Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DIRI

Dosen Pengampu: Dr. Halim Purnomo

Disusun Oleh:
Usamah A. Robbani 20180710138
Fathurrahman Hasan Yudhanegara 20200710056
Ihda A’yunil Azaria 20200710021

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2022
Abstrak

Perkembangan merupakan hal yang sudah pasti bagi manusia. Selama proses
perkembangan ini tentulah banyak sekali hal-hal yang patut digaris bahawa, terutama
perkembangan diri sendiri. Banyak sekali aspek yang perlu dipahami mengenai
perkembangan manusia, mulai dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek-aspek
perlulah dilihat agar dapat mengetahui sejauh mana sebuayh pribadi sudah berkembang, baik
psikis maupun fisik. Selain secara psikis dan fisik, intelegensi perlu dipantau demi
mengetahui sejauh ilmu yang dapatkan, sejauh mana kita dapat beradaptasi dengan zaman
yang berkembang dengan sangat pesat. Pada makalah ini penulis selain berbagai pengetahuan
mengenai beberapa aspek perkembangan manusia. Penulis juga berbagi sedikit dari hasil
sejauh mana penulis berkembang setelah sekian banyak masa yang telah dilewati. Diharapkan
dengan mengetahui sejauh mana perkembangan yang sudah dialami dapat menjadi pendorong
semangat untuk semakin berkembang di waktu yang akan datang.

Kata Kunci: Kognitif, Afektif, Psikomotorik, Perkembangan Manusia

A. PENDAHULUAN

Setiap manusia berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan dangan tugas yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing individu. Usia sering kali menjadi patokan dalam
menentukan keberhasilan beserta tingkat perkembangan manusia. Tahapan perkembangan
manusia memiliki keterkaitan yang sangat dekat dengan tugas perkembangan. Tahapan
perkembangan manusia memiliki berbagai tingkatan yang dimulai saat manusia tersebut lahir
hingga manusia tersebut tiada. Setiap ahli memiliki beberapa macam tahapan perkembangan
manusia tergantung pada aspek masing-masing tahapan perkembang, yaitu aspek kognitif,
afektif dan perilaku.

Karakteristik dari perkembangan ialah meliputi perubahan fungsi-fungsi organ fisik,


fungsi psikologis atau kepribadian, menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar,
perkembangan bahasa, perkembangan pemikiran dan perkembangan sosioemosi.
Perkembangan memiliki dua faktor yang mempengaruhi, yakni fator internal yang terdiri dari
usia dan bakat atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemudian ada faktor eksternal yang
terdiri dari tentang proses pematangan (khususnya pematangan kognitif), proses belajar
seseorang dalam kehidupan (pengalaman), serta lingkungan sekitar.
Dalam perkembangan manusia secara menurut psikologis ada beberapa aspek yang
dapat menjadi dasar penilaian sejauh mana manusia sudah berkembang, diantaranya ada
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Yang dimana pada aspek-aspek akan sejauh mana
telah berkembang dan tumbuh. Mulai dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua, ada
banyak sekali proses perkembangan yang akan dilewati semasa hidup.

Selain bergantung pada aspek yang telah disebutkan, masih banyak faktor yang dapat
mempengaruhi perekembangan manusia, seperti lingkungan, pendidikan yang diterima,
bagaimana orang tua mendidik anak, asupan gizi dan yang lainnya. Hal tersebut dapat
mempengaruhi perekmbanga manusia, apa dapat berkembangan sebagaimana mestinya, apa
ada hambatan dalam perkembangannya dan mungkin juga tidak ada perkembangan sama
sekali.

Maka hal ini merupakan sebuah hal yang penting dimana perkembangan seorang
manusia perlulah diperhatikan agar dapat berkembang sebagaimana mestinya. Mungkin bagi
mereka yang masih dalam masa kanak-kanak dan remaja perlu pengawasan khusus dari para
orang tua untuk membimbing, mendidik dan memberikan segala kebutuhan agar mereka
dapat berkembang secara optimal.

Bagi mereka yang sudah masuk masa dewasa diharapkan dapat menilai sendiri sejauh
mana diri sudah berkembang setelah sekian lama proses sudah dilewati. Hal ini dapat menjadi
tolak ukur intropeksi diri, apakah sudah berkembang sesuai dengan apa yang ditergetkan.
Karena bagi mereka yang dewasa pun berkembang merupakan sebuah keharusan, dimana
zaman yang teknologi semakin canggih menuntut manusia untuk terus berinovasi, belajar dan
menyesuaikan diri dengan semakin majunya zaman.

B. PEMBAHASAN
1. Menurut Ihda A’yunil Azaria
a. Definisi dan Karakteristik Pertumbuhan Manusia
Pertumbuhan memiliki kata asal “tumbuh”. Dalam KBBI sendiri, tumbuh
memiliki arti timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna. Sehingga
secara istilah, pertumbuhan memiliki pengertian perubahan secara kuantitatif
pada fisik manusia karena beberapa faktor (faktor internal dan
eksternal).Perubahan kuantitaif sendiri dapat di ukur atau dinyatakan dalam
satuan serta dapat diamati secara jelas. Misalnya berupa pertambahan,
pembesaran,perubahan ukuran dan bentuk, hal yang tidak ada menjadi ada,
kecil menjadi besar, sedikit menjadi banyak, pendek menjadi tinggi, serta
kurus menjadi gemuk.
Telah disebutkan diatas, bahwa faktor pertumbuhan ada dua yakni faktor
internal meliputi gen, sel, atom, kromosom atau gizi. Kemudia yang kedua
adalah faktor ekseternal meliputi lingkungan sekitar baik pola hidup maupun
olahraga. Kedua faktir tersebut sama-sama berpengaruh dalam proses
pertumbuhan seseorang. Ketika yang optimal hanya salah satu faktor, maka
hasil pertumbuhan akan kurang maksimal. Sedangkan ketika kedua faktor
tersebut dapat berjalan beriringan dan maksimal, maka pertumbuhan
seseorang juga akan berjalan maksimal.
Karakteristik pertumbuhan adalah adanya perubahan secara kuantitas yang
meliputi jumlah, ukuran, bentuk, luas, tinggi serta berat pada fisisk seseorang
anak. Selain itu, setiap anak telah mengalami pertumbuhan sejak bertemunya
se telur dengan sel ovum dalam kandungan ibu sampai batas usia tertentu,
secara berangsur-angsur. Setiap anak mengalami fase-fase pertumbuhan yang
berbeda tetapi perbedaan tersebut tidak terlalu mencolok ketika sang anak
masuk kategori “normal” atau tidak berkebutuhan khusus terkait gen atau sel.
Perubahan pada pertumbuhan dapat diamati atau dianalisis menggunakan alat
ukur (timbangan untuk berat badan, alat ukur tinggi badan untuk mengetahui
perubahan tinggi badan) serta dapat dinyatakan dalam bentuk huruf atau
satuan.
b. Definisi dan Karakteristik Perkembangan Manusia
Perkembangan tentu memiliki perbedaan dengan peertumbuhan. Ketika
pertumbuhan identik dengan perubahan secara kuantitatif, maka
perkembangan sendiri identik dengan perubahan secara kualitatif. Berdasarkan
KBBI, perkembangan memiliki arti perihal berkembang. Kemudian arti
bekembang sendiri berdasarkan KBBI ialah pertambah, memekar atau
membentang.
Dengan demikian dalam ilmu psikologi, perkembangan memiliki arti
perubahan secara kualitatif pada ranah jasmani dan rohani manusia yang
saling berkesinambungan menuju ke arah yang lebih baik atau ke arah yang
sempurna. Yang dimaksud perubahan fisik pada perkembangan manusia ialah
mengacu pada optimaliasasi fungsi-fungsi organ jasmaniah manusia, bukan
pada pertumbuhan jasmaniah itu sendiri. Sehingga dari sini dapat terlihat
bahwa pertumbuhan dan perkembangan adalah sesuatu yang berbeda tetapi
saling berkesinambungan atau berhubungan.
Karakteristik dari perkembangan ialah meliputi perubahan fungsi-fungsi
organ fisik, fungsi psikologis atau kepribadian, menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar, perkembangan bahasa, perkembangan pemikiran dan
perkembangan sosioemosi. Perkembangan memiliki 2 faktor yang
mempengaruhi, yakni fator internal yang terdiri dari usia dan bakat atau
kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemudian ada faktor eksternal yang
terdiri dari tentang proses pematangan (khususnya pematangan kognitif),
proses belajar seseorang dalam kehidupan (pengalaman), serta lingkungan
sekitar.
Proses belajar seseorang dalam kehidupan serta lingkungan adalah salah
satu faktor terpenting dalam perkembangan, karena dengan belajar atau
aktivitas di dalam kehidupan seseorang pasti menemukan sebuah masalah
yang membutuhkan penyelesaian, sehingga disitu pengalaman baru akan
muncul, maka pengalaman dapat dijadikan sebagai guru untuk pendewasaan
seseorang kearah yang lebih baik atau sempurna. Di dalam pengalam sendiri
terdapat pengetahuan, keamampua mengatasi masalah atau keterampilan serta
sikap.
Perkembangan memiliki sifat multidimensi, yakni integrasi anatara fikiran,
sosioemosi, kognitif, fungsi biologis serta intelegensi sosial. Karena beberapa
hal tersebut tidak berjalan dengan semestinya, maka perkembangan secara
psikologis akan terganggu, sehingga ada beberapa orang yang stres karena
tekanan fikiran atau terganggunya sosioemosi, fikiran dan intelegensi
sosialnya. Selain itu, perkembangan juga bersifat plastis atau kapasitas untuk
berubah. Perubahan dapat kearah yang lebih baik atu bahkan ke arah yang
lebih buruk tergantung faktor yang mendasari dan penyikapan seseorang
terhadap masalah yang dihapai.
Perkembangan manusia bersifat konsektual maksudnya semua
perkembangan berlangsung dalam sebuah konteks atau setting atau latar
tempat. Misalnya di lingkungan sekolah, universitas, lingkungan kerja,
keluarga, masyarakat, kelompok teman sebaya, tempat ibadah, sebuah
perkumpulan atau komunitas, dan sebagainya.
c. Definisi Kognitif, Afektif dan Psikomotorik
I. Pengertian Kognitif
Aspek kognitif menjadi aspek utama dalam banyak kurikulum
pendidikan dan menjadi tolok ukur penilaian perkembangan anak.
Kognitif yang berasal dari bahasa latin cognitio memiliki arti
pengenalan, yang mengacu kepada proses mengetahui maupun kepada
pengetahuan itu sendiri.
Dengan kata lain, aspek kognitif merupakan aspek yang
berkaitan dengan nalar atau proses berpikir, yaitu kemampuan dan
aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan rasional. Dalam
aspek kognitif dibagi lagi menjadi beberapa aspek yang lebih rinci
yaitu:
a) Pengetahuan (Knowledge)
Aspek ini adalah aspek yang mendasar yang merupakan bagian
dari aspek kognitif. mengacu kepada kemampuan untuk mengenali dan
mengingat materi – materi yang telah dipelajari mulai dari hal
sederhana hingga mengingat teori – teori yang memerlukan kedalaman
berpikir. Juga kemampuan mengingat konsep, proses, metode, serta
struktur.
b) Pemahaman (Comprehension)
Aspek ini lebih tinggi daripada aspek pengetahuan. Mengacu
kepada kemampuan untuk mendemonstrasikan fakta dan gagasan
dengan mengelompokkan, mengorganisir, membandingkan, memberi
deskripsi, memahami dan terutama memahami makna dari hal – hal
yang telah dipelajari. Memahami suatu hal yang telah dipelajari dalam
bentuk translasi (mengubah bentuk), interpretasi (menjelaskan atau
merangkum), dan ekstrapolasi (memperluas arti dari satu materi).
c) Penerapan (Application)
Tujuan dari aspek ini adalah untuk menerapkan materi yang
telah dipelajari dengan menggunakan aturan serta prinsip dari materi
tersebut dalam kondisi yang baru atau dalam kondisi nyata. Juga
kemampuan menerapkan konsep abstrak dan ide atau teori tertentu.
Penerapan merupakan tingkat yang lebih tinggi dari kedua aspek
sebelumnya yaitu pengetahuan dan pemahaman.

d) Analisa (Analysis)
Menganalisa melibatkan pengujian dan pemecahan informasi
ke dalam beberapa bagian, menentukan bagaimana satu bagian
berhubungan dengan bagian lainnya, mengidentifikasi motif atau
penyebab dan membuat kesimpulan serta materi pendukung
kesimpulan tersebut. Tiga karakteristik yang ada dalam aspek analisa
yaitu analisa elemen, analisa hubungan, dan analisa organisasi.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis termasuk menjelaskan struktur atau pola yang tidak
terlihat sebelumnya, dan juga mampu menjelaskan mengenai data atau
informasi yang didapat. Dengan kata lain, aspek sintesis meliputi
kemampuan menyatukan konsep atau komponen sehingga dapat
membentuk suatu struktur yang memiliki pola baru. Pada aspek ini
diperlukan sisi kreatif dari seseorang atau anak didik.
f) Evaluasi (Evaluation)
Adalah kemampuan untuk berpikir dan memberikan penilaian
serta pertimbangan dari nilai – nilai materi untuk tujuan tertentu. Atau
dengan kata lain, kemampuan menilai sesuatu untuk tujuan tertentu.
Evaluasi ini dilakukan berdasarkan kriteria internal dan eksternal.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang
sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi.
II. Afektif
Ranah afeksi adalah materi yang berdasarkan segala sesuatu
yang berkaitan dengan emosi seperti penghargaan, nilai, perasaan,
semangat, minat, dan sikap terhadap sesuatu hal. Pada ranah afeksi,
Bloom menyusun pembagian kategorinya dengan David Krathwol
yaitu:
a. Penerimaan (Receiving/Attending)
Mengacu kepada kemampuan untuk memperhatikan dan
merespon stimulasi yang tepat, juga kemampuan untuk menunjukkan
atensi atau penghargaan terhadap orang lain. Dalam domain atau ranah
afektif, penerimaan merupakan hasil belajar yang paling rendah.
Contohnya, mendengarkan pendapat orang lain.
b. Responsif (Responsive)
Domain ini berada satu tingkat di atas penerimaan, dan ini akan
terlihat ketika siswa menjadi terlibat dan tertarik terhadap suatu materi.
Anak memiliki kemampuan berpartisipasi aktif dalam suatu
pembelajaran dan selalu memiliki motivasi untuk bereaksi dan
mengambil tindakan. Contoh, ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas
mengenai suatu pelajaran.
c. Penilaian (Value)
Domain ini mengacu pada pentingnya nilai atau keterikatan diri
terhadap sesuatu, seperti penerimaan, penolakan atau tidak menyatakan
pendapat. Juga kemampuan untuk menyatakan mana hal yang baik dan
yang kurang baik dari suatu kegiatan atau kejadian dan
mengekspresikannya ke dalam perilaku. Contoh, mengusulkan
kegiatan kelompok untuk suatu materi pelajaran.
d. Organisasi (Organization)
Tujuan dari ranah organisasi adalah penyatuan nilai, sikap yang
berbeda yang membuat anak lebih konsisten dan membentuk sistem
nilai internalnya sendiri, dan menyelesaikan konflik yang timbul
diantaranya. Juga mengharmonisasikan berbagai perbedaan nilai yang
ada dan menyelaraskan berbagai perbedaan.
e. Karakterisasi (Characterization)
Acuan domain ini adalah karakter seseorang dan daya
hidupnya. Kesemua hal ini akan tercermin dalam sebuah tingkah laku
yang ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial, dan emosi.
Nilai – nilai telah berkembang sehingga tingkah laku lebih mudah
untuk diperkirakan.

III. Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah
psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Psikomotorik adalah domain yang meliputi perilaku gerakan
dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik
seseorang. Keterampilan yang akan berkembang jika sering
dipraktekkan ini dapat diukur berdasarkan jarak, kecepatan, kecepatan,
teknik dan cara pelaksanaan. Dalam aspek psikomotorik terdapat tujuh
kategori mulai dari yang terendah hingga tertinggi:
a. Peniruan
Kategori ini terjadi ketika anak bisa mengartikan rangsangan
atau sensor menjadi suatu gerakan motorik. Anak dapat mengamati
suatu gerakan kemudian mulai melakukan respons dengan yang
diamati berupa gerakan meniru, bentuk peniruan belum spesifik dan
tidak sempurna.
b. Kesiapan
Kesiapan anak untuk bergerak meliputi aspek mental, fisik, dan
emosional. Pada tingkatan ini, anak menampilkan sesuatu hal menurut
petunjuk yang diberikan, dan tidak hanya meniru. Anak juga
menampilkan gerakan pilihan yang dikuasainya melalui proses latihan
dan menentukan responsnya terhadap situasi tertentu.
c. Respon Terpimpin
Merupakan tahap awal dalam proses pembelajaran gerakan
kompleks yang meliputi imitasi, juga proses gerakan percobaan.
Keberhasilan dalam penampilan dicapai melalui latihan yang terus
menerus.

d. Mekanisme
Merupakan tahap menengah dalam mempelajari suatu
kemampuan yang kompleks. Pada tahap ini respon yang dipelajari
sudah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan bisa dilakukan dengan
keyakinan serta ketepatan tertentu.
e. Respon Tampak Kompleks
Ini tahap gerakan motorik yang terampil yang melibatkan pola
gerakan kompleks. Kecakapan gerakan diindikasikan dari penampilan
yang akurat dan terkoordinasi tinggi, namun dengan tenaga yang
minimal. Penilaian termasuk gerakan yang mantap tanpa keraguan dan
otomatis.
f. Adaptasi
Pada tahap ini, penguasaan motorik sudah memasuki bagian
dimana anak dapat memodifikasi dan menyesuaikan keterampilannya
hingga dapat berkembang dalam berbagai situasi berbeda.
g. Penciptaan
Yaitu menciptakan berbagai modifikasi dan pola gerakan baru
untuk menyesuaikan dengan tuntutan suatu situasi. Proses belajar
menghasilkan hal atau gerakan baru dengan menekankan pada
kreativitas berdasarkan kemampuan yang telah berkembang pesat.

Ketiga aspek atau domain ini memiliki hubungan yang sangat erat
dan tidak dapat dipisahkan. Sebelum sampai kepada aspek psikomotorik,
terlebih dulu anak akan mengalami tahap kognitif dan afektif. Pada tahap
penerimaan, anak terlebih dulu perlu memiliki suatu perhatian untuk dapat
menerima materi yang diberikan. Dengan adanya perhatian, maka akan
mudah bagi anak untuk menerima pengetahuan tersebut dan seterusnya.
Dalam setiap aspek afektif, terbukti memiliki aspek kognitif
didalamnya untuk saling mendukung. Setelah anak melalui tahap kognitif
dan afektif, maka ia akan siap untuk melanjutkan kepada tahap
psikomotorik berdasarkan apa yang sudah dipelajarinya di kedua tahap
sebelumnya.

d. Kemampuan Mengolah Teknologi


Dari masa ke masa teknologi mengalami perubahan yang pesat, dengan
begitu kita harus bisa mengikuti perubahannya agar semakin handal dalam
mengolah teknologi. Misalnya dahulu orang bisa mengetahui berita melalui
Koran, tetapi sekarang berita bisa dengan mudah kita dapatkan di tayangan
televise atau di ponsel kita.
Kemampuan saya dalam mengolah teknologi Alhamdulillah bisa
mengikuti perubahan yang sangat pesat ini. Dari yang dulu hanya bisa sms dan
sekarang anyak aplikasi yang mendukung kita utuk melakukan percakapan.
Saya bisa mengoprasikan sosial media, aplikasi-aplikasi editing, aplikasi room
meet yang sekarang kerap kita pakai untuk belajar daring.
e. Kemampuan Mengatur Diri
Setiap orang pada umumnya memiliki kemampuan mengendalikan
perilaku diri sendiri. Anda telah mengatur kegiatan sehari-hari, misalnya
kapan harus memeriksa kesehatan secara rutin, berapa jam harus tidur, jam
berapa harus berangkat mengajar, kapan harus menyiapkan perangkat
pembelajaran, kapan melakukan evaluasi setiap mata pelajaran, kapan Anda
mengajukan kenaikan pangkat, Anda melaksanakan tugas sebagai guru secara
optimal, kapan melaksanakan penelitian dan tentunya masih banyak kegiatan
yang Anda atur baik yang yang bersifat rutin, maupun skala prioritas.
Perilaku-perilaku ini Anda kerjakan selain untuk melaksanakan kewajiban
sebagai guru, juga berdasarkan standar motivasi yang telah anda tetapkan
sendiri.
Kemampuan saya dalam mengatur diri semakin dewasa saya semakin
bisa mengendalikan. Dahulu ketika masih kecil harus diatur oleh orang tua
karna belum paham mana yang baik untuk kita dan mana yang buruk untuk
kita. Tetapi setelah remaja ini, saya mulai paham dan bisa mengatur diri saya
agar tidak melewati batas dan tetap menjadi diri yang baik.
Saya tipe orang yang harus terencana jika ingin melakukan sesuatu. Missal
dalam sehari besok apa saja yang ingin saya lakukan, jam berapa sampai jam
berapa saya melakukannya. Karna jika tidak terencana justru membuat saya
menjadi malas untuk melakukan aktifitas, dan tidak berjalan dengan lancer
semua aktifitas saya.

f. Adaptasi Dari Masa Ke Masa


Peralihan dari masa kanak kanak ke masa remaja membutuhkan
adaptasi. Karna dari masa kanak kanak ke masa remaja sangatlah berberbeda.
Contohnya, di masa kanak kanak adalah dunia bermain, sedangkan ketika
memasuki masa remaja kita sudah mulai di suguhkan konflik pribadi, konflik
dengan orang sekitar. Dan dengan konflik itu akan mendewasakan kita.
Dewasa dalam hal pikiran, perbuatan dan lain sebagainya.
Yang saya alami dalam peralihan masa kanak kanak menuju masa
remaja atau masa dewasa cukup berat. Karna peralihan masa tersebut saya
benar benar di suguhkan konflik. Tetapi dengan adanya konflik tersebut
melatih saya untuk berfikir dewasa, untuk pintar dalam mengambil tindakan.
Dan saya melewati itu semua yang baik.
g. Kemampuan Berislam
Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah swt adalah dia
dianugrahkan fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah dan
melakukan ajaran Nya. Dalam kata lain, manusia di karuniai insting religius.
Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo
Devinans” dan “Homo Religious”, yaitu makhluk yang bertuhan atau
beragama.
Manusia diciptakan dengan membawa dua potensi atas disposisi yang
sama sama berkembang. Dua potensi ini tercantum dalam Al-Qur`an surat
Asy-Syam ayat 8-10, yang artinya “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu `fujur` dan `taqwa`, sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikannya jiwanya itu dan merugilah orang yang mengotorinya”
Kemampuan saya berislam dari masa kanak kanak menuju masa
sekarang sangatlah baik dan bagus, dikarenakan lingkungan saya yang
mendukung. Saya dari keluarga yang paham agama, saya juga di sekolahkan
di sekolahan islam dari play group sampai saya kuliah sekarang ini. Banyak
sekali ilmu yang saya dapatkan dari dulu tentang berislam.
Sejak saya masih kecil sudah diajari membaca huruf hijaiyyah yang
benar, dan Alhamdulillah sekarang saya sedang belajar tahsin agar bacaan Al-
qur`an saya sesuai dengan hukum bacaannya dan tidak megubah arti. Dari
dulu saya masih kecil juga diajarkan menghafal asmaul husna, dan pernah
suatu saat saya melafalkan hafalan asmaul hsna saya dudepan polisi, dan polisi
itu takjub kepada saya karna usia saya yang masih 3 tahun. Dan untuk
sekarang Alhamdulillah saya sudah menghafal 7 juz al-qur`an.
Kemampuan saya berislam semakin bertambahnya usia juga semakin
bagus dan baik. Tetapi semakin saya paham agama, semakin saya di
bingungkan dengan berbagai pendapat. Tetapi itu tidak menghambat saya
untuk terus belajar sejarah islam, sejarah bagaimana perintah itu di turunkan,
lalu apakah ini boleh atau tidak.
h. Mengelola Masa Depan
Kemampuan berpikir atau mengolah simbol dapat dimanfaatkan untuk
merencanakan masa depan. Anda dapat menduga bagaimana orang lain akan
bereaksi terhadap Anda berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai,
merencanakan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan
tersebut. Kondisi inilah yang disebut berpikir ke depan, dan cenderung
tindaakan diawali oleh pikiran.
Seperti yang sudah saya sampaikan tadi bahwa saya adalah tipe orang
yang terencana. Saya sangat suka merencanakan apa yang akan saya lakukan
esok hari, bahkan apa yang ingin saya lakukan di masa depan, apa yang ingin
saya capai. Tetapi dalam proses mencapai rencana tersebut tidak selalu
berjalan mulus. Bahkan seringnya saya banyak disughkan krikil krikil bahkan
batu besar dalam mencapainya. Dan ada beberapa yang sampai sekarang
masih belum terealisasikan

2. Menurut Fathurrahman Hasan Yudhanegara


a. Kognitif
Perkembangan kogintif adalah tahapan-tahapan perubahan yang terjadi
dalam rentang kehidupan manusia untuk memahami, mengolah informasi,
memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu. Sebagian besar psikolog
terutama kognitivis berkeyainan bahwa proses perkembangan kognitif
manusia berlangsung sejak ia baru lahir.
Jean Piaget mengemukakan bahwa sejak usia balita, seseorang telah
memiliki kemampuan tertentu untuk mengahadapi objek-objek yang ada di
sekitarnya. Kemampuan ini masih sangat sederhana, yakni dalam bentuk
kemampuan sensor motorik.
Dalam memahami dunia, anak-anak secara aktif menggunakan skema,
asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrasi. Dengan kemampuan inilah
anak-anak akan mengeksplorasi lingkungannya dan menjadikannya dasar bagi
pengetahuan tentang dunia yang akan dia peroleh kemudian, serta akan
berubah menjadi kemampuankemampuan yang lebih maju dan rumit. Jean
Piaget menyebut kemampuan-kemampuan ini dengan skema.
Asimilasi dan akomodasi adalah dua bentuk adaptasi. Asimilasi
merupakan penyesuain objek baru terhadap skema yang lain. Akomodasi
adalah penyesuaian skema lama terhadap objek baru. Contoh, seorang anak
mengetahui cara memegang mainannya dan memasukannya ke mulut. Maka
dengan mudah skema tersebut akan diterapkan kepada objek yang lain –
misal : sendok-. Peristiwa tersebut dinamakan dengan asimilasi. Lalu ketika
anak tersbut menemukan benda lain yang memiliki ukuran yang jauh berbeda
dengan mainanya, misal sebuah bola, anak tersebut akan tetap menerapkan
skema sebelumnya yakni mengambil bola dan memasukannya ke mulut.
Namun tentu saja skema tersebut tidak akan berhasil karena ukuran bola yang
besar, maka nanti skema pun akan menyesuaikan dengan objek baru tersebut.
peristiwa tersebut dinamakan dengan akomodasi.
Asimilasi dan akomodasi ini bekerja untuk menyeimbangkan struktur
pikiran dengan lingkungan, dan menciptakan porsi yang setara diantara
keduanya. Ketika keseimbangan ini terjadi, maka tercapailah suatau keadaan
ideal (equiblirium).
b. Tahap-tahap perkembangan kognitif
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahap.
Masing-masing tahapan berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikir
yang berbeda-beda. Tahap-tahap tersebut diantaranya tahap sensorik motorik,
tahap pra-operasional, tahap operasional konkrit dan tahap operasional formal.
1. Tahap senorik motoric, tahap ini berlangsung sejak kelahiran sampai
sekitar usia dua tahun. Pada tahap ini bayi menyususn pemahaman dunia
dengan mengkoordinasikan pengalaman indra (sensory) dengan gerakan
motor (otot).
2. Tahap pra-operasional, tahap ini berlangsung mulai usia 2 tahun sampai 7
tahun. Tahap ini merupakan tahap oemikiran yang lebih simbolis, tetapi
tidak meilabatkan pemikiran operasional. Tahap ini bersifat egosentris dan
intuitis. Pemikiran pra-operasional terdiri dari dua sub-tahp,yaitu tahap
fungsi simbolis dan tahap pemikiran inyuitif. Sub-tahap fungsi simbolis
terjadi di usia dua sampai empat tahun. Dalam sub tahap ini, anak kecil
secara mental mulai mempresentasikan objek yang tidak hadir. Ini
memperluas dunia mental anak hingga mencakup dimensi-dimensi baru.
Perkembangan bahasa yang mulai berkembang dan kemunculan sikap
bermain adalah contoh dari peningkatan pemikiran fungsi simbolis.
Pada tahap ini mengandung 2 keterbatasan, yakni egosntrisme dan
animism. Egosentrisme merupakan ketidak mampuan untuk membedakan
antara perspektif milik sendiri dengan prespektif orang lain. Dan animisme
merupakan kepercayaan bahwa obejk tidak bernyawa punya kualitas
“kehidupan” dan bisa bergerak.
Subtahap pemikiran intuitif merupakan subtahap kedua yang dimulai
pada usia empat tahun sampai tujuh tahun. Pada tahap ini anak mulai
menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua
pertanyaan.
3. Tahap operasinal konkrit. Tahap ini dimulai dari umur tujuh tahun sampai
sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan
operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya
dalam situasi konkret. Kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu
sudah ada, tetapi masih belum bisa memecahkan problem-problem yang
bersifat abstrak. Operasi konkret adalah tindakan mental yang bisa
dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata. Operasi konkret
membuat anak bisa mengoordinasikan beberapa karakteristik, jadi bukan
hanya fokus pada satu kualitas objek. Pada level opersional konkret, anak-
anak secara mental bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya
mereka bisa lakukan secara fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi
konkret ini. Yang penting dalam kemampuan tahap operasional konkret
adalah pengklasifikasian atau membagi sesuatu menjadi sub yang berbeda-
beda dan memahami hubungnnya.
Tahap ini dimulai dengan tahap progressive decentring di usia tujuh
tahun. Sebagian besar anak telah memiliki kemampuan untuk
mempertahankan ingatan tentang ukuran, panjang atau jumlah benda cair.
Maksud ingatan yang dipertahankan di sini adalah gagasan bahwa satu
kuantitas akan tetap sama walaupun penampakan luarnya terlihat berubah.
Di usia 7 atau 8 tahun, seorang anak akan mengembangkan
kemampuan mempertahankan ingatan terhadap substansi. Dan di usia 9
atau 10 tahun, kemampuan terakhir dalam mempertahankan ingatan mulai
diasah, yakni ingatan tentang ruang. Dalam tahap ini juga seorang anak
belajar melakukan pemilahan (classification) dan pengurutan (seriation).
4. Tahap operasional formal. Tahap ini dimulai pada usia sebelas sampai
lima belas tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai memikirkan
pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis dan
logis. Kualitas abstrak dari pemikiran operasional formal tampak jelas
dalam pemecahan problem verbal. Selain memiliki kemampuan abstraksi,
pemikir operasional formal juga memiliki kemampuan untuk melakukan
idealisasi dan membayangkan kemungkinan-kemungkinan. Pada tahap ini,
anak mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal yang
mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. Konsep
operasional formal juga menyatakan bahwa anak dapat mengembangkan
hipotesis deduktif tentang cara untuk memecahkan problem dan mencapai
kesimpulan secara sistematis.
c. Afektif
Afektif berhubungan dengan emosi seperti perasaan, nilai, apresiasi,
motivasi dan sikap. Terdapat lima kategori utama afektif dari yang paling
sederhana sampai kompleks yaitu: penerimaan, tanggapan, penghargaan,
pengorganisasian, dan karakterisasi berdasarkan nilai-nilai atau internalisasi
nilai. Receiving (penerimaan) adalah kesediaan untuk menyadari adanya suatu
fenomena di lingkungannya. Contohnya mendengarkan orang lain dengan
seksama, mendengarkan dan mengingat nama seseorang yang baru
dikenalnya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya. Tugas pendidik adalah
mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek
pembelajaran afektif. Indikatornya adalah peserta didik: bertanya, memilih,
mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan,
menyebutkan, menunjukkan, menyeleksi, mengulangi, menggunakan.
1. Responding (tanggapan) adalah memberikan reaksi terhadap fenomena
yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan
dalam memberikan tanggapan. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja
memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil
pembelajaran pada ranah ini adalah menekankan pada pemerolehan
respon, berkeinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi
respon. Contohnya berpartisipasi di kelas, bertanya tentang konsep, model
dan sebagainya agar memperoleh pemahaman, dan menerapkannya.
2. Valuing (penghargaan) berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan
pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Contohnya peka terhadap
perbedaan individu dan budaya, menunjukkan kemampuan memecahkan
masalah, mempunyai komitmen. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
3. Organization (pengorganisasian) berkaitan dengan memadukan nilai-nilai
yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu sistem nilai
yang konsisten. Contohnya mengakui adanya kebutuhan keseimbangan
antara kebebasan dan tanggungjawab, menyelaraskan antara kebutuhan
organisasi, keluarga dan diri sendiri.
4. Characterization by a Value or Value Complex (karakterisasi berdasarkan
nilai-nilai) berhubungan dengan memiliki sistem nilai yang mengendalikan
tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Contohnya
menunjukkan kemandiriannya saat bekerja sendiri, kooperatif dalam
kegiatan kelompok, objektif dalam memecahkan masalah, 76 menghargai
orang berdasarkan yang mereka katakan bukan siapa mereka.
d. Psikomotorik
Menurut Mardapi (2003: 143), keterampilan psikomotor ada enam tahap,
yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik,
gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah
respons motorik atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir.
Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek
yang khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif
dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk
mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang
memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi
nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
gerakan.
e. Kemampua mengolah teknologi
Seiring berkembangnya teknologi, banyak sekali pembaharuan-
pembaharuan dalam bidang teknologi yeng terjadi dengan sangat pesat.
Menuntut masyarakat untuk bergerak lebih cepat mengikuti arus
perkembangan teknologi, terutama mereka yang masih dalam usia produktif.
Mereka dituntut untuk berinovatif dan memanfaatkan perkembangan
teknologi.
Alhamdulillah, saya pribadi sedang berusaha untuk mengikuti arus
perkembangan teknologi saat ini. Meskipun masih banyak sekali yang perlu
dipelajari sampai saat ini belum ada kendala signifikan yang terjadi.
f. Kemampuan mengatur diri
Pengendalian diri adalah pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan
perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk
dirinya sendiri. Pengertian yang di maksud menekankan pada kemampuan
dalam mengelolah yang perlu di berikan sebagai bekal untuk membentuk pola
prilaku pada individu yang mencakup dari keseluruhan proses yang
membentuk dalam diri individu ynag berupa pengaturan fisik, psikologis, dan
perilaku.
Pengendalian diri merupakan kemampuan individu untuk menentukan
perilakunya berdasarkan standar tertentu seperti moral, nilai dan aturan
dimasyarakat agar mengarah pada perilaku positif. Dapat diartikan bahwa
seseorang secara mandiri mampu memunculkan perilaku positif. Kemampuan
pengendalian diri yang terdapat pada seseorang memerlukan peranan penting
interaksi dengan orang lain dan lingkungannya agar membentuk pengendalian
diri yang matang, hal tersebut dibutuhkan karena ketika seseorang diharuskan
untuk memunculkan perilaku baru dan mempelajari perilaku tersebut dengan
baik.
Pengendalian diri juga merupakan kemampuan untuk menyusun,
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
membawa ke arah konsekuensi positif serta merupakan salah satu potensi yang
dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses proses dalam
kehidupan, termasuk dalam mengahadapi kondisi yang terdapat dilingkungan
sekitarnya.
Saya Alhamdulillah dan insyaallah memiliki pengendalian diri yang cukup
baik. Dapat mengtrol perilaku dan menyesuaikannya tergantung situasi dan
kondisi. Berusaha menjalankan kegiatan yang sudah direncanakan meskipun
terkadang lalai dalam mengerjakannya. Saya pribadi tidak terlalu menyukai
hal yang bersifat sanagt mendadak –misal ada pekerjaan yang diberikan di luar
jam kerja dan harus dikerjakan pada saat itu juga-. Namun saat ini saya sedang
mulai belajar untuk lebih flesibel dalam beberapa hal karena terkadang semua
tidak berjalan persis dengan apa yang kita rencanakan.
g. Adaptasi dari masa ke masa
Dimulai sejak lahir pada tahun 2001 sampai sekarang tahun 2022
merupakan bukan waktu yang sebentar, banyak sekalai perubahan, peristiwa
dan keadaan yang terus berubah dan menuntut diri untuk terus melangkah
kedepan. Saya pribadi bukan pribadi yang mudah beradaptasi, saya perlu
waktu untuk dapat menyesuaikan diri terhadap baru.
h. Kemampuan berislam
Ajaran islam sudah diajarkan pada diri saya sejak sekitar umur 5 tahun,
bersekolah pun di sekolah yang berbasis islam dari mulai SDIT-MTs-MA.
Saya aktif mengikuti TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) selama duduk di
bangku SD. MTs dan MA saya di salah satu pondok pesantren
Muhammadiyah di kabupaten Tasikmalaya.
Namun selama berkecimpung dilingkungan yang kental dengan agama,
saya rasa kemampuan saya berislam masih lah sangat rendah dibandingkan
dengan apa yang sudah saya pelajari. Banyak sekali yang saya belum
praktekkan dalam kehidupan seharai-hari terutama dalam bermuamalah.
Ditambah saya pribadi bukan orang yang pandai pelajaran agama.
i. Mengelola masa depan
Masa depan tentu harus direncanakan dari sekarang. Saya sendiri sudah
merencakan apa yang ingin saya lakukan dan capai kedepannya. Saya sendiri
terkadang merencanakan plan B jika rencana utama tidak berjalan seusuai
dengna apa yang diharapkan.

3. Menurut Usamah A. Robbani


a. Taksonomi Bloom Ranah Kognitif
Taksonomi bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam kategori,
dari yang sederhana (mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks
(mengevaluasi). Ranah kognitif terdiri atas (berturut-turut dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks), ialah :
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat
kembali hal-hal yang spesifik dan universal, mengingat kembali
metode dan proses, atau mengingat kembali pola, struktur atau setting.
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) pengetahuan
tentang hal-hal pokok; (2) pengetahuan tentang cara memperlakukan
hal-hal pokok; dan (3) pengetahuan tentang hal yang umum dan
abstraksi. Pengetahuan tentang hal-hal pokok yaitu mengingat kembali
hal-hal yang spesifik, penekanannya pada simbol-simbol dari acuan
yang konkret. Pengetahuan tentang hal-hal pokok dibagi menjadi dua
yakni: (1) pengetahuan tentang terminologi; dan (2) pengetahuan
mengenai fakta-fakta khusus. Pengetahuan tentang terminologi yaitu
pengetahuan tentang acuan simbol yang diterima banyak orang,
misalnya kata-kata umum beserta makna-maknanya yang lazim.
Pengetahuan tentang fakta yang spesifik yaitu pengetahuan tentang
tanggal, peristiwa, orang, tempat.
b. Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman bersangkutan dengan inti dari sesuatu, ialah suatu bentuk
pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang mengetahui
apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat menggunakan bahan atau
ide yang sedang dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkannya
dengan bahan lain. Pemahaman dibedakan menjadi tiga, yakni: (1)
penerjemahan (translasi) yaitu kemampuan untuk memahami suatu ide
yang dinyatakan dengan cara lain dari pada pernyataan asli yang
dikenal sebelumnya; (2) penafsiran (interpretasi) yaitu penjelasan atau
rangkuman atas suatu komunikasi, misalnya menafsirkan berbagai data
sosial yang direkam, diubah, atau disusun dalam bentuk lain seperti
grafik, tabel, diagram; dan (3) ekstrapolasi yaitu meluaskan
kecenderungan melampaui datanya untuk mengetahui implikasi,
konsekuensi, akibat, pengaruh sesuai dengan kondisi suatu fenomena
pada awalnya, misalnya membuat pernyataan-pernyataan yang
eksplisit untuk menyikapi kesimpulan-kesimpulan dalam suatu karya
sastra.
c. Penerapan (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, prinsip di dalam berbagai
situasi. Sebagai contoh: agar teh dalam gelas cepat mendingin, maka
tutup gelas harus dibuka (bidang fisika), orang perlu menyirami
tanaman agar tidak layu (bidang biologi); dan jari yang terlukai harus
diberi obat merah (bidang kesehatan).
d. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai pemecahan atau pemisahan suatu
komunikasi (peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya,
sehingga ide (pengertian, konsep) itu relatif menjadi lebih jelas
dan/atau hubungan antar ide-ide lebih eksplisit. Analisis merupakan
memecahkan suatu isi komunikasi menjadi elemen-elemen sehingga
hierarki ide-idenya menjadi jelas. Kategori analisis dibedakan menjadi
tiga, yakni: (1) analisis elemen yaitu analisis elemen-elemen dari suatu
komunikasi; (2) analisis hubungan yaitu analisis koneksi dan interaksi
antara elemen-elemen dan bagian-bagian dari suatu komunikasi; dan
(3) analisis prinsip pengorganisasian yaitu analisis susunan dan
struktur yang membentuk suatu komunikasi.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk
membentuk suatu kesatuan. Sintesis bersangkutan dengan penyusunan
bagian-bagian atau unsur-unsur sehingga membentuk suatu
keseluruhan atau kesatuan yang sebelumnya tidak tampak jelas.
Kategori sintesis dibedakan menjadi tiga yakni: (1) penciptaan
komunikasi yang unik, yaitu penciptaan komunikasi yang di dalamnya
penulis atau pembicara berusaha mengemukakan ide, perasaan, dan
pengalaman kepada orang lain; (2) penciptaan rencana yaitu
penciptaan rencanakerja atau proposal operasi; dan (3) penciptaan
rangkaian hubungan abstrak yaitu membuat rangkaian hubungan
abstrak untuk mengklasifikasikan data tertentu.

f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah menentukan nilai materi dan metode untuk tujuan
tertentu.Evaluasi bersangkutan dengan penentuan secara kuantitatif
atau kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk sesuatu maksud
dengan memenuhi tolok ukur tertentu. Kategori evaluasi dibedakan
menjadi dua, yakni: (1) evaluasi berdasarkan bukti internal yaitu
evaluasi terhadap ketetapan komunikasi berdasarkan logika,
konsistensi, dan kriteria-kriteria internal lain misalnya, menunjukkan
kesalahan-kesalahan logika dalam suatu argumen; dan (2) evaluasi
berdasarkan bukti eksternal yaitu evaluasi terhadap materi berdasarkan
kriteria yang ditetapkan atau diingat, misalnya membandingkan teori-
teori, generalisasi-generalisasi, dan fakta-fakta pokok tentang
kebudayaan tertentu.
b. Konsep Afektif
Afektif berhubungan dengan emosi seperti perasaan, nilai, apresiasi,
motivasi dan sikap. Terdapat lima kategori utama afektif dari yang paling
sederhana sampai kompleks yaitu: penerimaan, tanggapan, penghargaan,
pengorganisasian, dan karakterisasi berdasarkan nilai-nilai atau internalisasi
nilai.
a. Receiving (penerimaan) adalah kesediaan untuk menyadari adanya suatu
fenomena di lingkungannya. Contohnya mendengarkan orang lain dengan
seksama, mendengarkan dan mengingat nama seseorang yang baru
dikenalnya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya. Tugas pendidik adalah
mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek
pembelajaran afektif. Indikatornya adalah peserta didik: bertanya,
memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan,
menyebutkan, menunjukkan, menyeleksi, mengulangi, menggunakan.
b. Responding (tanggapan) adalah memberikan reaksi terhadap fenomena
yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan
dalam memberikan tanggapan. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja
memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil
pembelajaran pada ranah ini adalah menekankan pada pemerolehan
respon, berkeinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi
respon. Contohnya berpartisipasi di kelas, bertanya tentang konsep, model
dan sebagainya agar memperoleh pemahaman, dan menerapkannya.
Indikatornya adalah peserta didik: menjawab, membantu, mendiskusikan,
menghormati, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal,
melaporkan, memilih, menceritakan, menulis. Tingkat yang tinggi pada
kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian
hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misal kesenangan membaca
buku Akuntansi. Tugas pendidik dalam hal ini adalah berupaya agar
peserta didik senang dalam mempelajari Akuntansi
c. Valuing (penghargaan) berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan
pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Contohnya peka terhadap
perbedaan individu dan budaya, menunjukkan kemampuan memecahkan
masalah, mempunyai komitmen. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Indikatornya adalah peserta didik: melengkapi, menggambarkan,
membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang,
menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja,
mengambil bagian, mempelajari. Dalam tujuan pembelajaran penilaian ini
diklasifikasikan sebagai sikap.
d. Organization (pengorganisasian) berkaitan dengan memadukan nilai-nilai
yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu sistem nilai
yang konsisten. Contohnya mengakui adanya kebutuhan keseimbangan
antara kebebasan dan tanggungjawab, menyelaraskan antara kebutuhan
organisasi, keluarga dan diri sendiri. Indikatornya adalah peserta didik:
mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi,
mempertahankan, menerangkan, merumuskan, menggeneralisasikan,
mengidentifikasikan, mengintegrasikan, memodifikasikan, mengorganisir,
menyiapkan, menghubungkan, mengsintesiskan.
e. Characterization by a Value or Value Complex (karakterisasi berdasarkan
nilai-nilai) berhubungan dengan memiliki sistem nilai yang mengendalikan
tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Contohnya
menunjukkan kemandiriannya saat bekerja sendiri, kooperatif dalam
kegiatan kelompok, objektif dalam memecahkan masalah, 76 menghargai
orang berdasarkan yang mereka katakan bukan siapa mereka. Indikatornya
adalah peserta didik: membedakan menerapkan, mengusulkan,
memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan,
mempertunjukkan, menanyakan, memecahkan, menggunakan.
c. Psikomotorik
Ranah Psikomotor (psychomotoric domain). Ranah psikomotor
kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor dengan pendidkan fisik
dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan dan
pengolahan kata juga membutuhkan gerakan. Kawasan psikomotor yaitu
kawasan yang 15 berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani. Rician
dalam ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, namun oleh ahli lain yang
berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:
1. Persepsi (perception) Kemampuan untuk menggunakan isyarat-
isyarat sensoris dalam memandu aktivitas motrik. Penggunaan alat
indera sebagai rangsangan untuk menyeleksi isyarat menuju
terjemahan. Misalnya, pemilihan warna.
2. Kesiapan (set) Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
memulai suatu gerakan. Kesiapan fisik, mental, dan emosional
untuk melakukan gerakan. Misalnya, posisi start lomba lari.
3. Gerakan terbimbing (guided response) Kemampuan
untukmelakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang
diberikan. Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang
kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba- coba.
Misalnya, membuat lingkaran di atas pola.
4. Gerakan yang terbiasa (mechanical response) Kemampuan
melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh yang
diberikan karena sudah dilatih secukupnya. Membiasakan gerakan-
gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan
dan cakap. Misalnya, melakukan lompat tinggi dengan tepat.
5. Gerakan yang kompleks (complex response) Kemampuan
melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak
tahap dengan lancar, tepat dan efisien. Gerakan motoris yang
terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang
kompleks. Misalnya, bongkar pasang peralatan dengan tepat. 16
6. Penyesuaian pola gerakan (adjusment) Kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan
persyaratan khusus yang berlaku. Keterampilan yang sudah
berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Misalnya, keterampilan bertanding.
7. Kreativitas (creativity) Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan
baru atas dasar prakarsa atau inisiatif sendiri. Misalnya,
kemampuannya membuat kreasi tari baru
d. Kemampuan mengolah teknologi
Teknologi adalah sebuah pengetahuan yang ditujukan untuk
menciptakan alat, tindakan pengolahan dan ekstraksi benda. Istilah "teknologi"
telah dikenal secara luas dan setiap orang memiliki cara mereka sendiri
memahami pengertian teknologi. Teknologi digunakan untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan dalam kehidupan kita sehari-hari, secara singkat; kita
bisa menggambarkan teknologi sebagai produk, proses, atau organisasi. Selain
itu, teknologi digunakan untuk memperluas kemampuan kita, dan yang
membuat orang-orang sebagai bagian paling penting dari setiap sistem
teknologi.
Saya dalam mengolah teknologi Alhamdulillah bisa mengikuti
perubahan hingga saat ini, berawal dari surat menyurat yang membutuhkan
waktu berhari-hari untuk sampai ke penerima hingga surat digital yang hanya
butuh beberapa detik bisa di terima.
e. Kemampuan mengatur diri
Regulasi diri merupakan kemampuan mengatur tingkah laku dan
menjalankan tingkah laku tersebut sebagai strategi yang berpengaruh terhadap
performansi seseorang mencapai tujuan atau prestasi sebagai bukti
peningkatan (Bandura, 1986). Zimmerman (1989) menyatakan bahwa regulasi
diri berkaitan dengan pembangkitan diri baik pemikiran, perasaan dan
tindakan yang di rencanakan serta adanya timbal balik yang disesuaikan pada
pencapaian tujuan personal.
Saya Alhamdulillah memiliki pengendalian diri yang cukup baik.
Dapat mengontrol emosi, perilaku dan menyesuaikannya tergantung situasi
dan kondisi. Berusaha menerima apa yang telah di tetapkan Allah SWT dan
mengambil hikmah dari setiap kejadiannya. Dan saya selalu belajar untuk
mengembangkan diri agar lebih baik kedepannya.
f. Adaptasi dari masa ke masa
Sejak lahir pada tahun 2000 hingga tahun 2022 ini merupakan bukan
waktu yang sebentar, banyak sekali perubahan, peristiwa dan berbagai hal
yang terus berubah dan harus berubah, dan saya harus siap untuk terus
melangkah ke depan tanpa perlu melihat apa yang sudah terjadi di masa lalu.
Saya pribadi bukan pribadi yang mudah beradaptasi, namun saya bisa
menyesuaikan dengan kondisi dan situasi atas apa yang terjadi saat itu juga
walaupun perlu waktu untuk dapat menyesuaikan diri terhadap hal-hal baru.
g. Kemampuan berislam
Ajaran Islam sudah diajarkan pada diri saya sejak kecil, bersekolah di
sekolah yang berbasis Islam mulai dari SDIT, saya pun melanjutkan
pendidikan saya di pondok pesantren selama 6 tahun lama nya, sebuah pondok
pesantren sederhana namun indah karena berada di kaki gunung ciremai, Jawa
Barat. Namun selama berkecimpung di lingkungan yang kental dengan agama,
saya masih merasa kemampuan saya berislam masihlah sangat jauh dari kata
sempurna di bandingkan dengan apa yang sudah saya pelajari. Banyak hal-hal
yang belum saya praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
h. Mengelola masa depan
Masa depan adalah hal yang harus di siapkan dari jauh-jauh waktu.
Saya adalah orang yang terencana, yaitu melakukan sesuatu dengan rencana
yang sudah di buat dari jauh-jauh hari. Contoh kecilnya ialah saya selalu
merencanakan sesuatu dari bangun tidur hingga tidur kembali. Namun tak
luput dari kesalahan, saya sendiri selalu membuat plan cadangan agar apa
yang saya rencanakan tidak gagal walaupun terkadang saya harus menerima
risiko tersebut.

KESIMPULAN
Setiap manusia berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan dangan tugas yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing individu. Usia sering kali menjadi patokan dalam
menentukan keberhasilan beserta tingkat perkembangan manusia. Tahapan perkembangan
manusia memiliki keterkaitan yang sangat dekat dengan tugas perkembangan. Tahapan
perkembangan manusia memiliki berbagai tingkatan yang dimulai saat manusia tersebut lahir
hingga manusia tersebut tiada. Setiap ahli memiliki beberapa macam tahapan perkembangan
manusia tergantung pada aspek masing-masing tahapan perkembang, yaitu aspek kognitif,
afektif dan perilaku.

Dalam perkembangan manusia secara menurut psikologis ada beberapa aspek yang
dapat menjadi dasar penilaian sejauh mana manusia sudah berkembang, diantaranya ada
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Yang dimana pada aspek-aspek akan sejauh mana
telah berkembang dan tumbuh. Mulai dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua, ada
banyak sekali proses perkembangan yang akan dilewati semasa hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Agustriyana, N. A. (2017). "FULLY HUMAN BEING PADA REMAJA SEBAGAI
PENCAPAIAN PERKEMBANGAN IDENTITAS." . JBKI (Jurnal Bimbingan
Konseling Indonesia) , 2(1):9.

Bandura, A. (1986). Social Foundation of Thought and Action: a Social Cognitive Theory.
New Jersey: Prentice_Hall, Inc.

Bloom, B. E. (1956). The Taxonomy of Education Objectives The classification of


Educational Goals, Handbook I: Cognitive Domain. New York: David McKay.

Habiw, S. (t.thn.). ASPEK PENGEMBANGAN PESERTA DIDIK (KOGNITIF, AFEKTIF,


PSIKOMOTORIK).

http://abazariant.blogspot.com/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html.
(t.thn.).

https://bukuanakcerdas.org/2016/02/19/apa-itu-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/. (t.thn.).

https://dosenpsikologi.com/kognitif-afektif-dan-psikomotorik. (t.thn.).

https://text-id.123dok.com/document/8ydmmo0ly-kemampuan-mengatur-diri-sendiri-
kemampuan-untuk-berefleksi-rangkuman.html. (t.thn.).

Mu'min, S. A. (2013). "TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET". 6(1):11.

Nur, N. (2017). Pertumbuhan dan Perkembangan Dalam Psikologi Perkembangan.


Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Nurwati, A. (2014). "PENILAIAN RANAH PSIKOMOTORIK SISWA DALAM
PELAJARAN BAHASA". Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 9(2).

Sukanti. (2011). PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI .


Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX No. 1 , 74-82.

Sukanti, S. (2011). "PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI.".


Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia , 9(1).

Yusuf, S. (t.thn.). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Cet.10. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Zimmerman, b. (1989). models of self-regulated learning and academic achievement.

Anda mungkin juga menyukai