TUNA DAKSA
MAKALAH
Oleh,
Kelompok 2
Yulistio Arisrinaldi 152191056
Akmal Fadel Anugerah 152191057
Sahrul Bahtiar 152191060
Agrinta Jati Nusa 152191062
Irwan Fathu R. 152191063
Fajri Rizqi Nurjannah 152191067
Wildan M. Fasya 152191068
Ikbal Nur Fajar 152191069
Apriliani Dwi Putri 152191070
Richi Septian 152191071
Mahmudin 152191072
Kelas 3.B
KATA PENGANTAR
i
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Maksud dan Tujuan ............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3
A. Pengertian Tunadaksa .......................................................... 3
B. Penggolongan Tunadaksa .................................................... 3
C. Ciri-ciri Anak Tunadaksa .................................................... 3
D. Penyebab Tuna Daksa ......................................................... 8
E. Karakteristik Anak Tuna Daksa .......................................... 10
F. Alat-Alat Penderita Tunadaksa ............................................ 10
G. Model Pembelajaran Jasmani untuk Tuna Daksa ................ 14
BAB III KESIMPULAN ........................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 16
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persepsi masyarakat awam tentang anak berkelainan fungsi anggota
tubuh (anak tunadaksa) sebagai salah satu jenis anak berkelainan dalam
konteks Pendidikan Luar Biasa (Pendidikan Khusus) masih dipermasalahkan.
Munculnya permasalahan tersebu tterkait dengan asumsi bahwa anak
tunadaksa (kehilangan salah satu atau lebih fungsi anggota tubuh) pada
kenyataannya banyak yang tidak mengalami kesulitan untuk meniti tugas
perkembangannya, tanpa harus masuk sekolah khusus untuk anak tunadaksa
(khususnya tunadaksa ringan).
Tunadaksa yang berarti cacat atau kekurangan. Tunadaksa dapat
digolongkan menjadi beberapa golongan, mulai dari tunadaksa taraf ringan,
sedang, dan berat. Mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan
lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya
dengan tingkah laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat
keturunannya.
Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku
sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek
psikologis, anak tuna daksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif,
memisahkan diri dari llingkungan.
Secara umum dikenal dua macam anak tunadaksa. Pertama, anak tuna
daksa yang disebabkan karena penyakit polio, yang mengakibatkan
terganggunya salah satu fungsianggota badan. Anak tunadaksa kelompok ini
sering disebut orthopedically handicapped,tidak mengalami hambatan
perkembangan kecerdasannya. Oleh karena itu mereka dapat belajar mengikuti
program sekolah biasa. Kedua, anak tunadaksa yang disebabkan oleh
gangguan neurologis. Anak tuna daksa kelompok ini mengalami gangguan
gerak dan kebanyakan dari mereka mengalamigannguan kecerdasan dan
sering disebut neurologically handicapped atau secara khusus mereka disebut
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan tunadaksa ?
2. Bagaimana penggolongan tunadaksa ?
3. Bagaimana ciri-ciri anak tunadaksa ?
4. Apa penyebab tuna daksa ?
5. Bagaimana karakteristik anak tuna daksa ?
6. Apa saja alat-alat penderita tunadaksa ?
7. Model pembelajaran yang digunakan untuk tuna daksa ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tunadaksa
Pengertian Tuna Daksa adalah bahasa kasar Indo nya adalah cacat, dan
bahasa halus adalah Tuna Daksa (alias cacat tubuh). Definisi Tuna Daksa
Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Tuna Daksa
berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh.
B. Penggolongan Tunadaksa
Tunadaksa taraf ringan. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah
tunadaksa murni dan tunadaksa kombinasi ringan. Tunadaksa jenis ini pada
umunya hanya mengalami sedikit gangguan mental dan kecerdasannya
cenderung normal. Kelompok ini lebih banyak disebabkan adanya kelainan
anggota tubuh saja. Seperti lumpuh, anggota tubuh berkurang (buntung) dan
cacat fisik lainnya.
Tunadaksa taraf sedang. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah
tunadaksa akibat cacat bawaan, cerebral palsy ringan dan polio ringan.
Kelompok ini banyak dialami dari tuna akibat cerebral palsy (tunamental)
yang disertai dengan menurunnya daya ingat walau tidak sampai jauh dibawah
normal.
Tunadaksa taraf berat. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah tuna
akibat cerebral palsy berat dan ketunaan akibat infeksi. Pada umunya, anak
yang terkena kecacatan ini tingkat kecerdasannya tergolong dalam kelas debil,
embesil dan idiot.
3
4
2) Athetoid
Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-
ototnya dapat digerakan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat
pada sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol.
Gerakan dimaksud adalah dengan tidak adanya kontrol dan
koordinasi gerak.
3) Ataxia
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,
kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada
waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak
pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak.
Akibatnya, anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam hal
koordinasi ruang dan ukuran, sebagai contoh dalam kehidupan
sehari-hari : pada saat makan mulut terkatup terlebih dahulu
sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
4) Tremor
Gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah senantiasa
dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus
berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran.
Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tangkai dan bibir.
5) Rigid
Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe
spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik
lebih tampak.
6) 6) Tipe Campuran
Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih
gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan
dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe kecacatan.
2. Kelainan pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus Scelatel System)
Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelompok system otot dan
rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang
8
mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.
Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
a. Poliomylitis
Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga
otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus
polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua)
tahun sampai 6 (enam) tahun.
b. Muscle Dystrophy
Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan
pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari
semakin parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada
kedua tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua
kakinya.
Penyebab terjadinya muscle distrophy belum diketahui secara
pasti. Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan
setelah anak berusia 3 (tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu
gerakan-gerakan anak lambat, semakin hari keadaannya semakin
mundur jika berjalan sering terjatuh tanpa sebab terantuk benda,
akhirnya anak tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya dan harus
duduk di atas kursi roda.
mengalami kelainan. Agar anak tuna daksa dapat melakukan ambulasi dan
kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka perlu alat bantu
(orthotic dan prosthetic). Alat-alat yang dapat digunakan meliputi:
1) Cock-Up Resting Splint
2) Rigid Immobilitation Elbow Brace
3) Flexion Extention
4) Back Splint
5) Night Splint
6) Denish Browans Splint
7) X Splint
8) Splint
9) Long Leg Brace Set
10) Ankle or Short Leg Brace
11) Original Thomas Collar
12) Simple Cervical Brace
13) Corsett
14) Crutch (kruk)
15) Clubfoot Walker Shoes
16) Thomas Heel Shoes
17) Wheel Chair (Kursi Roda)
18) Kaki Palsu Sebatas Lutut
19) Kaki Palsu Sampai Paha
5. Alat Bantu Belajar/Akademik
Layanan pendidikan untuk anak tunadaksa mencakup membaca,
menulis, berhitung, pengembangkan sikap, pengetahuan dan kreativitas.
Akibat mengalami kelainan pada motorik dan intelegensinya, maka anak
tunadaksa mengalami kesulitan dalam menguasai kemampuan membaca,
menulis, berhitung. Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang
akademik, maka dibutuhkan layanan dan peralatan khusus. Alat-alat yang
dapat membantu mengembangkan kemampuan akademik pada anak
tunadaksa dapat berupa:
14
1) Kartu Abjad
2) Kartu Kata
3) Kartu Kalimat
4) Torso Seluruh Badan
5) Geometri Sharpe
6) Menara Gelang
7) Menara Segitiga
8) Menara Segiempat
9) Gelas Rasa
10) Botol Aroma
11) Abacus dan Washer
12) Papan Pasak
13) Kotak Bilangan
BAB III
KESIMPULAN
15
16
DAFTAR PUSTAKA
http://reineq.wordpress.com/2009/12/22/pengaruh-kecerdasan-kinestetik-
terhadap-gerak-motorik-penyandang-tuna-daksa/
http://karakteristik-anak-tuna-daksa/
http://model-pembelajaran-anak-tuna-daksa/
http://photo.sindonews.com/view/3640/lomba-memasukan-paku-penderita-tuna-
daksa
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2017/03/pengertian-tuna-daksa-serta-
klasifikasi-dan-penyebabnya.html
16