Disusun Oleh:
Usamah A. Robbani 20180710138
Fathurrahman Hasan Yudhanegara 20200710056
Ihda A’yunil Azaria 20200710021
Perkembangan merupakan hal yang sudah pasti bagi manusia. Selama proses
perkembangan ini tentulah banyak sekali hal-hal yang patut digaris bahawa, terutama
perkembangan diri sendiri. Banyak sekali aspek yang perlu dipahami mengenai
perkembangan manusia, mulai dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek-aspek
perlulah dilihat agar dapat mengetahui sejauh mana sebuayh pribadi sudah berkembang, baik
psikis maupun fisik. Selain secara psikis dan fisik, intelegensi perlu dipantau demi
mengetahui sejauh ilmu yang dapatkan, sejauh mana kita dapat beradaptasi dengan zaman
yang berkembang dengan sangat pesat. Pada makalah ini penulis selain berbagai pengetahuan
mengenai beberapa aspek perkembangan manusia. Penulis juga berbagi sedikit dari hasil
sejauh mana penulis berkembang setelah sekian banyak masa yang telah dilewati. Diharapkan
dengan mengetahui sejauh mana perkembangan yang sudah dialami dapat menjadi pendorong
semangat untuk semakin berkembang di waktu yang akan datang.
A. PENDAHULUAN
Setiap manusia berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan dangan tugas yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing individu. Usia sering kali menjadi patokan dalam
menentukan keberhasilan beserta tingkat perkembangan manusia. Tahapan perkembangan
manusia memiliki keterkaitan yang sangat dekat dengan tugas perkembangan. Tahapan
perkembangan manusia memiliki berbagai tingkatan yang dimulai saat manusia tersebut lahir
hingga manusia tersebut tiada. Setiap ahli memiliki beberapa macam tahapan perkembangan
manusia tergantung pada aspek masing-masing tahapan perkembang, yaitu aspek kognitif,
afektif dan perilaku.
Selain bergantung pada aspek yang telah disebutkan, masih banyak faktor yang dapat
mempengaruhi perekembangan manusia, seperti lingkungan, pendidikan yang diterima,
bagaimana orang tua mendidik anak, asupan gizi dan yang lainnya. Hal tersebut dapat
mempengaruhi perekmbanga manusia, apa dapat berkembangan sebagaimana mestinya, apa
ada hambatan dalam perkembangannya dan mungkin juga tidak ada perkembangan sama
sekali.
Maka hal ini merupakan sebuah hal yang penting dimana perkembangan seorang
manusia perlulah diperhatikan agar dapat berkembang sebagaimana mestinya. Mungkin bagi
mereka yang masih dalam masa kanak-kanak dan remaja perlu pengawasan khusus dari para
orang tua untuk membimbing, mendidik dan memberikan segala kebutuhan agar mereka
dapat berkembang secara optimal.
Bagi mereka yang sudah masuk masa dewasa diharapkan dapat menilai sendiri sejauh
mana diri sudah berkembang setelah sekian lama proses sudah dilewati. Hal ini dapat menjadi
tolak ukur intropeksi diri, apakah sudah berkembang sesuai dengan apa yang ditergetkan.
Karena bagi mereka yang dewasa pun berkembang merupakan sebuah keharusan, dimana
zaman yang teknologi semakin canggih menuntut manusia untuk terus berinovasi, belajar dan
menyesuaikan diri dengan semakin majunya zaman.
B. PEMBAHASAN
1. Menurut Ihda A’yunil Azaria
a. Definisi dan Karakteristik Pertumbuhan Manusia
Pertumbuhan memiliki kata asal “tumbuh”. Dalam KBBI sendiri, tumbuh
memiliki arti timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna. Sehingga
secara istilah, pertumbuhan memiliki pengertian perubahan secara kuantitatif
pada fisik manusia karena beberapa faktor (faktor internal dan
eksternal).Perubahan kuantitaif sendiri dapat di ukur atau dinyatakan dalam
satuan serta dapat diamati secara jelas. Misalnya berupa pertambahan,
pembesaran,perubahan ukuran dan bentuk, hal yang tidak ada menjadi ada,
kecil menjadi besar, sedikit menjadi banyak, pendek menjadi tinggi, serta
kurus menjadi gemuk.
Telah disebutkan diatas, bahwa faktor pertumbuhan ada dua yakni faktor
internal meliputi gen, sel, atom, kromosom atau gizi. Kemudia yang kedua
adalah faktor ekseternal meliputi lingkungan sekitar baik pola hidup maupun
olahraga. Kedua faktir tersebut sama-sama berpengaruh dalam proses
pertumbuhan seseorang. Ketika yang optimal hanya salah satu faktor, maka
hasil pertumbuhan akan kurang maksimal. Sedangkan ketika kedua faktor
tersebut dapat berjalan beriringan dan maksimal, maka pertumbuhan
seseorang juga akan berjalan maksimal.
Karakteristik pertumbuhan adalah adanya perubahan secara kuantitas yang
meliputi jumlah, ukuran, bentuk, luas, tinggi serta berat pada fisisk seseorang
anak. Selain itu, setiap anak telah mengalami pertumbuhan sejak bertemunya
se telur dengan sel ovum dalam kandungan ibu sampai batas usia tertentu,
secara berangsur-angsur. Setiap anak mengalami fase-fase pertumbuhan yang
berbeda tetapi perbedaan tersebut tidak terlalu mencolok ketika sang anak
masuk kategori “normal” atau tidak berkebutuhan khusus terkait gen atau sel.
Perubahan pada pertumbuhan dapat diamati atau dianalisis menggunakan alat
ukur (timbangan untuk berat badan, alat ukur tinggi badan untuk mengetahui
perubahan tinggi badan) serta dapat dinyatakan dalam bentuk huruf atau
satuan.
b. Definisi dan Karakteristik Perkembangan Manusia
Perkembangan tentu memiliki perbedaan dengan peertumbuhan. Ketika
pertumbuhan identik dengan perubahan secara kuantitatif, maka
perkembangan sendiri identik dengan perubahan secara kualitatif. Berdasarkan
KBBI, perkembangan memiliki arti perihal berkembang. Kemudian arti
bekembang sendiri berdasarkan KBBI ialah pertambah, memekar atau
membentang.
Dengan demikian dalam ilmu psikologi, perkembangan memiliki arti
perubahan secara kualitatif pada ranah jasmani dan rohani manusia yang
saling berkesinambungan menuju ke arah yang lebih baik atau ke arah yang
sempurna. Yang dimaksud perubahan fisik pada perkembangan manusia ialah
mengacu pada optimaliasasi fungsi-fungsi organ jasmaniah manusia, bukan
pada pertumbuhan jasmaniah itu sendiri. Sehingga dari sini dapat terlihat
bahwa pertumbuhan dan perkembangan adalah sesuatu yang berbeda tetapi
saling berkesinambungan atau berhubungan.
Karakteristik dari perkembangan ialah meliputi perubahan fungsi-fungsi
organ fisik, fungsi psikologis atau kepribadian, menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar, perkembangan bahasa, perkembangan pemikiran dan
perkembangan sosioemosi. Perkembangan memiliki 2 faktor yang
mempengaruhi, yakni fator internal yang terdiri dari usia dan bakat atau
kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemudian ada faktor eksternal yang
terdiri dari tentang proses pematangan (khususnya pematangan kognitif),
proses belajar seseorang dalam kehidupan (pengalaman), serta lingkungan
sekitar.
Proses belajar seseorang dalam kehidupan serta lingkungan adalah salah
satu faktor terpenting dalam perkembangan, karena dengan belajar atau
aktivitas di dalam kehidupan seseorang pasti menemukan sebuah masalah
yang membutuhkan penyelesaian, sehingga disitu pengalaman baru akan
muncul, maka pengalaman dapat dijadikan sebagai guru untuk pendewasaan
seseorang kearah yang lebih baik atau sempurna. Di dalam pengalam sendiri
terdapat pengetahuan, keamampua mengatasi masalah atau keterampilan serta
sikap.
Perkembangan memiliki sifat multidimensi, yakni integrasi anatara fikiran,
sosioemosi, kognitif, fungsi biologis serta intelegensi sosial. Karena beberapa
hal tersebut tidak berjalan dengan semestinya, maka perkembangan secara
psikologis akan terganggu, sehingga ada beberapa orang yang stres karena
tekanan fikiran atau terganggunya sosioemosi, fikiran dan intelegensi
sosialnya. Selain itu, perkembangan juga bersifat plastis atau kapasitas untuk
berubah. Perubahan dapat kearah yang lebih baik atu bahkan ke arah yang
lebih buruk tergantung faktor yang mendasari dan penyikapan seseorang
terhadap masalah yang dihapai.
Perkembangan manusia bersifat konsektual maksudnya semua
perkembangan berlangsung dalam sebuah konteks atau setting atau latar
tempat. Misalnya di lingkungan sekolah, universitas, lingkungan kerja,
keluarga, masyarakat, kelompok teman sebaya, tempat ibadah, sebuah
perkumpulan atau komunitas, dan sebagainya.
c. Definisi Kognitif, Afektif dan Psikomotorik
I. Pengertian Kognitif
Aspek kognitif menjadi aspek utama dalam banyak kurikulum
pendidikan dan menjadi tolok ukur penilaian perkembangan anak.
Kognitif yang berasal dari bahasa latin cognitio memiliki arti
pengenalan, yang mengacu kepada proses mengetahui maupun kepada
pengetahuan itu sendiri.
Dengan kata lain, aspek kognitif merupakan aspek yang
berkaitan dengan nalar atau proses berpikir, yaitu kemampuan dan
aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan rasional. Dalam
aspek kognitif dibagi lagi menjadi beberapa aspek yang lebih rinci
yaitu:
a) Pengetahuan (Knowledge)
Aspek ini adalah aspek yang mendasar yang merupakan bagian
dari aspek kognitif. mengacu kepada kemampuan untuk mengenali dan
mengingat materi – materi yang telah dipelajari mulai dari hal
sederhana hingga mengingat teori – teori yang memerlukan kedalaman
berpikir. Juga kemampuan mengingat konsep, proses, metode, serta
struktur.
b) Pemahaman (Comprehension)
Aspek ini lebih tinggi daripada aspek pengetahuan. Mengacu
kepada kemampuan untuk mendemonstrasikan fakta dan gagasan
dengan mengelompokkan, mengorganisir, membandingkan, memberi
deskripsi, memahami dan terutama memahami makna dari hal – hal
yang telah dipelajari. Memahami suatu hal yang telah dipelajari dalam
bentuk translasi (mengubah bentuk), interpretasi (menjelaskan atau
merangkum), dan ekstrapolasi (memperluas arti dari satu materi).
c) Penerapan (Application)
Tujuan dari aspek ini adalah untuk menerapkan materi yang
telah dipelajari dengan menggunakan aturan serta prinsip dari materi
tersebut dalam kondisi yang baru atau dalam kondisi nyata. Juga
kemampuan menerapkan konsep abstrak dan ide atau teori tertentu.
Penerapan merupakan tingkat yang lebih tinggi dari kedua aspek
sebelumnya yaitu pengetahuan dan pemahaman.
d) Analisa (Analysis)
Menganalisa melibatkan pengujian dan pemecahan informasi
ke dalam beberapa bagian, menentukan bagaimana satu bagian
berhubungan dengan bagian lainnya, mengidentifikasi motif atau
penyebab dan membuat kesimpulan serta materi pendukung
kesimpulan tersebut. Tiga karakteristik yang ada dalam aspek analisa
yaitu analisa elemen, analisa hubungan, dan analisa organisasi.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis termasuk menjelaskan struktur atau pola yang tidak
terlihat sebelumnya, dan juga mampu menjelaskan mengenai data atau
informasi yang didapat. Dengan kata lain, aspek sintesis meliputi
kemampuan menyatukan konsep atau komponen sehingga dapat
membentuk suatu struktur yang memiliki pola baru. Pada aspek ini
diperlukan sisi kreatif dari seseorang atau anak didik.
f) Evaluasi (Evaluation)
Adalah kemampuan untuk berpikir dan memberikan penilaian
serta pertimbangan dari nilai – nilai materi untuk tujuan tertentu. Atau
dengan kata lain, kemampuan menilai sesuatu untuk tujuan tertentu.
Evaluasi ini dilakukan berdasarkan kriteria internal dan eksternal.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang
sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi.
II. Afektif
Ranah afeksi adalah materi yang berdasarkan segala sesuatu
yang berkaitan dengan emosi seperti penghargaan, nilai, perasaan,
semangat, minat, dan sikap terhadap sesuatu hal. Pada ranah afeksi,
Bloom menyusun pembagian kategorinya dengan David Krathwol
yaitu:
a. Penerimaan (Receiving/Attending)
Mengacu kepada kemampuan untuk memperhatikan dan
merespon stimulasi yang tepat, juga kemampuan untuk menunjukkan
atensi atau penghargaan terhadap orang lain. Dalam domain atau ranah
afektif, penerimaan merupakan hasil belajar yang paling rendah.
Contohnya, mendengarkan pendapat orang lain.
b. Responsif (Responsive)
Domain ini berada satu tingkat di atas penerimaan, dan ini akan
terlihat ketika siswa menjadi terlibat dan tertarik terhadap suatu materi.
Anak memiliki kemampuan berpartisipasi aktif dalam suatu
pembelajaran dan selalu memiliki motivasi untuk bereaksi dan
mengambil tindakan. Contoh, ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas
mengenai suatu pelajaran.
c. Penilaian (Value)
Domain ini mengacu pada pentingnya nilai atau keterikatan diri
terhadap sesuatu, seperti penerimaan, penolakan atau tidak menyatakan
pendapat. Juga kemampuan untuk menyatakan mana hal yang baik dan
yang kurang baik dari suatu kegiatan atau kejadian dan
mengekspresikannya ke dalam perilaku. Contoh, mengusulkan
kegiatan kelompok untuk suatu materi pelajaran.
d. Organisasi (Organization)
Tujuan dari ranah organisasi adalah penyatuan nilai, sikap yang
berbeda yang membuat anak lebih konsisten dan membentuk sistem
nilai internalnya sendiri, dan menyelesaikan konflik yang timbul
diantaranya. Juga mengharmonisasikan berbagai perbedaan nilai yang
ada dan menyelaraskan berbagai perbedaan.
e. Karakterisasi (Characterization)
Acuan domain ini adalah karakter seseorang dan daya
hidupnya. Kesemua hal ini akan tercermin dalam sebuah tingkah laku
yang ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial, dan emosi.
Nilai – nilai telah berkembang sehingga tingkah laku lebih mudah
untuk diperkirakan.
III. Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah
psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Psikomotorik adalah domain yang meliputi perilaku gerakan
dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik
seseorang. Keterampilan yang akan berkembang jika sering
dipraktekkan ini dapat diukur berdasarkan jarak, kecepatan, kecepatan,
teknik dan cara pelaksanaan. Dalam aspek psikomotorik terdapat tujuh
kategori mulai dari yang terendah hingga tertinggi:
a. Peniruan
Kategori ini terjadi ketika anak bisa mengartikan rangsangan
atau sensor menjadi suatu gerakan motorik. Anak dapat mengamati
suatu gerakan kemudian mulai melakukan respons dengan yang
diamati berupa gerakan meniru, bentuk peniruan belum spesifik dan
tidak sempurna.
b. Kesiapan
Kesiapan anak untuk bergerak meliputi aspek mental, fisik, dan
emosional. Pada tingkatan ini, anak menampilkan sesuatu hal menurut
petunjuk yang diberikan, dan tidak hanya meniru. Anak juga
menampilkan gerakan pilihan yang dikuasainya melalui proses latihan
dan menentukan responsnya terhadap situasi tertentu.
c. Respon Terpimpin
Merupakan tahap awal dalam proses pembelajaran gerakan
kompleks yang meliputi imitasi, juga proses gerakan percobaan.
Keberhasilan dalam penampilan dicapai melalui latihan yang terus
menerus.
d. Mekanisme
Merupakan tahap menengah dalam mempelajari suatu
kemampuan yang kompleks. Pada tahap ini respon yang dipelajari
sudah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan bisa dilakukan dengan
keyakinan serta ketepatan tertentu.
e. Respon Tampak Kompleks
Ini tahap gerakan motorik yang terampil yang melibatkan pola
gerakan kompleks. Kecakapan gerakan diindikasikan dari penampilan
yang akurat dan terkoordinasi tinggi, namun dengan tenaga yang
minimal. Penilaian termasuk gerakan yang mantap tanpa keraguan dan
otomatis.
f. Adaptasi
Pada tahap ini, penguasaan motorik sudah memasuki bagian
dimana anak dapat memodifikasi dan menyesuaikan keterampilannya
hingga dapat berkembang dalam berbagai situasi berbeda.
g. Penciptaan
Yaitu menciptakan berbagai modifikasi dan pola gerakan baru
untuk menyesuaikan dengan tuntutan suatu situasi. Proses belajar
menghasilkan hal atau gerakan baru dengan menekankan pada
kreativitas berdasarkan kemampuan yang telah berkembang pesat.
Ketiga aspek atau domain ini memiliki hubungan yang sangat erat
dan tidak dapat dipisahkan. Sebelum sampai kepada aspek psikomotorik,
terlebih dulu anak akan mengalami tahap kognitif dan afektif. Pada tahap
penerimaan, anak terlebih dulu perlu memiliki suatu perhatian untuk dapat
menerima materi yang diberikan. Dengan adanya perhatian, maka akan
mudah bagi anak untuk menerima pengetahuan tersebut dan seterusnya.
Dalam setiap aspek afektif, terbukti memiliki aspek kognitif
didalamnya untuk saling mendukung. Setelah anak melalui tahap kognitif
dan afektif, maka ia akan siap untuk melanjutkan kepada tahap
psikomotorik berdasarkan apa yang sudah dipelajarinya di kedua tahap
sebelumnya.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah menentukan nilai materi dan metode untuk tujuan
tertentu.Evaluasi bersangkutan dengan penentuan secara kuantitatif
atau kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk sesuatu maksud
dengan memenuhi tolok ukur tertentu. Kategori evaluasi dibedakan
menjadi dua, yakni: (1) evaluasi berdasarkan bukti internal yaitu
evaluasi terhadap ketetapan komunikasi berdasarkan logika,
konsistensi, dan kriteria-kriteria internal lain misalnya, menunjukkan
kesalahan-kesalahan logika dalam suatu argumen; dan (2) evaluasi
berdasarkan bukti eksternal yaitu evaluasi terhadap materi berdasarkan
kriteria yang ditetapkan atau diingat, misalnya membandingkan teori-
teori, generalisasi-generalisasi, dan fakta-fakta pokok tentang
kebudayaan tertentu.
b. Konsep Afektif
Afektif berhubungan dengan emosi seperti perasaan, nilai, apresiasi,
motivasi dan sikap. Terdapat lima kategori utama afektif dari yang paling
sederhana sampai kompleks yaitu: penerimaan, tanggapan, penghargaan,
pengorganisasian, dan karakterisasi berdasarkan nilai-nilai atau internalisasi
nilai.
a. Receiving (penerimaan) adalah kesediaan untuk menyadari adanya suatu
fenomena di lingkungannya. Contohnya mendengarkan orang lain dengan
seksama, mendengarkan dan mengingat nama seseorang yang baru
dikenalnya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya. Tugas pendidik adalah
mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek
pembelajaran afektif. Indikatornya adalah peserta didik: bertanya,
memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan,
menyebutkan, menunjukkan, menyeleksi, mengulangi, menggunakan.
b. Responding (tanggapan) adalah memberikan reaksi terhadap fenomena
yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan
dalam memberikan tanggapan. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja
memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil
pembelajaran pada ranah ini adalah menekankan pada pemerolehan
respon, berkeinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi
respon. Contohnya berpartisipasi di kelas, bertanya tentang konsep, model
dan sebagainya agar memperoleh pemahaman, dan menerapkannya.
Indikatornya adalah peserta didik: menjawab, membantu, mendiskusikan,
menghormati, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal,
melaporkan, memilih, menceritakan, menulis. Tingkat yang tinggi pada
kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian
hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misal kesenangan membaca
buku Akuntansi. Tugas pendidik dalam hal ini adalah berupaya agar
peserta didik senang dalam mempelajari Akuntansi
c. Valuing (penghargaan) berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan
pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Contohnya peka terhadap
perbedaan individu dan budaya, menunjukkan kemampuan memecahkan
masalah, mempunyai komitmen. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Indikatornya adalah peserta didik: melengkapi, menggambarkan,
membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang,
menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja,
mengambil bagian, mempelajari. Dalam tujuan pembelajaran penilaian ini
diklasifikasikan sebagai sikap.
d. Organization (pengorganisasian) berkaitan dengan memadukan nilai-nilai
yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu sistem nilai
yang konsisten. Contohnya mengakui adanya kebutuhan keseimbangan
antara kebebasan dan tanggungjawab, menyelaraskan antara kebutuhan
organisasi, keluarga dan diri sendiri. Indikatornya adalah peserta didik:
mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi,
mempertahankan, menerangkan, merumuskan, menggeneralisasikan,
mengidentifikasikan, mengintegrasikan, memodifikasikan, mengorganisir,
menyiapkan, menghubungkan, mengsintesiskan.
e. Characterization by a Value or Value Complex (karakterisasi berdasarkan
nilai-nilai) berhubungan dengan memiliki sistem nilai yang mengendalikan
tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Contohnya
menunjukkan kemandiriannya saat bekerja sendiri, kooperatif dalam
kegiatan kelompok, objektif dalam memecahkan masalah, 76 menghargai
orang berdasarkan yang mereka katakan bukan siapa mereka. Indikatornya
adalah peserta didik: membedakan menerapkan, mengusulkan,
memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan,
mempertunjukkan, menanyakan, memecahkan, menggunakan.
c. Psikomotorik
Ranah Psikomotor (psychomotoric domain). Ranah psikomotor
kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor dengan pendidkan fisik
dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan dan
pengolahan kata juga membutuhkan gerakan. Kawasan psikomotor yaitu
kawasan yang 15 berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani. Rician
dalam ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, namun oleh ahli lain yang
berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:
1. Persepsi (perception) Kemampuan untuk menggunakan isyarat-
isyarat sensoris dalam memandu aktivitas motrik. Penggunaan alat
indera sebagai rangsangan untuk menyeleksi isyarat menuju
terjemahan. Misalnya, pemilihan warna.
2. Kesiapan (set) Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
memulai suatu gerakan. Kesiapan fisik, mental, dan emosional
untuk melakukan gerakan. Misalnya, posisi start lomba lari.
3. Gerakan terbimbing (guided response) Kemampuan
untukmelakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang
diberikan. Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang
kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba- coba.
Misalnya, membuat lingkaran di atas pola.
4. Gerakan yang terbiasa (mechanical response) Kemampuan
melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh yang
diberikan karena sudah dilatih secukupnya. Membiasakan gerakan-
gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan
dan cakap. Misalnya, melakukan lompat tinggi dengan tepat.
5. Gerakan yang kompleks (complex response) Kemampuan
melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak
tahap dengan lancar, tepat dan efisien. Gerakan motoris yang
terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang
kompleks. Misalnya, bongkar pasang peralatan dengan tepat. 16
6. Penyesuaian pola gerakan (adjusment) Kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan
persyaratan khusus yang berlaku. Keterampilan yang sudah
berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Misalnya, keterampilan bertanding.
7. Kreativitas (creativity) Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan
baru atas dasar prakarsa atau inisiatif sendiri. Misalnya,
kemampuannya membuat kreasi tari baru
d. Kemampuan mengolah teknologi
Teknologi adalah sebuah pengetahuan yang ditujukan untuk
menciptakan alat, tindakan pengolahan dan ekstraksi benda. Istilah "teknologi"
telah dikenal secara luas dan setiap orang memiliki cara mereka sendiri
memahami pengertian teknologi. Teknologi digunakan untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan dalam kehidupan kita sehari-hari, secara singkat; kita
bisa menggambarkan teknologi sebagai produk, proses, atau organisasi. Selain
itu, teknologi digunakan untuk memperluas kemampuan kita, dan yang
membuat orang-orang sebagai bagian paling penting dari setiap sistem
teknologi.
Saya dalam mengolah teknologi Alhamdulillah bisa mengikuti
perubahan hingga saat ini, berawal dari surat menyurat yang membutuhkan
waktu berhari-hari untuk sampai ke penerima hingga surat digital yang hanya
butuh beberapa detik bisa di terima.
e. Kemampuan mengatur diri
Regulasi diri merupakan kemampuan mengatur tingkah laku dan
menjalankan tingkah laku tersebut sebagai strategi yang berpengaruh terhadap
performansi seseorang mencapai tujuan atau prestasi sebagai bukti
peningkatan (Bandura, 1986). Zimmerman (1989) menyatakan bahwa regulasi
diri berkaitan dengan pembangkitan diri baik pemikiran, perasaan dan
tindakan yang di rencanakan serta adanya timbal balik yang disesuaikan pada
pencapaian tujuan personal.
Saya Alhamdulillah memiliki pengendalian diri yang cukup baik.
Dapat mengontrol emosi, perilaku dan menyesuaikannya tergantung situasi
dan kondisi. Berusaha menerima apa yang telah di tetapkan Allah SWT dan
mengambil hikmah dari setiap kejadiannya. Dan saya selalu belajar untuk
mengembangkan diri agar lebih baik kedepannya.
f. Adaptasi dari masa ke masa
Sejak lahir pada tahun 2000 hingga tahun 2022 ini merupakan bukan
waktu yang sebentar, banyak sekali perubahan, peristiwa dan berbagai hal
yang terus berubah dan harus berubah, dan saya harus siap untuk terus
melangkah ke depan tanpa perlu melihat apa yang sudah terjadi di masa lalu.
Saya pribadi bukan pribadi yang mudah beradaptasi, namun saya bisa
menyesuaikan dengan kondisi dan situasi atas apa yang terjadi saat itu juga
walaupun perlu waktu untuk dapat menyesuaikan diri terhadap hal-hal baru.
g. Kemampuan berislam
Ajaran Islam sudah diajarkan pada diri saya sejak kecil, bersekolah di
sekolah yang berbasis Islam mulai dari SDIT, saya pun melanjutkan
pendidikan saya di pondok pesantren selama 6 tahun lama nya, sebuah pondok
pesantren sederhana namun indah karena berada di kaki gunung ciremai, Jawa
Barat. Namun selama berkecimpung di lingkungan yang kental dengan agama,
saya masih merasa kemampuan saya berislam masihlah sangat jauh dari kata
sempurna di bandingkan dengan apa yang sudah saya pelajari. Banyak hal-hal
yang belum saya praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
h. Mengelola masa depan
Masa depan adalah hal yang harus di siapkan dari jauh-jauh waktu.
Saya adalah orang yang terencana, yaitu melakukan sesuatu dengan rencana
yang sudah di buat dari jauh-jauh hari. Contoh kecilnya ialah saya selalu
merencanakan sesuatu dari bangun tidur hingga tidur kembali. Namun tak
luput dari kesalahan, saya sendiri selalu membuat plan cadangan agar apa
yang saya rencanakan tidak gagal walaupun terkadang saya harus menerima
risiko tersebut.
KESIMPULAN
Setiap manusia berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan dangan tugas yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing individu. Usia sering kali menjadi patokan dalam
menentukan keberhasilan beserta tingkat perkembangan manusia. Tahapan perkembangan
manusia memiliki keterkaitan yang sangat dekat dengan tugas perkembangan. Tahapan
perkembangan manusia memiliki berbagai tingkatan yang dimulai saat manusia tersebut lahir
hingga manusia tersebut tiada. Setiap ahli memiliki beberapa macam tahapan perkembangan
manusia tergantung pada aspek masing-masing tahapan perkembang, yaitu aspek kognitif,
afektif dan perilaku.
Dalam perkembangan manusia secara menurut psikologis ada beberapa aspek yang
dapat menjadi dasar penilaian sejauh mana manusia sudah berkembang, diantaranya ada
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Yang dimana pada aspek-aspek akan sejauh mana
telah berkembang dan tumbuh. Mulai dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua, ada
banyak sekali proses perkembangan yang akan dilewati semasa hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Agustriyana, N. A. (2017). "FULLY HUMAN BEING PADA REMAJA SEBAGAI
PENCAPAIAN PERKEMBANGAN IDENTITAS." . JBKI (Jurnal Bimbingan
Konseling Indonesia) , 2(1):9.
Bandura, A. (1986). Social Foundation of Thought and Action: a Social Cognitive Theory.
New Jersey: Prentice_Hall, Inc.
http://abazariant.blogspot.com/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html.
(t.thn.).
https://bukuanakcerdas.org/2016/02/19/apa-itu-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/. (t.thn.).
https://dosenpsikologi.com/kognitif-afektif-dan-psikomotorik. (t.thn.).
https://text-id.123dok.com/document/8ydmmo0ly-kemampuan-mengatur-diri-sendiri-
kemampuan-untuk-berefleksi-rangkuman.html. (t.thn.).
Yusuf, S. (t.thn.). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Cet.10. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.