Anda di halaman 1dari 4

SYARAH HADITS KITABUL JAMI’ KE 2

Keutamaan Akhlak

Terlalu banyak dalil yang menunjukkan akan keutamaan akhlak yang mulia. Diantaranya sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam :

َ ْ‫أ َ ْك َم ُل ْال ُمؤْ مِ ِنيْنَ ِإ ْي َمانًا أَح‬


‫سنُ ُه ْم ُخلُقًا‬

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya” (HR At-Tirmidzi no
1162)

‫سا يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة أ َ َحا ِسنَ ُك ْم أ َ ْخ ََلقًا‬


ً ‫ي َوأ َ ْق َربِ ُك ْم مِ نِِّ ْي َمجْ ِل‬
َّ َ‫إِ َّن مِ ْن أ َ َحبِِّ ُك ْم إِل‬

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku tempatnya pada hari
kiamat adalah yang terbaik akhlaknya diantara kalian” (HR At-Tirmidzi 2018)

Ternyata akhlak yang mulia merupakan tolak ukur utama dalam menilai tingkat keimanan
seseorang.

Berikut ini hadits-hadits shahih yang senada dan menguatkan hal ini.

‫َخي ُْر ُك ْم َخي ُْركُ ْم أل َ ْه ِل ِه َوأَنَا َخي ُْركُ ْم أل َ ْهلِي‬

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya, dan aku adalah yang terbaik diantara kalian
terhadap istriku”

ِ ‫هللا َخي ُْرهُ ْم ِل َج‬


‫ار ِه‬ ِ ‫صاحِ بِ ِه َو َخي ُْر ا ْل ِجي َْر‬
ِ ‫ان ِع ْن َد‬ ِ ‫ب ِع ْن َد‬
َ ‫هللا َخي ُْرهُم ِل‬ ْ َ ‫َخي ُْر األ‬
ِ ‫ص َحا‬

“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah, adalah yang terbaik bagi sahabatnya. Sebaik-baik tetangga di sisi
Allah adalah yang terbaik bagi tetangganya”

َ ‫سل َِم ْال ُم ْس ِل ُم ْونَ مِ ْن ِل‬


‫سانِ ِه َويَ ِد ِه‬ َ ‫َخي ُْر ْال ُم ْسلِمِ يْنَ َم ْن‬

“Sebaik-baik muslim adalah yang kaum muslimin selamat dari keburukan lisan dan tangannya”

َ َ‫اس َخي ُْرهُ ْم ق‬


‫ضا ًء‬ ِ َّ‫َخي ُْر الن‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang terbaik dalam melunasi hutangnya”

َ ‫ي الَّذِي الَ إِثْ َم فِ ْي ِه َوال بَ ْغ‬


َ ‫ي َوالَ َح‬
‫س َد‬ ُّ ‫ ه َُو الت َّ ِق‬:َ‫ َما ْالقَ ْلبُ ْال َمحْ ُم ْو ُم؟ قَال‬:َ‫ قِ ْيل‬،‫ق‬
ُّ ‫ي النَّ ِق‬ ِ ‫صا ِد‬
َّ ‫ان ال‬
ِ ‫س‬ ِ ‫ب ْال َمحْ ُم ْو ِم َو‬
َ ِّ‫الل‬ ِ ‫اس ذُو ْالقَ ْل‬
ِ َّ‫َخي ُْر الن‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang memliki hati yang tersapu (bersih) dan lisan yang jujur”.

Ditanyakan kepada Nabi, apa maksud hati yang tersapu (bersih)?. Nabi menjawab : “Yaitu hati yang
bertakwa dan bersih, tiada dosa padanya, tiada kezoliman dan tidak hasad”

ِ َّ‫اس أ َ ْنفَعُ ُه ْم لِلن‬


‫اس‬ ِ َّ‫َخي ُْر الن‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”


‫سَلَ َم‬
َّ ‫ام َو َر َّد ال‬
َ َ‫الطع‬ ْ َ ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن أ‬
َّ ‫طعَ َم‬

“Sebaik-baik kalian adalah yang memberi makanan dan menjawab salam”

َ ‫اس ُخلُ ٌق َح‬


‫س ٌن‬ َ َّ‫ي الن‬ ُ
َ ِ‫َخي ُْر َما أعْط‬

“Pemberian terbaik yang diberikan kepada manusia adalah akhlak yang baik”

Hadits-hadits di atas menunjukan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengkaitkan “muslim
terbaik” dengan perilaku dan perangai akhlak yang mulia.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

َّ ‫إِ َّن ْالعَ ْب َد لَيُد ِْركُ بِ ُحس ِْن ُخلُ ِق ِه َد َر َجةَ ال‬
‫صائ ِِم القَائ ِِم‬

“Sesungguhnya seorang hamba itu benar-benar mencapai derajat orang yang berpuasa dan sholat
malam dengan sebab akhlaknya yang baik” (HR Abu Dawud no 4798)

Hadits ini menunjukkan bahwasanya bisa jadi seseorang kurang dalam amal ibadatnya seperti
puasa dan sholat malam, akan tetapi dengan akhlaknya yang mulia ia bisa menyamai orang yang
senantiasa puasa sunnah dan sholat malam. Bagaimana lagi jika ia rajin beribadah sekaligus
dibarengi dengan akhlak yang mulia?

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

‫س ٍن‬ ٍ ُ‫ان ْال ُمؤْ مِ ِن يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة مِ ْن ُخل‬


َ ‫ق َح‬ ِ َ‫َيءٍ أَثْقَ ُل ف ِْي مِ يْز‬
ْ ‫َما مِ ْن ش‬

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan (kebajikan) seorang mukmin pada hari kiamat
daripada akhlak yang mulia” (HR At-Tirmidzi)

Hadits ini mengisyaratkan kepada kita bahwa seseorang mukmin berusaha untuk melakukan
amalan yang terbaik dengan timbangan yang terberat pada hari kiamat. Karena kita sadar bahwa
umur dan kemampuan kita untuk beramal sholeh terbatas, maka Nabi mengarahkan kita untuk
berakhlak yang mulia, karena akhlak mulia merupakan amal ibadah yang sangat berat
timbangannya pada hari kiamat.

Dan diantara keutamaan akhlak yang terbaik sebagaimana perkataan Abdurrahman bin Nashir as-
Si’diy :

‫ص ْو ِل األَجْ ِر ْالعَظِ ي ِْم‬ َ ‫ان ْالعَ ْب ِد َو ْقتًا‬


ُ ‫ َم َع ُح‬،‫ َوه َُو فِي َرا َح ٍة َونَ ِعي ٍْم‬،ً‫ط ِو ْيَل‬ ِ ‫عظِ ْي َمةٌ تَتَن ََاو ُل مِ ْن زَ َم‬
َ ٌ ‫َو ِإنَّهُ فِي نَ ْف ِس ِه ِعبَا َدة‬

“Dan sesungguhnya akhlak mulia itu sendiri pada dasarnya merupakan ibadah yang agung yang
mencakup waktu yang panjang dari seorang hamba, sementara sang hamba dalam ketenteraman
dan kebahagian, disertai memperoleh pahala yang besar” (risalah “Husnul Khuluq”)

Sungguh benar perkataan beliau, karena seorang hamba hampir terus menerus dalam kondisi
berinteraksi dengan orang lain, jika ia berhias dengan akhlak yang mulia maka pahala akan terus
menerus mengalir kepadanya. Di luar rumah ia bertemu dengan teman kerjanya, atau bosnya, di
rumah ia bertemu dengan istrinya dan anak-anaknya, demikian juga bertemu dengan orang tuanya,
di pasar ia bertemu dengan para penjual, dan seterusnya. Jika akhlak yang mulia telah terpatri
dalam dirinya maka sungguh pahala terus akan mengalir kepadanya tatkala ia bermuamalah
dengan orang-orang tersebut.

Demikian juga beliau mengingatkan bahwa akhlak yang mulia itu sendiri merupakan ibadah yang
agung. Karena sebagian orang merasa sedang beribadah tatkala sholat, membaca al-Qur’an,
tatkala sedang berpuasa, dan berdzikr, akan tetapi terkadang lupa bahwa berakhlak mulia ternyata
merupakan ibadah yang agung.

Beliau juga mengingatkan bahwa orang yang berakhlak yang mulia senantiasa dalam kondisi
tenteram dan bahagia. Karena orang yang berakhlak mulia hatinya bersih jauh dari kesengsaraan.
Orang yang berakhalak mulia adalah orang yang mudah memaafkan, bukan pendendam, tidak
temperamental, ringan tangan membantu orang lain, tidak pelit, tidak hasad, qona’ah, tidak suuzon,
dll. Orang yang seperti ini adalah orang yang bahagia dalam kehidupannya. Sementara orang yang
berakhlak buruk adalah orang yang sangat menderita batinnya, karena ia seorang yang
pendendam, pemarah, pelit, suka suuzon, tukang hasad dan tukang hasud, dll. Ini adalah orang
yang sangat menderita kehidupannya, orang yang sengsara, dan juga membuat orang-orang di
dekatnya (seperti anak dan istrinya atau suaminya) ikut menderita dan sengsara. Berbeda dengan
orang yang berakhlak yang mulia, ia bahagia dan membuat orang-orang disekitarnya juga ikut
berbahagia.

Buku yang ada dihadapan anda ini adalah usaha kecil untuk menjelaskan hadits-hadits yang
berkaitan dengan akhlak mulia dan adab-adab Islam. Dan buku ini sebenarnya adalah kumpulan
transkrip “ceramah singkat” (yang berdurasi sekitar lima hingga sepuluh menit untuk setiap
ceramah) yang penulis sampaikan sekitar setiap sepekan dua kali kepada anggota group whatsapp
BIAS (Bimbingan Islam) tentang penjelasan Kitabul Jami’ dari Bulughul Maroom karya Al-Hafizh
Ibnu Hajar al-‘Asqolaani rahimahullah.

Tentunya namanya “ceramah singkat” maka pembahasannya tidak bisa meluas dan melebar, dan
penulis hanya menyampaikan poin-poin yang menurut penulis penting untuk disampaikan. Bagi
penulis yang terpenting meskipun singkat akan tetapi berusaha untuk diamalkan dan dipraktikan
dalam kehidupan sehari-hari. Karena memang materi yang tercantum dalam buku ini
kebanyakannya berkaitan dengan praktik-praktik dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

Semoga buku ini bermanfaat bagi pembacanya dan terutama bagi penulisnya, dan semoga Allah
mengampuni dosa-dosa penulis dan juga para pembaca, dan diangkat derajatnya oleh Allah pada
hari kiamat kelak, aamiin ya Robbal ‘aalamiin.

Tidak lupa penulis menghaturkan banyak terima kasih dan “jazaahumullahu khoiron” kepada para
ikhwan dan akhwat yang telah meluangkan waktu untuk mentranskrip “ceramah-ceramah singkat”
tersebut dengan transkrip yang baik dan teliti. Semoga Allah membalas kebaikan mereka di dunia
dan akhirat.

Saran dan kritik yang membangun selalu ditunggu oleh penulis, dan bisa ditujukan ke
andirja.firanda@gmail.com

Insya Allah penulis akan terima dengan dada yang lapang. Sebagaimana perkataan sebagian salaf
:

ُ‫عيُوبِي فِي س ٍ ِِّر بَ ْينِي َوبَ ْينَه‬ َّ َ‫َّللاُ َم ْن أ َ ْه َدى إل‬


ُ ‫ي‬ َّ ‫َرحِ َم‬

“Semoga Allah merahmati orang yang menghadiahkan (menunjukkan) kepadaku kesalahan-


kesalahanku secara rahasia antara aku dan dia” (Al-Aadaab Asy-Syar’iyah karya Ibnu Muflih 1/361)
Akhinya kita hanya panjatkan do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
meraih akhlak yang mulia.

َ‫س ِيِّئ َ َها ِإالَّ أ َ ْنت‬ َ ‫عنَّا‬


ُ ‫س ِيِّئ َ َها الَ يَص ِْر‬
َ ‫ف‬ ْ ‫س ِن َها ِإالَّ أ َ ْنتَ َواص ِْر‬
َ ‫ف‬ َ ْ‫ق الَ يَ ْهدِي ألَح‬ َ ْ‫اللِّ ُه َّم ا ْه ِدنَا ألَح‬
ِ َ‫س ِن األ َ ْخَل‬

Ya Allah tunjukanlah kepada kami untuk berhias dengan akhlaq yang terbaik karena tidak ada yang
dapat menunjukkan kami kepada hal itu, kecuali Engkau, dan jauhkanlah kami dari akhlaq yang
buruk dan tidak ada yang dapat menjauhkan kami darinya kecuali Engkau.

Semoga kita bisa termasuk dalam orang-orang yang memperoleh janji Nabi dalam sabdanya :

« ‫ت فِى أ َ ْعلَى ْال َجنَّ ِة‬ َ ‫سطِ ْال َجنَّ ِة ِل َم ْن ت ََركَ ْال َك ِذ‬
ِ ‫ب َوإِ ْن َكانَ َم‬
ٍ ‫از ًحا َوبِبَ ْي‬ ٍ ‫ض ْال َجنَّ ِة ِل َم ْن ت ََركَ ْالمِ َرا َء َوإِ ْن َكانَ ُمحِ قًّا َوبِبَ ْي‬
َ ‫ت فِى َو‬ ٍ ‫أَنَا زَ عِي ٌم ِببَ ْي‬
ِ َ‫ت فِى َرب‬
ُ‫» ِل َم ْن َحسَّنَ ُخلُقَه‬

Aku menjamin sebuah rumah di pinggiran surga bagi siapa yang meninggalkan perdebatan
meskipun ia berada di atas kebenaran, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang
meninggalkan dusta meskipun hanya bercanda, dan sebuah rumah di tempat tertinggi di surga bagi
siapa yang membaguskan akhlaqnya. (HR Abu Dawud No. 4802 dan dihasankan oleh Syaikh Al-
Albani dalam Shahihul Jami’, No. 1464)

Bersambung…

Jakarta, 26-06-1438 H / 25-02-2017


Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

Read more https://firanda.com/1735-penjelasan-hadits-adab-akhlaq-bulughul-maram-2-keutamaan-


akhlak-mulia.html

Anda mungkin juga menyukai