Anda di halaman 1dari 21

PERKEMBANGAN KECERDASAN PESERTA DIDIK

Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan Anak

Dosen pengampu: Iskandar, S.Ag, M.Pd, M.Si, Ph.D

Disusun Oleh Kelompok VIII

Kelas PAI 3 C

Kfi Rumi Paniti ( 201220085 )

Era Sapitri ( 201220078 )

Aulia Al Humayroh ( 201220080 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat
sehat dan karunia untuk kita semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang senantiasa istiqomah
hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Psikologi
Perkembangan Anak dengan judul Perkembangan Kecerdasan Peserta Didik. Perkembangan
kecerdasan peserta didik bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa
memahami hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik mulai sejak usia dini,
sekolah dasar, menengah dan dewasa. Memahami aspek-aspek pertumbuhan dan
perkembangan berdasarkan tahap-tahap perkembangannya (anak, remaja dan dewasa).

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Psikologi
Perkembangan Anak, Bapak Iskandar, S.Ag, M.Pd ,M.Si ,Ph.D yang telah memberikan tugas
ini dan memberikan bimbingan serta masukan selama proses pembuatan makalah ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna, namun kami
telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan informasi yang akurat dan relevan.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan menjadi sumber referensi yang
bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Jambi, 14 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. latar belakang................................................................................................................1
B. Rumusan masalah ........................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................... 2
D. Manfaat........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.Penertian perkembangan secara umum………………………………………………..3

B.Pengertian perkembangan dalam perspektif islam…………………………………….4

C. Pengertian kecerdasan dalam perspektif islam………………………………………..5

D. Pengertian peserta didik………………………………………………………………7

E. Konsep kecerdasan peserta didik dalam islam………………………………………8

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..17
B. Saran…………………………………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kecerdasan adalah Kemampuan berpikir secara abstrak, Memecahkan masalah


dengan Menggunakan Simbol- Simbol Verbal, dan kemampuan untuk belajar dan
menyesuaikan dengan pengalaman hidup sehari-hari, "Adapun Kecerdasan dalam
perspektif islam yang sudah lama berkembang Diantaranya (1) Kecerdasan Intelektual
(2) Kecerdasan Emosional (3) Kecerdasan spiritual.

B. Rumus Masalah

1. Apa yang di Maksud dengan Perkembangan secara umum


2. Apa yang di Maksud dengan kecerdasan dalam perspektif islam
3. Apa yang di Maksud dengan Perkembangan dalam perspektif islam
4. Apa itu pengertian peserta didik
5. Apa saja konsep kecerdasan peserta didik dalam perspektif islam

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui apa pengertian perkembangan secara umum


2. Untuk Mengetahui pengertian perkembangan dalam perspektif islam
3. Untuk mengetahui apa pengertian kecerdasan dalam perspektif islam
4. Untuk mengetahui apa pengertian peserta didik
5. Untuk mengetahui bagaimana konsep kecerdasan peserta didik dalam
perspektif Islam

D. Manfaat
Manfaat yang dapat di peroleh dari makalah in adalah memberikan kontribusi
informasi kepada para pembaca mengenai pengertian perkembangan kecerdasan peserta
iii
didik adalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir,keterampilan bahasa pada
anak,menstimulasi kecerdasan otak anak,dan dapat membantu anak lebih mudah dalam
bersosialisasi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Secara Umum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengembangan adalah proses, cara,
perbuatan mengembangkan. dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya WJS
Poerwadarminta, bahwa pengembangan adalah perbuatan menjadikan bertambah,
berubah sempurna (pikiran, pengetahuan dan sebagainya).

H.M.Arifin (1998) menyatakan istilah perkembangan menunjukkan perubahan-


perubahan bagian tubuh dan integrasi berbagai bagiannya ke dalam satu kesatuan
fungsional bila pertumbuhan berlangsung, sedangkan pertumbuhan adalah suatu
penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensi tubuh serta bagian-
bagiannya. Hasil pertumbuhan dapat diukur, sedang hasil perkembangan hanya dapat
diamati gejala-gejalanya. Akan tetapi keduanya berhubungan karena pertumbuhan adalah
syarat mutlak berhasilnya perkembangan.

Istilah perkembangan digunakan untuk aspek psikis, Lebih lanjut dikatakan bahwa
perkembangan adalah deretan perubahan dalam jangka tertentu. Berbeda dengan pendapat
Sumadi Suryabrata (1991) mengemukakan bahwa perkembangan adalah perubahan ke

iv
arah yang lebih maju, lebih dewasa yang secara teknis perubahan diberi nama proses, jadi
perkembangan adalah proses perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan yang lain.
Pada hakikatnya manusia merupakan pribadi yang utuh, khas, dan memiliki sifat-sifat
sebagai makhluk individu. Dalam kehidupannya terdapat kebutuhan yang diperuntukkan
bagi kepentingan pribadinya. Kebutuhan pribadi ini meliputi kebutuhan fisik dan
kebutuhan sosio- psikologis. Dalam pertumbuhan fisiknya, manusia memerlukan daya
tahan tubuh untuk perlindungan keamanan fisiknya. Kondisi fisik yang sehat amat
penting dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian seseorang.1

Kehidupan pribadi individu merupakan kehidupan yang utuh,lengkap dan memiliki


ciri khusus yang unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara
lain aspek emosional, sosial-psikologi, sosial-budaya, dan kemampuan intelektual yang
terpadu secara integrative dengan faktor lingkungan kehidupannya. Pada awal
kehidupannya, dalam perubahan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Pola
gerakan adalah kompleks karena gerakan merupakan produk dari beberapa proses
biologis, kognitif dan sosial. Jadi perubahan tersebut terjadi sepanjang masa di semua
bagian manusia. Pengertian lain dari pekembangan ialah proses asosiasi.

Pendapat ini dikemukakan oleh John Locke. Menurutnya, pada permulaannya jiwa
anak itu adalah bersih dan sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman (Suryabrata, 1998).

Perkembangan juga diartikan perubahan-perubahan perubahan- perubahan yang


dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya
yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan (Yusuf, 2004).
perkembangan adalah perubahan kualitatif, mengacu pada kualitas fungsi organ
jasmaniah, dan bukan pada organ jasmani, sehingga penekanan arti perkembangan
terletak pada penyempurnaan fungsi psikhologis yang termanivestasi pada kemampuan
organ fisiologis.2

B. Pengertian Perkembangan dalam Perspektif Islam

Pada dasarnya semua manusia berkembang dengan normal, yang mengalami kelainan
perkembangan dan beresiko untuk mengalami masalah perkembangan, mempunyai

1
Dr.Syarifah Nurja, MA,Perkembangan peserta didik perpesktif islam,(Yokyakarta:Tirtah surga),33
2
A.Zaki Nida’ul Munafiah,Joernal Psikologi perkembangan peserta didik dalam perspektif islam,(31 Desember
2022)

v
persamaan kebutuhan baik dalam aspek fisik dan psikologisnya. Kebutuhan yang bersifat
fisik misalnya tempat tinggal yang nyaman, terpenuhinya kebutuhan makanan yang
bergizi, sedangkan kebutuhan psikisnya seperti kasih sayang, rasa perhatian, dll.

Dalam pandangan Islam, perkembangan manusia haruslah dipandang sebagai satu


kesatuan yang utuh dan saling memiliki keterikatan. Ini mengandung arti bahwa setiap
perkembangan, baik itu perkembangan fisik, mental, sosial, emosional tidak dapat
dipisahkan dan memiliki hubungan yang kuat. Terdapat beberapa ayat Alquran yang
menunjukkan tahapan perkembangan manusia, dimana dalam ayat tersebut tidak hanya
menyebutkan perkembangan mental, akan tetapi juga menyebutkan perkembangan fisik.
Seperti yang terdapat dalam Q.S An-Nisa'[4]:6.

“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin, kemudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah
kepada mereka harta-hartanya, dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari
batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum
mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia
menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka
bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan
harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan
itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).”

Perkembangan seseorang sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua di awal awal
kehidupan mereka, maka dari itu orang tua memiliki peran yang terkait dengan
perkembangan seseorang ketika mereka masih berada pada masa kanak-kanak. Jika
perkembangan tersebut diabaikan, kemungkinan besar tahapan perkembangan seseorang
akan mengalami gangguan.3

Islam menganjurkan untuk melaksanakan kewajiban pribadi dan sosial sesuai dengan
tahap perkembangan anak. Diantara kewajiban itu ialah sebagaimana firman Allah dalam
QS. Luqman [31]: 17.

Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa

3
K.Eileen allen,Profil Perkembangan anak(Jakarta:Indeks,2010),4.

vi
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).4

C. Pengertian kecerdasan dalam perspektif islam

Dalam literatur Islam ada beberapa kata yang apabila ditinjau dari pengertian
etimologi memiliki makna yang sama atau dekat dengan kecerdasan, antara lain:

1. Al-Fathanah bermakna cerdas, lawannya al-Ghabawah berarti (bodoh)

2. Adz-Dzaka’ bermakna kecerdasan yang sempurna

3. Al-Hadzaqah diberi arti "mahir dalam segala pekerjaan"

4.An-Nuhl artinya sama dengan adz- Dzaka

5. An-Najahah, hampir sama seperti adz-Dzaka yang berarti cerdas.

6.Al-Kayyis, memiliki makna sama dengan al-‘Aqil(intelek)Dalam suatu


hadis disebutkan:

"Dari Syaddad Ibn Aus, darr Rasulullah saw, Bersabela: orang yang cendas adalah
orang yang merendahkan dirinya dan beramal untuk persiapan sesudah mari" (HR.Ar-
Tirmidzi).

Dilihat dari variasi pengertian kecerdasan secara etimologi di atas, dan hadis
Rasulullah saw, kata kecerdasan itu adalah turunan dari karakter itu sendiri, atau
merupakan bagian dari karakter. Untuk itu dalam membina karakter peserta didik tidak
boleh melewatkan pembinaan kecerdasan. Kecerdasan-karakter adalah keterpaduan
unsur-unsur positif dari nalaritas (al-aql) dan instuisi (kalb) manusia yang secara naluriah
berjalan sinergis dan harmoni. Penjelasan di bawah ini akan menguraikan lebih detail
kecerdasan-karakter.

Apabila kira menelin ayat-ayat al-Qur'an, sebut Abdur Rahim, kata-kata yang
memiliki arti kecerdasan, sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut di atas, yaitu al-
Fatbanab,adz-dzaka’, al-badzaqab’an-nubl,an-najabab dan al-kayyis tidak digunakan
oleh al-Qur'an. Namun secara jelas juga tidak kata-kata tersebut diterjemahkan sebagai
kecerdasan, seperti kata yang seasal dengan kata al-‘Aql, al-fikr al-Bashar, al-fikr, al-

4
Muhammad Ali Al-Shabuni,Shafwah al-Tafsir,(Beirut,Dar al-Fikr,1988, Juz 1)hlm.141.

vii
Nuha, al-Fiqh, al-dzikr, dan al-Tadabbur, Kata tersebut dirujuk dalam al-Qur'an meliputi
kata seperti ta’qilin. Menurut Muhammad Ali Al-Shabuni, ungkapan afala ta’qilun
"apakah kamu berpikir". Karena itu, kecerdasan dalam istilah kitab suci al-Qur'an dapat
diukur dari penggunakan akal, atas kecerdasan itu sendiri, sehingga hal itulah yang
bermanfaat bagi diri pribadi dan orang lain. Istilah-istilah yang memiliki kemiripan arti
dengan kecerdasan dalam al-Quran, meliputi:

1. Kata al-‘Aql, diterjemahkan sama dengan an-Nuha. Kata ‘aql ,jika diperhatikan
diperhatikan secara detail tidak pernah disebut sebagai ism, namun berbentuk kata
kerja atau fi'il. Jumlah kata ini dalam al-Qur'an sebanyak 49 buah, semuanya
berbentuk fi’il mudhari’, kecuali satu yang berbentuk fi’il madhi . Hal ini
menunjukkan bahwa al-Qur'an sangat menghargai anugerah akal manusia, untuk
dipergunakan secara benar.
2. Kata al-Luub, yang bearti al-‘aql. atau al-aqil (Muhammad Ibn Abu Bakar al- Razi,
1995). Jika dirujuk dalam nash, kata al-Albab disebut sebanyak 16 kali, semua itu
diawali kata ulu atau uli yang berarti pemilik, sehingga istilah ulu al-albab berarti
yang memilik akal.
3. Kata al-Bashar, yang arti dasarnya adalah penglihatan, dapat juga ditafsirkan seperti
penguasan ilmu.
4. Al-Nuha, bermakan sama dengan kata al-‘aql, akan tetapi kata an-nuha yang juga
bermakna "mencegah," karena dengan adanya akal, seseorang dapat mencegah suatu
yang mencelakakan dirinya Kata ini terdapat dalam Q.S Thaha, ayat 54 dan 128.
5. Al-Fiqh, bermakna "pemahaman." Jika dirujuk dalam nash, disebutkan sebanyak 20
ayat, dengan menggunakan fi’il mudhari’, hal ini menjelaskan kepada penulis bahwa
suatu pengetahuan atau pemahaman yang seharusnya dilaksanakan secara continue
6. Kata al-Fikr, berarti "berpikir, disebut 18 kali dalam al-Qur'an, dan semuanya adalah
kata kerja, kecuali satu saja yaitu fakkara.
7. Kata lain yaitu, an-nazhar, yaitu "melihat secara abstrak (proses berpikir)," kata ini
juga bermakna sama dengan al'itibar (sebagai pelajaran), at-ta’ammul (proses
berpikir), al-babts (upapa meneliti)
8. Kata yang semakan dengan tafakkur, yaitu al-Tadabbur. Kata Tadabbur, disebut 8
kali dalam ayat al-Qur'an Kata ini menurut Al-Jurjani bermakna proses berpikir
tentang akibat yang hadir atas suatu sebab.

viii
9. Dan kata yang terakhir yang memiliki makna kecerdasan yaitu adz-dzikr. Kata ini
bermakna suatu peringatan pelajaan ataupun nasehat. Jika dirujuk dalam nash, kata
adz-dzikr berjumlah 285 kata, diantaranya terdapat 37 kata yang berasal dari lafal al-
Tadzakkur yang bermakna upaya mengambil ibrah.

Beberapa pengertian kecerdasan di atas dengan segala variasinya telah tidak lepas dari
ruang lingkug karakter itu sendiri. Misalnya al-Aql, diartikan sebagai akal, dengan akal
seseorang dapat menahan diri dari segala yang menghancurkan dirinya, dan istilah-istilah
lain sebagai mana disebutkan di atas Akhirnya, jika kita perhatikan kecerdasan yang
terdapat dalam al- Qur'an, secara tidak langsung kitab suci ini merupakan “kitab
psikologi pendidikan.”5

D. Pengertian peserta didik

Peserta didik merupakan salah satu komponen manusia yang menempati posisi
sentral dalam proses pendidikan. Dipandang dari segi kedudukannya peserta didik adalah
makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut
fitrahnya masing-masing. Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai
makhluk homo educandum, makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dari pengertian ini,
peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi-potensi, sehingga
memerlukan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar dapat menjadi
manusia yang sempurna.

Dalam rangka mengembangkan kecerdasan peserta didik dibutuhkan suatu


pendekatan yang bisa dilakukan oleh pendidik dalam pelaksanaannya, yang kemudian
akan melahirkan metode mengajar. Melalui sebuah pendekatan tersebut peran peserta
didik. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan, tidak mustahil pendidik
menjadi sulit untuk mengembangkan kecerdasan peserta didiknya. Dalam penggunaan
metode-metode yang ada dalam pendidikan Islam hal yang harus dipahami adalah
bagaimana pendidik memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan
pendidikan yang hendak dicapai serta tingkatan usia dari peserta didik itu sendiri. Di sini
perlu memahami lebih mendalam dari seorang pendidik mengenai karakteristik peserta
didik.

5
Muhammad Ibn Abu Bakar al-Razi, Makhtar ait-Shahab, (Beirut: Maktabah Lubnan Nasyirun,1995),hlm.202

ix
Kehidupan di masyarakat sangat komplek, maka anak perlu dibekali dengan
menanamkan nilai-nilai spiritual. Untuk mengembangkan kecerdasan baik kecerdasan
intelektual, emosional, spiritual anak patut diperhatikan, karena secara psikologis, bukan
pikiran rasional saja yang dapat membantu perkembangan anak, tetapi pikiran emosional
dan spiritual juga memberi pengaruh yang efektif. Pendidikan Islam sebagai pendidikan
yang bertujuan menjadikan manusia yang bermartabat, mempunyai peran
yang benar dalam mengarahkan dan mendidik anak menjadi manusia yang menuju
kepada kehidupan yang sukses dengan memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan
spiritual (Djamarah, 2014:7).

E. Konsep kecerdasan peserta didik dalam islam

Kecerdasan (Intlegensi) dalam bahasa Inggris disebut Intellegence, dalam bahasa


Arab di sebut Al-zaka. Secara bahasa kecerdasan pemahaman, kecepatan dan
kesempurnaan sesuatu. Dalam arti kemampuan (al-qudrah) dalam memahami sesuatu
secara cepat dan Sempurna.” Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia (2007: 209)
Menuliskan bahwa “ kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi,
kepandaian, ketajaman pikiran”. Adapun Arti Lain Kecerdasan adalah kemampuan
mental seseorang merespon dan menyelesaikan problem dari hal-hal yang bersifat
kuantitatif dan fenomenal dalam kehidupan seseorang.

Desmita (2010: 164) Menjelaskan bahwa “ kecerdasan (intelegensi) adalah


Kemampuan berpikir secara abstrak , memecahkan masalah dengan menggunakan
simbol-simbol verbal, dan kemampuan untuk belajar dan menyesuaikan dengan
pengalaman hidup sehari-hari “. Kecerdasan dalam perspektif islam yang sudah
berkembang lama adalah : (1) kecerdasan intelektual , (2) Kecerdasan emosional, (3)
Kecerdasan spiritual

1.Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak,


hati,jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara fungsional dengan yang
lain. Zahar dan Marshaal (1989: 3 ) Menjelaskan bahwa “ kecerdasan intelektual atau
rasional adalah kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun
strategis. Sebagaimana yang dikembangkan oleh Spearman dengan teori Two factor-nya,

x
atau Thurstone dengan teori primery Mental Abilities -nya dalam Sukmadinata, (2005: 43
) Menjelaskan bahwa “ pengelompokan kecerdasan manusia yang dinyatakan dalam
bentuk Intelegent Quotient ( IQ) yang di hitung berdasarkan perbandingan antara tingkat
kemampuan mental (mental age) dengan tingkat usia (chronological age) merentang dari
mulai kemampuan dengan teori Ideot sampai Jenius.

Kecerdasan intelektual dalam perspektif pendidikan islam didalam Al-Qur'an


akan ditemukan sejumlah kisah-kisah para Nabi dan Rasul yang memiliki kecerdasan
dengan kategori tinggi, Hal ini di maksudkan untuk memberikan pelajaran kepada orang-
orang yang berakal terserahlah (ibratun li ulil albar) hingga dapat menenguhkan hati
orang-orang beriman. Dalam Al-Qur’an yang di turunkan pertama kali kepada Nabi
Muhammad Saw , yaitu Iqra bismirabbikal ladzi kholaq, sangat jelas bahwa islam
menganjurkan atau memerintahkan manusia untuk mengeksplorasi kemampuan
berpikirnya di mulai dengan membaca (Dalam pengertian yang luas) . Kemampuan
berpikir inilah salah satu yang membedakan eksistensi manusia dengan makhluk lain,
sehingga manusia menjadi makhluk yang paling unggul bahkan di atas Malaikat
sekalipun, Hal ini di jelaskan dalam firman Allah Q.S Al-Baqarah ayat 31 yang artinya:

"dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar.

Ayat di atas mengindikasikan keunggulan manusia dengan kemampuan berpikir


yang dimilikinya, sehingga Malaikat tidak sanggup menyebutkan nama-nama yang
diajukan oleh Adam as. Selain itu manusia memiliki kemampuan daya pikir yang tidak
dimiliki oleh malaikat.

Rasulullah SAW menggambarkan perbedaaan kemampuan manusia untuk


memahami dan mempelajari sesuatu. Kemampuan inilah yang juga disebut dengan istilah
kecerdasan. Rosululloh SAW membagi kecerdasan manusia menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Ada orang yang tingkat kecerdasannya seperti tanah subur. la mampu menyerap ilmu,
menghapal, mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. Sehingga ilmu itu
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

xi
2) Ada orang yang tingkat kecerdasannya seperti tanah gersang yang masih dapat
menyimpan cadangan air. la mampu memahami ilmu dan mengajarkannya kepada orang
lain, hanya saja ilmu tersebut tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri.

3) Ada orang yang tingkat kecerdasannya seperti tanah tandus yang sama sekali tidak
menyerap air. Ia tidak dapat memahami ilmu dan juga tidak dapat mengajarkannya
kepada orang lain.

Islam mendorong umatnya untuk mencari pengetahuan dan meraih kecerdasan


intelektual. Al-Qur'an seringkali menekankan pentingnya membaca, belajar, dan
merenungkan ayat-ayat Allah SWT. Islam juga mendorong untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta mengembangkan kecerdasan logika, kritis, dan analitis. 6

2. Kecerdasan Spiritual (Ruhiyah)

Istilah ruhiyah atau kecerdasan spiritual dengan meminjam istilah yang digunakan
oleh Sa'ad Hawwa dalam bukunya Tarbiyatul al-Ruhiyah (pendidikan Spiritual) Bahwa
IQ adalah kecerdasan yang di peroleh melalui kreativitas akal yang berpusat di otak. EQ
adalah kecerdasan yang diperoleh melalui kreativitas emosional yang berpusat di dalam
jiwa, dan sementara SQ adalah kecerdasan yang diperoleh melalui kreativitas ruhani yang
berpusat disekitar ruh:. Kecerdasan spiritual berbasis Islam harus berangkat dari definisi
spiritual

dalam perspektif Islam istilah spiritual dalam bahasa Arab disejajarkan dengan istilah
ruhiyah.

Dengan muatan nilai-nilai ke-Illahiah, seluruh kecerdasan IQ, EQ dan SQ


memiliki makna secara sempurna. Hasil sebuah penelitian kecerdasan spiritual masih
berada pada potensi imajinatif, kreatif. Sedangkan kecerdasan ruhiyah memberikan arah
yang jelas ke mana dan bagaimana imajinatif, kreatif tersebut harus diarahkan. Dalam
proses pengembangan ilmu, kecerdasan ruhiyah memberikan pencerahan, baik pada
aspek ontologis, epistimologis maupun aksiologi.

Abdulah dan Sa'id Hawwa menjelaskan bahwa ruhiyah adalah kemampuan


manusia untuk menggali potensi fitriah dirinya, kemampuan seseorang mengenali Tuhan-

6
Al-Afkar,joernal for Islamic studies,Pengembangan kecerdasan peserta didik pada periode pendindikan dasar
di lingkungan keluarga muslim,(January 2019)138.

xii
Nya yang telah menciptakannya, serta kemampuan memahami eksistensi dirinya sebagai
hamba dan khalifah di muka bumi. Kecerdasan spiritual yang digali dalam Islam adalah
konsistensi (istiqomah), ketangguhan dan penyempurnaan (ihsan), kerendahan hati
(tawadhu), totalitas (Kaffah) dan keseimbangan (tawazun). Semua ini dinamakan akhlak
mulia (akhlakul karimah).7

Kecerdasan ruhiyah atau spiritual adalah kecerdasan yang paling tinggi, sebab
kecerdasan ruhiyah atau spiritual melahirkan sifat-sifat ikhlas, ihsan, tawakkal, jujur,
tanggungjawab, adil, komitmen pada kebenaran, memiliki visi dan mengenal jati diri
(eksistensi) sebagai hamba Alloh SWT. Inilah yang dikembangkan oleh Ary Ginanjar
dengan ESQ-nya dalam intisari dari implementasi Asma'ul Husna, kata Asma'ul Husna
adalah usaha untuk meneladani sifat-sifatAllah.

Shihab (2006:47) mengatakan bahwa dengan kecerdasan spiritual


melahirkan sensitivitas yang signifikan. Fungsinya mencakup hal-hal yang bersifat
supra natural dan religious. Dialah yang menegaskan esensi Tuhan, melahirkan
kemampuan untuk menemukan makna hidup, serta memperbaiki budi pekerti,
dan dia juga mnemukan mata ketiga atau indera keenam bagi manusia.

Kecerdasan ruhiyah membantu seseorang untuk ke luar dari segala


persoalan hidup, dengan kecerdasan ruhiyah manusia dapat membaca dan
memahami secara intuitif mengapa Allah SWT memberi kehidupan dan persoalan
Kepada manusia, Nasution (2009:6) Menggambarkan Bahwa; “Kecerdasan ruhiyah
menjadikan diri lebih inklusif dan memiliki gambaran-gambaran kesadaran transpersonal
terhadap kemuliaan (Al-kariim), keagungan (Al-Azim), kelembutan(Al-Latif) atau suka
memberi (Ar-Razzaq )

Jadi kecerdasan ruhiyah mampu merealisasikan keseimbangan dalam proses


pemenuhan fisik dan jiwa. Ia merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan kepribadian
(Personality) yang seimbang. Manusia yang berkepribadian seimbang adalah orang
memiliki as-nafs mutmainnah yakni fisiknya sehat dan kuat, mampu memenuhi
kebutuhan primernya dengan cara yang halal, dan memenuhi kebutuhan ruhani dengan
cara berpegang teguh pada akidah (tauhid).

Islam mengajarkan bahwa kecerdasan spiritual adalah bagian penting dari


pendidikan. Peserta didik diajarkan untuk memperdalam pemahaman mengenai Allah
7
Dr.Suparman, M.Pd.I,Dinamika psikologi Pendidikan islam(juni 2020)147

xiii
SWT, menghayati kebesaran-Nya, meningkatkan ketakwaan, dan mengendalikan hawa
nafsu. Pendidikan spiritual dalam Islam juga melibatkan pengembangan nilai-nilai moral,
etika, dan keadilan.8

3. Kecerdasan Emosional

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:437) mengartikan kecerdasan emosional


adalah .”kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian antara
sesama manusia, makhluk lain dan alam sekitarnya. Cooper (2002:30)
mengemukakan bahwa.”kecerdasan emosional adalah kemampuan memahami dan
dengan efektif mengaflikasikan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi
informasi dan pengaruh.”

Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh
psikolog Peter Solovey dari Harvard University dan Jhon Mayer dari Univrsity Of New
Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi
keberhasilan. Kualitas-kualitas ini antara lain: (1) empati, (2) mengungkapkan dan
memahami perasaan, (3) mengendalikan amarah, (4) kemandirian, (5) kemampuan
menyesuaikan diri, (6) disukai, (7) kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, (8)
ketekunan) (9) kesetiakawanan, (10) keramaham, dan (11) sikap hormat (Ali Miftakhu
Rosyad & Darmiyati Zuchdi,2018).

Ari Ginanjar Agustin (2001:199) mengemukakan pendapatnya bahwa, aspekaspek


yang berhubungan dengan kecerdasan emosional, seperti: (1) konsistensi/istiqomah, (2)
kerendahan hati / tawadlu, (3) berusaha dan berserah diri /tawakkal, (4) ketulusan / ikhlas,
(5) totalitas/ kaffah, (6) keseimbangan /tawazun, dan (7) integritas dan
penyempurnaan /ihsan.9

Kecerdasan emosional dapat diukur dari kemampuan seseorang untuk


mengenali dirinya sendiri, mengelola emosinya dan memotivasi diri. Selain itu
kecerdasan emosional juga dapat dilihat dari kemampuan seorang anak merasakan apa
yang dirasakan orang lain (empati) dan keluwesan dalam hubungan dengan orang lain
secara efektif.

8
Al-Afkar,joernal for Islamic studies,Pengembangan kecerdasan peserta didik pada periode pendindikan dasar
di lingkungan keluarga muslim,(January 2019)145.

9
Abu Ahmadi dkk,Ilmu Pendidikan,(Jakarta:Rineka Cipta,2006)cet.2,73

xiv
Emosi merupakan pengorganisasian yang hebat dalam bidang pikiran dan
perbuatan, meskipun demikian, tidak dapat dipisahkan dari penalaran dan
rasionalitas. EQ juga berperan membantu IQ manakala seseorang perlu
memecahkan masalah-masalah penting atau membuat keputusan penting dan
memungkinkan seseorang untuk melakukan hal-hal tersebut dengan cara yang istimewa
dan dalam waktu singkat, beberapa menit atau dalam beberapa saat sangat menguras
pikiran dan tenaga bila tanpa bantuan EQ. Goleman (2001:38) Mengatakan bahwa.”
Emosi berfungsi membangkitkan intuisi dan rasa ingin tahu, yang akan membantu
mengantisipasi masa depan yang tidak menentu dan merencanakan tindakan – tindakan
kita sesuai dengan itu.” Segala macam emosi dan ekspresinya di ciptakan oleh allah
melalui ketentuan. Emosi di ciptakan oleh allah swt untuk membentuk manusia yang
sempurna, sebagaimana dijelaskan dalam al-qur’an surat an-najm ayat 43-44 yang artinya
; “dan bahwasanya dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis ,dan bahwasanya
dialah yang mematikan dan menghidupkan.

Dalam Al-Qur’an aktivitas kecerdasan emosional sering dihubungkan dengan hati


yang dapat ditelusuri melalui kunci qalbu. Dan istilah lain yang mirip dengan fungsi
qalbu adalah jiwa, intuisi dan beberapa istilah lainnya. Berbeda dengan Rasyid (2009)
menjelaskan bahwa: kecerdasan emosional disebut juga dengan akhlak, yaitu daya
kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan
dan dirumuskan lagi. Jadi akhlak pada dasarnya sikap yang melekat pada diri seseorang
spontan yang diwujudkan dalam tingkahlaku atau perbuatan. Hal ini berkaitan langsung
dengan qalbu, karena qalbu adalah wadah menampung kebaikan dan keburukan,
sedangkan akhlak adalah ekspresi jiwa di mana jiwa telah diilhami jalan taqwa dan jalan
keasikan itulah akhlak, dan akhlak ada yang baik dan ada yang buruk.10

Al-Qur;an dan Al-Hadits banyak sekali isyarat yang dapat digunakan untuk
menunjukkan jenis emosi dan seberapa jauh kekuasaannya atas jiwa, kuat atau lemah. Hal
tersebut dapat diperhatikan di dalam Al-Qur’an dan Hadits banyak yang membahas
mengenai ekspresi emosional. Allah membagi ekspresi emosional menjadi dua yaitu
emosi primer dan emosi sekunder.

1). Emosi primer adalah emosi dasar yang dianggap telah ada secara biologis.
Emosi ini telah terbentuk secara awal kelahiran. Al-Qur’an dan Al-hadits
membahas tentang emosi primer yang dimiliki manusia. Diantara emosi primer adalah
10
Mamud Yunus,Kamus Arab-Indonesia,Jakarta, Hidakarya Agung , 1990,hlm.79.

xv
gembira , terdapat dalam QS Huud (11:7), sedih dalam QS Yusuf:84, Marah dalam QS Al
A’raf(7):150, dan takut dalam QS AN-Naml(17):10.

2) Emosi skunder adalah emosi yang kompleks dibanding dengan emosi primer. Emosi
skunder adalah emosi yang terindikasi kesadaran diri, dan evaluasi diri, sehingga
pertumbuhannya bergantung pada perkembangan kognitif seseorang . semacam emosi
skunder dijelaskan dalam Al-Qur;an adalah: malu dalam QS Luqman (31):18, kagum
dan ta’jub QS Al-jin(72):1-2

Dalam Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri dijelaskan bahwa
Rasulullah SAW bersabda:”ingat ,diantara mereka ada yang lamban marah dan cepat
sadar, ada juga yang cepat marah dan cepat sadar, maka itu sebagai ganti yang itu,
ingin diantara mereka ada yang cepat marah dan lamban sadar, ingat yang terbaik
diantara mereka adalah yang lamban marah tapi cepat sadar, ingat yang terburuk dari
mereka adalah yang cepat marah dan lamban sadar:

Hadits di atas mengisyaratkan adanya perbedaan gejolak emosional pada


masing-masing individu. Rasulullah SAW membagi manusia berdasarkan gejolak
emosinya menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Orang tidak mudah marah, jarang sekali marah. Jika marah ia segera meredam
amarahnya dan kembali menenangkan diri. Kelompok ini adalah golongan orang orang
yang paling utama.

2) Orang yang cepat marah hanya gara-gara urusan remeh, tetapi jiga bisa cepat meredam
amarahnya.
3) Orang yang cepat marah dan tidak mudah menghentikan kemarahannya. Ia akan
mampu meredam amarahnya. Jika sudah cukup lama berlalu. Kelompok inilah yang
tergolong kelompok paling buruk.11

Islam mendorong peserta didik untuk mengembangkan kecerdasan emosional, yaitu


kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengendalikan emosi mereka sendiri serta
emosi orang lain. Islam mengajarkan pentingnya kasih sayang, kepedulian, dan empati
terhadap sesama, serta menghindari perilaku yang merugikan orang lain.

4). Kecerdasan Sosial: Islam mendorong peserta didik untuk mengembangkan kecerdasan
sosial, yaitu kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara sehat dan produktif.
11
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung,Remaja Rosdakarya, 2006,hlm.165.

xvi
Islam menganjurkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan keluarga, teman,
tetangga, dan masyarakat luas. Pendidikan dalam Islam juga menekankan pentingnya
keadilan sosial, saling tolong-menolong, dan kerjasama dalam membangun masyarakat
yang harmonis.

Dalam Islam, pendidikan dianggap sebagai ibadah dan sebuah proses seumur
hidup. Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah untuk mencapai keberhasilan di
dunia dan akhirat serta menjadikan peserta didik sebagai hamba Allah yang bermanfaat
bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan umat manusia secara lebih luas.

berikut ini adalah beberapa hadis yang berkaitan dengan konsep kecerdasan peserta didik
dalam Islam:

1. "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina." (HR. Ibnu Majah)

Hadis ini menekankan pentingnya mencari ilmu pengetahuan secara luas dan tidak
terbatas wilayah. Peserta didik diajarkan untuk terus berusaha mencari pengetahuan
dalam berbagai bidang.

2."Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

Hadis ini menggarisbawahi pentingnya upaya peserta didik dalam mencari ilmu.
Allah SWT akan mempermudah jalan menuju surga bagi orang yang sungguh-sungguh
dalam mencari ilmu.

3. "Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil ilmu pengetahuan dengan mencabutnya


secara mendadak dari umat ini, akan tetapi Allah mengambilnya dengan mematikan para
ulama, sehingga ketika tidak ada ulama lagi, manusia mengangkat pemimpin-pemimpin
yang tidak berilmu. Mereka ditanya dan memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat
dan menyesatkan." (HR. Bukhari)

Hadis ini menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan dan penyebaran ilmu


pengetahuan. Peserta didik diajarkan untuk menghargai, menghormati, dan belajar dari
para ulama agar tidak tersesat dalam mencari pengetahuan.

4. "Sesungguhnya Allah mencintai setiap amal yang dilakukan dengan penuh


kesungguhan." (HR. Ahmad)

xvii
Hadis ini mengajarkan kepada peserta didik untuk melakukan setiap tugas dan
kewajiban mereka dengan penuh kesungguhan dan dedikasi. Kesungguhan dalam belajar
dan berusaha akan mendapatkan kasih sayang Allah SWT.

5. "Sesungguhnya aku diberi Al-Qur'an dan yang serupa dengannya bersamanya." (HR.
Muslim)

Hadis ini menunjukkan pentingnya mempelajari Al-Qur'an dan memahami ajaran-


ajarannya. Peserta didik diajarkan untuk memahami Al-Qur'an sebagai sumber
pengetahuan dan panduan hidup yang memberikan kecerdasan spiritual dan moral.

Dalam Islam, hadis-hadis ini memberikan pedoman bagi peserta didik untuk
mengembangkan kecerdasan intelektual, spiritual, emosional, dan sosial dalam upaya
mencapai pendidikan yang seimbang dan berkualitas.12

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam
perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik
itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan
bimbingan yang diberikan oleh pendidik.

Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah objek
atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan sebagai subjek
atau individu yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan sesuai dengan keberadaan
individu itu sendiri.

Konsep kecerdasan dala perspektif Islam yang sudah berkembang lama adalah:
1) kecerdasan intelektual (kecerdasan berpikir), (2) kecerdasan emosional
(akhlak), (3) kecerdasan spiritual (kecerdasan ruhiyah). (4) kecerdasan Sosial
12
Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd. Perkembangan peserta didik, (Jakarta timur,November 2018)48.

xviii
Dalam pandangan Islam, perkembangan manusia haruslah dipandang sebagai satu
kesatuan yang utuh dan saling memiliki keterikatan. Ini mengandung arti bahwa setiap
perkembangan, baik itu perkembangan fisik, mental, sosial, emosional tidak dapat
dipisahkan dan memiliki hubungan yang kuat. Terdapat beberapa ayat Alquran yang
menunjukkan tahapan perkembangan manusia, dimana dalam ayat tersebut tidak hanya
menyebutkan perkembangan mental, akan tetapi juga menyebutkan perkembangan fisik.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dengan
sebuah pedoman yang bisa di pertangung jawabkan dari banyak nya sumber penulis akan
memperbaiki makalah tersebut.oleh karena itu,penulis mengharapkan kritis dan saran
yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini.demikian makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah ilmu tasawuf.semoga makalah yang dibuat
oleh penulis dapat bermampaat bagi penulis dan para pembaca.penulis mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini
sehingga,dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktunya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi.A., ,(Jakarta:Rineka Cipta,2006)Ilmu Pendidikan,cet.2,73


Ait-Shahab,M. (Beirut: Maktabah Lubnan Nasyirun,1995),hlm.202
Al-Afkar, ,(January 2019)joernal for Islamic studies,Pengembangan kecerdasan peserta
didik pada periode pendindikan dasar di lingkungan keluarga muslim, hal.138
Allen K, (Jakarta:Indeks,2010)Profil Perkembangan anak.hlm.4
Munafiah,N, ,(31 Desember 2022)Joernal Psikologi perkembangan peserta didik dalam
perspektif islam
Nurja,S MA, ,(Yokyakarta:Tirtah surga),Perkembangan peserta didik perpesktif islam,33
Rahmat,S. M.Pd. (Jakarta timur,November 2018) Perkembangan peserta didik, Hal.48
Shafwah.M ,(Beirut,Dar al-Fikr,1988)al-Tafsir.
Suparman, M.Pd.I,Dinamika psikologi Pendidikan islam(juni 2020)147
Tafsir,A. (Bandung,Remaja Rosdakarya, 2006) Filsafat Pendidikan Islami, hlm.165.
Yunus.M, , (Hidakarya Agung ,Jakarta, 1990) Kamus Arab-Indonesia,hlm.79.

xix
xx

Anda mungkin juga menyukai