Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

WAWASAN IPTEKS
“Ilmu Pengetahuan”

OLEH :
KELOMPOK 2

1. AHMAD NURHIDAYAT ( H011181314)


2. FREDRIK PANLOLI LIANTO (H011181006)
3. WA ODE MASITAROH SALEHA (H011181009)
4. PUTRI AYUNI (H011181023)
5. SYAHRIL (H011181024)
6. SITTI RAHMAH (H011181311)
7. ABDUL JALIL SALEH (H011181327)

UPT-MKU
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Wawasan IPTEKS dengan topik “Ilmu Pengetahuan” yang diberikan oleh Prof.
Dr. Ir. H. Jalil Genisa, M.Sc, selaku dosen Wawasan IPTEKS. Shalawat dan
salam kami mohonkan kepada Allah agar dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah meletakkan fondasi ilmu pengetahuan bagi umat manusia.
Makalah ini dibuat sebagai media untuk menambah wawasan pengetahuan demi
tercapainya tujuan pembelajaran.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,


makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan-
perbaikan lebih lanjut.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang telah
membimbing dan mengarahkan kami, serta rekan-rekan dan semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Makassar, Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1


B. TUJUAN .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 3

A. ILMU ........................................................................................................ 3
B. PENGETAHAUN .................................................................................... 5
C. ILMU PENGETAHUAN ........................................................................ 6
D. KEBENARAN ......................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ......................................................................... 11

A. KESIMPULAN ................................................................................................ 11
B. SARAN .............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri khas manusia adalah sifatnya yang selalu ingin tahu tentang
sesuatu hal. Rasa ingin tahu ini tidak terbatas yang ada pada dirinya, juga ingin
tahu tentang lingkungan sekitar, bahkan sekarang ini rasa ingin tahu berkembang
ke arah dunia luar. Rasa ingin tahu ini tidak dibatasi oleh peradaban. Semua umat
manusia di dunia ini punya rasa ingin tahu walaupun variasinya berbeda-beda.
Orang yang tinggal di tempat peradaban yang masih terbelakang, punya rasa ingin
yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat yang sudah
maju.
Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitarnya
dapat bersifat sederhana dan juga dapat bersifat kompleks. Rasa ingin tahu yang
bersifat sederhana didasari dengan rasa ingin tahu tentang apa (ontologi),
sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks meliputi bagaimana peristiwa
tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa itu terjadi (epistemologi), serta untuk
apa peristiwa tersebut dipelajari (aksiologi).
Mengapa manusia ber-pengetahuan? Berbicara pengetahuan, maka kita akan
bicara tentang penalaran, kemampuan penalaran manusia menyebabkan manusia
mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-
kekuasaannya. Manusia satu-satunya mahluk yang mengembangkan pengetahuan
secara sungguh-sungguh dengan berbagai pertanyaan dan perlu mendapatkan
jawaban dari pertanyaan tersebut untuk kepentingan manusia secara individu
maupun secara umum (Ilmiah atau non ilmiah). Sedangkan, binatang hanya
terbatas mempunyai pengetahuan untuk kelangsungan hidupnya saja (survival)
Hakikat penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama
semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya
memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu
pengetahuan yang lebih khusus lagi.

1
Ilmu merupakan suatu pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan
informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui manusia. Itulah
bedanya dengan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan pengetahuan yang
berupa informasi yang didalami sehingga menguasai pengetahuan tersebut yang
menjadi suatu ilmu.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami ilmu.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengetahuan.
3. Untuk mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan.
4. Untuk mengetahui dan memahami kebenaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ILMU
1. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa arab: ‘alima, ya’lau ‘ilman dengan wazan fa’ala,
yaf’ilu yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa inggris
disebut science dari bahasa latin scienta (pengetahuan), scire (mengetahui). Jadi,
pengertian ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu
yang dapat di gunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu.
Adapun beberapa arti ilmu menurut terminologi, antara lain.
 Ilmu adalah pengetahuan bersifat koheren, empiris sistematis, dapat di ukur dan
dibuktikan.
 Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan
pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh
kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan
secara logis.
 Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-
masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya
dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya
dimantapkan.
 Yang sering kali berkaitan dengan konsep ilmu adalah ide bahwa metode-
metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus
terbuka kepada semua pencari ilmu.
 Ilmu menuntut pengalaman dan berpikir metodis.
 Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.
Adapun beberapa pengertian ilmu menurut para ahli, diantarnya adalah
sebagai berikut.

3
1. Mohammad Hatta
Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaaan hukum kausal
dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.
2. Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag
Ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya
serentak.
3. Karl Pearson
Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten
tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana.
2. Fungsi Ilmu
a. Menjelaskan (Explaining, Discribing). Fungsi menjelaskan, mempunyai
empat bentuk yaitu.
 Deduktif: Suatu ilmu harus dapat menjelaskan sesuatu berdasarkan
premis pangkal ilir yang telah ditetapkan sebelumnya.
 Probabilistik: Ilmu dapat menjelaskan berdasarkan pola pikir induktif
dari sejumlah kasus yang jelas, sehingga hanya dapat memberi kepastian
(tidak mutlak) yang bersifat kemungkinan besar atau hampir pasti.
 Fungsional: Ilmu dapat menjelaskan letak suatu komponen dalam suatu
sistem secara keseluruhan.
 Genetik: Ilmu dapat menjelaskan suatu faktor berdasarkan gejala-gejala
yang sudah sering terjadi sebelumnya
b. Meramalkan (Prediction). Ilmu harus dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu
peristiwa atau kejadian, misalnya apa yang akan terjadi jika harga naik.
c. Mengendalikan (Controling). Ilmu harus dapat mengendalikan gejala alam
berdasarkan suatu teori, misalnya bagaimana mengendalikan kurs rupiah dan
harga.

4
B. PENGETAHUAN
1. Pengertian Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
knowledge. Dalam encyclopedia of phisolopy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan, secara terminologi menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah
apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil
dari kenal, sadar, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah milik atau isi
pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang
kita ketahui tentang suatu objek tertentu.
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan mencakup domain kognitif yang mempunyai 6 arah atau tingkat
yaitu.
 Tahu (Know).
Mengingat suatu materi atau objek yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguikan, mendefinisikan, menyatakan.
 Memahami (Comprehension).
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut.
 Aplikasi (Aplication).
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi
yang riil.
 Analisis (Analysis).
Suatu kemampuan menyebarkan materi ke dalm suatu komponen tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi yang ada kaitannya satu sama lain.
 Sintesis (Synthesis).
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

5
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi yang baru dari formulasi yang lama.
 Evaluasi (Evaluation).
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

C. ILMU PENGETAHUAN
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakan rangkaian kata yang sangat berbeda namun
memiliki kaitan yang sangat kuat. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
bertujuan untuk mencapai kebenaran ilmiah tentang objek tertentu, yang diperoleh
melalui pendekatan atau cara pandang (approach), metode (method), dan sistem
tertentu. Ilmu dan pengetahuan memang terkadang sulit dibedakan oleh sebagian
orang karena memiliki makna yang berkaitan dan sangat berhubungan erat.
Membicarakan masalah ilmu pengetahuan dan definisinya memang sebenarnya
tidak semudah yang diperkirakan.
2. Objek ilmu pengetahuan
Objek ilmu pengetahuan itu, ada yang berupa materi (objek materi) dan ada
yang berupa bentuk (objek formal).
 Objek material : seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek
penyelidikan suatu ilmu.
 Objek formal : objek materia yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga
membedakan ilmu satu dengan ilmu lainnya.
Dari keterangan diatas, dapat dipahami bahwa menurut objek formalnya, ilmu
pengetahuan itu justru berbeda-beda dan banyak jenis serta sifatnya. Ada yang
tergolong ilmu pengetahuan fisis (ilmu pengetahuan alam), karena pendekatan
yang dilakukan menurut segi yang fisis. Ada pula yang tergolong ilmu
pengetahuan non-fisis (ilmu pengetahuan sosial dan humaniora serta ilmu
pengetahuan Ketuhanan), Karena pendekatannya menurut segi kejiwaan.

6
Golongan pertama termasuk ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif,
sedangkan golongan kedua merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat kualitatif.
3. Sumber ilmu pengetahuan
Dalam hal ini, ada beberapa pendapat mengenai sumber ilmu pengetahuan
diantaranya.
a. Empirisme
Kata ini berasal dari Yunani Empirikos, yang artinya pengalaman. Menurut
aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya dan bila
dikembalikan kepada kata Yunani, pengalaman yang dimaksud ialah
pengalaman indrawi.
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia
memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Akal
menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut
mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal. Yang dimaksud
dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari benda-benda konkrit.
c. Intuisi
Menurut Henry Bergson, intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan
kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu
usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang
langsung, yang mutlak. Menurutnya, mengatasi sifat lahiriah pengetahuan
simbolis, yang pada dasarnya bersifat analis, menyeluruh, mutlak, dan tanpa
dibantu penggambaran secara simbolis. Karena itu intuisi adalah sarana untuk
mengetahui secara langsung dan seketika.
d. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia
lewat perantara para nabi. Para nabi memperoleh dari Tuhan tanpa upaya, tanpa
bersusah payah. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan. Tuhan
mensucikan jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.

7
Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah
yang membedakan mereka dengan manusia lainnya. Akal meyakinkan bahwa
kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena pengetahuan ini
memang ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya, karena
hal ini memang diluar kemampuan manusia. Bagi manusia tidak ada jalan lain
kecuali menerima dan membenarkan semua yang berasal dari Nabi.

D. KEBENARAN
1. Pengertian Kebenaran
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai nilai-
nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat
kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
Berbicara tentang kebenaran tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu
sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia.
Secara umum terdapat tiga macam definisi kebenaran, yaitu.
a. Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Terbagi menjadi 4,
yaitu:
 Pengetahuan Biasa (Ordinary Knowledge), pengetahuan ini memiliki
kebenaran yang bersifat subjektif.
 Pengetahuan Ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek
yang spesifik dengan metodologi yang telah disepakati para ahli ilmu
tersebut. kebenarannya bersifat relative, karena selalu mengalami
pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian yang paling akhir dan
mendapatkan persetujuan dari para ilmuwannya.
 Pengetahuan Falsafati, kebenarannya bersifat absolut-intersubjektif,
yaitu melekat pada pandangan filsafat seorang pemikir filsafat itu.
 Pengetahuan Agama, memiliki sifat dogmatis dan kebenarannya
bersifat mutak absolut.
b. Kebenaran berkaitan dengan sifat atau karakteristik bagaimana cara atau
dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya itu. Sehingga,
implikasi nilai kebenarannya juga sesuai dengan jenis pengetahuan itu.

8
c. Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan itu.
Artinya bagaimana relasi antara subjek dan objek. Jika subjek yang lebih
beperan maka kebenarannya bersifat subjektif. Begitu pula sebaliknya.
2. Teori-Teori Kebenaran
a. Teori Kebenaran Korespondensi (Teori persesuaian)
Ujian kebenaran yang dinamakan teori korespondensi adalah paling diterima
secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan
kepada realita obyektif (fidelity to objective reality). Kebenaran adalah
persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara
pertimbangan (judgement) dan situasi yang pertimbangan itu berusaha untuk
melukiskan, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan
atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu.
Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori
korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut.
Teori korespodensi (corespondence theory of truth), menerangkan bahwa
kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian
antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang
dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Kebenaran adalah
kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi
dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :
 Statemaent (pernyataan)
 Persesuaian (agreemant)
 Situasi (situation)
 Kenyataan (realitas)
 Putusan (judgements)
Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan
kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan
moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad
skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen.

9
b. Teori Kebenaran Konsistensi/Koherensi (teori keteguhan)
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar. Artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu
bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya,
yaitu yang koheren menurut logika.
Kelompok idealis, seperti Plato juga filosof-filosof modern seperti Hegel,
Bradley dan Royce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia;
dengan begitu maka tiap-tiap pertimbangan yang benar dan tiap-tiap sistem
kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengan keseluruhan realitas dan
memperolah arti dari keseluruhan tersebut. Meskipun demikian, perlu lebih
dinyatakan dengan referensi kepada konsistensi faktual, yakni persetujuan
antara suatu perkembangan dan suatu situasi lingkungan tertentu.
c. Teori Pragmatik
Teori pragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam
sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How to Make
Ideals Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat
yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini
sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya
adalah William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart
Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis.
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari
ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar
tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau
teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan
harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan sebagai berikut.
1. Rasa ingin tahu yang bersifat sederhana didasari dengan rasa ingin tahu
tentang apa (ontologi), sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks
meliputi bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa itu
terjadi (epistemologi), serta untuk apa peristiwa tersebut dipelajari (aksiologi).
2. Pengertian ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu
yang dapat di gunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu. Sedangkan, fungsi ilmu yaitu menjelaskan (Explaining,
Discribing), meramalkan (Prediction), dan mengendalikan (Controling).
3. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang suatu objek tertentu. Tingkat pengetahuan ada enam, yaitu tahu
(Know), memahami (Comprehension), aplikasi (Aplication), analisis
(Analysis), sintesis (Synthesis), dan evaluasi (Evaluation). Sumber
4. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan untuk mencapai
kebenaran ilmiah tentang objek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan
atau cara pandang (approach), metode (method), dan sistem tertentu. Objek
ilmu pengetahuan itu, ada yang berupa materi (objek materi) dan ada yang
berupa bentuk (objek formal). Sumber ilmu pengetahuan diantaranya
empirisme, rasionalisme, intuisi, dan wahyu.
5. Secara umum terdapat tiga macam definisi kebenaran, yaitu kebenaran
berkaitan dengan kualitas pengetahuan; kebenaran berkaitan dengan sifat atau
karakteristik; dan kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya
pengetahuan itu. Adapun teori kebenaran, yaitu teori kebenaran
Korespondensi (Teori persesuaian), teori kebenaran konsistensi / Koherensi
(teori keteguhan), dan teori Pragmatik.
B. SARAN
Gunakan nalar dan pengalaman kita untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ilham, Dodi. TEORI KEBENARAN DALAM FILSAFAT ILMU. Tersedia di:


https://www.academia.edu/35766331/TEORI_KEBENARAN_DALAMFILSAFA
T_ILMU.

Nurlaela. (2017). MAKALAH ILMU DAN ILMU PENGETAHUAN. Tersedia di:


http://pendidikanku1408.blogspot.com/2017/05/makalah-ilmu-ddan-ilmu-
pengetahuan.html [30 Mei 2017].

Suheri. (2017). KEBENARAN ILMIAH DAN NON ILMIAH. Tersedia di:


http://suheri19.blogspot.com/2017/10/kebenaran-ilmiah-dan-non-ilmiah.html [19
Oktober 2017].

Syahid, Sulham. (2012). MAKALAH WAWASAN IPTEK ILMU PENGETAHUAN.


Tersedia:https://mulaidengankanan.blogspot.com/2012/03/makalah-ilmu-
pengetahuan.html [Maret 2012].

Ulum, Bahrul dan Herawati. (2010). MAKALAH ILMU PENGETAHUAN,


SUMBER PENGETAHUAN DAN METODE MENDAPATKAN PENGETAHUAN.
Tersedia:http://pujanggamertapada.blogspot.com/2012/09/makalah-ilmu-
pengetahuan-sumber_5469.html [29 September 2012].

Yuniastuti. (2013). Fungsi Ilmu Pengetahuan. Tersedia di:


http://yunipedia.blogspot.com/2017/05/fungsi-ilmu-pengetahuan.html [2013].

12

Anda mungkin juga menyukai