Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL BOOK REPORT

“PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN INDIVIDU’’

Dosen Pengampu:
Dr.Nur’aini,MS

Disusun Oleh:
Nama:Josafat Franata L. Sormin
NIM:6221121035

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHARAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (2022)
1 IDENTITAS BUKU

1.1 BUKU 1
Judul : : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Pendekatan Sepanjang Rentang
kehidupan
Pengarang : Kayyis Fithri Ajhuri, M.A
Penerbit : : Penebar Media Pustaka
Tahun : 2019

A. Hubungan Pertumbuhan dan Perkembangan Psikologi


perkembangan
adalah cabang dari disiplin psikologi yang memfokuskan studi pada
perubahanperubahan dan perkembangan struktur jasmani, perilaku dan fungsi mental
manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang
kematiannya.39 Manusia sebagai objek ilmu pengetahuan, dan dibicarakannya dari
sejak munculnya filsafat dan ilmu, hingga sekarang dan pada masa mendatang, tidak
pernah kehabisan materi atau problematiknya. Telaahan tersebut akan selalu saja
menarik bagi manusia yang mau mempelajaarinya. Hal tersebut dapat terjadi karena
kompleksitas manusia itu sendiri sebagai objek garapan ilmu pengetahuan. dalam
psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup kompleks. Di dalamnya terkandung
banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep dasar perkembangan.
perlu dipahami beberapa konsep lain yang terkandung di dalamnya, diantaranya:
Pertumbuhan, Kematangan, dan Perubahan.
1. Perkembangan
Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai :(1) perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (2)
pertumbuha, (3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian
jasmaniah ke dalam bagianbagian fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-
pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Menurut Reni Akbar Hawadi (2001),
“perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi
yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat, dan ciriciri yang baru.
Di dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat
pembuahan dan berakhir dengan kematian.” Menurut F.J. Monks, dkk., pengertian
perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak
begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang
bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali” Kesimpulan umum yang dapat ditarik
dari, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, beberapa definisi diatas adalah bahwa
perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin
membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang
berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsifungsi jasmaniah dan
rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan,
pemasakan, dan belajar. Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri
kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang
lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui
suatu bentuk/tahap ke bentuk/ tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju,
mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.
2. Pertumbuhan
Dalam konsep perkembangan juga terkandung pertumbuhan. Pertumbuhan
(Growth) sendiri sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam
biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. C.P. Chaplin (2002), mengartikan
pertumbuhanpertumbuhan sebagai: satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari
bagian-bagian tubuh atau organisme sebagai suatu keseluruhan. MenurutA.E.
Sinolungan (1997), pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang
dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh. Sedangkan Ahmad
Thonthowi (1993), mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat
dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adaanya perbanyakan (multiplication) sel-sel.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan dalam
konteks perkembangan merujuk perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan
kaki, kepala, jantung, paru-paru, dan sebagainya. Dengan demikian, istilah
“pertumbuhan” lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan
tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju
pada keruntuhannya. Sedangkan istilah “perkembangan” lebih menunjuk pada
kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat.
3. Kematangan
Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa inggris disebut dengan maturation,
sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Seperti
pertumbuhan, kematangan juga berasal dari istilah yang sering digunakan dalam biologi,
yang menunjuk pada keranuman atau kemasakan. Kemudian istilah ini diambil untuk
digunakan dalam perkembangan individu karena dipandang terdapat beberapa
persesuaian. Chaplin mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan,
proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggapp
berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun).
Jadi, kematangan itu sebenarnya merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak
lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola
perkembangan tingkah laku individu. Meskipun demikian, kematangan tidak dapat
dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena kematangan ini
merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk
dan masa tertentu.
4. Perubahan
Perkembangan mengandung perubahanperubahan, tetapi bukan berarti setiap
perubahan bermakna perkembangan. Perubahan-perubahan itu tidak pula
mempengaruhi proses perkembangan seseorang dengan cara yang sama. Perubahan-
perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan
diri dengan lingkungan di mana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, realisasi diri atau
yang biasanya disebut “aktualisasi diri” merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan
ini dianggap sebagai 46 suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat, untuk
menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikis. Bagaimana
manusia mengungkapkan dorongan ini, sangat bergantung pada kemapuan-kemampuan
bawaan dan latihan yang diperoleh, tidak hanya selama masa anak-anak, tetapi juga saat
usianya meningkat dan sampai pada saat ia menjumpai tekanan-tekanan yang lebih
besar untuk menyesuaikan diri dengan harapanharapan masyarakat. B. Prinsip - Prinsip
Perkembangan Dalam Psikologi Perkembangan individu berlangsung sepanjang hayat,
dimulai sejak masa pertemuan sel ayah dengan ibu dan berakhir pada saat kematiannya.
Seperti telah disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa perkembangan individu
manusia itu dinamis, perubahannya kadang-kadang lambat tetapi bisa juga cepat, hanya
berkenaan dengan salah satu aspek atau beberapa aspek berkembang serempak. Dari
beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa prinsip perkembangan, Antara lain adalah
berikut ini; 1. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi seluruh aspek.
Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan spek-spek tertentu tetapi semua aspek.
Perkembangan aspek-aspek tertentu mungkin Psikologi Perkembangan (Sepanjang
Rentang Hidup), lebih terlihat dengan jelas, sedang aspek yang lainnya tersembunyi. 2.
Setiap individu memiliki kecepatan dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seseorang
mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi dan
perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedangkan kemampuan lainnya kurang
dan perkembangannya lambat, walaupun individu pada umumnya berada pada situasi
sedang berkembang. Pada aspek lain, kualitas dan kecepatan perkembangannya lain
pula. 3. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti polapola tertentu.
Perkembangan suatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya. 4.
Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara normal
perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit, tetapi dalam situasisituai tertentu
dapat juga terjadi lompatan-lompatan atau bahkan kemacetan. 5. Perkembangan
berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke arah yang lebih khusus,
mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya
kemampuan-kemampuan yang bersifat umum. 6. Secara normal perkembangan individu
mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati dengan
cepat atau sangat lambat. 7. Sampai pada batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu
aspek dapat dipercepat atau diperlambat. 8. Perkembangan aspek-aspek tertentu
berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya. 9. Pada saat tertentu dan dalam
bidang-bidang tertentu, perkembangan pria dan wanita berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Elfi Yuliana Rochmah, “Hubungan Perkembangan(Sepanjang Rentang Hidup)”,
Ponorogo: STAIN Po Press,Ponorogo, 2014.
2. Buku 2

Judul Buku : Perkembangan individu


Penulis : SIGIT HARIYADI. Dan MUSLIKAH
Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya.
Tebal : 67 halaman
Tahun : 2013
2. Buku 2

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh banyak faktir terutama


pada sisi eksternal atau lingkungan hal ini terkait dengan orang tua, lingkungan
bermain dan tubuh berkembang. Apabila lingkungan sosial mendukung
perkembangan sosial yan positif maka akan mengarah pada bentuk penyesuaian
diri yang positif dan apabila yang terjadi sebaliknya makan yang terjadi adalah
bentuk yang negatif.

3. Penyesuaian diri atau sosial


Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia.
Penyesuaian diri ini dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Tiap
individu mungkin dalam melakukan penyesuaian diri dapat berbeda-beda satu sama
lainnya. Hal ini bergantung pada sifat dan caranya. Menurut Gerungan dalam Sobur
(2009), penyesuaian diri dapat diartikan secara pasif dimana kegiatan individu
ditentukan oleh lingkungan

42
dan juga aktif dimana individu yang mempengaruhi lingkungan. Penyesuaian diri yang
pasif dimana individu yang mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan disebut
juga dengan penyesuaian diri yang autoplastis. Sedangkan penyesuaian diri yang
aktif dimana individu mengubah lingkungan sesuai dengan keinginannya disebut juga
dengan penyesuaian diri yang aloplastis. Ada dua kemungkinan yang terjadi
sehubungan dengan penysuaian diri individu. Jika individu dapat berhasil memenuhi
kebutuhannya sesuai
dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi
lingkungannya, maka ia disebut dapat melakukan penyesuaian dengan baik (well
adjusted). Sebaliknya, jika ia gagal dalam proses penyesuaiannya, ia disebut tidak
punya kemampuan menyesuaikan diri (maladjusted). Menurut Freud dalam Sobur
(2009), maladjusted (pada neurosis) itu berasal dari tuntutan anak akan cinta (love)
dan kesenangan (pleasure) dan berasal dari sikap anak terhadap orang-orang yang
menghambat tercapainya kebutuhan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, individu
secara terus menerus menyesuaikan diri dengan cara-cara tertentu hingga membentuk
suatu pola tersendiri. Bentuk-bentuk penyesuaian diri dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok, yaitu penyesuaian normal dan penyesuaian menyimpang. Penjabarannya
adalah sebagai berikut.
1. Penyesuaian normal
Individu yang memiliki penyesuaian normal (well adjusted) ciri-cirinya
adalah mampu merespon kebutuhan dan masalah secara matang, efisien, puas, dan
sehat (wholesome). Adapun karakteristik penyesuaian yang normal adalah sebagai
berikut.
a. Absence of excessive emotionality, yaitu terhindar dari ekspresi emosi

yang berlebih-lebihan, merugikan, atau kurang mampu mengontrol diri.


b. Absence of psychological mechanisme, yaitu terhindar dari mekanisme
psikologis seperti rasionaliasi, agresi, dan lain sebagainya.

43
c. Absence of the sense of personal frustration, yaitu terhindar dari perasaan
frustasi atau perasaan kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhannya.
d. Rational deliberation and self-direction, yaitu memiliki pertimbangan dan
pengarahan diri yang rasional.
e. Ability to learn, yaitu mampu belajar dan megambangkan kualitas dirinya.
f. Utilization of past experience, yaitu mampu memanfaatkan pengalaman
masa lalu untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik.
g. Realistic and objective attitude, yaitu bersikap objektif dan realistis dalam
hidup.
2. Penyesuaian menyimpang
Penyesuaian diri yang menyimpang atau tidak normal merupakan
prosespemenuhan kebutuhan atau upaya pemecahan masalah dengan cara-cara yang
tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Penyesuaian yang menyimpang ini ditandai dengan respon-respon sebagai berikut.
a. Perasaan rendah diri (inferiority)
Inferiority merupakan perasaan atau sikap yang pada umumnya tidak disadari yang
berasal dari kekurangan diri baik secara nyata maupun maya (imajinasi). Sikap ini
dipengaruhi oleh kondisi fisik, psikologis, dan kondisi lingkungan yang tidak kondusif.
Gejala-gejala yang ditunjukkan antara lain peka, senang mengkritik, senang menyendiri,
pemalu, penakut, dan lain sebagainya.
b. Perasaan tidak mampu (inadequacy)
Inadequacy merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi tuntutan-
tuntutan dari lingkungan. Faktor penyebabnya adalah frustasi dan konsep diri yang tidak
sehat.
c. Perasaan gagal (failure)
Seseorang yang merasa bahwa dirinya tidak mampu cenderung mengalami
kegagalan untuk melakukan sesuatu atau mengatasi masalah yang dihadapinya.

44
d. Perasaan bersalah (guilty)
Perasaan ini mucul setelah seseorang melakukan perbuatan yang melanggar aturan

moral atau sesuatu yang dianggap berdosa E.

Aspek Perkembangan Moral

Pengetahuan moral merupakan aspek utama dalam perkembangan sisi kemanusiaan


kita. Untuk menciptakan moral yang baik bagi inidividu khususnya dimulai dari anak-
anak adalah menciptakan komunikasi yang harmonis antara individu yang ada
sepertihalnya aspek sosial dan bahasa yang telah dijelaskan sebelumnya
sepertihalnya orangtua dan anak. Kebanyakan ketika anak beranjak remaja atau dewasa,
sedikit mengesampingkan ajaran-ajaran moral yang diakibatkan tidak
adanya ruang komunikasi dialogis antara dirinya dengan orangtua sebagai “guru
pertama” yang mestinya terus memberikan pengajaran moral. Jadi, titik terpenting
dalam membentuk moral sang anak adalah lingkungan terkeceil dalam kehidupan
yang dimulai dari sekitar rumah, setelah itu lingkungan sekolah dan terakhir adalah
lingkungan masyarakat sekitar. Apabila rumah dan keluarga sebagai kontrol utama
dan pertama dalam perkembangan moral anak tidak mampu memenuhi syarat
yang baik tentunya hal ini akan berdampak besar terhadap perkembangan moral
pada lingkungan yang lebih besar. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal seperti itu
sudah sewajibnya orang tua membina interaksi
komunikasi yang baik dengan sang buah hati supaya di masa mendatang ketika mereka
memiliki masalah akan meminta jalan keluar kepada orang tuanya. Perkembangan
dapat diartikan sebagai per bahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan
dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula
sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan
atau kematangannya. Sedangkan

45
Purwadarminto menyatakan moral diartikan sebagai ajaran baik dan buruk
perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral diatur segala
perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak
baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan
antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang salah. Dengan demikian moral
merupakan kendali dalam bertingkah laku. Dalam makna secara kebahasaan perkataan
moral sendiri berasal dari ungkapan bahasa latin yaitu mores yang merupakan
bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan. Dengan kata lain
dapat dijelaskan bahwa Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan,
dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral memiliki
dimensi intrapersonal, yang mengatur aktifitas seseorang ketika dia terlibat dalam
interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur interaksi sosial dan
penyelesaian konflik. Santrock, (2007), Papalia, Old & Feldman (2008) menjelaskan
Perkembangan moral berkaitan dengan aturan-atuaran dan ketentuan tentang apa
yang seharusnya dilakukan oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.
Untuk mempelajari aturan-aturan tersebut, Santrock memfokuskan pada 4
pertanyaan
dilihat dan dipelajari dalam rangka pengembangan moralitasnya. Orientasi moral
diidentifikasikan dengan moral position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang
dimiliki seseorang terhadap suatu nilai moral yang didasari oleh aspek motivasi
kognitif dan aspek motivasi afektif. Menurut teori Lawrence Kohlerg tahapan

46
perkembangan moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral,
conventional dan autonomous.
a. Fase premoral (pra-konvensional)
Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan
terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan
salah. Akan tetapi hal ini semata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau
kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan).
Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua tahap
1) Orientasi kepatuhan dan hukuman
Anak menganggap baik atau buruk berdasarkan akibat yang
ditimbulkan nya. Ia menganggab pada stadium ini bahwa setiap
aturan-aturan yang ada ditentukan oleh kekuasaan yang tidak bisa
diganggu gugat, dan apabila ia tidak mematuhinya maka akan
mendapatkan hukuman.
2) Orientasi minat pribadi
Pada ahap ini anak tidak lagi tergantung pada aturan yang ada diluar
dirinya, atau yang ditentukan oleh orang lain melainkan didorong
oleh keinginan dan kebutuhannya sendiri.

b. Fase conventional
Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok
atau bangsa. Anak memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya
sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya bukan
hanya konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan
juga loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung
dan membenarkan seluruh tata-tertib atau norma-norma tersebut serta
mengidentifikasikan diri dengan orang tua atau kelompok yang terlibat di
dalamnya. Tingkatan ini memiliki dua tahap
1) Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “sikap anak baik”
Pada tahap ini anak mulai memasiki umur sebelas tahun dimana
akan memperlihatkan orientasi perubahan yang dapat dinilai baik

47
dan buruk oleh orang lain. Masyarakat atau orang lain adalah faktor
penentu disini apakah dia melakukan sesuatu dengan benar atau
tidak. Mencoba bersikap baik dan menjadi anak yang manis adalah
hal penting pada saat ini.
2) Orientasi hukuman dan ketertiban
Tahap ini adalah stadium dimana mempertahankan norma sosial dan
otoritas menjadi penting. Pada tahap ini bersikap manis atau baik
tidak hanya untuk dapat diterima atau dihargai oleh orang lain, tetapi
juga merupakan bagian dari usaha untuk mempertahankan aturan
atau norma yang sudah berlaku. Sehingga bebuat baik menjadi
sebuah kewajiban untuk mengikuti aturan yang ada dan tidak berbuat
kekacauan.

c. Fase autonomous (pasca-konvensional)


Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-
nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan,
terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-
prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan
kelompok tersebut. Ada dua tahap pada tingkat ini:
1) Orientasi kontrak sosial
Pada stadium atau tahap ini hubungan timbal balik pada diri dan
lingkungan sosial menjadi orientasi utama. Seseorang mencoba
memberikan atau memperlihatkan perilaku yang sesuai dengan apa
yang menjadi aturan masyarakat dan sebaliknya masyarakat harus
mampu memberikan perlindungan dan rasa aman kepada kita.
2) Orientasi Prinsip Etika
Menjadi remaja berarti harus mengerti akan nilai-nilai yang ada dan
berkembang di masyarakat. Dalam kehidupan ada unsur pandangan
subjektif yang menjadi norna atau nilai pribadi tetapi terdapat
padanang sosial yang menyatakan sesuatu dikatakan benar atau salah
yang ada terhadap perbuatan kita didalam masyarakat. Disini

48
menekankan apakah sesuatu dikatakan benar dan salah tidak hanya
berdasarkan etika pribadi tetapi juga pada etika sosial.

F. Aspek Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan suatu urutan kata-kata, dan bahasa dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda.
Vygostsky (1978) berpendapat bahwa perkembangan bahasa seriring dengan
perkembangan kognitif, malahan saling melengkapi, keduanya berkembang dalam satu
lingkup sosial. Hal ini dijelaskan Piaget dalam Santrock (2007) yang berpendapat bahwa
berfikir itu mendahului bahasa dan lebih luas dari bahasa. Bahasa adalah salah
satu cara yang utama untuk mengeskpresikan pikiran dan dalam seluruh
perkembangan kognitif. Bahasa dapat mengarahkan perhatian anak pada benda-
benda baru atau hubungan baru yang ada dilingkungan, mengenalkan anak pada
pandangan yang berbeda dan memberikan informasi baru pada anak. Hal ini dapat
dikatakan bahwa bahasa merupakan sebagian komponen yang ada didalam sistem
kognitif pada perkembangan manusia.
1. Prinsip-prinsip perkembangan bahasa
Seperti yang dijelaskan bahwa perkembangan bahasa sangat erat
dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan kognitif individu
tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk
pengertian menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Yusuf (2009)
menjelaskan perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun yaitu
saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu
sebagai berikut :
a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif seperti “bapak
makan”

49
b. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif seperti “bapak
tidak makan”.
c. Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat :
1) Kritikan: “ini tidak boleh, tidak baik”
2) Keragua-raguan: berangkali, mungkin, bisa jadi.
3) Menarik kesimpulan analogi: seperti saaat anak melihat
ayahnya tidur karena sakit, pada waktu lain anak melihat
ibunya tidur, dia mengatakan bahwa ibunya sakit.
Sejalan dengan hal itu maka terdapat dua prinsip yang mempengaruhi
penyatuan pemikiran dan bahasa, yaitu:
a. Semua fungsi mental memiliki asal usul eksternal atau sosial. Anak-
anak harus menggunakan bahasa dan mengkomunikasikannya kepada
orang lain sebelum mereka berfokus ke dalam ke proses mental
mereka sendiri.
b. Anak-anak harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan
bahasa selama periode waktu yang lama sebelum transisi dari
kemampuan berbicara secara eksternal ke internal berlangsung.

2. Tugas perkembangan bahasa


Terdapat beberapa fase tugas perkembangan bahasa yang biasa dilalui
oleh setiap individu atau manusia. selayaknya sebuah tugas perkembangan
maka saat seorang individu mampu menyelesaikan tugas perkembangan pada
tahap atau stage sebelumnya maka hal tersebut akan mendorong atau
membantu dalam penyelesaian tugas perkembangan pada tahap selanjutnya.
Hal ini juga demikian berlaku pada sebaliknya jika seorang individu gagal
atau kurang maksimal dalam penyelesaian tugas yang ada maka akan dapat
mengahambat ketercapaian tugas pada fase sebelumnya. Yusuf (2009)
menjelaskan terdapat 4 tugas perkembangan bahasa pada indivudu
a. Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
Layaknya seorang bayi belum mampu memahami kalimat dan kata-
kata dari orang lain. Tetapi seorang bayi mampu memahami makna

50
bahasa orang lain dengan cara memahami gerakan atau bahasa tubuh
yang menyertai ucapan tersebut.
b. Pengembangan perbendaharaan kata, perbendaharaan kata-kata
anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama,
kemudia memasuki dengan tempo yang lebih cepat saat akan masuk
pada masa-masa sekolah dan terus bertambah seiring dengan fase
perkembangan yang ada.
c. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, kemampuan seseorang
menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya mulai
berkembang sebelum usia 2 tahun, bentuk kalimat pertama yang
disusun adalah kalimat tunggal yang disertai dengan bahasa tubuh
untuk melengkapi cara berfikir. Contoh :menyebutkan sebuah benda
atau mainan dengan sambil menunjukkan jari mereka ke hal tersebut
yang dimana dalam hal ini yang dimaksud oleh sang anak adalah
“ambilkan benda tersebut” atau mungkin “lihatlah benda itu”
d. Ucapan, kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar
melalui imitasi terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang
lain.
.

2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

1. KELEBIHAN BUKU
a. Buku 1
- Kelebihan buku ini terdapat dalam susunan atau skema penulisan yang
teratur dan saling berhubungan, bahasa yang digunakan tidak berbelit-belit
- Dengan menggunakan bahasa resmi yang mudah dipahami oleh pembaca;
- Buku ini cukup lengkap dalam membahas masalah perkembangan peserta
didik;
- Sampul depan atau cover buku ini juga terlihat menarik dengan gambar
pensil warna yang tertata indah;
b. Buku 2

Buku ini sangat bermanfaat bagi calon guru untuk menghadapi sikap para
anak didik yang mulai beranjak remaja. Cover pada buku ini juga menarik
sehingga menarik minat pembaca. Kertas dan cetakan tulisan pada buku ini bagus
dan menarik sehingga enak untuk dibaca.

2. KEKURANGAN BUKU
a. Buku 1

Pada dasarnya, buku ini hampir tidak ada kekurangan. Hal ini disebabkan
karena penulis dengan cerdas dan teliti memaparkan deskripsi mengenai hal-hal
yang berkenaan dengan perkembangan peserta didik. Buku ini dinilai cukup untuk
mengetahui perihal perkembangan peserta didik.
b. Buku 2

Pembahasan materi pada buku ini banyak yang diulang-ulang, sehingga


sedikit membosankan, ada juga beberapa kalimat yang sulit untuk dimengerti.
Kertas terlalu tipis, sehingga tulisan yang berada di halaman selanjutnya timbul di
halaman sebelumnya, begitu pula sebaliknya

Daftar Pustaka: Hurlock, Elizabeth B. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu


Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga Papalia & Olds. 2008
Santrock, John W. 2007. Pekembangan Anak. Jakarta : Erlangga Sobur, Alex. 2009.
Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia. Sunarto & Hartono, Agung. 2002.
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Rineka Cipta Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
3

Anda mungkin juga menyukai