Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANAK TUNAGRAHITA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusif

OLEH

NAMA-NAMA ANGGOTA KELOMPOK V:

1. EPIFANIA SEPIA (19103023)


2. ELFRIDA SURYANI (19103022)
3. MARIANO ANGGUT (19103024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
Rahmat dan Berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Anak Tunagrahita”. Pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Pendidikan Inklusif”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah


Komunikasi Pendidikan dan juga teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini. Penulis menyadarai sepenuhnya bahwa penulisan
makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi
menyempurnakan penggunaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2
Bab II Pembahasan ...................................................................................... 3
A. Pengertian Tunagrahita ................................................................... 3
B. Karateristik Anak Tunagrahita ........................................................ 4
C. Penyebab Tunagrahita ..................................................................... 5
D. Klasifikasi Tunagrahita ................................................................... 6
E. Model Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunagrahita ...................... 7
Bab III Penutup ........................................................................................... 11
A. Kesimpulan ..................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................ 11
Daftar Pustaka ............................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Proses Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh


semua orang tanpa terkecuali. Dalam Pendidikan adanya proses belajar yang
membuat seorang dapat berubah kehal-hal yang baik dan menegtahui hal baru
bahkan meningkatankan pengetahuan yang. Orang yang menempuh
Pendidikan tidak selamanya mereka yang sempurna, artinya mereka yang
tidak memiliki kelainan atau kebutuhan khusus, namun Pendidikan adalah
tempat di mana orang dapat belajar baik yang memilki kebutuhan khusu
maupun tidak. Salah satu masalah yang berkaitan dengan orang berkubutan
khusus adalah anak yang mengalami kalinan seperti tunagritha. Tunagritha
adalah kemampuan berpikir seseorang di bawah rata-rata. Anak yang
mengalami tunagitha tetap dilayani untuk mengenyam Pendidikan, tetapi ia
mengenyam Pendidikan di sekolah khusus seperti SDLB.

Oleh karena itu, upaya pembangunan pendidikan dalam gerak


pembangunan nasional merupakan suatu yang wajar dan harus tetap
dilakukan. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa pendidikan merupakan faktor
strategis dalam menunjang keberhasilan pembangunan. Pendidikan luar biasa,
sebagai salah satu bentuk pendidikan yang khusus mengenai anak-anak
berkelainan sebagai objek formal dan materialnya dari berbagai jenis kelainan
termasuk anak-anak tunagrahita, secara terus-terus berupaya untuk
meningkatkan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Bagaimanapun, sebagai
warga negara anak-anak tunagahita memiliki hak yang sama untuk mendapat
pendidikan.

Pasal 5 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem


pendidikan nasional menyatakan, bahwa setiap warga mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan, yang diantaranya adalah anak-anak
tunagrahita. Demikian pula pada pasal 8 ayat 1dari undang-undang yang sama
menyebutkan, bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau

1
mental berhak memperoleh pendidikan luarbiasa adalah pendidikan yang
disesuaikan dengan kelainan peserta didik berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tunagrahita?
2. Karateristik anak tunagrahita?
3. Apa saja penyebab tunagrahita pada anak?
4. Klasifikasi tunagrahita?
5. Bagaimana model pelayanan anak tunagrahita?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tunagrahita.
2. Menegtahui Ciri-ciri anak tunagrahita.
3. Mengetahui penyebab tunagrahita pada anak.
4. Mengetahui klasifikasi anak tunagrahita.
5. Mengetahui model pelayanan anak tunagrahita.

2
Bab II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tunagrahita

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau


orang yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau bisa juga
disebut dengan retardasi mental (Aqila Smart, 2001). Menurut Nur’aeni, Anak
Tunagrahita adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual atau IQ dan
memiliki keterampilan yang penyesuaiannya di bawah rata-rata pada anak
seusianya. sedangkan Bambang Putranto mengemukakan, anak Tunagrahita
adalah anak yang memiliki kekurangan atau keterbatasan dari segi mental
intelektualnya di bawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tugas-tugas akademik, menjalin komunikasi serta hubungan
sosial (Nur’aeni, 2004).

Tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh


dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan
ketidakcakapan dalam komunikasi sosial. Anak berkebutuhan khusus ini juga
sering dikenal dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan
kecerdasannya. Akibatnya anak berkebutuhan khusus tunagrahita ini sukar
untuk mengikuti pendidikan disekolah biasa (Jati Rinakri Atmaja, M.Pd 2018)
Anak tunagrahita bukan merupakan anak yang mengalami penyakit,
melainkan anak yang mempunyai kelainan karena penyimpangan, baik dari
segi fisik, mental, intelektual, emosi, sikap, maupun perilaku secara signitif.
Tunagrahita merupakan kondisi perkembangan kecerdasan seorang anak yang
mengalami hambatan sehingga dia tidak mencapai tahap perkembangannya
secara optimal.

Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa referensi


disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, mental subnormal,
tunagrahita. Semua makna dari istilah tersebut sama, yakni menunjuk pada

3
seseorang yang memiliki kecerdasan mental dibawah normal. Seseorang
dikatakan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memiliki
tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal) sehingga
untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan
secara spesifik.

B. Karateristik Anak Tunagrahita

Kondisi anak berkebutuhan khusus ini mempunyai beberapa ciri-ciri


atau tanda yang bisa diamati. Ciri-ciri umum anak memiliki disabilitas
intelektual atau tunagrahita adalah cara belajar dan kemampuan
berkembangnya lebih lambat daripada anak-anak lain. Anak dengan
disabilitas intelektual biasanya akan kesulitan belajar dan melakukan aktivitas
sehari-hari. Semakin parah, maka orangtua diharapkan bisa mengetahui
dengan cepat tanda-tandanya. Beberapa ciri-ciri yang bisa tampak dari anak
dengan kondisi tuna grahita antara lain:

1. Duduk, merangkak, atau berjalan lebih lambat dari anak-anak lain


seusianya
2. Mengalami kesulitan berbicara
3. Memiliki kesulitan memahami aturan sosial
4. Memiliki kesulitan dalam mengendalikan sikap atau gerakannya
5. Sulit memecahkan masalah
6. Sulit berpikir secara logis

Sebagai contoh, anak usia 10 tahun dengan kondisi tunagrahita


biasanya belum dapat berbicara atau menulis. Padahal, pada usia tersebut
seharusnya anak sudah mampu menulis dan berbicara dengan lancar. Anak
dengan kondisi ini umumnya juga lebih lambat untuk belajar keterampilan
lainnya. Seperti sulit untuk berpakaian sendiri atau belum memahami
bagaimana sebaiknya bereaksi ketika melakukan interaksi dengan orang lain.
Meskipun sering ditandai dengan kondisi perkembangan belajar yang lambat,

4
bukan berarti anak dengan tunagrahita tidak bisa belajar. Ciri-ciri anak
dengan tunagrahita adalah tetap bisa belajar, akan tetapi dengan kecepatan
dan cara yang berbeda. Beberapa orang dengan autisme, down syndrome,
ataupun celebral palsy juga banyak yang berpestasi layaknya anak lain.

C. Penyebab Tunagrahita

Disabilitas intelektual atau tunagrahita ini umumnya disebabkan


adanya cedera, penyakit, atau masalah lainnya di otak anak. Meskipun begitu,
kebanyakan anak dengan kondisi ini juga tidak diketahui apa penyebabnya.
Berikut beberapa penyebab yang paling umum terjadinya tunagrahita pada
anak, seperti:

1. Cedera kepala
Cedera kepala yang serius pada bayi atau anak dapat menyebabkan
disabilitas intelektual. Hal ini menyebabkan otak tidak dapat
berkembang secara normal. Kondisi ini dapat terjadi sejak di
dalam kandungan, selama kelahiran, atau bahkan setelah bayi lahir.
Beberapa kerusakan bersifat sementara, tetapi bisa juga permanen.
Itulah sebabnya sangat penting untuk memakaikan helm, sabuk
pengaman, dan menjaga bagian lain pada anak untuk mengindari
cedera kepala.
2. Kondisi genetik
Terkadang, disabilitas intelektual bisa disebabkan oleh gen
abnormal yang diturunkan orangtua atau terjadi kesalahan ketika
gen bergabung. Jadi, bayi mungkin menerima gen abnormal atau
gen mungkin berubah saat bayi berkembang di dalam kandungan.
Beberapa kondisi genetik yang mungkin dialami adalah:
 Sindrom Down
 Sindrom fragile
 XFenilketonuria

5
3. Komplikasi saat kehamilan dan persalinan
Tunagrahita juga bisa terjadi pada bayi karena Ibu mengalami
komplikasi saat kehamilan. Maka dari itu, tidak adanya
perkembangan pada bayi saat masih di dalam tubuh. Hal ini bisa
diakibatkan ketika Anda mengonsumsi alkohol atau terkena infeksi
penyakit seperti rubella selama kehamilan. Sedangkan saat Anda
mengalami komplikasi saat persalinan, anak bisa mengalami
tunagrahita karena lahir secara prematur atau tidak mendapatkan
cukup oksigen.
4. Penyakit atau paparan racun
Ada beberapa penyakit yang bisa meningkatkan peluang anak
mengalami tunagrahita. Sebagai contoh adalah batuk rejan,
campak, hingga meningitis. Termasuk ketika anak mengalami
kekurangan gizi yang parah dan tidak mendapatkan perawatan
yang tepat. Hal lainnya yang perlu diketahui orangtua bahwa
tunagrahita atau disabilitas intelektual bukanlah penyakit menular.
Maka dari itu, anak tidak bisa tertular dari anak lainnya. Lalu,
kondisi ini juga bukan jenis penyakit mental seperti depresi pada
anak. Jika memang tampak suatu keanehan, dokter dan tenaga
medis lainnya dapat memberikan rekomendasi pada keluarga Anda
perihal jenis bantuan yang dibutuhkan anak.

D. Klasifikasi Tunagrahita

Klasifikasi pada Tunagrahita dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan


tingkatan IQ anak, yaitu mild, moderate, severe, dan profound.

1. Mild (Rentang IQ 55-70)
Karakteristik anak pada kategori ini mengalami perkembangan
fisik yang agak lambat dibandingkan dengan rata-rata anak
seusianya. Mereka juga kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugas
akademik di sekolah. Namun mereka dapat melakukan

6
keterampilan praktis dan rumah tangga sehingga kelak dapat hidup
secara mandiri.
2. Moderate (Rentang IQ 40-55)
Dilihat dari perkembangan bahasanya, anak memiliki kemampuan
komunikasi yang sederhana bahkan hanya komunikasi untuk
menyampaikan kebutuhan dasar seperti makan, mandi, dan minum.
Penampilan fisiknya juga menunjukkan kelainan sebagai gejala
bawaan. Meskipun begitu, mereka masih dapat dididik untuk
mengurus dirinya sendiri meskipun membutuhkan proses yang
cukup lama.
3. Severe (Rentang IQ 25-40)
Pada rentang ini, anak tidak mampu untuk mengurus dirinya
sendiri maupun melakukan tugas-tugas sederhana. Anak dengan
Tunagrahita memiliki gangguan bicara dan kelainan fisik yang
dapat dilihat pada bagian lidah serta ukuran kepala yang lebih
besar dari ukuran kepala normal. Secara keseluruhan, kondisi fisik
mereka lemah karena mengalami gangguan fisik motorik yang
cukup berat.
4. Profound (Rentang IQ di bawah 25)
Pada kategori terberat ini, anak menunjukkan kelainan fisik dan
intelegensi dalam bentuk ukuran kepala yang membesar
seperti hyrdrochephalus dan mongolism. Mereka juga
membutuhkan pelayanan medis yang intensif karena kemampuan
beradaptasi yang sangat kurang. Terlebih lagi, mereka tidak dapat
melakukan kegiatan tanpa bantuan orang lain.

E. Model Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunagrahita

Proses pendidikan bagi anak adalah hal penting yang perlu


mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Bahkan sekarang ini pendidikan
sekolah memiliki peran penting dan telah mencakup ruang lingkup yang lebih
luas lagi. Pendidikan sekolah memiliki dua aspek penting yaitu aspek sosial

7
dan aspek individual. Disatu sisi, pendidikan ini juga berfungsi untuk
mempengaruhi dan menciptakan sebuah kondisi yang memungkinkan bisa
membantu perkembangan anak secara optimal. Namun, dipihak lain
pendidikan sekolah juga bertugas untuk mendidik anak agar nantinya dapat
mengabdikan diri kepada masyarakat.

Memberikan pendidikan tidak hanya diperuntukkan untuk anak


normal saja, akan tetapi anak berkebutuhan khusus seperti anak tunagrahita
yang memiliki kekurangan fisik juga berhak untuk memperoleh pendidikan
yang layak. Karena bagaimanapun juga keadaan fisik serta mental seorang
anak pasti tetap membutuhkan suatu bimbingan demi mendewasakan diri
anak di dalam lingkungan masyarakat.

Ada beberapa pendidikan khusus yang disediakan dan diperuntukkan


bagi anak tunagrahita, diantara adalah sebagai berikut:

1. Kelas transisi
Kelas transisi ini diperuntukan bagi anak berkebutuhan khusus,
termasuk juga disini adalah anak-anak tunagrahita. Kelas
transisi sebisa mungkin berada di sekolah regular, sehingga
pada waktu tertentu anak bisa bersosialisasi dengan anak-anak
yang lainnya. Kelas transisi adalah kelas untuk pengenalan dan
persiapan pengajaran dengan mengacu pada kurikulum SD
namun, dengan modifikasi sesuai dengan kebutuhan anak
didik.
2. Sekolah khusus (Sekolah Luar Biasa SLB bagian C dan C1)
Layanan pendidikan bagi anak tunagrahita dengan model
sekolah khusus ini diberikan secara khusus kepada sekolah luar
biasa. Dalam satu kelas, biasanya maksimal akan diisi oleh 10
orang anak dengan memberikan pmbimbing atau pengajar yang
khusus juga. Dalam satu kelas tersebut, kemampuan antara
anak yang satu dengan yang lainnya dianggap sama. Kegiatan
belajar mengajar untuk kelas khusus ini dilaksanakan

8
sepanjang hari penuh. Bagi anak tunagrahita ringan bisa
bersekolah di SLB-C sedangkan bagi anak-
anak tunagrahita sedang bisa bersekolah di SLB-C1.
3. Program terpadu
Layanan pendidikan dengan model terpadu ini diselenggaran di
sekolah regular. Anak tunagrahita regular akan belajar
bersama-sama dikelas yang sama dengan anak regular lainnya
dengan pembimbing guru regular pula. Untuk mata pelajaran
tertentu yang membuat anak mempunyai kesulitan dalam
belajar, maka anak tunagrahita akan memperoleh bimbingan
atau remedial dari guru pembimbing khusus yang didatangkan
dari SLB terdekat dan pada ruangan yang khusus pula.
Biasanya anak berkebutuhan khusus yang belajar di sekolah
terpadu ini adalah anak-anak yang tergolong dalam tunagrahita
ringan, sedangkan yang termasuk dalam kategori borderline
adalah anak-anak yang biasanya memiliki kesulitan dalam
belajar atau biasa juga disebut dengan lamban belajar (slow
learner).
4. Program sekolah di rumah
Program sekolah ini diperuntukan bagi anak tunagrahita yang
tidak mampu atau tidak memungkinkan untuk mengikuti
pendidikan disekolah khusus dikarenakan suatu hal, misalnya
saja sakit. Program belajar bisa dilaksanakan di rumah dengan
cara mendatangkan guru PLB atau dari terapis. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan kerjasama antara orangtua, pihak sekolah
dan juga masyarakat.
5. Pendidikan inklusif
Pendidikan model ini menekankan pada sebuah keterpaduan
penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan berpegang pada
prinsip “Education For All”. Layanan pendidikan inklusi ini
diselenggarakan di sekolah reguler. Dimana anak tuna grahita

9
belajar untuk bersama-sama dengan anak regular lainnya, pada
kelas dan juga guru atau pembimbing yang sama. Pada kelas
inklusi ini, para siswa dibimbing oleh 2 orang pembimbing atau
guru, satu guru reguler dan satu lagi guru khusus.

Namun, berbicara mengenai penyelenggaraan pendidikan di sekolah


baik itu sekolah yang diperuntukan untuk anak-anak normal maupun anak-
anak berkebutuhan khusus tentu saja tidak terlepas dari peran serta guru atau
pembimbing dalam melaksanakan proses belajar yang diwujudkan dalam
bentuk interaksi belajar mengajar, baik antara peserta didik dengan pendidik,
pendidik dengan pendidik lainnya maupun antara peserta didik yang satu
dengan peserta didik lainnya serta lingkungan sekitar.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak tunagrahita yaitu anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang
sedemikian rendahnya sehingga untuk meniti tugas perkembangannya.
Indikasinya dapat dilihat pada angka tes kecerdasan, seperti IQ 0-25
dikategorikan idiot, IQ 25-50 dikategorikan imbecil, dan IQ 50-75 kategori
debil atau moron. Ketunagrahitaan disebabkan karena faktor endogen dan
faktor eksogen. Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita
menjadi masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas
perkembangannya. Maka butuh pengembangan kemampuan bahasa dan bicara
dan membantu penyesuaian sosial anak tunagarahita serta modifikasi
tingkalaku agar mampu mengembangkan intelektualnya.

B. Saran
Anak tunagrahita memang memiliki kemampuan yang rendah
dibandingkan dengan anak normal lainnya, maka perlu adanya perhatian
khusus terhadap mereka untuk dilatih, dibimbing, dan diberi kesempatan serta
dukungan agar mereka mampu mengembangkan seluruh potensinya agar
dapat mandiri dan memiliki harga diri dihadapan orang lain disekitarnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.silabus.web.id/anak-tunagrahita/ diakses pada tanggal 30 November


2021
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/gangguan-perkembangan/anak-
tunagrahita/ diakses pada tanggal 2 Desember 2021
https://www.usd.ac.id/pusat/psibk/2018/10/04/tunagrahita/ diakses pada tanggal 2
Desember 2021
https://bisamandiri.com/blog/2014/11/model-pendidikan-khusus-bagi-anak-
tunagrahita/ diakses pada tanggal 2 Desember 2021

12

Anda mungkin juga menyukai