PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini ada dua hal yang sangat berkaitan erat selama proses
kehidupan, kedua hal tersebut yakni pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini
berlangsung secara interdepedensi yakni saling bergantung satu sama lain. Pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan kuantitaif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur
kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan.
Anak yang sehat, cerdas, dan berpenampilan menarik dan berakhlak mulia
merupakan dambaan setiap orang tua, untuk mencapai hal tersebut terdapat berbagai
kriteria yang harus terpenuhi dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satunya
adalah faktor keturunan dan genetika, Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses
tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor genetik adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang
berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi faktor biologis, fisik dan
Selain peroses perkembangan dari sejak dalam kandungan, masa bayi, masa anak-
anak, masa anak- anak akhir, masa remaja, masa dewasa awal, dan masa dewasa akhir.
Selain itu, sebagai manusia juga akan berada pada tahap tua atau lansia. Pada usia lansia
ini, manusia cenderung berpikir bahwa jatah hidupnya di dunia sudah tidak lama lagi. Hal
ini dapat menyebabkan kecemasan pada sebagian lansia karena cenderung berpikir tentang
1
Banyak faktor yang membuat seseorang takut mati salah satunya yaitu seseorang
yang tidak menemukan tujuan atau kegunaan dalam kehidupannya, kematian akan menjadi
suatu pengalaman yang mencemaskan (Durlak dalm wicaksono, 2015). Sedangkan Wilis
dalam Atien 2009 berpendapat bahwa kecemasan tentang kematian adalah suatu hal yang
berkaitan dengan berbagai faktor seperti usia, keyakinan religius, dan tingkat dimana
Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kecemasan terhadap
kematian merupakan suatu hal yang sering dirasakan oleh manusia pada saat usia lanjut,
yang berhubungan erat dengan keyakinannya akan kehidupan dimasa setelah kehidupan.
depresi, gangguan psikosomatis (Feifel dan Nagy, 1981). Pentingnya penelitian terhadap
ketakutan terhadap kematian menyandarkan pada premis bahwa setiap manusia akan mati.
Selain itu, dampak negatif yang muncul dari ketakutan akan kematian ini banyak
Untuk mengatasi kecemasan menghadapi kematian, salah satu hal yang sangat
berperan penting dalam menghalau kecemasan dan ketakutan yang terjadi akibat dari
ketidakpastian dan ketidaktahuan yang dialami dalam hidup adalah dengan meningkatkan
religiulitas, hal ini dikarenakan bahwa keyakinan religius memiliki hubungan yang positif
terhadap kecemasan terhadap kematian, dimana orang yang memiliki motivasi religius
yang tinggi akan memiliki kecemasan yang rendah terhadap kematian sehingga dapat
membuat pikiran menjadi lebih positif dalam mempersiapkan diri menghadapi usia dimasa
2
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini maka penulis membuat batasan masalah seputar “
tahapan perkembangan psikologi manusia” yang akan membahas beberapa poin pada bab
selanjutnya antara lain yaitu tahapan perkembangan psikologi manusia yang terdiri dari
delapan tahap, aspek-aspek perkembangan psikologi manusia terdiri dari enap aspek,
faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi manusia terdiri dari empat
fakror, dan prinsip- perkembangan manusia terdiri dari sembilan prinsip perkembangan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
psikologi berasal dari kata psyche dan logos (bahasa Yunani). Psyche berarti jiwa atau
ruh sedangkan logos berarti ilmu. Jadi secara etimologis psikologi adalah ilmu yang
mempelajari jiwa atau ruh. Seiring dengan berkembanganya ilmu ilmiah, definisi
psikologi mulai dipertanyakan sebagai sebuah ilmu jiwa. Hal ini karena jiwa “soul”
objeknya dapat diamati, dicatat dan diukur (observable). Ada beberapa pengertian
manusia merupakan suatu studi ilmiah tentang pola-pola perubahan dan stabilitas di
sepanjang rentang kehidupan manusia. Hal itu menunjukkan bahwa manusia mengalami
perubahan dalam beberapa hal, misalnya dalam hal tinggi dan berat badan,
berbagai perubahan yang bertahap yang dialami individu atau organisme menuju tingkat
4
Sedangkan perkembangan menurut Della (2009) merupakan perubahan
psikofisis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisis yang
ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar pada waktu tertentu.
suatu studi ilmiah tentang pola-pola perubahan dan stabilitas disepanjang rentang
kehidupan manusia yang disertai dengan berbagai perubahan yang bertahap yang
dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya yang
Jadi, sedikitnya ada empat istilah yang berdekatan bahkan saling terkait
dibahas secara singkat tentang hakikat keempat konsep tersebut agar dapat dibedakan
a. Pertumbuhan (Growth)
(growth). Istilah pertumbuhan atau growth ini merupakan sebuah kata yang lazimnya
digunakan dalam disiplin ilmu biologi oleh sebab itu dalam memahamini akan lebih
pertumbuhan ialah suatu perubahan secara biologi yang dialami oleh makluk hidup
yaitu berupa pertambahan ukuran, baik volume, bobot, maupun jumlah sel yang
5
perubahan yang tidak dapat kembali ke semula, contohnya seokor bayi harimau yang
tumbuh menjadi dewasa maka tidak dapat kembali menjadi bayi harimau lagi.
b. Perkembangan (development)
menuju keadaan yang lebih dewasa dibanding sebelumnya sehingga terbentuk organ-
organ atau sel-sel yang memiliki fungsi dan struktur yang berbeda pula. Dengan kata
lain perkembangan adalah suatu gejala perubahan dalam fungsi dari organ-organ
yang telah mengalami pertumbuhan tersebut. Pada aspek ini lebih ditekankan pada
perubahan fungsi atau psikis yang lebih kompleks sehingga pada perkembangan ini
tidak dapat diukur dengan mudah tetapi hanya bisa dilihat gejala perubahannya. Jadi,
c. Kematangan (Maturitation)
kematangan (maturation) ialah urutan perubahan yang teratur yang disebabkan oleh
cetak biru genetik yang kita miliki masing-masing. Dengan kata lain dapat dijelaskan
Atau bisa juga dikatakan bahwa kematangan (Maturity) adalah kemampuan untuk
mengendalikan diri (self control) dan tidak mudah terpancing oleh reaksi yang
6
4). Mampu mengelola stress secara efketif
5). Mengendalikan emosi negatif dan bertindak secara konstruktif untuk mencari
penyelesaiannya
d. Perubahan (change)
lingkungan dimana ia hidup. Upaya atau tujuan yang ada dalam setiap perubahan ini
dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat, untuk
menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikis, kesemua
hal tersebut merupakan sebuah upaya dalam mewujudkan aktualisasi dalam diri
individu. Desmita dalam Della (2009) juga menjelaskan bahwa secara garis besar
Ada beberapa tahapan- tahapan perkembangan yang harus dilalui oleh manusia,
seorang manusia. walaupun begitu periode ini dipahami sebagai periode yang paling
singkat dibandingkan masa periode yang lainnya, sekaligus sebagai periode yang
7
penting bahkan sangat penting diantara periode yang lain. Walaupun sebagai periode
yang singkat, periode pranatal memiliki beberapa ciri atau karakteristik yang setiap
ciri yang ada memliki pengaruh dalam perkembangan selama rentang kehidupan
1). Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan
2). Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembangan sifat
pola perkembangan
3). Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat
4). Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode
5). Periode pranatal merupakan masa yang mengandung banyak bahwa baik bersifat
b. Masa Bayi
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 2
tahun. Erikson dalam Feist & Feist dalam Wicaksono (2015) menjelaskan
Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada bayi
8
nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoron (eliminsi) dengan
sepuasnya. Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara
Apabila seorang ibu bisa memberikan rasa hangat dan dekat, konsistensi dan
kontinuitas kepada bayi mereka, maka bayi itu akan mengembangkan perasaan
dengan menganggap dunia khususnya dunia sosial sebagai suatu tempat yang
aman untuk didiami, bahwa orang-orang yang ada didalamnya dapat dipercaya
dan saling menyayangi. Kepuasaan yang dirasakan oleh seorang bayi terhadap
sikap yang diberikan oleh ibunya akan menimbulkan rasa aman, dicintai, dan
terlindungi. Melalui pengalaman dengan orang dewasa tersebut bayi belajar untuk
mengantungkan diri dan percaya kepada mereka. Hasil dari adanya kepercayaan
bayinya, dan tidak dapat memberikan rasa hangat dan nyaman atau jika ada hal-
memenuhi keinginan mereka sendiri, maka bayi akan lebih mengembangkan rasa
tidak percaya, dan dia akan selalu curiga kepada orang lain.
Masa anak-anak telah menjadi masa begitu unik sehingga sulit untuk kita
bayangkan bahwa masa tersebut tidak selalu dianggab berbeda dengan masa
dewasa. Era baru telah mempelajari anak dimulai dengan munculnya beberapa
purwadi: 2004) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang sedang berada dalam
9
periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu
Sedangkan, Sandra (2011) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase
sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan
prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat,
didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya,
maka anak akan mampu mengembangkan prakarsa, dan daya kreatifnya, dan hal-
hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong,
tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan,
bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di
pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat,
sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya. Pada
tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya
disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4
tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi)
menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan
10
d. Masa anak- anak akhir
Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada usia
sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan
dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras
dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini
yang pada awalnya hanya sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring
bertambahnya usia bahwa rencana yang ada harus dapat diwujudkan yaitu untuk
dapat berhasil dalam belajar. Anak pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan
bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau ditempat bermain. Melalui
tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan suatu sikap rajin. Berbeda kalau
anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (inferioritas),
sehingga anak juga dapat mengembangkan sikap rendah diri. Oleh sebab itu,
peranan orang tua maupun guru sangatlah penting untuk memperhatikan apa yang
Dalam lingkungan yang ada pola perilaku yang dipelajari pun berbeda dari
dengan mempergunakan cara maupun metode yang standar, sehingga anak tidak
terpaku pada aturan yang berlaku dan bersifat kaku. Peristiwa tersebut biasanya
dikenal dengan istilah formal. Sedangkan pada pihak lain jikalau anak mampu
mengerjakan segala sesuatu dengan mempergunakan cara atau metode yang sesuai
11
e. Masa Remaja
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat
masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence)
diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan
identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan,
kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering
diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok
sebayanya.
Masa pubertas terjadi pada tahap ini, kalau pada tahap sebelumnya
tahap ini mereka sudah dapat melihat dan mengembangkan suatu sikap yang baik
dalam segi kecocokan antara isi dan dirinya bagi orang lain, selain itu juga anak
pada jenjang ini dapat merasakan bahwa mereka sudah menjadi bagian dalam
kehidupan orang lain. Semuanya itu terjadi karena mereka sudah dapat
sebelumnya yang merupakan ego sintesis. Dalam arti kata yang lain pencarian
identitas ego telah dijalani sejak berada dalam tahap pertama/bayi sampai
12
f. Masa Dewasa Awal
intimacy- isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang
kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah
mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim
hanya dengan orang orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul
Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang
dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut
dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin dengan orang
lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila
seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi
dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi.
ini ialah rasa cuek, di mana seseorang sudah merasa terlalu bebas, sehingga
mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memperdulikan dan merasa tergantung
Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus berjalan
dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks
13
teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala bentuk
Erikson dalam Atien, (2009) percaya bahwa orang dewasa tengah baya
nama yang diberikan Erikson pada fase ketujuh dalam teori masa hidupnya.
selanjutnya.
Melalui generativitas parental (orang tua), orang dewasa memberikan asuhan dan
Dalam hal ini objek generatif adalah kebudayaan itu sendiri. Melalui
kepada orang lain. Dalam hal ini, individu generaf adalah seseorang yang
mempelajari keahlian.
diri yang posif dan kemudian memberikannya sebagai hadiah pada generasi
berikutnya.
14
h. Masa Usia Lanjut
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang
diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua
ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah
dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan
di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih
memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena
faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi
ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi
kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa-
apa lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri
orang yang berada pada tahap paling tinggi dalam teori Erikson terdapat
integritas yang memiliki arti tersendiri yakni menerima hidup dan oleh karena itu
juga berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri. Namun, sikap ini akan
bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat integritas yang mana
15
kecenderungan kecemasan lebih kuat dibandingkan dengan integritas maupun
Setiap fase perkembangan yang ada, memiliki beberapa aspek perkembangan yang
sama tetapi berbeda tingkatan atau kematangan pada setiap fasenya. Berikut ini akan
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan).
seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu
Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian yang luas mengenai
berfikir dan mengamati. Ada yang mengartikan bahwa kognitif adalah tingkah laku-
sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan mental yang
16
terlibat di dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan.
dan berfantasi.
Ikalor (2004) menyatakan bahwa perkembangan pada aspek emosi ini merupakan
segala pengalaman afaktif yang terjadi dalam kehidupan manusia yang membantu
mereka dalam mengenali dan merespon segala bentuk gajala emosi yang ada didalam
dirinya meliputi kemampuan untuk mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut,
dan marah, serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Perlu ditekankan bersama bahwa emosi
dan perasaan merupakan sesutau hal yang berbeda satu sama lain. Walaupun demikian
arti keduanya tidak dapat dibedakan secara eksplisit atau tegas. Hal ini karena pada
kondisi tertentu secara afektif dapat dikatakan secara perasaan, tetapi juga dapat
dikatakan sebagai emosi sebagai contoh marah dengan diam atau tertawa dalam
kesedihan. Emosi diartikan sebagai pengalaman afektif yang disertai penyusuaian dari
dalam diri individu tentang keadaan mental fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang
tampak.
Sunarto & Hartono dalam Ikalor (2004) menjelaskan beberapa ciri emosi dalam
berikut :
17
4). Pernapasan : bernapas panjan jika kecewa.
10). Komposisi darah : komposisi darah akan berubah saat emosi berubah diakibatkan
Berikut ini beberapa teori emosi menurut para ahli, teori- teori tersebut antara lain:
a. Canon Bard menyatakan bahwa teori tentang pengaruh fisiologis terhadap emosi
menurut teori ini emosi merupakan situasi yang menimbulkan rangkaian pada proses
syaraf.
b. James dan Lange. Teori ini menyatakan bahwa emosi itu timbul karena pengaruh
c. Lindsley: activation theory (teori penggerakan). Menurut teori ini emosi disebabkan
oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak.
remaja dalam mengekspresikan emosi secara tepat dan wajar dengan pengendalian diri,
memiliki kemandirian, memiliki konsekuensi diri, serta memiliki penerimaan diri yang
dirinya kepada orang lain. Rasa konsekuen adalah rasa tanggung jawab remaja dengan
18
akibat dan keputusan yang telah diambil. Penerimaan diri adalahkemampuan remaja
untuk dapat menerima keadaan diri sendiri, baik kelemahan maupun kelebihan,
kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan
tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja
sama. Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling
membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari
oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan
manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga
kemanusiaan kita. Untuk menciptakan moral yang baik bagi inidividu khususnya
dimulai dari anak-anak adalah menciptakan komunikasi yang harmonis antara individu
yang ada sepertihalnya aspek sosial dan bahasa yang telah dijelaskan sebelumnya
b. Fase conventional
19
6. Aspek perkembangan bahasa
dalam satu lingkup sosial. Bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk
mengarahkan perhatian anak pada bendabenda baru atau hubungan baru yang ada
informasi baru pada anak. Hal ini dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan sebagian
komponen yang ada didalam sistem kognitif pada perkembangan manusia. Yusuf
(2009) menjelaskan perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun yaitu saat
anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan tersebut yaitu
sebagai berikut:
a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif seperti “bapak makan”, “ ibu
minum”
b. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif seperti “bapak tidak makan”,”
3) Menarik kesimpulan analogi: seperti saaat anak melihat ayahnya tidur karena
sakit, pada waktu lain anak melihat ibunya tidur, dia mengatakan bahwa ibunya
sakit atau sedang ibunya sedang beristirahat sejenak. Kata- kata ini dapat disusun
sedikit demi sedikit seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya dari tahun
ke tahun.
20
C. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Ada tiga aliran yang membahas tentang faktor- faktor yang mempengaruhi
a. Aliran Nativisme
Tokoh aliran ini adalah Schoupen Howern. Menurut aliran ini perkembangan
bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan baik karena
berasal dari keturunan orang tuanya maupun karena memang ditakdirkan demikian. Jika
individu pembawaannya baik, maka akan baik pula individu tersebut begitu juga
sebaliknya. Menurut aliran ini, pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa
b. Aliran Empirisme
Salah satu tokoh aliran ini adalah John Locke, yang mengembangkan teori “tabula
rasa”. Menurutnya manusia bagaikan “tabula rasa”, yakni meja lilin yang putih bersih
belum tergoreskan apapun. Mau dijadikan gambar gambar apa saja meja lilin tersebut
terserah pelukisnya. Meja lilin di sini diibaratkan sebagai bayi yang baru lahir yang
akan berkembang, sedangkan pelukis adalah lingkungan yang akan membentuk jadi
apapun anak yang baru lahir ini. Dengan kata lain, aliran empirisme sangat yakin bahwa
terkenal sebagai behaviorist dari Amerikat Serikat, pernah sesumbar “Beri aku bayi, lalu
mintalah kepada ku mau dijadikan apa pun bayi itu. Mau dijadikan dokter, lawyer, guru,
21
c. Aliran Konvergensi
Tokoh aliran konvergensi adalah William Stern. Aliran ini meyakini bahwa baik
organism. Dengan kata lain Aliran ini mempercayai bahwa faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia tidak hanya berasal dari lingkungan (pengalaman) saja atau
pembawaan saja, tapi dipengaruhi oleh keduanya. Faktor pengalaman tidak berarti apa-
apa tanpa faktor pengalaman begitu juga sebaliknya. Perkembangan yang sehatakan
berkembang jika ada kombinasi dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan
Pada dasarnya, setiap fase perkembangan psikologi manusia satu dengan lainnya
saling berkaitan erat. Hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang
utuh. Adapun tujuan perkembangan adalah untuk menjadikan individu manusia dewasa
berantai.
perkembangan.
22
7. Setiap individu seperti halnya organisme lainnya memiliki dorongan dan hasrat
mempertahankan diri dari hal-hal yang negatif seperti rasa sakit, rasa tidak aman,
8. Dalam perkembangan terdapat masa peka, yaitu suatu masa dalam perkembangan
individu dimana suatu fungsi jasmani ataupun rohani dapat berkembang dengan cepat
9. Perkembangan tiap-tiap individu pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
pada dasarnya perkembangan tidak terbatas pada pertumbuhan secara fisik, namun
berkesinambungan. Selain itu, di dalam perkembangan, dikenal adanya irama atau naik
lainnya memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negatif
seperti rasa sakit, rasa tidak aman, dan kematian. Prinsip perkembangan ini tentunya
sudah mutlak terjadi pada setiap fase perkembangan individu secara bertahap yang
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir tetapi juga oleh faktor
lingkungan. Faktor lingkungan merupakan salah satu factor yang sangat mempengaruhi
tahapan perkembangan seseorang mulai dari perkembangan fisik maupun pola tingkah
laku seseorang. Hal ini bias terjadi karena adanya sosialisasi atau interaksi seseorang
ketika bergaul dengan lingkungan sekitar atau masyarakat sekitar pada kehidupan
sehari- hari.
23
BAB III
A. Kesimpulan
Pada bagian ini, penulis akan menyimpulkan beberapa hal terkait dengan judul
jawaban terhadap rumusan masalah yang telah ditentukan. Adapun kesimpulannya yaitu
sebagai berikut:
pranatal dan kelahiran, masa bayi, masa anak anak akhir, masa remaja, masa dewasa
b. Konsep pertumbuhan (growth) yaitu suatu perubahan secara biologi yang dialami oleh
makluk hidup yaitu berupa pertambahan ukuran, baik volume, bobot, maupun jumlah
sel yang bersifat irreversible. Perubahan yang bersifat irreversible ini maksudnya suatu
perubahan yang tidak dapat kembali kesemula, contohnya seokor bayi harimau yang
tumbuh menjadi dewasa maka tidak dapat kembali menjadi bayi harimau lagi.
terbentuk organ-organ atau sel-sel yang memiliki fungsi dan struktur yang berbeda pula.
c. Aspek perkembangan manusia meliputi beberapa fase yaitu aspek perkembangan fisik,
aspek perkembangan moral, dan aspek perkembangan bahasa. Masing –masing aspek
perkembangannya.
24
B. Penutup
dan menambah khasanah keilmuan kita semua. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh pembaca. Sebagai mana pepatah
mengatakan “No Body Perpect in This World”, begitu juga dengan makalah ini. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini agar
menjadi lebih sempurna dari saat ini sebagai bahan pelajaran yang bisa bermanfaat untuk
pembaca dan kita semua. Atas perhatian dan dukungannya penulis selaku penyusun
25
DAFTAR PUSTAKA
Atien, Nur C. 2009. Early Detection of Disorders of Child Development Growth. International
Journal of Social Education. Vol 5 No 2 November 2009.
Della, Agustina. 2009. The Relationship of Spiritual Intelligence with Readiness in Facing
Death for the Elderly Person. International Journal of Psycology. ISSN 2009 – 8884,
NO. 1, 57 -70.
Iswinarti, at all. 2016. The Influence of Traditional Games with Experiental Learning Method
on Social Competence. International Journal of Recent Scientific Research.Vol. 7,
Issue, 4, pp. 10147-10155, April, 2016
Miftahul, ett all. 2017. Life Span Development in Islam. International Journal of Child and
Gender Studies. Vol. 3, No.1, Maret .97 m.
Papalia, Olds, dan Feldman. 2009. Development of Human Psychology Based on Differences
Age. International journal of psychology development. ISSN 2009 – 8884, NO. 1, 57
– 70.
Purwadi. 2004. The Process of Establishing Youth Self Identity. International Journal
Psychologycal. Vol 1 Januari 43-52.
Reo, Murniati. 2018. The Concept of Fear of Death and Wild Race. International Journal of
Elderly psychology. journal. INSIGHT Volume 10, Nomor 1. Vol. 10, No. 5, 2014,
pp. 189-198 . DOI:10.3968/4546.
Sandra, L. 2011. Social psychology: The Passion of Psychology. International Journal. Gajah
Mada University. Volume 19, No.1, 2011:16-28 ISSN:0854-7108.
Wicaksono, Wahyu. 2015. Fear of Death in Terms of Wisdom and Religious Orientation in
The Late of Adolescence Period with Status of Student. International Journal of
psychology. ISSN 0215 – 8884 2003, NO. 1, 57 – 65.
26