Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

HUSNUZZUN,RAJA DAN TOBAT

Dibuat oleh:
ANGGI MAILANDA PUTRI
NADIRA SYAFNI
TEGAR PUTRA NURDIN

TP:2017/2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmatNYA sehingga makalah “Akhlaq Terpuji” ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman


kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila


membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak .

Ada berbagai macam Akhlaq atau sifat dalam kehidupan di


dunia ini, ada yang terpuji dan juga tercela. 3 contoh akhlaq terpuji :
Husnudzon, Raja, dan Tobat.

Husnuzan artinya berbaik sangka, Perilaku husnuzan termasuk akhlak


terpuji karena akan mendatangkan manfaat. Raja’ adalah sikap
mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt. serta yakin hal
itu dapat diraih. Taubat berarti memohon ampunan kepada Allah Swt.
atas segala dosa dan kesalahan. Taubat merupakan bentuk pengakuan
atas segala kesalahan dan pernyataan menyesal atas dosa-dosa yang
telah dilakukan.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud Husnudzon, Raja, dan Taubat.

2. Bagaimana menerapkan Husnudzon, Raja, dan Taubat dalam


kehidupan sehari-hari.

3. Apa hikmah dari Husnudzon, Raja, dan Taubat.


C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud Husnudzon, Raja, dan Taubat.

2. Mengetahui bagaimana cara menerapkan Husnudzon, Raja, dan


Taubat dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengetaui hikmah-hikmah dari Husnudzon, Raja, dan Taubat.

D. Manfaat penulisan

Penyusunan berharap makalah ini mampu menambah wawasan


pembaca mengenai akhlak terpuji yang di ridhoi Allah SWT dan
Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang mampu menambah
iman para pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Husnudzon, Raja, dan Taubat

1. Husnudzon

Pengertian Husnudzan

Ada dua istilah yang sering kita dengar, yaitu Husnudzan dan
Su’udzan. Dzan itu sendiri sering juga diartikan ragu, karena
mengandung unsur keragu-raguan, ketidakpastian, bisa benar bisa
salah. Prasangka itu bisa benar bisa salah. Berprasangka baik disebut
Husnudzan sedang berprasangka jelek disebut Su’uzzan. Husnudzan
berarti berbaik sangka atau kata lain tidak cepat-cepat berburuk
sangka sebelum perkaranya menjadi jelas. Dalam kehidupan sehari-
hari manusia akan berinteraksi dengan sesamanya dalam suatu
pergaulan. Hal itu disebabkan manusia adalah makhluk sosial yang
saling membutuhkan suatu pergaulan yang harmonis perlu dipupuk
sikap berbaik sangka antara sesama manusia. Sikap berbaik sangka
meskipun sepintas lalu sepele, akan tetapi sering kita tidak
menyadarinya.

2. Raja’

Pengertian Raja’

Secara bahasa raj’ berasal dari kata rajaa yarjuu raj aj’an, yang berarti
mengharap dan pengharapan. Apabila dikatakan raj’ahu maka artinya
ammalahu: dia mengharapkannya. Jika dirunut dari makna bahasa,
maka asal makna raj’ adalah menginginkan atau menantikan sesuatu
yang disenangi. Menginginkan kebaikan yang ada di sisi Allah
berupa keutamaan, ihsan dan kebaikan dunia akhirat. Raja’ adalah
sikap mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt. serta yakin
hal itu dapat diraih.

Mengharap atau harapan menurut Al-Gazali adalah kegembiraan hati


karena menanti harapan yang kita senangi dan kita idam-idamkan.
Harapan yang kita nantikan harus disertai dengan ikhtiar, doa dan
tawakkal. Harapan yang tidak disertai usaha dan doa dapat
menjadikan seseorang menghayal atau berangan-angan. Khayalan atau
anganangan kosong disebut Gurur. Orang yang hanya berikhtiar tanpa
doa maka sesungguhnya ia adalah orang yang sombong, sedang orang
yang hanya berdoa tanpa disertai dengan ikhtiar, ia adalah orang yang
pemalas. Setelah berikhtiar dan berdoa maka kita bertawakkal kepada
Allah Swt.

Jika mengharap ridha, rahmat, serta pertolongan Allah Swt., kita harus
memenuhi ketentuan Allah Swt. jika kita tidak pernah melakukan salat
ataupun ibadah-ibadah lainnya jangan harap akan meraih ridha,
rahmat, atau pertolongan Allah Swt.

3. Taubat

Pengertian Taubat

Taubat adalah kembali taat kepada Allah s.w.t dan menyesal


dengan bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan sama
ada dosa besar mahupun dosa kecil serta memohon keampunan dari
Allah. Setiap individu disuruh bertaubat untuk menyucikan diri dari
dosa besar dan kecil, sama ada dilakukan dengan sengaja mahupun
tidak.

Hukum bertaubat adalah wajib, ada dosa kepada Allah s.w.t


maupun dosa sesama manusia. Jika dosa itu berkaitan dengan
manusia, hendaklah meminta maaf daripada manusia terbabit.
Sekiranya dosa berkaitan dengan harta benda, hendaklah
dikembalikan harta tersebut kepada tuannya. Bertaubat kepada Allah
hendaklah dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan hati yang
ikhlas kerana taubat yang tiada keikhlasan tidak mendatangkan apa-
apa kesan terhadap individu terbabit. Taubat yang terbaik adalah
taubat yang penuh penyesalan, keinsafan dan rasa rendah diri kepada
Allah s.w.t.

B. Sikap Husnudzon, Raja, dan Taubat dalam kehidupan


sehari-hari

Ø Sikap Husnudzon

a. Husnudzan Kepada Allah SWT

1. Syukur

Dalam QS Al-Baqarah [2] :152, Allah SWT berfirman, ''Maka


ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-
Ku.'' Ayat ini secara jelas dan gamblang memerintahkan kepada kita
untuk selalu mengingat Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya.

v Cara bersyukur kepada Allah SWT ialah dengan menggunakan


segala nikmat karunia Allah SWT untuk hal-hal yang diridai-Nya,
yaitu:

§ Bersyukur dengan hati ialah mengakui dan menyadar bahwa segala


nikmat yang diperoleh manusia, merupakan karuni Allah SWT semata
dan tidak ada selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat-
nkmat itu.

§ Bersyukur dengan lidah seperti membacaAlhamdulillah (segala puji


bagi Allah), mengucapkan lafal-lafal dzikir lainnya, membaca Al-
Qur’an, dan lainnya.
§ Bersyukur dengan amal perbuatan, misalnya mengerjakan salat,
menunaikan ibadah haji jika mampu, berbakti kepada kedua orang tua,
dan berbuat baik pada sesama manusia.

2. Sabar

Manusia dalam hidupnya di dunia ini silih berganti berada dalam dua
situasi, yaitu situasi yang senang karena memperoleh nikmat dan
situasi sedih atau susah karena mengalami musibah. Apabila manusia
itu berada dalam situasi senang hendaknya ia bersyukur, dan bila
berada dalam situasi susah hendaklah ia bersabar.

Seseorang dianggap suuzan terhadap Allah SWT, misalnya tatkala ia


mengalami kegagalan dalam suatu usaha, ia menduga Allahlah
penyebab kegagalannya, Allah mendengar doanya, Allah itu kikir,
Allah tidak adil, dan lain-lain dugaan yang negatif terhadap Allah
SWT. Padahal Allah SWT itu Maha Mendengar, Mahadermawan,
Mahaadil. Allah SWT tidak menyuruh hamba-Nya untu gagal dalam
suatu usaha. Oleh karena itu, jika seseorang gagal dalam suatu usaha,
ia tidak boleh menyalahkan Allah SWT.

b. Husnuzan terhadap Diri Sendiri

1. Percaya Diri

Percaya diri termasuk sikap dan perilaku terpuji yang harus dimiliki
oleh setiap Muslim/Muslimah karena seseorang yang percaya diri
tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga ia berani
mengeluarkan pendapat dan berani pula melakukan suatu tindakan.
Muslim/Muslimah yang berilmu pengetahuan tinggi dan memiliki
keterampilan yang bermanfaat apabila ia percaya diri, tentu ia akan
memperoleh keberhasilan dalam hidup.
2. Gigih

Sikap dan perilaku gigih dalam meraih yang positif termasuk sikap
mahmudah (sikap terpuji) dan akhlakul karimah. Setiap muslim dan
muslimah wajib memiliki sikap gigih.

c. Husnuzan terhadap sesama Manusia

1. Kehidupan berkeluarga

Untuk mewujudkan rumah tangga yang memperoleh rida dan rahmat


Allah swt bahagia dan sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat.

ü Pasangan suami-istri hendaknya saling berprasangka baik dan tidak


saling curiga, saling memenuhi hak dan melaksanakan kewajiban
masing-masing dengan sebaik-baiknya.

ü Hubungan anak-anak dan orang tua dilandasi dengan prasangka


baik dan saling pengertian.

ü Anak-anak berbakti dan menyenangkan hati orang tua.

ü Orang tua memberi kepercayaan diri pada anak agar anak bisa
mengembangkan diri dan melakukan hal-hal yang bermanfaat.

2. Kehidupan bertetangga

Saling menghormati dan menghargai, baik secara sikap, ucapan lisan


dan perbuatan. Menghormati tetangga merupakan tanda-tanda dari
manusia beriman:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka


hendaknya menghormati tetangganya.” (H.R. Muslim)

3. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara


Tujuan dari berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
ialah terwujudnya kehidupan yang aman, tenteram, adil dan makmur,
dibawah ampunan dari ridha Allah SWT. Hal ini bisa ditempuh
dengan saling berprasangka baik dan berperilaku terpuji.

Ø Sikap Raja’

1. Optimis

Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.


(QS. At-Thalaq [65] :7)

2. Dinamis

Maka apabila engkau telah selesai (sesuatu urusan), tetaplah


bekerja keras (untuk urusan yang lain). (QS. Al-Insyirh [94] : 7- 8)

Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka


bumi dan carilah karunia Allah. (QS. Al-Jumu’ah [62] : 10)

3. Selalu berpegang teguh kepada tali agama Allah yaitu agama


Islam,

4. Selalu berharap kepada Allah, agar selalu diberikan kesuksesan


dalam berbagai macam usaha dan mendapat ridha dari-Nya,

5. Menyadari bahwa keberhasilan adalah suatu karunia yang Allah


swt berikan.

6. Selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah swt.

7. Selalu cinta (mahabbah) kepada Allah dalam beragam situasi


dan keadaan.

8. Yakin bahwa rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang


yang berbuat baik

9. Biasakan agar selalu berstighfar sehabis sholat lima waktu


10. Tidak mudah pantang menyerah dalam berusaha, dan yakin
bahwa Allah swt akan membantu dan mempermudah urusan-urusan
kita di dunia.

Ø Sikap Taubat

1. Selalu membaca ISTIGFAR

2. Melaksanakan shalat Sunnat Taubat

3. Selalu Meminta maaf (bila dosa nya terhadapsesama manusia)

4. Berjanji tidak akan melakukan perbuatan dosa lagi

5. Selalu menyadari atas kesalahan yang telah Ia perbuat

6. Meninggalkan hal-hal yang bersifat negative

7. Menjauh dari perbuatan maksiat

C. Hikmah Husnudzon, Raja, dan Taubat

1. Hikmah Husnudzon

- Husnudzan akan mendatangkan ketentraman lahir batin

- Orang yang memiliki sikap Husnudzan pada Allah menunjukkan


bahwa ia telah memiliki jiwa yang takwa, sabar, tabah dan
tawakkal

- Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada Allah akan


senantiasa dicintai Allah karena ia senantiasa menerima terhadap
apa saja yang telah dilimpahkan kepadanya.
- Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada sesama manusia akan
senantiasa dicintai oleh sesama, karena orang lain merasa tidak pernah
dirugikan oleh ulahnya

- Sikap Husnudzan akan menjauhkan seseorang dari perbuatan keluh


kesah, iri, dengki, memtnah, mengadu domba, dendam dan
menggunjing.

2. Hikmah Raja’

- Raja’ akan menjadikan seseorang hidup tanpa kesedihan. Sebesar


apapun bahaya dan ancaman yang datang tidak mampu menghapus
‘senyum’ optimisme dari wajahnya.

- Raja’ akan membuat seseorang berprasangka baik membuang jauh


prasangka buruk.

- Raja’ akan membuat seseorang mengharapkan rahmat Allah dan


tidak mudah putus asa

- Raja’ akan membuat seseorang merasa tenang, aman, dan tidak


merasa takut pada siapapun

- Raja’ dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah


diteriamnya

- Raja’ dapat menghilangkan rasa hasud, dengki, dan sombong


kepada orang lain

3. Hikmah Taubat

- Orang yang bertaubat akan sadar bahwa ia tidak sempurna dan


bisa berbuat kesalahan, karena itu bisa menimbulkan sikap hati-hati
dan tidak gegabah.

- Orang yang bertaubat tidak akan berbuat salah lagi, karena


tertanam dalam hatinya penyesalan.
- Orang yang bertaubat hidupnya akan dipenuhi dengan optimis
yang besar akan masa depan hidup yang akan dijalaninya dan
memiliki kesempatan besar untuk mendapatkan surga Allah Swt .

- Orang yang bertaubat akan mendapat rahmat dari Allah Swt.

- Orang yang bertaubat akan bersih jiwanya dari dosa dan sifat
buruk.

- Orang yang bertaubat akan terhindar dari azab Allah Swt.


BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Sudah selayaknya setiap mislim, baik laki-laki maupun


perempuan bersikap dengan akhlak yang terpuji. Diantaranya
husnudzon, taubat dan raja’. Karena taubat adalah suatu keniscayaan
bagi manusia, sebab tidak ada satupun anak keturunan Adam AS di
dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Selain itu, seharusnyalah
kita selalu raja’(berharap) hanya kepada Allah SWT untuk
mendapatkan rahmat dan rida-Nya. Karena raja’ menjadikan
seseorang bersikap optimis, dinamis dan berpikir kritis. Juga kita
harus senantiasa husnudzon baik Kepada Allah SWT, Diri Sendiri,
keluarga, dan lainnya. Karena dengan husnudzon kehidupan kita akan
selalu damai dan penuh kebahagiaan.

B. Saran

Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau


merupakan guru besar umat Islam yang harus diketahui dan patut
ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan dalam sebuah hadist
yang artinya “sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia”. Oleh karena itu, sedikit demi sedikit mari kita
terapkan akhlak terpuji yang telah kami jelaskan ini juga akhlak
terpuji lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Agar hidup kita selalu
damai dan penuh kebahagiaan.

Anda mungkin juga menyukai