Anda di halaman 1dari 12

MENGUASAI KETERAMPILAN BACA TULIS AL-QUR`AN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Qur`an Hadist MI


Disusun Oleh :

Novi Wulandari : 22001010013


Yunita Wulandari : 22001010024

Dosen Pengampu : Dr. Mahfudzi, S.pd.I., M.A.

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAYYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

AL-AMANAH AL-GONTORY
TANGERANG SELATAN 2021

KATA PENGANTAR
1
Puja dan puji syukur Alhamdulillahirrobbil’alamin kehadirat Allah
Subhanahu wata’ala atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul :

MENGUASAI KETERAMPILAN BACA TULIS AL-QUR`AN


Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok pada
jurusan pendidikan guru madrasah ibtidaiyah, makalah ini juga
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan Akhir kata, segala kritik
dan saran dari pembaca sangat penulis perlukan untuk perbaikan pada
penulisan makalah berikutnya semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Tangerang Selatan, 6 September 2021

DAFTAR ISI
2
COVER....................................................................................................I
KATA PENGANTAR.............................................................................II
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................III
BAB I PENDAHULUAN........................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................4
C. Tujuan Masalah........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................5
A. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling...................5
B. Data himpunan......................................………......................6
C. Konferensi kasus.............................................……….……...6
D. Kunjungan rumah...................................................................7
E. Alih tangan kasus....................................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................9
A. Kesimpulan..............................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai kalam Allah Al-Qur`an adalah kitab suci yang pada dasarnya sebagai pedoman dan
pembimbing manusia untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Pemahaman
baca tulis Al-Qur`an menjadi syarat penting yang harus dikuasai dalam mengkaji dan memahami
materi ayat-ayat Al-Qur`an. Mempelajari Al-Qur`an sangatlah penting bagi anak kaum muslimin baik
membaca maupun menulisnya. Mahmud Yunus mengatakan (1975:5) umat islam harus pandai
membaca Al-Qur`an. Karena itu mereka harus mempelajarinya. Al-Qur`an adalah sebaik-baik bacaan
bagi orang mukmin, baik dikala senang, sedih, susah, maupun disaat gembira. Membaca Al-Qur`an
bukan saja menjadi amal dan ibadah tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah
jiwanya,.

B. RUMUSAN MASALAH

A. Mengetahui pengertian kegiatan pendukung dalam bimbingan konseling


B. Macam-macam kegiatan pendukung bimbingan konseling
C. Hakikat dan urgensi bimbingan dan konseling

C. TUJUAN MASALAH
A. Mengetahui pengertian kegiatan pendukung dalam bimbingan dan konseling
B. Mengetahui macam-macam kegiatan pendukung bimbingan dan konselingsebagai

BAB II

4
PEMBAHASAN
KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR’AN

1. Pengertian Kemampuan

Menurut Gordon, yang diacu oleh Ramaliyus kemampuan (skill) adalah sesuatu yang
dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya (Ramaliyus,
2008: 37,43). Menurut Robbins, yang diacu oleh Yuliani Indrawati, “kemampuan” adalah suatu
kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan (Yuliani Indrawati, 2006:
47). Menurut penulis kemampuan adalah kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh individu untuk
menguasai keahlian dalam mengerjakan tugas ataupun pekerjaan. Kemampuan adalah potensi yang
dimiliki oleh individu. Pada awalnya belum dimiliki oleh individu tetapi setelah adanya latihanlatihan
maka individu tersebut memiliki kemampuan. Apabila kita tidak pernah berlatih dan mempelajari
kemampuan apa yang akan kita dalami, maka hasilnya belum maksimal karena kurangnya
latihanlatihan.

Sebagai contoh kemampuan membaca, maka diperlukan latihan-latihan membaca supaya


individu dapat membaca dengan baik dan benar. Ketika individu dapat membaca dengan baik dan
benar maka individu tersebut mempunyai kemampuan membaca. Kemampuan yang dimaksud dalam
hal ini adalah adalah kemampuan membaca dan menulis Al-Qur‟an. Kemampuan baca tulis 15 Al-
Qur‟an adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu dalam membaca dan menulis Al-Qur‟an dengan
baik dan benar menurut ilmu tajwid ataupun ilmu tentang tata cara penulisan huruf Al-Qur‟an.

2. Baca Tulis Al-Qur’an

Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap anak karena melalui
membaca anak dapat belajar banyak tentang ilmu pengetahuan dan berbagai bidang studi. Oleh karena
itu, membaca merupakan keterampilan yang harus diajarkan sejak anak nemempuh sekolah dasar
(SD) dan kesulitan membaca harus secepatnya diatasi. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk
menguasai berbagai bidang studi. Apabila anak dalam usia permulaan sekolah belum memiliki
kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari bidang studi
pada kelas-kelas selanjutnya. Oleh karena itu anak harus belajar membaca supaya dapat membaca
untuk belajar (Abdurahman, 2012: 157).

“Membaca” dalam maknanya adalah isyarat pertama dan utama pengembangan ilmu dan
teknologi serta sarat utama membangun peradaban yang kasbi (acquired knowledge) maupun yang
ladunni (abadi, perenni) tidak dapat dicapai tanpa terlebih dahulu melakukan qiraat‟ bacaan‟ dalam
artinya yang luas. (Ahmad syarifudin, 2004: 20, 21). Semua peradaban yang berhasil bertahan lama,
justru dimulai dari suatu kitab (bacaan). Peradaban Yunani dimulai dengan Iliad karya Homer pada
abad ke- 9 sebelum Masehi. Ia berakhir dengan hadirnya kitab Perjanjian Baru. Peradaban Eropa

5
dimulai dengan karya Newton (1641-1727) dan berakhir dengan filsafat Hegel (1770-1831).
Sementara kehadiran Al-Qur‟an melahirkan Peradaban Islam, khususnya dipicu oleh kekuatan yang
tumbuh dari semangat ayat-ayat 16 Al-Qur‟an yang awal mula diturunkan, yaitu perintah membaca
dan menulis.           
             
          Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Tafsir Ayat 1      
  “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang mencipta”.

Dalam surat ini Nabi Muhammad diperintahkan untuk membaca guna lebih memantapkan
hati beliau. Ayat di atas bagaikan menyatakan: bacalah wahyu-wahyu Ilahi yang sebentar lagi akan
banyak engkau terima, dan baca juga alam dan masyarakatmu. Bacalah agar engkau membekali
dirimu dengan kekuatan pengetahuan. Bacalah semua itu dengan syarat hal tersebut engkau lakukan
dengan atau demi nama Tuhan Yang selalu memelihara dan membimbingmu dan Yang mencipta
semua makhluk kapan dan dimanapun.

Kata iqra‟ terambil dari kata kerja qara‟a yang pada mulanya berarti menghimpun.

Beraneka ragam pendapat ahli tafsir tentang objek bacaan yang dimaksud. Ada yang
berpendapat wahyu-wahyu Al-Qur‟an, sehingga perintah itu dalam arti bacaan wahyu-wahyu Al-
Qur‟an ketika di turun nanti. Ada juga yang berpendapat objeknya adalah ismi rabbika sambil menilai
huruf ba‟ yang menyertai kata ismi adalah sisipan sehingga ia berarti bacalah nama Tuhanmu atau
berdzikirlah. ”seandainya yang dimaksud adalah perintah berdzikir tentu beliau tidak menjawab
demikian karena jauh sebelum datang wahyu beliau senantiasa melakukannya

sesuatu yang dijadikan itu.

Kaidah kebahasaan menyatakan, “apabila suatu kata kerja yang membutuhkan objek
tetapi tidak disebutkan objeknya, maka objek yang dimaksud bersifat umum, mencakup
segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata tersebut.” Dari sini dapat ditarik kesimpulan
bahwa karena kata iqra‟ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan dan
sebagainya, dan karena objeknya bersifat umum, maka objek kata tersebut mencakup segala
yang dapat terjangkau, baik ia merupakan bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun
bukan, ia menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun tidak tertulis. Alhasil iqra‟ mencakup
telaah alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis baik suci maupun tidak.
Huruf ba‟ pada kata bismi ada juga yang memahaminya sebagai fungsi penyertaan atau
mulasabah sehingga dengan demikian ayat tersebut berarti ”bacalah disertai dengan nama

6
Tuhanmu”. Kata khalaqa dari segi pengertian kebahasaan memiliki sekian arti, antara lain:
menciptakan, (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu), mengukur,
memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Kata ini biasanya memberikan tekanan
tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya. Berbeda dengan kata ja‟ala yang
mengandung penekanan terhadap manfaat yang harus atau dapat diperoleh dari sesuatu yang
dijadikan itu.

Objek khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun sebagaimana
iqra‟ bersifat umum, dan dengan demikian Allah adalah pencipta semua makhluk. Tafsir ayat
        “Yang telah menciptakan
manusia dari „alaq.” Ayat ini dan ayat-ayat berikut memperkenalkan Tuhan yang disembah
oleh nabi Muhammad saw. Dan yang diperintahkan oleh ayat yang lalu untuk membaca
dengan nama-Nya serta demi untuk-Nya. Dia adalah Tuhan yang telah menciptakan manusia
yakni semua manusiakecuali Adam dan Hawwa-dari „alaq segumpal darah atau sesuatu yang
bergantung di dinding rahim.

Kata (‫( االنسان‬al-insan/manusia terambil dari akar kata (‫ ( انس‬uns/senang, jinak, dan
harmonis, atau dari kata (‫( نسي‬nis-y yang berarti lupa. Ada juga yang berpendapat berasal
dari kata (‫( نوسي‬naus yakni gerak atau dinamika. Makna-makna di atas paling tidak
memberikan gambaran sepintas tentang potensi atau sifat makhluk tersebut yakni bahwa ia
memiliki sifat lupa, dan kemauan bergerak yang melahirkan dinamika. Ia juga adalah
makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, harmonisme dan kebahagiaan
kepada pihak-pihak lain. Kata insan menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman
sifatnya. Kata ini berbeda dengan kata (‫( بشر‬basyar yang juga diterjemahkan dengan
“manusia” tetapi maknanya lebih banyak mengacu kepada manusia dari segi fisik serta
nalurinya yang tidak berbeda antara seseorang manusia dengan manusia lain. Manusia
adalah makhluk pertama yang disebut Allah dalam AlQur‟an melalui wahyu pertama. Bukan
saja karena ia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, atau karena segala sesuatu
dalam alam raya ini diciptakkan dan ditundukkan oleh Allah demi kepentingannya, tetapi
juga karena kitab suci Al-Qur‟an ditunjukkan kepada manusia guna menjadi pelita
kehidupannya. Salah satu cara yang ditempuh oleh AlQur‟an untuk mengantar manusia
menghayati petunjuk-petunjuk Allah adalah memperkenalkan jati dirinya antara lain dengan
menguraikan proses kejadiannya. Ayat kedua surah iqra‟ menguraikan secara sangat singkat
hal tersebut.

Kata (‫( االنسان‬al-insan/manusia terambil dari akar kata (‫ ( انس‬uns/senang, jinak, dan
harmonis, atau dari kata (‫( نسي‬nis-y yang berarti lupa. Ada juga yang berpendapat berasal dari

7
kata (‫( نوسي‬naus yakni gerak atau dinamika. Makna-makna di atas paling tidak memberikan
gambaran sepintas tentang potensi atau sifat makhluk tersebut yakni bahwa ia memiliki sifat
lupa, dan kemauan bergerak yang melahirkan dinamika. Ia juga adalah makhluk yang selalu
atau sewajarnya melahirkan rasa senang, harmonisme dan kebahagiaan kepada pihak-pihak
lain. Kata insan menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman sifatnya. Kata ini
berbeda dengan kata (‫( بشر‬basyar yang juga diterjemahkan dengan “manusia” tetapi
maknanya lebih banyak mengacu kepada manusia dari segi fisik serta nalurinya yang tidak
berbeda antara seseorang manusia dengan manusia lain. Manusia adalah makhluk pertama
yang disebut Allah dalam AlQur‟an melalui wahyu pertama. Bukan saja karena ia diciptakan
dalam bentuk yang sebaik-baiknya, atau karena segala sesuatu dalam alam raya ini
diciptakkan dan ditundukkan oleh Allah demi kepentingannya, tetapi juga karena kitab suci
Al-Qur‟an ditunjukkan kepada manusia guna menjadi pelita kehidupannya. Salah satu cara
yang ditempuh oleh AlQur‟an untuk mengantar manusia menghayati petunjuk-petunjuk Allah
adalah memperkenalkan jati dirinya antara lain dengan menguraikan proses kejadiannya. Ayat
kedua surah iqra‟ menguraikan secara sangat singkat hal tersebut.

Kata (‫( „علق‬alaq dalam kamus-kamus bahasa Arab digunakan dalam arti segumpal
darah, juga dalam arti cacing yang terdapat di dalam air bila diminum oleh binatang maka ia
tersangkut di kerongkongannya.banyak ulama masa lampau memahami ayat di atas dalam
pengertian pertama. Tetapi juga ada yang memahaminya dalam arti sesuatu yang tergantung
di dinding rahim. Ini karena para pakar embriologi menyatakan bahwa setelah terjadinya
pertemuan antara sperma dan indung telur ia berproses dan membelah menjadi dua, kemudian
empat, kemudian delapan demikian seterusnya sambil bergerak menuju ke kantong kehamilan
dan melekat berdempet serta masuk ke dinding rahim. Bias juga „alaq dipahami sebagai
berbicara tentang sifat manusia sebagai makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri tetapi
selalu bergantung kepada selainnya. Ini serupa dengan firman Allah khuliqa alinsanu min
„ajal/manusia diciptakan (bersifat tergesa-gesa) (Qs. AlAnbiya‟ [21]: 37

A. Alih Tangan Kasus

8
Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mendapatkan
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang pengalaman peserta didik (klien/konseli)
dengan penanganan penanganan kasus dari satu pihak kepihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan
kerja sama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas
penanganan masalah tersebut (terutama kerosama sama dari ahli tempat lain kasusitu dialihtangankan)
Di sekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran/praktik, Wali kelas, dan/atau
sekolah lainnya, atau orang tua mengalih tangankan siswa yang bermasalah dengan guru pembimbing.
Sebaliknya bila guru pembimbing menemukan siswa bermasalah dalam bidang pemahaman atau
penguasaan materi pelajaran atau latihan secara khusus.

Dapat menglih tangankan siswa tersebut kepada guru mata pelajaran/praktik untuk dapat
mendapat pengajaran atau latihan perbaikan dan program pengayaan. Guru pembimbing kelas guru
juga dapat mengalih tangankan permasalahan siswa untuk ahli-ahli yang relevan, seperti dokter,
psikiater, ahli agama, dan lain-lain. Alih tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang
lebih baik, tepat, dan tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan jalan memindahkan penanganan
kaasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli. Atau dengan kata lain tujuan dari alih tangan
kasus adalah layanan alih tangan bertujuan untuk membantu melimpahkan siswa yang mengadapi
masalah tertentu kepada petugas didalam sekolah sendiri atau lembaga pelayanan alih tangan kasus
(rujukan) di luar sekolah disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan wewenang yang dimiliki
maupun karena keterbatasan sumber manusiawi dan alat.

Prosedur Umum Layanan Konseling


1. Identifikasi kasus

Identifikasi kasusmerupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan
layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga mebutuhkan
layanan bimbingan dan konseling.

2. Identifikasi Masalah

Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang
dihadapi peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan peserta didik dapat
berkenaan dengan aspek : (1) substansial – material; (2) struktural – fungsional; (3) behavioral; dan
atau (4) personality.

3. Diagnosis

9
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi
timbulnya masalah peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor penyebab
kegagalan belajar peserta didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H.
Burton membagi ke dalam dua faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan
belajar peserta didik, yaitu : (1) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri peserta didik itu
sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta
kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (2) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan
sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.

4. Treatment

Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau penyembuhan atas masalah yang
dihadapi klien, berdasarkan pada keputusan yang diambil dalam langkah prognosis. Jikajenis dan sifat
serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada
dalam kesanggupan dan kemampuan guru pembimbing atau konselor, maka pemberian bantuan
bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri (intervensi langsung), melalui
berbagai pendekatan layanan yang tersedia, baik yang bersifat direktif, non direktif maupun eklektik
yang mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut.

5. Evaluasi dan Follow Up

Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya tetap dilakukan
untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap
pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik.

BAB III

10
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ada enam: (1). Aplikasi instrumentasi,
keuntungan untuk pengumpulan data dan keterangan pesesrta didik,keterangan tentang lingkungan
pesesrta didik (konseli), dan lingkungan yang lebihluas baik tes maupun nontes. (2). Data Himpunana,
gunanya untuk menghimpundata dan seluruh keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan siswadalam berbagai aspek (3). Kunjungan rumah, berguna untuk memperolah
pemahaman dan pengentasan dengan kunjungan ruamh akan diperoleh berbagaidata dan keterangan
berbagai hal yang berhubungan dengan siswa. (4). konferensi kasus, guna mencari interpretasi yang
tepat dan tindakan-tindakankonkret yang dapat di ambil. (5).Tampilan Kepustakaan,yaitu
kegiatanmenyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dankarir atau jabatan. (6). Alih tangan
kasus, bertujuan untuk mendapatkan penangganan yang lebih tepat dan tuntas dengan jalan
pemindahan p engangankasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli.

Sebagai sebuah layanan profesional, konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan,
namun harus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri dari
enam tahapan sebagai, yaitu: (A) Identifikasi kasus; (B) Identifikasi masalah; (C) Diagnosis; (D)
Prognosis; (E) Treatment; (F) Evaluasi dan Tindak Lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

11
Prayitno, Amti Erman.2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. PT Rinka
Cipta.Prayitno. 2012.
Jenis layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling. Padang. FIP UNP.
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.

Depdiknas, 2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Jakarta : Bagian Proyek Peningkatan Tenaga
Akdemik Dirjen Dikti

Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Depdiknas.

12

Anda mungkin juga menyukai