Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

NEURO SAINS
TENTANG
KONTEKS PERKEMBANGAN OTAK

DISUSUN OLEH :
1. PUTRI YENI
2. NADIYA FITRI RIANTI

DOSEN PENGAMPU :
YOLANDA MUSTIKA FITRI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


STAI - YAPTIP PASAMAN BARAT
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah – Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana
dengan judul Konteks Perkembangan Otak. Semoga makalah ini dapat di
pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi
pembacanya. Sekaligus sebagai salah satu syarat dalam mensukseskan
perkulliahan dengan ibunda Dosen pembimbing mata kulliah Neurosains.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan
hati mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Mata Kulliah Yolanda
Mustika Fitri, M. Pd yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan
laporan selanjutanya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

Simpang Empat, 21 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Batasan Masalah...........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II EMBAHASAN..........................................................................................2
A. Kecerdasan Emosional Dan Perkembangan Motorik................................2

B. Pengenalan suara awal, music dan keahlian berfikir.................................4

C. Penguasaan Bahasa Asing.........................................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................10


A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. Saran............................................................................................................10

DAFTAR KEPUSTAKAAN...............................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang guru memiliki peran yang kompleks dalam pendidikan, tidak
hanya sebagai mediator dalam proses belajar akan tetapi juga turut andil
dalam pengembangan potensi anak didik. Oleh karena itu guru merupakan
tenaga profesional yang memiliki profisiensi (berpengetahuan dan
berkemampuan tinggi). Tidak hanya memiliki penguasaan yang mumpuni di
bidang mata pelajarannya tetapi juga memiliki pengaplikasian proses belajar
mengajar yang baik, sehingga pengajar dapat mengembangkan kepribadian
anak didik menjadi lebih tinggi dari tingkat sebelumnya.
Oleh karena itu seorang guru harus memahami betul bagaimana
perkembangan psiko-fisik peserta didik pada proses-proses perkembangan
dan hubungannya sebagai bentuk kesiapan dalam kegiatan belajar siswa.
Perkembangan-perkembangan yang dimaksudkan yaitu perkembangan fisik,
kognitif dan sosial peserta didik. Sehingga diharapkan seorang guru akan
mampu memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang
tepat sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Sedangkan bagi
peserta didik dapat melalui proses pembelajaran dengan pengetahuannya
berdasarkan tahap perkembangan yang di milikinya.
B. Batasan Masalah
1. Apa yang dimaksud kecerdasan emosional dan dan perkembangan
motorik?
2. Bagaimana pengenalan suara awal, musik dan keahlian berfikir?
3. Apakah manfaat penguasaan Bahasa asing?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan Tentang Kecerdasan emosional dan dan perkembangan
motorik
2. Mendeskripsikan Tentang Pengenalan suara awal, musik dan keahlian
berfikir
3. Mendeskripsikan Tentang Penguasaan Bahasa asing

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kecerdasan Emosional Dan Perkembangan Motorik
Daniel Goleman mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya
yakni Kecerdasan Emosional, yang dikenal dengan Emotional Quotient (EQ).
Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada
kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Berbeda dengan IQ, pengertian Quotient disana sangat jelas menunjuk kepada
hasil bagi antara usia mental (mental age) yang dihasilkan melalui
pengukuran psikologis yang ketat dengan usia kalender (chronological age).1
Dalam bukunya Daniel Goleman juga mengemukakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hatidan menjaga agar beban
stres tidak melumpuhkankemampuan berfikir, berempati dan berdoa. Para
“penggagas beserta pengikut kelompok kecerdasan emosional”, bahwasanya
potensi individu dalam aspek-aspek “non-intelektual” yang berkaitan dengan
sikap, motivasi, sosiabilitas, serta aspek – aspek emosional lainnya,
merupakan faktor-faktor yang amat penting bagi pencapaian kesuksesan
seseorang.
Berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung bersifat
permanen, kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari
dan dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk
meraih sukses atau prestasi hidup. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa
kecerdasan emosi adalah:
a. Kemampuan seseorang untuk mengenali emosi pribadinya sehingga tahu
kelebihan dan kekurangnnya,
b. Kemampuan sesorang untuk mengelola emosi tersebut,
1
Daniel Goleman, Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004, hlm.
512.

2
c. Kemampuan seseorang untuk memotivasi dan memberikan dorongan
untuk maju kepada diri sendiri,
d. Kemampuan seseorang untuk mengenal emosi dan kepribadian orang
lain,
e. Kemampuan seseorang untuk membina hubungan dengan pihak lain
secara baik. Jika kita memang mampu memahami dan melaksanakan
kelima wilayah utama kecerdasan emosi tersebut, maka semua perjalanan
bisnis atau karier apapun yang kita lakukan akan lebih berpeluang
berjalan mulus.
Menurut singkat Pemakalah mengenai pengertian kecerdasan emosi
berpendapat bahwa jenis kecerdasan yang fokusnya memahami, mengenali,
merasakan, mengelola dan memimpin perasaan sendiri dan orang lain serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi dan sosial. Kecerdasan dalam
memahami, mengenali, meningkatkan, mengelola dan memimpin motivasi
diri sendiri dan orang lain serta mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi
dan sosial.
Seorang ahli psikologi yang bernama Erik Erikson menjelaskan tahap
perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia. Teori Erikson
membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya yang dianggap lebih
realistis. Melalui teorinya, Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam
mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran
yang sangat maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang
dihadapi oleh manusia pada jaman modern seperti ini, salah satunya masalah
perkembangan emosi (motorik) anak Ada 8 tahap yang saling berkaitan
dikemukakan oleh Erik Erikson (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 218-
228) dalam perkembangan emosi (psikososial) :
a. Bayi (rasa percaya versus rasa tidak percaya mendasar);
b. Masa kanak-kanak awal pada tahun ke-2 sampai ke-3 (otonomi versus
rasamalu dan ragu-ragu);
c. Anak usia bermain (play age) usia 3 sampai 5 tahun (inisiatif versus rasa
bersalah);

3
d. Anak usia sekolah usia 6 sampai 12 atau 13 tahun (Produktivitas versus
Inferioritas);
e. Masa remaja (identitas versus kebingungan identitas);
f. Masa dewasa muda usia 19 sampai 30 tahun (keintiman versus isolasi); g.
Masa dewasa usia 31 sampai 60 tahun (generativitas versus stagnasi); h.
Usia senja, usia 60 tahun sampai akhir hayat (integritas versus rasa putus
asa).2
Tahap keempat adalah tahap dimana anak mengalami usia sekolah.
Tahap perkembangan emosi (psikososial) pada usia sekolah menurut Erik
Erikson(Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 222-223) mencakup
perkembangnanak sekitar usia 6 tahun sampai kira-kira 12 atau 13 tahun.
Pada tahap ini bagi anak-anak usia sekolah, harapan mereka untuk
mengetahui sesuatu akan bertambah kuat dan terkait erat dengan perjuangan
dasar untuk mencapai kompetensi.
Dalam perkembangan yang normal anak-anak berjuang secara
produktif untuk bisa belajar kemampuan-kemampuan yang diperlukan. Tahap
keempat ini meliputi produktivitas versus Infenrioritas (kemampuan
menghasilkan versus rasa tidak berguna ). Pada masa Sekolah(School Age)
ditandai adanya
B. Pengenalan suara awal, music dan keahlian berfikir
Ki Hadjar Dewantara adalah salah satu tokoh pendidikan di Indonesia
juga menganjurkan agar pada masa usia dini ini pembiasaan dan pelatihan
dalam menggunakan panca indera serta persiapan untuk dapat membaca,
menulis, dan berhitung dengan latihan berbicara, menggambar, bernyanyi,
menari dan mengenal dunia lingkungan sempit mereka. Moore, seorang
sosiolog yang sekaligus pendidik ini menyakini bahwa kehidupan tahun-
tahun awal merupakan tahun-tahun yang paling kreatif dan produktif bagi
anak-anak. Pendekatan pendidikan usia dini yang paling tepat sesuai dengan
cirri-ciri psikologi, paedagogis, dan tahap perkembangan moral mereka
adalah pendekatan yang mengedepankan aspek-aspek aktivitas bermain,

4
bernyanyi (bergembira) dan bekerja dalam arti berkegiatan. Ketiga hal itu
akan mengasah kecerdasan otak, kecerdasan emosi dan keterampilan fisik
yang dilakukan dengan ceria, bebas, dan tanpa beban.
Kak Seto Mulyadi dalam bukunya “ BERMAIN itu PENTING “
menyebutkan bahwa bermain tidak bertentangan dengan kegiatan belajar.
Justru dengan bermain sesuai dengan tahap perkembangan anak dan sangat
membantu proses belajar anak. Oleh karena itu orang tua dan pendidik
dalam menciptakan kegiatan belajar, pelatihan atau pembiasaan hendaknya
dalam suasana yang menyanangkan.

Fungsi bermain pada usia dini adalah untuk merangsang


perkembangan motorik anak, merangsang perkembangan bahasa anak,
merangsang perkembangan hubungan sosial anak, mengembangkan
kecerdasan emosi anak, mengembangkan kecerdasan nalar/pikir anak, dan
mengembangkan keterampilan fisik dalam arti tangan anak-anak.3

Pendekatan pembelajaran usia dini adalah berkegiatan atau


beraktivitas. Berdasarkan prinsip pembelajaran konstruktivisme disebutkan
bahwa setiap anak berkemampuan untuk membanguin pengetahuannya
sendiri dengan aktivitas berpikir, merasakan, dan kegiatan fisik. Melakukan
kegiatan seperti menggambar bebas alam sekitar, menghitung, membangun
menara dengan balok kayu, menari perseorangan dan kelompok, berolah raga
bersama, dan sebagainya.

Sebagian besar orang tua bahkan mereka yang tidak memiliki


pengetahuan atau pengalaman tentang musik, menyadari bahwa menciptakan
musik adalah “hal yang baik”. Penciptaan musik adalah kombinasi ekspresi
diri, disiplin, kegembiraan, juga kemapuan bekerja dengan orang lain secara
posistif.

Musik dapat secara dramatis memperbaiki koordinasi fisik dan


mental, sehingga musik dapat menjadi katalis yang sangat efektif dalam

3
Kak Seto, Bermain Itu Penting. Jakarta: Gramedia, 2006. Hlm. 27

5
proses belajar dan berkembang. Berdasarkan riset terkini, menyanyi memiliki
dasar biologis dan bias jadi memiliki fungsi evolusi yang penting. Pakar ilmu
Brtuce Richman percaya bahwa manusia pada dasarnya menggunakan tiga
bentuk ekspresi vocal yang berbeda:

1. Tertawa, mengeluh, menangis, dan berseru,


2. Berbicara,
3. Bernyanyi

Dengan bernyanyi, dipercaya “berfungsi sebagai kondisi transisi


evolusi antara vokalis pada Primata dan bicara”. Sebelum anak-anak dapat
berbicara, orangtua berkomunikasi menggunakan bahasa “berdendang” dan
komunikasi musical ini membantu mengembangkan kemampuan bahasa
seorang anak.

Dr. Edwin Gordon adalah seorang ahli terkemuka dalam teori


pembelajaran musik dan ia percaya bahwa setiap anak memiliki “kemampuan
alamiah dalam bermusik”. Ini dapat didefinisikan sebagai adanya potensi
terpendam dari seorang anak untuk mempelajari musik. Anak-anak dilahirkan
dengan sebuah rangkaian kemampuan bermusik yang mengagumkan.
Kepekaan mereka terhadap pitch, ritme, dan nada serta harus disemangati
seantusia mungkin. Bagi orangtua, tantangan terbesar adalah menuntun anak
untuk mengembangkan dari sekadar kemampuan alamiah menjadi sebuah
prestasi, tanpa memaksa terlalu keras, yang dapat menghilangkan semua
kesenangan dalam prosesnya. Anak-anak bisa membenci musik jika orangtua
atau guru terlalu ambisius.4

Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya bahwa musik, bermusik


itu sangat penting dan sangat besarnya pengaruh yang diberikan terhadap
anak sedari dini terutama perkembangan dan kecerdasan anak selanjutnya.
Pada usia inilah masa keemasan bagi orang tua untuk mangasah kemampuan
anak, sikap orang tua yang penuh support akan membuat anak percaya diri

4
Rodan, Shirlie. Terapi Lewat Suara. Jakarta: Prestasi Pustaka, 1999. Hlm. 12

6
untuk mengembangkan kecerdasannya. Support di sini bisa berupa
memberikan stimulasi, fasilitas dan juga kesempatan pada anak untuk
barkembang.

Menurut singkat pemakalah berpendapat bahwa di dalam otak


manusia terdapat reseptor (sinyal penerima) yang dapat mengenali audio
visual seperti musik. Otak bayi juga sudah dapat menerima musik tersebut
walaupun dengan kemampuan terbatas karena pertumbuhan otaknya belum
sempurna. Musik merupakan salah satu stimulus untuk mempercepat dan
mempersubur perkembangan otak bayi. Bila anak terbiasa mendengar musik
yang indah, banyak sekali manfaat yang akan dirasakan oleh anak. Tidak saja
meningkatkan kognisi anak secara optimal, juga membangun kecerdasan
emosional. Selain manfaat kognitif da emosi, masih banyak lagi kegunan
musik bagi anak-anak. Misalnya meningkatkan perkembangan motoriknya,
meningkatkan kemampuan berbahasa, matematika, sekaligus kemampuan
sosialnya dan membangun rasa percaya diri.

C. Penguasaan Bahasa Asing


Pembelajaran bahasa asing sejak usia dini telah berkembang sejak
pertengahan abad ke-20 dan banyak pendapat meyakini bahwa semakin dini
usia anak saat mulai belajar bahasa asing, semakin baik keterampilan
berbahasa asing yang akan dimiliki oleh anak tersebut.
Namun demikian, tidak sedikit pula yang memandang pembelajaran
bahasa asing sejak usia dini ini sebagai sesuatu yang memiliki dampak
negatif. Dari mulai kekhawatiran akan terganggunya pembelajaran bahasa
pertama, hingga berkurangnya motivasi belajar bahasa pada anak yang
dikondisikan untuk mempelajari bahasa asing sejak dini. Banyak orang yang
mengetahui manfaat mempelajari dan menguasai bahasa asing bahkan sejak
usia dini. Kemampuan berbahasa asing tidak hanya menguntungkan anak
ketika dewasa namun juga berpengaruh terhadap pertumbuhan kecerdasan
dan sosialnya.
1. Penguasaan Bahasa Mendukung Kesuksesan Akademik dan Sosial

7
Banyak orang yang mungkin belum menyadari bahwa kemampuan bahasa
seseorang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan akademik dan
sosialnya di masa depan. Sebuah studi yang dilakukan untuk melihat
keterampilan dan kesiapan sekolah menunjukkan bahwa kemampuan
bahasa memainkan peran penting. Salah satu penelitian yang dilakukan
oleh Kathy Hirsh-Pasek menunjukkan bahwa kemampuan dalam
merangkai kata-kata menjadi kalimat dan belajar kata-kata sangat
berpengaruh terhadap performa anak di bidang akademik dan sosial.

2. Melatih Sikap Kritis dan Mandiri Anak


Melatih bahasa asing kepada anak sejak dini mampu menumbuhkan sikap
kritis dan mandiri pada anak. Pembelajaran bahasa asing akan
merangsang otak anak untuk berpikir kritis dalam mencari jalan keluar.
Hal ini karena saat belajar bahasa asing, anak dipaksa untuk memahami
suatu bahasa yang belum mereka ketahui. Padahal, bahasa adalah
komponen penting dalam percakapan. Sehingga saat belajar bahasa baru,
otak anak akan dipacu untuk berpikir kritis dalam menemukan jalan
keluar.
3. Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Siapa sangka bahwa kemampuan berbahasa asing juga berpengaruh
terhadap peningkatan rasa percaya diri seseorang. Saat seseorang merasa
mendapat kemajuan saat mempelajari bahasa asing, maka rasa
kepercayaan diri mereka pun akan meningkat. Apalagi belajar bahasa
akan memaksa seseorang untuk terus melakukan praktik meskipun salah.
Anak mau tidak mau harus berani untuk membaca, menulis, bahkan
berbicara dengan bahasa yang baru tersebut meskipun masih sering salah.
Hal ini akan memacu rasa kepercayaan diri anak di masa mendatang.
4. Memudahkan Anak Belajar Bahasa Lainnya di Masa Depan
Salah satu manfaat mempelajari dan menguasai bahasa asing sejak dini
adalah anak akan menjadi lebih mudah mempelajari bahasa lainnya di
masa depan. Hal ini karena anak dapat beradaptasi lebih cepat terhadap

8
perubahan bahasa yang dipelajari setelah sebelumnya sukses menguasai
satu bahasa asing. Anak akan lebih mudah menyesuaikan strategi yang
dibutuhkan dalam mempelajari bahasa baru tersebut. Hal ini juga akan
memudahkannya dalam mempelajari berbagai bahasa di masa yang akan
datang.
5. Mencegah Gejala Alzheimer
Mengasah otak melalui keterampilan berbahasa asing merupakan salah
satu cara untuk mencegah gejala Alzheimer pada seseorang. Hal ini juga
didukung dari hasil penelitian Michigan State University bahwa orang
yang mampu menguasai lebih dari satu bahasa maka fungsi otaknya dapat
meningkat pesat. Peningkatan fungsi otak membantu mencegah risiko
Alzheimer bahkan hingga 4 tahun lebih lambat dibanding orang yang
hanya menguasai satu bahasa.5

5
https://indihome.co.id/blog/manfaat-menguasai-bahasa-asing-sejak-dini diakses pada
tanggal 20 mei 2022 pukul 20:00

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bawa otak, pendidikan, dan
kognitif memiliki hubungan satu sama lain. Pertumbuhan otak pada anak usia
dini sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Anak perlu mendapat
lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak dan selalu mendapatkan
stimulasi yang tepat sesuai dengan usianya. Pengetahuan yang dimiliki oleh
setiap individu atau masing masing anak dapat dibentuk melalui interaksi
dengan lingkungan.
Dalam berinteraksi dengan lingkungan, anak mampu beradaptasi
sehingga melahirkan pengetahuan yang baru bagi anak tersebut.
Perkembangan otak terjadi dengan pesat sejak dalam kandungan dan
dilanjutkan setelah lahir pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pendidikan
bagi anak usia dini merupakan vondasi atau dasar pentingnya tumbuh
kembang anak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
Kognitif memiliki pengertian sebagai cara bagaimana anak usia dini
menggambarkan pengalaman mengenai dunia dan bagaimana mengorganisasi
pengalaman mereka secara baik sesuai dengan usianya.
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa sebagai insan yang dho’if tidak akan
lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Di samping itu barangkali makalah yang
kami sajikan ini masih jauh dari kata sempurna. Maka pemakalah sangat
mengharapkan ide-ide yang cemerlang dari rekan mahasiswa semua untuk
berfartisifasi dalam meningkatkan pengetahuan kami di pertemuan yang akan
dating berupa kritik dan saran.

10
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Goleman, Daniel. (2004). Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka

Kak Seto, 2006. Bermain Itu Penting. Jakarta: Gramedia.

Rodan, Shirlie. 1999. Terapi Lewat Suara. Jakarta: Prestasi Pustaka.

https://indihome.co.id/blog/manfaat-menguasai-bahasa-asing-sejak-dini diakses
pada tanggal 20 mei 2022 pukul 20:00

11

Anda mungkin juga menyukai