Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN BACAAN

TENTANG

“PERANAN INTELEGENSI DALAM BELAJAR”

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

OLEH

USWATUN HASANAH

NIM. 19016130

DOSEN PENGAMPU: Dra. Yeni Karneli, M, Pd, Kons

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN
PROSES PEMBELAJARAN

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Pengertian Pertumbuhan
Tumbuh adalah berbeda dengan berkembang. Pribadi yang bertumbuh
mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkembang. Dalam pribadi
manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah, terdapat dua bagian yang berbeda
sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju kea rah
kesempurnaan. Adapun dua bagian kondisional pribadi manusia itu meliputi:
a. Bagian pribadi materiil kuantitatif
b. Bagian pribadi fungsional yang kualitatif

Bagian pribadi materiil yang kualitatif mengalami pertumbuhan, sedangkan pribadi


funsional yang kualitatif mengalami perkembangan.

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu


sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa
pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari
sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan sebagainya. Ini tidak berarti
pertumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif. Karena tidak
selamanya materiil itu kuantitatif. Materiil dapat terdiri dari bahan-bahan kuantitatif
seperti misalnya atom, sel, kromosom, rambut, molekul, dan sebagainya, dapat pula
materiil terdiri dari bahan-bahan kuantitatif seperti kesan, ide, gagasan, pengetahuan,
nilai, dan lain-lain. Jadi materil itu dapat terdiri dari kualitas ataupun kuantitas.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan arti pertumbuhan pribadi sebagai


perubahan kuantitatif pada materiil pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan. Materiil pribadi seperti: sel, kromosom, butir darah, rambut, lemak, tulang
adalah tidak dapat dikatakan berkembang, melainkan bertumbuh/tumbuh. Begitu juga
materiil pribadi seperti: kesan keinginan, ide, pengetahuan, nilai, Selama tidak
dihubungkandenagn fungsiynatidak dapat dikatakan berkembang, melainkan bertumbuh.
2. Pengertian Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya adalah perubahan, perubahan


menuju ke tahap yang lebih tinggi atau lebih baik. Ada beberapa perbedaan antara
pertumbuhan dengan perkembangan. Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan
dengan aspek-aspek jasmaniah atau fisik, sedang perkembangan dengan aspek-aspek
psikis atau rohaniah. Pertumbuhan menunjukkan perubahan atau penambahan secara
kuantitas, yaitu penambahan dalam ukuran besar atau tinggi, sedang perkembangan
berkenaan dengan peningkatan kualitas, yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi.

Bagian pribadi yang materiil serta kuantitatif mengalami pertumbuhan, sedangkan


bagian pribadi fungsional yang kualitatif mengalami perkembangan. Perkembangan
merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan
kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materiil, melainkan pada segi
fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat diartikan sebagai kualitatif daripada
fungsi-fungsi.

Fungsi-fungsi kepribadian manusia berhubungan dengan aspek jasmaniah dan aspek


kejiwaan. Fungsi-fungsi kepribadian yang jasmaniah misalnya:

1. Fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh


2. Fungsi sensoris pada alat-alat Indra
3. Fungsi neurotik pada sistem saraf
4. Fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh yang erotis
5. Fungsi pernapasan pada alat pernapasan
6. Fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi
7. Fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan

Sedangkan fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan misalnya:

1. Fungsi perhatian
2. Fungsi pengamatan
3. Fungsi tanggapan
4. Fungsi ingatan
5. Fungsi fantasi
6. Fungsi pikiran
7. Fungsi perasaan
8. Fungsi kemauan

Setiap fungsi yang disebutkan di atas, baik yang jasmaniah maupun yang
kejiwaan, dapat mengalami perubahan. Perubahan fungsi-fungsi tersebut tidak
kuantitatif, melainkan lebih bersifat kualitatif. Perubahan yang kualitatif tidak dapat
dikatakan sebagai pertumbuhan, melainkan sebagai perkembangan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan


penyempurnaan struktur, sedang perkembangan dengan penyempurnaan fungsi.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan


Perkembangan individu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum ada dua faktor
yang mempengaruhi proses perkembangan yaitu faktor dari dalam diri individu atau faktor
bawaan dan faktor lingkungan individu, seperti latar belakang keluarga, masyarakat, situasi.
Untuk mengkaji lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan akan
dikemukakan pendapat para ahli.
Berikut ini Mudyaharjo (dalam Khairanis, 2000: 15 ) mengemukakan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak adalah:
1. Pandangan Nativisme (Schopenhauer, Jerman)
Aliran nativisme dikemukakan oleh Schopenhauer yang mengatakan bahwa
perkembangan anak semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa semenjak
lahir. Menurutnya bahwa hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang dibawa
semenjak lahir. Ia juga berpendapat bahwa lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab
lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.
2. Pandangan Naturalisme (J. J. Rousseau, Prancis)
Pandangan ini ada kesamaannya dengan pandangan nativisme. Pandangan
naturalisme dipelopori oleh J. J. Rousseau. Dia menyatakan bahwa semua anak dilahirkan
baik, dan tidak seorangpun yang lahir dengan pembawaan buruk. Menurut pandangan ini
pendidikan yang diberikan orang tua akan merusak pembawaan baik anak, untuk itu
orang dewasa sebaiknya membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan yang
dibawanya semenjak lahir, dan proses pendidikan diserahkan saja pada alam.
3. Pandangan Empirisme (Jhon Locke, Inggris)
Pandangan ini dikemukakan oleh Jhon Locke, dia mengatakan bahwa perkembangan
anak semata-mata tergantung pada lingkungan. Teori ini dikenal dengan teori “Tabula
Rasa”, bahwa anak lahir ke dunia ibarat kertas putih yang bersih, yang belum ditulis.
Maka sebagai pendidik memegang peranan penting dalam menyediakan lingkungan yang
dikehendaki. Di sini dikatakan bahwa dasar yang dibawa anak semenjak lahir tidak
berarti tanpa sokongan dan stimulasi dari lingkungan untuk merealisasikannya. Pendapat
ini memerlukan dukungan besar pada upaya pendidikan untuk mengembangkannya.
Faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi perkembangan anak ialah:
a. Gizi yang cukup
b. Status sosial ekonomi
c. Kesehatan
d. Gangguan emosional
e. Tipe pelayanan orang tua, guru ataupun pendidik lainnya
f. Lingkungan sekolah dan masyarakat, dan lain-lain.
4. Pandangan Konvergensi
Pandangan konvergensi merupakan gabungan antara pandangan empirisme dengan
pandangan nativisme. Pandangan ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan)
dengan lingkungan sebagai factor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan
manusia.
Tokoh utama pendidikan ini ialah William Sterm (Jerman). Tokoh ini mengatakan
bahwa anak dilahirkan sudah disertai pembawaan baik dan buruk. Artinya proses
perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan, yang keduanya
sama-sama memegang peranan penting. Lingkungan yang baik belum tentu dapat
menghasilkan perkembangan anak yang optimal, dan sebaliknya.
Sunarto (dalam Khairanis, 2000: 17) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan anak yang kurang normal, yaitu:
a. Faktor Sebelum Lahir
Faktor sebelum lahir, misalnya kekurangan gizi pada si ibu hamil, janin
terkena virus, keracunan sewaktu bayi dalam kandungan, terkena infeksi atau bakteri
syphilis, TBC, tipus
b. Faktor Ketika Lahir atau Saat Kelahiran
Faktor ketika lahir antar lain terjadi karena pendarahan pada bagian kepala
bayi yang disebabkan bayi lahir dengan bantuan tang melalui Opera dan lain-lain.
c. Faktor Sesudah Lahir
Faktor sesudah lahir, misalnya karena traumatik, terjatuh, terpukul, salah
obat, step, infeksi pada otak, penyakit malaria, dan lain-lain
d. Faktor Psikologis
Faktor psikologis, misalnya bayi yang kurang mendapatkan kasih sayang dari
kedua orang tua, bayi yang dititipkan pada titipan bayi, rumah sakit, rumah yatim
piatu, dan lain-lain.

C. Prinsip /Hukum Perkembangan


Anak sebagai individu mengalami perkembangan yang tak henti-hentinya. Di dalam
perkembangan itu mempunyai aturan-aturan tertentu, aturan itu disebut dengan prinsip-prinsip
perkembangan. Martadinata (dalam Khairanis, 2000: 7) menjelaskan prinsip-prinsip
perkembangan ialah:
1. Perkembangan Adalah Proses yang Tak Berakhir
Manusia akan berkembang, berubah, dan dipengaruhi terus oleh pengalaman
sepanjang hayatnya, baik dalam aspek fisik maupun dalam aspek psikis dan sosial.
2. Setiap Anak Bersifat Individual dan Berkembang Sesuai dengan Kecepatannya
Dalam prinsip ini tidak semua anak yang sama usianya mempunyai
perkembangan yang sama, karena anak bersifat individual yang berbeda satu sama lain,
dan semuanya itu ditentukan oleh faktor bawaan dan pengaruh belajar yang diterima
anak.
3. Semua aspek Perkembangan Saling Berkaitan
Semua aspek perkembangan saling berkaitan ini berarti bahwa antara aspek
sosial, jasmani dan rohani selalu terkait satu sama lain. Ada korelasi positif antara
perkembangan fisik, emosional, sosial, dan mental. Anak yang secara fisik berkembang
sehat, akan cenderung menunjukkan konsep diri yang positif akan berpengaruh positif
terhadap prestasi belajar dan sebaliknya.
4. Perkembangan Itu Terarah dan Dapat Diramalkan

Prinsip perkembangan itu terarah dan dapat diramalkan ini berarti: (a) bergerak dari
kepala ke kaki dari dalam ke luar, (b) bergerak dari struktur ke fungsi, (c) bergerak dari
yang umum ke khusus, (d) bergerak dari yang konkrit ke abstrak, (e) bergerak dari
egosentris ke perspektif menuju pemahaman, (f) bergerak dari heteronom ke otonom,
dan (g) bergerak spiral ke arah tujuan.

Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan. Pertumbuhan sesuatu materi


jasmaniah dapat menumbuhkan fungsi dan bahkan perubahan fungsi pada materi jasmaniah
itu. Perubahan fungsi jasmaniah dapat menghasilkan kematangan atas fungsi itu. Kematangan
fungsi-fungsi jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan pada fungsi-fungsi kejiwaan. Itulah
sebabnya mengapa dikatakan, bahwa perkembangan tidak dapat dipisahkan dengan
pertumbuhan. Seperti halnya pertumbuhan yang terjadi dengan hukum-hukum tertentu,
demikian pula perkembangan pun tidak terjadi secara kebetulan, melainkan dengan hukum-
hukum tertentu pula (Soemanto, 2012: 59).

Adapun hukum-hukum dalam perkembangan antara lain di bawah ini.

1) Perkembangan Adalah Kualitatif


Perkembangan tidak mengenai materi, melainkan mengenai fungsi. Telah
dikemukakan di atas, bahwa perubahan fungsi tidak terjadi secara kuantitatif, melainkan
secara kualitatif. Dengan demikian, perkembangan itu adalah kualitatif. Kualitatif di sini
dihubungkan dengan hasil perubahan yang tidak dapat dihargai secara kuantitatif.
2) Perkembangan Sangat Dipengaruhi oleh Proses dan Hasil dari Belajar

Dengan belajar, orang memperoleh pengalaman. Pengalaman belajar meliputi


aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan kegiatan yang
dinamis, karena itu, wajarlah bahwa pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang
menjadi berkembang. Perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang ini
akan menentukan tingkat kedewasaan seseorang. Tingkat-tingkat kedewasaan seseorang
merupakan indikator penting bagi perkembangan orang itu, baik secara jasmaniah
maupun rohaniah/kejiwaan.

3) Usia Ikut Mempengaruhi Perkembangan

Dengan bertambahnya usia, maka pertumbuhan seseorang langsung terus menuju


kepada tingkat kematangan-kematangan tertentu pada fungsi-fungsi jasmaniah.
Kematangan fungsi jasmaniah dapat mempercepat proses perkembangan, baik pada
fungsi jasmaniah itu sendiri maupun pada fungsi kejiwaan. Pada segi lain, bertambahnya
usia seseorang menumbuhkan kapasitas pribadi seseorang dalam mengatasi suatu
persoalan. Pertumbuhan kapasitas intelektual sangat menentukan perkembangan pada diri
seseorang.

4) Masing-masing Individu Mempunyai Tempo Perkembangan yang Berbeda-beda


Dalam keadaan normal, perkembangan seseorang berlangsung dalam tempo
tertentu yang tidak mesti sama bila dibandingkan dengan tempo perkembangan orang
lain. Tempo perkembangan pada seorang individu cenderung menunjukkan kelangsungan
perkembangan secara tetap dari bayi sampai dewasa, demikian pula pada orang lain, ini
tidak berarti, bahwa orang yang pendek cenderung menjadi pendek terus, yang kurus
cenderung tetap kurus, dan yang bodoh tetap menjadi bodoh. Dua orang anak misalnya
Siti dan Sita yang keduanya berumur 10 tahun. Misalnya Siti sekarang mempunyai umur
mental 10 tahun dan Sita ternyata berumur mental 9 tahun. Lima tahun kemudian bisa
saja terjadi, umur mental Siti adalah 15 tahundan umur mental Sita adalah 14 tahun. Jadi,
pada sepuluh tahun berikutnya antara umur mental keduanya terdapat selisih dua tahun,
sedangkan ketika mereka berumur 10 tahun selisih umur mental mereka hanya tahun.
Tempo perkembangan setiap fungsi pada masing-masing individu tidak sama. Ini berarti,
bahwa gambaran keseluruhan pribadi seseorang pada setiap waktu menunjukkan posisi
yang tepat, jika dibandingkan dengan gambaran keseluruhan pribadi orang-orang lain.
5) Dalam Keseluruhan Periode Perkembangan, Setiap Spesies Perkembangan Individu
Mengikuti Pola Umum yang Sama
Setiap individu berkembang dengan mengikuti pola umum yang sama, karena
masing-masing individu memiliki materiil serta fungsi-fungsi yang sama untuk
bertumbuh. Perubahan sifat-sifat “genes” terjadi secara berkesinambungan dan teratur,
meskipun terdapat pengaruh lingkungan yang menyebabkan adanya perbedaan
pertumbuhan, namun pola umum perkembangannya tetap sama. Manusia pada umumnya
lebih dahulu pandai merangkak sebelum ia pandai berjalan, ia lebih dahulu pandai
mengindra sebelum ia pandai mengingat. Secara umum pula, masing-masing anak yang
sebaya mempunyai minat dan kebutuhan yang bersamaan. Masing-masing anak pada
masa remaja menunjukkan sifat-sifat yang sama. Begitulah seterusnya, perkembangan
pribadi manusia selama periode perkembangannya mengikuti pola umum yang sama.
Kenyataan adanya keseragaman pola perkembangan ini memungkinkan pelayanan
pendidikan berupa pengajaran klasikal serta perumusan tujuan akhir pendidikan.
6) Perkembangan Dipengaruhi oleh Hereditas dan Lingkungan
Faktor hereditas dan lingkungan sama-sama penting bagi perkembangan individu.
Hereditas menumbuhkan fungsi-fungsi dan kapasitas, sedangkan pendidikan dan
lingkungan mengembangkan fungsi-fungsi dan kapasita situ. Baik stimuli hereditas,
maupun stimuli lingkungan berinteraksi saling mempengaruhi untuk menimbulkan proses
pertumbuhan dan perkembangan. Kenyataan ini mengharuskan pendidikan melakukan
usaha-usaha:
a) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
b) Memotivasi kegiatan anak untuk belajar
c) Membimbing perkembangan anak ke arah perkembangan optimal

7) Perkembangan yang Lambat Dapat Dipercepat


Penyakit, tekanan batin, kekecewaan, keputusasaan, dan kemasabodohan yang
didetlrita oleh individu dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan pribadinya.
Perkembangan seseorang dikatakan terlambat apabila pribadinya tidak berkembang
sesuai dengan pola perkembangannya sendiri yang normal. Keterlambatan perkembangan
ini dapat dipercepat melalui kepemimpinan pengajaran yang didaktis, penciptaan
lingkungan yang kondusif di sekolah dan di luar sekolah, serta motivasi kegiatan belajar
pada anak didik.
8) Perkembangan Meliputi Proses Individuasi dan Integrasi
Meskipun pola tingkah laku individu pada mulanya bersifat umum, namun
dengan majunya pertumbuhan terjadilah perkembangan masing-masing fungsi yang tidak
bersamaan.
Perkembangan juga merupakan proses integrasi. Perkembangan pribadi kita terjadi dari
sederhana menuju semakin kompleks.
DAFTAR PUSTAKA

Khairanis dan Darnis Arief. 2000. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Padang: UNP
Press.

Soemanto, Wasty. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai