PERKEMBANGAN TERHADAP
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Dalam kehidupan manusia terdapat dua proses kejiwaan yang terjadi, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pada umumnya, istilah pertumbuhan dan perkembangan
digunakan secara bergantian. Padahal, kedua proses ini berlangsung secara interdependensi,
artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses itu tidak dapat dipisahkan, tetapi
dapat dibedakan untuk memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik secara kuantitatif yang menyangkut
ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil
proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat pula diartikan
sebagai proses transmisi darikonstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang
herediter dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.
Adapun istilah perkembangan adalah sebagai berikut. Menurut Warner (1957),
perkembangan sesuai dengan prinsip arthogenetis, yaitu perkembangan berlangsung dari
keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai pada keadaan diferensiasi, artikulasi, dan
integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu bersifat totalitas pada diri anak,
bahwa bagian-bagian penghayatan totalitas itu lambat laun semakin nyata dan bertambah
jelas dalam kerangka keseluruhan.
Spiker (1966) mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkkan
dengan perkembangan.
1. Ortogenetik
Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu baru
sampai dewasa.
2. Foligenetik
Yaitu perkembangan dari asal-usul manusia sampai sekarang ini. Perkembangan perubahan
fungsi sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku dan perubahan ini
terjadi sejak permulaan adanya manusia. Jadi, perkembangan orthogenetik mengarah pada
suatu tujuan khusus sejalan dengan proses perkembangan evolusi yang selalu mengarah pada
kesempurnaan manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal pada organisme
adalah sebagai berikut.
1. Faktor sebelum lahir, seperti peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin (janin
terkena virus, keracunan sewaktu bayi dalam kandungan), terkena infeksi oleh bakteri
siphilis, TBC, kolera, tifus, gondok, sakit gula, dan lain-lain.
2. Faktor pada saat kelahiran, seperti pendarahan pada bagian kepala bayi yang
disebabkan tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan dan efek susunan syaraf
pusat karena proses kelahiran bayi dilakukan dengan bantuan tang (tangver-lossing).
3. Faktor yang dialami bayi sesudah lahir, seperti pengalaman traumatik pada kepala,
kepala bagian dalam terluka karena kepala janin terpukul, atau mengalami serangan sinar
matahari (zonnestiek). Infeksi pada otak atau selaput otak, misalnya penyakit cerebral
meningitis, gabag, malaria tropika,dipteria, dan lain-lain.
4. Faktor fisiologis, misalnya bayi atau anak yang ditinggal ibu, ayah atau kedua
orangtuanya cenderung akan mengalami gangguan fisiologis.
B. Pertumbuhan Fisik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
1. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Fisik
Perubahan fisik adalah perubahan yang berlangsung secara fisik dan merupakan gejala
primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh,
perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder.
Penyebab perubahan fisik pada remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif
bekerja dalam sistem endoktrin. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan
dua macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan masa remaja. Kedua hormon
itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan
hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonad agar mulai aktif
bekerja. Tidak berapa lama sebelum saat remaja dimulai, kedua hormon ini sudah mulai
diproduksi dan pada saat remaja semakin banyak dihasilkan. Seluruh proses ini dikendalikan
oleh perubahan yang terjadi dalam kelenjar endokrin. Kelenjar ini diaktifkan oleh rangsangan
yang dilakukan kelenjar hypothalamus, yaitu kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar untuk
merangsang pertumbuhan pada saat remaja dan terletak di otak.
a. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan.
Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia
akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak
harmonis atau broken home sehingga tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup akan
sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari:
– kurang adanya saling pengertian
– kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudaranya
– kurang mampu berkomunikasi secara sehat
– kurang mampu mandiri
– kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara
– kurang mampu bekerja sama
– kurang mampu mengadakan hubungan yang baik
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut amatlah penting bagi orangtua untuk menjaga
keharmonisan keluarganya.
b. Lingkungan
Sejak dini, anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam
batasan ini meliputi:
– lingkungan fisik
– lingkungan sosial
– lingkungan keluarga
– lingkungan sekolah
– lingkungan masyarakat luas
Dengan pengenalan lingkungan sejak dini, anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki
lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara, atau kakek dan nenek
saja.
c. Kepribadian
Secara umum, penampilan sering diidentikkan dengan manifestasi dari kepribadian
seseorang, padahal sebenarnya tidak demikian karena sebenarnya apa yang tampil tidak
selalu menggambarkan pribadi yang sebenarnya.
Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan
penampilan semata, sehingga mengucilkan orang yang penampilannya tidak menarik. Di
sinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan
martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik atau hal-hal yang terlihat, seperti
materi atau penampilan.
d. Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi,
seseorang akan merasa mendapat kesegaran fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa
capek, bosan, monoton, serta mendapatkan semangat baru.
e. Pergaulan dengan lawan jenis
Untuk menjalankan peran menurut jenis kelamin, anak dan remaja seyogianya tidak dibatasi
pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama.
Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role
behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga nantinya.
f. Pendidikan
Pada dasarnya, sekolah mengajarkan berbagai keterampilan kepada anak. Salah satu
keterampilan tersebut adalah keterampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar
yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini
peran orangtua adalah menjaga agar keterampilan-keterampilan tersebut tetap dimiliki oleh
anak dan dikembangkan terus-menerus sesuai dengan tahap perkembangan anak selanjutnya.
https://imammalik11.wordpress.com/2014/03/21/implikasi-pertumbuhan-dan-perkembangan-
terhadap-penyelenggaraan-pendidikan/