Anda di halaman 1dari 12

Makalah Shalat sunnah

Diposkan oleh tembok hitam di 07.42 on Selasa, 04 Juni 2013

A. Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui bahwa ibadah sholat sebagai satu amalan wajib bagi seluruh umat
Islam seperti halnya dalam firman Allah:

Artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS:
al-Israa’:78)
Demikianlah Allah memerintah untuk melaksanakan sholat fardhu yang lima waktu, yaitu
sholat Isya, Shubuh, Dhuhur, ‘Ashar, dan Maghrib. Kelima sholat tersebut merupakan rangkaian
sholat wajib yang harus dilakukan oleh setiap umat Islam yang beriman kepada Allah swt.
Selain harus melaksanakan sholat fardhu lima waktu yang wajib tersebut, umat Islam juga
diperintahkan untuk melaksanakan berbagai macam sholat sunnah, yang berfungsi untuk
menyempurnakan amalan sholat-sholat fardhu. Salah satu sholat sunnah yang diperintahkan
adalah sholat sunnah rawatib, sebagaimana banyak terdapat pada hadits-hadits Rasulullah saw.
Sholat sunnah rawatib merupakan salah satu jenis sholat sunnah yang dikerjakan ketika sebelum
atau sesudah melaksanakan sholat-sholat wajib atau sholat fardhu.
Sholat sunnah rawatib yang dilaksanakan sebelum sholat fardhu disebut dengan sholat
sunnah Qobliyah, sedangkan sholat rawatib yang dikerjakan sesudah mengerjakan sholat fardhu
disebut dengan sholat sunnah Ba’diyah. Sedangkan mengenai kesunahannya, sholat sunnah
rawatib ada yang hukumnya sunnah muakkad, ada pula yang sunnah ghoiru muakkad. Sholat
sunnah rawatib dikerjakan sebanyak dua rakaat atau ada juga yang dilakukan sebanyak empat
rakaat.
Di sini penulis akan mencoba menjelaskan dan memberi gambaran amaliyah sholat-sholat
yang termasuk dalam sholat sunnah muakkad dan sholat sunnah ghoiru muakkad yang
diharapkan mampu memberi pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya sholat-sholat sunnah
tersebut.

B. Substansi Kajian
1. Sholat Sunnah Muakkad
a) Pengertian Sholat Sunnah Muakkad
Shalat sunnah muakad adalah shalat sunnah yang dikuatkan atau shalat sunnah yang selalu
dikerjakan Rasulullah dan jarang ditinggalkannya.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam shalat sunnah muakad adalah sebagai berikut:
1) Tidak didahului adzan dan iqomah
2) Diaksanakan secara munfarid (sendirian) kecuali shalat sunnah idain
3) Dimulai dengan niat sesuai dengan jenis shalatnya
4) Dilaksanakan dengan dua rakaat-salam
5) Tempat melaksanakan shalat sunnah sebaiknya berbeda dengan shalat wajib
6) Bacaan sunnah ada yang dibaca sirri (berbisik): shalat dhuha dan shalat sunnah rawatib dan
ada yang dibaca jahr (keras): shalat sunnah idain[1].
b) Macam-macam shalat sunnah muakad
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sholat sunnah muakkad adalah sholat
sunnah yang di anjurkan oleh Rasulullah sehingga rasulullah berat untuk meninggalkannya.
Adapun macam-macam dari sholat sunnah muakkad adalah sebagai berikut:
1) Shalat sunnah rawatib
Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang menyertai shalat fardhu baik dikerjakan
sebelum shalat fardhu ataupun sesudahnya. Yang sering disebut shalat qobliyah (sebelum), shalat
ba’diyah (sesudah)[2]. Dari beberapa macam sholat sunnah qobliyah dan ba’diyah yang ada, ada
beberapa yang termasuk dalam sholat sunnah rawatib muakkad, yaitu sholat rawatib yang
dianjurkan oleh Rasulullah saw.
Adapun yang termasuk shalat sunnah rawatib muakkad menurut kesepakatan semua ulama
adalah yang memiliki ketentuan sebagi berikut:
1) Dua rakaat sebelum shalat subuh
Dalam sebuah hadits, diriwayatkan oleh Nabi, sebagai berikut:
‫ﺮﻮﺍﻩﺍﻠﺑﺧﺍﺮﻯ‬. ‫ﻋﻟﻰ ﺸﻴﺊ ﻤﻥ ﺍﻠﻧﻮﺍ ﻓﻞ ﺃﺸﺪ ﻤﻧﻪ ﺗﻌﺎﻫﺪﺍﻋﻠﻰ ﺮﻜﻌﺘﻰ ﺍﻠﻓﺠﺮ‬.‫ﻡ ﻠﻡ ﻳﻜﻦ‬.‫ﻋﻦ ﻋﺎﺌﺸﻪ ﺍﻠﻧﺑﻲ ﺺ‬
Artinya: dari Aisyah r.a.. “tidak ada shalat sunnah yang dipentingkan oleh Nabi SAW selain dua
rakaat sebelum subuh (shalat fajar).” (H.R. Al-Bukhari: 1093)
2) Empat rakaat sebelum shalat dzuhur

ِ‫ظ ْه ِﺮ َو َر ْكﻌَﺘَﻴ ِْﻦ َق ْب َﻞ ْﺍﻟغَﺪَﺍة‬


ُّ ‫ع ﺍ َ ْرﺑَﻌًﺎ قَ ْب َﻞ ﺍﻟ‬
ُ َ‫سﻠَّ َم الَ ﻳَﺪ‬
َ ‫ﻰ هللاُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َو‬
َّ ‫صﻠ‬
َ ‫ﻰ‬ ْ َ‫ﻰ هللاُ َﻋ ْن َهﺎ قَﺎﻟ‬
َّ ِ‫ ﺍ َ َّﻥ ﺍﻟنَّب‬: ‫ت‬ ِ ‫ﺸةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ِ‫َﻋ ْﻦ َﻋﺎئ‬
([3]‫(روﺍﻩ ﺍﻟبخﺎرﻯ‬
Artinya: Dari Aiyah Ra. berkata : “Sesungguhnya Nabi Saw, tidak ada pernah meninggalkan
empat rakaat sebelum Dzuhur (dua rakaat sunnah muakkad dan dua rakaat sunnah ghairu
muakkad) dan dua rakaat sebelum shalat fajar”. (HR.Bukhari)
Shalat rawatib ini juga berlaku untuk shalat Jum’at, karena shalat Jum’at merupakan ganti dari
shalat Dzuhur.

[4](‫ص ِﻠِّﻰ قَ ْب َﻞ ْﺍﻟ ُﺠ ْﻤﻌَ ِة ﺍ َ ْرﺑَﻌًﺎ َوﺑَ ْﻌﺪَﻫَﺎ ﺍَ ْرﺑَﻌًﺎ (روﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮمذﻯ‬
َ ُ‫ﻰ هللاُ َﻋ ْنﻪُ ﻳ‬ ِ ‫ﺍ َ َّﻥ ﺍﺑْﻦَ َم ْسﻌُ ْﻮ ٍد َر‬
َ ‫ض‬
Artinya: ”Sesungguhnya Ibnu Mas’ud melakukan shalat empat rakaat sebelum dan setelah
shalat Jum’at”. (HR At Tirmidzi)
3) Dua rakaat sesudah shalat dzuhur
ُّ ‫ت قَ ْب َﻞ ﺍﻟ‬
‫ظ ْه ِﺮ‬ ٍ ‫صﻠَّﻰ ﺍَ ْرﺑَ َع َر َكﻌَﺎ‬
َ ‫ َم ْﻦ‬: ‫سﻠَّ َم‬ َ ُ‫صﻠَّﻰ هللا‬
َ ‫ﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َو‬ َ ِ‫س ْﻮ ُل هللا‬ ْ َ‫ﻰ هللاُ َﻋ ْن َهﺎ قَﺎﻟ‬
ُ ‫ قَﺎ َل َر‬,‫ت‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َﻋ ْﻦ ﺍ ُ ِ ِّﻡ َحبِ ْﻴبَةَ َر‬
(‫ﺎر )روﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮمذﻯ‬ ِ َّ ‫ن‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻰ‬ َ ‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬
َ ُ ‫هللا‬ ُ ‫ﻪ‬ َ َّ ‫َوﺍ َ ْر َﺑ ًﻌﺎ َﺑ ْﻌﺪَﻫَﺎ َح‬
‫م‬ ‫ﺮ‬
Artinya: Dari Umi Habibah Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa shalat
empat rakaat sebelum Dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah mengharamkannya
masuk neraka”. (HR At Tirmidzi).
Catatan :
Yang dimaksud dengan empat rakaat dalam hadits di atas adalah dua rakaat sunnah muakkad
dan dua rakaat sunnah ghairu muakkad.
4) Dua rakaat sesudah shalat maghrib
5) Dua rakaat sesudah shalat isya’[5]
ُّ ‫ َر ْك َﻌﺘَﻴ ِْﻦ قَ ْب َﻞ ﺍﻟ‬,‫س َّﻠ َم‬
‫ظ ْه ِﺮ‬ َ ‫صﻠَّﻰ هللاُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ِ‫س ْﻮ ِل هللا‬ُ ‫ظتً َﻋ ْﻦ َر‬ ْ ‫ َح ِف‬:َ‫ﻰ هللاُ َﻋ ْنﻪُ قَﺎل‬َ ‫ض‬ِ ‫ﻋ َﻤ َﺮ َر‬
ُ ‫َﻋ ِﻦ َﻋ ْب ِﺪ هللاِ ﺑ ِْﻦ‬
‫ﺍء (روﺍﻩ ﺍﻟبخﺎرﻯ‬ ْ َ َ
ِ َ‫ورك َﻌﺘﻴ ِْﻦ ق ْب َﻞ ﺍﻟغَﺪ‬ ْ َ ‫َﺎء‬ ْ َ ْ
ِ ‫ب َو َركﻌَﺘﻴ ِْﻦ ﺑَ ْﻌﺪَ ﺍﻟ ِﻌﺸ‬ ْ ْ َ ْ
ِ ‫ َو َركﻌَﺘﻴ ِْﻦ ﺑَ ْﻌﺪَ ﺍﻟ َﻤغ ِﺮ‬,‫ظ ْه ِﺮ‬ُّ ‫َو َر ْكﻌَﺘَﻴ ِْﻦ ﺑَ ْﻌﺪَ ﺍﻟ‬
([6]‫ومسﻠم‬
Artinya: Dari Abdullab bin Umar Ra. berkata : “Saya hafal dari Rasulullah Saw. dua rakaat
sebelum Dzuhur dan dua rakaat sesudah Dzuhur, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat
sesudah Isya dan dua rakaat sebelum Shubuh”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Keutamaan shalat sunnah rawatib muakkad adalah:


1) Keutamaan shalat sunnah sebelum subuh
Dijelaskan oleh hadits sebagai berikut:
‫ َر ْك َﻌﺘ َﺎ ْﺍﻟفَﺠْ ِﺮ َﺧﻴ ٌْﺮ ِمﻦَ ﺍﻟﺪُّ ْﻧ َﻴ َﺎو َمﺎ ِﻓ ْﻴ َهﺎ )روﺍﻩ‬: ‫سﻠَّ َم قَﺎ َل‬ َ ‫ﻰ هللاُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َو‬ َّ ‫صﻠ‬ َ ‫ﻲ‬ ِِّ ‫ﻰ هللاُ َﻋ ْن َهﺎ َﻋ ِﻦ ﺍﻟنَّ ِب‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ﺸةَ َر‬ َ ‫َﻋ ْﻦ َﻋﺎ ِئ‬
(‫ﺍﻟﻤسﻠم‬
Artinya: Dari Aisyah r.a. dari Nabi SAW. Beliau telah bersabda,”dua rakaat sebelum fajar itu
lebih baik daripada dunia dan segala isinya.” (HR. Muslim)
2) Keutamaan shalat sunnah dzuhur baik qabliyah maupun ba’diyah dan shalat sunnah sesudah
shalat maghrib dan sesudah isya’
Dijelaskan dalam hadits, yang artinya sebagai berikut:
َ ‫صﻠَّﻰ ﻓِﻰ ﻳَ ْﻮ ٍﻡ َوﻟَ ْﻴﻠَ ٍة ﺍِثْنَﻰ َﻋﺸ ََﺮة‬ َ ‫ َم ْﻦ‬: ‫سﻠَّ َم‬ َ ُ‫صﻠَّﻰ هللا‬
َ ‫ﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َو‬ َ ِ‫س ْﻮ ُل هللا‬ ُ ‫ قَﺎ َل َر‬: ‫ت‬ ْ َ‫ﻰ هللاُ َﻋ ْن َهﺎ قَﺎﻟ‬
َ ‫ض‬ ِ ‫َﻋ ْﻦ ﺍ ُ ِ ِّﻡ َحبِ ْﻴبَةَ َر‬
ْ
ِ ‫ب َو َر ْك َﻌﺘَﻴ ِْﻦ َﺑ ْﻌﺪَ ﺍﻟ ِﻌﺸ‬
‫َﺎء‬ ْ ْ
ِ ‫ َو َر ْك َﻌﺘَﻴ ِْﻦ ﺑَ ْﻌﺪَ ﺍﻟ َﻤ ْغ ِﺮ‬,‫ ﺍ َ ْرﺑَ ًﻌﺎ قَ ْب َﻞ ﺍﻟظ ْه ِﺮ َو َر ْك َﻌﺘَﻴ ِْﻦ ﺑَ ْﻌﺪَﻫَﺎ‬: ‫َر ْك َﻌةً ﺑَنَﻰ ﺑَ ْﻴتٌ ﻓِﻰ ﺍﻟ َﺠنَّ ِة‬
ُّ
(‫َو َر ْكﻌَﺘَﻴ ِْﻦ قَ ْب َﻞ ْﺍﻟفَﺠْ ِﺮ )روﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮمذﻯ‬
Artinya: “siapa yang shalat sehari semalam dua belas rakaat, maka dibangunlah bagimya
sebuah rumah di surga, yaitu 4 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat sesudah dzuhur, 2 rakaat
sesudah maghrib, 2 rakaat sesudah isya’ dan 2 rakaat sebelum subuh.” (HR. Turmudzi).[7]

2) Shalat sunnah malam


Shalat sunnah malam adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari setelah shalat isya’
sampai terlihat fajar. Karena begitu pentingnya sholat malam ini hampir-hampir Rasulullah saw.
mewajibkan sholat sunnah ini di setiap malamnya.
Macam-macam shalat sunnah malam
1. Shalat witir
Shalat witir adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari setelah shalat isya’
hingga terbitnya fajar dengan jumlah rakaat yang ganjil, paling sedikit satu rakaat dan paling
banyak sebelas rakaat. Dan Shalat witir sebagai penutup dari seluruh shalat malam.
Para ulama sepakat bahwa waktu shalat sunnah witir itu adalah sesudah shalat isya’ dan terus
berlangsung sampai tiba fajar.[8]Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Mas’ud al-Anshari
r.a berkata:
ٍ‫ روﺍﻩ ﺍحﻤﺪ ﺑسنﺪ صحﻴح‬.‫كﺎﻥ رسﻮل هللا صﻠﻰ هللا ﻋﻠﻴﻪ وسﻠِّم ﻳﻮﺗﺮ ِّﺍول ﺍﻟﻠﻴﻞ ﺍوسطﻪ وﺃﺧﺮﻩ‬
Artinya: “Rasulullah saw. itu mengerjakan shalat witir pada awal malam. Kadang-kadang
pula dipertengahan malam dan kadang-kadang pula pada penghabisan malam itu.” (HR Ahmad
dengan sanad yang shahih)”
Dan disunnahkan menyegerakan shalat witir pada permulaan malam bagi seseorang yang
khawatir tidak akan bangun pada akhir malam. Akan tetapi, bagi seorang yang mampu bangun
pada akhir malam, maka disunnahkan mengerjakan witir itu di akhir malam.[9]
Tidak ada dua kali witir dalam semalam. Seseorang yang telah mengerjakan shalat witir, lalu
ingin shalat sunnah lagi, keadaan seperti ini boleh dilakukan. Akan tetapi, jangan mengulangi
lagi shalat witir untuk kedua kalinya. Hal ini berdasarkan riwayat Abu Daud, Nasa’I, dan
Tirmidzi yang menganggapnya hasan, Ali. r.a berkata:
َ‫سنَّةٌ ُم َؤ َّكﺪَة ٌ ِﻋ ْنﺪ‬
ُ ‫ﺍج َبةٌ ِﻋ ْنﺪَ ﺃ ِﺑﻰ َحنِ ْﻴفَةَ َو‬
ِ ‫ الوﺗﺮﺍﻥ ﻓﻰ ﻟﻴﻠ ٍة صالة ُ ﺍﻟ ِﻮﺗْ ِﺮ َو‬:‫سﻤﻌت رسﻮل هللا صﻠِّﻰ هللا ﻋﻠﻴﻪ وسﻠِّم ﻳقﻮل‬
‫َغﻴ ِْﺮ ِﻩ‬
Sholat witir menurut Syafi'i, Hambali dan Maliki hukumnya adalah sunnah muakkadah
sementara menurut Hanafi hukumnya wajib.

Cara pelaksanaan shalat witir[10]


a. Tiap-tiap dua rakaat salam dan yang terakhir boleh satu atau tiga rakaat salam.
b. Shalat witir dilaksanakan tiga rakaat maka tidak usah membaca tasyahud awal

Madzhab Jumlah Keterangan


Maliki 3 rakaat dipisah dengan satu salam

Hanafi 3 rakaat Tanpa dipisah dengan salam

Syafi’i 1 rakaat -

2. Shalat Tahajjud
Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari. Waktu yang paling
baik ialah dilaksanakan sesudah bangun tidur setelah shalat isya’ sepertiga malam yang terakhir.
Jumlah bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan paling banyak tidak terbatas. Allah
berfirman: surat al-isra’: 79
$YB$s)tB y7sWyèö7tƒy7•/u‘ br& #Ó|¤tã y7©9 \'s#Ïù$tR ¾ÏmÎ/ ô‰¤fygtFsù È@ø‹©9$# z`ÏBur
ÇÐÒÈ #YŠqßJøt¤C
Artinya: “dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
Terpuji.”
Dalam melaksanakan shalat tahajjud, maka seseorang disunnahkan untuk melakukan hal-hal
berikut:
a. Niat bangun malam untuk mengerjakan shalat tahajjud ketika akan tidur
b. Menghilangkan kantuk dengan bersuci dan melihat ke langit sambil berdo’a
c. Sebaiknya dimulai dengan shalat iftitah sebelum shalat tahajjud
d. Hendaklah membangunkan keluarganya untuk bersama-sama mengerjakan perbuatan mulia tsb.
e. Tidak memaksakan diri, bila mengantuk hendaklah tidur terlebih dahulu kemudian melanjutkan
kembali
Tentang waktunya, shalat malam boleh dikerjakan dipermulaan, pertengahan, atau
penghabisan malam, dengan syarat sudah melakukan shalat isya’. Dan dikatakan bahwasannya
ada waktu-waktu utama dalam melaksanakan shalat tahajjud ini, yaitu: pada sepertiga malam
yang akhir sudah tiba.

3. Shalat tarawih
Shalat sunnah tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari, pada bulan
ramadhan. Waktunya setelah melaksanakan shalat isya’ sampai menjelang subuh.
Bilangan rakaat shalat tarawih
Madzhab Bilangan Alasan
Syafi’I 20 Berdasarkan yang dilakukan oleh
Hanafi 20 Khalifah Umar bin Khatab dalam
rangka mensyiarkan malam
Hambali 20 ramadhan
Melihat penduduk Madinah
Maliki 39 melakukan shalat tarawih 39 rakaat
disertai shalat witir
melihat Nabi melakukan shalat
hadits malam pada bulan ramadhan
11
Aisyah maupun selain ramadhan hanya
sebanyak 11 rakaat
Perbedaan pendapat tentang hal ini tidak perlu menjadi bahan pertentangan karena tarawih
itu merupakan bagian dari shalat malam yang jumlah rakaatnya tidak terbatas. Semua itu untuk
menghidupkan malam ramadhan yang banyak berkahnya. Jika shalat tarawih dilaksanakan empat
rakaat maka tidak diselingi dengan tasyahud awal.[11]

3) Shalat Sunnah Idain


Kata idain berarti dua hari raya, yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul adha. Shalat idain
adalah shalat sunnah yang dilakukan karena datangnya hari raya idul fitri atau idul adha. Shalat
idul fitri di laksanakan pada tanggal 1 syawal, sedangkan shalat idul adha di laksanakan pada
tanggal 10 dzulhijjah. Shalat idain disyariatkan pada tahun pertama hijriyah. Dan dianjurkan
dilaksanakan di lapangan dan berjama’ah.
Hukum melaksanakan kedua shalat ‘Id ini sama, yakni sunnah muakkadah (yang
dikuatkan/penting sekali). Sejak disyariatkannya shalat ‘Id ini, Rasulullah Saw. tidak pernah
meninggalkannya. Allah berfirman dalam surat al-Kautsar (108) ayat 1-2:
ÇËÈ ö•ptùU$#ur y7În/t•Ï9 Èe@|Ásù ÇÊÈ t•rOöqs3ø9$# š•»oYø‹sÜôãr& !$¯RÎ)
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (hai Muhammad) nikmat yang
banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah” (QS. al-Kautsar (108): 1-
2).

Para ulama berselisih pendapat tentang hukum shalat idul fitri dan idul adha, yaitu:
Madzhab Hukum
Fardhu ain dengan syarat-syarat yang ada pada shalat jum’at
Hanafi tetapi jika tidak dipenuhi kewajiban tersebut maka akan
menjadi gugur.
Maliki Sunnah muakkad
Syafi’i Sunnah muakkad
Hambali Fardhu kifayah

Kedua shalat hari raya tersebut pada prinsipnya sama dalam hal tata caranya, kecuali niat dan
waktunya yang berbeda. Jumlah rekaat keduanya juga sama, yaitu dua rekaat. Waktu
melaksanakan shalat ‘Idain ini adalah sejak terbit matahari sampai tergelincir matahari. Akan
tetapi, shalat ‘Idul Fitri lebih baik diakhirkan sedikit daripada shalat ‘Idul Adha yang
disunnahkan lebih pagi.

Gambar 1.1 sholat Idhul fitri/Adha


Gambar di atas menggambarkan kondisi di mana orang-orang muslim sedang melakukan
sholat idhul fitri di lapangan secara berjamaah.
Gambar 1.2 khutbah setelah berlangsungnya sholat Idhul fitri/ Adha
Dari gambar 1.2 di atas adalah sebuah gambaran yang menunjukkan perayaan hari
kemenangan umat islam. Setelah melakukan sholat idh biasanya selalu dilanjut dengan agenda
khutbah yang berisi seputar kemenangan dan makna idhul fitri/adha itu sendiri dalam islam.

Waktu pelaksanaan shalat ied menurut imam madzhab, yaitu:


Madzhab Waktu shalat
Hambali Sejak naiknya matahari setombak sampai waktu zawal
Sejak terbitnya matahari sampai tergelincirnya matahari
Syafi’i (waktu zawal)

Sejak terbitnya matahari sampai tergelincirnya matahari


Imamiyah (waktu zawal)

Setelah selesai melakukan shalat ‘Idain ini disusul dengan khutbah. Nabi dan para shahabatnya
melakukan shalat ‘Idain sebelum khutbah seperti yang dijelaskan oleh Ibnu ‘Umar:

.)‫ﻰ هللا ﻋﻠﻴﻪ وسﻠِّم و ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ وﻋﻤﺮ ﻳصﻠِّﻮﻥ ﺍﻟﻌﻴﺪﻳﻦ قبﻞ ﺍﻟخطبة (روﺍﻩ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋة‬
ِّ ‫كﺎﻥ رسﻮل هللا صﻠ‬
Artinya: Adalah Rasulullah Saw., Abu Bakar, dan ‘Umar melakukan shalat ‘Idain sebelum
khutbah (HR. Jama’ah ahli hadits).

Berikut adalah tata cara shalat ied menurut madzab-madzhab:


Madzhab Tata cara
Niat, mengucapkan takbiratul ihram, mengucapkan takbir 3 kali
diselingi dengan diam sejenak sekadar bacaan 3 kali atau juga
boleh mengucapkan ‫سﺑحﺎﻦﺍهللاﻮﺍﻠحﻤﺪﺍهللاﻮالﺍﻟﻪﺍالﺍهللاﻮﺍهللاﺍكﺑﺮ‬
Hanafi Kemudian ‫ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍهللاﻤﻦﺍﻟﺷﻴطﺎﻦﺍﻟﺮجﻴم‬acabmem setelah itu membaca
alfatihah dan surat, lalu ruku’ dan sujud. Rakaat kedua,
membaca alfatihah, surat, takbir 3 kali, ruku’, sujud,
menyempurnakan shalat hingga selesai.
Mengucapkan takbiratul ihram, membaca doa iftihah, kemudian
takbir tujuh kali, tiap-tiap 2 takbir di
selingi‫سﺑحﺎﻦﺍهللاﻮﺍﻠحﻤﺪﺍهللاﻮالﺍﻟﻪﺍالﺍهللاﻮﺍهللاﺍكﺑﺮ‬Secara perlahan,
kemudian membaca ‫ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍهللاﻤﻦﺍﻟﺷﻴطﺎﻦﺍﻟﺮجﻴم‬kemudian membaca
alfatihah, surat Qaf, ruku’, sujud. Rakaat kedua, membaca
Syafi’i
takbir yang kemudian di tambah 5 kali takbir lagi, diantara 2
takbir diselingi
membaca‫سﺑحﺎﻦﺍهللاﻮﺍﻠحﻤﺪﺍهللاﻮالﺍﻟﻪﺍالﺍهللاﻮﺍهللاﺍكﺑﺮ‬Kemudian membaca
alfatihah dan surat iqtarobat kemudian menyempurnakan
hingga selesai.
Membaca doa iftitah, membaca takbir 6 kali, yang diantara 2
takbir itu membaca:
‫ﺍهللاﺍﻜﺑﺮﻜﺑﻴﺮﺍﻮﺍﻟحﻤﺪهللاﻜثﻴﺮﺍﻮسﺑحﺎﻦﺍهللاﺑﻜﺮةﺃصﻴالﻮصﻠﻰﺍهللاﻋﻠﻰمحمدﻮﺍﻠﻪﻮسﻠمﺘسﻠﻴمﺎ‬
Hambali
kemudian membaca ‫ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍهللاﻤﻦﺍﻟﺷﻴطﺎﻦﺍﻟﺮجﻴم‬dan basmalah, lalu
membaca al-fatihah dan surat al-a’la. Rakaat kedua, membaca
takbir 5 kali dan tiap-tiap dua takbir diselingi dengan ucapan
yang sama pada rakaat pertama. Kemudian membaca alfatihah
dan surat al-ghasyiyah, lalu ruku’ sampai selesai.
Mengucapkan takbiratul ihram, takbir 6 kali, lalu membaca al-
fatihah dan surat al-a’la, ruku’, dan sujud. Bangkit Rakaat
Maliki kedua sambil membaca takbir, ditambah dengan 5 takbir
sesudahnya, lalu membaca al-fatihah dan surat as-
syamsikemudian shala hingga selesai.[12]

Hal-hal yang di sunnahkan dalam shalat ied


a. Membaca takbir.
b. Mandi, berhias, memakai pakaian yang paling bagus, dan memakai wangi-wangian.
c. Makan sebelum shalat idul fitri, sedangkan untuk idul adha makannya sesudah pulang dari
shalat ied.
d. Berangkat menuju ke tempat shalat ied dan pulangnya dengan jalan yang berbeda.

Hal-hal yang di sunnahkan pada waktu shalat ied


a. Dilaksanakan secara berjamaah
b. Takbir tujuh kali setelah membaca do’a iftitah sebelum membaca surat alfatihah pada rakaat
pertama. Pada rakaat kedua takbir lima rakaat sebelum membaca surat al-fatihah selain dari
takbir pada waktu berdiri.
c. Mengangkat tangan setiap kali takbir
d. Membaca tasbih di antara beberapa takbir
e. Membaca surat Al-A’la setelah surat Al-fatihah pada rakaat pertama dan surat Al-
ghasyiyah.[13]

2. Sholat Sunnah Ghoiru Muakkad


a) Pengertian Sholat Sunnah Ghoiru Muakkad
Shalat sunnah ghairu muakad adalah shalat sunnah yang tidak dikuatkan (kadang dikerjakan
Rasulullah dan kadang tidak dikerjakannya). Maksudnya adalah sholat sunnah yang tidak
dianjurkan oleh Rasulullah saw.
Dari pengertian diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sholat sunnah yang
termasuk dalam sunnah ghoiru muakkad, yaitu:
a. Tidak didahului adzan dan iqomah
b. Dilaksanakan secara munfarid (sendirian)
c. Dilaksanakan dengan dua rakaat salam
d. Tempat melaksanakan shalat sunnah sebaiknya berbeda dengan shalat wajib
e. Bacaan tidak di nyaringkan
f. Memulai shalat di awali dengan niatnya masing-masing.

b) Macam-macam sholat sunnah ghoiru muakkad


Sebagaimana pengertian di atas dan ciri yang disebutkan di atas, maka adapun macam-macam
dari sholat sunnah ghoiru muakkad adalah sebagi berikut:
1. Shalat Tahiyatul Masjid
Tahiyatul masjid berarti penghormatan masjid, shalat tahiyatul masjid berarti shalat yang
dikerjakan untuk menghormati masjid. Masjid adalah tempat manusia bersemabah sujud kepada
Allah, semua kegiatan di masjid menggunakan nama Allah oleh karena itu masjid disebut
Baitullah. Demikian mulianya sehingga islam mensyariatkan shalat tahiyatul masjid, Rasulullah
bersabda:
‫ رﻮﺍﻩﺃﺑﻮ ﺪﺍﻮﺪ‬.‫ﺇذﺍ جﺎﺀ ﺍحﺪﻜم ﺍﻠﻤسجﺪ ﻓﻠﻴصﻞ سجﺪﺗﻳﻥ مﻥ قﺑﻞ ﺍﻥ ﻴجﻟﺱ‬
Artinya: “Apabila salah seorang diantara kamu masuk masjid, hendaklah ia shalat dua rakaat
sebelum duduk. “(HR.Abu Dawud dari Abi Qatadah : 395)

Gambar 1.3 sholat tahiyatul masjid


Gambar di atas adalah salah satu gambaran yang menunjukkan seseorang yang sedang
melakukan sholat tahiyatul masjid. Mereka melakukan sholat tahiyatul masjid saat setelah masuk
masjid dan belum sampai duduk. Dilakukan sendiri-sendiri tidak berjama’ah, sebagaimana
berikut akan dijelaskan bagaimana tata cara dalam melakukan shalat tahiyatul masjid.

Tata cara pelaksanaan shalat tahiyatul masjid adalah sebagai berikut :


1. Jumlah rakaatnya hanya 2 rakaat.
2. Dilaksanakan secara munfarid (sendirian).
3. Syarat sah shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang lain, ditambah satu lagi yakni
dilakukan di masjid. Tidak sah jika dilakukan diluar masjid.
4. Waktunya setiap saat memasuki masjid, baik untuk melaksanakan shalat fardu maupun ketika
akan beri’tikaf.
5. Bacaan-bacaan shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang lain, hanya niatnya saja yang
berbeda[14].
6. Urutannya secara garis besarnya :
a. Berniat shalat Tahiyatul Masjid, contoh lafadznya :
‫سنَّةً ﺗ َِحﻴَّةَ ْﺍﻟ َﻤس ِْﺠ ِﺪ َر ْك َﻌﺘَﻴ ِْﻦ هللِ ﺗ َ َﻌﺎﻟﻰ‬ َ ُ‫ﺃ‬
ُ ‫ص ِ ِّﻠﻲ‬
Artinya :“Saya berniat shalat tahiyat masjid dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
b. Takbiratul ihram
c. Shalat dua rakaat seperti biasa.
d. Salam.
Tujuan dari pelaksanaan shalat dua rakaat ini adalah untuk menghormati masjid. Karena
masjid memiliki kehormatan dan kedudukan mulia yang harus dijaga oleh orang yang
memasukinya. Yaitu dengan tidak duduk sehingga melaksanakan shalat tahiyatul masjid ini.
Karena pentingnya shalat ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tetap memerintahkan seorang
sahabatnya – Sulaik al-Ghaathafani – yang langsung duduk shalat memasuki masjid untuk
mendengarkan khutbah dari lisannya. Ya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
membiarkannya duduk walaupun untuk mendengarkan khutbah dari lisannya, maka selayaknya
kita memperhatikan shalat ini.
Jumhur ulama berpendapat : hukum shalat dua rakaat sebelum masuk masjid
adalah mandub (sunnah) dan tidak wajib.[15]

2. Shalat sunnah rawatib


Ada beberapa shalat sunnah rawatib yang merupakan sunnah ghairu muakkad, yaitu:
a. Dua rakaat sebelum Dzuhur
b. Empat rakaat sesudah Dzuhur
c. Empat rakaat sebelum Ashar.
d. Dua rakaat sebelum Maghrib.
e. Dua rakaat sebelum Isya’.
Namun menurut madzhab Hanafi dan Syafi’I yang termasuk dalam sholat sunnah rawatib
ghoiru muakkada adalah sebagi berikut:
MADZHAB RAKAAT
Hanafi 4 rakaat sebelum dan sesudah dhuhur
Syafi’i dan 4 rakaat sebelum ashar

3. Shalat Dhuha
Shalat dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada waktu dhuha, yakni ketika matahari sudah
naik, yaitu kira-kira setinggi tombak sampai matahari tergelincir yaitu menjelang waktu dhuhur.
Hukum mengerjakan shalat dhuha adalah sunnah. Shalat dhuha memiliki keutamaan yang besar
bagi pelakunya sehingga rasulullah menganjurkan para sahabat dan seluruh kaum muslim untuk
melaksanakannya.
Bilangan rakaat shalat dhuha. Shalat dhuha dikerjakan sekurang-kurangnya dua rakaat dan
sebanyak-banyaknya sebelas rakaat.
Tata Cara Shalat Dhuha
Tata cara shalat dhuha sama dengan shalat lainnya. Hanya saja pada rakaat pertama
dianjurkan membaca surat Al-fatihah kemudian surat Asy-Syams sedangkan rakaat surat Al-
fatihah lalu surat ad-dhuha. Jika belum hafal boleh menggunakan surat apa saja.[16]
3. Sketsa Praktek Sholat Sunnah Takhiyatul Masjid

Niat sholat ini dapat dilafalkan kalimat berikut:


‫سنَّةً ﺗ َِحﻴَّةَ ْﺍﻟ َﻤس ِْﺠ ِﺪ َر ْكﻌَﺘَﻴ ِْﻦ هللِ ﺗَﻌَﺎﻟﻰ‬ َ ُ‫ﺃ‬
ُ ‫ص ِﻠِّﻲ‬

Dalam sketsa ini adalah gambaran jelas bagaimana pelaksanaan dari salah satu sholat sunnah
ghoiru muakkad,yaitu sholat tahiyatul masjid.
C. Skema

Sholat Sunnah

Sunnah Muakkad

Sunnah Ghoiru Muakkad

Rawatib

1. 2 Rakaat sebelum shubuh

2. 2 Rakaat sebelum dhuhur

3. 2 Rakaat sesudah dhuhur

4. 2 Rakaat sesudah maghrib

5. 2 Rakaat sesudah Isya’

Rawatib

Tahiyatul Masjid

Idhain

Malam

Dhuha

Witir

Tahajjud

Tarawih

1. 4 Rakaat sebelum dhuhur

2. 4 Rakaat sesudah dhuhur

3. 4 Rakaat sebelum ashar

4. 2 Rakaat sebelum maghrib


D. Kesimpulan
Diantara banyak macam sholat sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. ada
sholat-sholat sunnah yang tergolong pada yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan, namun
tetap dilaksanakan oleh Rasulullah sebagai tauladan bagi umat Islam sedunia. Maka dari itu,
bolehlah kita klasifikasikan sholat sunnah menjadi 2, yaitu:
1. Shalat Sunnah Muakkad
Sholat sunnah Muakkad adalah shalat sunnah yang dikuatkan atau shalat sunnah yang selalu
dikerjakan Rasulullah dan jarang ditinggalkannya.
Adapun macam-macamnya adalah sebagai berikut:
a. Shalat sunnah rawatib, sholat sunnah rawatib muakkad terdiri dari:
1) Dua rakaat sebelum shalat subuh
2) Dua rakaat sebelum shalat dzuhur
3) Dua rakaat sesudah shalat dzuhur
4) Dua rakaat sesudah shalat maghrib
5) Dua rakaat sesudah shalat isya’
b. Shalat sunnah malam, sholat sunnah muakkad yang ada dalam shalat malam adalah sebagai
berikut:
1) Shalat tahajjud
2) Shalat sunnah tarawih
3) Shalat witir
c. Shalat Sunnah Idain
2. Shalat Sunnah Ghoiru Muakkad
Shalat sunnah ghairu muakad adalah shalat sunnah yang kadang dikerjakan Rasulullah dan
kadang tidak dikerjakannya. Maksudnya adalah sholat sunnah yang tidak dianjurkan oleh
Rasulullah saw.
Adapun yang termasuk dalam kategori shalat sunnah ghoiru muakkad adalah:
a. Tahiyatul masjid
b. Shalat sunnah rawatib,
Sebagaimana dalam shalat sunnah muakkad, ada juga shalat rawatib yang terkategorikan sebagai
shalat rawatib yang ghoiru muakkad, diantaranya adalah:
1) Dua rakaat sebelum Dzuhur
2) Dua rakaat sesudah Dzuhur
3) Empat rakaat sebelum Ashar.
4) Dua rakaat sebelum Maghrib.
5) Dua rakaat sebelum Isya’
c. Shalat dhuha
Dan dalam semua macam-macam sholat ini memiliki kesamaan dalam pelaksanaannya hanya
saja berbeda dalam niatnya di setiap sholatnya.

Daftar Pustaka
Abyan, Amir. (2008). Pendidikan Agama Islam Fikih. Semarang: PT karya Toha Putra.
Mughniyah, Jawad. (2010). Fiqih Lima madzab.Jakarta: Penerbit Lentera.
Darsono, Ibrahim. (2008). Penerapan fikih. Solo: Tiga Serangkai.
Taufiq, Abdurrahman. (2006). Bidayatul Mujtahid. Jakarta: Pustaka Azzam.
Bagir, Muhammad. (2008). Fiqh Praktis.Bandung: Penerbit Karisma.
Alhusaini. (2007). Kifayatul Akhyar. Surabaya: Bina Iman Printing.
Sabiq, Sayyid. (2004). Fiqhus Sunnah.Jakarta: Darul Fath.
Shalat Tarawih Menurut Mazhab Empat, diakses pada tanggal 7 April 2013 dari
http://nuruddina.blogspot.com/2010/09/shalat-tarawih-menurut-mazhab-empat.html
(http://Redhabelajarikhlas.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai