MAKALAH
Disusununtukmemenuhitugas mata kuliah PBM Biologi Iyang dibimbingolehProf.
Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Susriyati Mahanal, M. Pd.
Oleh:
Kelompok 6
Kelas D - PPs
1
2
Akhiruddin
Dwida Maghfiroh
(140341807847)
(140341807365)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan
merupakan perubahan secara kualitatif. Ini berarti bahwa perkembangan bukan
sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau
peningkatan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu
proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Perkembangan
juga diartikan sebagai peruibahan-perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik
menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).
Perkembangan dapat diartikan suatu proses perubahan pada diri individu
atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat
kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis progresif, dan
berkesinambungan. Dan semua para ahli sependapat bahwa yang dimaksud
dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah
yang lebih maju dan lebih dewasa, namun mereka berbeda-beda pendapat tentang
bagaimana
proses
perubahan
itu
terjadi
dalam
bentuknya
hakiki.Mengetahuiketerkaitan
eratantaraperkembangananakdenganketerlaksanaannya
yang
yang
proses
pendidikan,
makapengetahuanmengenaitahapperkembangantertentupadaanaksangatpentingunt
ukdiketahui.
digunakanoleh
Hal
ininantinyabergunasebagaiaspekukuranataukriteria
guru
untukmengenalisecaradiniperkembangananak
yang
yang
menyimpangdaripolaumum.
Pada pendidikan formal berbagai proses pembelajaran di sekolah (formal)
tentunya tidak akan lepas dari substansi-substansi seperti kurikulum,
pengajar/guru, siswa/pesrta didik, materi, metode, lingkungan belajar, dan
evaluasi. Sering kali kita lupa dengan substansi-substansi ini dalam mendesain
suatu pembelajaran. Desain pembelajaran adalah tata cara yang dipakai untuk
BAB II
ISI
A. Perkembangankepribadian
Kepribadiantidakterjadisecaraotomatissemenjakmanusialahir,
namunterbentukmelalui proses kehidupan yang panjang. Banyakfaktor yang
ikutambilbagiandalampembentukankepribadiantersebut.Pembentukankepribadian
padadasarnyaadalahupayauntukmengubahsikapkearahkecenderunganterhadapnilai
-nilaitertentu
(Maimunah,
dantingkahlakuseorangindividu.
2002).Kepribadianmerupakanperbedaansifat,
Robbins
(2007)
dalam
Sari
(2012),
memberikandefinisikepribadiansebagaikombinasiunikdarikarakteristikpsikologi
yang
mempengaruhibagaimanaseseorangbereaksidanberinteraksidengan
orang
lain.Perkembangankepribadianpadapendidikanharusdimulaidarikepribadianseoran
g guru terlebihdahulu. Guru merupakansosok yang akanditeladanioleh muridmuridnya(digugudanditiru),
sehinggasegalasikap,
tingkahlaku,
tentangStandarNasionalPendidikan
harusmemilikiempatkompetensidasar,
(SNP),
seorang
guru
yaknikompetensikepribadian,
kepribadian
merupakan
kemampuan
personal
yang
banggasebagai
guru,
danmemilikikonsistensidalamberfikirdanbertindak.
2. Kepribadiandewasa,
berartimempunyaikemandiriandalambertindaksebagaipendidik,
danmemilikietoskerjasebagai guru.
3. Kepribadian
yang
arif,
artinyamenampilkantindakan
didasarkanpadakemanfaatanpesertadidik,
sekolah,
sertamenunjukkanketerbukaandalamberfikirdanbertindak.
4. Kepribadianberwibawa,
berartiberperilaku
yang
danmasyarakat,
yang
seorang
guru
berpengaruh
terhadap
perkembangan
ilmiah (scientific approach), hasil akhir pembelajaran pada peserta didik adalah
berupa peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia
yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan
untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Seorang guru harus membekali
diri dengan kepribadian yang baik serta sejumlah pengetahuan dan keterampilan
lain yang sangat diperlukan dalam keberhasilan pembentukan kepribadian peserta
didik. Ini adalah penting karena guru dalam menjalani profesinya tidak
berhadapan dengan benda mati, melainkan berhadapan dengan manusia yang
disebut dengan peserta didik.
Peserta didik yang dihadapi oleh guru tersebut adalah individu- individu
yang unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Mereka hadir dan berkumpul di
ruang kelas dari berbagai latar belakang, baik sosial, kultural, strata ekonomi yang
berbeda. Mereka juga datang dengan membawa corak kepribadian, karakteristik,
tingkah laku, minat, bakat, kecerdasan dan berbagai tingkat perkembangan
lainnya yang berbeda-beda pula.Terdapat beberapa tokoh penting dalam teori
perkembangan kepribadian peserta didik antara lain adalah: Sigmund Freud, Carl
Gustav Jung dan Erik H. Erikson.
a. Sigmund Freud
Freud adalah teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya kepada
perkembangan kepribadian dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan
awal-anak dalam membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa struktur
dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun dan perkembangan
kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari
struktur dasar tadi. Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 3 tahapan
yakni tahap infatil (0 5 tahun), tahap laten (5 12 tahun) dan tahap genital (> 12
tahun).
Tahap infatil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian,
terbagi menjadi 3 fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis. Perkembangan
kepribadian ditentukan oleh perkembangan insting seks, yang terkait dengan
perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infatil.
Perkembangan insting seks berarti perubahan karateristis seks dan perkembangan
biologis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilh menjadi pusat kepuasan seksual
(arogenus zone). Pemberian nama fase-fase perkembangan infatil sesuai dengan
bagian tubuh daerah organ yang menjadi karateristis seksual pada fase itu. Pada
tahap laten, impuls seksual mengalami represi, perhatian anak banyak tercurah
kepada pengembangan kognitif dan keterampilan. Baru sesudah itu, secara
biologis terjadi perkembangan pubertas yang membangun impuls seksual dari
represinya untuk berkembang mencapai kemasakan. Pada umumnya kemasakan
kepribadian dapat dicapai pada usia 20 tahun (Suparmin,2010).
b. Carl Gustav Jung
Perkembangan kepribadian menurut pandangan Carl Gustav Jung lebih
lengkap dibandingkan dengan Freud. Jung beranggapan bahwa semua peristiwa
disebabkan oleh sesuatu yang terjadi di masa lalu (mekanistik) dan kejadian
sekarang ditentukan oleh tujuan (purpose). Prinsip mekanistik akan membuat
manusia menjadi sengsara karena terpenjara oleh masa lalu. Manusia tidak bebas
menentukan tujuan atau membuat rencana karena masa lalu tidak dapat diubah.
Sebaliknya, prinsip purposif membuat orang mempunyai perasan penuh harapan,
ada sesuatu yang membuat orang berjuang dan bekerja. Dari keduanya dapat
diambil sisi positifnya, kegagalan di masa lalu bukan dijadikan beban tapi
dijadikan pengalaman yang kemudian digunakan sebagai stimuli untuk belajar
lebih baik dari kegagalan tersebut. Terlepas dari kegagalan seseorang harus
memiliki angan, impian dan harapan, hal inilah yang kemudian mengarahkan pada
tujuan yang akan diraih di masa mendatang.
Tahap-tahap perkembangan menurut Jung terdiri atas 4 tahap. Hal tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Usia anak (Childhood). Usia anak dibagi menjadi 3 tahap, yakni anarkis
pada anak kesadaran masih kacau pada usia 0-6 tahun, tahap monarkis
yakni anak ditandai dengan perkembangan ego, mulai berfikir verbal dan
logika pada usia 6-8 tahun, tahap dualistik yakni anak dapat berfikir secara
obyektif dan subyektif terjadi pada usia 8-12 tahun.
2. Usia Pemuda. Pemuda berjuang untuk mandiri secara fisik dan psikis dari
orang tuanya.
3. Usia Pertengahan. Ditandai dengan aktualisasi diri, biasanya sudah dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, memiliki pekerjaan, kawin,
punya anak dan ikut dalam kegiatan sosial.
4. Usia Tua. Fungsi jiwa sebagian besar bekerja secara tak sadar, pikiran dan
kesadaran ego mulai menurun (Suparmin,2010).
c. Erik H. Erikson
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif
karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat
representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang
merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua,
menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap
perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang ketiga/terakhir adalah
menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan
pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan
kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan.
Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam
mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang
dimensi
sosial-psikologis
pada
konsep
dinamika
dan
B. PerkembanganSosial
Perubahansosial yang terjadidalammasyarakatmenyangkutnilai-nilaisosial,
pola-polaperilaku, organisasi, lembagakemasyarakatan, lapisandalammasyarakat,
kekuasaandanwewenang,
yang
terjadisecaracepatataulambatmemilikipengaruhmendasarbagipendidikan.Pengaruh
mendasartersebutadalahdalamhalperkembangansosialpesertadidik.Hal
inisejalandenganteoribelajarsosiokulturyaitupenggunaanalatberfikirseseorang
yang
tidakdapatdilepaskandaripengaruhlingkungansosialbudayanya.Lingkungansosialb
udayaakanmenyebabkansemakinkompleksnyakemampuan
yang
dimilikiolehsetiapindividu.
Perkembangansosialhampirdapatdipastikanmerupakanperkembangan
sebabperilaku
moral
padaumumnyamerupakanunsur
moral,
fundamental
dalambertingkahlakusosial.Seorangpesertadidikhanyaakanberperilakusosialtertent
usecaramemadaiapabilamenguasaipemikirannormaperilaku
moral
yang
yang
dinyatakanoleh
yang
Vygotsky
inimerupakanteorigabunganantarakognitifdengansosial.Teorinyainijugamenyataka
nbahwaperkembangankanak-kanakbergantungkepadainteraksikanak-kanakdengan
orang yang ada di sekitarnya yang menjadialatpenyampaiansesuatubudaya yang
membantumerekamembinapandangantentangsekelilingnya.Secarasingkat,
teoriperkembangansosialberpendapatbahwainteraksisosialdenganbudayamendahul
ui.Maksudnyadarirelasidenganbudayamembuatseoranganakmengalamikesadarand
anperkembangankognisi.Jadiintinya
Vygotsky
memusatkanperhatiannyapadahubungankerjasamaantaraindividudanmasyarakatda
lampembentukanpengetahuan.Pengetahuanterbentuksebagaiakibatdariinteraksisosi
aldanbudayaseoranganak.
Arends
(2007)
menyatakanpendapatbahwakontekssosialpadapembelajaransangatpentingkarenako
ntekssosialmerupakanlingkungansekitar
yang
mampumenjadisaranauntukmengajardanbelajarbagipesertadidikuntukmempelajari
sesuatuhaltentangapadanbagaimanapengaruhsuatuhaltersebutbisaterjadi.
SelanjutnyaArendsmenjelaskanlebihjauhlagibahwateorisosialkognnitifdalamkonte
kspembelajaranmenekankan
proses
pembelajaranmelaluiobservasilangsungpadakeadaansosialdanmengutamakanpeser
tadidikuntukpercayapadadirisendiridansituasibelajar.
Hal
inipentingkarenadenganmempelajariperkembangansosialakanmenyebabkansemaki
nkompleksnyakemampuan
yang
dimilikiolehsetiappesertadidik
dalam
pemikiran
tingkat
tinggi
dimana
moralitas
benar-benar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkembangan kepribadian adalah perkembangan kombinasi unik dari
karakteristik psikologi yang mempengaruhi bagaimana seseorang
bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Kepribadian seorang guru
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian peserta didik.
2. Perkembangansosialadalahperkembangan hubungan kerjasama antara
individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. Pengetahuan
terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak
(sosial kognitif).
3. Perkembangan moral adalahperkembangan yang berkaitan dengan aturan
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
dalam interaksinya dengan orang lain. Perilaku moral pada umumnya
merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku sosial.
B. Saran
1. Pembaca disarankan membaca literatur lain yang berkaitan dengan
bagaimana kaitan antara perkembangan kepribadian, sosial, dan moral.
2. Pembaca disarankan membaca literatur lain yang berkaitan dengan
bagaimana seorang guru mendesain pembelajaran sains berdasarkan
perkembangan kepribadian, sosial, dan moral.