseorang yang disegani karena mempunyai kekuatan
tertentu, baik kekuatan fisik, mental maupun karena mempunyai pengaruh yang cukup
luas (penulis).
G.R Terry, wewenang (authority) adalah identik dengan kekuasaan (power) dan hak
(right), tetapi kuasa berarti kekuatan dan biasanya dalam arti fisik, sedangkan wewenang
adalah hak-hak yang bergandengan dengan tanggung jawab (responsibility). Wewenang
dapat mempergunakan kuasa (power) untuk mencapai tujuannya, tetapi ia tidak persis
sama dengan kuasa itu.
Henry Fayol, wewenang adalah hak untuk memerintah (dalam organisasi formal) dan
kekuatan (power) membuat manajer dipatuhi dan ditaati.
69
James D. Mooney, power dalam arti fisik adalah kecakapan membuat sesuatu, sedangkan
authority adalah hak/wewenang (right) untuk membuat sesuatu.
Chester I.Barnard, authority sama dengan power; authority adalah ciri suatu komunikasi
(perintah) dalam suatu organisasi formal yang menyebabkan ia diterima oleh seseorang
anggota organisasi tersebut dan perintah-perintahnya harus ditaati.
Dalam wewenang selalu terdapat power dan responsibility untuk mencapai tujuan,
tetapi power tidak selalu diikuti oleh authority dan responsibility. Jadi authority-lah yang
paling menjamin tercapainya tujuan, sebab auhtority menciptakan power dan right.
Kenapa authority itu sangat penting bagi seseorang ?
Authority sangat penting bagi seseorang, karena :
1. Authority merupakan dasar hukum bagi seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan
atau tugas-tugasnya.
2. Authority selalu akan menciptakan power, right dan responsibility.
3. Authority menyebabkan perintah-perintah manajer dipatuhi dan ditaati.
4. Authority menjadi tolak ukur kedudukan, sifat pekerjaan dan tanggung jawab
seseorang karyawan dalam suatu perusahaan.
5. Authority menjadi batas tentang apa yang dapat dikerjakan dan yang tidak boleh
dikerjakan seseorang.
6. Authority merupakan kunci pekerjaan manajerial, yaitu :
a. Hak dan dengannya, para manajer dapat menuntut kepatuhan para bawahannya
terhadap keputusan-keputusan, dan perintah-perintahnya.
b. Adalah dasar bagi tanggung jawab/kewajiban dan merupakan daya pengikat dalam
organisasi.
c. Penggolongan kegiatan/pekerjaan guna mencapai tujuan dan spesifikasi
hubungan-hubungan wewenang antara atasan dengan bawahan.
d. Dasar bagi manajer untuk mengorganisasi, mengarahkan, mengendalikan dan
mengkoordinasikan semua bagian demi mencapai tujuan.
e. Merupakan asas organisasi dalam pembagian kerja.
2. Sumber-sumber Authority
1. Formal authority theory (Institutional Approach = tepri wewenang formal).
2. Acceptance authority theory (Teori peneriamaan wewenang).
70
Acceptance authority theory ini bersumber dari bawah (Bottom-up theory) ke atas.
71
Position Authority
Menurut teori ini, wewenang yang diperoleh seseorang bersumber dari posisi
(kedudukan) superior yang dijabatnya didalam organisasi yang bersangkutan. Position
authority ini dijabarkan untuk description-nya. Misalnya : Seorang Dosen mempunyai
authority untuk meluluskan seorang mahasiswa, karena ia mempunyai authority
(kedudukan = posisi) untuk itu.
Technical Authority (Computer Authority)
Menurut teori ini, wewenang seseorang (operator) bersumber/berasal dari
komputer yang dipakainya untuk memproses data. Ia mempunyai kekuasaan mengambil
keputusan dari hasil proses data tersebut. Hal ini disebabkan karena authority hanya
dapat dimiliki oleh manusia, sehingga kewenangan komputer menjadi wewenang dari
operatornya. Operator berwenang menginformasikan dan menjelaskan hasil proses data
itu, menjadi suatu keputusan yang diterima oleh orang lain.
72
B. TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab (responsibility) adalah keharusan untuk melakukan semua
kewajiban/tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sebagai akibat dari wewenang yang
diterima atau dimilikinya. Setiap wewenang akan menimbulkan hak (right), tanggung
73
C. PENDELEGASIAN WEWENANG
1. Arti Pentingnya Pendelegasian Wewenang
Pendelegasian wewenang (Delegation of authority) mempunyai arti dan makna
yang sangat luas. Untuk jelasnya pengertian pendelegasian wewenang ini, penulis
mengutip definisi-definisi yang dikemukakan oleh para penulis, sebagai berikut :
Drs. Malayu S.P.Hasibuan, pendelegasian wewenang adalah memberikan sebagian
pekerjaan atau wewenang oleh delegator kepada deleget untuk dikerjakannya atas nama
delegator.
75
Ralph C.Davis, pendelegasian wewenang hanyalah tahapan dari suatu proses ketika
penyerahan wewenang, berfungsi melepaskan kedudukan dengan melaksanakan
pertanggung jawaban.
Harold Koonz and Cyril O’Donnel, semua pendelegasian wewenang merupakan pokok
yang didapat kembali oleh si pemberi wewenang. Hal itu adalah suatu sifat wewenang, si
pemilik wewenang (manajer) tidak selamanya menyelesaikannya sendiri kekuasaan ini
dengan menyerahkan wewenang itu.
Louis A. Allen,pendelegasian wewenang adalah dinamika manajemen. Pendelegasian
adalah proses yang diikuti oleh seorang manajer dalam pembagian kerja yang dipikulkan
kepadanya, sehingga ia melakukan bagian kerja itu hanya karena penempatan organisasi
yang unik, dapat mengerjakan dengan efektif, sehingga ia dapat memperoleh orang-orang
lain untuk membantu pekerjaan yang tidak dapat ia kerjakan.
Kesimpulan dari definisi di atas, adalah :
a. Pendelegasian wewenang merupakan dinamika organisasi, karena dengan
pendelegasian wewenang ini para bawahan mempunyai wewenang, sehingga mereka
dapat mengerjakan sebagian pekejaan delegator (pimpinan).
b. Pendelegasian wewenang merupakan proses yang bertahan dan yang menciptakan
pembagian kerja, hubungan kerja dan adanya kerja sama dalam suatu
organisasi/perusahaan.
c. Pendelegasian wewenang dapat memperluas ruang gerak dan waktu seorang
manajer.
d. Pendelegasian wewenang, manajer tetap bertanggung jawab terhadap tercapainya
tujuan perusahaan.
e. Pendelegasian wewenang menjadi ikatan formal dalam suatu organisasi.
Kenapa pendelegasian wewenang merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
organisasi/perusahaan ?
Pendelegasian wewenang penting dan mutlak harus dilakukan seorang manajer
(pimpinan), karena :
1. Pendelegasian wewenang harus dilakukan seorang manajer, karena manajemen baru
dikatakan ada, jika ada pembagian wewenang dan pembagian kerja.
2. Pendelegasian wewenang harus dilakukan manajer, karena adanya keterbatasan
(fisik, waktu, perhatian dan pengetahuan) seorang manajer.
76
Menurut asas ini, besarnya wewenang yang didelegasikan harus sama dan seimbang
dengan besarnya tugas-tugas dan tanggung jawab yang diminta (authority =
responsibility)-nya. Tanpa keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab akan
berakibat terjadinya kemadekan tugas-tugas, overlapping dan adanya tindakan-
tindakan yang tumpang tindih. Jadi manajer (delegator) tidak boleh meminta tanggung
jawab (hasil) yang lebih besar dari wewenang yang didelegasikannya pada bawahan.
Misalnya : jika wewenang didelegasikan sebesar (X), maka tanggung jawab
(responsibility)-nya pun harus sebesar (Y) pula. Tidak boleh kurang ataupun lebih,
harus seimbang.
8. Asas pembagian kerja (devision of work)
Menurut asas ini, untuk berfungsinya organisasi hendaknya dilakukan distribusi
pekerjaan (delegation of authority), karena tanpa adanya pembagian kerja, manajemen
tidak berarti apa-apa dan semua tugas akan langsung dikerjakan sendiri oleh manajer.
Partisipasi bawahan kurang dan mereka tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan,
sebab tidak memiliki wewenang.
9. Asas efisiensi
Menurut asas ini dengan pendelegasian wewenang, maka manajer akan lebih leluasa
melaksanakan tugas-tugas penting dari pada melaksanakan hal-hal yang dapat
dikerjakan bawahan. Keuntungan spesialisasi dapat dimanfaatkan dengan baik,
sehinggan manajer dapat memikirkan perkembangan perusahaan.
10 Asas kemutlakan tanggung jawab (principle of absoluteness of responsibility)
Menurut asas ini, bahwa setiap deleget yang menerima wewenang, mutlak harus
bertanggung jawab kepada delegator (atasannya) mengenai wewenang (pekerjaan-
pekerjaan) yang dilakukannya. Tanggung jawab tidak boleh didelegasikan kepada
bawahan yang menerima wewenang itu. Hanya wewenang yang boleh didelegasikan
kepada bawahan. Tegasnya seseorang yang menerima wewenang, harus
bertanggung jawab kepada orang yang memberikan wewenang tersebut. Perlu
diperhatikan bahwa asas tidak berlaku mutlak, tetapi hanya sebagai pedoman untuk
bertindak dan dalam penerapannya harus mempertimbangkan kebutuhan dan situasi.
3. Seni Pendelegasian Wewenang
Pendelegasian wewenang baru efektif, jika dilakukan berdasarkan asas-asas atau
seni (art) pendelegasian wewenang yang baik. The art of the delegation didasarkan pada
81
Personal Attitude yaitu sikap pribadi manajer yang melakukan pendelagasian wewenang
itu.
Personal Attitude yang harus dimiliki oleh manajer adalah :
1. Personal Receptiveness
2. Willingness to let go
3. Willingness to let others make mistakes
4. Willingness to trust subordinate
5. Willingness to establish and use broad control
dikerjakan bawahan dikerjakan sendiri oleh manajer. Manajer walaupun percaya, tetapi
harus tetap mengadakan “pengendalian” supaya pelaksanaan tugas-tugas itu dilakukan
efektif dan baik, karena tanggung jawab wewenang tersebut masih tetap pada pundak
manajer (delegator).
Willingness to establish and use broad control, artinya kesediaan untuk mengadakan dan
menggunakan pengendalian yang luas, ketat, efektif dan intensif dengan alat-alat dan
sistem-sistem pengendalian yang terbaik. Seni (art) delegasi ini merupakan akibat dari
keempat personal attitude yang diuraikan diatas, karena tanpa adanya kesediaan untuk
melakukan pengendalian maka seni-seni delegasi itu tidak akan efektif.
1. Costliness of Decision
Jika keputusan-keputusan itu mahal, penting dan resikonya besar, hanya bisa
diputuskan oleh manajer puncak saja, maka dalam hal ini terjadi sentralisasi
wewenang.
2. Uniformity of Policies
Jika kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan hendak diseragamkan,
maka harus ditetapkan secara sentral, jadi sentralisasi wewenang.
3. Business Dynamics
Jika menginginkan perusahaan maju dan berkembang, maka harus disertai dengan
kebebasan bawahan untuk mengembangkan diri, jadi desentralisasi wewenang.
4. History of Business
Tergantung pada tumbuh dan berdirinya perusahaan. Jika perusahaan pada waktu
didirikan berbentuk perusahaan perseorangan, maka segala kegiatan cenderung untuk
dilakukan sendiri, jadi sentralisasi wewenang. Bila pada saat perusahaan berkembang,
menurut pemilik perkembangan perusahaan ini disebabkan cara manajemen yang
dilakukan pada waktu perusahaan itu berbentuk perusahaan perseorangan, maka
85
dalam hal ini akan diterapkan sentralisasi wewenang. Tetapi bila pada waktu didirikan
perusahaan berbentuk CV/PT, maka cenderung diterapkan desentralisasi wewenang.
5. Desire for Independence
Jika para manajer ingin memiliki kebebasan (tidak tergantung pada orang lain), maka
akan dilakukan desentralisasi wewenang.
6. Availability of Managers
Jika manajer yang trampil jumlahnya sedikit, maka akan terjadi sentralisasi wewenang.
Sebaliknya jika manajer yang trampil jumlahnya banyak, maka akan terjadi
desentralisasi wewenang.
7. Control Technique
Bila sistem pengendalian baik, alat pengendalian lengkap, maka akan cenderung
terjadi desentralisasi wewenang. Sebaliknya jika sistem pengendalian kurang baik, alat
pengendalian tidak lengkap, maka cenderung terjadi sentralisasi wewenang.
8. Environmental Influences
Bila pengaruh lingkungan banyak yang perlu ditafsirkan secara intensif, maka tugas-
tugas penafsiran itu akan dilakukan oleh manajer puncak, jadi diterapkanlah
sentralisasi wewenang. Misalnya : jika ada peraturan perburuhan dari pemerintah yang
akan dilaksanakan perusahaan, maka penafsirannya dilakukan oleh manajer puncak.
Kegiatan-kegiatan yang disentralisasi dan didesentralisasi.
1. Kegiatan produksi didesentralisasi.
2. Kegiatan penjualan didesentralisasi.
3. Kegiatan finance disentralisasi.
4. Kegiatan urusan sumber daya manusia disentralisasi.
5. Kegiatan statistik dan data processing disentralisasi, kecuali pengumpulan data
didesentralisasi.
6. Kegiatan purchasing terutama mesin-mesin (equipment) disentralisasi.
7. Kegiatan pengangkutan dan logistik biasanya disentralisasi.
Beberapa alasan pokok mengapa para manajer tidak mendelegasikan wewenang :
1. Adanya kecenderungan (ego) manusia untuk ingin melaksanakan hal-hal tertentu
secara pribadi.
2. Kurang menghayati peranan manajerial, bila mereka dipromosikan ke tingkat
manajerial.
86
BAB X
MOTIVASI PEGAWAI
1.Pengertian Motivasi.
Istilah motivasi ada dua pengertian:
a. Suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh para manajer
b. Suatu dorongan psikis dari dalam diri seseorang yang menyebabkan ia
berperilaku secara tertentu, terutama didalam lingkungan pekerjaan.
88
Memotivasi berarti tindakan dari seseorang yang ingin mempengaruhi orang lain untuk
berperilaku secara tertentu. Motivasi juga berarti ketegasan psikis yang ada dalam diri
seseorang yang mendorong untuk berperilaku. Tingkah laku manusia selalu timbul oleh
adanya kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah suatu tujuan tertentu. Kebutuhan
yang mendorong perbuatan ke arah suatu tujuan tertentu adalah apa yang disebut
Motivasi.
Motivasi yaitu hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku
manusia. Motivasi merupakan bahan yang penting dan membingungkan bagi para
manajer. Motivasi penting karena manajer, menurut definisi bekerja bersama dan melalui
orang lain.
Motivasi bukanlah satu-satunya yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Ada
dua faktor lain yang terlibat yaitu :
1.Kemampuan perseorangan
2.Pemahaman tentang perilaku apa yang diperlukan untuk mencapai prestasi tinggi,
yang disebut persepsi peran (role perception)
Kedua faktor tersebut saling berkaitan. Jadi apabila salah satu faktor rendah,
tingkat prestasi cenderung akan rendah, meskipun faktor-faktor lainnya tinggi.
Teori-teori manajemen telah berubah dengan berjalannya waktu untuk
menyesuaikan perubahan pada sifat pekerjaan manajer. Manajer di masa lampau,
misalnya berhadapan dengan bawahan yang melaksanakan tugas yang relatif tidak rumit.
Kita juga melihat bahwa pemahaman mengenai pendekatan manajerial yang efektif dan
tidak efektif serta kepentingan kekuatan-kekuatan sosial di tempat kerja berkembang
sepanjang waktu. Hal itu juga mempengaruhi perkembangan dari pemikiran manajemen.
manajer adalah memastikan bahwa para pekerja melaksanakan tugas mereka yang
berulang-ulang dan membosankan dengan cara yang paling efisien. Manajer menentukan
bagaimana tugas harus dikerjakan dengan menggunakan sistem insentif untuk
memotivasi para pekerja, makin banyak mereka berproduksi, makin besar penghasilan
mereka.
Perspektif ini menganggap bahwa para pekerja pada dasarnya pemalas dan bahwa
para manajer memahami tugas para pekerja lebih baik daripada pekerjanya sendiri.
Pekerja hanya dapat dimotivasi dengan imbalan uang dan sedikit kontribusinya di luar
tugas mereka. Dalam banyak situasi pendekatan ini efektif. Dengan meningkatnya
efisiensi, lebih sedikit pekerja yang dibutuhkan untuk tugas tertentu. Sesudah beberapa
lama berlangsung, manajer mengurangi besarnya insentif. Pemecatan menjadi biasa, dan
para pekerja lebih mencari keamanan kerja daripada sekedar peningkatan gaji yang
sedikit dan bersifat sementara. Model hubungan manusia, akhirnya menjadi jelas bahwa
pendekatan tradisional terhadap motivasi tidak lagi memadai.
Elton Mayo dan peneliti hubungan manusia lainnya menemukan bahwa kontak-
kontak sosial yang dilakukan oleh para karyawan di waktu kerja juga penting dan bahwa
tugas yang menjemukan dan berulang-ulang secara sendiri merupakan faktor dalam
mengurangi motivasi. Mayo dan lainnya percaya bahwa manajer dapat memotivasi
karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa
berguna dan penting.
Akibatnya, karyawan mendapatkan beberapa kebebasan untuk membuat
keputusan dalam pekerjaan. Perhatian yang lebih besar diberikan kepada kelompok kerja
informal organisasi. Pada model tradisional, pekerja diharapkan untuk menerima
wewenang manajemen dengan imbalan upah yang tinggi dengan sistem yang efisien yang
dirancang oleh manajemen dan dilaksanakan oleh pekerja.
Model Hubungan Manusia
Dalam model hubungan manusia, pekerja diharapkan untuk menerima wewenang
manajemen karena supervisor memperlakukan mereka dengan tenggang rasa dan
memperhatikan kebutuhan mereka. Tetapi keinginan manajer tetap sama, yaitu
mengharapkan pekerja menerima situasi kerja yang dibangun oleh manajer.
Perintis model sumber daya manusia adalah McGregor dan Maslow dan para
peneliti seperti Argyris, Likert, mengkritik model hubungan manusia sebagai sekedar
pendekatan yang lebih canggih untuk memanipulasi karyawan. Para ahli teori mengatakan
bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang, atau keinginan akan
kepuasan, tetapi juga kebutuhan akan pencapaian yang berarti. Mereka berpendapat
bahwa kebanyakan orang sudah termotivasi untuk bekerja dengan baik dan mereka tidak
secara otomatis melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki. Mereka
mengatakan ahwa karyawan cenderung memperoleh kepuasan dari prestasi yang baik
(bukan hanya berprestasi karena merasa puas, seperti dalam model hubungan manusia).
Jadi karyawan dapat diberikan tanggung jawab yang lebih jauh untuk membuat
keputusan dan melaksanakan tugas mereka. Dari sudut pandangan sumber daya
manusia, manajer tidak boleh memaksa karyawan untuk menuruti sasaran manajerial
model tradisional atau memanipulasi mereka dengan perlakuan yang penuh tenggang-
rasa, seperti pada model hubungan manusia. Sebaliknya, manajer harus membagi
tanggungjawab untuk mencapai sasaran organisasi dan perorangan dengan masing-
masing orang berkontribusi atas dasar minat dan kemampuannya.
Sebuah penelitian menemukan bahwa para manajer kontemporer cenderung untuk
mempercayai dua model motivasi sekaligus. Dengan bawahan mereka, para manajer
cenderung beroperasi menurut model hubungan manusia. Mereka mencoba mengurangi
penolakan bawahan dengan meningkatkan moral dan kepuasan. Untuk mereka sendiri,
para manajer lebih menyukai model sumber daya manusia. Mereka merasa bahwa bakat
mereka sendiri kurang dimanfaatkan, dan mereka mencari tanggung jawab yang lebih
besar dari atasan mereka.
2. Teori ERG.
Ahli jiwa Clayton Alderfer setuju dengan Maslow bahwa motivasi pekerja dapat diukur
menurut hirarki kebutuhan. Alderfer membagi kebutuhan menjadi 3:
a. Kebutuhan Eksistensi( Existence Needs) yaitu kebutuhan dasar Maslow
ditambah dengan faktor-faktor seperti tunjangan.
b. Kebutuhan Hubungan( Related Needs).
c. Kebutuhan Pertumbuhan ( Growth Needs) adalah kebutuhan untuk
kreativitas pribadi atau pengaruh yang produktif.
3. Teori Motivasi Dua Faktor
92
kebutuhan apa yang dicoba untuk dipuaskan oleh seseorang?, apa yang mendorong
mereka bertindak?
4. David MC. Clelland
MC Clelland mengemukakan tiga kebutuhan manajer (MC Clelland’s Trio of
Needs), yaitu kebutuhan untuk berprestasi (Need for Achievement), kebutuhan untuk
bekerja sama (Need for Affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (Need for Power).
Ketiga kebutuhan tersebut merupakan motivator bagi para manajer di dalam
melaksanakan tugas-tugas mereka.
Menurut pandangan ini, seseorang mempunyai kebutuhan dalam (inner needs)
yang membuat mereka bersemangat, ditekan, atau termotivasi untuk mengurangi atau
memenuhinya. Artinya, seseorang akan bertindak atau berlaku menurut cara-cara yang
akan mebawa kearah pemuasan kebutuhan mereka. Sebagai contoh, seorang karyawan
yang mempunyai kebutuhan prestasi (pencapaian) yang kuat dapat dimotivasi untuk
berkerja di luar jam kerja agar dapat menyelesaikan suatu tugas yang sukar tepat waktu,
karyawan dengan kebutuhan yang kuat akan penghargaan (self esteem) dapat dimotivasi
untuk bekerja dengan sangat hati-hati untuk menghasilkan pekerjaan yang bermutu tinggi.
5.Douglas Mc.Gregor
Para manajer dalam memotivasi bawahan perlu memperhatikan bawahan dan dengan
teori X dan Y maka bawahan dapat dikategorikan sebagai berikut:
Manusia X ciri-cirinya: tidak menyenangi pekerjaan, pemalas, tidak senang memikul
tanggungjawab, dan harus dipaksa agar menghasilkan sesuatu.
Manusia Y ciri-cirinya: senang bekerja, kreatif, menyenangi tanggungjawab dan mampu
mengendalikan diri. Manager akan berhasil menghadapi manusia X dengan motivasi
negatif yaitu dengan sangsi tetapi dengan manusia Y manajer menggunakan motivasi
positif artinya manusia Y lebih senang diberi pujian dan penghargaan.
Sekilas pendekatan ini tampak sederhana, pendekatan ini mengatakan bahwa
manajer dapat menentukan kebutuhan bawahan dengan mengamati tindakan-tindakan
mereka dan bahwa manajer dapat meramalkan tindakan bawahan dengan mengetahui
kebutuhan mereka. Tetapi dalam praktek, motivasi jauh lebih rumit. Ada beberapa sebab
rumitnya mengetahui motivasi, antara lain :
1. Kebutuhan sangat berbeda pada setiap orang dan berubah sepanjang waktu.
Perbedaan individu sangat mempersulit tindakan motivasi manajer.
94
organisasi. Hal ini terjadi bila atasan mengetahui persis keadaan bawahannya,
memberinya kepercayaan penuh dan terciptanya hubungan sosial yang erat antar semua
anggota organisasi.
Beberapa ciri organisasi teori Z adalah:
1. Organisasi terdiri dari kelompok manajer yang amat menyadari akan arti pentingnya
kekompakan kerja dalam organisasi.
2. Organisasi memiliki tujuan untuk menciptakan hubungan harmonis antara perusahaan
dengan pekerjaannya, dengan pemilik, dengan langganan dan dengan masyarakat
luas.
3. Terdapat kebebasan bagi manajer unit untuk menentukan tujuan unitnya dalam rangka
mencapai tujuan unitnya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
4. Proses pengambilan keputusan bersifat konsensus atas dasar partisipasi
5. Mengembangkan dan menyebarluaskan informasi dan nilai-nilai dalam perusahaan
Saran-Saran Motivasi Pegawai
Aplikasi dari teori motivasi dan teknik-tekniknya, dasar pemikiran yang tepat digunakan
adalah:
a. Satu teknik berkaitan erat dengan beberapa teori motivasi
b. Manajer harus memahami teori motivasi apa yang cocok digunakan untuk
menghadapi situasi yang bagaimana.
c. Seluruh teori harus dihubungkan dengan upaya para pegawai untuk
mencapai tujuan
dan pemuasan kebutuhannya.
Enam teknik aplikasi teori motivasi untuk pegawai:
a.Manajemen berdasarkan sasaran(Management By Objectives)
b. Program Penghargaan Karyawan.
c. Program Penghargaan Karyawan.
d.Program Keterlibatan Karyawan
e.Program Imbalan Bervariasi.
f.Rencana Pemberian Imbalan Berdasarkan Keterampilan
g.Manfaat yang Fleksibel
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menggerakkan pegawaitersebut adalah :
- memperlakukan manusia dengan baik.
97
BAB XI
KEPEMIMPINAN
PENGERTIAN
Dari semua fungsi manajemen, kepemimpinan (lesdership) melibatkan para
manajer paling langsung dengan bawahan. Dengan demikian memimpin merupakan
bagian sentral dari peran manajer, yang meliputi bekerja bersama-sama dan melalui
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Kemampuan kepemimpinan manajer, yaitu kemampuan manajer untuk memotivasi,
mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan, ini akan menentukan
efektivitas manajer.
Ada banyak definisi yang berlainan tentang kepemimpinan, hampir sebanyak orang
yang berusaha mendefinisikan konsep tersebut. Kita mendefinisikan kepemimpinan
98
1
99
Sementara itu seorang pemimpin lainnya, Haris juga membagi menjadi tiga gaya
dengan pengertian yang sama dengan pengertian diatas hanya berbeda penyebutan
gayanya yaitu :
a. Pemimpin Autokratik (the autocratic leader).
b. Pemimpin Partisipatif (the participative leader).
c. Pemimpin Bebas (the Free-rein leader).
Ketiga gaya kepemimpinan tersebut diatas apabila dijabarkan lebih sempit adalah
sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Autokratik
karakteristiknya adalah sebagai berikut :
a. Kekuasaan dan hak pemimpin berdasarkan pada wewenang posisinya.
b. Semua keputusan dibuat oleh pemimpin.
c. Pemimpin menggunakan balas jasa (reward) dan hukuman (punishment) untuk
mengendalikan para bawahan.
d. Pekerjaan dirumuskan secara rinci dan standar kerja diterapkan secara kaku.
Gaya ini tepat di dalam situasi sebagai berikut :
a. Para bawahan tidak punya pengalaman kerja.
b. Keadaan darurat, keputusan harus segera dibuat.
c. Diperlukan tindakan penertiban dan sebagainya.
Pada umumnya reaksi para bawahan adalah sebagai berikut :
2
101
3
103
manajer akan diberi hukuman. Para manajer hanya sedikit percaya kepada bawahan,
sebaliknya para bawahan merasa takut kepada para manajer.
. Sistem 2. Para manajer masih menentukan perintah-perintah tetapi para bawahan
diberi beberapa kebebasan untuk memberi komentar terhadap perintah-perintah tersebut.
Para bawahan juga diberi beberapa fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka
tetapi dalam batas-batas prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Para bawahan yang
mencapai tujuan-tujuan para manajer mungkin diberi balas jasa. Secara umum para
manajer mempunyai sikap rendah diri terhadap para bawahan mereka, dan para bawahan
berhati-hati kalau berhubungan dengan para manajer mereka.
. Sistem 3. Para manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberi perintah-perintah
setelah hal-hal tersebut dibicarakan dengan para bawahan. Para bawahan dapat
membuat keputusan-keputusan sendiri tentang cara melaksanakan tugas-tugas mereka.
Balas jasa lebih digunakan dibanding hukuman, untuk memotivasi para bawahan. Para
bawahan merasa bebas untuk membicarakan pekerjaan yang berhubungan dengan para
manajer mereka dan para manajer merasa bahwa para bawahan dapat dipercaya untuk
melaksanakan tugas-tugas mereka dengan baik.
. Sistem 4. Adalah sistem idealnya Likert. Mengenai cara organisasi seharusnya berjalan.
Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Apabila
para manajer secara formal membuat keputusan secara formal mereka melakukan
setelah mempertimbangkan saran-saran dan pendapat-pendapat dari anggota kelompok
lainnya. Untuk memotivasi para bawahan, para manajer tidak hanya menggunakan balas
jasa ekonomi tetapi juga dengan memberi bawahan perasaan bahwa mereka penting dan
dibutuhkan.
4
107
Model-model Situasional
Efektifitas kepemimpinan tidak berdasar pada suatu gaya tertentu tetapi tergantung
pada perubahan gaya yang digunakan agar sesuai dengan situasi tertentu yang dihadapi.
Para pemimpin harus sensitif terhadap lingkungannya pada saat itu sehingga mereka
dapat menentukan gaya yang paling efektif untuk digunakan pada suatu situasi tertentu.
Beberapa model akan dibicarakan dibawah ini.
Teori Kepemimpinan Jalur-Tujuan (Path Goal Theory of Leadership).
Menurut teori ini, para pemimpin dapat efektif karena kemampuannya
meningkatkan para bawahan mereka, memberi motivasi berprestasi, kepuasan kerja dan
pemimpin diterima oleh para bawahan. Teori ini dibentuk pada hubungan diantara
berbagai gaya kepemimpinan, watak para bawahan dan faktor-faktor situasional lainnya.
Semuanya dikombinasikan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku para bawahan.
BAB XII
KOMUNIKASI
Komunikasi antar manusia merupakan problem utama bagi setiap organisasi. Kesalahan
manajer berkomunikasi dapat mengakibatkan kerugian beratus-ratus juta rupiah, untuk itu
manajer perlu punya kemampuan berkomunikasi secara efektif.
Komunikasi secara efektif merupakan hal yang sangat penting bagi para manajer di setiap
organisasi terutama untuk dua alasan. Pertama, fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dapat dilaksanakan
melalui proses komunikasi. Kedua, sebagian besar kegiatan manajer dan waktunya
tercurah untuk berkomunikasi. Melalui komunikasi para manajer dapat melaksanakan
tugas-tugas mereka. Semua informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer agar
mereka mempunyai dasar pengambilan keputusan. Apabila manajer tidak punya
kemampuan berkomunikasi secara efektif maka tugas memberi pengarahan kepada
bawahan tidak akan berhasil. Kegagalan suatu perundingan, kerjasama dengan pihak lain
dan sebagainya juga disebabkan manajer tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
Pengertian komunikasi yang dapat diterima oleh semua orang sulit didapatkan. Menurut
James A.F.STONER di dalam buku “Management” menyatakan bahwa sebuah penelitian
mengungkapkan sebanyak 95 definisi komunikasi tetapi tidak ada satupun yang diterima
secara meluas. Komunikasi dapat diartikan sebagai proses dengan mana manusia
mencoba memberi pengertian melalui pengiriman berita secara simbolik.5
Pengertian tersebut mempunyai tiga unsur penting yaitu :
5
James A.F. Stoner, Management, third edition, (New Jersey : Prentice-Hall International, Inc, 1986), Hal. 500.
111
Apabila dilihat dari ada atau tidak adanya feedback, komunikasi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu “One way communication” dan “Two way communication”. Apabila tidak ada
feedback disebut “one way” atau komunikasi satu arah, dan disebut “two way” atau
komunikasi dua arah apabila ada feedback. Penelitian yang dilakukan oleh Harold Leavitt
dan Ronald Mueller menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu :
1. Komunikasi satu arah tidak banyak memakan waktu.
2. Komunikasi satu arah lebih teratur.
3. Komunikasi dua arah lebih akurat.
4. Komunikasi dua arah lebih menyakinkan receiver.
5. Komunikasi dua arah sender merasa lebih mudah diserang atau disangkal apabila
melakukan kesalahan.
Saluran Komunikasi Dalam Organisasi
Di setiap organisasi dikenal ada tiga macam saluran komunikasi, yaitu saluran
komuniksasi vertikal, horisontal (lateral) dan diagonal.
Saluran komunikasi vertikal merupakan komunikasi antara atasan dengan bawahan,
sedangkan komunikasi tersebut dapat berupa laporan bawahan kepada atasan dan
pemberian informasi baik dari atasan kepada bawahan maupun dari bawahan kepada
atasan.
Saluran komunikasi horisontal (lateral) merupakan komunikasi di antara anggota
organisasi yang setingkat atau sekelompok. Biasanya berupa informasi yang disampaikan
untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan masing-masing anggota tersebut.
Saluran komunikasi diagonal merupakan satu-satunya saluran komunikasi yang
digunakan oleh para pejabat lini dengan staf di dalam suatu organisasi. Di sini komunikasi
berupa saran atau informasi dari staf kepada pejabat lini dan informasi atau permintaan
pendapat dari pejabat lini kepada staf.
Selain saluran formal tersebut di atas, di setiap organisasi juga dikenal adanya komunikasi
informal atau sering disebut dengan “grapine”. Komunikasi tersebut terjadi secara informal
di antara anggota organisasi dengan berbagai alasan yaitu :
1. Untuk pemuasan kebutuhan manusia berkomunikasi dengan sesamanya yang tidak
dapat terpenuhi melalui saluran formal.
2. Merupakan perlawanan terhadap pengaruh yang monoton atau komunikasi secara
formal yang membosankan.
113
3. Mempengaruhi perilaku orang lain yang tidak dapat dilakukan di dalam saluran
komunikasi formal.
4. Sebagai pelayanan terhadap sesama anggota yang membutuhkan komunikasi informal
tersebut terjadi.
4. Pendengaran yang lemah sehingga berita yang ditangkap berbeda pengertian dengan
pengirimnya.
5. Penggunaan bahasa yang tidak tepat baik kata-kata yang tidak dimengerti oleh
penerima maupun penggunaan kata-kata yang keliru.
6. Ketidakpercayaan “Receiver” baik kepada “Sender” maupun berita yang diterimanya.
Para manajer harus menyadari hal-hal tersebut di atas sehingga mereka dapat
mengatasinya dengan baik.
Cara mengatasi hambatan tersebut antara lain :
1. Mengatasi hambatan organisasional
a. Setiap informasi dan gagasan yang disampaikan oleh manajer tingkat atas kepada
semua anggota organisasi, apabila secara lisan dan melalui manajer di setiap
tingkatan, para manajer yang punya wewenang untuk menyampaikan informasi dan
gagasan tersebut harus menjelaskan secara rinci tanpa menambah atau
mengurangi isi dan pengertian informasi tersebut. Begitu juga sebaliknya apabila
ada informasi dari bawahan ditujukan kepada manajer tingkat atas.
b. Setiap anggota organisasi baik sebagai manajer tingkat atas, menengah dan
bawah maupun yang tidak mempunyai kedudukan, apabila mengadakan
komunikasi satu dengan yang lain hendaknya tanpa mengingat kedudukan masing-
masing. Konsentrasi hanya pada informasi yang disampaikan oleh maing-masing
pihak.
c. Setiap anggota organisasi yang hanya spesialisasi tertentu apabila berkomunikasi
dengan anggota yang lain terutama yang bukan sekelompok, hendaknya istilah-
istilah khusus tertentu dijelaskan secara rinci sehingga informasi yang disampaikan
dapat diterima oleh “receiver” dengan pengertian yang sama dari “sender”.
2. Mengatasi hambatan individual
a. Agar persepsi antara “sender” dan “receiver” sama maka setiap informasi
hendaknya dijelaskan secara rinci.
b. Apabila komunikator dalam keadaan membela diri atau alam keadaan emosi baik
keduanya ataupun hanya salah satu komunikator, tetapi apabila masing-masing
menyadari untuk saling memperhatikan informasi yang dikirim maka pengertian
beritanya tetap sama.
115
Di samping hal tersebut di atas manajer dalam berkomunikasi perlu mengerti dasar
psikologis dari komunikasi. Untuk itu konsep Analisis Transaksional (“Transactional
Analysis”) harus dimengerti. Istilah Analisis Transaksional berkembang dari anggapan
bahwa setiap komunikasi antar manusia adalah suatu “transaksi”. Menurut konsep
tersebut, setiap individu dapat berbicara dari tiga eksistensi psikologis yang berbeda,
disebut “ego state” atau status ego.
Setiap orang mempunyai tiga macam status ego, yaitu status ego orang tua(“Parent Ego
State”), status ego orang dewasa (“Adult Ego State”) dan status ego anak (“Child Ego
State”).
1. Status orang tua (“Parent Ego State”) dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Status ego orang tua pemelihara (“Nurturing Parent”) adalah status ego yang
cenderung untuk memberi dukungan, membantu, mengisi kekurangan, dan
sebagainya.
b. Status ego orang tua pengkritik (“Critical Parent”) adalah status ego yang senang
mengkritik, menilai, memberi hukuman, dan sebagainya.
Status ego orang tua terbentuk di dalam diri sejak kecil, merupakan hasil dari pengaruh
orang tua, wali, guru dan orang-orang tua di sekitarnya.
2. Status ego orang dewasa (“Adult Ego State”) adalah kemampuan yang sudah ada
sejak kecil yang berfungsi sebagai komputer yang memproses data. Hal ini terlihat
sebagai kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan berdasarkan data dari
lingkungan, jadi merupakan kemampuan orang untuk melihat fakta-fakta disekitarnya.
Seperti juga halnya seorang yang telah dewasa, biasanya dapat berpikir secara logis
116
Status ego anak adalah pembawaan sejak lahir yang menunjukkan kecenderungan-
kecenderungan murni dari seseorang. Reaksi status ego anak hampir selalu berlawanan
dengan status ego orang tua. Status ego anak ditandai oleh kecenderungan untuk
menunjukkan perasaan secara mudah sekali, tergesa-gesa, main-main, ingin tahu dan
menggunakan daya cipta seperti sifat dari anak kecil. Status ego anak menunjukkan
pendirian yang relatif lemah, tidak pasti dan kurang yakin akan dirinya sendiri.
Ketiga status ego tersebut berbentuk pola perasaan yang mempengaruhi pola reaksi atau
tungkah laku seseorang. Setiap orang yang berkomunikasi biasanya status ego yang
berperan ditentukan oleh tuntutan dari lingkungan pada saat berkomunikasi tersebut.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa seorang yang mempunyai kemampuan
menyesuaikan diri yang baik, adalah orang yang bereaksi terhadap lingkungan
berdasarkan status ego yang dituntut oleh lingkungannya. Jadi, ketiga status ego tersebut
berperan secara berganti-ganti sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pada saat orang berkomunikasi dengan orang lain, “transaksi” akan terlihat jelas dengan
melibatkan status ego masing-masing komunikator. Menurut konsep Analisis
Transaksional dikenal ada tiga macam transaksi, yaitu :
1. Transaksi sejajar (“Paralel Transaction”) atau sering juga disebut transaksi melengkapi
(“Complementary Transaction”). Transaksi ini terjadi apabila pesan yang dikirim timbul
dari satu status ego tertentu dari “sender” dan ditujukan pada status ego tertentu dari
“Receiver”, mendapat jawaban status ego yang sama dari “sender”. Sebagai contoh,
pembicaraan antara supervisor dengan bawahannya :
117
BAB XIII
DASAR-DASAR PENGAWASAN
PENGERTIAN
Pengendalian (Controlling) adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan
pengukuran dan koreksi semua kegiatan di dalam rangka memastikan bahwa tujuan-
tujuan dan rencana-rencana organisasi dapat terlaksana dengan baik. Perencanaan dan
pengendalian punya hubungan yang erat. Banyak penulis manajemen yang berpendapat
bahwa kedua fungsi manajemen tersebut tidak dapat dipisahkan. Menurut Earl P.Strong
dan Robert D.Smith, organisasi membutuhkan pengendalian (control), karena terdapat
sejumlah pandangan yang berlainan mengenai cara terbaik untuk mengelola suatu
organisasi. Hal ini berarti bahwa perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan
walaupun telah dilaksanakan secara efektif, sepertinya tidak membantu para manajer
mencapai tujuan-tujuan mereka kembali kecuali apabila informasi mengenai pengendalian
juga ditetapkan secara efektif.
Pengendalian manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan standar
prestasi (performance standar) dengan perencanaan sasarannya guna mendesain
sistem informasi umpan balik, membandingkan prestasi kerja dengan standar yang
telah ditetapkan lebih dahulu, menentukan apakah ada penyimpangan (deviasi) dan
mencatat besar kecilnya penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan yang
diperlukan untuk memastikan bahwa semua sumber daya perusahaan dimanfaatkan
secara efektif guna mencapai tujuan perusahaan.
LANGKAH-LANGKAH DALAM PROSES PENGENDALIAN
MOCKLER membagi pengendalian dalam empat langkah sebagai berikut :
1. Langkah pertama ialah menetapkan standar dan metode mengukur prestasi. Langkah
ini dapat mencakup penetapan standar penjualan dan produksi sampai kepada daftar
presensi dan keamanan. Agar dapat berfungsi secara efektif, standar tersebut harus
dirinci dalam istilah-istilah yang mudah dipahami dan diterima oleh individu yang
bersangkutan. Metode pengukurannya harus dapat diterima dan akurat.
120
2. Langkah kedua ialah mengukur pelaksanaan kerja. Seperti halnya dengan semua
aspek pengendalian, langkah ini merupakan proses yang berkesinambungan, repetitif
(berulang-ulang) yang frekuensinya tergantung kepada jenis aktivitas yang sedang
diukur.
3. Apakah prestasi kerja memenuhi standar. Jika hasil itu memenuhi standar, maka
manajer dapat mengasumsikan bahwa segala sesuatunya telah berjalan secara
terkendali.
4. Langkah terakhir ialah mengambil tindakan koreksi,. Tindakan koreksi ini dapat berupa
mengadakan perubahan terhadap satu lebih banyak aktivitas dalam operasi organisasi
atau terhadap standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Para manajer hanya
memonitor prestasi kerja dan bukan melakukan pengendalian, kecuali kalau para
manajer mengikuti terus proses sampai pelaksanaan terakhir. Yang harus senantiasa
diutamakan ialah menentukan cara-cara yang konstruktif agar hasil-hasil tersebut
dapat memenuhi standar dan jangan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang lalu
saja.
PENTINGNYA PENGAWASAN
1. Perubahan lingkungan organisasi.
Perusahaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan
organisasi manapun. Pergeseran pasar, munculnya pesaing baru, penemuan bahan dasar
baru, berlakunya peraturan-peraturan baru dan lain-lainnya. Melalui fungsi pengendalian,
manajer mendeteksi perubahan yang mempengaruhi produk atau jasa perusahaannya. Ia
kemudian dapat membuat tindakan untuk mengatasi ancaman yang ada serta
memanfaatkan kesempatan baru yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
2. Sifat Kompleks.
Adanya desentralisasi dapat menambah sifat kompleks organisasi pada saat ini.
Desentralisasi dapat mempermudah usaha pengendalian organisasi, karena operasi
organisasi tidak perlu bagi dikendalikan oleh kantor pusatnya. Agar supaya
desentralisasi menjadi efektif, setiap unit yang sudah didesentralisasi harus
melaksanakan pengendalian yang tepat benar.
3. Kesalahan-kesalahan.
121
Apabila manajer atau bawahan tidak pernah membuat kesalahan maka ia dengan
mudah menetapkan standar pelaksanaan dan mencatat perubahan-perubahan penting
yang tidak terduga dalam lingkungan organisasi. Akan tetapi kenyataannya para
anggota organisasi kadang-kadang membuat kesalahan, misalnya memesan suku
cadang yang keliru, salah dalam menentukan harga, mendiagnosa masalah secara
tidak tepat, dan sebagainya. Tugas manajer untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan
tersebut sebelum menjadi lebih parah lagi.
4. Kebutuhan manajer untuk mendelegasi wewenang.
Para manajer tidak mungkin menangani semua pekerjaan yang ada dalam
organisasinya. Untuk para manajer secara bertingkat mendelegasikan tugas dan
wewenangnya kepada bawahannya. Apabila manajer mendelegasikan wewenang
kepada bawahannya, hal ini tidak berarti bahwa tanggung jawab kepada atasan
menjadi hilang. Satu-satunya cara bagi manajer untuk dapat menentukan bahwa
bawahan telah melaksanakan tugas yang didelegasikan adalah dengan menerapkan
sistem pengendalian.
JENIS-JENIS METODE PENGAWASAN
Ada empat dasar pengelolaan jenis pengendalian, yaitu waktu pengendalian, obyek
pengendalian, subyek pengendalian dan cara pengendalian :
1. Waktu pengendalian
Waktu pengendalian dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Pengendalian preventif merupakan jenis pengendalian yang dilakukan sewaktu
kegiatan belum dimulai. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan atau kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan.
b. Pengendalian represif merupakan jenis pengendalian yang dilakukan sewaktu
suatu kegiatan sudah berjalan tetapi belum selesai. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi penyimpangan ataupun kesalahan-kesalahan selama suatu kegiatan
sedang berlangsung, sehingga kegiatan tersebut dapat selesai dengan baik.
c. Pengendalian kuratif merupakan jenis pengendalian yang dilaksanakan setelah
suatu kegiatan selesai. Dengan memperbaiki penyimpangan dan kesalahan yang
telah terjadi maka kegiatan yang akan datang dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Obyek Pengendalian
122
Apabila dilihat dari obyek yang dikendalikan, dapat dibedakan menjadi empat yaitu
pengendalian produksi, pengendalian keuangan, pengendalian waktu dan
pengendalian manusia beserta kegiatannya.
Pengendalian produksi antara lain :proses produksi, bahan baku, tenaga kerja, biaya
produksi. kualitas produk
Pengendalian waktu. Pengendalian ini berkaitan dengan semua kegiatan yang ada di
dalam organisasi, dan yang dikendalikan adalah waktu kegiatan. Lamanya kegiatan dan
berakhirnya suatu kegiatan seharusnya sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Pengendalian manusia dan kegiatannya. Disini, yang dijadikan obyek pengendalian
adalah manusia yang melaksanakan kegiatan, dan kegiatan yang dilaksanakan tersebut
dapat menunjang tercapainya tujuan organisasi, manusia yang melaksanakan kegiatan
tersebut harus yang sesuai dan mampu untuk menyelesaikan dengan baik.
Pengendalian keuangan. Pengendalian ini antara lain meliputi berbagai metode yaitu
:laporan-laporan keuangan,neraca,laporan rugi/laba,laporan aliran kas dan sumbernya
satu laporan penggunaan dan,analisis ratio keuangan,analisis Break-Even,Anggaran.
3. Subyek Pengendalian.
Pengendalian yang dilakukan oleh pihak organisasi disebut pengendalian intern,
sedangkan pengendalian yang dilakukan oleh pihak luar organisasi disebut pengendalian
ekstrn. Pengendalian intern dilaksanakan di dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
secara efektif dan efisien. Sedangkan pengendalian ekstern, biasanya dilaksanakan agar
organisasi tidak melanggar aturan-aturan atau norma-norma yang belaku di dalam
masyarakat.
4. Cara Pengendalian.
Pengendalian kegiatan-kegiatan organisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
terutama cara untuk mengumpulkan fakta untuk pengendalian yaitu :
a. mengadakan inspeksi
b. wawancara atau laporan lisan
c. laporan tertulis
d. pengendalian dilaksanakan jika ada penyimpangan yang mencolok (control by
exception)
123
Untuk menjaga para manajer dari kemacetan komunikasi tentang bagaimana masalah
berkembang, pengendalian komunikasi sering berdasarkan pada prinsip “Management
by Exception”. Prinsip ini menyarankan bahwa atasan hanya diberi informasi bila
terjadi penyimpangan besar dari standar atau rencana, sehingga atasan dapat
berkonsentrai penuh pada penyimpangan besar tersebut.
5. Mengevaluasi informasi dan melakukan tindakan koreksi.
Langkah terakhir melibatkan perbandingan penunjuk dengan standar, penentuan
apakah tindakan koreksi perlu diambil, dan kemudian melakukan tindakan koreksi.
Informasi tentang penyimpangan dari standar harus dievaluasi terlebih dahulu,
penyimpangan kecil atau penyimpangan yang dapat mempengaruhi hasil akhir.
Apabila dibutuhkan, alternatif tindakan koreksi dikembangkan, dievaluasi dan
diemplementasikan.
KARAKTERISTIK SISTEM PENGENDALIAN YANG EFISIEN
Sistem pengendalian diperkuat oleh ciri-ciri sebagai berikut :
1. Akurat.
Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang tidak akurat dari
sistem pengendalian dapat mengakibatkan organisasi mengambil tindakan koreksi
yang gagal atau bahkan menciptakan masalah yang tadinya tidak ada. Mengevaluasi
ketepatan informasi yang diterima merupakan salah satu tugas pengendalian paling
penting yang dihadapi manajer.
2. Tepat waktu.
Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan segera dievaluasi, jika hendak diambil
tindakan pada waktu yang tepat untuk menghasilkan perbaikan.
3. Obyektif dan menyeluruh.
Informasi dalam sistem pengendalian seharusnya dapat dipahami dan dianggap
obyektif oleh individu yang menggunakannya. Sistem informasi yang sukar dipahami
akan mengakibatkan kesalahan yang tidak perlu dan kebingungan atau frustasi
dikalangan para manajer.
4. Terpusat pada titik-titik pengendalian strategik.
Sistem pengendalian seharusnya dipusatkan pada kawasan di mana sering terjadi
penyimpangan dari standar atau yang akan menimbulkan kerugian yang paling besar.
Sistem ini seharusnya juga dipusatkan pada titk-titik di mana tindakan koreksidapat
126
dilaksanakan secara paling efektif. Sebagai contoh, kurang tepat kiranya untuk
memeriksa kualitas barang setelah barang tersebut dikirim kepada langganan.
Kualitas barang sebaliknya diperiksa segera setelah keluar dari lini perakitannya.
5. Realistik secara ekonomis.
Biaya untuk implementasi sistem pengendalian seharusnya lebih rendah atau paling
banyak sama dengan keuntungan yang diperoleh dari sistem tersebut. Cara terbaik
untuk memperkecil pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu dalam sistem
pengendalian adalah mengeluarkan biaya paling minimum yang diperlukan untuk
memastikan bahwa kegiatan yang dimonitor akan mencapai tujuan yang diinginkan.
Misalnya manajer penjualan yang menerima laporan penjualan setiap hari merupakan
pemborosan. Laporan mingguan atau bulanan biasanya sudah mencukupi.
6. Realistik secara organisasional.
Sistem pengendalian harus dapat digabungkan dengan realita organisasi.
Umpamanya, individu harus dapat melihat hubungan antara tingkat prestasi yang
harus dicapai dengan imbalan yang akan menyusul kemudian. Selain itu, semua
standar pelaksanaan kerja harus realistik. Perbedaan status antar individu harus
dimnegerti. Individu yang harus memberi laporan tentang terjadinya penyimpangan
kepada seorang yang dianggapnya staf yang pangkatnya rendah, mungkin tidak akan
lagi menanggapi sistem pengendalian itu secara serius.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi.
Informasi pengendalian perlu dikoordinasikan dengan aliran pekerjaan seluruh
organisasi karena dua alasan. Pertama, setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat
mempengaruhi departemen keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi. Kedua,
informasi pengendalian harus sampai kepada semua personalia yang perlu menerima.
8. Fleksible.
Pandangan organisasi sekarang adalah dalam suatu lingkungan atabil sehingga
mereka tidak perlu kuatir tentang suatu kemungkinan perubahan. Untuk hampir semua
organisasi, sistem pengendalian harus mengandung sifat fleksibel sehingga organisasi
tersebut dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan yang merugikan atau
memanfaatkan kesempatan-kesempatan baru.
9. Bersifat menentukan dan operasional.
127
METODE-METODE PENGENDALIAN
Teknik pengawasan dengan anggaran
Anggaran adalah pernyataan formal secara kuantitatif dari sumber daya-sumber
daya yang disisihkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang direncanakan selama
periode waktu yang ditetapkan. Anggaran digunakan sebagai alat untuk perencanaan dan
pengendalian kegiatan-kegiatan pada setiap tingkat dalam suatu organisasi. Anggaran
menunjukkan pengeluaran, penerimaan, atau laba yang direncanakan untuk waktu yang
akan datang. Angka-angka perencanaan tersebut menjadi standar dimana pelaksanaan
waktu yang akan datang diukur.
Anggaran adalah bagian fundamental program-program pengendalian organisasi.
Anggaran selalu digunakan karena dinyatakan dalam bentuk angka yang menunjukkan
sejumlah uang. Alasan lain mengapa anggaran digunakan sebagai alat pengendalian
karena anggaran membuat jelas dan merupakan standar dari pelaksanaan.
Selain sebagai alat perencanaan dan pengendalian, anggaran juga merupakan alat utama
pengkoordinasian kegiatan-kegiatan organisasi. Interaksi antara manajer dan bawahan
selama proses penyusunan anggaran akan membantu penentuan dan integrasi kegiatan-
kegiatan para anggota organisasi.
Pelaksanaan kegiatan diukur atas dasar perbedaan angka (jumlah) penghasilan dan
biaya. Sebagai ukuran, digunakan untuk menentukan seberapa baik pusat-pusat
tersebut bekerja secara ekonomis dan seberapa baik manajernya berprestasi dalam
pelaksanaan kegiatan di pusat tersebut. Pusat penghail laba diciptakan bila suatu
satuan organisasional diberi tanggung jawab untuk menghasilkan laba.
4. Pusat Investasi (Invesment Center).
Sistem pengendalian tidak hanya mengukur nilai moneter dari masukan dan keluaran,
tetapi juga menilai tentang perbandingan antara keluaran dengan aktiva yang
digunakan untuk memproduksinya.
Penyusunan Anggaran.
Penyusunan anggaran biasanya dimulai ketika para manajer menerima hasil
ramalan (forecast) ekonomi, penjualan dan sasaran laba tahun yang akan datang dari
manajemen puncak. Semuanya tadi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun
anggaran.
Di dalam beberapa organisasi, anggaran disusun oleh para manajer puncak tanpa
atau sedikit konsultasi dengan para manajer tingkat bawah. Sebaiknya, di banyak
perusahaan anggaran disiapkan, paling tidak permulaan oleh para karyawan yang akan
melaksanakan kegiatan. Kemudian, anggaran dikirim ke atas untuk mendapat persetujuan
para atasan mereka. Penyusunan anggaran tipe “bawah ke atas” atau “bottom-up” ini
mempunyai banyak kebaikan bagi organisasi. Kebaikan tersebut antara lain, anggaran
akan lebih realistis, para manajer akan lebih termotivasi untuk menerima dan
melaksanakan anggaran tersebut. Akhirnya moral dan kepuasan karyawan menjadi tinggi
karena mereka ikut berpatisipasi aktif dalam pembuatan keputusan yang menyangkut diri
mereka.
Selama penyusunan anggaran sumber daya-sumber daya organisasi yang terbatas
dialokasikan, dan para manajer merasa kuatir bahwa mereka tidak akan diberi bagian
yang adil. Tekanan akan naik dengan adanya persaingan antara para manajer. Selain
persaingan antar para manaker naik, mereka juga kuatir karena mereka tahu bahwa para
manajer akan dinilai kemampuan dalam pelaksanaan kegiatan dengan standar dalam
anggarannya.
Jenis Anggaran:
130
kelengkapan dan kebenarannya. Audit ii dilakukan oleh akuntan publik. Tujuan auditor
adalah bukan menyiapkan laporan-laporan keuangan perusahaan, pekerjaannya
adalah memeriksa bahwa perusahaan dalam menyiapkan laporan-laporan keuangan-
keuangannya dan penilaian aset-aset dan hutang-hutangnya telah mengikuti prinsip-
prinsip akuntansi yang diterima secara umum (di Indonesia, Prinsip Akuntansi
Indonesia) dan menggunakannyasecara benar.
Audit ekstern dilaksanakan setelah periode organisasi selesai dan laporan-laporan
keuangannya telah komplit. Audit ini biasanya tidak memberikan sumbangan utama
bagi pengendalian kelangsungan operasi organisasi.
2. Audit intern (Internal Auditing).
Audit dilaksanakan oleh para anggota organisasi itu sendiri. Tujuannya adalah
menyediakan jaminan yang beralasan bahwa aset-aset organisasi terjaga
keselamatannya secara layak dan bahwa catatan-catatan keuangan dapat dipercaya
dan cukup tepat untuk persiapan laporan-laporan keuangan. Audit ini juga membantu
para manajer dalam penilaian efisiensi operasi organisasi.
Audit intern akan mengevaluasi bagaimana sistem pengendalian organisasi secara
memadai bekerja terhadap realisasi tujuan-tujuan organisasi. Mengevaluasi beberapa
laporan-laporan organisasi dalam ketepatan dan kegunaannya serta memberi
rekomendasi-rekomendasi pada pengembangan dalam sistem pengendalian. Oleh
sebab konsentrasinya pada operasi-operasi organisasi, proses ini juga dikenal sebagai
“audit operasional”.
3. Audit Manajemen.
Audit ini digunakan untuk menilai efektifitas manajemen secara keseluruhan. Jadi tidak
hanya memeriksa sistem pengendalian organisasi saja tetapi juga meliputi program,
kebijakan, prosedur, metode operasi, penggunaan wewenang, fasilitas fisik dan
kualitas serta efektifitas metode manajerial lainnya. Dilaksanakannya audit ini akan
menghasilkan informasi-informasi yang sangat bermanfaat bagi manajemen, terutama
untuk mengetahui apakah organisasi dalam keadaan “Well organized” atau
“disorganized”.
134
dicurahkan pada tujuan-tujuan MBO mereka, maka berbagai kesempatan dapat hilang.
Untuk mengatasi hal itu, Odiorne menyampaikan bahwa MBO harus dijadikan bagian
dari proses penetapan tujuan-tujuan.
Pembuatan MBO efektif
Ada beberapa elemen yang dibutuhkan agar MBO dapat efektif, yaitu :
1. Memperlihatkan kontinyuitas komitmen manajemen puncak. Penerimaan dan
antusiasme mula-mula diantara karyawan terhadap suatu program MBO mungkin
hilang dengan cepat kecuali manajemen puncak melakukan usaha-usaha bersama
untuk menjaga sistem tetap hidup dan berfungsi sepenuhnya. Para manajer yang
menjumpai kesulitan untuk menetapkan dan meninjau kembali tujuan-tujuan mungkin
kembali pada pendekatan yang lebih tradisional dan otokratik. Para manajer puncak
harus menyadari terhadap kondisi ini dan mendukung secara kontinyu untuk menjaga
program sebagai bagian vital dari prosedur-prosedur organisasi.
2. Mendidik dan melatih para manajer. Agar MBO sukses, para manajer harus
memahaminya dan mempunyai ketrampilan yang sesuai. Mereka harus dididik tentang
prosedur dan kebaikan-kebaikan sistem tersebut, ketrampilan-ketrampilan yang
diperlukan, dan keuntungan dari MBO bagi organisasi dan karier mereka sendiri.
Apabila para manajer tetap menolak, program MBO akan gagal.
3. Merumuskan tujuan secara jelas. Para manajer dan bawahan harus dipuaskan dengan
pencapaian tujuan yang realistik dan mudah dipahami, serta akan digunakan untuk
mengevaluasi prestasi. Untuk itu mungkin perlu melatih para manajer dengan
ketrampilan-ketrampilan untuk penetapan tujuan yang berguna dan dapat diukur serta
mengkomunikasikannya secara efektif.
4. Membuat umpan balik efektif. Sistem MBO tergantung pada partisipan yang
mengetahui posisi mereka dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan mereka.
Penetapan tujuan bukan merupakan suatu insentif yang mencukupi, peninjauan
kembali pelaksanaan yang teratur dan umpan balik dari hasil-hasil tetap perlu.
5. Mendorong partisipasi. Para manajer harus menyadari bahwa partisipasi para
bawahan dalam penetapan tujuan mungkin mengandung implikasi pengalokasian
kembali kekuasaan. Para manajer harus bersedia melepaskan beberapa pengendalian
langsung terhadap para bawahan dan mendorong para bawahan untuk lebih berperan
aktif dalam perumusan dan pencapaian tujuan-tujuan mereka sendiri. Beberapa
139
7. Evaluasi. Langkah ini menganalisis seberapa baik kerja dari sistem baru tersebut
dan apa yang dipelajari dari proses perkembangan sistem tersebut.
Agar proses perkembangan MIS dapat dilaksanakan secara efektif, ada lima
petunjuk yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Jadikanlah para pemakai sebagai bagian dari team disain MIS.
2. Biaya-biaya dari sistem tersebut harus dipertimbangkan secara hati-hati.
3. Menyokong perlunya informasi dan seleksi informasi dari kuantitas belaka.
4. Sistem tersebut perlu dites lebih dahulu sebelum diadakan pemasangan.
5. Para operator dan pemakai sistem tersebut harus dilatih dengan baik.
Problem-problem dalam implementasi ,,Computer-Based,, MIS.
Penggunaan komputer untuk penyelesaian program-program dari organisasi-
organisasi, berkembang secara cepat meskipun problem-problem tersebut mempersulit
dalam implementasi MIS yang dikomputerisasi. G.W. Dickson dan John K. Simmans
telah menunjukkan lima faktor utama menetukan hal-hal yang akan menolak
implementasi dari MIS yang baru, yaitu :
1. Gangguan batas-batas departemen yang tidak dapat dipungkiri. Keadaan MIS yang
baru sering mengakibatkan perubahan-perubahan yang mendatangkan hasil-hasil
didalam beberapa satuan organisasional. Sebagai contoh, departemen persediaan
dan pembelian mungkin disatukan agar penggunaan MIS tersebut lebih efisien.
Suatu perubahan-perubahan mungkin ditentang oleh para anggauta departemen
yang mungkin tidak senang akan perubahan cara kerja mereka atau teman kerja
mereka.
2. Gannguan untuk sistem informal. Jaringan komunikasi informal mungkin terganggu
oleh perubahan pola komunikasi karena adanya MIS yang baru. Apabila para
anggota organisasilebih menyukai mekanisme informal, mereka mungkin akan
menentang adanya saluran yang lebih formal dari sistem baru tersebut.
3. Karakteristik individual yang spesifik. Orang-orang yang telah lama bekerja dalam
organisasi dan tahu cara menyelesaikan pekerjaan mereka dalam sistem yang
sudah ada. Mereka cenderung untuk menentang perubahan lebih hebat dari orang-
orang yang baru saja bekerja diorganisasi dan kurang tahu tentang seluk beluk
organisasi tersebut.
144
ES dapat menyediakan para manajer dengan sistem informasi yang bisa menyetarakan
dengan pengetahuan mereka sendiri dan pengalaman.
Sistem Pembantu Keputusan (DSS)
DSS adalah suatu interaksi sistem komputer yang secara mudah dapat diperoleh
dan dioperasikan oleh orang yang bukan ahli komputer untuk membantu mereka dalam
perencanaan dan fungsi-fungsi pembuatan keputusan. Meskipun DSS mungkin berbeda
dalam penekanannya pada penggunaan data dan fungsi-fungsi pekerjaan, ada suatu
keberatan untuk menekankan dalam semua jenis sistem pada pemakai hal-hal mudah
dimasukkan data untuk pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan ini dapat digunakan
model-model matematik dan untuk mengetes hasil-hasil dari berbagai alternatif untuk
pencapaian keputusan-keputusan terbaik.
Perbedaan antara DSS dan MIS antara lain:
1. DSS digunakan untuk memanipulasi informasi dan pada dasarnya tidak untuk
penyimpanan data serta mengambil data kembali seperti kebanyakan MIS.
2. DSS dioperasikan secara langsung oleh pemakainya, apabila pemakai
menginginkan menggunakan informasi, ia dapat secara cepat memeriksa pada
sistem sendiri tanpa menunggu berhari-hari seperti hal-hal dari departemen MIS.
sebagai contoh, para manajer dapat menggunakan data yang dibutuhkan melalui
DSS dan langsung diproses untuk mendapatkan hasil yang mereka kehendaki
tanpa harus menjelaskan apa yang mereka kehendaki kepada kepala staff MIS.
3. DSS membantu para manajer membuat keputusan-keputusan yang tidak rutin
dalam situasi-situasi yang tidak teratur. Sebaliknya MIS menekankan standar,
laporan periodik dan tidak dapat menanggapi secara baik terhadap situasi-situasi
tidak teratur dan tidak rutin.
Kemampuan dari DSS untuk menggunakan data secara langsung dan melakukan
beberapa tugas data manajemen sendiri telah dapat mengurangi sejenis konflik didalam
organisasi. Paa awal perkembangan “computer-based MIS” banyak terjadi konflik dan
stress diantara para pemakai, para manajer, personalia departemen MIS dan yang lain.
Hal itu disebabkan antara lain oleh ketergantungan dari para pemakai terhadap para ahli
pemroses data, perbedaan gaya-gaya peribadi, latar belakang, nilai-nilai dan tujuan-tujuan
dari para pemakai serta para ahli komputer, serta sifat keterlibatan dari sistem informasi
sebagai teknologi dan konsep baru bemunculan hampir setiap hari. Diperkenalnya DSS
146
dapat mengurangi konflik-konflik tersebut, tetapi tidak berarti bahwa DSS dapat
menggunakan departemen MIS. Oleh karena itu banyak perusahaan yang menggunakan
sistem informasi dengan menggabungkan aktivitas-aktivitas dan fungsi-fungsi DSS dan
MIS.
Suatu DSS dapat dibentuk untuk digunakan sebagai alat dari sebuah kelompok
pembuat keputusan. Biasanya disebut “group decision support system (GDSS)”
merupakan sistem “Computer-based” bagi para manajer untuk membagi dan
menggunakan informasi dalam suatu pertemuan yang membuat keputusan. Para manajer
memasangnya ditempat pertemuan biasa atau dibanyak lokasi yang terpisah membagi
dan menggunakan data pada masing-masing terminal yang dihubungkan pada pusat
komputer. Informasi dari suatu komputer mungkin dikirim kepusat komputer untuk
disebarkan kepada semua anggota kelompok. Dengan cara ini, para individu pembuat
keputusan dapat berinteraksi satu sama lain tentang data dan analisis masing-masing
pada tingkat kelompok. Informasi disimpan, dimanfaatkan dan dianalisis oleh kelompok
untuk mencapai keputusan kelompok yang paling efektif. Jadi dapat meningkatkan
kemampuan kelompok untuk membuat keputusan bersama.
Jaringan Pekerjaan (Networking)
GDSS adalah salah satu bentuk khusus dari Networking. Jaringan kerja adalah
kelompok yang sederhana dari komputer-komputer yang dapat berkomunikasi satu sama
lain dan membagi sumber-sumber biasa, basis data, perangkat keras dan sebagainya.
Pararelisasi pertumbuhan dari microcomputer DSS, ada suatu kesamaan, pertumbuhan
yang cepat dalam cara menghubungkan “microcomputer”, terminal-terminal dan sistem-
sistem dalam jaringan kerja. Jaringan kerja-jaringan kerja tersebut dapat dibentuk antar
bagian dalam organisasi, menghubungkan kelompok pemakai atau berbagai departemen,
atau antar organisasi yaitu menghubungkan organisasi dengan basis data diluar
organisasi.
Sistem Ahli atau Expert System (ES)
Meskipun DSS sekarang ini menjadi populer dan dipakai secara meluas, tetapi ES
mungkin mengambil tempat mereka dalam waktu yang dekat dengan alat untuk
peningkatan pembuatan keputusan organisasional dan pengendalian. ES juga disebut
sistem “Knowledge-based” sejak dibangun pada suatu kerangka kerja dari fakta-fakta
yang diketahui dan bereaksi terhadap situasi-situasi, mungkin juga dapat disebut “artifical
147
intelegence” (AI). ES dirancang untuk menerapkan hasil-hasil dari AI meneliti hal-hal yang
ilmiah, teknologikal dan problem-problem bisnis dengan cara berusaha melebihi
kemampuan dan pertimbangan-pertimbangan para ahli.
ES melakukan hal yang mirip dengan perilaku para ahli dengan melebur perangkat
lunak AI dengan keistimewaan-keistimewaan DSS. Seperti juga DSS, ES menyimpan dan
mendapatkan kembali data, berinteraksi dan berorientasi pada pemakai, dapat
memanfaatkan data serta membuat model-model yang dikehendaki. Namun tidak seperti
DSS, ES juga dapat mendiagnose problem, merekomendasi alternatif dan penyelesaian-
penyelesaiannya, memberi dasar pemikiran untuk mendiagnose dan merekomendasi, dan
belajar dari pengalaman yang lalu dengan menambah informasi yang diperoleh untuk
pemecahan masalah saat ini dengan berdasarkan pada ilmu pengetahuan.
Ada empat kategori umum dari tugas-tugas manajemen informasi dimana ES akan
terus diterapkan dimasa yang akan datang, yaitu :
1. Alokasi sumber data. ES digunakan untuk tugas-tugas seperti manajemen port dolio
dan capital budgeting.
2. Mengenai problem. Laporan pihutang dagang dan laporan lainnya dapat ditinjau
kembali untuk problem-problem yang mungkin, yang ada perbedaan pendapat, dan
yang tidak konsisten.
3. Pejadwalan dan penugasan. ES dapat diterapkan untuk penjadwalan kantor dan
penugasan karyawan.
4. Manajemen Informasi. Sumber-sumber informasi dimuat dalam arsip-arsip data dan
dibuat dengan cara modeling keputusan yang dikelola melalui ES. Sebagai contoh, ES
mungkin menanyakan manajer tentang perubahan-perubahan dalam permintaan pasar
atau tingkat inventory, memberikan hipotesis tentang sebab-sebab yang mungkin, dan
kemudian menentukan serta menjelaskan alternatif penyelesaian masalah.
Robert W. Blanning mengemukakan lima karateristik pembuatan keputusan
manajerial yang mungkin punya implikasi dalam disain, implementasi, penerimaan dan
penggunaan ES, yaitu :
1. Mayoritas problem-problem manajemen adalah tidak teratur.
2. Waktu dan perhatian manajer merupakan sumberdaya yang terbatas.
3. Para manajer punya gaya pemecahan masalah yang berbeda.
4. Para manajer sering bekerja dalam kelompok yang formal dan informal.
148
informasi dan tidak resmi. Sebagai contoh, manajer tidak lagi mengumumkan perhitungan
biaya pada pertemuan departemen karena perhitungan secara harian disebarkan oleh
sistem informasi yang dikomputerisasi. Manajer tersebut mungkin merasa kehilangan
dalam status peribadi atau mempengaruhi peribadinya dan konsekuensinya mungkin
menentang sistem baru tersebut. Argyris yakin bahwa sangat rasional MIS akan memicu
stress dan problem-problem emosional. Pendek kata Argyris takut bahwa para manajer
akan ditekan kedalam hal kejiwaan oleh MIS yang telah maju. Apabila hal ini betul terjadi
maka MIS akan ditentang habis-habisan.
Sedangkan Attewel dan Rule mendapatkan bahwa sistem informasi Computer-
Based tidak berpengaruh besar terhadap struktur organisasional, atau kebanyakan
memperkuat struktur-struktur yang sudah ada. Sebaliknya mereka juga menemukan
bahwa komputerisasi meningkatkan monitoring manajemen puncak terhadap kegiatan-
kegiatan operasional, jadi langkah menuju sentralisasi. Bagaimanapun juga mereka
memperhatikan bahwa penggunaan MIS yang efektif oleh para manajer menengah
mungkin mengarahkan pada desentralisasi. Pada kasus-kasus dimana perubahan-
perubahan terjadi, sentralisasi lebih sering terjadi dari pada desentralisasi. Studi-studi
lainnya menunjukkan bahwa jaringan pekerjaan didalam organisasi dan penggunaan DSS
dapat mengarahkan pada desentralisasi dan delegasi yang lebih besar.
Program Penghargaan Karyawan.