Anda di halaman 1dari 4

Pertemuan ke-2

Membaca ringkasan materi

A. Husnuzan
1. Pengertian
Kata husnuzan berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas husnu dan azh-zhan.
Husnu artinya bai dan azh-zhan artinya prasangka, jadi husnuzan artinya
berprasangaka baik. Lawan dari husnuzan adalah suuzan, yang artinya
berprasangaka buruk. Orang yang husnuzan ialah orang yang selalu berfikir
positif dan tidak pernah berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan orang lain.
Perilaku husnuzan termasuk akhlak terpuji karena akan mendatangkan manfaat.

2. Ayat Al-Qur’an tentang Husnuzan


Terdapat dalam surah Al-Hujurat ayat 12

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),


karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

3. Husnuzan Kepada Allah


Husnuzan terhadap Allah SWT artinya berbaik sangka pada Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta dan segala isinya yang bersifat
dengan segala sifat kesempurnaan serta bersih dari segala sifat kekurangan.
Husnuzan terhadap Allah SWT merupakan sikap mental dan termasuk salah satu
tanda beriman kepada-Nya.

a. Sikap Husnuzan kepada Allah


1. Meyakini bahwa Allah Maha Esa
2. Bertaqwa kepada Allah
3. Berserah diri kepada Allah (tawakal)
4. Menerima dengan ikhlas semua keputusan Allah
b. Hikmah Husnuzan Kepada Allah
1. Selalu optimis dalam menyongsong masa depan
2. Tidak mudah putus asa
3. Selalu bersyukur kepada Allah
c. Meningkatkan Husnuzan
Seorang muslim hendaknya senantiasa berhusnudzan kepada Tuhan-Nya.
Ini harus lebih meningkat  dalam dua keadaan yaitu saat dia menjalankan
ketaatan dan saat tertimpa musibah dan menghadapi kematian.
Husnuzan kepada Allah tidak terjadi dengan meninggalkan perkara wajib
dan mengerjakan kemaksiatan. Siapa yang meyakini hal itu bermanfaat
baginya maka ia tidak menetapkan sebagian dari nama-nama, sifat-sifat, dan
perbuatan Allah yang layak dan sesuai bagi-Nya. Sungguh ia telah
mengelincirkan dirinya pada keburukan dan perangkap syetan. Sementara
orang-orang beriman, secara bersamaan memperbagus amalnya dan
memperbagus perasangkanya kepada Allah bahwa Dia akan menerima amal-
amal shalihnya. Dan saat menghadapi kematian, mereka berperasangka baik
kepada Allah bahwa Dia memaafkan kesalahan dan mengampuni dosa-
dosanya serta merahmatinya. Diharapkan, Allah mewujudkan perangka
baiknya tersebut kepada mereka sebagaimana yang sudah dijanjikan oleh-Nya.

3. Husnuzan Kepada Sesama Manusia


Husnuzan atau berbaik sangka terhadap sesama manusia, merupakan sikap
mental terpuji, yang harus diwujudkan melalui sikap lahir, ucapan dan perbuatan
yang baik, diridai Allah SWT, dan bermanfaat.
Sikap, ucapan, dan perbuatan baik, sebagai perwujudan dari husnuzan itu
hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga serta
bermasyarakat.
a. Kehidupan Berkeluarga
Untuk mewujudkan rumah tangga yang memperoleh rida dan rahmat Allah
swt , bahagia dan sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat.

1. Pasangan suami-istri hendaknya saling berprasangka baik dan tidak


saling curiga, saling memenuhi hak dan melaksanakan kewajiban masing-
masing dengan sebaik-baiknya.
2. Hubungan anak-anak dan orang tua dilandasi dengan prasangka baik
dan saling pengertian.

3. Anak-anak berbakti dan menyenangkan hati orang tua.

4. Orang tua memberi kepercayaan diri pada anak agar anak bisa
mengembangkan diri dan melakukan hal-hal yang bermanfaat.
b. Kehidupan Bertetangga
Tetangga ialah orang-orang yang tempat tinggalnya berdekatan dengan
tempat tinggal kita. Antara tetangga satu dengan yang lainnya hendaknya
saling berprasangka baik dan jangan saling mencurigai. Sikap husnuzan dalam
kehidupan tetangga.
1. Saling menghormati dan menghargai, baik secara sikap, ucapan lisan dan
perbuatan. Menghormati tetangga merupakan tanda-tanda dari manusia
beriman“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaknya menghormati tetangganya.” (H.R. Muslim)
2. Berbuat baik pada tetangga dengan cara melakukan kewajiban terhadap
tetangga dan perbuatan lainnya yang bermanfaat. “Tidak akan masuk
surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguan-
gangguannya.”(H.R. Muslim)
c. Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
Tujuan dari berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ialah
terwujudnya kehidupan yang aman, tenteram, adil dan makmur, dibawah
ampunan dari ridha Allah SWT. Hal ini bisa ditempuh dengan saling
berprasangka baik dan berperilaku terpuji.
1. Generasi tua menyayangi generasi muda, yaitu dengan membimbing
mereka agar kualitas hidupnya dalam berbagai bidang positif melebihi
generasi tua. Generasi muda hendaknya menghormati yang tua dengan
bersikap, berkata dan berperilaku yang bermanfaat. “Bukan dari golongan
kami (umat Islam) orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak
menghormati yang tua.” (H.R. Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim)
2. Saling tolong-menolong dalam kebaikan serta ketakwaan dan jangan
saling menolong dalam dosa serta pelanggaran. 
· Pemerintah dan rakyat dari golongan mampu saling bekerja sama untuk
mengetaskan kemiskinan.
· Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam memberantas kejahatan
dan kemungkaran yang terjadi di lingkungan masyarakat.
4. Husnuzan Kepada Diri Sendiri
Husnuzan terhadap diri sendiri artinya berprasangka baik terhadap
kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri. Dengan kata lain, senantiasa percaya
diri dan tidak merasa rendah di kalangan orang lain. Orang yang memiliki sikap
perilaku Husnuzan terhadap diri sendiri, niscaya selalu memiliki semangt tinggi
untuk meraih sukses dalam setiap langkahnya. Sebab, ia telah mengenali dengan
baik kemampuan yang dimilikinya, sekaligus memahami kelemahan yang ada.
Sehingga ia dapat mengetahui, kapan harus maju dan tampil kedepan dan kapan
harus menahan diri karena merasa tidak memiliki kemampuan di bidang itu.

5. Manfaat dan Hikmah dari Husnuzan


a. Optimis dalam menjalani hidup karena Allah pasti akan memberikan
pertolongan.
b. Hidup tenang dan damai.
c. Terhindar dari sifat dengki, iri, riya, takabur, permusuhan, dan tidak rela
dengan takdir Allah.
d. Menumbuhkan sikap peduli, santun, tulus, pemaaf, dan tidak emosional.

Anda mungkin juga menyukai