Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan
sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak .
Ada berbagai macam Akhlaq atau sifat dalam kehidupan di dunia ini,
ada yang terpuji dan juga tercela. 3 contoh akhlaq terpuji : Husnudzon, Raja,
dan Tobat.
Husnuzan artinya berbaik sangka, Perilaku husnuzan termasuk
akhlak terpuji karena akan mendatangkan manfaat. Raja’ adalah sikap
mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt. serta yakin hal itu dapat
diraih. Taubat berarti memohon ampunan kepada Allah Swt. atas segala dosa
dan kesalahan. Taubat merupakan bentuk pengakuan atas segala kesalahan
dan pernyataan menyesal atas dosa-dosa yang telah dilakukan.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud Husnudzon, Raja, dan Taubat?
2. Bagaimana menerapkan Husnudzon, Raja, dan Taubat dalam kehidupan
sehari-hari?
3. Apa hikmah dari Husnudzon, Raja, dan Taubat?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud Husnudzon, Raja, dan Taubat.
2. Mengetahui bagaimana cara menerapkan Husnudzon, Raja, dan Taubat
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengetaui hikmah-hikmah dari Husnudzon, Raja, dan Taubat.

1
D. Manfaat penulisan
Penyusunan berharap makalah ini mampu menambah wawasan
pembaca mengenai akhlak terpuji yang di ridhoi Allah SWT dan
Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang mampu menambah iman
para pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Husnudzon, Raja, dan Taubat


1. Husnudzon
Ada dua istilah yang sering kita dengar, yaitu Husnudzan dan
Su’udzan. Dzan itu sendiri sering juga diartikan ragu, karena
mengandung unsur keragu-raguan, ketidakpastian, bisa benar bisa salah.
Prasangka itu bisa benar bisa salah. Berprasangka baik disebut
Husnudzan sedang berprasangka jelek disebut Su’uzzan. Husnudzan
berarti berbaik sangka atau kata lain tidak cepat-cepat berburuk sangka
sebelum perkaranya menjadi jelas. Dalam kehidupan sehari-hari manusia
akan berinteraksi dengan sesamanya dalam suatu pergaulan. Hal itu
disebabkan manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan
suatu pergaulan yang harmonis perlu dipupuk sikap berbaik sangka
antara sesama manusia. Sikap berbaik sangka meskipun sepintas lalu
sepele, akan tetapi sering kita tidak menyadarinya.
2. Raja’
Secara bahasa raj’ berasal dari kata rajaa yarjuu raj aj’an, yang
berarti mengharap dan pengharapan. Apabila dikatakan raj’ahu maka
artinya ammalahu: dia mengharapkannya. Jika dirunut dari makna
bahasa, maka asal makna raj’ adalah menginginkan atau menantikan
sesuatu yang disenangi. Menginginkan kebaikan yang ada di sisi Allah
berupa keutamaan, ihsan dan kebaikan dunia akhirat. Raja’ adalah sikap
mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt. serta yakin hal itu
dapat diraih.
Mengharap atau harapan menurut Al-Gazali adalah kegembiraan
hati karena menanti harapan yang kita senangi dan kita idam-idamkan.
Harapan yang kita nantikan harus disertai dengan ikhtiar, doa dan
tawakkal. Harapan yang tidak disertai usaha dan doa dapat menjadikan
seseorang menghayal atau berangan-angan. Khayalan atau anganangan

3
kosong disebut Gurur. Orang yang hanya berikhtiar tanpa doa maka
sesungguhnya ia adalah orang yang sombong, sedang orang yang hanya
berdoa tanpa disertai dengan ikhtiar, ia adalah orang yang pemalas.
Setelah berikhtiar dan berdoa maka kita bertawakkal kepada Allah Swt.
Jika mengharap ridha, rahmat, serta pertolongan Allah Swt., kita
harus memenuhi ketentuan Allah Swt. jika kita tidak pernah melakukan
salat ataupun ibadah-ibadah lainnya jangan harap akan meraih ridha,
rahmat, atau pertolongan Allah Swt.
3. Taubat
Taubat adalah kembali taat kepada Allah s.w.t dan menyesal
dengan bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan sama
ada dosa besar mahupun dosa kecil serta memohon keampunan dari
Allah. Setiap individu disuruh bertaubat untuk menyucikan diri dari dosa
besar dan kecil, sama ada dilakukan dengan sengaja mahupun tidak.
Hukum bertaubat adalah wajib, ada dosa kepada Allah s.w.t
maupun dosa sesama manusia. Jika dosa itu berkaitan dengan manusia,
hendaklah meminta maaf daripada manusia terbabit. Sekiranya dosa
berkaitan dengan harta benda, hendaklah dikembalikan harta tersebut
kepada tuannya. Bertaubat kepada Allah hendaklah dilakukan dengan
bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas kerana taubat yang tiada
keikhlasan tidak mendatangkan apa-apa kesan terhadap individu terbabit.
Taubat yang terbaik adalah taubat yang penuh penyesalan, keinsafan dan
rasa rendah diri kepada Allah s.w.t.

B. Sikap Husnudzon, Raja, dan Taubat dalam kehidupan sehari-hari


1) Sikap Husnudzon
a) Husnudzan Kepada Allah SWT
 Syukur
Dalam QS Al-Baqarah [2] :152, Allah SWT berfirman, ''Maka
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari

4
(nikmat)-Ku.'' Ayat ini secara jelas dan gamblang
memerintahkan kepada kita untuk selalu mengingat Allah dan
bersyukur atas segala nikmat-Nya.
Cara bersyukur kepada Allah SWT ialah dengan menggunakan
segala nikmat karunia Allah SWT untuk hal-hal yang diridai-
Nya, yaitu:
o Bersyukur dengan hati ialah mengakui dan menyadar bahwa
segala nikmat yang diperoleh manusia, merupakan karuni
Allah SWT semata dan tidak ada selain Allah SWT yang
dapat memberikan nikmat-nkmat itu.
o Bersyukur dengan lidah seperti membacaAlhamdulillah
(segala puji bagi Allah), mengucapkan lafal-lafal dzikir
lainnya, membaca Al-Qur’an, dan lainnya.
o Bersyukur dengan amal perbuatan, misalnya mengerjakan
salat, menunaikan ibadah haji jika mampu, berbakti kepada
kedua orang tua, dan berbuat baik pada sesama manusia.
 Sabar
Manusia dalam hidupnya di dunia ini silih berganti berada dalam
dua situasi, yaitu situasi yang senang karena memperoleh nikmat
dan situasi sedih atau susah karena mengalami musibah. Apabila
manusia itu berada dalam situasi senang hendaknya ia bersyukur,
dan bila berada dalam situasi susah hendaklah ia bersabar.
Seseorang dianggap suuzan terhadap Allah SWT, misalnya
tatkala ia mengalami kegagalan dalam suatu usaha, ia menduga
Allahlah penyebab kegagalannya, Allah mendengar doanya,
Allah itu kikir, Allah tidak adil, dan lain-lain dugaan yang
negatif terhadap Allah SWT. Padahal Allah SWT itu Maha
Mendengar, Mahadermawan, Mahaadil. Allah SWT tidak
menyuruh hamba-Nya untu gagal dalam suatu usaha. Oleh
karena itu, jika seseorang gagal dalam suatu usaha, ia tidak boleh
menyalahkan Allah SWT.

5
6
b) Husnuzan terhadap Diri Sendiri
 Percaya Diri
Percaya diri termasuk sikap dan perilaku terpuji yang harus
dimiliki oleh setiap Muslim/Muslimah karena seseorang yang
percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya,
sehingga ia berani mengeluarkan pendapat dan berani pula
melakukan suatu tindakan. Muslim/Muslimah yang berilmu
pengetahuan tinggi dan memiliki keterampilan yang bermanfaat
apabila ia percaya diri, tentu ia akan memperoleh keberhasilan
dalam hidup.
 Gigih
Sikap dan perilaku gigih dalam meraih yang positif termasuk
sikap mahmudah (sikap terpuji) dan akhlakul karimah. Setiap
muslim dan muslimah wajib memiliki sikap gigih.
c) Husnuzan terhadap sesama Manusia
 Kehidupan berkeluarga
Untuk mewujudkan rumah tangga yang memperoleh rida dan
rahmat Allah swt bahagia dan sejahtera, baik di dunia maupun di
akhirat.
o Pasangan suami-istri hendaknya saling berprasangka baik
dan tidak saling curiga, saling memenuhi hak dan
melaksanakan kewajiban masing-masing dengan sebaik-
baiknya.
o Hubungan anak-anak dan orang tua dilandasi dengan
prasangka baik dan saling pengertian.
o Anak-anak berbakti dan menyenangkan hati orang tua.
o Orang tua memberi kepercayaan diri pada anak agar anak
bisa mengembangkan diri dan melakukan hal-hal yang
bermanfaat.
 Kehidupan bertetangga

7
Saling menghormati dan menghargai, baik secara sikap, ucapan
lisan dan perbuatan. Menghormati tetangga merupakan tanda-
tanda dari manusia beriman:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaknya menghormati tetangganya.” (H.R. Muslim)
 Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Tujuan dari berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara ialah terwujudnya kehidupan yang aman, tenteram,
adil dan makmur, dibawah ampunan dari ridha Allah SWT. Hal
ini bisa ditempuh dengan saling berprasangka baik dan
berperilaku terpuji.
o Sikap Raja’
 Optimis
Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah
kesempitan. (QS. At-Thalaq [65] :7)
 Dinamis
Maka apabila engkau telah selesai (sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). (QS. Al-
Insyirh [94] : 7- 8)
 Selalu berpegang teguh kepada tali agama Allah yaitu
agama Islam,
 Selalu berharap kepada Allah, agar selalu diberikan
kesuksesan dalam berbagai macam usaha dan mendapat
ridha dari-Nya,
 Menyadari bahwa keberhasilan adalah suatu karunia yang
Allah swt berikan.
 Selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah swt.
 Selalu cinta (mahabbah) kepada Allah dalam beragam
situasi dan keadaan.
 Yakin bahwa rahmat Allah sangat dekat dengan orang-
orang yang berbuat baik

8
 Biasakan agar selalu berstighfar sehabis sholat lima
waktu
 Tidak mudah pantang menyerah dalam berusaha, dan
yakin bahwa Allah swt akan membantu dan
mempermudah urusan-urusan kita di dunia.
o Sikap Taubat
 Selalu membaca ISTIGFAR
 Melaksanakan shalat Sunnat Taubat
 Selalu Meminta maaf (bila dosa nya terhadapsesama
manusia)
 Berjanji tidak akan melakukan perbuatan dosa lagi
 Selalu menyadari atas kesalahan yang telah Ia perbuat
 Meninggalkan hal-hal yang bersifat negative
 Menjauh dari perbuatan maksiat

C. Hikmah Husnudzon, Raja, dan Taubat


1) Hikmah Husnudzon
 Husnudzan akan mendatangkan ketentraman lahir batin
 Orang yang memiliki sikap Husnudzan pada Allah menunjukkan
bahwa ia telah memiliki jiwa yang takwa, sabar, tabah dan tawakkal
 Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada Allah akan senantiasa
dicintai Allah karena ia senantiasa menerima terhadap apa saja yang
telah dilimpahkan kepadanya.
 Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada sesama manusia akan
senantiasa dicintai oleh sesama, karena orang lain merasa tidak
pernah dirugikan oleh ulahnya
 Sikap Husnudzan akan menjauhkan seseorang dari perbuatan keluh
kesah, iri, dengki, memtnah, mengadu domba, dendam dan
menggunjing.
2) Hikmah Raja’

9
 Raja’ akan menjadikan seseorang hidup tanpa kesedihan. Sebesar
apapun bahaya dan ancaman yang datang tidak mampu menghapus
‘senyum’ optimisme dari wajahnya.
 Raja’ akan membuat seseorang berprasangka baik membuang jauh
prasangka buruk.
 Raja’ akan membuat seseorang mengharapkan rahmat Allah dan
tidak mudah putus asa
 Raja’ akan membuat seseorang merasa tenang, aman, dan tidak
merasa takut pada siapapun
 Raja’ dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah
diteriamnya
 Raja’ dapat menghilangkan rasa hasud, dengki, dan sombong kepada
orang lain
3) Hikmah Taubat
 Orang yang bertaubat akan sadar bahwa ia tidak sempurna dan bisa
berbuat kesalahan, karena itu bisa menimbulkan sikap hati-hati dan
tidak gegabah.
 Orang yang bertaubat tidak akan berbuat salah lagi, karena tertanam
dalam hatinya penyesalan.
 Orang yang bertaubat hidupnya akan dipenuhi dengan optimis yang
besar akan masa depan hidup yang akan dijalaninya dan memiliki
kesempatan besar untuk mendapatkan surga Allah Swt .
 Orang yang bertaubat akan mendapat rahmat dari Allah Swt.
 Orang yang bertaubat akan bersih jiwanya dari dosa dan sifat buruk.
 Orang yang bertaubat akan terhindar dari azab Allah Swt.

10
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Sudah selayaknya setiap mislim, baik laki-laki maupun perempuan
bersikap dengan akhlak yang terpuji. Diantaranya husnudzon, taubat dan
raja’. Karena taubat adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak ada
satupun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat
dosa. Selain itu, seharusnyalah kita selalu raja’(berharap) hanya kepada Allah
SWT untuk mendapatkan rahmat dan rida-Nya. Karena raja’ menjadikan
seseorang bersikap optimis, dinamis dan berpikir kritis. Juga kita harus
senantiasa husnudzon baik Kepada Allah SWT, Diri Sendiri, keluarga, dan
lainnya. Karena dengan husnudzon kehidupan kita akan selalu damai dan
penuh kebahagiaan.

B. Saran
Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau
merupakan guru besar umat Islam yang harus diketahui dan patut
ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan dalam sebuah hadist yang
artinya “sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia”. Oleh karena itu, sedikit demi sedikit mari kita terapkan akhlak terpuji
yang telah kami jelaskan ini juga akhlak terpuji lainnya dalam kehidupan
sehari-hari. Agar hidup kita selalu damai dan penuh kebahagiaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://gudangnews.info/#ixzz3wtrQ2D5W

http://fidiaayesha.blogspot.co.id/2014/12/membiasakan-akhlak-terpuji-
husnuzzan.html

https://ms.wikipedia.org/wiki/Taubat_menurut_Islam

http://alwanzam.blogspot.co.id/2013/02/bentuk-bentuk-husnudzan.html

http://www.kitapunya.net/2015/08/pengertian-dan-ciri-ciri-sikap-raja.html

http://deaadlinatiarawib.blogspot.co.id/2012/10/makalah-agama-tentang-raja.html

12
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah “Akhlaq Terpuji” ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, Februari 2020


Penyusun,

Kelompok 3

ii
13
DAFTAR ISI

Halaman Sampul............................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................... 1
D. Manfaat penulisan................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Husnudzon, Raja, dan Taubat............................ 3
B. Sikap Husnudzon, Raja, dan Taubat dalam kehidupan
sehari-hari............................................................................. 4
C. Hikmah Husnudzon, Raja, dan Taubat................................. 8

BAB III PENUTUP


4.1. Kesimpulan........................................................................... 10
4.2 Saran..................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11

ii
14
i

Anda mungkin juga menyukai