Anda di halaman 1dari 11

KEUTAMAAN DAN PRINSIP PENGETAHUAN DALAM ISLAM

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Dudi Rustandi, S.Sos.I.,M.I.Kom

Disusun Oleh:

1. Muhamad Hamdhan Setiawan 1204010093


2. Muhammad Qolbun Fajrin 1204010099
3. Nachita Aulia Rizqi 1204010104
4. Neng Silvi Restu Puspita 1204010109
5. Nisrina Mirandewi 1204010114
6. Nur Farhanah 1184010140
7. Nurulia Nafadila 1204010119
8. Rahmi Najahusilmi 1204010124
9. Ratu Fauziah 1204010129

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Filsafat Ilmu, dengan judul:
“KEUTAMAAN DAN PRINSIP PENGETAHUAN DALAM ISLAM”. Tak lupa juga
salawat serta salam tidak lupa kami haturkan keharibaan junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW. yang telah memberi suri tauladan yang baik dalam mencari dan menggali
sebuah Ilmu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dudi Rustandi,
S.Sos.I.,M.I.Kom selaku dosen Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik
serta masukan yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca semua. Aamiin.

Bandung, 30 November
2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Kata Pengantar..................................................................................................... 1
B. Daftar Isi.............................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
A. Definisi Pengetahuan............................................................................................ 2
B. Prinsip Pengetahuan dalam Islam..................................................................... 3-5
C. Keutamaan Pengetahuan dalam Islam.............................................................. 5-6
BAB III KESIMPULAN ...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu keutamaan dalam Islam ialah sudut pandangnya terhadap akal dan
menghargai dinamikanya dalam pencapaian ilmmu pengetahuan. Bahkan ayat Al-Quran
yang pertama kali turun ialah ayat tentang perintah membaca yaitu dalam surat Al-Alaq
ayat 1-5.
Manusia dicipatakan Oleh Allah SWT dengan keistimewaan yakni dilengkapi
dengan daya berpikir. Dengan dibekali akal maka manusia dapat meningkatkan kualitas
hidupnya di dunia. Manusia juga dijadikan khalifah di bumi karena ia dibelaki akal oleh
Allah SWT. dengan akal itulah manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada
untuk mencapai kualitas yang baik. Salah satu tujuan akal yang lain ialah pengetahuan.
Akibat dari kerja akal, akhirnya manusia tidak pernah berhenti untuk berpikir dalam
menginterpretasikan suatu objek. Sehingga berdirilah arus-arus filsafat.
Upaya untuk memperoleh pengetahuan disebut dengan epistemology. Kata
epistemology berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu Episteme yang berarti knowledge
atau pengetahuan dan logy yang berarti theory.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari pengetahuan?
2. Bagaimana prinsip pengetahuan dalam Islam?
3. Apa keutamaan pengetahuan dalam Islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui arti dari pengetahuan
2. Memahami prinsip pengetahuan dalam Islam
3. Mengetahui keutamaan pengetahuan dalam Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengetahuan berarti segala
sesuatu yang diketahui; kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan
dengan hal (mata pelajaran).
Menurut Pudjawidjana, pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas
rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan
pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan
sebuah objek tertentu. Sedangkan menurut Notoatmodjo, pengetahuan adalah hasil dari
tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetauan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan
panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari
proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan
bersikap dan bertindak.
Ilmu menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu ‘alima artinya adalah
pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang
berasal dari bahasa Inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu “s cio”, “scire” yang artinya pengetahuan.Science (dari bahasa Latin
“scientia”, yang berarti “pengetahuan” adalah aktivitas sistematis yang membangun dan
mengatur pengetahuan dalam bentuk penjelasan dan prediksi tentang alam semesta.
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah aktifitas intelektual yang sistimatis untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman secara rasional dan empiris
dari berbagai segi kenyataan tentang alam semesta. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya1

1
Makhmudah, Sit. (2008). Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Modern dan Islam. Jurnal Al-Murabbi
volume 4, No 2 diakses dari file:///C:/Users/acer/Downloads/hakikah%20ilmu%20pengetahuan%20dalam
%20perpesktif%20modern%20dalam%20islam%20(1).pdf

2
B. Prinsip Pengetahuan dalam Islam
Kata Ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (‘alima-ya’lamu-‘ilm) yang berarti
pengetahuan (al-ma’rifah), kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang
hakikat sesuatu yang dipahami secara mendalam. Dari asal kata ‘ilm kemudian di
artikan ke dalam bahasa Indoneisa menjadi ilmu atau ilmu pengetahuan. Dalam
pandangan Islam ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha
yang sungguh-sungguh (ijtihad) dari pahlawan muslim (‘ulama/mujtahid) atas
persoalan-persoalan duniawi dan ukhrawi dengan bersumber kepada wahyu Allah.
Al-Quran dan Al Hadist merupakan wahyu Allah yang berfungsi sebagai
pedoman umat manusia, termasuk di dalamnya petunjuk tentnang ilmu dan aktivtas
ilmiah. Al-qur’an memberikan perhatian yang sangat istimewa terhadap aktivitas
ilmiah. Terbukti yata yang pertama kali turun ialah surah Al-Alaq ayat 1-5/ yang
memiliki makna perintah membaca salah satunya. Membaca di sini berarti luas,
membaca persfektif keadaan sehingga kita senantiasa peka terhadap apa yang terjadi.
Di samping, kata ilmu yang telah menjadi bahasa Indonesia bukan sekadar berasal dari
bahasa Arab, tetapi juga tercantum dalam Al-Quran. Kata ilmu disebut sebanayk 105
kali dalam Al-Quran. Sedangkan kata jadiannya disebut sebanyak 744 kali. Kata jadian
yang dimaksud adalah; ‘alima (35 kali), ya’lamu (215 kali), i’lām (31 kali), yu’lamu (1
kali), ‘alīm (18 kali), ma’lūm (13 kali), ‘ālamīn (73 kali), alam (3 kali), ‘a’lam (49 kali),
‘alīm atau ‘ulamā’ (163 kali), ‘allām (4 kali), ‘allama (12 kali), yu’limu (16 kali),
‘ulima (3 kali), mu’allām (1 kali), dan ta’allama (2 kali).
Selain kata ilmu, Al-Quran juga menyinggung soal aktivitas ilmiah dan
pengemabnagn ilmu, seperti perintah untuk berpikir, merenung, menalar dan
sebagainya. Di samping Al-Quran dan hadist Nabi banyak disebut tentang aktivitas
ilmiah, keutamaan ilmu/ilmuwan, dan etika dalam menuntut ilmu. Contoh hadist nya
ialah “Menuntut ilmu meruapakan kewajiban setiap muslim dan muslimah” (H.R.
Bukhari-Muslim). Hadist lain yaitu “ Barangsiapa keluar rumah dalam rangka menuntut
ilmu malaikat akan melindungi dengan kedua sayapnya” (H.R. Turmudzi).
Penjelasan-penjelasan Al-Quran dan Al-Hadist menunjukan bahwa paradigm
ilmu dalam Islam ialah teosentris. Karena itu, hubungan antara ilmu dan agama
memperlihatkan relasi yang harmonis, ilmu tumbuh dan berkembang berjalan seiring
dengan agama. Karena itu dalam agama Islam, dalam sejarah peradaban Islam ulama
hidup rukum berdampingan dengan para ilmuwan. Bahkan banyak ditemukan para
ilmuwan dalam islam sekaligus sebagai ulama. Misalnya ialah Ibnu Rusy disamping

3
ahli hukum Islam pengarang kitab Bidāyah al- Mujtahīd, juga seorang ahli kedokteran
penyusun kitab al-Kullīyāt fī al- Thibb. Berbeda dengan perkembangan peradaban di
Barat yang terlihat antara ilmuwan dan agamawan terdapat gap yang memisahkan.
Karena tidak harmonis, banyak para ilmuwan dalam melakukan aktivitas ilmiahnya
pergi jauh meninggalkan agama. Akibatnya ilmu di Barat berkembang dengan
paradigm antroposentris. Dan menggusur sama sekali paradigm teosentris.
Dampaknya ialah ilmu menjadi sekuler terpisah dari gama yang pada akhirnya
menimbulkan problema teologis dari agama yang pada akhirnya menimbulkan
problema teologis yang sangat krusial. Banyak ilmuwan Barat yang merasa tidak perlu
lagi menyinggung atau melibatkan Tuhan dalam argumentasi ilmiah mereka.
Dalam filsafat Ilmu, suatu ilmu dikaitkan dengan epistimologinya.
Epistemology Islam menjawab bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang
bersumber dari alam fisik dan non fisik. Dengan demikian menjadi jelas bahwa sumber
pengetahuan dalam Islam adalah alam fisik yang bisa diindrakan dan alam metafisik
yang tidak bisa diinderakan seperti hal ghaib (Tuhan, malaikat, alam kubur, alam
akhirat). Berbda dengan epistimologi barat yang hanya mengakui alam fisik sebagai
sumber ilmu pengetahuan. Dengan demikian, sesuatu yang bersifat non-indrawi, non-
fisik, dan metafisik tidak termasuk ke dalam obyek yang dapat diketahui secara ilmiah.
Dalam epistimologi Islam, ilmu pengetahuan bisa dicapai melalui 3 elemen :
indera, akal dan hati.indera untuk metode observasi (bayani), akal untuk metode logis
(burhani), dan hati untuk metode intuitif (‘irfani)’ . Dengan panca indra, manusia
mampu menangkap obyek-obyek indrawi melalui observasi, dengan menggunakan akal
manusia dapat menangkap obyek-obyek spiritual (ma’qūlāt) atau metafisik secara
silogistik, yakni menarik kesimpulan tentang hal-hal yang tidak diketahui dari hal-hal
yang telah diketahui. Dengan cara inilah akal manusia, melalui refleksi dan penelitian
terhadap alam semesta, dapat mengetahui Tuhan dan hal-hal gaib lainnya. Melalui
metode intuitif atau eksperensial (dzauq) sebagaimana dikembangkan kaum sufi dan
filosof iluminasionis (isyrāqiyah), hati akan mampu menangkap obyek-obyek spiritual
dan metafisik. Antara akal dan intuisi, meskipun sama-sama mampu menangkap obyek-
obyek spiritual, keduanya memiliki perbedaan fundamental secara metodologis dalam
menangkap obyek-obyek tersebut. Sebab sementara akal menangkapnya secara

4
inferensial, intuisi menangkap obyek-obyek spiritual secara langsung, sehingga mampu
melintas jantung yang terpisah lebar antara subyek dan obyek.2
C. Keutamaan Pengetahuan Dalam Islam
Islam memandang penting ilmu pengetahuan. Di dalam Islam, menuntut ilmu
juga meruapakan suatu ibadah kepada Allah dan terdapat beberapa matlamat tertentu
dalam proses menuntut ilmu. Pentingnya menuntut ilmu adalah untuk membuktikan
kekuasaan Allah SWT. dengan adanya ilmu, manusia dapat membaca Al-Quran yang
mana terkandung segala persoalan yang nyata di muka bumi ini. Ilmu juga
membolehkan manusia mengkaji alam semesta ciptaan Allah ini. Dalam Islam
menuntut ilmu wajib hukumnya, dan juga memiliki beberapa keutamaan, di
antaranya:
1. dapat mengetahui kebenaran
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak untuk
disembah) melainkan Dia, Yang Menegakkan Keadilan. Para malaikat dan orang-
orang berilmu (juga yang menyatakan demikian itu). Tak ada Tuhan yang berhak
disembah melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali
Imran : 18)
Dalam ayat diatas kita dapat mengambil hikmah kebenaran yaitu kebenaran
terhadap allah Dia yang maha tahu,Yang maha bijaksana dan Tak ada tuhan selain
allah
2. Mendapatkan pahala yang sama kepada orang yang diajarkan
3. terhindar dari fitnah dan laknat
Hal ini telah disebutkan dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali zikir kepada
Allah dan amalan- amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang
belajar.” (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh syaikh Al-Albani dalam
sahih al-jami’)
Dalam menjelaskan makna dari hadits tersebut, syaikh Al-Munawi berkata:
“dunia terlaknat, disebabkan karena ia memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan

2
Kosim, Mohammad. (2008). Ilmu Pengetahuan Dalam Islam. Jurnal Tadris, Volume 3 No. 2 diakses dari
file:///C:/Users/acer/Downloads/232-Article%20Text-330-1-10-20150105%20(1).pdf

5
keindahan dan kenikmatannya, yang memalingkannya dari beribadah kepada Allah
lalu mengikuti hawa nafsunya.” (Tuhfatul ahwadzi:6/504)
4. Allah tidak memerintahkan abinya tambahan selain ilmu
5. Orang berilmu akan diangkat derajatnya
6. Menjalankan kewajiban3

3
http://farmasi.unida.gontor.ac.id/2020/11/30/keutamaan-menuntut-ilmu-dalam-islam/

6
BAB III
KESIMPULAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengetahuan berarti segala sesuatu
yang diketahui; kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata
pelajaran). Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari
persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah
aktifitas intelektual yang sistimatis untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman secara rasional dan empiris dari berbagai segi kenyataan tentang alam semesta.
Kata Ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (‘alima-ya’lamu-‘ilm) yang berarti
pengetahuan (al-ma’rifah), kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang hakikat
sesuatu yang dipahami secara mendalam. Al-Quran dan Al Hadist merupakan wahyu Allah
yang berfungsi sebagai pedoman umat manusia, termasuk di dalamnya petunjuk tentnang
ilmu dan aktivtas ilmiah.
Dalam Islam menuntut ilmu wajib hukumnya, dan juga memiliki beberapa
keutamaan, di antaranya:
1. dapat mengetahui kebenaran
2. Mendapatkan pahala yang sama kepada orang yang diajarkan
3. terhindar dari fitnah dan laknat
4. Allah tidak memerintahkan abinya tambahan selain ilmu
5. Orang berilmu akan diangkat derajatnya
6. Menjalankan kewajiban

7
DAFTAR PUSTAKA

Makhmudah, Sit. (2008). Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Modern dan Islam. Jurnal Al-
Murabbi volume 4, No 2 diakses dari file:///C:/Users/acer/Downloads/hakikah%20ilmu
%20pengetahuan%20dalam%20perpesktif%20modern%20dalam%20islam%20(1).pdf

Kosim, Mohammad. (2008). Ilmu Pengetahuan Dalam Islam. Jurnal Tadris, Volume 3 No. 2 diakses
dari file:///C:/Users/acer/Downloads/232-Article%20Text-330-1-10-20150105%20(1).pdf

http://farmasi.unida.gontor.ac.id/2020/11/30/keutamaan-menuntut-ilmu-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai