Disusun oleh :
Kelompok IX
Putri Farhanita
Mega Ayu Mauliah
Siti Salamatul Laila
Dengan menyebut nama Alloh SWT. yang Maha Pengasih serta Maha Mengetahui,
penulis panjatkan puji serta syukur atas segala ni’mat yang telah dilimpahkan-Nya terutama
akal sehat yang jelas membantu penulis untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Fikih
Munakahat dengan pembahasan Hak dan Kewajiban Suami Istri. Dan sesungguhnya hanya
Alloh yang Maha Sang pemilik ilmu.
Akhir kata, kami harap semoga makalah FIKIH MUNAKAHAT ini dapat
memberikan manfaat inspirasi terhadap pembaca.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hak dan Kewajiban Bersama Suami Istri.. ......................................... 2
B. Hak dan Kewajiban Suami .................................................................. 3
C. Hak dan Kewajiban Istri ...................................................................... 4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hubungan berumah tangga, suami istri mempunyai hak dan kewajibanya
masing-masing. Kewajiban seorang istri merupakan hak bagi suami, begitupun
sebaliknya. Untuk itu diperlukan kajian yang mendalam mengenai hak dan kewajiban suami
istri dalam fiqh munakahat ini. Jika sudah diterapkannya hak dan kewajiban suami istri dalam
rumah tangga, maka terciptalah keluar yang disebut sakinah mawaddah dan wa rohmah.
Penyusun membuat makalah ini, dengan tujuan agar memahami bagaimana
hak dan kewajiban bagi suami dan istri dalam suatu rumah tangga ini. Maka
daripada, itu penyusun menyusun makalah ini dengan kajian khusus pada hak dan
kewajiban suami dan istri, agar d apat bermanfaat untuk kehidupan dimasa yang akan
datang ketika kita telah menjalankan rumah tangga.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila akad nikah telah berlangsung dan memenuhi syarat rukunnya, maka
menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akad tersebut menimbulkan juga hak serta
kewajibannya selaku suami istri dalam rumah tangga, yang meliputi : hak suami istri secara
bersama, hak suami atas istri, dan hak istri atas suami. Termasuk di dalamnya adab suami
terhadap istrinya seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan hak adalah apa-apa yang diterima
seseorang untuk orang lain. Sedangkan kewajiban adalah apa-apa yang harus dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain. Jika suami telah sama menjalankan tanggung jawabnya
masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati sehingga
sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup
berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntunan agama, yaitu sakinah, mawaddah,
warohmah.
Dengan adanya akad nikah, maka antara suami dan istri mempunyai hak dan tanggung
jawab secara bersama, yaitu :
a. Suami istri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, saling setia, dan saling
memberikan bantuan lahir dan batin.
b. Suami istri wajib memikul kewajiban yang luhur untuk membina dan menegakan
rumah tangga yang bahagia dan sejahtera lahir-batin.
c. Suami istri mempunyai kewajiban mengasuh dan memelihara anak-anak
mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasan.
d. Suami istri wajib menjaga kehormatan masing-masing.
e. Suami istri dihalalkan saling bergaul menghalalkan hubungan seksual.
Perbuatan ini merupakan kebutuhan suami istri yang dihalalkan secara
timbal balik. Jadi, bagi suami halal berbuat kepada istrinya, sebagaimana istri
terhadap suaminya. Mengadakan hubungan seksual ini adalah hak bagi suami
istri, dan tidak boleh dilakunan kalalu tidak secara bersamaan,
sebagaimana tidak dapat dilakukan sepihak saja.
Akan tetapi ada syarat yang harus dipenuhi ketika akan melakukan hubungan
bersetubuh. Yaitu, tidak ada yang mencegah secara syara’ atau tabiat yang
mengharamkan untuk hubungan bersetubuh. Tidak halal suami bersenang-senang
dengan istrinya sedangkan mereka berdua sedang berihram haji atau umrah, atau
keduanya berpuasa wajib atau iktikaf.1 Mereka juga haram melakukan hubungan
ketika istri sedang haidh atau ni'as.
1 Abd. Aziz Muh Azzam. Abd Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Munakahat( jakarta :Amzah), 231-232.
2
Dalam ajaran Islam, seorang suami dituntut untuk melakukan adab-adab (etika) dalam
menggauli istrinya salah satunya bersikap lemah lembut. Hal ini berdasarkan hadis yang
diriwayatkan oleh Asma binti Yazid As-Sakan, ia berkata:
“Saya pernah menghias ‘Aisyah untuk disandingkan bersama Nabi SAW. Saya, kemudian
datang kepada beliau dan memanggil beliau untuk mendatangi ‘Aisyah. Beliau pun datang
dan duduk di dekat ‘Aisyah. Beliau mengambil segelas susu, lalu meminumnya. Beliau
kemudian menyodorkan segelas susu itu kepada ‘Aisyah. ‘Aisyah menundukkan kepala
tersipu malu. Dengan sedikit membentak saya katakan kepada ‘Aisyah, “Ambilah pemberian
Nabi itu!” ‘Aisyah mau mengambilnya, lalu minum sedikit. Nabi SAW. Kemudian berkata
kepada ‘Aisyah. “Berikan susu itu kepada sahabatmu!”. Asma berkata, “Saya lalu berkata,
‘Wahai Rasulullah tolong mintalah kembali dulu gelas itu, lalu tuan minum baru berikan
kepada saya.” Beliau pun meminta kembali gelas itu, meminumnya sedikit, kemudian
diberikannya kepada saya. Saya duduk, meletakan gelas itu di atas lutut saya. Kemudian
saya minum dengan cara menempelkan bibir saya pada gelas seraya memutar-mutarnya
agar mengenai tampat bekas minum Nabi. Beliau kemudian berseru kepada wanita-wanita
disekitarku, “berikan susu itu kepada mereka secara bergiliran ‘Kami menjawab, “Kami
tidak suka” Nabi berkata lagi, “sudahlah minum saja jangan malu-malu”
Selain bersikap lemah lembut, suami juga harus berprilaku yang santun kepada
istrinya, bahkan harus bisa bersikap menjadi tauladan. Tidak boleh menyikitinya, baik dengan
kekerasan badan maupun lisannya.
Menurut komplikasi hukum islam dalam hak dan kewajiban suami istri, memikul
kewajiban yang luhur untuk menciptakan keluarga yang sakinah mawaddh wa rohmah yang
menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Selain itu, suami istri wajib mempunyai tempat
kediaman yang tetap yang ditentukan oleh bersama. Dalam pasal 80 ayat (1) yang berbunyi
‘Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal
urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.2
Kewajiban taat kepada suami hanya dalam hal-hal yang dibenarkan agama, bukan
dalam hal kemaksiatan kepada Allah SWT. Jika suami memerintahkan istri untuk berbuat
maksiat, maka ia harus menolaknya. Di anatara ketaatan istri kepada suami adalah tidak
keluar rumah kecuali dengan izinnya.
2
Mohd Idris Ramulyo. Hukum Perkawinan Islam (Jakarta; bumi askara). Hlm.88-89
3
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menjelaskan bahwa istri harus bisa menjaga dirinya,
baik ketika di depan maupun dibelakang suaminya, dan ini merupakan salah satu ciri istri
yang sholiha. Ayat al-qur’an yang artinya :
“sebab itu maka wanita shaliha, ialah yang taat kepada Allah bagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara” (QS An-Nisa:34)
3
Djaman Nur. Fiqh Munakahat. (semarang: dina utama, 1993), hlm.106
4
2. Di antara beberapa kewajiban seorang istri terhadap suami adalah sebagai berikut:
a) Taat dan patuh kepada suami
b) Tidak durhaka kepada suami
c) Memelihara kehormatan dan harta suami
d) Berhias untuk suami
e) Menjadi partner suami
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suami istri yang melakukan hak dan kewajibannya serta memperhatiakan tanggung
jawabnya akan mampu mewujudkan ketentraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah
kebahagiaan suami istri tersebut. Terciptalah keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah.