Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

INTESITAS MEMBACA AL-QURAN

DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

NISA IZZA AZKIA

MAKALAH DITULIS UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN

TUGAS KELAS AKHIR

PONDOK PESANTREN MUHAMMADIYAH KLATEN

(MBS KLATEN)

TAHUN 2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : NISA IZZA AZKIA

JUDUL MAKALAH : INTESITAS MEMBACA AL-QURAN DALAM

KEHIDUPAN SEHARI-HARI

TANDA
NO NAMA TANGGAL
TANGAN
1. PENGUJI I

2. PENGUJI II

3.

Klaten, . . . . . . . . . . . . . 2023
Mengetahui
Mudir MBS Klaten

H.M Fakhrudin Sasmito. Lc


NBM. 1034856

ii
PERSETUJUAN UNTUK UJIAN MAKALAH

Kepada Yth,
Mudir Ma’had MBS Klaten
Di klaten

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Setelah memberikan bimbingan atas makalah :

Nama : Nisa Izza Azkia

Alamat : Ngelencong, Kauman, Sine, Ngawi, Jawa Timur

Judul : Intesitas Membaca Al-quran Dalam Kehidupan Sehari-hari

Kami menyetujui bahwa makalah tersebut telah memenuhi syarat untuk diajukan
pada ujian makalah.

Demikian peretujuan disampaikan, atas perhatianya diucapkan Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Klaten,……………….2023
Pembimbing

……………….

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji bagi Allah Azza Wajala karena


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisa
makalah ini, kami ucapkan banyak terima kasih kepada para asatidah pembimbing
serta teman-teman seperjuangan yang senantiasa menemani kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penyusunan makalah ini dapat kami selesaikan merupakan keberhasilan


yang sangat berarti yang dapat kami peroleh dari berbagai pihak, karena itu
dengan segala kerendahan hati, penulis mwmpersembahkan terima kasih yang
sangat mandalam kepada setiap pihak yang telah membantu pembuatan makalah
ini untuk memenuhi Sebagian tugas kelas akhir.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu menambah wawasan


dan pengetahuan. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membutuhkan
referensi pembelajaran.

Klaten,………………2023

Nisa Izza Azkia

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………….………. i

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………….……..ii

PERSETUJUAN UNTUK MAKALAH …………………………….……….. iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………….….. iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………….……. v

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….….. 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………….... 2
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………… 3

A. Pengertian Intesitas Membaca Al-Quran …………………………. 3


B. Pengaruh Menurunya Kesadaran Dalam Membaca Al-Quran ….... 5
C. Cara Meningkatkan Intesitas Dalam Membaca Al-Quran Dalam
Kehidupan Sehari-Hari …………………………………………... 10
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………13
A. Kesimpulan ………………………………………………………..13
B. Saran ………………………………………………………………14
DAFTAR PUSAKA ……………………………………………………………15

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intesitas adalah tingkat suatu keseringan seseorang dalam


melakukan suatu kegiatan tertentu, melakukan hal-hal yang menunjang
kegiatan positif seperti membaca al-Qur’an. Membaca al-Qur’an adalah
kegiatan yang harusnya dilakukan oleh setiap orang baik dari usia dini
sampai usia tua. Namun, pada zaman modern/milenial saat ini tidak sedikit
dari kalangan tersebut lebih banyak menghabiskan waktu luang mereka
dengan hal-hal yang membuang waktu atau sia-sia seperti bermain media
sosial yang hanya melihat atau meng-scroll dari media-media sosial
tersebut.

Selain bermain media sosial, tidak sedikit juga dari kalangan


remaja yang bermain game online, tawuran, pergaulan bebas, dan kegiatan
lain yang tidak bermanfaat. Masih banyak fenomena kejadian atau
peristiwa yang terjadi akibat kurangnya mengisi waktu luang dengan hal
positif seperti membaca al-Qur’an. Membaca al-Qur’an adalah kegiatan
positif yang bernilai ibadah, dan waktu membaca al-Qur’an tidak di
tentukan atau tidak dibatasi yang artinya bisa dilakukan dimana saja dan
kapan saja. Melihat konteks ibadah membaca al-Qur’an, seharusnya
kesadaran akan pentingnya dan betapa butuhnya kita membaca al-Qur’an.

Tingkat kesadaran dalam membaca al-Qur’an adalah salah satu


ukuran seseorang dalam meningkatkan intesitas membaca al-Qur’an.
Semakin sadar seseorang akan pentingnya membaca al-Qur’an, maka dia
akan selalu membaca al-Qur’an dengan memperhatikan intesitasnya dalam
membaca al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Intesitas membaca al-
Qur’an bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti setelah
maghrib dan waktu luang lainnya.

1
B. Rumusan Permasalahan
1. Apa yang dimaksud dengan intesitas membaca al-Qur’an dalam
kehidupan sehari-hari?
2. Apa yang mempengaruhi menurunya kesadaran dalam membaca al-
Qur’an?
3. Bagaimana cara meningkatkan intesitas membaca al-Qur’an dalam
kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian intesitas membaca al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui pengaruh menurunya kesadaran dalam membaca al-
Qur’an.
3. Untuk mengetahui cara meningkatkan intesitas membaca al-Qur’an
dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Intesitas Membaca Al-Quran


Kata intesitas berasal dari kata intes yang berarti hebat atau sangat
Kuat, tinggi, bergelora, penuh semangat, berapi-api, berkobar-kobar,
sangat emosional. Intesitas adalah keadaan tingkatan autau ukuran
intesitasnya. Intesitas bisa diartikan sebagai tingkatan intens yang
dilakukan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan yang sama secara
terus-menerus dan tetap.1
Intesitas adalah gambran beberapa lama dan seringya seseorang
melakukan suatu kegiatan dengan tujuan tertentu.2 Intesitas adalah sebagai
suatu kekuatan yang berasal dari seseorang yang hebat, penuh dengan
semangat yang berkobar-kobar dan berhubungan dengan perasaan yang
bersifat emosional.3 Intesitas bisa diartikan seberapa lama seseorang
menggunakan waktunya untuk tujuan tertentu.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa intesitas
adalah gambaran berapa lamanya kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
secara sungguh-sungguh dan terus menerus sehingga memperoleh hasil
yang optimal. Intesitas dapat diarikan juga keadaan seseorang untuk
mengetahui ukuran intensnya melakukan sesuatu untuk tujuan tertentu.
Dapat dikatakan pula intesitas adalah peristiwa yang sama dengan
dilakukan secara diulang-ulang untuk mendapatkan sesuatu.
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati.4 Jadi dapat
disimpulkan bahwa membaca merupakan proses pemahaman atau
penikmatan terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan kemampuan

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002 hlm. 438
2
Aida Rismana. 2016. Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Motivasi Belajar Siswa Siswi
Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Geografi, hlm. 41.
3
Muhammad Ali. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung Angkasa. Hlm. 15.
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama), hlm. 6.

3
melihat yang dimiliki oleh pembaca sesuai dengan tujuan yang
dilakukan secara nyaring atau dalam hati. Harapan setelah dapat
membaca mampu mengingat sehingga suatu saat jika diperlukan maka
dapat diulangi kembali. Sedangkan pengertian Al-Qur’an adalah sebagai
firman Allah yang disampaikan lewat Rasulullah saw melalui perantara
malaikat jibril. Mempelajari Al-Quran baik dengan membacanya,
memahaminya, dan mengamalkannya yang merupakan suatu yang
seharusnya dilaksanakan bagi umat Islam. Terutama dalam membaca al-
Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang sebenarnya atau
ilmu tajwid.
Rasululllah dan para pendidik muslim sangat menaruh
perhatiankepada umat Islam agar belajar dan mengajarkan Al-Quran,
mampu membaca, mampu memahami dan mengamalkannya. Al-Quran
dijadikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai aspek baik dalam
beribadah maupun dalam bermuamalah, bahkan Al-Quran merupakan
sumber mendapatkan pengetahuan. Materi pembelajaran Al- Quran
meliputi pengajian membaca Al-Quran dengan tajwid sifat dan
makhrajnya maupun kajian makna terjemahannyadan tafsirnya. 5

Maka tidak dapat dihindari bahwa membaca Al-Qur’an


merupakan kewajiban utama umat Islam. Karena di dalam Al-Qur’an
terdapat segala apa yang dibutuhkan manusia untuk menjalani hidup di
dunia dan di akhirat. Setelah manusia mampu membaca Al-Qur’an
sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka tugas selanjutnya manusia
adalah membaca arti dan memahami makna yang terkandung didalam
Al-Qur’an untuk dijadikan pegangan hidup. Didalam Al-Qur’an telah
ada jawaban-jawaban dari berbagai permasalahan yang muncul di dunia
dan tanda-tanda kekuasaan Allah semuanya ada didalam Al-Qur’an,
tinggal manusia mencari makna dan maksud yang terkandung didalam
Al-Qur’an.

5
Abdul Majid khon, Hadits Tarbawi, ( Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 13-14

4
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa membaca Al-Qur’an
adalah proses pemahaman teks bacaan dengan memanfaatkan
kemampuan melihat yang dimiliki oleh pembaca Al-Qur’an yang
dilakukan secara nyaring atau dalam hati dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid, agar bisa dipahami dan diamalkan maknanya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, intesitas membaca al-


Qur’an adalah seberapa seringnya seseorang dalam membaca atau
memahami al-Qur’an yang sering terus diulang dalam kehidupan sehari-
hari atau yang sering kita sebut dengan istilah istiqomah dalam beribadah
dalam membaca al-Qur’an.

B. Pengaruh Menurunnya Kesadaran Dalam Membaca Al-Quran

Kita ketau bersama bahwa membaca al-Qur’an adalah ibadah yang


bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, yang artinya tidak ditentukan
batasan waktu. Namun, kesadaran dalam membaca al-Qur’an masih
banyak yang kurang menyadarinya. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi menurunya kesadaran dalam membaca al-Qur’an antara
lain :

1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang berproses atau belajar, Adapun faktor internal
antara lain :
a) Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik sesorang pada tubuh
atau badan beserta bagian-bagiannya bebas dari
penyakit. Kesehatan adalah keadaan seseorang atau hal
sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap
aktivitas ataupun belajarnya seseorang. Salah satunya
seperti proses mengaji seseorang akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia

5
akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah
pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah
ataupun ada gangguan yang membuat sesorang
terhalang untuk mengaji.

b) Psikologis dan kelelahan


Faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah :
intelegensi, perhatian, minat, bakat motif, kematangan
dan kelelahan. Kelelahan pada seseorang walaupun
sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani atau psikis. Kelelahan jasmani terlihat dengan
lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan
untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan
rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang.

2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor luar yang mempengaruhi diri
seseorang dalam berproses ataupun belajar. Adapun yang
termasuk faktor eksternal adalah :
a) Faktor keluarga
Semua orang tua menyatakan pentingnya
mengajarkan beribadah kepada anak sesuai dengan
harapan yang mereka miliki, yakni anak-anak
menjadi anak yang saleh. Namun dalam penerapan
sehari-hari, terdapat perbedaan antara keluarga yang
satu dengan yang lain dalam ketaatan beribadah.
Pada keluarga yang kurang taat, ayah menyuruh

6
anak untuk mengaji, sementara ayah sendiri tidak
melakukannya. Meskipun dalam keluarga tersebut
ibu mengaji, namun kondisi ayah yang tidak
mengaji menjadi penghambat tersampaikannya nilai
tentang keutamaan mengaji kepada anak.
Faktor keluarga ini memang salah satu faktor yang
paling berpengaruh dalam perkembangan akhlak.
selain lingkungan rumah ada lingkungan sekolah,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat sebagai
seseorang beradaptasi.6
b) Media elektronik
Yang termasuk dalam media elektronik adalah TV,
Bioskop, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-
komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar
dalam masyarakat.
Peredaran media di masyarakat harus disertakan
dengan adanya pengawasan, terutama penggunaan
media seperti: TV, majalah, dan komik yang
digunakan oleh anak pasca Sekolah Dasar perlu
kiranya ada pengawasan dari orang dewasa
sehingga anak-anak usia sekolah (usia 13-18 tahun)
tidak terlena sampai mereka melupakan
kewajibannya untuk belajar terutama membaca
al-Qur’an.
c) Dampak negatif dari media sosial
Ada beberapa dampak negatif pengguna media
sosial bagi seseorang,7 sehingga dapat

6
Zakiah Darajat. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Hlm . 56.
7
Alfiyana Khoirotun. 2014 Pengaruh Penggunaan Jejaring Sosial Facebook Terhadap
Perilaku Siswa. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Hlm. 23.

7
mempengaruhi proses sesorang dalam belajar
terlebih pada membaca al-Qur’an antara lain :
1) Berkurangnya waktu belajar, terlalu lama
bermain media sosial akan mengurangi jatah
waktu belajar.
2) Mengganggu kesehatan, terlalu banyak menatap
layar hp maupun komputer dapat mengganggu
kesehatan mata
3) Menjadi mudah malas, tidak mengerjakan tugas
karena selalu ingin tahu status teman-temannya.
Sehingga lebih banyak waktu yang terbuang sia-
sia untuk hal yang kurang bermanfaat
contohnya chatting yang akan berpengaruh
terhadap minat belajar.
4) Kurangnya sosialisasi dengan lingkungan, ini
dampak terlalu sering dan terlalu lam media
bermain media sosial. Hal ini cukup
menghawatirkan perkembangan kehidupan
sosial anak.
5) Memicu terjadinya aksi pornografi dan
pelanggaran asusila. Mudah sekali pengguna
media sosial menemukansesuatu yang berbau
seks, karena hal itu banyak dicari di internet.
6) Banyak terjadi kriminalitas oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab. Contohnya kasus
penculikan yang di awali dengan perkenalan
sesorang yang tidak dikenalnya, penipuan,
pembunuhan dan lainnya.
7) Menghamburkan uang. Siswa dapat
menghabiskan uangnya untuk membeli paketan
internet atau online berjam-jam di warnet.

8
d) Teman
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih
cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita
duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh
baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya,
teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang
bersifat buruk juga. Dalam al-Qur’an ada perintah
menjaga keluarga, berarti salah satunya dengan
menjaga anak-anak kita dari pergaulan teman-
temannya yang salah sehingga dapat
menjauhkannya dari perintah agama.
e) Kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat
yang terdiri dari orang yang tidak terpelajar,
penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan
yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada anak
yang berda di situ. Anak tertarik untuk ikut berbuat
seperti yang dilakukan orang-orang di
sekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan
bahkan anak kehilangan semngat belajar karena
perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran
berpindah ke perbuatan- perbuatan yang selalu
dilakukan orang-orang disekitarnya yang tidak baik
tadi. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-
orang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik
dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan
cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya ,
anak terpengaruh juga ke hal-hal yang di lakukan

9
oleh orang-orang yang ada di lingkungannya.
Pengaruh itu dapat mendorong semangat siswa
untuk belajar lebih giat lagi. Berkaitan dengan
uraian yang telah di jelaskan pengaruh kehidupan
masyarakat yang memegang erat pedoman hidup
(al-Qur’an) maka anak akan tertarik untuk mengaji
karena dari pengaruh lingkungan sekitar yang
agamis atau relegius.

C. Cara Meningkatkan Intesitas Membaca Al-Quran Dalam Kehidupan


Sehari-hari.

Solusi untuk meningkatkan minat mengaji adalah dengan


pemberian motivasi. Karena motivasi adalah suatu dorongan yang
menyebabkan seseorang melakukan sesuatu, motivasi adalah keadaan
dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.8

Pemberian motivasi yang paling utama adalah dari orang tua


anak itu sendiri, karena orang tua adalah faktor pendukung keberhasilan
seorang anak. Selain pemberian motivasi, cara lain untuk membangkitkan
minat membaca Al- Qur’an pada anak usia sekolah (usia 13-18 tahun)
adalah dengan metode pembiasaan, pembiasaan mengaji ini harus
dipupuk sejak anak usia dini dalam suatu lingkungan, baik itu
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan masyarakat, sehingga
mengaji bukan lagi sebuah tugas namun sudah menjadi kewajiban
keseharian yang tidak bisa ditinggalkan.

Keluarga adalah ruang pendidikan pertama yang di dapat oleh


seorang anak, anak yang sedang pada masa belajar akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara

8
Sumadi. 1998. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Suryabrata. Hlm. 70.

10
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
Cara orang tua mendidik besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal
ini jelas keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.

Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya,


misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan
sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan
anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya tidak
menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah
anak belajar atau tidak. Tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar
anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain,
dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.

Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik


yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya tak
sampai hati untuk memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkan saja jika
anaknya tidak belajar dengan alasan segan, adalah tidak benar, karena
jika itu dibiarkan berlarut-larut anak menjadi nakal, berbuat seenaknya
saja, pastilah belajarnya menjadi kacau. Mendidik anak dengan cara
memperlakukannya terlalu keras, memaksa dan mengejar-ngejar
anaknya untuk belajar, adalah cara mendidik yang juga salah. Dengan
demikian anak tersebut diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap
belajar. Bahkan jika ketakutan itu semakin serius anak mengalami
gangguan kejiwaan akibat dari tekanan-tekanan tersebut. Orang tua yang
demikian biasanya menginginkan anaknya mencapai prestasi yang sangat
baik, atau mereka mengetahui bahwa anaknya bodoh tetapi tidak tahu apa
yang menyebabkan, sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatasi/
mengejar kekurangannya. Disinilah bimbingan dan penyuluhan
memegang peranan yang penting. Anak yang mengalami kesukaran -
kesukaran dapat ditolong dengan memberikan bimbingan belajar yang

11
sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua akan sangat
mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.9

Melihat peran orang tua yang sangat urgen dalam hal ini sehingga
orang tua diharapkan mampu menjadi suri teladan bagi ananknya sendiri,
seorang anak akan melihat sendiri bagaimana orang tua berkata,
bersikap dan bertindak. Seperti yang telah kita ketahui pada paparan di
atas bahwa anak memerlukan motivasi dalam dirinya untuk melakukan
suatu aktivitas, disinilah fungsi orang tua dijalankan. Orang tua haruslah
memberikan motivasi, motivasi untuk memberikan gairah dan minat
yang tinggi pada belajar, terutama minat dan gairah pada membaca Al-
Qur‟an yang kini pada usia anak sekolah (usia 13-18 tahun) jumlahnya
telah menurun. Pembiasaan juga perlu dilakukan mengingat pepatah lama
“bisa ala biasa” karena itu solusi yang bisa ditawarkan oleh orang tua
adalah ajakan kepada anak-anak seusia 13-18 tahun yang pada usia ini
telah selesai dalam pendidikan dasar untuk membaca Al-Qur’an, ajakan
pembiasaan ini dimulai dengan orang tua membiasakan sendiri untuk
membaca Al-Qur’an, sehingga seorang anak akan ikut dalam kebiasaan
keluarganya.

9
Slameto. 2003. Belajar : Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Hlm. 61.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Intesitas adalah tingkat suatu keseringan seseorang dalam
melakukan suatu kegiatan tertentu, melakukan hal-hal yang menunjang
kegiatan positif seperti membaca al-Qur’an. Membaca al-Qur’an adalah
kegiatan yang harusnya dilakukan oleh setiap orang baik dari usia dini
sampai usia tua. Namun, pada zaman modern/milenial saat ini tidak sedikit
dari kalangan tersebut lebih banyak menghabiskan waktu luang mereka
dengan hal-hal yang membuang waktu atau sia-sia seperti bermain media
sosial yang hanya melihat atau meng-scroll dari media-media sosial
tersebut.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi menurunya
kesadaran dalam membaca al-Qur’an antara lain : Kesehatan , Psikologis
dan kelelahan, Faktor keluarga, Media elektronik, Dampak negatif dari
media sosial, Teman, Kehidupan masyarakat
Pemberian motivasi yang paling utama adalah dari orang tua
anak itu sendiri, karena orang tua adalah faktor pendukung keberhasilan
seorang anak. Selain pemberian motivasi, cara lain untuk membangkitkan
minat membaca Al- Qur’an pada anak usia sekolah (usia 13-18 tahun)
adalah dengan metode pembiasaan, pembiasaan mengaji ini harus
dipupuk sejak anak usia dini dalam suatu lingkungan, baik itu
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan masyarakat, sehingga
mengaji bukan lagi sebuah tugas namun sudah menjadi kewajiban
keseharian yang tidak bisa ditinggalkan.

13
B. SARAN
Untuk meningkatkan intensitas membaca al-Qur’an dalam
kehidupan sehari-hari, maka seharusnya pada setiap individu juga perlu
kesadaran akan pentingnya membaca al-Qur’an dengan memotivasi diri.
Selain itu, peran keluarga terutama orang tua harus mampu mempengaruhi
hal yang baik dan benar dengan lebih tepatnya mengarahkan anak untuk
selalu membaca al-Qur’an dan membatasi waktu anak bermain tanpa cara
yang memaksa, artinya pendekatan secara pelan. Sehingga anak perlu
dididik dan orang tua harus mengawali seringnya atau intensitas membaca
al-Qur’annya.
Semoga makalah ini dapat membantu bagi khalayak umum untuk
selalu mengingatkan tentang pentinya menjaga intensitas membaca al-
Qur’an, terutama diri sendiri untuk sebagai pengingat diri agar menjaga
intensitas membaca al-Qur’an.

14
DAFTAR PUSAKA

Abdul Majid khon, Hadits Tarbawi, ( Jakarta: Kencana, 2012),

hlm. 13-14

Aida Rismana. 2016. Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Motivasi

Belajar Siswa Siswi Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan

Geografi, hlm. 41.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002 hlm. 438

Muhammad Ali. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung

Angkasa.

Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Khoirotun. 2014 Pengaruh Penggunaan Jejaring Sosial Facebook

Terhadap Perilaku Siswa. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sumadi. 1998. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Suryabrata.

Slameto. 2003. Belajar : Dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya. Rineka Cipta.

Zakiah Darajat. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Bumi

Aksara.

15

Anda mungkin juga menyukai