Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN INGKLUSI
GANGGUAN INTELEKTUAL/ TUNAGRAHITA

KELOMPOK: 4

NAMA; AHMAD TAHIR (3062111013)


AISYAH NOOR`AIN (3062111014)
ANITA (3062111015)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
BANJARMASIN
2023

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan ingklusi adapun
judul dari makalah ini adalah “gangguan intelektual tunagrahita”. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran
dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan, oleh karena itu kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Pendidikan ingklusi yang telah
memberikan tugas ini kepada kami serta kepada pihak-pihak yang turut berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari
sempurna serta banyak kekurangannya di karenakan pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki, oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang lebih lagi
kedepannya dari berbagai pihak agar dapat lebih baik lagi kedepannya. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang bersedia membacanya.
Wassamu’alaikum Wr. Wb.

2
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN
A. Definisi Tunagrahita/Intelektual ...................................................................5
B. Istilah-Istilah bagi Anak Tunagrahita/Intelektual .........................................5
C. Penyebab Ketunagrahitaan/Intelektual ..........................................................6
D. Usaha Pencegahan Tunagrahita/Intelektual...................................................6
E. Klasifikasi Anak Tunagrahita/Intelektual .....................................................6
F. Karakteristik dalam Proses Kognitif ............................................................7
G. Karateristik dari penguasaan dan penggunaan bahasa..................................8
BAB III. PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

Istilah tunagrahita/intelektual mungkin terasa asing ditelinga masyarakat. Tunagrahita


merupakan sebuah istilah bagi mereka yang mengalami gangguan mental ataupun
keterbelakangan mental khususnya dalam hal kecerdasan. Masyarakat sering memberikan
sebutan-sebutan lain bagi anak tunagrahita. Diantara sebutan-sebutan lain mengenai anak
tunagrahita yaitu cacat mental, mental subnormal, bodoh, idiot, tolol, terbelakang mental dan
masih banyak sebutan lainnya.
Anak tunagrahita/intelektual adalah mereka yang kecerdasannya jelas-jelas berada di bawah
rata-rata, disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Mereka memiliki hambatan pada dua sisi, yaitu pada sisi kemampuan
intelektualnya yang berada dibawah anak pada umumnya. Anak tersebut memiliki kemampuan
intelektualnya yang berada pada dua standar deviasi dibawah normal jika diukur dengan tes
intelegensi dibandingkan dengan anak normal lainnya dan kekurangan pada sisi prilaku
adaptifnya atau kesulitan dirinya untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan situasi yang belum
dikenal sebelumnya.
Moh. Amin (1995:11), menguraikan gambarkan tentang anak tunagrahita sebagai berikut:
anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, yang sulit-sulit
dan yang berbelit-belit.
Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan diatas, maka anak tunagrahita memiliki
karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku, emosi dan sosialnya, cara belajarnya dan
kesehatan pada fisiknya. Untuk karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita memiliki
karakteristik yang berada sesuai dengan tingkat kekurangannya. Secara umum karakteristik
tersebut dapat digeneralkan kedalam intelegensi, tingkah laku

4
BAB II
Pembahasan
A. Definisi Tunagrahita/Intelektual
Dirumuskan Grossman (1983) yang secara resmi digunakan AAMD (American Association
on Mental Deficiency), yaitu ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang
secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan
dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung (termanifestasi) pada masa
perkembangannya .
Definisi Anak Tunagrahita Menurut Beberapa Ahli
- Japan League for Mentally Retarded
Bahwa anak tunagrahita mempunyai intelektual yang lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan
tes intelegensi baku.
- Moh. Amin
Bahwa anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya di bawah rata-rata dan mengalami
hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan.
- Hj.T.Sutjihati Somantri
Bahwa tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai
kemampuan intelektual di bawah rata-rata
B. Istilah-Istilah bagi Anak Tunagrahita/Intelektual
1. Dalam Bahasa Asing (Inggris)
Mental retardation, Mentally handicapped, Mental deficiency, Mental subnormality,
Intellectually handicapped, Intelecctually disabled, Feebleminded.
2. Istilah-Istilah Anak Tunagrahita

Lemah pikiran (Feeble Minded), Terbelakang mental (Mentally Retarded), Bodoh atau dungu
(Idiot), Pandir (Imbecile), Tolol (Moron), Oligofrenia (Oligophrenia), Mampu Didik (Educable).

5
C. Penyebab Ketunagrahitaan/Intelektual
Seseorang menjadi tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor. Strauss membagi faktor
penyebab ketunagrahitaan menjadi 2 (dua) gugus yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen
apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan eksogen adalah hal-hal diluar sel keturunan,
misal : infeksi, virus menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi.
Faktor lain yang menyebabkan ketunagrahitaan : Keturunan / genetik, Pada masa sebelum
kelahiran, Infeksi rubella, Faktor resus, Pada saat kelahiran, Pada saat setelah lahir, Faktor
Sosio Kultural. Gangguan metabolisme atau nutrisi.
D. Usaha Pencegahan Tunagrahita/Intelektual
Diagnostik prenatal, Imunisasi, Tes darah, Pemelihaaan kesehatan, Sanitasi lingkungan,
Penyuluhan genetik, Tindakan operasi, Program keluarga berencana, Interfesi dini.
E. Klasifikasi Anak Tunagrahita/Intelektual
a. Penggolongan ATG untuk keperluan pembelajaran :
1. Taraf perbatasan (broderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (Slow
Learner) dengan IQ 70-85
2. Tunagrahita mampu didik (Educable Mentally Retarded) dengan IQ 50-70/75
3. Tunagrahita mampu latih (Trainable Mentally Retarded) IQ 30-50 atau 35-55
4. Tunagrahita butuh rawat (Dependent or Profoundly Mentally Retarded) dengan IQ dibawah
25 atau 30
b. Penggolongan ATG secara Medis-Biologis :
Tunagrahita taraf perbatasan IQ 68-85, Tunagrahita ringan IQ 52-67, Tunagrahita sedang IQ 36-
51, Tunagrahita sangat besar IQ > 20.
C. Penggolongan ATG secara Sosial-Psikososial berdasarkan Psikometrik :
1. Tunagrahita ringan (mild mental retardation) IQ 55-69
2. Tunagrahita sedang (moderate mental retardation) IQ 40-54
3. Tunagrahita berat (profound mental retardation) IQ 25-39
4. Tunagrahita sangat berat (profound mental tetardation) IQ 24 <
D. Penggolongan ATG secara klinis :
1. Sindroma Down / Mongoloid
2. Hydrocephalus yaitu ukuran kepala besar yang berisi cairan
3. Microcephalus yaitu ukuran kepala terlalu kecil

6
4. Makrocephalus yaitu ukuran kepala terlalu besar
F. Karakteristik Anak Tunagrahita/Intelektual
Saat ini banyak masyarakat dan pendidik yang belum mengetahui bagaimana karakteristik
dari anak tunagrahita. Menurut AAMR (1992) Tunagrahita merujuk kepada fungsi intelektual
umum yang berada dibawah rata-rata secara signifikan (merujuk kepada hasil tes inteligensi
individu), berarti skor IQ dua standard deviasi atau lebih dibawah rata-rata) yang berkaitan
dengan hambatan dalam perilaku adaptif (merujuk kepada derajat dimana terpenuhi standard
individu dari independensi personal dan respansibilitas sosial yang diharapkan dari umur dan
kelompok budaya, atau merujuk kepada 10 keterampilan adaptif, yaitu: komunikasi, merawat
diri, kehidupan keseharian, keterampilan sosial, penggunaan komunitas, pengarahan diri,
kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, waktu luang, dan karya yang terjadi selama
periode perkembangan (dari lahir sampai usia 18 atau 22 tahun).
Karakteristik Umum Tunagrahita Menurut Kartono dalam Natawijaya R.(1996), terdapat lima
karakteristik umum anak tunagrahita, yaitu:
(1) lambat dalam memberikan reaksi, yaitu perlu waktu lama untuk bereaksi atau memahami
sesuatu yang baru.
(2) rentang perhatiannya pendek, tidak dapat menyimpan perintah (stimulus) dalam ingatan
dengan baik.
(3) terbatas kemampuan berbahasanya, mudah terpengaruh pembicaraan orang lain, terbatas
dalam konsep persamaan dan perbedaan, maupun konsep besar dan kecil.
(4) kurang mampu mempertimbangkan sesuatu, membedakan baik-buruk, benar-salah, atau
konsekuensi dari suatu perbuatan.
(5) perkembangan jasmani dan kecakapan motoriknya kurang.
Beberapa karakteristik anak tunagrahita meliputi proses kognitif dalam hal akademik,
penguasaan dan penggunaan bahasanya.
F. Karakteristik dalam Proses Kognitif
Faktor kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak tersebut, khususnya yang berkenaan
dengan perhatian atau konsentrasi, ingatan, berbicara dengan bahasa yang benar, dan dalam
kemampuan akademiknya. Proses kogntif dapat disebut juga hambatan pada intelegensi mereka.
Menurut Suppes (1974) menjelaskan bahwa kognisi merupakan bidang yang luas yang meliputi
semua kemampuan akademik yang berhubungan dengan wilayah persepsi.

7
Mussen, Conger dan Kagan (1974) mengemukakan paling sedikit terdiri dari lima proses
yaitu: persepsi, memori, kemunculan ide-ide, evaluasi penalaran dan proses itu meliputi sejumlah
unit yaitu skema, gambaran, simbol, konsep dan kaidah-kaidah. Kognisi adalah bidang yang luas
dan beragam, peneliti tidak dapat memusatkan pada satu proses kognitif umur pada waktu
tertentu.
Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah dan
situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai
secara kritis, menghindari kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan dan kemampuan untuk
merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut.
Hambatan dalam proses kognitif tersebut membuat anak tunagrahita kesulitan dalam hal:
- menyadari situasi, benda, orang disekitarnya, tidak mampu memahami keberadaan dirinya. Hal
tersebut disebabkan oleh faktor bahasa yang menjadi hambatan.
- sulit memecahkan masalah, tidak mampu membuat rencana bagi dirinya, sulit untuk memilih
alternatif pilihan yang berbeda.
- Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka, memiliki ksulitan dalam bidang
membaca, menulis dan berhitung.
- Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas
- Mereka mengalami kesulitan yang berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan dalam
menempatkan dirinya dengan keadaan situasi lingkungannya.
G. Karateristik dari penguasaan dan penggunaan bahasa
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya
mengalami kerusakan artikulasi akan tetapi pusat pengolahan (perbendaharaan kata yang kurang
berfungsi sebagaimana mestinya). Karena itu mereka membutuhkan kata-kata konkrit dan sering
didengarnya.
Kemampuan bahasa pada anak-anak diperoleh dengan sangat menakjubkan melalui beberapa
cara. Pertama, anak dapat belajar bahasa apa saja yang mereka dengar sehari-hari dengan cepat.
Hampir semua anak pada umumnya dapat menguasai aturan dasar bahasa kurang lebih pada usia
3-4 tahun (Gauri, 2007).
Kedua, bahasa apapun memiliki kalimat yang tidak terbatas, dan kalimat-kalimat dari bahasa
yang mereka dengar dan mereka ucapkan, belum pernah ia dengar sebelumnya.

8
McLean dan Synder (Sunardi dan Sunaryo, 2006:191) menemukan bahwa anak tunagrahita
cenderung mengalami kesulitan dalam keterampilan berbahasa, meliputi morfologi, sintaksis,
dan semantic. Dalam hal semantic mereka cenderung kesulitan dalam menggunakan kata benda,
sinonim, penggunaan kata sifat, dan dalam pengelompokkan hubungan antara obyek dengan
ruang, waktu, kualitas, dan kuantitas.
Bab III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran yang dipakai dalam kelas oleh guru mengikuti kebutuhan anak. Beberapa
anak sudah dapat mengikuti dengan baik dan ada beberapa anak yang memiliki hambatan
lainnya. Dilihat dari bina dirinya masing-masing anak sudah mampu melakukan aktifitas
pribadinya sendiri sesuai tingkat kemampuannya.
Jadi dalam pembelajaran anak tunagrahita mereka tidak dapat memahami konsep secara
abstrak dan guru harus lebih memahami masing-masing keadaan anak.
B. Saran
- Dapat menambah pengetahuan tentang anak tunagrahita dan melihat secara langsung
karakteristik anak tunagrahita
- Dapat memberikan kontribusi bagi calon guru ABK dan sekolah agar dapat melaksanakan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. 1996 : Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Jakarta: Dirjen Dikti.


Bratanata, S.A. 1979 : Pendidikan Anak Terbelakang Mental, Jakarta: Depdikbud.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1989). UURI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Dirjen PLB 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1991 :
Tentang Pendidikan Luar Biasa.
Moh.Amin. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Patton and Payne. (1986). Mental Retardation. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company.
Soemantri Sutjihati, dkk. Psikologi Anak Luar Biasa, Jakarta: Dirjen Dikti Proyek Pendidikan
Tenaga Guru, Depdikbud.
Suhaeri H.N. (1980). Ortopedagogik Umum 1 dan 2. Diktat Kuliah. Bandung: PLB FIP IKIP.
Suhaeri H.N. (1979). Penyelidikan tentang Persepsi Visual Anak Terbelakang. Bandung: PLB
FIP IKIP.
.

10
11

Anda mungkin juga menyukai