Anda di halaman 1dari 19

1

TUNA DAKSA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Jasmani Adaptif

Oleh,

Kelompok 2
Yulistio Arisrinaldi 152191056
Akmal Fadel Anugerah 152191057
Sahrul Bahtiar 152191060
Agrinta Jati Nusa 152191062
Irwan Fathu R. 152191063
Fajri Rizqi Nurjannah 152191067
Wildan M. Fasya 152191068
Ikbal Nur Fajar 152191069
Apriliani Dwi Putri 152191070
Richi Septian 152191071
Mahmudin 152191072

Kelas 3.B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2018
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjarkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Tuna Daksa”, yang mana makalah ini
disusun guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Jasmani
Adaptif.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, wawasan serta
sumber yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan penyusuna selanjutnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahannya serta
bantuannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini,
semoga semua amal kebaikan semua pihak mendapat imbalan yang berlipat dari
Allah SWT. Amiin..
Akhirnya penulis berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya serta bagi
khalayak pendidikan.

Tasikmalaya, Februari 2018


Penulis,

i
3

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Maksud dan Tujuan ............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3
A. Pengertian Tunadaksa .......................................................... 3
B. Penggolongan Tunadaksa .................................................... 3
C. Ciri-ciri Anak Tunadaksa .................................................... 3
D. Penyebab Tuna Daksa ......................................................... 8
E. Karakteristik Anak Tuna Daksa .......................................... 10
F. Alat-Alat Penderita Tunadaksa ............................................ 10
G. Model Pembelajaran Jasmani untuk Tuna Daksa ................ 14
BAB III KESIMPULAN ........................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 16

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persepsi masyarakat awam tentang anak berkelainan fungsi anggota
tubuh (anak tunadaksa) sebagai salah satu jenis anak berkelainan dalam
konteks Pendidikan Luar Biasa (Pendidikan Khusus) masih dipermasalahkan.
Munculnya permasalahan tersebu tterkait dengan asumsi bahwa anak
tunadaksa (kehilangan salah satu atau lebih fungsi anggota tubuh) pada
kenyataannya banyak yang tidak mengalami kesulitan untuk meniti tugas
perkembangannya, tanpa harus masuk sekolah khusus untuk anak tunadaksa
(khususnya tunadaksa ringan).
Tunadaksa yang berarti cacat atau kekurangan. Tunadaksa dapat
digolongkan menjadi beberapa golongan, mulai dari tunadaksa taraf ringan,
sedang, dan berat. Mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan
lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya
dengan tingkah laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat
keturunannya.
Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku
sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek
psikologis, anak tuna daksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif,
memisahkan diri dari llingkungan.
Secara umum dikenal dua macam anak tunadaksa. Pertama, anak tuna
daksa yang disebabkan karena penyakit polio, yang mengakibatkan
terganggunya salah satu fungsianggota badan. Anak tunadaksa kelompok ini
sering disebut orthopedically handicapped,tidak mengalami hambatan
perkembangan kecerdasannya. Oleh karena itu mereka dapat belajar mengikuti
program sekolah biasa. Kedua, anak tunadaksa yang disebabkan oleh
gangguan neurologis. Anak tuna daksa kelompok ini mengalami gangguan
gerak dan kebanyakan dari mereka mengalamigannguan kecerdasan dan
sering disebut neurologically handicapped atau secara khusus mereka disebut

1
2

penyandang cerebral palsy. Anak tuna daksa kelompok ini membutuhkan


layanan pendidikan luar biasa. Anak yang mengalami gangguan gerakan pada
taraf sedang dan berat, umumnya dimasukkan ke sekolah luar biasa (SLB),
sedangkan anak yang mengalami gangguan gerakan dalam taraf ringan banyak
ditemukan sekolah ± sekolah umum. Namun jika mereka tidak mendapatkan
pelayanan khusus dapatmenyebabkan terjadinya kesulitan belajar yang serius.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan tunadaksa ?
2. Bagaimana penggolongan tunadaksa ?
3. Bagaimana ciri-ciri anak tunadaksa ?
4. Apa penyebab tuna daksa ?
5. Bagaimana karakteristik anak tuna daksa ?
6. Apa saja alat-alat penderita tunadaksa ?
7. Model pembelajaran yang digunakan untuk tuna daksa ?

C. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk
mengetahui lebih jauh serta untuk menambah wawasan yang lebih luas bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya mengenai
tunadaksa. Selain hal tersebut maksud dan tujuan penulis dalam penyusunan
makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah penjas adaptif.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tunadaksa
Pengertian Tuna Daksa adalah bahasa kasar Indo nya adalah cacat, dan
bahasa halus adalah Tuna Daksa (alias cacat tubuh). Definisi Tuna Daksa
Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Tuna Daksa
berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh.

B. Penggolongan Tunadaksa
Tunadaksa taraf ringan. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah
tunadaksa murni dan tunadaksa kombinasi ringan. Tunadaksa jenis ini pada
umunya hanya mengalami sedikit gangguan mental dan kecerdasannya
cenderung normal. Kelompok ini lebih banyak disebabkan adanya kelainan
anggota tubuh saja. Seperti lumpuh, anggota tubuh berkurang (buntung) dan
cacat fisik lainnya.
Tunadaksa taraf sedang. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah
tunadaksa akibat cacat bawaan, cerebral palsy ringan dan polio ringan.
Kelompok ini banyak dialami dari tuna akibat cerebral palsy (tunamental)
yang disertai dengan menurunnya daya ingat walau tidak sampai jauh dibawah
normal.
Tunadaksa taraf berat. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah tuna
akibat cerebral palsy berat dan ketunaan akibat infeksi. Pada umunya, anak
yang terkena kecacatan ini tingkat kecerdasannya tergolong dalam kelas debil,
embesil dan idiot.

C. Ciri-ciri Anak Tunadaksa


1. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna,tidak lentur/tidak terkendali)
3. Terdapat bagian angggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebihh
kecil dari biasanya

3
4

4. Terdapat cacat pada alat gerak


5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh
tidak normal
7. Hiperaktif/tidak dapat tenang
Secara fisik seorang anak tunadaksa memiliki keterbatasan atau
kekurangan dalam kesempurnaan tubuhnya, misalnya tangannya putus,
kakinya lumpuh atau layu, otot atau motoriknya kurang terkoordinasi dengan
baik. Sedangkan ciri seorang anak tunadaksa secara mental yaitu:
1. Anak memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat cerdas.
2. Depresi, kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai dengan
kedengkian dan permusuhan. Orang tersebut begitu susah dan frustasi atas
cacat yang dialami
3. Penyangkalan dan penerimaan, atau suatu keadaan emosi yang
mencerminkan suatu pergumulan yang diakhiri dengan penyerahan. Ada
saat-saat di mana individu tersebut menolak untuk mengakui realita cacat
yang telah terjadi meskipun lambat laun ia akan menerimanya.
4. Meminta dan menolak belas kasihan dari sesama. Ini adalah fase di mana
individu tersebut mencoba menyesuaikan diri untuk dapat hidup dengan
kondisinya yang sekarang. Ada saat-saat ia ingin tidak bergantung, ada
saat-saat ia betul-betul membutuhkan bantuan sesamanya. Keseimbangan
ini kadang-kadang sulit dicapai.
Adapun ciri sosial anak tunadaksa yaitu anak kelompok ini kurang
memiliki akses pergaulan yang luas karena keterbatasan aktivitas geraknya,
dan kadang-kadang anak menampakkan sikap marah-marah (emosi) yang
berlebihan tanpa sebab yang jelas. Untuk kegiatan belajar-mengajar disekolah
diperlukan alat-alat khusus penopang tubuh, misalnya kursi roda, kaki dan
tangan buatan.
Pada dasarnya kelainan pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar, yaitu kelainan pada sistem serebral (Cerebral
System), dan kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System).
5

1. Kelainan pada sistem serebral (cerebral system disorders).


Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelainan sistem serebral
(cerebral) didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak didalam
sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada
sistem syarap pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena
otak dan sumsum tulang belakang sumsum merupakan pusat komputer
dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat
ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya.
Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL).
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut :
a. Penggolongan menurut derajat kecacatan
Menurut derajat kecacatan, cerebal palsy dapat digolongkan
atas :
1) Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpa
menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama
dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak
mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
2) Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/
latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya
sendiri, golongan ini memerlukan alat-lat khusus untuk membantu
gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki,
kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan
pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan
dapat mengurus dirinya sendiri.
3) Golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap
membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong
dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah
masyarakat.
6

b. Penggolongan Menurut Topografi


Dilihat dari topografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang
lumpuh, cerebrol palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan
yaitu:
1) Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kiri
sedang kaki kanan dan kedua tangannya normal.
2) Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang
sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan
kaki kiri.
3) Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
4) Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki
kanan dan kiri (paraplegia)
5) Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya
tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan
kedua kakinya lumpuh.
6) Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruhnya
anggota geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan kedua
kakinya, quadriplegia disebutnya juga tetraplegia.
c. Penggolongan menurut Fisiologi, kelainan gerak dilihat dari segi letak
kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak cerebral palsy
dibedakan atas:
1) Spastik
Type Spastik ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau
kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Kekakuan itu timbul
sewaktu akan digerakan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan
ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan itu akan
makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu
menjadi berkurang. Pada umumnya, anak CP jenis spastik ini
memiliki tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah. Diantara
mereka ada yang normal bahkan ada yang diatas normal.
7

2) Athetoid
Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-
ototnya dapat digerakan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat
pada sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol.
Gerakan dimaksud adalah dengan tidak adanya kontrol dan
koordinasi gerak.
3) Ataxia
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,
kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada
waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak
pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak.
Akibatnya, anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam hal
koordinasi ruang dan ukuran, sebagai contoh dalam kehidupan
sehari-hari : pada saat makan mulut terkatup terlebih dahulu
sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
4) Tremor
Gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah senantiasa
dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus
berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran.
Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tangkai dan bibir.
5) Rigid
Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe
spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik
lebih tampak.
6) 6) Tipe Campuran
Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih
gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan
dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe kecacatan.
2. Kelainan pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus Scelatel System)
Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelompok system otot dan
rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang
8

mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.
Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
a. Poliomylitis
Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga
otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus
polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua)
tahun sampai 6 (enam) tahun.
b. Muscle Dystrophy
Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan
pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari
semakin parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada
kedua tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua
kakinya.
Penyebab terjadinya muscle distrophy belum diketahui secara
pasti. Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan
setelah anak berusia 3 (tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu
gerakan-gerakan anak lambat, semakin hari keadaannya semakin
mundur jika berjalan sering terjatuh tanpa sebab terantuk benda,
akhirnya anak tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya dan harus
duduk di atas kursi roda.

D. Penyebab Tuna Daksa


Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada
anak hingga menjadi tuna daksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak
dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada sistem musculus
skeletal.Adanya keragaman jenis tuna daksa dan masing-masing kerusakan
timbulnya berbeda-beda. Dilihat dari saat terjadinya kerusakan otak dapat
terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.
1. Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal)
Kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan,
kerusakan disebabkan oleh:
9

a. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung


sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya
infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.
b. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali
pusat tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam
otak.
c. Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung
mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun
fungsinya terganggu.
d. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang
dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat.
Misalnya ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan
secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem
syaraf pusat.
2. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal)
Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat
bayi dilahirkan antara lain:
a. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil
sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen
menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi,
akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.
b. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang
mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada
bayi.
c. Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan
karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat
mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami
kelainan struktur ataupun fungsinya.
3. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal)
Fase setelah kelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai
masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun. Hal-
hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:
10

a. Kecelakaan/trauma kepala, amputasi.


b. Infeksi penyakit yang menyerang otak.
c. Anoxia/hipoxia.

E. Karakteristik Anak Tuna Daksa


Mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan,
kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah
laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya.
Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai
kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis,
anak tuna daksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan
diri dari llingkungan.
Disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta
bagi anak tuna daksa antara lain:
1. Kelainan perkembangan/intelektual.
2. Gangguan pendengaran.
3. Gangguan penglihatan.
4. Gangguan taktik dan kinestetik.
5. Gangguan persepsi
6. Gangguan emosi

F. Alat-Alat Penderita Tunadaksa


1. Alat Asesmen
Pada umumnya anak tunadaksa mengalami gangguan
perkembangan motorik dan mobilitas, intelegensi, baik secara sebagian
maupun secara keseluruhan. Bervariasinya kondisi anak tunadaksa,
menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi
kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Hal ini penting dalam upaya
menentukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya.
11

Asesmen dilakukan pada anak tunadaksa dilakukan untuk


mengetahui keadaan postur tubuh, keseimbangan tubuh, kekuatan otot,
mobilitas, intelegensi, serta perabaan. Alat yang digunakan untuk asesmen
anak tunadaksa seperti berikut ini:
1) Finger Goniometer
2) Flexometer
3) Plastic Goniometer
4) Reflex Hammer
5) Posture Evaluation Set
6) TPD Arsthesiometer
7) Gound Rhytem Tibre Instrumen
8) Cabinet Geometric Insert
9) Color Sorting Box
10) Tactile Board Set
2. Alat Latihan Fisik
Pada umumnya anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah
diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh. Agar anak tuna daksa
dapat melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mobil perlu latihan.
Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa:
1) Pulley Weight
2) Kanavel Table
3) Squeez Ball
4) Restorator Hand
5) Restorator Leg
6) Treadmill Jogger
7) Safety Walking Strap
8) Straight (tangga)
9) Sand-Bag
10) Exercise Mat
11) Incline Mat
12) Neuro Development Rolls
12

13) Height Adjustable Crowler


14) Floor Sitter
15) Kursi CP
16) Individual Stand-in Table
17) Walking Paralel
18) Walker Khusus CP
19) Vestibular Board
20) Balance Beam Set
21) Dynamic Body and Balance
22) Kolam Bola-bola
23) Vibrator
24) Infra-Red Lamp (Infra Fill)
25) Dual Speed Massager
26) Speed Training Devices
27) Bola karet
28) Balok berganda
29) Balok titian
3. Alat Bina Diri
Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri
(ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh. Keterbatasan atau
hambatan tersebut mengakibatkan anak tunadaksa mengalami kesulitan
untuk merawat diri sendiri. Agar anak tuna daksa dapat melakukan
perawatan diri dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living),
maka perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa:
1) Swivel Utensil
2) Dressing Frame Set
3) Lacing Shoes
4) Deluxe Mobile Commade
4. Alat Orthotic dan Prosthetic
Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri
(ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh, karena kondisi tubuh
13

mengalami kelainan. Agar anak tuna daksa dapat melakukan ambulasi dan
kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka perlu alat bantu
(orthotic dan prosthetic). Alat-alat yang dapat digunakan meliputi:
1) Cock-Up Resting Splint
2) Rigid Immobilitation Elbow Brace
3) Flexion Extention
4) Back Splint
5) Night Splint
6) Denish Browans Splint
7) X Splint
8) Splint
9) Long Leg Brace Set
10) Ankle or Short Leg Brace
11) Original Thomas Collar
12) Simple Cervical Brace
13) Corsett
14) Crutch (kruk)
15) Clubfoot Walker Shoes
16) Thomas Heel Shoes
17) Wheel Chair (Kursi Roda)
18) Kaki Palsu Sebatas Lutut
19) Kaki Palsu Sampai Paha
5. Alat Bantu Belajar/Akademik
Layanan pendidikan untuk anak tunadaksa mencakup membaca,
menulis, berhitung, pengembangkan sikap, pengetahuan dan kreativitas.
Akibat mengalami kelainan pada motorik dan intelegensinya, maka anak
tunadaksa mengalami kesulitan dalam menguasai kemampuan membaca,
menulis, berhitung. Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang
akademik, maka dibutuhkan layanan dan peralatan khusus. Alat-alat yang
dapat membantu mengembangkan kemampuan akademik pada anak
tunadaksa dapat berupa:
14

1) Kartu Abjad
2) Kartu Kata
3) Kartu Kalimat
4) Torso Seluruh Badan
5) Geometri Sharpe
6) Menara Gelang
7) Menara Segitiga
8) Menara Segiempat
9) Gelas Rasa
10) Botol Aroma
11) Abacus dan Washer
12) Papan Pasak
13) Kotak Bilangan

G. Model Pembelajaran Jasmani untuk Tuna Daksa


Olahraga yang cocok untuk golongan berat ini antara lain:
1. Olahraga lempar tangkap bola dari tangan kanan ke tangan kiri mulai dari
bola kecil sampai bola yang agak besar.
2. Bermain basket tapi menggunakan bola yang agak ringan misalnya bola
plastic, menggunakan Ring yang relative rendah sehingga mudah untuk
memasukkan bolanya, dan menggunakan aturan yang simple (tidak
standard).
3. Senam dan olah tubuh sehingga mempunyai peran ganda yaitu selain
menyehatkan tubuh juga bisa sebagai sarana terapi untuk tangan kirinya.
15

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat


menyimpulkan bahwa tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota
tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit, atau
pertumbuhan yang tidak sempurna sehingga untuk kepentingan pembelajarannya
perlu layanan secara khusus. Seperti juga kondisi ketuntasan yang lain, kondisi
kelainan pada fungsi anggota tubuh atau tunadaksa dapat terjadi pada saat
sebelum anak lahir (prenatal), saat lahir (neonatal), dan setelah anak lahir
(postnatal). Insiden kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang
terjadi sebelum bayi lahir atua ketika dalam kandungan, diantaranya dikarenakan
faktor genetik dan kerusakan pada system saraf pusat. Sama seperti bentuk
kelainan atau ketuntasan yang lain, kelainan fungsi anggota tubuh atau tunadaksa
yang dialami seseorang memiliki konsekuensi atau akibat yang hampir serupa,
terutama pada aspek kejiwaan penderita, baik berefek langsung maupun tidak
langsung. Jenis rehabilitasi bagi penyandang tunadaksa menurut kebutuhannya
ada 3 macam, yaitu rehabilitasi medis, rehabilitasi vokasional, dan rehabilitasi
psikososial.

15
16

DAFTAR PUSTAKA

Soemantri, Sutjihati. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan

http://reineq.wordpress.com/2009/12/22/pengaruh-kecerdasan-kinestetik-
terhadap-gerak-motorik-penyandang-tuna-daksa/

http://karakteristik-anak-tuna-daksa/

http://model-pembelajaran-anak-tuna-daksa/

http://photo.sindonews.com/view/3640/lomba-memasukan-paku-penderita-tuna-
daksa

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2017/03/pengertian-tuna-daksa-serta-
klasifikasi-dan-penyebabnya.html

16

Anda mungkin juga menyukai