Anda di halaman 1dari 8

Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah

(Proses tata cara dalam melaksanakan bahagian fardhu kifayah dalam memandikan jenazah)

Disusun oleh :
1. Abiwardani Sekarningrum (01)
2. Aliya Vrilianti (03)
3. Atthaya Layla Z. H (05)
4. Ayu Fitria K. (06)
5. Fitri L. (09)

Kelas: XI-1 MIPA

SMA NEGERI 2 KOTA CIREBON


Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo Cirebon 01
Telepon (0231) 203301 faksimile (0231) 239814 kodepos: 45131
Email: sman2cirebon@yahoo.co.id-Website: http://www.sman2-cirebon.sch.id
Tahun 2019

2
DAFTAR ISI
Daftar isi ……………………………………………………………………….
Pendahuluan ……………………………………………………………………
Pembahasan …………………………………………………………………….
Mengurus jenazah ………………………………………………………
Syarat memandikan jenazah …………………………………………….
Hukum memandikan jenazah ……………………………………………
Klasifikasi dalam memandikan jenazah …………………………………
Tata cara memandikan jenazah ………………………………………….
Kesimpulan
Daftar Pustaka

3
A. PENDAHULUAN

Seperti orang yang hidup, Jenazah pun harus dimandikan sebelum dishalatkan dan dikuburkan.
Memandikan jenazah merupakan bahagian dari fardhu kifayah dalam mengurus jenazah.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fardhu kifayah merupakan sebuah kewajiban yang harus
dilaksanakan, apabila tidak seorangpun yang melakukan hal tersebut maka seluruh bahagian
kampung dan penduduk di sekitar kediaman jenazah tersebut akan berdosa, Oleh karena itu,
memandikan jenazah merupakan keharusan yang mesti dikerjakan. Dan apabila hal tersebut telah
dilaksanakan, maka putuslah kewajiban penduduk muslim setempat [1].

Dalil mengenai kewajiban seorang muslim untuk memandikan jenazah terdapat dalam hadis yang
disabdakan Rasulullah Saw yaitu: Dari Abu Hurairah r.a berkata, aku mendengar Rasulllulah saw
bersabda, “hak seorang Muslim yang lain ada lima hal: menjawab salam, membesuk orang sakit,
mengantar jenazah, mendatangi undangan, dan menjawab orang bersin.” (HR Bukhari)

Walaupun kata memandikan dalam hadis diatas tidak ada, namun sebagaimana yang diketahui
bahwa memandikan jenazah merupakan bahagian fardhu kifayah dalam pengurusan jenazah.
Itulah sebabnya memandikan jenazah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dengan
segera.

Dalam Makalah ini kami akan membahas mengenai makalah yang berjudul “Tata Cara
Memandikan Jenazah”

4
B. PEMBAHASAN
Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah

1. Mengurus jenazah
Sebelum Jenazah dishalatkan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya.
Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadas dan najis yang ada pada jenazah
tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus dishalatkan telah suci dari
hadas dan najis. Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang
hidup, namun perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus
dimandikan.

Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja meratakan air
keseluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-hati dan lemah lembut.

Memandikan jenazah adalah hal yang harus dilakukan atas jenazah seorang muslim, sebelum ia
dishalatkan. Mandi ini dilakukan dengan cara membersihkan segala najis yang ada di badannya
dahulu, utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan air ke seleruh tubuhnya, ini harus di
usahakan dengan hati-hati upaya mayat tersebut tidak membawa kotoran ke hadapan Allah[3].

Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena ia
termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula muthlak, suci dan halalnya air. Menghilangkan najis
dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang dapat mencegah sampainya
air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan mayat[4].

2. Syarat Memandikan Jenzah

Adapun syarat wajib memandikan jenazah yaitu :

a. mayat itu islam


b. Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit
c. Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).

3. Hukum Memandikan Jenazah

Jumhur Ulama atau golongan terbesar dari ulama berpendapat bahwa memandikan mayat muslim,
hukumnya adalah fardhu kifayah artinya bila telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah
kewajiban seluruh mukallaf[5].

4. Klasifikasi dalamMemandikan Jenazah

Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah. Hal ini
disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2 hal yang
perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.

a. Jenazah yang boleh dimandikan

5
Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena mati
syahid di Medan pertempuran[6]

b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan

Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan pertempuran
karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari Kiamat[7].

Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakkan Nabi saw terhadap paman beliau
yang kafir [10]. Juga berdasarkan firman Allah SWT: “Dan janganlah sekali-kali kamu
menyalatkan jenazah salah seorang yang mati diantara mereka, dan janganlah kamu berdiri
(mendoakan) di kuburnya[8].”

Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Cukup
digali lubang dan dikebumikan.

c. Orang Yang Berhak Memandikan

Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kerahasian aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan
menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak terjadi
fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun Orang yang berhak memandikan
Jenazah Adalah:

 Apabila mayat itu laki-laki, hendaklah memandikannya laki-laki pula, perempuan tidak
boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan muhrimnya. Jika mayat perempuan,
hendaklah dimandikan permpuan pula, laki-laki tidak boleh memandikan mayat
perempuan kecuali suami atau muhrimnya[9].
 Orang Yang berhak memandikan Jenazah adalah orang yang telah ditunjuk oleh si mayit
sendiri sebelum wafatnya (berdasarkan wasiatnya)[10]
 Kemudian bapaknya, sebab ia tentu lebih tahu mengenali si mayit daripada anak si mayit
tersebut. Kemudian keluarga terdekat si mayit.
 Jenazah wanita dimandikan oleh pemegang wasiatnya[11] . Kemudian ibunya lalu anak
perempuannya setelah itu keluarga terdekat.
 Seorang suami boleh memandikan jenazah istrinya berdasarkan sabda Nabi saw
kepada’Aisyah Radhiallahu ‘Anha: “Tentu tidak ada yang membuatmu gundah, sebab jika
kamu wafat sebelumku, akulah yang memandikan jenazahmu” [12]

5. Tata cara Dalam memandikan


a. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah

Sebelum Memandikan jenazah, Maka harus dilakukan beberapa Persiapan, adapun Hal-hal yang
perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:

6
 Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si
jenazah memiliki penyakit.
 Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah
 Sampo untuk mengeramasi rambut si jenazah agar bersih dari kuman dan kotoran
 Air secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh selang,
boleh juga menyiapkan air sebanyak tiga ember besar.
 Meja besar atau dipan yang cukup dan kuat serta tahan air untuk tempat meletakkan jenazah
ketika dimandikan
 Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.
 Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
 Dipersiapkan kain kafan tergantung jenis kelamin.

b. Proses dan Tata Cara Memandikan Jenazah

 Meletakkan jenazah diatas dipan atau meja, usahakan kepala lebih tinggi dari kaki
 Tempat jenazah harus tertutup, baik dinding maupun atapnya agar aurat dan cela jenazah
tidak terlihat.
 Menutup aurat jenazah dengan handuk besar dan kain. Untuk jenazah putra dari pusar
sampai lutut, sedangkan untuk jenazah perempuan dari dada sampai mata kaki.
 Bersihkan kotoran dengan cara mengangkat pundak dan kepala sambil menekan perut dan
dada
 Memiringkan ke kanan dan ke kiri sambil ditekan dengan mempergunakan sarung tangan
atau kain perca dan disiram berkali-kali agar kotoran hilang.
 Basuhlah jenazah sebagaimana cara berwudhu.[15]
 Siram dari mulai yang kanan anggota wudhu dengan bilangan gasal menggunakan air dan
daun bidara, kemudian seluruh tubuh jenazah diberi sabun termasuk pada lipatan-lipatan
yang ada.
 Bersihkan tubuhnya dengan air dan miringkan ke kanan serta ke kiri.
 Selama memandikan, aurat jenzah harus senantiasa agar tidak terlihat
 Kemudian, rambut jenazah dikeramas dan disiram agar bersih. Dan jika jenazahnya wanita,
setelah rambutnya dikeringkan kemudian dipintal menjadi tiga.[16]
 Siramkan pada siraman yang terakhir dengan kapur barus dan miringkan ke kanan dan ke
kiri agar air keluar dari mulutnya dan dari lubang yang lain.
 Setelah selesai, badannya dikeringkan dengan handuk, kewmudian ditutup dengan kain
yang kering agar auratnya tetap tertutup.
 Bersihkan segala najis yang ada di badannya, utamanya bagian kemaluan, kemudian
meratakan air ke seluruh tubuh atau sebaiknya tiga kali yaitu dengan air yang bersih, air
sabun dan air yang bercampur dengan kapur barus. Apabila sudah selesai kesemuanya yang
terakhir adalah di wudhukan.

 Setiap mayat muslim itu wajib di mandiakn dengan tiga kali ; pertama dengan air yang
dicampur sedikit kapur dan bidara ; kedua dengan air yang dicapur sedikit kapur kecuali
yang mati dalam keadaan ihram, maka tidak boleh dicampur dengan kapur ; ketiga dengan
aiir murnbi tanpa dicampur apapun. Daun bidara dan kapur yang dicampur dengan air itu
jangan terlalu banyak, karena dikhawatirkan air tersebut menjadi air mudhaf, sehingga

7
tidak dapat menyucikan.[3] Antara tiga kali mandi tersebut, diwajibkan pula tertib antara
anggota tubuh yang tiga, yakni dimulai dengan kepala berikut leher, lalu anggota tubuh
yang kanan, dan ketiga anggota tubuh yang kiri.

Pekerjaan yang pertama-tama dilakukan dalam menyelenggarakan urusan mayit adalah


memandikannya, yang mempunyai dua macam cara.[4]

1. yaitu cara, asal memenuhi arti mandi yang dengan demikian maka terlepaslah kita dari dosa,
inilah asal najis yang barangkali ada pada tubuh si mayat hilang, kemudian siramlah seluruh
tubuhnya dengan air secara merata.

2. yaitu cara yang sempurna sehingga memenuhi as-sunnah yakni agar orang memandikan mayit
melakukan hal-hal berikut :

a. letakkanlah mayit di tempat kosong, diatas tempat yang tinggi, papan umpamanya, dan tutuplah
auratnya dengan kain atau semisalnya.

b. Mayat didudukkan di temapt mandi, condong ke belakang, sedang kepalanya di sandarkan pada
tangan kirinya, menekan keras-keras perut si mayat, supaya isinya yang mungkin masih tersisa
keluar. Sesudah itu balutlah tangan kiri itu dengan kain atau sarung tangan dan dibasuh
kemaluannya dan dubur si mayat, kemudian dibersihkan pula mulut dan lubang hidungnya lantas
diwudhukan seperti wudhu orang yang hidup.

c. Kepala dan wajah si mayat di basuh dengan sabun atau bisa juga digunakan dengan pembersih
lainnya. Dilepas rambutnya kalau dia mempunyai rambut yang panjang, dan kalau ada yang
tercabut, maka rambut itu harus dikembalikan dan ditanam bersamanya.

d. Sisi kanan mayat sebelah depan terlebih dahului, barulah kemudian sisi depan sebelah kiri,
sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah kiri, sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah
belakang, kemudian sisi belakang sebelah kiri, dengan demikian seluruh tubuhnya bisa di ratai air.

8
C. PENUTUP
1. Kesimpulan

Di dalam memandikan mayat harus teliti supaya mayat itu tidak membawa kotoran ke hadapan
Allah. Perut si mayat harus di tekan, karena di dalam perutnya itu mungkin masih ada kotoran.

Di dalam memandikan mayat terlebih dahulu adalah niat, karena niat adalah bahagian dari ibadah.
Kemudian siramlah tubuhnya sebelah kanan baru sebelah kiri sampai air itu merata dalam
tubuhnya, setelah semuanya siap, lalu mayat tersebut diwudhukan.

Demikianlah isi makalah saya ini dan sebelumnya penulis terlebih dahulu mohon maaf kepada
bapak atas kekurangan yang terdapat di dalam makalah saya ini. Dan saya berterima kasih atas
bapak yang sudi memberikan judul ini terhadap saya, karena saya sudah mengetahui lebih jelas
lagi tentang cara-cara memandikan mayat.

DAFTAR PUSTAKA

 Al-Atsari, Abu Hasan Al-Maidani. Shalat Jenazah, Solo: At-Tibyan, 2001.


 Sumaji, Muhammad Anis dan Salmah, Af Idah, Panduan Praktis Pengurusan Jenazah,
Solo: Tinta Medina, 2011
 Tohaputra, Ahmad.. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV Asy Syifa’, 1998
 Munir, A dan Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta : Rineka cipta, 1992.
 Sitanggal, Umar Anshary. Fiqih Syafi`I Sistematis, Semarang : CV Asy Syifa`, 1992.
 Muqhniyah, Jawab, Muhammad. Fiqih Imam Ja`far Shadiq, Jakarta : lentera, 1995.
 Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah, Bandung : PT Al-ma`arif, 1994.

DAFTAR ISI

Anda mungkin juga menyukai