Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA


ANAK USIA DINI

Dosen Pengampu: Ibu Roudlotun Nimah M. Si.

Disusun Oleh
Aisya Kolifa Faizuna (20480332)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
BOJONEGORO 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Metode pengembangan kognitif dan bahasa anak
usia dini” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Ibu Roudlotun Nimah M.Si. pada mata kuliah Studi Metode pengembangan Kognitif dan
bahasa AUD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Roudlotun Nimah M.Si selaku dosen mata kuliah
Metode pengembangan kognitif dan bahasa AUD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan program studi yang saya tekuni. saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kasalahan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan khususnya bagi pembaca.
Aamiin.

Bojonegoro, 22 maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. pengertian kognitif.....................................................................................................6
B. Teori perkembangan kognitif jean peaget............................................................... 0
C. Teori perkembangan kognitif Lev Vygotsky............................................................. 0
BAB III PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aspek perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang perlu dikembangkan, dan
hal ini juga merupakan tujuan pembelajaran di tk.
Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti
bahasa, sosial, emosionoal, moral dan agama. Dengan kemampuan kognitif atau daya pikir
tersebut manusia akan dapat membedakan mana yang benar atau yang salah, mana yang harus
dilakukan atau dihindari, bagaimana harus bertindak dan sebagainnya yang intinya seseorang
tersebut dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Perkembangan kognitif adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan-perubahan pada


proses berpikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak konsepsi hingga usia delapan tahun. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gardner yang menyatakan bahwa intelegensi sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau
lebih (Gardner, 2011: 74).

Menurut Kartadinata menyebutkan bahwa perkembangan otak, struktur otak anak tumbuh


terus setelah lahir. Sejumlah riset menunjukkan bahwa pengalaman usia dini, imajinasi yang
terjadi, bahasa yang didengar, buku yang ditunjukkan, akan turut membentuk jaringan otak.

Dikaitkan dengan pembelajaran kognitif, anak diharapkan mampu berfikir secara


logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah, dan menemukan hubungan sebab
akibat. Hurlock mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak
dasar bagi perkembangan selanjutnya.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah tersebut, penulis mengajukan rumusan masalah sebagai
berikut. :
1. Apa definisi dari kognitif?
2. Bagaimana tahapan perkembangan kognitif Jean Peaget?
3. Bagaimana tahapan perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky?

B. Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Bermain dan Permainan AUD, pembuatan makalah
ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari kognitif
2. Untuk mengetahui Bagaimana tahapan perkembangan kognitif Jean Peaget?
3. Bagaimana tahapan perkembangan kognitif Lev Vygotsky?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kognitif

Apabila dilihat dari peristilahan yang sering ditukar-pakaikan, maka pada dasarnya istilah
intelek sama pengertiannya dengan istilah kognisi. Pada pembahasan berikutnya, kedua istilah
tersebut akan digunakan secara bergantian sesuai dengan konteks kalimatnya dan pendapat
para ahli yang mendefinisikan hal tersebut.

Kognisi berhubungan dengan inteligensi. Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition
yang pedanaanya knowing yang berarti mengeathui1 Kognisi lebih bersifat pasif atau statis
yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan inteligensi lebih
bersifat aktif yang merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang
berupa aktivitas atau perilaku. Potensi kognitif ditentukan pada saat masa konsepsi, yaitu
pertemuan antara sel sperma dan sel telur; namun terwujud atau tidaknya potensi kognitif
tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang diberikan. 2

Potensi kognitif dibawa sejak lahir atau merupakan faktor keturunan yang akan
menentukan batas perkembangan tingkat inteligensi (batas maksimal). Kognisi adalah suatu
proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognisi berhubungan dengan tingkat
kecerdasan (inteligensi) yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama ditujukan
kepada ide-ide dan belajar. Setiap individu berpikir menggunakan inteleknya3.

Kemampuan inteligensilah yang menentukan cepat tidaknya atau terselesaikan tidaknya


suatu masalah yang sedang dihadapi. Kecerdasan merupakan kemampuan mental tertinggi
yang dimiliki oleh manusia. Tingkat kecerdasan dapat membantu seseorang dalam menghadapi

1
Muhibbin Syah,1997, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Edisi Revisi), (Bandung: Remaja
Rosdakarya, h. 66.
2
Dr.yuliani nuraini, edisi2, hakikat pengembangan kognitif
3
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 185.
berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupannya. Kecerdasan sudah dimiliki manusia
sejak lahir dan terus menerus dapat dikembangkan hingga dewasa.

Pengembangan kecerdasan akan lebih baik jika dilakukan sedini mungkin sejak anak
dilahirkan melalui pemberian stimulasi pada kelima panca inderanya. William Stern
menyatakan bahwa pengembangan kecerdasan anak dimulai sejak janin, sejak kelahirannya,
dan anak memiliki lebih dari satu potensi yang secara holistik mengacu pada satu arah
tertentu4.

Secara makna, kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu
mampu menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu
tersebut mendapatkan pengetahuan setelahnya. Kognitif tidak bisa dipisahkan dengan
kecerdasan seseorang. Contoh kognitif bisa ditunjukkan ketika seseorang sedang belajar,
membangun sebuah ide, dan memecahkan masalah.

Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan anak dalam berpikir dan


kemampuan untuk memberikan alasan. Secara umum, pengertian dari perkembangan kognitif
adalah perubahan dalam pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses perkembangan
kognitif membuat anak mampu mengingat, membayangkan bagaimana cara memecahkan soal,
menyusun strategi kreatif atau menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang bermakna
(meaningfull)5. Malkus, Feldman, dan Gardner dalam Sujiono (2009) menggambarkan
perkembangan kognitif sebagai “.....kapasitas untuk tumbuh, menyampaikan, dan menghargai
maksud dalam penggunaan beberapa sistem simbol yang secara kebetulan ditonjolkan dalam
suatu bentuk setting” sistem simbol ini meliputi kata, gambar, isyarat, dan angka.

B. Teori perkembangan Kognitif Jean Piaget

Jean Piaget adalah seorang ahli Biologi dan psikologi merumuskan teori yang dapat
menjelaskan tahapan perkembangan kemampuan kognitif. Berhubungan dengan piaget, teori
4
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. 1999. Psikologi. Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya
5
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya), h.56
perkembangan kognitif menyajikan asumsi perkembangan cara berpikir individu dan kompleksitas
perubahan melalui perkembangan Neurologi dan Perkembangan untuk lingkungan. Dalam teori
Piaget Perkembangan kognitif terbentuk menurut arus strukturalisme dan konstruktivisme.
Perspektif strukturalisme terlihat jelas dalam pendapatny mengembangkan kecerdasan beberapa
tahap perkembangan efek karakteristik Kualitas struktur kognitif. Sebaliknya dari sudut pandang
konstruktivisme dapat dilihat dari matanya dari kemampuan kognitif dibangun melalui interaksi ke
lingkungan. 6

Menurut Piaget perkembangan kognitif adalah seluruh perjalanan perkembangan anak


untuk membentuk kemampuan kognitifnya, mulai dari bayi hingga dewasa. Hal itu tentunya
melibatkan sebuah skema penting dalam hidup. Skema adalah tindakan cerminan pikiran, hal ini
terjadi di masa bayi. Misalnya menghisap jempol, tindakan refleks terhadap obyek atau mainan,
skema mental adalah tingkah laku yang berkembang saat masa kanak-kanak. Semakin dewasa,
maka semakin paham pula skema dalam hidup yang harus melibatkan beberapa hal seperti,
pemecahan masalah dan berbagai strategi dalam menghadapi hidup. Tak hanya skema. Manusia
akan menjalani hal-hal seperti asimilasi, akomodasi, organisasi, keseimbangan (equilibrium) dan
ekuilibrasi.7

Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif. Ia meneliti dan menulis
subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli
psikologi sebelumnya. Ia menyatakan bahwa cara berfikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara
kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu serta
perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan.
(Laura A. King:152). Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak
mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka. 8
Teori Piaget sering disebut genetic
epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan

6
Hasan basri, Kemampuan Kognitif Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Ilmu Sosial Bagi Siswa Sekolah
Dasar,
Jurnal Penelitian Pendidikan, EISSN 2541-4135.
7
Husain, hakikat pengembangan, 2014, hal 10
8
Loward s. Friedman and Miriam. W. Schustack. 2006: 59
intelektual, bahwa genetic mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis
(keturunan). 9

Tahap-tahap perkembangan kemampuan kognitif manusia terbagi dalam beberapa fase. Piaget
membagi perkembangan kemampuan kognitif manusia menurut usia menjadi 4 tahapan.

Melalui observasinya, Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat
tahapan. Masing-masing tahapan berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang
berbedabeda. Menurut Piaget, semakin banyak informasi tidak membuat pikiran anak lebih maju,
kualitas kemajuannya berbeda-beda. Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut adalah tahap
sensori motorik (usia 0–2 tahun), tahap pra-opersional (usia 2–7 tahun), tahap opersional konkrit
(usia 7–11 tahun) dan tahap opersional formal (usia 11–15 tahun)10

1) Tahapan sensorimotor
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget tentang
perkembangan kognitif anak. Selama masa ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang
dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indrawi (melihat, mendengar) dengan
tindakan motorik (menyentuh, disentuh).

Tahap perkembangan penting dari tahap sensorimotor adalah pemahaman bahwa ada
objek dan peristiwa di dunia yang muncul secara alami dari tindakan seseorang. Misalnya,
jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut, anak mengetahui bahwa mainan yang dulu
(dia lihat) sekarang tidak terlihat (hilang), dan anak aktif mencarinya. Di awal fase ini,
anak bersikap seolah-olah mainannya hilang begitu saja.

Tahap sensorimotor. Tahap ini berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia dua tahun.
Dalam tahapan ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan
pengalaman indra (sensory) mereka dengan gerakan motor (otot). Pada awal tahap ini,
bayi memperlihatkan tak lebih dari pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia. Artinya,

9
B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, 2010: 325
10
Fatimah Ibda, 2015, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget, Intelektual, Vol 3(1)
di usia bayi Anda belum bisa memisahkan diri dari lingkungan sekitar. Dia berfokus pada
dirinya sendiri. Dia hanya fokus pada langkah selanjutnya11
Dalam tahap sensorik itu, bayi bergerak dari aktivitas refleks naluriah ke permulaan
pemikiran simbolik saat lahir. anak kecil membangun pemahaman dunia melalui
koordinasi pengalaman sensorik melalui aktivitas fisik 12

2) Tahapan praoperasional
Tahap ini dimulai sekitar usia 2 tahun dan berlangsung hingga sekitar usia 7 tahun. Anak-
anak berpikir pada tingkat simbolik saat ini, tetapi belum menggunakan fungsi kognitif.
Artinya, anak tidak dapat menerapkan logika atau mengubah, menggabungkan atau
memisahkan ide atau pemikiran.

Pada tahap ini, anak sudah dapat memikirkan berbagai hal secara simbolis. Bahasa Anda
semakin matang. Selain itu, mereka mengembangkan ingatan dan imajinasi yang
memungkinkan mereka memahami perbedaan antara masa lalu dan masa depan. Tetapi
pemikiran mereka didasarkan pada intuisi dan masih belum sepenuhnya logis. Mereka
tidak dapat memahami konsep yang lebih kompleks seperti waktu, sebab dan akibat, dan
perbandingan. 13

Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman dunia dengan beradaptasi dan
berjuang untuk tingkat (konkret) di mana ia dapat menerapkan pemikiran logis.

Pada tahap akhir ini, anak-anak dapat secara mental merepresentasikan peristiwa dan
objek (fungsi atau tanda semiotik) dan terlibat dalam permainan simbolik.

3) Tahapan Operasi Konkrit

11
Nuryati, Darsinah, 2021, Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar, Jurnal Papeda, Vol 3(2)

12
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 101.
13
Kusdwiratri setiono, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), 20.
Perkembangan kognitif anak pada tahap ini berlangsung sekitar 7-11 tahun dan ditandai
dengan perkembangan berpikir yang teratur dan rasional. Piaget menganggap fase konkrit
sebagai titik balik penting dalam perkembangan kognitif seorang anak, karena menandai
awal pemikiran logis.

Pada tahap ini, anak Anda sudah cukup dewasa untuk menggunakan penalaran atau
pemikiran logis, namun hanya dapat menerapkan logika pada objek fisik.

Anak mulai menunjukkan keterampilan retensi (kuantitas, luas, volume, arah). Meskipun
anak dapat memecahkan masalah secara logis, mereka belum mampu berpikir secara
abstrak atau hipotetis.

Fase kegiatan konkrit sejak usia 7 tahun sebelas tahun Pemikiran fungsional konkret
mencakup penggunaan Operasi. Pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif, tetapi
hanya secara adil dalam situasi konkret. Kemampuan mengkategorikan sesuatu
sudah ada, tapi tidak bisa memecahkan masalah abstrak. Operasi konkret adalah tindakan
mental yang dapat diterjemahkan berhubungan dengan objek yang nyata. Buat operasi
konkret Anak-anak dapat mengoordinasikan banyak fungsi, jadi bukan hanya itu Fokus
pada produk berkualitas. Pada level fungsional yang konkret, anak secara mental mampu
melakukan hal-hal yang mereka bisa sebelumnya lakukan secara fisik, dan mereka dapat
membatalkan tindakan nyata ini.

Dalam fase aktivitas konkret, ini adalah pertanyaan tentang kemampuan untuk membagi
atau mengklasifikasikan sesuatu ke dalam subkelompok yang berbeda dan memahami
konteksnya. Fase ini dimulai dengan fase desentralisasi progresif di masa tua
tujuh tahun Sebagian besar anak sudah memiliki kemampuan tersebut Simpan ukuran
wadah, panjang atau jumlah cairan. Inti dari ingatan yang terpelihara di sini adalah
gagasan itu kuantitas tetap sama, meskipun penampilan dapat berubah. Jika Anda
menampilkan 4 kelereng dalam sebuah kotak sebarkan di lantai dan perhatian anak akan
tertahan pada fase pra-penggunaan, fokusnya adalah pada hamburan kelereng dan
akan percaya bahwa jumlahnya telah meningkat. Di sisi lain, anak-anak yang udah di
tahap aksi konkrit langsung tahu itu orang banyak kelerengnya masih 4. Anak tahu kalau
susunya tumpah menjadi gelas tipis dalam gelas tebal, maka volumenya tetap sama kecuali
jika jumlah susu yang dituangkan sengaja berbeda.14

Di usia antara satu sampai empat bulan, seorang bayi mengandalkan reaksi sirkular primer,
yaitu tindakan atau gerakan yang dia buat sebagai respons dari tindakan sebelumnya
dengan bentuk yang sama. Di usia empat sampai dua belas bulan, bayi beralih pada reaksi
sirkular sekunder yang berisi tindakan-tindakan yang berusaha terlibat dengan lingkungan
sekitar. Dia berusaha mempelajari “prosedur dan cara kerja” sesuatu yang dapat
menyenangkan hatinya dan mengusahakannya agar terus bertahan15

4) Tahapan Operasi Formal


Menurut Piaget, setelah tahap akhir, perkembangan kognitif anak dimulai sekitar usia 12
tahun dan berlanjut hingga dewasa. Ketika anak muda memasuki tahap ini, mereka
memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi pikiran
mereka di kepala mereka tanpa membuat manipulasi yang konkret.

Kualitas abstrak dari pemikiran operasional formal tampak jelas dalam pemecahan
problem verbal. Pemikir operasional konkret perlu melihat elemen konkret A, B, dan C
untuk menarik kesimpulan logis bahwa jika A = B dan B = C, maka A = C. Sebaliknya
pemikir operasional formal dapat memecahkan persoalan itu walau problem ini hanya
disajikan secara verbal. Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal
juga memiliki kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan kemungkinan-
kemungkinan. Pada tahap ini, anak mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas
ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. Konsep operasional
formal juga menyatakan bahwa anak dapat mengembangkan hipotesis deduktif tentang
cara untuk memecahkan problem dan mencapai kesimpulan secara sistematis.

14
Sitti Aisyah Mu’min, ‘Teori Pengembangan Kognitif Jian Piaget’, Jurnal AL-Ta’dib, 6.1 (2013),hal 95
15
Mohd. Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Cet. II, Bandung: Yayasan Bhakti Winaya, 2003, hal. 56
C. Teori perkembangan Kognitif Lev Vygotsky

nama lengkap Vygotsky adalah LevSemyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah


satu kota Tsarist, Russia, tepatnya pada pada 17 November 1896, dan berketurunan Yahudi.
Ia tertarik pada psikologi saat berusia 28 tahun. Sebelumnya, ia lebih menyukai dunia sastra.
Awalnya, ia menjadi guru sastra di sebuah sekolah, namun pihak sekolah jugamemintanya
untuk mengajarkan psikologi. Padahal, ia sama sekali tidak pernahmengenyam pendidikan
formal di fakultas psikologi sebelumnya. Namun, inilahskenario yang membuatnya menjadi
tertarik untuk menekuni psikologi, hinggaakhirnya ia melanjutkan kuliah di program studi
psikologi Moscow Institute of Psychology pada tahun 1925. Judul disertasinya mengenai
” Psychology of Art  ”.

Perkembangan sosial-kognitif anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan


karena merupakan area yang memerlukan penanganan yang sangat serius dalam pembentukan
karakter untuk meningkatkan daya ingat dan kemampuan logika. Untuk memaksimalkan
perkembangan, anak-anak harus bekerja dengan teman sebaya yang lebih berpengalaman
(dewasa) yang dapat mengambil pendekatan sistematis untuk memecahkan masalah yang
lebih kompleks. Lev Vygotsky adalah seorang tokoh pendidikan yang memandang belajar dari
perspektif sosial. Perkembangan kognitif dan bahasa anak tidak berkembang dalam ruang
hampa sosial. Lev Vygotsky (1896-1934), seorang psikolog Rusia, mengidentifikasi masalah
penting ini dalam jiwa anak-anak lebih dari setengah abad yang lalu.

Teori Vygotsky mulai mendapatkan perhatian yang meningkat pada akhir abad ke-20.
Perkembangan kognitif terjadi ketika seorang individu menemukan pengalaman baru dan
menantang dan ketika mereka mencoba memecahkan masalah yang muncul. Untuk mencapai
pemahaman, individu mencoba menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan
sebelumnya dan kemudian membangun pemahaman baru. Menurut Vygotsky, perkembangan
kognitif dicapai melalui dua cara, yaitu proses biologis dasar dan proses psikologis
sosiokultural. Vygotsky percaya bahwa perkembangan anak melibatkan perubahan kualitatif
dan kuantitatif. Ketika perubahan kualitatif terjadi, seluruh sistem aktivitas mental mengalami
restrukturisasi besar-besaran, akibatnya muncul bentuk kognitif dan sosial-emosional baru
atau pencapaian perkembangan. 16

Ada kalanya juga tidak ada pendidikan baru yang berlangsung, tetapi anak terus
mengembangkan keterampilan yang ada. Selama periode ini, pertumbuhan mewakili
perubahan kuantitatif dalam jumlah hal yang diingat dan diproses anak Inti dari teori
Vygotsky adalah penekanan pada interaksi pembelajaran internal dan eksternal dan penekanan
pada lingkungan sosial pembelajaran. . Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif manusia
muncul dari interaksi sosial setiap individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga percaya
bahwa pembelajaran terjadi ketika siswa mengerjakan tugas-tugas yang belum dipelajari,
tetapi tugas-tugas itu masih dalam kemampuan mereka atau dalam zona perkembangan
terdekat. 17

Anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sosial dalam
kehidupannya sehari-hari, berpartisipasi aktif dalam interaksi sosial dan adanya kerjasama
antar anggota dan kelompok. Teori ini menekankan bahwa interaksi sosial sangat
mempengaruhi pembentukan cara berpikir yang berkaitan dengan bahasa, emosi dan perilaku
anak, karena anak yang berinteraksi di daerah pegunungan dan anak yang tinggal di pesisir
sudah berbeda dalam hal bahasa atau intonasi. Membicarakannya dan mengatakan bahwa
memang benar bahwa interaksi memberikan dampak yang signifikan terhadap pembentukan
cara berpikir, bahasa, perasaan dan pembentukan sikap atau karakter.

Interaksi sosial juga membuka berbagai kemungkinan bagi anak untuk


berkembang.Vygotsky membuat beberapa asumsi yang menjadi inti pandangannya, yaitu
a) Keterampilan kognitif dapat dipahami ketika diperiksa dan ditafsirkan berdasarkan
pembentukan dan perubahannya. bentuk awal ke bentuk selanjutnya
b) Kemampuan memperoleh informasi baru melalui kata-kata dan bahasa, yang berperan
sebagai alat berpikir yang membantu mengubah aktivitas mental
c) Kemampuan kognitif berasal dari timbal balik sosial dan dipengaruhi budaya.

16
Locke, John.(1690). An Essay Concerning Human Understanding (Ed. Winkler, P.K.). Indiana polis, IN : Hacket
Publishing Company
17
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya)
Yakni, teori ini juga memiliki konsep tentang perkembangan kognitif18

1) Zone of Proximal Development (ZPD)


merupakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh anak, artinya anak
mengalami kesulitan dalam melakukan sesuatu dan membutuhkan bantuan orang lain
atau orang dewasa untuk menyelesaikan masalahnya. Vygotsky mengemukakan
konsepnya tentang zona perkembangan proksimal (Zone Of Proximal Development).
Menurut Vygotsky yang dikutip oleh Tedjasaputra, perkembangan kemampuan
seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat yaitu, tingkat perkembangan aktual
(independent performance) dan tingkat perkembangan potensial (assisted
performance) dengan Zone Of Proxmal Development (ZPD).
19

Vygotsky menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap, Tahap
pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya
dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama
proses interaksi terjadi baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan yang
perlu dikembangkan: saling menghargai , menguji kebenaran pernyataan pihak lain,
bernegoisasi, dan saling mengadopsi pendapat yang berkembang20

Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara kemampuansiswa


untuk melakukan tugas di bawah bimbingan orang dewasa dan atau dengankolaborasi
temansebaya dan pemecahan masalah secara mandiri sesuaikemampuan siswa. Dalam
definisi di atas, batas bawah dari Zone of Proximal Development 21

(ZPD) adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerjasecara mandiri
(perkembangan aktual). Batas atas adalah tingkat tanggung jawabtambahan yang dapat

18
Fitri Fitriani, Maemonah | Perkembangan Kognitif, Implikasi Pembelajaran Menurut Teori Vygotsky Hal.58
19
Tedjasaputra, Mayke S, Bermain, Mainan, dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini (Jakarta: Grasindo, 2001),
h. 9
20
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bagian 3, Pendidikan Disiplin Ilmu),
(Yogyakarta: IMTIMA, 2007), h. 165.
21
Fadillah, M. Kognitif anak usia dini. Jakarta: Kencana, 2017.
diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur (taraf perkembangan potensial).
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD padainteraksi sosial akan dapat
memudahkan perkembangan anak (Danoebroto,2015:195).Vygotsky juga mencatat
bahwa dua anak yang mempunyai taraf perkembangan aktual sama, dapat berbeda
taraf perkembangan potensialnya. Jadi ZPD (DPT) mereka masing-masing berlainan
meskipun berada dalam situasi belajar yang sejenis (Jones & Thornton, 1993:20)22

2) Scaffolding
pembelajaran sosial, yang memberikan anak banyak dukungan selama proses belajar
dan kemudian melepaskannya untuk melihat apakah keterampilan anak dapat
berkembang tanpa bantuan atau tidak.

Di kalangan masyarakat awam istilah scaffolding atau perancah tampaknya lebih baik
dipahami sebagai istilah terkait Teknik konstruksi, yaitu upaya memasang rakitan
bambu/kayu, Balok/besi sebagai penopang sementara selama pembangunan gedung,
bangunan, khususnya bangunan dengan konstruksi beton. Jika Konstruksi beton
dianggap stabil, tergantung pada susunannya Balok Bambu/Kayu/Besi juga diangkat.
Tentang; dalam hubungan Pelajari istilah scaffolding atau penggunaan scaffolding
tersebut tampaknya relatif baru dan pada saat yang sama menikmati popularitas yang
semakin meningkat dengan munculnya ide pembelajaran aktif yang berorientasiTeori
pembelajaran konstruktivis yang dikembangkan oleh Lev Vygotsky, Pelopor
konstruksionisme sosial. 23

Secara sederhana, scaffolded learning dapat diartikan teknik untuk memberikan


dukungan pembelajaran terstruktur itu pada tahap awal mendorong siswa untuk belajar
mandiri Dukungan belajar tidak diberikan secara langsung terus menerus, tetapi sesuai
dengan pertumbuhan kapasitas Siswa, guru harus secara bertahap mengurangi dan
melepaskan siswa untuk belajar mandiri. Jika siswa tidak dapat menjangkau
Kemandirian dalam belajar mengembalikan guru pada sistem pendukung Membantu
22
Abidin, A Rahmania. Peranan ZDP dan Scaffolding Vygotsky dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Makalah. Ambon
23
Jhon, W. Santrock, Psikologi Pendidikan (Educational Psychology), Edisi 3 buku 1, (Jakarta: Salembada Humanika,
2009), h. 64.
siswa maju sampai mereka benar-benar melakukannya dapat memperoleh
kemerdekaan. Itulah hakikat dan prinsipnya tampilannya tidak jauh berbeda
dengan scaffolding. sehubungan dengan pembangunan gedung tersebut. Pelajari
perancah seperti teknologi pembelajaran yang mendukung (supportive learning) dapat
dilaksanakan ketika siswa merencanakan, melaksanakan dan merenungkan tugas untuk
mempelajari Istilah scaffolding pertama kali digunakan oleh Wood ide dukungan guru
bagi siswa untuk membantu mereka untuk melalui proses pembelajaran yang tidak
dapat dikuasai sendiri. 24

Scaffolding berarti membrikan kepada seorang individu sejumlah besar bantuan


selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut
danmemberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab
yang semakin besar segera setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang
diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan
masalah ke dalam bentuk lain yangmemungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky
mengemukakan tiga kategori pencapaian siswadalam upayanya memecahkan
permasalahan, yaitu
(1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik,
(2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan,
(3) siswa gagal meraih keberhasilan.
scaffolding berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya
mencapaikeberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke
jenjang yang lebihtinggi menjadi optimum

3) Bahasa dan berpikir


bahasa adalah cara untuk menengahi atau menengahi komunikasi sosial, tetapi bahasa
juga digunakan untuk melakukan tugas, dan bahasa juga merupakan pengikut dari
perilaku itu sendiri. Anak-anak harus dapat berkomunikasi dalam bahasa mereka
sendiri sebelum mereka dapat fokus pada pikiran mereka sendiri.
24
Jhon, W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Edisi kedua, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 312.
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat
dengan usia kronologis (usia kalender)25

Perkembangan bahasa tidak lepas dari lingkungan social dan perkembangan


kemampuan kognitif anak. Perkembangan kognitif anak berhubungan erat dengan
perkembangan bahasa, karena awal perkembangan bahasa berada pada stadium sensori
motorik, yaitu ketika anak berusia sekitar 18 bulan. Pada usia ini anak sudah memiliki
pemahaman terhadap obyek-obyek tertentu. Walaupun anak belum dapat berbicara, ia
sudah dapat memanipulasi obyek-obyek tersebut. Pada anak usia dini bahasa mulai
digunakan sebagai alat yang digunakan anak untuk merancang aktivitas dan
memecahkan masalah. Perkembangan bahasa pada anak terjadi dengan beberapa tahap
yaitu
1) tahap dimana dunia pengetahuan anak terdiri atas model mental dari peristiwa yang
dialami anak.
2) Anak telah mampu memindahkan model mental dalam bentuk kata sehingga anak
tersebut dapat mengkomunikasikan model mentalnya kepada orang lain.
3) Anak mampu memahami ekspresi ucapan orang lain dan Etnawati: Teori Vygotsky
Tentang Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini 137 mampu menggunakan
informasi untuk mengubah model mentalnya kepada kemampuan yang lebih tinggi.
4) Anak dapat mengkonstruk model mental baru berdasarkan pernyataan orang lain.

Perkembangan bahasa selanjutnya anak usia dini adalah private speech dan inner
speech. Pada private speech ini anak usia dini menggunakan bahasa untuk
merencanakan, mengarahkan, dan memonitor perilaku mereka yang kemudian disebut
sebagai penggunaan bahasa untuk kemandirian pribadi. Agar perkembangan bahasa ini
semakin baik maka harus dibawa pada komunikasi dengan orang lain. Sedangkan inner
speech adalah kemampuan anak dalam berbicara pada dirinya sendiri untuk mengontrol
perilakunya kemudian setelah terbiasa, anak akan mampu bertindak tanpa melakukan

25
aktivitas verbal. Semakin sering anak berbicara dengan orang lain akan semakin terlatih
kemampuan bahasa anak. Inner Speech ini terjadi pada rentang usia 3 hingga 7 tahun.
Pemerolehan bahasa anak sangat tergantung pada bantuan expert others (Mahabbati,
2013: 8)26

BAB III
PENUTUP
26
Ahmad Izzuddin, 2021, Upaya Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini Melalui Media
Pembelajaran Sains, Jurnal Edukadi dan Sains, Vol. 3(3)
A. Kesimpulan
Dengan demikian, disimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak usia dini
adalah kemampuan cara berpikir anak usia dini dalam memahami lingkungan
sekitar sehingga pengetahuan anak bertambah. Artinya dengan kemampuan
berfikir ini anak dapat mengeksplorasikan dirinya sendiri, orang lain, hewan dan
tumbuhan, serta berbagai benda yang ada di sekitarnya sehingga mereka dapat
memperoleh berbagai pengetahuan tersebut.
Anak usia dini membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri
dengan lingkungan, karena pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan
kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan yang
membangun dari pihak pembaca agar makalah ini lebih baik. Khir kata penulis ucapkan terima
kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Muhibbin Syah,1997, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Edisi Revisi),

(Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 66.

Dr.yuliani nuraini, edisi2, hakikat pengembangan kognitif

Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 185.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. 1999. Psikologi. Perkembangan: Pengantar

dalam Berbagai Bagiannya

Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya),

h.56

Hasan basri, Kemampuan Kognitif Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Ilmu

Sosial Bagi Siswa Sekolah Dasar,

Jurnal Penelitian Pendidikan, EISSN 2541-4135.

Husain, hakikat pengembangan, 2014, hal 10

Loward s. Friedman and Miriam. W. Schustack. 2006: 59

B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, 2010: 325

Fatimah Ibda, 2015, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget, Intelektual, Vol 3(1)

Nuryati, Darsinah, 2021, Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jurnal Papeda, Vol 3(2)

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010),

101.

Kusdwiratri setiono, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), 20.

Sitti Aisyah Mu’min, ‘Teori Pengembangan Kognitif Jian Piaget’, Jurnal AL-Ta’dib, 6.1

(2013),hal 95
Mohd. Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Cet. II, Bandung: Yayasan Bhakti

Winaya, 2003, hal. 56

Locke, John.(1690). An Essay Concerning Human Understanding (Ed. Winkler, P.K.).

Indiana polis, IN : Hacket Publishing Company

Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya)

Ahmad Izzuddin, 2021, Upaya Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini

Melalui Media Pembelajaran Sains, Jurnal Edukadi dan Sains, Vol. 3(3).

Jhon, W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Edisi kedua, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 312.

Abidin, A Rahmania. Peranan ZDP dan Scaffolding Vygotsky dalam Pendidikan Anak Usia

Dini. Makalah. Ambon

Jhon, W. Santrock, Psikologi Pendidikan (Educational Psychology), Edisi 3 buku 1, (Jakarta:

Salembada Humanika, 2009), h. 64.

Fitri Fitriani, Maemonah | Perkembangan Kognitif, Implikasi Pembelajaran Menurut Teori

Vygotsky Hal.58

Tedjasaputra, Mayke S, Bermain, Mainan, dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini

(Jakarta: Grasindo, 2001), h. 9

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bagian 3,

Pendidikan Disiplin Ilmu), (Yogyakarta: IMTIMA, 2007), h. 165.

Fadillah, M. Kognitif anak usia dini. Jakarta: Kencana, 2017.

Anda mungkin juga menyukai