Anda di halaman 1dari 15

Modul 2

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA


SEKOLAH DASAR
Pengertian
 Perkembangan kognitif anak SD tidak hanya dilihat dari
kemampuan menghapal atau prestasi akademis semata, tapi juga
dari kemampuan berpikir kritis, fokus, memproses informasi,
menganalisa, memecahkan masalah, serta memahami konsep sebab
dan akibat.
 faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak
dalam belajar karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu
berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. Kemampuan
kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi
terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya sehingga dengan
pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak dapat
melangsungkan hidupnya.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional pengembangan kognitif
merupakan perwujudan dari kemampuan primer yaitu:11

1. Kemampuan berbahasa (verbal comprehension)


2. Kemampuan mengingat (memory)
3. Kemampuan nalar atau berpikir logis (reasoning)
4. Kemampuan tilikan ruang (spatial factor)
5. Kemampuan bilangan (numerical ability)
6. Kemampuan menggunakan kata-kata (word fluency)
7. Kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat (perceptual speed)
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif antara lain: 15

 Faktor Hereditas/Keturunan
 Faktor Lingkungan
 Faktor Kematangan
 Faktor Pembentukan
 Faktor Minat dan Bakat
  Faktor Kebebasan
 Egosentrisme adalah kualitas atau keadaan seseorang menjadi egosentris,
yakni perhatian yang berlebihan pada diri sendiri dan berfokus untuk
kesejahteraan atau keuntungan sendiri dengan mengorbankan atau
mengabaikan orang lain.[1] Egosentrisme juga bisa diartikan sebagai
ketidakmauan seseorang untuk melihat dari perspektif orang lain, yang
meliputi gagalnya seseorang untuk menarik kesimpulan dari apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilihat orang lain.[2]
 Egosentrisme, konsep yang berasal dari teori perkembangan kognitif 
Jean Piaget, mengacu kepada kurangnya pembedaan antara beberapa
aspek diri sendiri dengan orang lain. Ihwal paradigma merupakan kegagalan
pengambilan perspektif yang menggambarkan anak kecil yang tidak mampu
menyimpulkan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat orang lain. Tidak
dapat menyimpulkan secara akurat perspektif orang lain, anak egosentris
menghubungkan mereka dengan perspektifnya sendiri. Ketidakmampuan
untuk mengurangi dari perspektif sendiri menghasilkan kebingungan
egosentris dari perspektif sosial.[3]
Kecerdasan ekstrem
 Kecerdasan ekstrem adalah siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang atau rendah
yang biasa dikenal dengan keterbelakangan mental dan siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan tinggi yang dikenal dengan berbakat secara intelektual. Untuk itu anda
sebagai guru perlu pula dibekali mengenai ciri-ciri dari siswa dengan kecerdasan
ekstrem ini.
  Keterbelakangan Mental
Berdasarkan tingkat kemarahan masalahnya keterbelakangan mental dapat digolongkan
dalam 4 klasifikasi yaitu
a. Klasifikasi ringan Rentangan IQ 52 sampai 67
b. klasifikasi menengah Rentangan IQ 36 sampai 51
c. klasifikasi berat dan Rentangan IQ 20 sampai 35
d. klasifikasi parah Rentangan IQ di bawah 20
 Ciri-ciri Keterbelakangan Mental
a. Keterbelakangan mental ringan sering disebut sebagai mampu didik yaitu anak yang tidak teridentifikasi
cacat atau kelainan fisik. Beberapa keterampilan dapat dilakukan tanpa pengawasan yang ketat seperti
mengurus diri (makan mandi dan berpakaian).
b. Keterbelakangan mental menengah disebut dengan mampu latih. Perkembangannya lambat setara dengan
anak pra sekolah dan tidak dapat menguasai keterampilan academy. Dengan latihan keterampilan sosial
yang tepat dapat membantu dirinya sendiri dan bisa berinteraksi secara sosial melalui pengawasan.
c. Keterbelakangan mental berat. Mereka sering disebut mampu rawat karena mereka tidak mampu merawat
diri sendiri tanpa bantuan orang lain, mereka juga mengalami gangguan bicara dan tanda-tanda gangguan
fisik seperti lidah sering keluar air liur, kepala sedikit besar dan kondisi fisik yang lemah.
d. Keterbelakangan mental parah. Mereka memiliki kemampuan berbicara dan bahasanya sangat rendah
bahkan jika tanpa bantuan orang lain mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan juga memerlukan pelayanan
medis.
e. Penyebab keterbelakangan mental bisa bersumber dari luar maupun dari dalam. Penyebab dari luar
misalnya keracunan sewaktu ibu hamil, kesehatan yang buruk pada ibu hamil, kerusakan otak pada saat
kelahiran, panas sangat tinggi, gangguan pada otak, gangguan fisiologis dan pengaruh lingkungan budaya.
Sedangkan penyebab dari dalam misalnya faktor keturunan, tidak ada kerusakan otak, salah satu orang tua
atau salah satu saudara kandung terbelakang.
Anak berbakat
1. Anak berbakat
2. Di indonesia konsep ke berdekatan banyak mengacu kepada apa yang telah dikemukakan oleh united states office
of education (USOE,  1972) yaitu mereka yang diidentifikasikan oleh orang-orang profesional bahwa mereka
memiliki kemampuan-kemampuan yang menonjol, dapat memberikan prestasi yang tinggi. Mereka membutuhkan
program pendidikan yang ber diferensiasi atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat
merealisasikan sumbangan nya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat.
 Menurut Renzulli (1978) menyebutkan bahwa keterbelakangan merupakan interaksi dari tiga ke booster itu
intelegensi, kreativitas dan tanggung jawab pada tugas.
a. Kemampuan motorik yang lebih awal seperti kemampuan untuk berjalan memanjat memakai baju dan sepatu atau
menyikapi sendiri.
b. kemampuan untuk berbicara dengan kalimat yang lengkap.
c. Perbandingan perkembangan antara anak satu dengan lainnya di mana anak berbakat cenderung menyukai
permainan yang merangsang daya khayalan nya.
d. Daya ingat yang baik.
 Asal-usul Keberbakatan
Faktor genetik atau biologis dan faktor lingkungan mempunyai peran besar dalam terwujudnya
keterbakatan seseorang. Faktor biologis yang bersifat genetik memiliki andi dalam intelegensia yaitu
faktor gizi dan neurologist. Kekurangan gizi pada masa kecil dan gangguan neurologist dapat
menyebabkan keterbelakangan mental. Dilain pihak keluarga, sekolah, teman sebaya, masyarakat jelas
berperan dalam perkembangan keterbakatan. Dengan demikian kita melihat kembali bagaimana faktor
keturunan dan lingkungan secara bersama-sama berperan dalam perkembangan diri seseorang.
 Ciri-ciri Anak Berbakat
a. Kelancaran berbahasa.
b. Rasa ingin tahu
c. Kemampuan berpikir kritis.
d. Kemampuan bekerja mandiri.
e. Ulet.
f. Rasa tanggung jawab terhadap tugas.
g. Tingkah laku yang terarah pada tujuan.
h. Cermat dalam mengamati.
i. Sering mengungkapkan gagasan baik atau pendapat yang baru.
j. Senang membuat benda atau barang baru dari bahan yang ada dalam lingkungannya.
 Kepintaran bukanlah skill yang harus diperlihatkan, kepintaran bukan alat untuk
merendahkan orang lain. Apalagi ukuran seorang manusia untuk bisa sukses.
Sebagai seorang remaja apalagi yang masih duduk dibangku sekolah sangat
dibutuhkan sekali kecerdasan dan kepintaran dalam dirinya untuk menghadapi
suatu permasalah. Dalam bidang pendidikan permasalah yang ada adalah
bagaimana untuk mendapatkan nilai kognitif dan psikomotor yang bagus, serta
ditunjang dengan afektor yang baik.
 Anda memiliki prestasi akademis yang luar biasa? Itu hanyalah berguna sebagai
indikator bahwa Anda memiliki ketekunan yang tinggi dan kemampuan tinggi
dalam mengingat informasi dan mencurahkannya kebali sebagaimana
diperintahkan oleh guru Anda. Lalu bagaimana dengan murid yang tidak pintar
dalam matematika namun dapat menggambar seperti Picasso? Murid yang pintar
dalam geometri namun kurang dalam aljabar?. Seperti yang dikatakan Albert
Einstein, setiap orang itu pintar namun tidak dalam bidang yang benar-benar
sama. Terlepas dari itu semua, yang sebenarnya dapat menentukan kebahagiaan
dan kesuksesan pada akhirnya adalah bagaimana seseorang dapat bertindak
dengan pintar atau 'kepintaran aktif'.
 Bagi remaja yang sudah lulus dari bidang pendidikan ataupun yang tidak
duduk di bangku sekolah kecerdasan dan kepintaran juga sangat
dibutuhkan, karena kecerdasan dan kepintaran bisa menunjang dirinya
untuk membuat suatu karya yang bersifat kreatif dan asli hasil buatan
sendiri. Karya yang dibuat dapat berbuah hasil jika tekun menggelutinya.
Tentu saja untuk membuat suatu karya tidak hanya dibutuhkan
kecerdasan dan kepintaran saja, akan tetapi modal utamanya adalah
KEKREATIFAN yang ada dalam dirinya. Jika kreatif ada dalam diri
seseorang, maka dia akan disebut sebagai orang yang cerdas dan pintar,
karena dia menghasilkan sesuatu dari kekreatifannya tersebut. Sebagai
contoh, Thomas Alfa Edison. Siapa yang tidak mengenal dirinya? beliau
adalah orang yang tidak pintar selama disekolahnya tetapi dia memiliki
kreatif yang dapat membuat suatu karya ilmiah yang sampai saat ini kita
masih menggunakannya. Berbeda dengan orang yang tidak kreatif, mereka
tidak akan membuat suatu karya walaupun mereka memiliki kecerdasan
dan kepintaran
Kecerdasan intelektual
 IQ, kata Eileen, sering disamakan dengan intelijensia. Padahal, IQ hanya mengukur sebagian
kecil intelijensia atau kecakapan. IQ antara lain hanya mengukur kemampuan
membayangkan ruang, melihat lingkungan sekeliling secara menyeluruh, dan mencari
hubungan antara satu bentuk dengan bentuk lainnya. Tapi, IQ tidak mengukur kreativitas,
kearifan, dan kemampuan sosial.
 jadi, belum tentu anak yang IQ-nya tinggi bakal kreatif. Bisa jadi memang pintar, tapi tidak
happy dan sosialisasinya kurang. Anak yang cerdas adalah anak yang bisa berkreasi secara
logis dan berguna terhadap apa yang dialami di lingkungannya. Anak yang pintar tapi tidak
bisa mengatasi masalah, itu tidak cerdas.
 Kecerdasan, kata dia, adalah pemahaman dan kesadaran anak terhadap apa yang
dialaminya. Di dalam pikirannya, pengalaman ini diubah menjadi kata-kata atau angka.
''Pemahaman berbuah pengetahuan,'' ujar konsultan sumber daya manusia yang juga
direktur Experd ini.
 Namun, dia mengingatkan, terlalu banyak pengetahuan seperti kata-kata, angka, rumus, dan
simpulan yang tidak berdasarkan pengalaman dapat menghambat perkembangan anak.
Hanya mengandalkan pengalaman, sulit menggambarkannya melalui kata-kata dan angka,
juga menghambat perkembangan.
Kecerdasan emosional

 Bagaimana dengan EQ? Ini menyangkut angka kapasitas mental yang


didasari kepekaan emosi, penyadaran, dan kemampuan mengatur emosi.
''Anak yang kapasitas emosi tinggi dapat membedakan emosi negatif dan
positif dan tahu cara mengubah emosi negatif menjadi positif,'' ujarnya.
 Anak dengan kecakapan emosi tinggi, antara lain sadar diri, pandai
mengendalikan diri, bisa dipercaya, bisa beradaptasi, dan kreatif. Juga bisa
berempati, memahami perasan orang lain, bisa menyelesaikan konflik, bisa
bekerja sama dalam tim, berani bercita-cita, bisa berkomunikasi, percaya
diri, suka membaca tanpa didorong-dorong, serta mengingat kejadian dan
pengalaman dengan mudah.
Bagaimana cara menyeimbangkan IQ dan
EQ?
 Cara menyeimbangkannya, menurut dia, melalui  kebiasaan-kebiasaan.
Misalnya, menikmati musik dan kesenian lainnya, menikmati warna, ruang,
dan bentuk, menghargai kreativitas, dan menghargai kepekaan perasaan.
''Kecakapan anak akan optimal bila semua potensinya dikembangkan,''
tuturnya. Potensi yang dimaksud adalah daya pikir, daya serap, dan emosi.
Bonus foto kegiatan kita

Anda mungkin juga menyukai