Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan pengetahuan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui

panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba dengan sendiri. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga serta menjelaskan bahwa, pengetahuan (knowledge). Pengetahuan yang

dapat dijabarkan sesuai arti dan para ahli yang sudah ditetapkan (Notoatmodjo,

2014).

Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang tentang sesuatu.

Kemampuan yang paling rendah tetapi paling dasar dalam kawasan kognitif.

Kemampuan untuk mengetahui adalah kemampuan untuk mengenal atau mengingat

kembali suatu obyek, ide, prosedur, prinsip, atau teori yang pernah ditemukan

dengan pengalaman tanpa memanipulasinya. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behaviour). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Soekanto, 2015).


b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif,

mencakup 6 tingkatan antara lain:

1) Tahu (know)

Pengetahuan yang dimiliki baru sebatas berupa mengingat kembali apa yang

telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan pengetahuan pada tahap ini

merupakan tingkatan yang paling rendah. Kemampuan pengetahuan pada

tingkatan ini adalah seperti menguraikan, menyebutkan, mendefinisikan,

menyatakan.

2) Memahami (comprehension)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu dengan benar. Seseorang

yang telah faham tentang pelajaran atau materi yang telah diberikan dapat

menjelaskan, menyimpulkan, dan menginterprestasikan objek atau sesuatu yang

telah dipelajarinya tersebut.

3) Aplikasi (application)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini yaitu dapat mengaplikasikan atau

menerapkan materi yang telah dipelajarinya pada situasi kondisi nyata atau

sebenarnya.

4) Analisis (analysis)

Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen yang ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis yang

dimiliki seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), memisahkan dan


mengelompokkan, membedakan atau membandingkan.

5) Sintesis (synthesis)

Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan seseorang dalam mengaitkan

berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi suatu pola baru yang

lebih menyeluruh. Kemampuan sintesis ini seperti menyusun, merencanakan,

mengkategorikan, mendesain, dan menciptakan.

6) Evaluasi (evalution)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dapat digambarkan sebagai
proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif keputusan.

c. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2013) pengetahuan seseorang dapat diinterprestasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu :

1) Baik : hasil presentase 76 % - 100 %

2) Cukup : hasil presentase 56 % - 75 %

3) Kurang : hasil presentase ≤ 55 %

d. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pengetahuan antara lain:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan formal maupun pendidikan non
formal, sistem pendidikan berjenjang diharapkan mampu meningkatkan

pengetahuan melalui pola tertentu.

2) Usia

Usia individu berkaitan erat dengan pengetahuan individu. Semakin

bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

3) Minat dan kreativitas

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

suatu objek atau dalam melakukan suatu kegiatan (perbuatan), yang didasari

oleh rasa tertarik, senang, yang muncul dalam diri bukan tekanan dari luar.

Adanya perasaan tertarik dan perasaan senang menimbulkan adanya minat,

maka minat ini merupakan kondisi psikologis yang dapat mendorong

(memotivasi) munculnya kreativitas.

4) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Teori determinan menganalisa yang

menyebabkan seseorang berperilaku tertentu karena adanya pemikiran dan

perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi,

sikap, kepercayaan, seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang

mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman

orang lain.

5) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh


pengalaman dan pengetahuan secara langsung maupun tidak langsung.

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

dapat bersumber dari pandangan agama, kelompok etnis yang mempengaruhi

proses memperoleh informasi atau pengetahuan khususnya dalam penerapan

nilai-nilai keagamaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang.

7) Informasi

Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi fungsi

kognitif dan afektif. Fungsi kognitif diantaranya berfungsi untuk menciptakan

atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem,

keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu.

8) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang

berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan

mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam

mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam

diri individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuh kebutuhan

sehingga menjadi puas) maupun dari luar (merupakan pengaruh dari orang

lain/lingkungan).

e. Pengukuran pengetahuan

Menurut Simarmata et al., (2020), pengukuran pengetahuan didasarkan pada

standar yang ditentukan sendiri atau menggunakan standar yang ada. Penilaian
dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor yang diharapkan (tertinggi)

kemudian dikalikan 100% dan hasilnya prosentase.

Berikut merupakan kriteria untuk menilai pengetahuan :

1) Tingkat pengetahuan seseorang dikatakan baik jika mampu menjawab

pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner, skor atau nilainya adalah 76% -

100%

2) Tingkat pengetahuan seseorang dikatakan cukup jika mampu menjawab

pertanyaan dengan skor 56% -75%

3) Tingkat pengetahuan seseorang dikatakan kurang jika mampu menjawab

pertanyaan yang tertera pada kuisioner bila skor atau nilai < 56%

2. Sikap

a. Pengertian

Sikap merupakan keteraturan perasaan, pemikiran perilaku seseorang dalam

berinteraksi sosial. Dan sikap merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam

dunia sosial. Para peneliti psikologi sosial menempatkan sikap sebagai hal yang

penting dalam interaksi sosial, karena sikap dapat mempengaruhi banyak hal

tentang perilaku dan sebagai isu sentral yang dapat mempengaruhi perilaku

sesorang (Elisa, 2017).

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2014) sikap merupakan reaksi / respon

seseorang yang masih tertutup terhadap dari seseorang terhadap sesuatu. Karena

sifatnya yang tertutup maka belum tentu hasilnya adalah hal yang sebenarnya

namun bisa saja apa yang belum percaya sepenuhnya terhadap penanya.

Menurut Malawati (2013) sikap dapat dibedakan menjadi dua diantaranya yaitu :
1) Sikap Sosial

Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan

berulang-ulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu

dinyatakan tidak hanya oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang

sekelompok atau masyarakat.

2) Sikap Individu

Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap

individual berkenaan dengan objek yang bukan merupakan objek perhatian

sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat pribadi diri sendiri. Sikap dapat

diartikan sebagai suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat

diartikan suatu bentuk respon evaluative yaitu suatu respon yang sudah dalam

pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.

b. Komponen sikap

Menurut Azwar (2013) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen

pokok yang saling menunjang yaitu :

1) Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap,

komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu

mengenai sesuatu dapat disamakan dengan penanganan (opini) terutama dalam

menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.

2) Komponen afektif

Komponen afektif (emosional) berisi tentang perasaan yang melibatkan emosi,

bisa perasaan bahagia, perasaan sedih, dan perasaan terkejut. Komponen satu
ini bersifat subjektif, terbentuknya komponen emosional ini banyak

dipengaruhi oleh presepsi diri yang melibatkan emosional.

3) Komponen konatif

Komponen konatif merupakan aspek kecenderugan berperilaku tertentu sesuai

sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendansi atau

kecenderungan untuk bertindak atau beraksi terhadap sesuatu dengan cara-cara

tertentu.

c. Karakteristik sikap

Menurut Rismalinda (2017) sikap mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan hidup

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat

berubah bila terdapat keadaan dan syarat tertentu

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek

4) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan suatu hal

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan

6) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Rismalinda (2017) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap, yaitu :

1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek, individu mempunyai dorongan untuk

mengerti, dengan pengalamannya memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang

terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap obyek

yang bersangkutan.

2) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan

faktor emosional.

3) Pengaruh orang yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau

searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara

lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.

4) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita

terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman

individu-individu masyarakat asuhannya.

5) Media masa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,

berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung


dipengaruhi oleh sikap penulisnya, sehingga akan berakibat terhadap sikap

konsumen.

6) Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari emosi yang berfungsi

sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

e. Kategori Sikap

Menurut Arikunto (2013) hasil pengukuran sikap dikelompokkan menjadi 3

kategori antara lain :

1) Perilaku pencegahan kategori baik jika nilainya 76-100 %

2) Perilaku pencegahan kategori cukup jika nilainya 56 – 75 %

3) Perilaku pencegahan kategori kurang jika nilainya ≤ 55 %

f. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2014) sikap mempunyai beberapa tingkatan

diantaranya yaitu :

1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan.

2) Merespon (responding), memberi jawaban apabila ditolak, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari suatu sikap,

karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas

yang diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

menerima ide tersebut.

3) Bertanggung jawab (responsible), atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko atau merupakan sikap yang paling tinggi.


4) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

3. Remaja

a. Pengertian remaja

Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun (WHO, 2014).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah

penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum

menikah. Remaja (adolescence) merupakan masa transisi anak ke dewasa. Selama

remaja terjadi perubahan hormonal sehingga mengalami percepatan proses

pertumbuhan. Perubahan fisik yang terjadi saat remaja meliputi pertambahan berat

badan dan tinggi badan, perubahan komposisi tubuh, perubahan organ reproduksi

dan pertambahan berat tulang. Selain perubahan fisik remaja juga mengalami

perubahan emosional, kehidupan sosial dan kognitif. Masa remaja dibagi menjadi

3 tahapan, yaitu masa remaja awal yakni usia 10-14 tahun, remaja tengah yakni

usia 15-16 tahun, dan remaja akhir yakni usia17- 20 tahun (Kemenkes, 2017)

b. Perkembangan Remaja

Perkembangan merupakan suatu proses perubahan dalam diri individu yang

bersifat kualitatif atau fungsi psikologis yang berlangsung secara terus menerus ke

arah yang lebih baik menuju kedewasaan, Umami (2019), mengungkapkan

mengenai definisi- definisi tentang perkembangan remaja pada umumnya

mencakup unsur-unsur sebagai berikut:


1) Adanya perubahan fungsi psikologis yang bersifat kualitatif, yaitu perubahan

yang dapat dilihat melalui adanya kemampuan dalam bertingkah laku sosial,

emosional, moral maupun intelektual, secara lebih matang.

2) Perubahan yang terjadi pada diri individu merupakan merupakan proses yang

berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga perkembangan (perubahan)

pada tahap kehidupan (periode) sebelumnya mempengaruhi perkembangan

pada periode sesudahnya.

3) Perubahan yang mengarah kepada pencapaian kematangan berupa kemampuan

bertingkah laku secara fisik, sosial, emosional, moral dan intelektual sesuai

dengan tingkat perkembangan tertentu sesuai dengan kondisi individu yang

bersangkutan.

c. Tahapan Perkembangan Remaja

Agustriyana (2017), berpendapat bahwa tahapan perkembangan remaja pada

umumnya di ukur dengan berpatokan pada usia. Kemenkes RI (2017), telah

membagi masa remaja menjadi 3 tahapan, yaitu:

1) Masa remaja awal yakni usia 10-14 tahun

2) Masa remaja tengah yakni usia 15-16 tahun

3) Masa remaja akhir yakni usia17-20 tahun

d. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

Menurut Hurlock dalam Agustriyana (2017), tugas perkembangan remaja

dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-

kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Diantara

tugas-tugas tersebut, yaitu:


1) Menerima keadaan fisiknya

2) Menggunakan tubuhnya secara efektif

3) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang- orang dewasa

lainnya.

4) Mengembangkan konsep keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

4. Bullying

a. Pengertian

Istilah bullying sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Masyarakat

Indonesia sendiri belum begitu akrab dengan istilah bullying. Namun istilah

bullying terkadang digunakan untuk bentuk-bentuk perilaku senioritas yang

dilakukan oleh siswa senior kepada juniornya seperti menghina, memukul,

mengumpat, dan lain-lain. Perilaku bullying adalah perilaku agresif yang muncul

dari suatu maksud yang disengaja untuk mengakibatkan tekanan kepada orang lain

secara fisik dan psikologis (Parson, 2009). Bullying adalah sebuah hasrat untuk

menyakiti, hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang

menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seorang atau kelompok yang

lebih kuat, tidak bertangung jawab, biasanya berulang-ulang, dan dilakukan

dengan perasaan senang (Astuti, 2008).

b. Jenis bullying

1) Bullying fisik

Bullying fisik merupakan segala bentuk kekerasan yang melibatkan pelecehan

atau serangan fisik dimana dapt dilihat secara nyata dan terkadang sering
meningkalkan bekas pada korban (Permatasari, 2016). Jenis penindasan secara

fisik meliputi; memukul, mencekik, menjambak, meludahi, menyikut, meninju,

menendang, menggigit, memiting, mencakar, mendorong dan hal –hal

kekerasan yang dilakukan melukai fisik seseorang (Zain, 2017).

2) Bullying verbal

Bullying verbal merupakan bullying yang dilakukan menggunakan kata-kata

yang tidak menyenangkan, menyakitkan dan mematahkan semangat seseorang,

sering menjadi bahasa sehari-hari yang merupakan bullying verbal (Utomo,

2016). Penindasan verbal dapat berupa celaan, fitnahan, kritik kejam,

penghinaan, memanggil nama yang tidak sesuai, intimidasi atau pelecehan

verbal (Zain, 2017).

3) Relational bullying

Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara

sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran.

Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang

terkuat.

Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan

yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa

mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.

4) Cyber bullying

Cyber bullying adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin

berkembangnya teknologi, internet dan media sosial.

Bentuknya berupa:
a) Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar

b) Meninggalkan pesan voicemail yang kejam

c) Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa

(silent calls)

d) Membuat website yang memalukan bagi si korban

e) Si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya

c. Faktor faktor yang mempengaruhi bullying :

1) Faktor individu

Terdapat dua kelompok individu yang terlibat secara langsung dalam peristiwa

buli, yaitu pembuli dan korban buli. Kedua kelompok ini merupakan faktor

utama yang mempengaruhi perilaku buli.

2) Faktor keluarga

Latar belakang keluarga turut memainkan peranan yang penting dalam

membentuk perilaku bullying. Orang tua yang sering bertengkar atau berkelahi

cenderung membentuk anak-anak yang beresiko untuk menjadi lebih agresif.

Anak-anak yang mendapat kasih sayang yang kurang, didikan yang tidak

sempurna dan kurangnya diberikan ajaran yang positif akan berpotensi untuk

menjadi pembuli.

3) Faktor teman sebaya

Teman sebaya memainkan peranan yang tidak kurang pentingnya terhadap

perkembangan dan pengukuhan tingkah laku buli, sikap anti sosial dan tingkah

laku di kalangan anak-anak. Kehadiran teman sebaya sebagai pengamat, secara

tidak langsung, membantu pembuli memperoleh dukungan kuasa, popularitas,


dan status. Dalam banyak kasus, saksi atau teman sebaya yang melihat,

umumnya mengambil sikap berdiam diri dan tidak mau campur tangan.

4) Faktor sekolah

Lingkungan, praktik dan kebijakan sekolah mempengaruhi aktivitas, tingkah

laku, serta interaksi pelajar di sekolah. Rasa aman dan dihargai merupakan

dasar kepada pencapaian akademik yang tinggi di sekolah. Jika hal ini tidak

dipenuhi, maka pelajar mungkin bertindak untuk mengontrol lingkungan

mereka dengan melakukan tingkah laku anti sosial seperti melakukan buli

terhadap orang lain. Managemen dan pengawasan disiplin sekolah yang lemah

akan mengakibatkan lahirnya tingkah laku buli di sekolah.

5) Faktor media

Paparan aksi dan tingkah laku kekerasan yang sering ditayangkan oleh televisi

dan media elektronik akan mempengaruhi tingkah laku kekerasan anakanak

dan remaja.

6) Faktor kontrol diri

Kontrol diri adalah faktor yang berasal dari diri individu. Kontrol diri yang

dimiliki setiap individu berbeda-beda, ada yang memiliki kontrol diri yang

tinggi dan ada yang memiliki kontrol diri yang rendah.

d. Dampak Bullying

1) Dampak bagi korban

Perilaku bullying di sekolah akan memberikan dampak yang buruk bagi korban

seperti prestasi yang menurun, membolos, melanggar kedisiplinan, tidak

mengerjakan tugas sekolah, bahkan ada yang sampai depresi (Wharton, 2005).
2) Dampak bagi pelaku

Pelaku bullying memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi,

cenderung bersifat agresif, berwatak keras, mudah marah, mudah, dan

memiliki rasa toleransi yang rendah. Siswa yang menjadi pelaku bullying tidak

dapat mengembangkan hubungan yang sehat, kurang cakap untuk memandang

dari perspektif lain, tidak memiliki empati dengan teman sekolah, serta

mengganggap dirinya paling kuat diantara teman-temannya (Coloroso, 2006).


B. Kerangka Teori

Remaja

Bullying
Faktor Bullying :
1. Faktor Individu
2. Faktor keluarga
3. Faktor teman sebaya
4. Faktor sekolah
5. Faktor media
6. Faktor kontrol diri
Faktor Bullying

Jenis Bullying :
1. Bullying Fisik
2. Bullying Verbal
3. Relation Bullying
4. Cyber Bullying
C. Kerangka Konsep

Remaja

Bullying

Pengetahuan : Sikap :
1. Pengertian 1. Pengertian
2. Tingkatan Pengetahuan 2. Komponen sikap
3. Kriteria tingkat pengetahuan 3. Karakteristik sikap
4. Faktor-faktor yang dapat 4. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan memperngaruhi sikap
5. Pengukuran Pengetahuan 5. Kategori sikap
6. Tingkatan sikap

Anda mungkin juga menyukai