Nama kelompok Lailatul Widyawati (NIM C91217057) M. Ari Syahdi (NIM C91217059) positivisme • Positivisme berasal dari kata “ponere” yang berarti meletakkan, kemudian menjadi bentuk pasif “positus-a-um” yang berarti diletakkan. Dengan demikian positivisme menunjukkan pada sebuah sikap atau pemikiran yang meletakkan pandangan dan pendekatannya pada sesuatu. Umumnya positivisme bersifat empiris • Positivisme, dalam pengertian modern, adalah suatu sistem filsafat yang dikembangkan oleh Auguste Comte (1798-1857), yang mengakui hanya fakta-fakta positif dan fenomena-fenomena yang bisa diobservasi, dengan hubungan obyektif fakta-fakta ini dan hukum-hukum yang menentukannya, meninggalkan semua penyelidikan menjadi sebab- sebab atau asal-usul tertinggi • Comte, seorang matematikus dan filsuf perancis. Ia meyakini bahwa kebenaran hanya bisa diungkap melalui penggunaan metode ilmiah (Scientific method). Keyakinan Comte ini kemudian menjadi sebuah manifesto yang dianut kaum positivis pada generasi selanjutnya. Comte berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu melewati sebuah tahapan-tatanan yang dapat dibagi menjadi tiga. Ia membedakan tiga tahap evolusi dalam pemikiran manusia. • Langkah pertama dalam sistemnya, adalah tahap teologis, di mana semua fenomena dijelaskan dengan menunjuk kepada sebab-sebab supranatural dan intervensi sesuatu yang bersifat illahi. Tahap kedua adalah tahap metafisika di mana pemikiran diarahkan menuju prinsip-prinsip dan ide-ide tertinggi, yang dipahami sebagai ada di bawah permukaan sesuatu. Langkah ketiga dan yang terakhir adalah tahap positif, yang menolak semua konstruksi-hipotesis di dalam filsafat dan membatasi diri pada observasi empirik dan hubungan fakta-fakta di bawah bimbingan metode-metode yang dipergunakan dalam ilmu-ilmu alam • Prinsip pokok atau dasar verivikasi positivisme berbunyi: “ilmu-ilmu yang dapat mengajar kepada kita tentang kenyataan hanyalah ilmu-ilmu positif . ini adalah ilmu pengetahuan (ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan manusia) yang ditunjukkan pada pengamatan keadaan yang sesungguhnya, untuk mengenal keteraturan hukum didalamnya Pembagian positivisme • Ada 2 Aliran hukum positivisme, yaitu positivisme analitik dan positivisme pragmatis. • Postivisme analitik (teori john austin) Austin mendefinisikan hukum sebagai “peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan kepada makhluk yang berakal oleh makhluk yang berkuasa atasnya”. Jadi hukum sepenuhnya dipisahkan dari keadilan, dan tidak didasarkan atas gagasan-gagasan tentang yang baik dan yang buruk, akan tetapi ia didasarkan atas kekuasaan yang lebih tinggi. • Sebagai lawan dari teori Austin adalah gerakan kaum Realis Amerika yang disebut positivisme Pragmatis, mempelajari hukum sebagai karya-karya dan fungsi-funginya bukan sebagai yang tertulis di atas kertas. idealisme • Herman Hone mengemukakan, idealism is the conclusion that the universe is an expression of intelligence and will, that the enduring subtance of the world is of the nature of mind, that the material is explamed by the mental” • Herman hone mengatakan, idealisme merupakan ekspresi dari pikiran, juga mengatakan bahwa substansi dari dunia adalah dari alam pikiran serta berpandangan bahwa hal-hal yang bersifat materi bisa dijelaskan melalu jiwa • Pemikiran idealisme ini selalu identik dengan tokoh Plato. Sebab Platolah yang sering dihubungkan dengan filsafat idealisme. Pandangan seperti ini muncul, mengingat bahwa pada dasarnya Plato merupakan bapak filsafat idealisme atau pencetus filsafat idealisme. Menurut Plato hakekat segala sesuatu tidak terletak pada yang bersifat materi atau bendawi, tetapi sesuatu yang ada dibalik materi itu, yakni ide. Ide bersifat kekal, immaterial dan tidak berubah. Walaupun materi hancur, ide tidak ikut musnah. Hukum Islam Antara Positivisme Dan Idealisme • Syari’at merupakan kumpulan hukum-hukum Tuhan, mengkombinasikan hukum sebagai adanya dan hukum sebagai yang seharusnya, sekaligus mempertahankan perintah dan keadilan. Syari’at merupakan hukum positif, dan karena keadilan adalah tujuan puncaknya (syari’at ideal). Hal tersebut menyimpulkan bahwa hukum islam adalah “hukum positif dalam bentuk ideal” positivisme dan idealisme merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam hukum islam. Sesuai dengan firman Allah SWT : • Surah Asy-syura’ ayat 17 : عةَ قَ ِريب َ ق َو ْال ِميزَ انَ ۗ َو َما يُ ْد ِر يك لَعَ هل ال ه َ سا ِ اب بِ ْال َح َ ََّللاُ الهذِي أَ ْنزَ َل ْال ِكت ه Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat? • Surah As-Syams ayat 7- 10: َ ) َوقَ ْد خ9( ) قَ ْد أَ ْفلَ َح َم ْن زَ هكاهَا8( ورهَا َوتَ ْق َواهَا َاب َم ْن َد ه ساهَا َ ) فَأ َ ْل َه َم َها فُ ُج7( س هواهَا َ َونَ ْف ٍس َو َما (10) Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q. S. al-Syams [91]: 7-10). Hukum islam bersifat positivisme dan idealisme • Hukum islam merupakan hukum yang bersumber dari wahyu Tuhan sekaligus melibatkan manusia untuk melakukan penalaran dan analisis. Bukti konkrit manusia diikut sertakan yaitu dalam hal ijtihad.