Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

(PDGK4407)

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 6

1. ARLANG (85977874)
2. EVIANA (859777113)
3. NURAENI (859775752)
4. YUNITA NINGSI (859777043)

PROGRAM STUDI PGSD BI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UT KENDARI
2023.2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga kami
dapat menyusun makalah “Pendidikan Khusus Anak Tunagrahita” dengan sebaik-baiknya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang diampu oleh ibu Lisnawati Dr.
Lisnawati,M.Pd serta menambah wawasan ilmu dan wawasan para mahasiswa.

Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
memfasilitasi memberi masukan, dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selsesai
tepat pada waktunya . semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah.

Meski kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekuranagn. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran
yang konstrukktif dari pembaca sekalian. Semoga, dengan adanya makalah ini dapat
menambah referensi keilmuan para pembaca.

Kendari, 26 November 2023

Kelompo 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................2
D. Manfaat.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
MODUL 6 : PENDIDIKAN KHUSUS ANAK TUNAGRAHITA
KB. 1:
A. DEFINISI TUNAGRAHITA.......................................................................................3
B. KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA...................................................................4
C. PENYEBAB ANAK TUNAGRAHITA......................................................................5
D. CARA PENCEHAGAHAN TUNAGRAHITA...........................................................5
KB.2 :

DAMPAK KETUNAGRAHITAAN
A. DAMPAK KETUNAGRAHITAAN SECARA UMUM.............................................6
B. DAMPAK DITINJAU DARI KETUNAGRAHITAAN..............................................7
C. DAMPAK DILIHAT DARI WAKTU TERJADINYA KETUNAGRAHITAAN........7
KB.3 :

KEBUTUHAN KHSUSUS DAN PROFILA PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAG RAHITA

A. KEBUTUHAN KHUSUS DAN PROFIL ANAK TUNAGRAHITA..........................8


B. PROFIL PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA.....................................................8

BAB II PENUTUP
A. KESIMPULAN...........................................................................................................13
B. SARAN.......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki gangguan serta anak mengalami
suatu kelainan sehingga proses pertumbuhan dan perkembangannya terlambat. Salah satu
anak yang berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita secara harafiah kata tuna adalah
merugi, sedangkan grahita adalah pikiran, dengan demikian ciri utama dari anak tungrahita
adalah lemah dalam berpkir menalar. Kurangnya kemampuan belajar dan adaptasi sosial
berada dibawah rata-rata (Mulyono Abdrurrachamn, 1994: 19). Menurut Efendi, 2006 :9).
Anak berkelainan mental atau tunagrahita, yaitu anak yang diidentifikasi memiliki tingkat
kecerdasan yang sedemikian rendah atau dibawah rata-rata, sehingga untuk mengerjakan
tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khu, termasuk kebutuhan
program pendidkan dan bimbingan.

Seorang anak seharusnya seorang menikmati masa kecilnya, dimana mereka bermain dan
berahabat dengan teman-temannya. Akan tetapi pada kenyataanya seringkali terjadi
penyandang tunagrahita didiskrimansi karena kekurangannya. Perelmbangan psikis dan fisik
anak tunagrahita ini sangatlah berbeda dengan anka normal pada umumnya. Namun, hal ini
tidak berarti bahwa mereka bisa diperlakukan dengan tidak baik oleh lingkungan.

Anak yang mengalami gangguan tunagrahita dalam kehidupan sehari-hari juga


menginginkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis. Mereka memerlukan
pendidikan yang layak agar dapat berpartisipasi dalam masyarakat. Namun, layanan
pendidikan ini juga harus ringan dan disesuaikan dengan kepentingan anak. Anak tunagrahita
bisa diberikan mata pelajaran umum dan pembelajaran bina diri, seperti menolong dan
merawat diri sendiri. Proses pembelajaran ini tidaklah mudah dilakukan. Oleh karena itu,
diperlukan peran serta guru yang sangat keras dan aktif serta penuh kesabaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tunagrahita ?
2. Apa saja klasifikasi tunagrahita ?
3. Bagaimana tunagrahita dapat terjadi ?
4. Bagaimana cara pencegahan tunagrahita ?
5. Apa dampak ketunagrahitaan ?
6. Apa saja kebutuhan kusus dan profil pendidikan tunagrahita ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penegrtian dari tunagrahita
2. Untuk mengetahui klasifikasi tunagrahita
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tunagrahita
4. Untuk mengetahui cara pencegahan tunagrahita
5. Untuk mengetahui dampak tunagrahita
6. Untuk mengetahui kebutuhan kusus dan profil pendidikan tunagrahita
D. Manfaat
Dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat memiliki manfaat bagi mahasiswa,
pendidik, dan pembaca untuk menambah wawasan dalam kaitannya dengan
bagaimana dalam meningkatkan kemandirian anak tunagrahita.
BAB II
PEMBAHASAN
MODUL 6

KEGIATAN BELAJAR 1

DEFINISI,KLASIFIKASI,PENYEBAB, DAN CARA PENCEGAH TUNAGRAHITA

A. Definisi Tunagrahita
Istilah tunagrahita yang sering digunakan antara lain:
1. Mental retardation (Amerika Serikat), Mental subnormality (Inggris), Intelektual
handicapped (New Zealand) dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai
keterbelakangan mental.
2. Feblemnided (lemah pikiran) di gunakan di Inggris untuk melukiskan kelompok
tunagrahita ringan.
3. Mental deficiency, menunjukkan kecerdasan menurun akibat penyakit yang
menyerang organ tubuh
4. Mentally handicapped, yang artinya cacat mental
5. Intelktual disable, istilah yang digunakan oleh PBB
6. Development mental disabily, hambatan perkembangan mental yang lebih
menitikberatkan pada kepoemilikan potensi belajar dan perekmbangan kehidupan
di masyarakat.

Perkembangan istilah tunagrahita sendiri di Indonesia sebagai berikut :

a. Lemah pikran, lemah ingatan, digunakan sekitar tahun 1967


b. Terbelakangan mental, digunakan sejak tahun 1967-1983
c. Tunagrahita, digunakan sejak 1983 hingga sekarang dan diperkuat dengan
terbitnya PP No. 72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa.

Sedangkan definisi untuk tunagrahita sendiri dirumuskan oleh Grossmann (1983)


yang secara resmi digunakan AAMD (American Association on Mental Deficiency) yang
bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesoa artinya Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi
intelektual umum yang secara nyata (signifikan) berada dibawah rata-rata (normal)
bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan berlangsung
(termanifestasi) pada masa perkembangannya. AFMR menjelaskan bahwa seseorang yang
dikategorikan tunagrahita harus melebihi komponen keadaan kecerdasannya yang jelas-jelas
dibawah rata-rata, adanya ketidak mampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan
tuntutan yang berlaku di masyarakat.

Kategori penyandang tunagrahita harus memiliki ketiga ciri-ciri dibawah ini :

1. Fungsi intelektual umum secara siginifikan berada di bawah rata-rata


2. Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian ( perelaku adaptif)
3. Ketunagrahitaan berlangsung pada periode perkembangan

Pada tahun 1992 AAMR memperbarui definisi tunagrahita dan lebih menitik
beratkan pada kebutuhan bagi anak-anak tunagrahita ( perilaku adaptif) ketimbang pada
kecacatannya. Kategori perilaku adaptif antara lain : kemampuan komunikasi, kemampuan
sosial, kemampuan kerja, serta kemampuan tata laksana pribadi.

B. Klasifikasi Anak Tunagrahita


Klasifikasi yang digunakan AAMD sebagai berikut :
1. Mild mental retardation ( tunagrahita IQ-nya 70-55 ringan)
2. Mederate mental retardation (tunagrahita IQ-nya 55-40 sedang)
3. Severe mental retardation (tunagrahita IQ-nya 40-25 berat)
4. Profound mental retardation (tunagrahita IQ-nya 70-55 sangat berat)

Kemudian diperbaharui pada tahun (1992) yang menitik beratkan pada


kebutuhannya, yaitu :

1. Intermitten needs, tidak selalu membutuhkan bantuan


2. Limited needs, sering membutuhkan bantuan
3. Extensive needs, membutuhkan bantuan dalam jangka lama dan bantuannya
serius
4. Pervasive needs, kebutuhan bantuan sepanjang waktu

Sedangkan klasifikasi yang digunakan di Indoensia saat ini sesuai dengan PP 72


tahun 1991 adalah sebagi berikut :

1. Tunagrahita ringan IQ-nya 50-70


2. Tunagrahita sedang IQ-nya 30-50
3. Tunagrahita berat dan sangat berat IQ-nya kurang dari 30.

Ada pula peneglompokkan berdasarkan kelaianan jasmani/ Tipe Klinis, diantaranya :


1. Down Syndrome (Mongoloid), cirinya memiliki raut muka yang menyerupai
orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal dan suka menjulur ke
luar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik
2. Kretil (Cebol), cirinya badan gemuk dan pendek, kaki tangan pendek dan
bengkok, kulit kering tebal dan keriput, lidah dan bibir tebal, kelopak mata kecil,
telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat
3. Hydrocephalus, cirinya kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan
pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling
4. Microcephalus cirinya ukuran kepala kecil
5. Macroecephalus cirinya ukuran kepala lebih besar dari orang normal.
C. PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN KETUNAGRAHITAAN
1. Penyebab Ketunagrahitaan
Pemahaman penyebab ketunagrahitaan diharapkan dapat berguna dan dapat
membantu para pendidik dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak-aanak tersebut.
Menurut Smith (1998) penyebab terjadnya ketunagrahitaan, yaitu:
a. Penyebab Genetik dan Kromoson
Biasa dikenal dengan Phenylketonuria, merupaka kerusakan otak yang disebabkan
dari gen orang tua yang mengalami kurangnya produksi enzim yang memproses dan terjadi
penumpukan asam phenypyruvie. Down’s Syndrome disebabkan oleh adanya faktor
kromosom ekstra karena adanya kerusakan perpindahan (trysomi).
b. Penyebab pada perkelahiran
Terjadi setelah pembuahan/ karena penyakit Rubelia (campak Jerman) dan infeksi
penyakit Sypilhis. Dapat juga karena ibu hamil menggunakan alkohol dan obat-obatan ilegal.
c. Penyebab pada saat kelahiran
Kelahiran pematur dikarenakan kekurangan oksigen, trauma kepala karena kelahiran
dibantu alat kedokteran
d. Penyebab-penyebab selama masa perkembangan anak-anak dan remaja
Penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang otak (encephalitis)
mengakibatkan kerusakan otak. Selain cedera otak, faktor yang buruk atau keracunan juga
dapat merusak otak. Studi yang dilakukan oleh Kirk menemukan bahwa anak berasal dari
keluarga yang tingkat sosial dan ekonominya rendah karena kurangnya rangsangan
intelektual mengakibatkan anak menjadi tunagrahita.
2. Usaha pencegahan ketunagrahitaan
Berbagai alternatif upaya pencegahan yang disarnkan, antara lain berikut ini :
a. Penyuluhan genetik
b. Diagnostik prenatal
c. Tes darah
d. Melalui program keluarga berencana
e. Tindakan operasi
f. Sanitasi lingkungan
g. Pemeliharaan kesehata
h. Pemeriksaan kesehatan selama hamil
i. Intervensi dini
j. Diet sesuai petunjuk ahli kesehatan

KEGIATAN BELAJAR 2

DAMPAK KETUNAGRAHITAAN

A. DAMPAK KETUNAGRAHITAAN SECARA UMUM


1. Dampak Tehadap Kemampuan Akademik
Anak tunagrahita memiliki kapasitas belajar yang terbatas terutama mengenai hal-
hal abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (role learning), sering melakukan
kesalahan yang sama, cenderung menghindari perhatian cepat lupa dan sukar membuat kreasi
baru.
2. Sosial Emosional
Dampak ini berasal dari ketidakmampuannya dalam menerima dan melaksanakan
norma sosial (seperti aturan keluarga, sekolah serta masyarakat) dan pandangan masyarakat
yang menganggap anak tunagrahita tidak dapat berbuat sesuatu. Mereka cenderung bergaul
dengan anak yang lebih muda darinya. Mereka tidak mampu menyatakan rasa bangga dan
kagum. Kepribadiannya kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan, dan tidak
berpandangan luas. Namun, sebenarnya mereka menunjukkan ketekunan dan rasa empati
yang baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau perlakukan dan lingkungannya yang
kondusif
3. Faktor Kesehatan
Kelainan terjadi pada pusat pengelohan di otak, sehingga anak tunagrahita melihat dan
mendengar tetapi tidak memahaminya. Kurangnya kemampuan bina diri, seperti merawat
diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi, adaptasi sosial, dan okupasi. Sehingga
mereka tidak tampak sehat, tidak segar dan mudah terserang penyakit
B. DAMPAK DITINJAU DARI KETUNAGRAHITAAN
1. Tunagrahita ringan
Dalam belajar, mereka tidak mampu mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak.
Mereka dapat meneerjemahkan pekerjaan yang sifatnya semi skilled. Guru perlu
memberikan perhatian tambahan, misalnya diberikan tambahan belajar, program
pelajaran yang dimodifikasi sesuai dengan kemampuannya.
2. Tunagrahita sedang
Mereka dapat mengerjakan sesuatu yang sifatnya rutin dan membutuhkan
pengawasan. Dalam hal akadeik, mereka hanya mampu melakukannya dalam hal-
hal yang sifatnya sosial, seperti menulis nama, alamat, dan nama orang tuanya.

3. Tunagrahita berat dan sangat berat


Mereka membutuhkan bantuan secara terus menerus, namun dapat dilatih untuk
melakukan sesuatu yang sifatnya sederhana dan berulang-ulang dengan
pengawasan.
C. DAMPAK DILIHAT DARI WAKTU TERJADINYA KETUNAGRAHITAAN
1. Ketunagrahitaan sejak lahir
Anak tunagrahita sejak lahir tidak mereaksi dengan baik terhadap rangsangan
yang diperolehnya. Dampak ketunagrahitaan pada masa ini akan
mempengaruhinya dalam bermain, rekasi yang lambat, cepat tetapi tidak tepat.
Akibatnya mereka tidak mengeksplorasi lingkungan dengan baik dan tentu saja
akan diajuhi oleh teman-teman seusianya.
2. Ketunagrahitaan pada masa seokolah
Mereka mengalami kesulitan dalam calistung yang menyebabkan prestasi belajar
berkurang. Anak tunagrahita mengalami kelainan dalam persepsi, asosasi,
mengingat kembali kekurangmatangan motorik, dan gangguan koordinasi sensorik
motorik, perhatiannya mudah beralih.
3. Ketunagrahitaan pada masa puber
Pertumbuhan fisik berkembang normal, tetapi perkembangan berpikirdan
kepribadian berada di bawah usianya. Dampaknya mereka mengalami kesulitan
dalam pergaulan dan mengendalikan diri.

KEGIATAN BELAJAR 3

KEBUTUHAN KHSUSUS DAN PROFILA PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA

A. KEBUTUHAN KHSUSUS ANAK TUNAGRAHITA


1. Kebutuhan Pendidikan
Pendidikan disesuaikan dengan potensi yang dimiliki individu, yaitu sebagai
berikut:
a. Jenis mata pelajaran
Penetuan mata pelajaran lebih banyak diarahkan pada Pelajaran keterampilan
b. Waktu belajar
Kebutuhan waktu untuk mengulang pelajaran dan mereka membutuhkan
contoh-contoh yang konkret serta alat bantu pembelajaran
c. Kemampuan bina diri
Kajian bina diri dibutuhkan agar anak tidak tergantung pada orang lain. Anak
tunagrahita harus diajarkan secara rutin dan seterusnya
2. Kebutuhan Sosial dan Emosi
Kebutuhan sosisalisasi anak tunagrahita kesulitan karena kelainanya dan respon
lingkungan yang kurang memahami keberadaannya. Mereka mengalami kesiltan dalam
membersikan diri, memasuki dunia remaja, mencari kerja, sementara kebutuhan seksual
mereka berkembang secara normal. Masalah teresebut akan berkembang menjadi gangguan
emosional. Untuk itu diperlukan bantuan para ahli untuk mengembangkan potensi yang
dimiliknya.
3. Kebutuhan Fisik dan Kesehatan
Bagi tunagrahita sedang dan berat mengalami gangguan keseimbangan dan
ketidakmampuan dalam memelihara diri sehingga mereka cenderung mengalami sakit.
B. PROFIL PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA
1. Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita
Tujuan pendidikan anak tunagrahita perlu disesuaikan dengan tingkatan kemampuan
mereka dan dirumuskan lebih terperinci. Menurut Kirk (1986) tujuan pendidikan anak
tunagrahita adalah (a) dapat mengembangkan potensi sebaik-baiknya, (b) dapat menolong
diri, berdiri sendiri, dan berguna bagi masyaakat, (c) memiliki kehidupan lahir batin yang
layak.
Sedangkan Suhaeri H.N (1980) menjelaskan lebih terperinci lagi tujuan pendidikan
anak tunagrahita disesuaikan dengan tingkatannya. Anak tunagrahita ringan : (1) dapat
menguru dan membina diri, (2) dapat bergaul di masyarakat, (3) dapat mengerjakan sesuatu
untuk bekal kehidupan.
Anak tunagrahita sedang (1) dapat mengurus diri sendiri (makan minum, berpakaian
dan membersihkan badan), (2) dapat bergaul dengan anggota keluarga dan masyarakat, (3)
dapat mengerjakan sesautu secara rutin dan sederhana.
Anak tunagrahita berat (1) dapat mengurus diri secara sederhana (memberi tanda atau
kata bila ingin sesuatu), (2) dapat melakukan kesibukan yang bermanfaat, (3) dapat
bergembira (berlatih mendengarkan nyanyian, menonton TV, menatap mata orang yang
berbicara dengannya).
 Tempat pendidikan anak tunagrahita ialah tempat khusus terutama bagi anak
tunagrahita yang kelainannya sedang dan berat. Sedangkan tunagrahita ringan dapat
ditempatkan disekolah umum dengan segala variasinya yang disesuaikan dengan
keadaan anak tersebut
1. Sekolah khusus
Jenjang pendidikan ialah TKLB (3tahu), SDLB (6tahun), SLTPLB (3 tahun),
SMLB(3 tahun). Jumlah murid tiap kelas 5-12 siswa. pengelompokkan siswa saat
KBM berdasarkan usia kronolgis dan mentalnya dengan model individualized
Education Program (IEP) yaitu program berdasarkan kebutuhan individu.
Kenaikan kelas diadakan setiap saat karena kemajuan tiap anak berbeda. Anak
mempelajari bahan kelas berikutnya sementara ia tetap berada dikelasnya semula.
2. Kelas jauh
Adminsitrasi dikerakan di sekolah induknya sedangkan KBM dikerjakan guru
dikelas jauh
3. Guru kunjung
Guru berkunjung ke tempat anak tersebut dan memberi pelajaran sesuai dengan
kebuthan anak.
4. Lembaga perawatan (institut khusus)
Layanan pendidikan dan perawatan bagi anak yang tergolong berat dan sangat
berat ketunagrahitaanya karena terkadang anak menderita penyakit lain.
 Di sekolah umum dengan sistem integrasi (terpadu)
Sistem terpadu bervariasi memberikan kesmpatan kepada anak tunagrahita belajar,
bermain, atau bekerja sama dengan anak normal. Tempat pendidikan sistem integrasi
yang diadaptasi dari Moh. Amin (1995) dianatranya :
1. Dikelas biasa tanpa kekhususan, hanya memerlukan waktu belajar yang lebih
lama dan perhatian khusus dari guru kelas
2. Di kelas biasa dengan guru konsultan, sesekali guru konsultan berkunjung
untuk membantu guru kelas dalam cara menangani, merancang bahan
pelajaran dan metode yang sesuai kebutuhan anak tunagrahita
3. Dikelas biasa dengan guru kunjung, berkunjung apabila guru kelas mengalami
kesulitan dan memberi saran kepada guru kelas.
4. Dikelas biasa dengan ruang sumber, Ruangan khusus yang menyediakan
berbagai fasilitas untuk mengatasi kesulitan belajar anak tunagrahita
5. Di kelas khusus sebagian waktu, bila di kelas biasa mengalami kesulitan maka
anak tunagrahita belajar di kelas khusus dengan guru pendidikan luar biasa.
6. Kelas khusus, belajar di kelas khusus namun untuk kegiatan umum seperti
uapacara, olahraga, dan penggunaan kantin bersama dengan anak normal
lainnya.
 Di sekolah biasa dengan sistem inklusif
Pada sistem inklusi, anak tunagrahita berada di sekolah bersama anak biasa selama
mengikuti pendidikan dan mendapat program yang sesuai dengan kemampuannya.
2. Ciri Khas Pelayanan
a. Ciri-ciri khusus
 Bahasa yang digunakan sederhana, jelas dan menggunakan kata yang
sering didengar
 Penempatan anak tunagrahita di depan kelas dan berdekatan dengan anak
yang mempunyai sikap keakraban tinggi
 Ketersediaan program khusus bagi tunagrahita yang mengalami kesulitan
 Prinsip skala perkembangan mental, pemahamn guru mengenaik usia
kecerdasan tinagrahita
 Prinsip kecepatan motorik, mempelajari sesautu dengan melakukannya
 Prinsip keperagaan, alat peraga yang digunakan tidak abstrak dan
menijolkan pokok materi yang diajarkan. Contoh tulisan bebek harus tebal
sementara bebek tipis, karena gambar hanya membantu pengertian anak
 Prinsip pengulangan, anak tunagrahita cepat lupa untuk itu dibutuhkan
pengulangan materi disertai contoh yang bervariasi
 Prinsip individualisasi, menekankan pada perhatian individu dengan
kedalaman materi yang berbeda dengan anak normal.
3. Materi
Lebih mengutamakan materi yang mengandung kecepatan motorik/unsur praktik.
4. Strategi Pembelajaran
Dalam menentukan strategi pembelajaran, harus memperhatikan tujuan
pembelajaran, karakteristik murid dan ketersediaan sumber (fasilitas). Beberapa
strategi yang ccocok untuk anak tunagrahita dianatarnya:
a. Strategi pengajaran yang diindividualisasikan
Materi disedaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Dalam
pelaksanaanya guru perlu melakukan hal-hala berikut ini :
 Pengelompokkan murid disesuaikan dengan minat dan kemampuan belajar
yang memungkinkan dapat berinteraksi dan bekerja sama
 Pengaturan lingkungan belajar yang memungkinkan murid melakukan
kegiatan yang beraneka ragam
 Mengadakan pusat belajar (learning center), dilakukan di sudut-sudut ruang
kelas dengan pelajaran yang berbeda dan disediakan bahan yang dapat diplih
dan bernuansa aplikasi
b. Strategi kooperatif
Efektif diterapkan pada kelompok murid yang heterogen. Karena semangat
kerjanya adalah yang lebih pandai membantu yang lemah (mengalami keslitan)
dalam suasana keakraban. Jonshon D.W (1984) menyatakn bagaw guru harus
mampu merancang bahan pelajaran dan peran tiap anak yang dapat menunjang
terciptanya ketergantungan positif antara anak tunagrahita ringan dengan anak
normal
c. Strategi modifikasi tingkah laku
Tujuanya mengubah, menghilangkan, atau mengurangi tingkah laku yang tidak
baik. Guru harus terampil memilih tingkah laku yang harus dihilangkan dan
ditambahkan teknik reinforcement (hadiah penguatan).
5. Media
Diperlukan media khusus seperti : media untuk latihan motorik, latihan
keseimbangan, dan latihan kosnentrasi dengan ketentuan (1) bahan tidak
berbahaya, (2) warna tidak mencolok, (3) ukuran harus sesuai.
6. Sarana
Sarana sama dengan anak normal, hanya ukuran dan warna perlu di modifikasi
sesuai keadaan anak tunagrahita.
7. Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung seperti : alat terapi wicara, alat permainan, miniatur yang
berkaitan denagn pelajaran.
8. Evaluasi
Evaluasi sama dengan anak biasa, dengan ketentuan khusus diantaranya :
 Waktu mengadakan evaluasi : dilakukan selama proses belajar. Dilihat juga
bagaimana reaksi anak, sikap anak, kecepatan atau kelambatan setiap anak.
 Alat evaluasi : alat yang digunakan anak menilai hasil belajar anak
tunagrahita sama dengan anak normal, hanya berbeda pada urutan dan
penggunaan
 Kriteria keberhasilan : keberhasilan balajar dibandingkan dengan
kemampuan anak itu sendiri dari waktu ke waktu
 Pencacatan hasil evaluasi : berbentuk kuantitatif dan kualitatif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan isi makalah, dapat disimpulkan bahwa terdapat jenis anak yang
berkebutuhan khusus seperti salah satunya tunagrahita. Anak yang mengalami
Tunagrahita merupakan anak yang megalami kelainan secara intelektual. Kelainan ini
terjadi tidak sesuai dengan umur dan fisik anak sehingga mereka biasanya mereka
mengalami keterlambatan berpikir. Anak-anak yang mengalami kebutuhan khusus juga
membutuhkan penanganan khusus berbeda dengan anak normal, tergantung dari tingkat
kemampuannya. Mereka juga mempunyai hak yang sama dalam layanan pendidikan.
Oleh karena itu, sangat diperlukan peran dan aktif dari berbagai pihak seperti orang tua,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap kita sebagai manusia sebaiknya
bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah. Apa bila kita menjumpai anak yang
berkebutuhan khusus, hendaknya tidak mengucilkan mereka, tetapi memperlakukan
mereka secara baik. Penulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca untuk menambah informasi, wawasan ataupun pengetahuan
sebagai sumber referensi dalam menyelesaikan tugas. Namu, penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan baik dari penulisan maupun
materi yang disampaikan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun penulis kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1994. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta

Efendi, Mohammad. 2006. Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara.

Wardani, IGAK. et al. 2020. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas
Terbuka : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai