Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

Mata kuliah:Landasan Pendidikan

Dosen:Dra.Ifham Choli,m.Si

OLEH:

Nurul Aini (3120210099)

Dewi Pandu Kusuma Ningrum (3120210025)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam tak
lupa kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta
keluarga,sahabat,dan pengikutnya. Yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam
yang berilmu pengetahuan. Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah landasan
Pendidikan. Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu kami masih
memerluka kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Karena sesungguhnya tiada yang sempurna di dunia ini.Akhirnya hanya kepada Allah
SWT. kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1

1. Latar Belakang.........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah....................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Landasan Psikologis dalam Pendidikan.....................................................3


B. Psikologis Perkembangan.............................................................................................3

BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................9

A. Kesimpulan...................................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................................9
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berasal dari bahasa Yunani yaitu psiche dan logos. psiche yang memiliki arti jiwa,
sukma, dan roh, sedangkan logos berarit ilmu. Psikologi secara harfiah diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari mengenai jiwa seseorang. Psikologi mempelajari mengenai manusia
secara umum maupun secara pribadi/lebih khusus. Saat di sekolah tentu saja sering ditemui
siswa yang memiliki karakteristik yang sangat beragam, bukan hanya perbedaan pada fisik,
tingkat kecerdasan ataupun bakat, namun juga meliputi perbedaan pengalaman, tingkat
perkembangan siswa, cita-cita ataupun perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Siswa
yang memiliki perbedaan tersebut tentunya tidak dapat diperlakukan sama dalam kegiatan
pembelajaran. Pemahaman siswa oleh pendidik sangat penting dikuasai untuk memahami
tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Pemahaman akan perkembangan
siswa diharapkan dapat mengatasi atau meminimalisir berbagai permasalahan yang di temui
mengenai peserta didik dalam pembelajaran.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara
psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subjek
dan objek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala
psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi
menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur
psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga dapat melaksanakan kegiatan-
kegiatan pendidikan secara efektif (Yusuf, 2000:2).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan landasan psikologis dan psikologis


perkembangan?
2. Bagaimana penerapan unsur psikologis dalam pendidikan ?
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Psikologis dalam Pendidikan

Psikologi sebagai sebuah landasan dalam pendidikan adalah bahwa dalam pelaksanaan
pendidikan haruslah menerapkan unsur-unsur psikologis karena yang menjadi sasaran
pendidikan tersebut adalah manusia. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraannya, pendidikan
selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia. Untuk memahami berbagai karakteristik siswa
yang beragam maka diperlukan psikologi dalam pendidikan. Pendidikan memposisikan
manusia sebagai objek dan subjeknya sehingga sangat diperlukan psikologi sebagai landasan
pendidikan.

Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa
manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat
dipengaruhi oleh alam sekitar. Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan
jasmani. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan
psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas
berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang
berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses Pendidikan.

B. Psikologis Perkembangan

Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan


tersebut menurut Nana Syaodih (dalam Pidarta. 2009) antara lain:
1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan
tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri pada
tahap-tahap yang lain.
2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini dipandang individu-individu itu memiliki
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat
kelompok– kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan satu kelompok.
Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras,
status sosial ekonomi, dan sebagainya.
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu,
dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang
secara individual.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan
pentahapan. Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang
bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai
faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan
yang bersifat khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun
tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
Menurut Crijns (dalam Sudarta.2009:198) periode atau tahap perkembangan manusia
secara umum adalah sebagai berikut :
1. Umur 0 – 2 tahun disebut masa bayi, pada masa ini sebagian dimanfaatkan untuk tidur,
memandang, mendengar, kemudian belajar merangkak,dan berbicara.
2. Umur 2 – 4 tahun disebut masa kanak-kanak, pada masa ini sudah mulai berjalan,
sudah mulai dapat melihat struktur, permainan mereka bersifat fantasi, dan anak masih
memiliki egosentris.
3. Umur 5 – 8 tahun disebut masa dongeng, pada masa ini anak sudah merasa
mempunyai kedudukan tersendiri, mulai melakukan tindakan-tindakan konstruktif,
kesadaran lingkungan sudah muncul, namun objektivitas ini masih dipengaruhi oleh
subjektivitas nya sendiri sehingga masih menyukai dongeng.
4. Umur 9 – 13 tahun disebut masa Robinson Cruose. Pada masa ini mulai berkembang
pemikiran kritis, nafsu persaingan, minat-minat dan bakat.
5. Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan, pada masa ini anak tertuju pada
dirinya sendiri, mulai belajar bersolek, suka menyendiri, melamun, mudah tersinggung,
sesama jenis kelamin ingin sama-sama tahu, namun masih canggung.
6. Umur 14 – 18 tahun disebut masa puber, pada masa ini anak sudah mengetahui akan
tanggung jawab, sadar akan hak dan kewajiban dalam lingkungan.
7. Umur 19 – 21 tahun disebut masa adolesen, anak-anak pada masa ini mulai menemui
keseimbangan, mereka sudah punya rencana hidup tertentu dengan nilai-nilai yang sudah
dipastikannya, namun mereka masih belum berpengalaman.
8. Umur 21 tahun ke atas disebut masa dewasa, pada masa ini remaja mulai insaf dan
memahami bahwa pekerjaan manusia tidak mudah dan adanya ketidaksempurnaan
Perkembangan tersebut merupakan periode perkembangan secara umum.
Artinya ada saja dalam perkembangan anak atau remaja yang dapat menyimpang dari
perkembangan tersebut.
Sementara Psikologi perkembangan menurut Rouseau (dalam Pidarta.2009: 198)
membagi masa perkembangan anak atas empat tahap yaitu :
1. Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
2. Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup
manusia primitif.
3. Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan
kemauan untuk berpetualang.
4. Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati,
dan moral. Pada masa ini anak sudah mulai belajar berbudaya.
Sementara menurut Havinghurst (dalam Pidarta.2009: 199) fase-fase perkembangan
disusun sebagai berikut:
1. Tugas perkembangan masa anak-anak Belajar berkata, makan makanan padat,
berjalan, mengendalikan gerakan badan, mempelajari peran jenis kelaminnya sendiri,
stabilitas fisiologi, membentuk konsep sederhana tentang sosial dan fisik, belajar
menghubungkan diri secara emosional dengan orang-orang lain, serta belajar
membedakan yang benar dan yang salah.
2. Tugas perkembangan masa anak Belajar keterampilan fisik untuk keperluan bermain,
membentuk sikap diri sendiri, belajar bergaul secara rukun, mempelajari peran jenis
kelamin sendiri, belajar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung, menghitung,
mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan.
3. Tugas perkembangan masa remaja Membuat hubungan hubungan baru yang lebih
matang dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin, memperoleh peranan sosial yang
cocok dengan jenis kelamin, mendapatkan kebebasan diri dari ketergantungan pada
orang lain, mengadakan persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga,
mengembangkan perilaku tanggung jawab dan memperoleh seperangkat nilai serta etika
sebagai pedoman berperilaku.
4. Tugas perkembangan masa dewasa awal Memilih pasangan hidup, belajar hidup rukun
bersuami istri, memulai kehidupan punya anak, belajar membimbing dan merawat anak,
mengendalikan rumah tangga, belajar bertanggung jawab sebagai warga Negara.
5. Tugas perkembangan masa setengah baya Bertanggung jawab sosial dan menjadi
warga Negara yang baik, membina anak remaja agar menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab serta bahagia, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan
tertentu, membina hubungan suami istri sebagai pribadi, menerima serta menyesuaikan
diri dengan perubahan fisik diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan pertambahan
umur.
6. Tugas perkembangan orang tua Menyesuaikan diri dengan semakin menurunnya
kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri terhadap menurunnya pendapatan atau
karena pensiun, menjalin hubungan dengan klub lanjut usia, memenuhi kewajiban sosial
sebagai warga Negara yang baik dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.

Beberapa paparan diatas merupakan beberapa pandangan psikologi perkembangan secara


umum, secara lebih khusus psikologi perkembangan dapat dikelompokkan dalam beberapa
tahap. Menurut Piaget (dalam Slavin.2006:34) yang menekankan pada tingkat perkembangan
khusus berupa kognitif. Tingkatan-tingkatan tersebut antara lain:

1. Periode sensorimotor pada umur 0 – 2 tahun, kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak
refleks.

2. Periode praoperasional pada umur 2 – 7 tahun, perkembangan bahasa sangat pesat,


peranan intuisi dalam memutuskan sesuatu masih besar.

3. Periode operasi konkret pada umur 7 – 11 tahun, anak sudah bisa berpikir logis, sistematis,
dan memecahkan masalah yang bersifat konkret.

4. Periode operasi formal pada umur 11 – 15 tahun, anak-anak sudah dapat berpikir logis
terhadap masalah baik yang konkret maupun yang abstrak, serta dapat membentuk ide-ide
dan masa depannya secara realistis. Sementara hal yang masih bertalian dengan
perkembangan kognitif Piaget tersebut yaitu menurut Bruner (dalam Pidarta.2009:202)
sebagai berikut;

1. Tahap enaktif, ialah tahapan dimana anak melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya
memahami lingkungan.

2. Tahap ikonik,ialah tahapan dimana anak memahami dunia melalui gambaran-gambaran


dan visualisasi verbal.

3. Tahap simbolik, ialah masa anak-anak telah memiliki gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi oleh bahasa dan logika. Sementara Kohlberg mengembangkan teori moral
kognisi atas dasar teori Piaget. Tingkatan-tingkatan tersebut antara lain:
1. Tingkat Prekonvensional a. Tahap orientasi kepatuhan dan hukuman, seperti
kebaikan, keburukan, ditentukan oleh orang itu dihukum atau tidak. b. Tahap orientasi
egois yang naïf, seperti tindakan yang betul ialah yang memuaskan kebutuhan
seseorang.

2. Tingkat Konvensional a. Tahap orientasi anak baik, seperti perilaku yang baik adalah
bila disenangi orang lain. b. Tahap orientasi mempertahankan peraturan dan norma
sosial, seperti perilaku yang baik ialah yang sesuai dengan harapan keluarga, kelompok
atau bangsa.

3. Tingkat Post-Konvensional a. Tahap orientasi kontrak sosial yang legal, yaitu


tindakan yang mengikuti standar masyarakat dan mengkonstruksi aturan baru. b. Tahap
orientasi prinsip etika universal, yaitu tindakan yang melatih kesadaran mengikuti
keadilan dan kebenaran universal. Dalam aspek afeksi, Erikson (dalam Salvin.2006:49)
mencoba menyusun perkembangannnya. Perkembangan tersebut antara lain:

1. Bersahabat (trust) vs menolak (mistrus) pada umur 0 -1 tahun

2. Otonomi (autonomy) vs malu dan ragu-ragu (doubt) pada umur 1 -3 tahun

3. Inisiatif (initiative) vs perasaan bersalah (guilt) pada umur 3 -5 tahun

4. Perasaan Produktif (Industry) vs rendah diri (inferiority) pada umur 6 -11 tahun

5. Identitas (Identity) vs kebingungan (role confusion) pada umur 12 – 18 tahun

6. Intim (intimacy) vs mengisolasi diri (isolation) pada umur 19 – 25 tahun

7. Generasi (generativity) vs kesenangan pribadi (self absorption) pada umur 25 – 45


tahun

8. Integritas (integrity) vs putus asa (despair) pada umur 45 tahun ke atas Sementara
Gagne (dalam Pidarta.2009:207) menjelaskan perkembangan kemampuan belajar,
perkembangan tersebut sebagai berikut. 1. Multideskriminasi, yaitu belajar
membedakan stimuli yang mirip, misalnya huruf b dengan d. 2. Belajar konsep, yaitu
belajar membuat respons sederhana, seperti huruf hidup, huruf mati, dan sebagainya.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Landasan psikologis ialah landasan dalam Pendidikan yang sangat diperlukan dalam
memposisikan manusia sebagai objek dan subjeknya yang didalamnya menerapkan
unsur-unsur psikologis dan melibatkan aspek kejiwaan pada manusia,yang membahas
informasi tentang kehidupan manusia serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek
pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangannya dengan tujuan memudahkan
proses Pendidikan.

B. Saran

Sebagai objek yang diperlukan dalam unsur Pendidikan kita harus


mengamati,mempelajari,dan memahami unsur-unsur didalam landasan Pendidikan
dengan baik guna meningkatkan pendekatan perkembangan anak disetiap tahapan pada
usiannya guna mengembangkan generasi penerus bangsa yang lebih baik.
9

Anda mungkin juga menyukai