Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DISABILITAS INTELEKTUAL

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pembimbing :
Taqiyudin Subki, M. Ag

Disusun Oleh :
Khusnul Khotimah (182200065)
PIAUD 7
Semester 5

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUFYAN TSAURI


Sekretariat : JL. KH Sufyan Tsauri Po.Box 18 Telp. (0280) 623562
Cigaru - Majenang- Cilacap
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Disabilitas
Intelektual“.
Makalan ini berisi tentang bagaimana kondisi penyandang disabilitas
intelektual. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang bagaimana disabilitas intelektual itu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua sifat yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini agar bisa lebih baik lagi dari sisi
manapun.
Akhir kata, kami ampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Alloh senantiasa meridhoi segala urusan kita. Aamiin.

Majenang, 16 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................. i
Kata pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Disabilitas Intelektual............................................................. 4
B. Gejala Disabilitas Intelektual................................................................ 5
C. Etiologi Disabilitas Intelektual............................................................. 6
D. Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan disabilitas intelektual.............. 8
E. Klasifikasi Disabilitas Intelektual......................................................... 8
F. Kiat-kiat Mengasuh Anak dengan Disabilitas Intelektual.................... 10
G. Strategi Pembelajaran Anak Disabilitas Intelektual............................. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disabilitas intelektual (DI) adalah keadaan dengan inteligensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala utama ialah inteligensi yang terbelakang. Ditandai oleh
adanya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada semua tingkat inteligensia yaitu kemampuan kognitif,
bahasa, motorik dan sosial. Prevalensi disabilitas intelektual di Indonesia
saat ini diperkirakan kira-kira 1-3 persen dari populasi. Insidensi
disabilitas intelektual sulit dihitung karena kesulitan mengenali onsetnya.
Prevalensi untuk DI ringan 0,37 – 0,59 % sedangkan untuk DI sedang,
berat dan sangat berat adalah 0,3 – 0,4 %. Insidensi tertinggi adalah pada
anak usia sekolah,dengan puncak usia 10 sampai 14 tahun. Disabilitas
intelektual pada anak laki-laki 1,5 kali lebih tinggi daripada wanita.
Sedangkan pada usia lanjut dengan disabilitas intelektual yang berat,
prevalensinya lebih rendah karena mortalitas yang tinggi yang disebabkan
dari penyulit gangguan fisik yang menyertai. Sebagai sumber daya
manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-
anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang
hidupnya. Penderita DI ditandai dengan nilai Intelegent Quotient ( IQ ) <
70 dan keterbatasan dalam fungsi penyesuaian diri. Kondisi ini
menyebabkan keberadaan penderita DI tidak hanya membebani dirinya
sendiri, namun juga keluarga dan masyarakat. DI memiliki etiologi yang
luas, baik karena pengaruh lingkungan seperti infeksi, trauma, radiasi, dan
intoksikasi atau juga pengaruh intrinsik seperti gangguan biokimiawi,
Mendelian disorder, dan kelainan kromosom. Disabilitas intelektual boleh
dipandang sebagai masalah kedokteran, psikologis atau pendidikan, akan
tetapi pada analisis terakhir merupakan suatu masalah sosial, karena
pencegahan, pengobatan dan terutama perawatan serta pendidikan
penderitapenderita ini hanya dapat dilakukan dengan baik melalui usaha-
usaha kemasyarakatan (sosial). Disabilitas intelektual merupakan suatu
kelainan yang multifaktorial, bisa faktor keturunan (disabilitas intelektual
genetik) dan mungkin juga tidak diketahui (disabilitas intelektual
simpleks). Keduanya ini juga dinamakan disabilitas intelektual primer.
Disabilitas intelektual sekunder disebabkan faktor-faktor dari luar yang
diketahui dan faktor-faktor ini mempengaruhi otak mungkin pada waktu
pranatal, perinatal atau postnatal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas akan memunculkan beberapa pertanyaan antara
lain:
1. Apa definisi dari disabilitas intelektual?
2. Bagaimana gejala dari disabilitas intelektual?
3. Apa etiologi dari disabilitas intelektual?
4. Bagaimana ciri-ciri atau tanda-tanda dari disabilitas intelektual?
5. Bagaimana klasifikasi disabilitas intelektual?
6. Bagaimana kiat-kiat mengasuh anak dengan disabilitas intelektual?
7. Bagaimana strategi pembelajaran anak disabilitas intelektual?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang timbul diatas, maka tujuan dari
penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui definisi dari disabilitas intelektual
2. Untuk mengetahui gejala dari disabilitas intelektual
3. Untuk mengetahui etiologi dari disabilitas intelektual
4. Untuk mengetahui ciri-ciri atau tanda-tanda dari disabilitas intelektual
5. Untuk mengetahui klasifikasi disabilitas intelektual
6. Untuk mengetahui kiat-kiat mengasuh anak dengan disabilitas
intelektual
7. Untuk mengetahui strategi pembelajaran anak disabilitas intelektual
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Disabilitas Intelektual


Disabilitas intelektual atau yang sering dikenal dengan retardasi
mental adalah disabilitas yang dicirikan dengan adanya keterbatasan
signifikan baik dalam fungsi intelektual ( kapasitas mental umum, seperti
belajar, menalar, berpakaian, makan, komunikasi, menyelesaikan
masalah ) maupun tingkah laku adaptif yang meliputi banyak keterampilan
sosial dan praktis sehari-hari, dan terjadi pada usia sebelum 18 tahun.
Menurut International Stastistical Classification of Diseases and Related
Health Problem (ICD-10), disabilitas intelektual adalah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama
ditandai oleh adanya keterbatasan (impairment) keterampilan (kecakapan,
skills) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua
tingkat inteligensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
Disabilitas intelektual dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lainnya. Prevalensi dari gangguan jiwa lainnya sekurang-
kurangnya tiga sampai empat lipat pada populasi ini dibanding dengan
populasi umum.
Disabilitas Intelektual adalah suatu kondisi di mana seorang anak
memiliki masalah dengan fungsi intelektual dan fungsi adaptifnya.
Menurut dr. Bobtriyan Tanamas dari Klikdokter, disabilitas
intelektual disebut juga sebagai retardasi mental alias keterlambatan anak
ini dalam mengembangkan mentalnya.
Dari keseluruhan penyandang disabilitas intelektual, lebih kurang 85
persen diyakini memiliki disabilitas ringan. Fungsi intelektual seseorang
berkaitan dengan kemampuan belajar, menyelesaikan masalah, nalar,
pengambilan keputusan, dan sebagainya.
Sering kali, fungsi intelektual dapat dinilai dengan tes IQ (intelligence
quotient). Hasil tes IQ antara 70-75 dapat menjadi petunjuk adanya
gangguan pada fungsi intelektualnya.
Fungsi adaptif sendiri berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
Terdapat tiga bidang yang dinilai pada fungsi tersebut, yakni:
1. Konseptual, yaitu berbahasa, membaca dan menulis, matematika,
penalaran, pengetahuan, dan ingatan.
2. Sosial, yaitu kemampuan komunikasi, empati, kemampuan mengikuti
peraturan, kemampuan berteman.
3. Kemampuan praktis, yaitu menjaga kebersihan diri, mengurus
keuangan, dan mengorganisasi tugas.
Anak dengan disabilitas intelektual biasanya bermasalah dengan kondisi di
atas sebelum berusia 18. Ketidakmampuannya akan terlihat pertama kali
saat dia mulai kesulitan belajar.

B. Gejala Disabilitas Intelektual


Gejala pada anak yang menyandang disabilitas intelektual biasanya
sering tidak disadari oleh orangtua bahkan guru.
Secara sederhana, penyandang disabilitas intelektual acap kali
hanya dianggap sebagai anak yang kurang pintar. Padahal, tanpa disadari
ia memiliki disabilitas intelektual. Jika kondisi tersebut dapat diketahui
sejak dini maka penanganan dan cara pengajaran yang tepat dapat
diterapkan dan akan sangat membantu.
Beberapa gejala anak dengan disabilitas intelektual menurut Bobtriyan
adalah:
1. Anak mengalami keterlambatan perkembangan, seperti duduk,
merangkak, berjalan, dan berbicara.
2. Anak kesulitan menguasai kemampuan, seperti berpakaian, buang air
di kamar mandi (potty training), dan makan sendiri.
3. Anak memiliki masalah perilaku, seperti tantrum yang meledak-ledak,
kolik, hiperaktivitas, serta tidur tidak teratur.
4. Anak punya masalah mengingat, menyelesaikan masalah, atau berpikir
logis.
5. Anak tidak tertarik dengan mainan yang sesuai usianya atau enggan
bermain bersama teman sebaya.

C. Etiologi Disabilitas Intelektual


Penyebab disabilitas intelektual dibagi menjadi dua yakni secara primer
dan sekunder. Disabilitas intelektual primer disebabkan karena faktor
keturunan ( genetik ). Sedangkan penyebab sekunder disebabkan karena
faktor dari luar yang diketahui dan faktor-faktor ini mempengaruhi otak,
baik pada waktu pranatal ataupun postnatal dan dapat juga disebabkan
oleh faktor-faktor yang lainnya.
a. Penyebab Primer
Akibat dari faktor keturunan, bisa disebabkan oleh ketidaknormalan
kromosom dan gen. Beberapa kelainan genetik yang menyebabkan
disabilitas intelektual adalah Sindrom down dan kerusakan kromosom
X. Sindrom down adalah penyebab paling umum terjadinya disabilitas
intelektual. Kerusakan kromosom X ( Fragile X syndrome ) adalah
penyebab paling umum terjadinya disabilitas intelektual yang
diwariskan.
b. Penyebab Sekunder
Akibat penyakit atau pengaruh postnatal yang keadaan ini sudah
diketahui sejak sebelum lahir tapi tidak diketahui etiologinya. Selain
itu dapat juga disebabkan oleh penyakit otak yang nyata ( postnatal ).
c. Penyebab Lainnya
1) Akibat infeksi, dalam kelompok ini termasuk keadaan retardasi
mental karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intracranial,
karena serum, obat atau zat toxid lainnya.
2) Akibat rudapaksa atau penyebab fisik, rudapaksa atau penyebab
fisik sebelum lahir serta juga karena trauma yang lain, seperti sinar
X, bahan 12 kontrasepsi dan usaha melakukan abortus, dapat
melibatkan kelainan dengan retardasi mental.
3) Akibat gangguan metabolisme baik pertumbuhan maupun gizi,
semua retardasi mental yang berlangsung disebabkan oleh
gangguan metabolisme seperti gangguan metabolisme zat lipida,
karbohidrat dan protein. Termasuk pula gangguan pertumbuhan
dan gizi. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung sebelum usia 4
tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak. Meskipun telah
ada perbaikan gizi, akan tetapi tingkat intelegensinya sukar untuk
ditingkatkan.
4) Akibat kelainan kromosom, kelainan ini terdapat pada jumlah
kromosom dan bentuk yang berbeda, kelainan pada jumlah
kromosom ini disebut juga sindroma down.
5) Akibat premeturitas, termasuk dalam retardasi mental yang
berhubungan dengan keadaan bayi yang pada saat lahir berat
badannya kurang dari 2500 gram atau karena masa hamil kurang
dari 38 minggu.
Selain itu, banyak hal yang dapat berperan terhadap munculnya kondisi
disabilitas intelektual. Misalnya:
1. Masalah genetik (Down syndrome).
2. Komplikasi pada masa kehamilan akibat konsumsi alkohol atau adanya
infeksi, kekurangan nutrisi, atau preeklampsia.
3. Masalah semasa persalinan (prematur, kekurangan oksigen saat lahir).
4. Penyakit dan paparan zat beracun semasa anak-anak (meningitis,
infeksi otak, kekurangan gizi, trauma kepala baik ringan maupun berat,
dan terpapar timbal atau merkuri).
D. Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan disabilitas intelektual
1. Wajah ceper, jarak kedua mata jauh, hidung pesek, mulut terbuka,
lidah besar.
2. Kepala kecil/besar/datar.
3. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usianya atau semua harus
dibantu orang lain.
4. Perkembangan bicara/bahasa terlambat atau tidak dapat bicara.
5. Kurang atau tidak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut.

E. Klasifikasi Disabilitas Intelektual


The American Phsychological Association ( APA ) membuat
klasifikasi anak disabilitas intelektual, yaitu mild, moderate, severe, dan
profound. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tingkat kecerdasan atau skor
IQ.
Klasifikasi Disabilitas Intelektual Klasifikasi Rentang IQ Mild 55-70
Moderate 40-55 Severe 25-40 Profound Dibawah 25.
1. Karakteristik anak disabilitas intelektual mild (ringan) adalah,
mereka termasuk yang mampu didik, bila dilihat dari segi pendidikan.
Mereka pun tidak memperlihatkan kelainan fisik yang mencolok,
walaupun perkembangan fisiknya sedikit agak lambat dari pada anak
rata-rata. Tinggi dan berat badan mereka tidak berbeda dengan anak-
anak lain. Biasanya rentang perhatian mereka juga pendek sehingga
sulit berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama. Mereka
kadangkadang memperlihatkan rasa malu atau pendiam. Namun hal ini
dapat berubah bila mereka banyak diikutkan untuk berinteraksi dengan
anak lainnya. Di luar pendidikan, beberapa keterampilan dapat mereka
lakukan tanpa harus mendapat pengawasan, seperti keterampilan
mengurus diri sendiri, seperti makan, mandi, dan berpakaian.
2. Karakteristik anak disabilitas intelektual moderate (menengah)
adalah, mereka digolongkan sebagai anak yang mampu latih, di mana
mereka dapat dilatih untuk beberapa keterampilan tertentu. Meski
sering berespon lama terhadap pendidikan dan pelatihan, jika diberikan
kesempatan pendidikan yang sesuai, mereka dapat dididik untuk
melakukan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan-kemampuan
tertentu. Mereka dapat dilatih untuk mengurus dirinya serta dilatih
beberapa kemampuan membaca dan menulis sederhana. Mereka
menampakkan kelainan fisik yang merupakan gejala bawaan, namun
kelainan fisik tersebut tidak seberat yang dialami anak-anak pada
kategori severe dan profound. Mereka juga menampakkan adanya
gangguan pada fungsi bicaranya.
3. Karakteristik anak disabilitas intelektual severe, adalah mereka
tidak mampu mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain
meskipun pada tugastugas sederhana. Mereka membutuhkan
perlindungan hidup dan pengawasan yang teliti. Mereka juga
mengalami gangguan bicara. Tanda-tanda kelainan fisiknya antara lain
lidah seringkali menjulur keluar, bersamaan dengan keluarnya air liur.
Kepalanya sedikit lebih besar dari biasanya. Kondisi fisik mereka
lemah. Mereka hanya bisa dilatih keterampilan khusus selama kondisi
fisiknya memungkinkan.
4. Karakteristik anak disabilitas intelektual profound, adalah
memiliki masalah yang serius, baik menyangkut kondisi fisik,
inteligensi, serta program pendidikan yang tepat bagi mereka.
Umumnya mereka memperlihatkan kerusakan pada otak serta kelainan
fisik yang nyata, seperti hydrocephalus, mongolism, dan sebagainya.
Mereka dapat berjalan dan makan sendiri. Namun, kemampuan
berbicara dan berbahasa mereka sangat rendah. Kelainan fisik lainnya
dapat dilihat pada kepala yang lebih besar dan sering bergoyang-
goyang. Penyesuaian dirinya sangat kurang dan bahkan sering kali
tanpa bantuan orang lain mereka tidak dapat Anak dengan disabilitas
intelektual dan anak tanpa disabilitas memiliki berbagai perbedaan
terutama dalam segi kecerdasan. Maka dari itu, diperlukan cara
pengasuhan dan penanganan yang berbeda pula.

F. Kiat-kiat Mengasuh Anak dengan Disabilitas Intelektual

Menurut dr. Bobtriyan Tanamas dari Klikdokter, dalam mendidik dan


mendukung perkembangan anak dengan disabilitas intelektual, Bobtriyan
menyampaikan beberapa kiat yang bisa dilakukan oleh para orangtua.
1. Mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait disabilitas yang
disandang anak.
2. Mencari informasi sebanyak mungkin mengenai kondisi si Kecil,
termasuk berbagai tips untuk mengatasi masalah yang ada
3. Orangtua perlu menjalin kerja sama dengan guru-guru anak. Baik guru
di sekolah maupun di lingkungan pendidikan informalnya.
4. Akan lebih baik bila Anda memberikannya pendidikan khusus. Serta,
jangan malu melibatkannya dalam berbagai kegiatan anak.
5. Adalah selalu mendukung dan mendorong setiap kegiatan positif anak
agar mereka semakin terlatih dan belajar mandiri yang juga akan
bermanfaat bagi masa depannya.

G. Strategi Pembelajaran Anak Disabilitas Intelektual


Karakteristik ABK dengan Disabilitas Intelektual adalah:
1. Lambat untuk memproses pengukuran.
2. Memiliki kemampuan adaptasi yang kurang baik/terganggu.
3. Mungkin juga lambat dalam perkembangan fisik mereka.
4. Seringkali memiliki permasalahan dengan kepercayaan diri.
Guru utamanya akan mengajarkan mereka untuk :
1. Merawat, mengurus dan menolong diri sendiri dalam activity daily
living
2. Kemudian melatihkan ketrampilan hidup ( life skill )
3. Belajar bersosialisasi dan beradaptasi
4. Mengajak komunikasi agar mereka juga mampu berkomunikasi
dengan baik.
5. Serta memanfaatkan waktu luang untuk beraktivitas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Disabilitas intelektual (DI) adalah keadaan dengan inteligensi yang


kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa
anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala utama ialah inteligensi yang terbelakang.
Disabilitas Intelektual adalah suatu kondisi di mana seorang anak memiliki
masalah dengan fungsi intelektual dan fungsi adaptifnya. Secara
sederhana, penyandang disabilitas intelektual acap kali hanya dianggap
sebagai anak yang kurang pintar. Padahal, tanpa disadari ia memiliki
disabilitas intelektual. Jika kondisi tersebut dapat diketahui sejak dini
maka penanganan dan cara pengajaran yang tepat dapat diterapkan dan
akan sangat membantu. Selain itu, banyak hal yang dapat berperan
terhadap munculnya kondisi disabilitas intelektual. Misalnya: Masalah
genetik (Down syndrome). Komplikasi pada masa kehamilan akibat
konsumsi alkohol atau adanya infeksi, kekurangan nutrisi, atau
preeklampsia. Masalah semasa persalinan (prematur, kekurangan oksigen
saat lahir).
Pola asuh dan penanganan dari orangtua maupun guru yang tepat
diharapkan bisa menjadikan anak dengan disabilitas intelektual bisa
mendapatkan yang terbaik untuk keseluruhan aspek dalam hidupnya.
B. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan
ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah
yang masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena
itu saran dan kritik membangun sangat kami butuhkan dalam
penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Clattenburg, C (2003). A Field Guide to The Slow Learners. Redwood City


Special Education Department for Teachers, Parents and the Community. Deputi
Bidang Perlindungan Anak (2011).
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia, Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan Penanganan Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia. Deputi Bidang Perlindungan Anak
(2012).
Buku Saku Anak Berkebutuhan Khusus, Jakarta: Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Idris, Ferial Hadipoetro
(1997).
Program Rehabilitasi Bersumber Daya Masyarakat Paket Pelatihan untuk
Keluarga Penca Kegiatan Bermain, Cetakan III, Jakarta: Departemen Kesehatan
1997. 362.178.6 IND p. Keeffe, Jill, diterjemahkan oleh Trisnawati Tanumihardjo
(2012).
Penglihatan Fungsional. University of Melbourne Departemen of Ophthalmology
World Health Organization Collaborating Center The Prevention of Blindness
Australia.

Anda mungkin juga menyukai