Anda di halaman 1dari 7

BAB XI.

SIGNIFIKANSI PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK BAGI PROSES


BELAJAR

Yuzril Anwar

A. Deskrifsi Aspek Kognitif


Pendidikan sebagai sebuah proses belajar memang tidak cukup dengan sekedar
mengejar kecerdasan semata. Berbagai potensi peserta didik atau mata pelajaran lain juga
harus mendapat perhatiam yang propesional agar dapat berkembang secara optimal. Untuk
itulah aspek maupun factor keterampilan, emosi dan fisik juga perlu mendapat kesempatan
yang sama untuk berkembang. Kognitif adalah penilaian yang dilakukan atas dasar
kemampuan dalam mengenal sesuatu yang mengacu pada proses seseorang memperoleh
pengetahuan yang ada dalam dirinya sendiri. Penilaian pada aspek kognitif berkaitan dengan
penalaran, proses berpikir, dan mengembangkan kemampuan rasional yang dimiliki oleh
seorang anak. (Sosiologi, 2022)
Dalam (Sosiologi, 2022) Berikut definisi kognitif pendapat menurut para ahli, antara
lain;
1. Margaet W. Matlin
Kognitif adalah proses aktivitas yang melibatkan beberapa jenis kegiatan yang
berkaitan dengan mental seseorang. Kegiatan yang terkait antara lain, mencari, memperoleh,
menyimpan, dan menggunakan ilmu pengetahuan. Penggunaan ilmu pengetahuan diharapkan
pada situasi dan kondisi yang tepat.
2. Husdarta dan Nurian
Kognitif adalah bentuk proses yang terus menerus tetapi hasil yang diperoleh tidak
bersifat berkesinambungan dengan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Kemampuan kognitif
akan terus berkembang sesuai dengan apa yang dipelajari di sekolah atau lingkungan
sosialnyanya.
3. Chaplin
Kognitif adalah sebuah konsep yang bersifat umum dimana mencakup semua bentuk
pengenal, hal-hal yang termasuk antara kain mengamati, memiliki prasangka, melihat,
membayangkan, memperkirkan, memberikan, menduga, dan menilai. Apabila kita lihat hal-
hal yang termuat dalam kognitif sangat komplek.
4. Ahmad susanto
Kognitif adalah proses berpikir, kemampuan individu untuk menilai,
mempertimbangkan dan menghubungkan suatu peristiwa satu dengan yang lain. Kemampuan
ini merupakan dasar dari segala jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Hal ini juga
dipengaruhi oleh minat seseorang untuk menunjukkan segala ide yang dimiliki
Taksonomi Bloom (Gunawan, 2016) mengklasifikasikan ada enam kategori ranah
kognitif dari yang sederhana (mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks
(mengevaluasi).
1. Pengetahuan
Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang
sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat
keterangan dengan benar.
2. Pemahaman
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas
pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
3. Penerapan
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah
dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
4. Analisis
Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau
faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu
dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun
penerapan.
5. Sintesa
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga
membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang
kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada
kemampuan sebelumnya.
6. Evaluasi
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk
tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
B. Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar
Ranah psikologi siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Dalam perspektif
psikologi kognitif merupakan sumber utama yang berkaitan dengan ranah-ranah kejiwaan
lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Otak sebagai markas fungsi
kognitif bukan hanya menjadikan penggerak aktivitas akal pikiran, melainkan juga menara
pengontrol, aktivitas persaan dan perbuatan. Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang
siswa dapat berpikir. Selanjutnya, tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa tersebut dapat
memahami dan meyakini faidah materi-materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Tanpa
berpikir juga sulit bagi siswa untuk menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam
materi pelajaran yang ia ikuti (Badriyah, 2009)
Piaget berpendapat (Karim, M.B., 2014), bahwa pentingnya pendidik mengembangkan
kognitif
1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang dilihat,
didengar dan rasakan, sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan
komprehensif,
2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian yang
pernah dialaminya
3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka
menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
4. Agar anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya
5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara alamiah
(spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaan)
6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada
akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri
C. Intllegence Quatient (IQ) Dan Proses
Intelligence quotient atau biasa di singkat (IQ), adalah ukuran kemampuan penalaran
seseorang yang dimana, IQ melambangkan seberapa baik seseorang dapat menggunakan
informasi dan logika untuk menjawab pertanyaan atau membuat prediksi. IQ ini berhubungan
dengan kemampuan membuat perhitungan yang akan berpengaruh pada pengambilan
keputusan. Rata-rata manusia memiliki IQ 100. Standar ini diperoleh dengan menerapkan tes
yang sama kepada sejumlah sampel populasi dari semua strata sosial ekonomi masyarakat.
(Astari, 2021)
Intelegensi seseorang pasti cenderng berbeda-beda (Jaali., H. 2007) dalam (IDTesis,
2010). Hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang
mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan
atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor
bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar.
Dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan
bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat
memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3. Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang
direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan,
misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4. Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah
tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-
masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau
memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih
terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk
menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.

5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah
yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah
yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang
lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau
berpatokan kepada salah satu faktor saja.
D. Gamgguan aspek kognitif
Gangguan kognitif merupakan kondisi di mana seseorang mengalami penurunan
dalam hal kemampuan untuk mengingat dan berpikir dibandingkan dengan orang lain pada
usia yang sama.
Gangguan ini bisa dirasakan oleh orang yang mengalaminya atau orang lain yang berinteraksi
dengannya. Seseorang yang mengidap gangguan kognitif biasanya mengalami masalah
dengan memori, bahasa, serta pemikirannya. Berikut beberapa gejala yang seringkali muncul
pada penderita yang mengalami gangguan kognisi (Indah, 2021):
1. Sering melupakan sesuatu
2. Kesulitan untuk mengatakan sesuatu dan susah memahami informasi verbal dan
nonverbal
3. Kesulitan untuk fokus dan mudah terdistraksi
4. Merasa kesulitan dalam membuat keputusan dan menyelesaikan sebuah pekerjaan
5. Anda menjadi lebih impulsif atau sering membuat keputusan yang buruk karena salah
menilai sesuatu
Hal-hal yang dapat memicu gangguan kognisi seseorang sebagai berikut (Indah, 2021);
1. Depresi, stres, dan cemas
2. Sleep apnea atau gangguan tidur lainnya
3. Kekurangan vitamin B12 atau nutrisi lainnya
4. Efek samping dari obat penyakit tertentu yang memengaruhi pembuluh darah yang
menyuplai oksigen ke otak
5. Memiliki masalah tiroid, ginjal, atau hati
6. Punya riwayat kecanduan alkohol
7. Infeksi
8. Memiliki masalah pada mata dan pendengaran
9. Penyakit atau kondisi yang memengaruhi aliran darah ke otak (tumor, stroke,
gangguan pembekuan darah, dll)

DAFTAR PUSTAKA

Jaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara


Mamangkey, L. A., Tewal, B., & Trang, I. (2018). Pengaruh kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan sosial (SQ) terhadap kinerja karyawan kantor
wilayah bank bri manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan
Akuntansi, 6(4).
Gunawan, I., & Palupi, A. R. (2016). Taksonomi Bloom–revisi ranah kognitif: kerangka
landasan untuk pembelajaran, pengajaran, dan penilaian. Premiere educandum: jurnal
pendidikan dasar dan pembelajaran, 2(02).
Karim, M. B., & Wifroh, S. H. (2014). Meningkatkan Perkembangan Kognitif Pada Anak
Usia Dini Melalui Alat Permainan Edukatif. Jurnal PG-PAUD Trunojoyo: Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 1(2), 103-113.
Astari, C. (2021, September 16). Perlukah Menggunakan Tes IQ dalam Proses Rekrutmen?
Retrieved from talentics.id: https://talentics.id/blog/talentics/talent-assessment-and-
selection/perlukah-menggunakan-tes-iq-dalam-proses-rekrutmen
Badriyah. (2009, Agustus 28). Arti Penting Perkembangan Siswa Dalam Urusan Proses
Belajar Agama Islam. Retrieved from badriyah-pendidikan.blogspot.com:
http://badriyah-pendidikan.blogspot.com/2009/08/arti-penting-perkembangan-siswa-
dalam.html?m=1
IDTesis. (2010, September 17). Faktor Yang mempengaruhi Intelegensi. Retrieved from id-
jurnal.blogspot.com: http://id-jurnal.blogspot.com/2010/09/faktor-yang-
mempengaruhi-intelegensi.html?m=1
Sosiologi, D. (2022, Mei 13). Pengertian Kognitif, Aspek, dan Contohnya. Retrieved from
dosensosiologi.com: https://dosensosiologi.com/pengertian-kognitif/

Indah, A. N. (2021, September 9). mudah lupa waspada gangguan kognitip ringan.
Retrieved from www.sehatq.com: https://www.sehatq.com/artikel/mudah-lupa-waspadai-
gangguan-kognitif-ringan

BIODATA

Nama Yuzril Anwar tempat tanggal lahir medas barat kokok 20 februari 2002 sekarang
tinggal di medas barat kokok, status mahasiswa semester 5 kuliah di Universitas Pendidikan
Mandalika Fakultas Tehnik,Sains dan Terapan Prodi Pendidikan Kimia

Anda mungkin juga menyukai