Anda di halaman 1dari 9

Widget edited by super-bee Mahasiswa Universitas Terbuka Rabu, 18 April 2012 PENGERTIAN, KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK ANAK TUNADAKSA

Tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sisitem otot, tulang, persendian dan saraf yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Gangguan itu mengakibatkan gangguan koorinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi dan gangguan perkembangan pribadi.

Klasifikasi anak tunadaksa ditinjau dari sistem kelainannya dapat dibedakan atas kelainan pada sistem cerebral dan kelainan pada sistem otot dan rangka. Kelainan pada sisitem cerebral berupa cerebral palsy yang menunjukkan kelainan gerak, sikap dan bentuk tubuh, gangguan koorinasi, dan kadang disertai gangguan psikologis dan sensoris karena adanya kerusakan pada masa perkembangan otak. Cerebral palsy diklasifikasikan menurut derajat perkmbangan otak. Cerebral palsy diklasifikasikan menurut derajat kecacatannya, yaitu ringan, sedang dan berat. Klasifikasi berdasrkan fisiologi kelainan gerak adalah spastik, dyskensia (atetoid, rigid tremor) dan campuran. Kelainan pada sistem otot dan rangka berupa pliomyelitis, muscle dystrophy, dan spina bifida. Poliomyelitis merupakan suatu infeksi penyakit pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat menetap dan tidak mengakibatkan gangguan kecerdasan atau alat-alat indra.

Kelumpuhan dibedakan atas tipe spinal, bulbair, bulbospinal, dan encephalistis. Muscle dystrophy adalah ejnis penyakit otot yang disebabkan oleh faktor keturunan dan mengakibatkan otot tidak berkembang karena mengalami kelumpuhan yang sifatnya progresif dan simetris. Spina bifida merupakan jenis kelainan pada tulang dan belakgn yang ditandai dengan terbukanya satu atau 3 ruas tulang belakang dan tidak tertutup lagi selama masa perkembangan sehingga fungsi jaringan saraf terganggu dan terjadilah kelumpuhan.

Karakteristik anak tunadaksa ditinjau dari beberapa segi, antara lain :

a. Karakteristik akademis anak tudanadaksa meliputi ciri khas kecerdasan, kemampuan kognisi, persepsi dan simblisasi mengalam kelainan karena terganggunya sisitem cerebral sehingga mengalami hambatan dalam belajar, dan mengurus diri. Anak tundaksa karena kelainan pada sistem otot dan rangka tidak terganggu sehingga dapat belajar, seperti anak normal.

b. Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa menunjukkan bahwa konse diri dan respons serta sikap masyarakat yang negatif terhadap anak tunadaksa mengakibatkan anak tunadaksa merasa tidak mampu, tidak berguna dan menjadi rendah diri. Akibatnya, kepercayan dirinya hilang dan akhirnya tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Mereka juga menunjukkan sikap mudah tersinggung, mudah marah, lekas putus asa, rendah diri, kurang dapat bergaul, malu dan suka menyendiri, serta frustasi berat.

c. Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh, juga mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendenganran, penglihatan, gangguan bicara, dan gangguan motorik.

Tujuan utama pendidikan anak tunadaksa adalah terbentukyna kemandirian dan keutuhan pribadi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekurang-kurangnya tujuh aspek yang perlu dikembangkan melalui pendidikan pada anak tunadaksa, yaitu : 1. Pengembangan intelektual dan akademik 2. Membantu perkembangan fisik 3. Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak 4. Mematangkan moral dan spiritual, 5. Meningkatkan ekspresi diri 6. Mempersiapkan masa depan anak

Anak Tundaksa dapat mengikuti pendidikan pada sekolah berasrama, sekolah tidak berasrama, kelas khusus penuh, kelas reguler dan khusus, kelas umum dibantu oleh guru khusus, kelas dengn konsultan guru-guru umum, dan kelas normal, serta ruang sumber.

Penyelenggaran pendidikan jalur persekolahan bagi anak tunadaksa menggunakan kurikulum PLB untuk anak tunadaksa tahun 1994, Pengembangan Kurikulm, garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) , dan Pedoman Pelaksanaan Kurikulum.

Satuan pendidikan yang ada dalam kurikulum PLB 1994 berjenjang mulai TKLB, SDLB, SLTPLB, dan SMLB. Semua satuan pendidikan tersebut mereapkan sistem caturwulan, sedangkan perencanaan kegiatan belajarnya dapat meliputi perencanaan tahunan, caturwulan, harian dan perencanaan pendidikan yang diidividualisasikan (PPI)

Dalam memberikan pendidikan pada anak tunadaksa ada 2 prinsip utama, yaitu prinsip multisensori dan individualisasi. Demikian juga dengan kondisi ruangan belajarnya. Ia membutuhkan rancangan khusus sehubungan dengan kondisi anak tunadaksa mengalami gangguan motorik maka sebaiknya bangunan gedung sekolah dirancang dengan memprioritaskan 3 kemudahan, yaitu mudah ke luar masuk, mudah bergerak dalam ruangan dan mudah mengadakan penyesuaian.

Menurut isitlah, anak tulanaras adalah anak yang bertingkahlaku kurang sesuai dengan lingkungan. Perilakunya sering bertentangan dengan norma-norma yang terdapat di masyarakat tempat ia berada. Penggunaan istilah tunalaras sangat bervariasi berdasarkan sudut pandang tiap-tiap ahli yang mengemukakannya.

Definisi tunalaras juga beraneka ragam. Dalam UURI No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan luar biasa, dinyatakan bahwa tunalaras adalah gangguan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Klasifikasi anak tunalaras juga beraneka ragam, seperti berikut ini : a. Menurut Rosembera dkk. (1992), klasifikasi anak tunalaras yang bersiko tinggi adalah hyperactive, agresif, pembangkang, dan lain-lain serta ada yang beresiko rendah

adalah autisme dan skizofrenia, anak bahagia melihat api, sering meninggalkan rumah dan lain-lain. b. Sistem klasifikasi yang dikemukakan oleh Quay (1979) adalah gangguan perilaku atau kekacauan tingkah laku, kecemasan penarikan diri, ketidakmatangan dan agresi sosialisasi.

Secara umum anak tunalaras menunjukkan ciri-ciri tingkah laku yang ada persamaannya pada setiap klasifikasi, yaitu kekacauan tingkah laku, kecemasan dan menarik diri, kurang dewasa dan agresif bersosialisasi. Karakterisitk tingkah laku yang dikemukakan oleh Hallahan dan Kauffman (1986) ada empat dimensi, yaitu kaakteristik anak yang mengalami kekacauan tingkah laku; sering merasa cemas dan menarik diri; kurang dewasa dan agresif bersosialisasi. Setiap dimensi tersebut mengakibatkan penyesuaian sosial, sekolah dan masyarakat yang buruk.

Karakteristik akademik anak tunalaras ditandai dengan seringnya mereka mengalami kegagalan karena adanya kesulitan dalam mengadakan penyesusian dengan aturan sekolah dan belajar

Karakteristik sosial/emosional ditandai dengan masalah penyesuaian sosial yan salah dan dapat menimbulkan gangguan bagi orang lain dan ditandai dengan tindak agresif dan kejahatan, sedangkan kareakteristik emosional anak tunalaras ditandai dengan hal-hal yang menekan anak dan rasa gelisah atau perilaku sampingan, seperti malu, rasa rendah diri, dan sangat agresif.

Karakteristik fisik/kesehatan anak tunalaras ditandai dengan gangguan makan, gangguan tidur, gangguan gerakan, gagap, buang air (kencing dan berak) tidak terkendali, serta jorok.

Kebutuhan pendidkan anak tunalaras dapat dipenuhi dengan cara menata lingkungan sekolah yang kondusif, agar anak tidak berkembang ke arah tunalaras dan kegagalan akademik. Lungkungan yang menyenangkan, tidak membosankan, harmonis dalam hubungan, penuh perhatian, menerima apa adanya dan terbuka, serta teladan yang baik akan mengantarkan anak untuk mencapai keberhasilan pendidikannya.

Teknik penyembuhan dan program pendidikan abgi anak tunalaras berdasarkan pada berbagai model, diantaranya adalah model biogenetik, model behavioral, psikodinamika, dan model ekologis.

Teknik pendekatan/cara mengatasi masalah perilaku anak tunalaras adalah gabungan dari beberapa teknik atau model di atas. Seperti teknik perawatan dengan obat, modifikasi perilaku, strategi psikodinamika dan ekologis.

Hiperaktivitas mempunya iciri gerak yang terlalu aktif, tidak tersinggung dan sulit memperhatikan dengan baik. Penyebabnya adalah disfungsi otak, kekurangan oksigen, kecelakaan fisik, keracunan serbuk timah, kekurangan gizi, minuman keras dan mengonsumsi obat terlarang saat kehamilan.

Beberapa teknik utama mengatasi perilaku yang menyimpang pada anak hiperaktif adalah dengan medikasi/penggunaan obat, diet, modifikasi tingkah laku, lingkungan yang terstruktur, pengendalian diri, modeling dan biofeedback.

Distrakbilitas merupakan kesulitan memusatkan perhatian pada stimulus yang relevan secara efisien. Penyebabnya adalah adanya disfungsi mnimal otak, gangguan metabolisme, kelainan fisik minimal, faktor lingkungan dan keterlambatan perkembangan.

Pendekatan untuk menangani distrakbilitas adalah dengan lingkungan yang terstruktur dan stimulus yang terkendali, modifikasi materi dan strategi pembelajaran, serta modifikasi tingkah laku.

Anak dikatakan impulsif jika cenderung menuruti kemauan hatinya dan terbiasa beraksi cepat tanpa berpikir panjang dalam situasi sosial maupun pada tugas-tugas akademik. Penyebabnya adalah faktor keturunan, cemas, budaya, disfungsi saraf, perilaku yang dipelajari dari lingkungan, salah asuh, dan trauma kehidupannya.

Beberapa cara/metode utuk mengendalikan impulsif diantaranya adalah melatih verbalisme aktivitasnya, modifikasi tingkah laku, serta mengajarkan seperangkat keterampilan kepada anak.

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organ tubuh manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk mobilitas. Dengan organ tubuh tersebut, manusia dapat melengkapi danmerealisasikan segala keinginan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain,baik secara parsial maupun integral bersama organ sensoris lainnya.Apabila fungsi anggota tubuh mengalami gangguan, baik sebagian ataukeseluruhan yang disebabkan oleh luka pada bagian saraf otak, kelainanpertumbuhan, ataupun amputasi, akan mempengaruhi mobilitas hidup yangbersangkutan.Sehingga dirasa perlu untuk memberikan pelayanan khusus pada penderitakelainan fungsi anggota tubuh (tunadaksa) yang dapat memberikan kontribusiyang signifikan dalam rangka memberdayakan kemampuannya secara optimal.Banyak masyarakat awam yang belum memahami seperti apa penderitatuna daksa sebagai salah satu jenis anak berkelainan dalam konteks PendidikanLuar Biasa (Pendidikan Khusus) sehingga banyak yang masih mempermasalahkan.Munculnya permasalahan tersebut terkait dengan asumsi bahwa anak tunadaksa(kehilangan salah satu atau lebih fungsi anggota tubuh) pada kenyataannyabanyak yang tidak mengalami kesulitan untuk meniti tugas perkembangannya,tanpa harus masuk sekolah khusus untuk anak tunadaksa (khususnya tunadaksaringan).Oleh karena itu perlu adanya pegetahuan yang cukup kepada masyarakatawam tentang bagaimanakah ketunadaksaan dalam segala aspek dalam kehidupan.Seperti apakah ciri-ciri anak yang mengalami ketunadaksaan, apa sajakahpenyebabnya sehingga seminimal mungkin dapat dihindari dan bagaimanakah kitadapat mengoptimalkan kemampuan dan potensi mereka tanpa melihat kekuranganfisiknya. Di dalam makalah ini akan dibahas secara lebih detail. 2 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat disimpulkan beberaparumusan masalah sebagai berikut :1. Apa pengertian dari tunadaksa?2. Bagaimanakah klasifikasi tunadaksa?3. Apakah penyebab dari tunadaksa ?4. Bagaimanakah karakteristik anak dengan ketunadaksaan?5. Bagaimanakah implikasi pendidikan bagi tunadaksa?6. Bagaimanakah model pelayanan pendidikan bagi tunadaksa?7. Bagaimanakah ketenagaan khusus, kurikulum dan administrasi bagi anak tunadaksa ?

7.1 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :1. Untuk mengetahui pengertian dari tunadaksa.2. Untuk mengetahui klasifikasi tunadaksa.3. Untuk mengetahui apa sajakah penyebab terjadinya ketunadaksaan.4. Untuk mengetahui karakteristik anak dengan ketunadaksaan.5. Untuk mengetahui implikasi pendididkan bagi anak tunadaksa.6. Untuk mengetahui model pelayanan pendidikan bagi anak tunadaksa7. Untuk mengetahui ketenagaan khusus, kurikulum dan administrasi bagi anak tunadaksa 3 BAB IIPEMBAHASANA. PENGERTIAN ANAK TUNADAKSA Istilah yang sering digunakan untuk menyebut anak tunadaksa, seperticacat fisik, tubuh atau cacat orthopedi. Dalam bahasa asingpun sering kalidijumpai istilah crippled, physically handicapped, physically disabled dan lainsebagainya. Keragaman istilah yang dikemukakan untuk menyebutkantunadaksa tergantung dari kesenangan atau alasan tertentu dari para ahli yangbersangkutan. Meskipun istilah yang dikemukakan berbeda-beda, namunsecara material pada dasarnya memiliki makna yang sama. Tunadakasa berasal dari kata Tuna yan g berarti rugi, kurang dan daksa berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul Physical and Health Impairments (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan.Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila adasesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatupada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yangterjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran,menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita).Senada dengan pengertian tunadaksa di atas, Sugiamin dan Muslimdalam repository .usu.ac.id (2012) mengemukakan bahwa : Istilah tunadaksa merupakan istilah lain dari cacat tubuh atau tuna fisik, yaitu berbagai kelainanbentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakangerakan yang dibutuhkan. Sedangkan menurut Somantri dalam www. file.upi.edu /Direktori /FIP, 2012 mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan tunadaksa adalahsuatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan

4 atau gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normalindividu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri.Dalam buku pedoman pendidikan inklusif yang dikeluarkan oleh direktorat PLB (2004), definisi tunadaksa diartikan sebagai berikut : anak yang mengalami kelainan atau cacat menetap pada alat gerak (tulang, sendi,otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus, untuk mencapai kemampuan yang optimal. Sehingga dapat disimpulkan disimpulkan bahwa tunadaksa adalahmereka yang mengalami kelainan dari segi fisik atau hilangnya salah satuanggota tubuh atau memiliki kekakuan atau kelumpuhan dalam melakukangerakan baik tulang, otot dan atau persendian sehingga menghambat merekadalam beraktivitas. B. KLASIFIKASI ANAK TUNADAKSA Pada dasarnya kelainan pada anak tunadaksa dapat dikelompokkanmenjadi dua bagian besar, yaitu (1) kelainan pada sistem serebral (CerebralSystem), dan (2) kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus SkeletalSystem). 1. Kelaian pada sistem serebral (cerebral system disorders). Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral)didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistemsyaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistemsyarap pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dansumsum tulang belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitashidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusatkecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL).Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut : (a) derajat kecacatan (b)topograpi anggota badan yang cacat dan (c) Sisiologi kelainan geraknya. 5 a. Penggolongan menurut derajat kecacatan Menurut derajat kecacatan, cerebal palsy dapat digolongkan atas :golongan ringan, golongan sedang, dan golongan berat.1. Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpamenggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiridalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-samadengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.2. Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkantreatment/latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurusdirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyanggakaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Denganpertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkandapat mengurus dirinya sendiri.3. Golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetapmembutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolongdirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengahtengahmasyarakat. b. Penggolongan Menurut Topografi Dilihat dari topografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang lumpuh,Cerebrol Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan yaitu:1.

Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kirisedang kaki kanan dan kedua tangannya normal.2. Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yangsama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dankaki kiri.3. Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya. 6 4. Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanandan kiri (paraplegia)5. Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnyatangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan keduakakinya lumpuh.6. Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruhnyaanggota geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan keduakakinya, quadriplegia disebutnya juga tetraplegia. c. Penggolongan menurut Fisiologi, kelainan gerak dilihat dari segiletak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak CerebralPalsy dibedakan atas: 1) Spastik Type Spastik ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan ataukekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Kekakuan itu timbulsewaktu akan digerakan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaanketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan itu akan makinbertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadiberkurang. Pada umumnya, anak CP jenis spastik ini memiliki tingkatkecerdasan yang tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada yangnormal bahkan ada yang diatas normal. 2) Athetoid Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnyadapat digerakan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistemgerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol. Gerakandimaksud adalah dengan tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak. 3) Ataxia Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada

Anda mungkin juga menyukai