Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

IMPLIKASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TERHADAP


PENYELENGGARAN PENDIDIKAN

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Peserta Didik

Dosen pengampu: Norma Bastian, M. Pd

disusun oleh:

1. Eva Hijriyawati (160621012)


2. Muhammad Thoyyib Akhyar (160621001)
3. Warisa (160621013)

Semester :2

Kelompok :2

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

CIREBON
2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Implikasi Pertumbuhan dan Perkembangan Terhadap Penyelenggaran
Pendidikan” sebagai tugas dari mata kuliah “Pengembangan Peserta Didik” yang
diampu oleh Dosen Norma Bastian, M. Pd.

Terima kasih juga kepada teman-teman dan pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Sehingga makalah ini selesai pada waktunya.

Tidak ada sesuatu yang sempurna. Penulis menyadari akan kekuranngan,


baik pengetahuan ataupun sumber dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena
itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca, yang tentunya besifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Terima kasih.

Cirebon, Juni 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ....................................................... 2

C. TUJUAN PENULISAN ........................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

IMPLIKASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TERHADAP


PENYELENGGARAN PENDIDIKAN

A. PERKEMBANGAN BAHASA PESERTA DIDIK REMAJA/


USIA SEKOLAH MENENGAH ........................................ 3
B. PERKEMBANGAN EMOSI PESERTA DIDIK USIA
REMAJA................................................................................ 5

C. PERKEMBANGAN NILA, MORAL DAN SIKAP PESERTA


DIDIK REMAJA .................................................................... 7

D. IMPLIKASI PEMENUHAN KEBUTUHAN REMAJA

TERHADAP PENYELENGGARA PENDIDIKAN ....... 9

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ...................................................................... 20

B. SARAN .................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Usia remaja merupakan masa-masa dimana anak mulai
berkembang secara pesat setelah mengalami usia dini, dan usia sekolah
dasar. Pada masa remaja ini peserta didik akan cenderung lebih
berkembang dari berbagai bidang, baik sikap, intelektual ataupun
emosionalnya. Serta semua hal dalam kehidupan sudah mulai
diperhatikan. Masa-masa yang cukup sensitif, bagi orang tua ataupun guru
dalam menghadapi anak usia remaja harus lebih hati-hati. Karena ketika
suatu arahan ataupun aturan yang dibuat tidak sesuai cara penyampaiannya
terhadap pola pikir mereka maka akibatnya bisa fatal.
Krena masa remaja merupakan masa yang penuh badai dan
tekanan. Ketegangan emosi meninggi akibat perubahan fisik dan juga
kelenjar. Rata-rata emosi para remaja menjadi tinggi karena mereka
sedang berada dibawah tekanan sosial dan juga mereka sedang
menghadapi kondisi baru, sedangkan selama anak-anak mereka kurang
mempersiapkan diri.
Dalam penyampaian bahasa pun biasanya anak usia remaja telah
mampu membuat bahasa-bahasa sendiri, dengan maksud sendiri yang
hanya kaum remaja saja yang mengerti. Sehingga penting sekali
menenkankan kepada peserta didik usia remaja untuk bisa berkembang
dalam segi bahasa, tingkah laku, nilai dan emosional sesuai dengan aturan
yang ada agar perkembangan yang terjadi mengarah ke arah yang lebih
baik. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas
tentang hal itu lebih mendetail lagi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana Perkembangan Bahasa Peserta Didik Remaja/Usia
Sekolah Menengah?
2. Jelaskan Perkembangan Emosi Peserta Didik Remaja!
3. Bagaimana Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap Peserta Didik
Remaja?
4. Jelaskan Implikasi Pemenuhan Kebutuhan Remaja Terhadap
Penyelenggara Pendidikan!

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka, tujuan penulisannya
adalah untuk mengetahui:
1. Perkembangan Bahasa Peserta Didik Remaja/Usia Sekolah Menengah
2. Perkembangan Emosi Peserta Didik Remaja
3. Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap Peserta Didik Remaja
4. Implikasi Pemenuhan Kebutuhan Remaja Terhadap Penyelenggara
Pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN BAHASA PESERTA DIDIK REMAJA/USIA


SEKOLAH MENENGAH
MATERI EVA

B. PERKEMBANGAN EMOSI PESERTA DIDIK REMAJA


1. Pengertian Perkembangan Emosi Peserta Didik Remaja
Menurut kamus psikologi perkembangan (development) berarti
perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme,
dari lahir sampai mati. Perkembangan juga berarti perubahan dalam
bentuk dan integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke bagin-bagian
fungsional. Selain itu dapat berarti kedewasaan, atau kemunculan pola-
pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari (Chapli, 2008; 134).
Sedangkan kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere,
yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut
Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak.
Emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-
perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-
perubahan pada fisik, anatar lain berupa: peredaran darah akan
bertambah cepat bila marah, pupil mata membesar bila marah, bulu
roma berdiri bila takut, dan lain sebagainya.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan informal, formal maupun pendidikan
nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Istilah remaja di negara-negara barat dikenal dengan “adolescene”
yang berasal dari kata dalam bahasa latin “adolescere” (kata bendanya
adalah adolescentia= remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa
atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Desmita, 2008; 189).

Jadi, perkembangan emosi peserta didik remaja adalah proses


tumbuh seseorang untuk mencapai kematangan dengan merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran tertentu karena adanya dorongan ingin tahu
terhadap sekitarnya terkait dalam konteks sosial dalam mengontrol dan
mengekspresikan emosi, pola hubungan interpersonal yang dekat dan
hangat, mengeksplor pengalaman sekitar dan belajar dari hal tersebut.
2. Karakteristik Perkembangan Emosi Peserta Didik Remaja
Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa
kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah:
cinta/kasih saying, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu sedih,
dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat
rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola
pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi
mereka.
Berikut adalah beberapa kondisi emosional pada masa remaja:
a. Cinta/Kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah
kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya
untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk
menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk
memberinya. Walaupun para remaja sudah banyak yang
bergerak ke dalam dunia bebas, tetapi dalam dirinya masih
terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja membutuhkan kasih
sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya dengan
apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya.
Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi
sangat penting, walaupan kebutuhan-kebutuhan akan perasaan
itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak
secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap
permusuhan yang besar kemungkinannya disebabkan oleh
kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
b. Gembira
Individu pada umumnya dapat mengingat kembali
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang
menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang
panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam
perkembangan emosional remaja.
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya
berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami
kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila
ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima)
oleh yang dicintai.Kemarahan dan Permusuhan
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-
emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam
perkembangan kepribadian. Rasa marah juga penting dalam
kehidupan, karena rasa marahnya seseorang mempertajam
tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya rasa marah
kurang lebih sama, tetapi ada beberapa perubahan sehubungan
dengan pertambahan umurnya dan kondisi-kondisi tertentu
yang menimbulkan rasa marah atau meningkatnya penguasaan
kendali emosional.
c. Ketakutan dan Kecemasan
Menjelang balita mencapai masa anak-anak, kemudian
masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan
panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan
rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut sudah teratasi, tetapi
masih banyak yang tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru
muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani
yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu.
Beberapa di antara mereka merasa takut hanya pada kejadian-
kejadian bila mereka dalam bahaya. Beberapa orang
mengalami rasa takut secara berulang-ulang dengan kejadiian
dalam kehidupan sehari-hari, atau karena mimpi-mimpi, atau
karena pikiran-pikiran mereka sendiri. Beberapa orang dapat
mengalami rasa takut sampai berhari-hari bahkan sampai
berminggu-minggu.
Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa,
seringkali berusaha untuk mengatasi ketakutan-ketakutan yang
timbul dari persoalan-persoalan kehidupan. Tidak ada seorang
pun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat tanpa
rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi
bila seseorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai
apa ada sekarang atau masa depan yang tidak menentu.
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi
Dalam sejumlah penelitian, perkembangan emosi sangat
dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar. Kedua faktor
itu terjalin erat satu sama lain dan akan mempengaruhi perkembangan
intelektual. Hal itu akan menghasilkan suatu kemampuan berpikir
kritis, mengingat, dan menghafal. Selain itu, individu akan menjadi
reaktif terhadap rangsangan.
Dalam faktor belajar, terdapat metode-metode yang menunjang
perkembangan emosi. Diantaranya :
a. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan
emosinya dalam bentuk perilaku yang dapat memberikan
kepuasan sedikit atau bahkan tidak memberikan kepuasan.
b. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang dapat
membangkitkan emosi orang lain.
c. Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak akan menirukan reaksi emosional orang yang dikagumi
dan mempunyai ikatan emosional yang kuat.
d. Belajar melalui pengondisian
Objek atau situasi yang mulanya gagal memancing reaksi
emosional kemudian berhasil melalui metode asosiasi.
e. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu
emosi terangsang. Dapat melalui pelatihan maupun yang
lainnya.

Banyak kondisi sehubungan dengan pertumbuhan dan


perkembangan peserta didik dalam hubungannya dengan orang lain
yang membawa perubahan untuk menyatakan emosi. Orang tua dan
guru berhak menyadari perubahan ekspresi ini karena tidak berarti
emosi tidak lagi berperan dalam kehidupan mereka. Mereka juga tetap
membutuhkan rangsangan dan respons untuk mengembangkan
pengalaman dan kemampuannya. Bertambahnya umur juga akan
berpengaruh signifikan terhadap perubahan irama emosional.
Terutama faktor pengetahuan dan pengalaman.

C. PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP PESERTA DIDIK


REMAJA
1. Pendidikan Nilai
Pendidikan nilai yang telah diperoleh siswa melalui pengaruh
keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media massa termasuk kategori
cukup baik. Pendidikan nilai tanggung jawab, bijaksana, kritis,
sederhana, dan menghargai uang menurut siswa sering diperoleh
melalui pengaruh keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media masa.
Hasil analisis trend antarwaktu perolehan sistem nilai melalui
pengaruh lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media
massa.
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan nilai kehidupan
konsumen yang diperoleh siswa melalui keluarga berpengaruh
secara signifikan terhadap pembentukan karakter siswa,
b. Pendidikan nilai yang diperoleh siswa melalui sekolah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan karakter
siswa.
c. Berdasarkan hasil pengujian data empiris juga menunjukkan bahwa
pendidikan nilai yang diperolah melalui lingkungan teman sebaya
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan
karakter siswa.
d. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem nilai yang diperoleh
melalui media massa mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pembentukan karakter
Seckman High School telah menerapkan pendidikan karakter
melalui penekanan prinsip untuk bekerja secara kelompok/tim,
berempati dan melayani. Untuk mendampingi prinsip tersebut, sekolah
memasang spanduk/poster yang bermuatan karakter tersebut. Setelah
lima tahun berlalu, sekolah mengalami hal-hal positif antara lain,
suspensi menurun 98% di luar sekolah dan 30% di dalam sekolah,
perkelahian menurun 65% dan kejadian yang berhubungan dengan
obat menurun 74%.
2. Perkembangan Karakter
Waterlo middle school di New York mengalami masalah dengan
disiplin dan akademik. Seorang guru menyatakan: gunakan rasa
kekeluargaan dan bangun budaya peduli, tekankan rasa hormat
menghormati dan menerima. Siswa kemudian membuat ikrar, tidak
akan menggunakan tangan dan kata-kata untuk menyakiti diri mereka
sendiri dan orang lain. Dua tahun kemudian, perkelahian menurun
71%, skor matematika meningkat 49% dan dampak pengiringnya
meningkat 97% (Mazzola, 2003).
Kajian hasil-hasil penelitian pendidikan karakter pada usia anak-
anak dan remaja yang telah dipaparkan menuai kesimpulan bahwa
model pendidikan karater pada usia anak-anak diberikan untuk
pembentukan karakter. Proses pembentukan dimulai dari pengenalan
perilaku baik dan buruk dan pembiasaan perilaku baik dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Piaget, manusia sejak dilahirkan mengalami tahap
perkembangan kognitif dan mental. Perkembangan mental yang
terjadi sampai anak memasuki usia remaja adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan nilai dan sikap pada anak usia <5 tahun sangat
dipengaruhi oleh situasi yang berlaku dalam keluarga. Nilai-
nilai yang berlaku di dalam keluarga akan diadopsi oleh peserta
didik melalui proses imitasi dan identifikasi.
b. Perkembanagan moral anak usia 6 – 12 tahun sudah mulai
beralih pada tingkatan moralitas yang fleksibel, anak sudah
mulai memilih kaidah moral menggunakan penalarannya
sendiri. Perkembangan moral peserta didk sangat dipengaruhi
oleh kematangan intelektual dan interaksi dengan
lingkungannya. Dorongan untuk keluar dari lingkungan rumah
dan masuk ke dalam kelompok sebaya mulai nampak dan
semakin berkembang. Dorongan untuk memasuki permainan
fisik yang membutuhkan kekuatan ototpun semakin kuat.
c. Remaja usia 13-15 memiliki rasa ingin tahu yang kuat, senang
bertanya, memiliki imajinasi tinggi, minat yang luas, tidak takut
salah, berani menghadapi resiko, bebas dalam berpikir, senang
akan hal-hal baru, dsb (Direktorat SMP, Depdiknas: 2004).
3. Perkembangan Sikap
Gottfredson dan Hirschi (1990) menyatakan bahwa individu yang
memiliki kontrol diri rendah cenderung bertindak impulsif, lebih
memilih tugas sederhana dan melibatkan kemampuan memiliki peran
yang sama pentingnya dalam fisik, egois, senang mengambil resiko,
dan mudah kehilangan kendali emosi karena mudah frustasi. Individu
dengan karakteristik ini lebih mungkin terlibat dalam hal kriminal dan
perbuatan menyimpang daripada mereka yang memiliki kontrol diri
tingkat kontrol diri yang tinggi. Sedangkan menurut Logue & Forzano
(1995). Beberapa ciri-ciri remaja yang mampu memiliki kontrol tinggi
adalah sebagai berikut:
a. Tekun dan tetap bertahan dengan tugas yang harus dikerjakan,
walaupun menghadapi banyak hambatan.
b. Dapat mengubah perilaku menyesuaikan dengan aturan dan norma
yang berlaku dimana ia berada.
c. Tidak menunjukkan perilaku yang emosional atau meledak-ledak.
d. Bersifat toleran atau dapat menyesuaikan situasi yang tidak
dikehendaki
Pada usia pra sekolah, pendidikan karakter efektif dilakukan oleh
keluarga. Oleh sebab itu, penting sekali bagi keluarga baru yang
memiliki anak usia di bawah lima tahun untuk memberi lingkungan
belajar yang terbaik di rumah. Orang tua harus meluangkan waktunya
untuk mendidik anak-anak. Ibu yang bekerja di luar rumah tidak
disarankan mempercayakan sepenuhnya pendidikan anak-anak usia
dini kepada pembantu di rumah. Anak usia sekolah (6-12 tahun) sudah
mulai memasuki lingkungan di luar rumahnya. Anak akan lebih
percaya dengan perkataan gurunya daripada orangtuanya sendiri.
Pendidikan karakter anak usia sekolah dasar sangat efektif dilakukan
di sekolah. Lingkungan sekolah (guru dan siswa) memiliki peran yang
kuat dalam membentuk karakter anak.
Remaja masih berada dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan. Remaja memiliki kepribadian yang masih labil dan
sedang mencari jatidiri untuk membentuk karakter permanen.
Pendidikan pada usia remaja menjadi momen yang penting dan
menentukan karakter seseorang setelah dewasa. Lingkungan
pergaulan di sekolah maupun di rumah mempunyai peluang yang
sama kuatnya dalam pengembangan karakter. Oleh sebab itu, perlu
ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara sekolah dan keluarga
dalam mengembangkan karakter anak remaja.
Tugas-tugas pendidik pada usia remaja lebih kompleks daripada
tugas-tugas pada usia anak-anak. Sesuai dengan karakteristik mental
usia remaja yang sedang dalam tahap pencarian jati diri, tugas
pendidik adalah menciptakan lingkungan yang sebaik-baiknya dengan
memberikan banyak aktivitas positif supaya remaja tidak terjerumus
pada kegiatan negatif yang merugikan masa depannya. Pendidikan
karakter pada remaja dilakukan untuk pengendalian diri supaya remaja
tidak terjerumus ke dalam karakter negatif. Supaya karakter positif
dapat diinternalisasi menjadi karakter yang permanen, sekolah
bertugas menyediakan banyak pilihan yang mendukung
berkembangnya karakter positif tersebut dan menekan peluang
munculnya karakter negatif.
D. IMPLIKASI PEMENUHAN KEBUTUHAN REMAJA TERHADAP
PENYELENGGARA PENDIDIKAN
MATERI ABANG
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pembahasan diatas, maka dapat penulis
simpulkan bahwasannya:

BELUM DISIMPULKAN

B. SARAN

Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu penulis masih
mengharapakan kritik dan saran yang bersifat pembangun.
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, dan Enung. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia

PDF Endang Mulyatiningsih, Analisis Model-Model Pendidikan Karakter Untuk


Usia Anak-Anak, Remaja Dan Dewasa , Fakultas Teknik UNY, Karang
malang, Yogyakarta

PDF Iga Serpianing Aroma dan Dewi Retno Sumina, Hubungan Antara Tingkat
Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Perilaku Kenakalan Remaja,
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Perkembangan Vol. 01 No. 02, Juni 2012

PDF Sri Wening, Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Nilai,


Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Jurnal Pendidikan
Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012

Sjarkawi. 2005. Pembentukan Kepribadian Anak. Jambi: Bumi Aksara

Sunarto. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai