Anda di halaman 1dari 9

[18.

33, 9/10/2021] PgPaud maya: Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran
yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan
anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional

TUJUAN PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk:

Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi

Menetapkan dan mencapai tujuan positif

Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain

Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif

Membuat keputusan yang bertanggungjawab

RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup:

Rutin: pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar akademik, misalnya kegiatan
lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca setelah jam makan siang

Terintegrasi dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik
pembelajaran, membuat diskusi kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dll.

Protokol: menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan
diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau
kejadian tertentu. Misalnya, menyelesaikan konflik yang terjadi dengan membicarakannya tanpa
kekerasan, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, dll.

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL BERBASIS KESADARAN PENUH (Mindfulness-Based Social


Emotional Learning)

Mindfulness
Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang
dikerjakan, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh. Misalnya, seorang anak
yang terlihat asyik bermain peran dengan menggunakan boneka tanpa terganggu oleh suara
sekitarnya.

Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan
kita sejak lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran,
melakukan berbagai kegiatan literasi, mencintai alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain
sebagainya.

Well-being

Well-being (kesejahteraan hidup) adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif
terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya
sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan
baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha
mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Social Emotional Learning (SEL)

Ada banyak yang mempengaruhi proses pembelajaran anak dan satu di antaranya adalah Social
Emotional Learning (SEL).

SEL inilah yang akan mempengaruhi bagaimana perilaku anak ke diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.

Sosial Emosional Learning atau SEL merupakan proses pembentukan diri yang berkaitan dengan
kesadaran diri, kontrol diri dan kemampuan relasi. Kenapa SEL sangat penting? Karena proses ini
akan membantu kehidupannya baik di sekolah, lingkungan kerja atau bermasyarakat.

PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL LEARNING (SEL)

terdapat 5 kunci pengembangan SEL pada anak;


1. Kesadaran Diri (Self Awareness)

Self awareness berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali diri secara akurat mengenai emosi,
pikiran dan nilai atau value diri.

2. Manajemen Diri (Self Management)

Kompetensi manajemen diri ini berkaitan mengenai kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran,
perilaku di berbagai situasi. Kemampuan ini juga berkaitan dengan penanganan stress, mengontrol
hasrat, bertahan menghadapi tantangan untuk mencapai tujuan.

3. Kesadaran Sosial (Social Awareness)

Kesadaran sosial berkaitan dengan kemampuan untuk bisa berempati dengan orang lain dan
mengambil perspektif dari berbagai sudut pandang. Singkatnya, kemampuan ini berkaitan erat
dengan norma dan etika berperilaku terutama di kelompok misalnya di masyarakat.

4. Kemampuan Berelasi (Relationship Skill)

Kemampuan berelasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membangun dan
memelihara suatu hubungan yang sehat antar individu dan kelompok.

5. Pembuatan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible Decision Making)

Kemampuan ini berkaitan dengan pembuatan pilihan konstruktif yang benar dan cara bertindak
sesuai etis, norma sosial dan keselamatan

[18.44, 9/10/2021] PgPaud maya: Mari kita tengok bersama makna kata cerdas dan kecerdasan.
Cerdas berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kondisi kemampuan anak dalam berpikir,
tajam berpikir, sempurna perkembangan akal budinya. Sedangkan kecerdasan adalah kesempurnaan
perkembangan akal budi dalam rangka menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan anak dapat diketahui sejak usia dini. Mereka akan memasuki usia 0-7 tahun ketika
berada di dalam masa eksplorasi. Pada saat ini orang tua dapat mengenali dan menggali potensi
kecerdasan anak. Salah satu caranya adalah dengan membebaskan anak untuk memilih aktivitas
yang disenanginya. Pada masa ini, anak-anak memasuki usia keemasan dimana perkembangan sel
sarafnya berkembang dengan pesat. Oleh karena itu, stimulasi oleh orang tua dan pendidik sangat
diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan anak.1

Did you know?

“Kecerdasan seorang anak tidak semata-mata mampu berprestasi di bidang akademik, mampu
menyelesaikan persoalan sehari-hari dan menunjukkan kemampuan yang gemilang dalam bidang
spesifik juga menunjukkan kecerdasan seseorang.”

Catherine Yusuf, M.Psi., Psi., CGA

Kecerdasan anak yang kita kenal dapat berupa Intelligence Quotient (IQ) yang merupakan
kecerdasan tunggal dari individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif individu
tersebut, Emotional Quotient (EQ) yang merupakan kemampuan mengontrol dan menggunakan
emosi, mengendalikan diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan termasuk kerja sama dan
kemampuan bersosialisasi, serta Spiritual Quotient (SQ) yang merupakan kecerdasan untuk
mengetahui makna dan value, menempatkan perilaku dan hidup pada makna yang lebih luas.2

Berdasarkan cerita pada pembukaan tulisan ini, terdapat kecerdasan majemuk pada diri kita masing-
masing. Kecerdasan majemuk tersebut terdiri dari 8 jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh
Howard Gardner dalam Multiple Intellegence, yaitu:

Baca Juga :

6 Peran Keluarga Dalam Pembentukan Karakter Anak

Linguistic intelligence, kemampuan untuk menganalisa informasi yang berhubungan dengan bahasa

Logical-mathematical intelligence, kemampuan untuk berhitung dan menyelesaikan masalah secara


abstrak.

Spatial intelligence, kemampuan untuk mengenali bentuk dan gambar spasial.

Musical intelligence, kemampuan untuk menghasilkan, mengingat dan membaca pola dari suara

Bodily-kinesthetic intelligence, kemampuan untuk menggunakan tubuh untuk membuat sesuatu.

Naturalistic intelligence, kemampuan untuk dapat membedakan berbagai macam jenis binatang dan
tanaman dan beberapa cuaca.

Interpersonal intelligence, kemampuan untuk memahami motivasi, keinginan, dan kondisi emosi
orang lain.
Intrapersonal intelligence, kemampuan untuk memahami motivasi, keinginan, dan kondisi emosi diri
sendiri.3

Semakin banyaknya jenis kecerdasan anak menyadarkan orang tua bahwa anak itu tidak hanya
pintar di satu bidang, tetapi mereka dapat memiliki kecerdasan di berbagai bidang, tidak hanya di
bidang eksak saja. Hal ini dapat membuat orang tua untuk dapat mengenali kecerdasan dan bakat
anak. Seringkali kita jumpai pemaksaan yang dilakukan orang tua terhadap anak agar berkembang
menurut apa yang mereka sukai/inginkan. Padahal, anak akan berkembang lebih pesat apabila
diasah sesuai dengan bidang yang diminatinya.

Para orang tua hendaknya sering menghabiskan waktu bersama anak-anaknya melalui kegiatan-
kegiatan seru di dalam atau di luar rumah, saat liburan ataupun hari-hari biasa. Kegiatan yang
mampu mengoptimalkan kecerdasan dan memancing anak untuk dapat menunjukkan bakatnya.
Prinsip dalam menstimulasi kemampuan anak adalah tanpa paksaan, bila perlu sambil bermain dan
belajar sehingga anak sadar dan berada di lingkungan yang kondusif untuk melatih kemampuannya.

Sampai saat ini, tidak ada indikator dan alat ukur yang jelas untuk mengukur kecerdasan seseorang,
kecuali untuk mengukur IQ. IQ dapat diukur melalui serangkaian psikotest, tetapi hasilnya dapat
berubah sesuai dengan usia manusia. Ada beberapa tes yang dapat digunakan, antara lain Wechles
Intellegence Scale for children (WISC) yang digunakan mengukur kemampuan kognitif anak usia 5-
15 tahun, mengukur kemampuan verbal dan logika anak, tes IQ Fischer-Price, yaitu tes yang
digunakan pada anak usia enam bulan hingga satu tahun dan dilakukan pada orang tua sang bayi.
Mereka ditanya 10 pertanyaan mengenai perilaku dan respon bayi terhadap beberapa situasi., dan
Bayley Scales of Infant Development yang dapat dilakukan pada bayi berumur 1 bulan hingga 42
bulan. Melalui serangkaian tes IQ dan tes minat bakat, orang tua dapat mengetahui kecerdasan IQ
anak serta peminatan dan bakat mereka. Selain melalui pengukuran kecerdasan standard, ada cara
lain untuk mengetahui kecerdasan seseorang yaitu melalui pengamatan yang dapat dilakukan oleh
guru, pengasuh, dan seluruh anggota keluarga. Selain itu, peran guru dan pengasuh serta lingkungan
sekitar sangat penting dalam mendeteksi kecerdasan anak sejak dini.

[18.47, 9/10/2021] PgPaud maya: sebelum Anda mencari tahu cara menstimulasi kecerdasan anak,
ketahui dulu fakta-fakta menarik seputar kecerdasan anak berikut ini:

1. Teori Kecerdasan Cair dan Kristal

Membaca untuk bayi (Foto: Thinkstock)

Secara teoritis, kecerdasan dibagi menjadi dua, yaitu kecerdasan cair dan kecerdasan kristal.
ADVERTISEMENT

Kecerdasan cair adalah kecerdasan bawaan yang berbasis pada sifat biologis. Kecerdasan ini akan
meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Dengan mencapai puncak pada saat dewasa dan
menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh.

Sementara kecerdasan kristal adalah kecerdasan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan
pengalaman hidup. Jenis kecerdasan ini dapat terus meningkat, tidak ada batas maksimal, selama
manusia masih bisa dan mau belajar.

Hasil dari pengukuran kecerdasan itulah yang kemudian diolah menjadi skor IQ anak Anda.

2. Jenis-jenis Kecerdasan

Anak belajar berhitung (Foto: Pixabay)

Menilai kecerdasan anak tak bisa hanya berdasarkan nilai tes IQ saja. Selain Inteligent Qutient (IQ),
ternyata ada dua jenis kecerdasan lainnya, yaitu Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient
(SQ). Lebih lengkapnya, Anda dapat membaca seputar jenis-jenis kecerdasan tersebut di sini.

ADVERTISEMENT

3. Peran Otak yang Berkaitan dengan Kecerdasan

Menyehatkan otak (Foto: Thinkstock)

Kecerdasan, kreativitas, emosi, ingatan, dan pergerakan tubuh adalah beberapa dari banyak hal yang
diatur oleh otak. Hal tersebut dikarenakan otak adalah organ yang menjadi pusat perintah dan
sistem saraf manusia.
Secara umum berdasarkan fungsi biologisnya, otak manusia terbagi dalam tiga bagian, yaitu otak kiri,
bagian otak kanan dan otak kecil. Masing-masing bagian tersebut tentunya memiliki karakteristik
dan tugas yang spesifik.

Otak kiri merupakan bagian otak yang bertugas untuk berpikir secara kognitif dan rasional. Bagian
otak ini memiliki karakteristik khas yang bersifat logis, matematis, analitis, realistis.

Sebaliknya, otak kanan merupakan bagian otak yang memiliki tugas berpikir sesuai perasaan dan
emosi. Bagian otak ini memiliki karakteristik spiritual, emotional, artistik, kreatif, dan imajinatif.

ADVERTISEMENT

Sementara otak kecil bertugas sebagai mesin perekam seluruh kejadian yang berlangsung dalam
kehidupan.

Baca Juga

Kenali 9 Jenis Kecerdasan Anak dan Cara Mengembangkannya

Tyna Kanna Mirdad Bicara Soal Kecerdasan Anak

Kenali Kecerdasan Si Kecil di kumparanMOM Playdate Bersama Morinaga

4. Teori Kecerdasan Majemuk

Ilustrasi anak belajar (Foto: Thinkstock)

"Tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak yang menonjol pada satu atau beberapa jenis
kecerdasan"

Pernah mendengar kutipan kalimat di atas, Moms?

Seorang pakar pendidikan dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Thomas Armstrong,
mengungkapkan bahwa tidak ada anak yang bodoh. Setiap anak memiliki jenis kecerdasannya
masing-masing, Moms.
Dr. Howard Gardner, profesor bidang pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat,
mengemukakan sebuah teori yang diberi nama Teori Kecerdasan Majemuk. Howard membaginya
menjadi 8 jenis kecerdasan anak.

Setiap anak bisa saja memiliki 8 jenis kecerdasan ini. Hanya saja, ada anak yang hanya menonjol
pada satu atau dua jenis kecerdasan saja. Belakangan, banyak ahli juga menyebutkan 1 kecerdasan
tambahan lagi dari 8 jenis kecedasan versi Gardner, yaitu kecerdasan moral.

5. Peran Orang Tua

Pola asuh orang tua sangat berpengaruh dalam meningkatkan kecerdasan anak. Menurut psikolog
Annelia Sari Sani, orang tua adalah sosok yang paling mengenal kecerdasan anaknya, sehingga
diharapkan mampu menstimulasi kecerdasan anaknya dengan baik.

"Orang tua adalah observer yang paling jago. Setelah mengenal (kecerdasan anaknya), orang tua
tentu akan memberikan stimulasi. Saya menganjurkan ke orang tua, kalau mau stimulasi kecerdasan
anak itu jangan di bagian yang dia jago saja.

[18.50, 9/10/2021] PgPaud maya: . Word smart (kecerdasan linguistik)

Jenis kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan anak dalam berbahasa baik dalam bentuk tulisan
maupun saat berbicara. Kecerdasan linguistik dapat dilihat ketika anak suka membaca, cepat bisa
mengeja kata dengan baik, suka menulis, suka berbicara, dan mendengarkan cerita.

Jika anak menunjukkan kesukaannya seperti ini, orangtua bisa memberikan buku-buku cerita,
mainan huruf alphabet, kertas untuk menulis, atau mainan yang berkaitan dengan huruf dan kata-
kata lainnya yang bisa menstimulasi kecerdasannya ini.

Orangtua juga bisa mendukung anak dengan sering mengajaknya bercerita, membaca bersama,
membacakan dongeng, dan melakukan dialog berdua dengan anak.
2. Number smart (kecerdasan logika atau matematis)

Anda mungkin juga menyukai