Anda di halaman 1dari 14

NAMA : Dea Aliza Putri

KELAS : Akuntansi A

NIM : G72218031

 RESUME MAKALAH BAB 1


1. TEMA :
“MOTIVASI DAN TUJUAN EKONOMI”
2. AYAT DAN ISI KANDUNGAN
Berbicara tentang hukum Islam yaitu Al-Qur'an. Al Quran itu sendiri adalah
wahyu Allah yang merupakan mu'jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad
sebagai Sumber hukum dan pedoman hidup bagi pemeluk islam, dan jika dibaca
menjadi ibadah kepada Allah SWT.

Allah menurunkan Al-Quran, gunanya untuk dijadikan dasar hukum,


disampaikan kepada umat manusia untuk diamalkan segala perintahnya dan
ditinggalkan segala larangannya. Sebagaimana firman Allah Surah Az-Zukhruf
Ayat 43 yang berbunyi:

‫اط ُم ْستَ ِقيم‬


ٍ ‫َّك علَى ِصر‬ ِ
ِ َ ‫ُوحي إِلَْي‬
َ ٰ َ َ ‫ك ۖ إن‬
ِ َّ ِ ْ ‫فَاستم ِس‬
َ ‫ك بالذي أ‬ ْ َْ
"Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus".

Maka berpeganglah (wahai rasul) dengan apa yang Allah perintahkan dalam
Al-Quran yang telah Dia wahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di
atas jalan yang lurus. itulah agama Allah yang Dia perintahkan, yaitu islam.
Disini terkandung peneguhan bagi rasulullah dan sanjungan kepadanya.

 Adapula Surah Al-An’am Ayat 155 berbunyi:

ِ
َ ‫يل الْ ُم ْج ِرم‬
‫ني‬ ِ َ ِ‫ات ولِتَستَب‬
ِ ِ
َ ‫َو َك َٰذل‬
ُ ‫ني َسب‬ ْ َ َ‫ص ُل اآْل ي‬
ِّ ‫ك نُ َف‬

"Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan


orang-orang yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa".
Ayat A-Qur’an yang menjelaskan tentang kewajiban melaksanakan hukum-
hukum Allah diantaranya ada pada Surah An-NurAyat 51:

ِ ِ
َ ِ‫ني إِذَا ُدعُوا إِىَل اللَّ ِه َو َر ُسول ِه ليَ ْح ُك َم َبْيَن ُه ْم أَ ْن َي ُقولُوا مَسِ ْعنَا َوأَطَ ْعنَا ۚ َوأُوٰلَئ‬
‫ك‬ ِِ
َ ‫إِمَّنَا َكا َن َق ْو َل الْ ُم ْؤمن‬
‫ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬

"Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada


Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah
ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung".

Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada


Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah
ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.

3. HADITS DAN ISI KANDUNGAN


Motivasi dan niat adalah pendorong seseorang melakukan suatu aktivitas
yang dapat mempengaruhi perbuatan. Seseorang yang bekerja dengan rajin dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, termotivasi oleh kebutuhannya untuk
memperoleh gaji atau laba dari perdagangan. Ketika seseorang termotivasi untuk
bekerja, maka pada saat itu ia berniat untuk melakukannya, begitu juga
sebaliknya. Niat dan motivasi dapat mempengaruhi keberadaan dan kualitas
perbuatan. Sebagaimana sabda Nabi:
‫يه َ؜و َسلَّ َم؜يقُول׃‬ َ ‫؜صلَّى؜ال ٰلّ ُه‬
ِ َ‫؜عل‬ َ ‫؜الخ َطاب؜رضي؜ال ٰلّ ُه؜عنه؜ َقالَ؜ َسمِع ُت؜رسوا؜لل ٰلّ ِه‬ َ ‫؜ح ْفصٍ؜ ُع َم َر؜بن‬ ْ ‫َع ْن؜أ ِمي ِْر‬
َ ‫؜المؤ ِم ِن ْي َن؜أبي‬
ٰ ٰ
ِ ‫؜هجْ َر ُت ُه؜إلى؜اللّ ِه َ؜و َرس ُْول ِِه؜ َف ِهجْ َر ُت ُه؜إلى؜اللّ ِه َ؜و َرس ُْو‬
‫له َ؜و َمْ؜ن َكا َن ْ؜‬
‫ت‬ ِ ‫إ َّن َما؜األَعْ مالُ؜بال ِّنيّاِ؜ت َ؜وإِ َّن َما؜لِ ُكا؜ِّل ْم ِرى ٍ؜ء َما؜ َن َوى؜ َف َمْ؜ن َكا َن ْت‬
َ ‫ْ؜امْرأٍَ؜ة َي ْن َك ُح َها؜ َف ِهجْ َر ُت ُه؜إِلى؜ َما؜ َه‬
‫اج َر؜إِلَ ْي ِه‬ َ ‫هِجْ َر ُت ُ؜هلِ ُد ْن َيا؜يُصِ ي ُب َها؜أَو‬
“Dari Amir al-Mukminin Abu Hafs Umar ibn al-Khattab RA. Katanya: Aku
mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung
pada niatnya. Dan sesungguhnya bagi setiap orang tergantung pada apa yang
diniatkannya. Maka barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasulullah, maka
hijrahnya itu diterima oleh Allah dan Rasulullah. Dan barang siapa hijrahnya karena
keuntungan dunia yang ingin diperolehnya atau perempuan yang hendak dinikahinya,
maka hijrahnya itu terhenti pada apa yang ia niat kepadanya” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Niat mempunyai posisi yang penting dalam aktivitas kehidupan umat manusia.
Karena begitu pentingnya niat, maka ulama menjadikannya sebagai rukun pertama
dalam setiap ibadah. Bahkan faktor yang membedakan antara amal ibadah dan adat
kebiasaan adalah niat. Suatu perbuatan keseharian jika diniatkan mengikuti tuntutan
Allah dan Rasulullah, maka ia berubah menjadi ibadah yang bernilai pahala.

Rasulullah sangat menyukai orang yang suka menolong dan suka memberi
untuk kesejahteraan orang lain. Hanya saja, Nabi menyarankan agar seseorang
menjaga diri, merasa cukup dengan apa adanya, dan sabar sehingga tidak banyak
membutuhkan pertolongan dari orang lain. Ia bersabda:

ُٰ
‫ؾ؜إِ َذا؜ َنفِدَ؜ َما‬ َ ‫يه َ؜و َسلَّم؜ َفأَعْ َطاه ُْم ُ؜ث َّم؜ َسأَلُو ُ؜ه َفأَعْ َطاه‬
َّ ‫ُمْ؜ح‬ َ ‫؜رسُوا؜ُلل ٰلّ ِه‬
َ ‫صلَّى؜اللّ ُه‬
ِ َ‫؜عل‬ َ ‫؜سأَلُوا‬
َ ‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫؜ال ُخ ْد ِر ِّى؜أ ََّ؜ن َناسً ا؜ ِم َن؜األَ ْن‬ َ ‫َعن؜أ َ ِبى‬
ْ ‫؜سعِي ٍد‬

َ ‫؜ع ْن ُكم َْ؜و َمْ؜ن َيسْ َتعْ فِ ْف؜ ُي ِع َّف ُه؜ال ٰلّ ُه َ؜و َمْ؜ن َيسْ َت ْغ ِن؜ي ُْغن ِِه؜اللَّ ُه َ؜و َمْ؜ن َيصْ ِبرْ؜ي‬
ُ‫ُصبِّرْ ُه؜اهَّلل؜‬ َ ‫؜خي ٍْر؜ َفلَ ْن؜أ َ َّدخ َِر ُه‬
َ ‫؜عِ ْن َد ُ؜ه َقا َل؜׃ َما َي ُكْ؜ن ِع ْن ِدى؜ ِم ْن‬

َّ ‫؜خ ْي ٌر َ؜وأَ ْو َس ُ؜ع ِم َن؜ال‬


‫صب ِْر‬ َ ‫َو َما؜أُعْ طِ َى؜أ َ َح ٌ؜د ِم ْن‬
َ ‫؜ع َطا ٍء‬

“Dari Abu Said al-Khudri ra. Bahwasannya orang-orang dari kelompok


Anshar meminta kepada Nabi saw. dan ia memberi kepada mereka lalu mereka
meminta (kembali) dan Nabi memberi lagi hingga habis apa yang dimilikinya.
Rasulullah bersabda, “Aku sudah tidak punya apa-apa lagi dan aku tidak akan
menyembunyikan sesuatu dari kalian. Barang siapa menjaga diri maka Allah akan
menjaganya, barang siapa yang merasa cukup maka Allah akan mencukupinya,
barang siapa yang sabar maka Allah akan menjadikannya sabar. Tidaklah seseorang
diberi suatu pemberian lebih baik dan lebih luas dari pada kesabaran.” (HR. Muslim).

Hadis di atas menjelaskan tentang motivasi ekonomi yang berupa upaya untuk
menolong sesama. Motivasi Nabi tersebut berdimensi sosial. Nabi memberikan harta
kepada orang-orang Anshar hingga abis dan ia menyarankan agar mereka menjaga
diri dari meminta-minta, merasa cukup dengan apa yang mereka miliki, serta bersabar
dalam mengkonsumsi harta itu.

4. TEORI DAN ISI KANDUNGAN


Motivasi adalah suatu keinginan yang mengagumkan yang berupa impian
untuk mewujudkan apa yang diinginkan serta mengembangkan keyakinan dan
rencana untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi bisa datang dari dua arah:

1) Dari dalam, yakni seperti harapan-harapan dalam hati.


2) Dari luar, yakni seperti dorongan/semangat dari orang lain.

Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar


timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil tertentu. Menurut Roy Garn dalam The Magic Power of Emotional
Oppeal terdapat empat tujuan motivasi:

1) Pertahankan diri.
2) Pengakuan, ingin agar dirinya mempunyai arti dan tidak kehilangan identitas serta
kebanggaan diri.
3) Cinta kasih, dengan cinta kasih kehidupan seseorang menjadi dinamis dan
kegembiraan.
4) Uang, mendapatkan uang yang banyak. Tujuan ini yang paling rendah
tingkatannya.
Motivasi mempunyai manfaat yang begitu banyak, diantaranya:
1) Untuk meningkatan semangat, gairah dan kedisiplinan kerja.
2) Memupuk rasa memiliki loyalitas dan partisipasi.
3) Meningkatkan kreatifitas dan kemampuan untuk berkembang.
4) Meingkatkan produktivitas dan prestasi.
5) Meningkatkan kesejahteraan.
6) Mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap tugas.
5. KESIMPULAN
Motivasi adalah suatu keinginan yang mengagumkan yang berupa impian
untuk mewujudkan apa yang diinginkan serta mengembangkan keyakinan dan
rencana untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil tertentu. Niat dan
motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu menjadi faktor pertimbangan
karena dari maksud dan motivasi itulah biasanya suatu akibat ditimbulkan. Jika
seseorang melakukan aktivitas ekonomi dengan maksud dan motivasi yang baik,
maka hasilnya juga akan baik. Berbicara tentang hukum Islam yaitu Al-Qur'an. Al
Quran itu sendiri adalah wahyu Allah yang merupakan mu'jizat yang diturunkan
kepada nabi Muhammad sebagai Sumber hukum dan pedoman hidup bagi
pemeluk islam, dan jika dibaca menjadi ibadah kepada Allah SWT. Menurut
Uiner Chapra, motivasi ekonomi dalam islam mencakup hal-hal berikut: Pertama,
memperoleh keberuntungan umat manusia (fala), kedua mendapatkan kehidupan
yang baik (hayah tayyibah). Ketiga, memberikan nilai sangat penting bagi
persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi.

 RESUME MAKALAH BAB 2


1. TEMA :
“PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM”

2. AYAT DAN ISI KANDUNGAN


Al-Qur’an memberikan landasan bagi aktivitas produksi yang dapat dijadikan
sebagai sumber nilai dan pesan mengenai tema ini salah satunya dalam Q.S An-
Nahl 5, yang artinya :

‫فءٌَّو َمنَا فِ ُع َو ِمْن َها تَأْ ُكلُ ْو َن‬


ْ ‫َوا اْل َْن َعا َم َخلَ َق َها ۚ لَـ ُك ْم فِْي َها ِد‬
“Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya untuk kamu, padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan”
Pada ayat ke lima diatas mengandung makna bahwa kegiatan produksi
dilakukan secara berkesinambungan tanpa melakukan kerusakan. Hal ini terlihat
pada penggunaan fi’il mudhari’.

3. HADITS DAN ISI KANDUNGAN


Rasulullah sangat menghargai umatnya yang selalu bekerja dan
berproduksi dalam rangka memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya. Ia
mendorong umat Islam agar rajin bekerja, berangkat pagi-pagi sekali untuk
mencari karunia Allah agar dapat memberi dan berbagi nikmat kepada orang lain,
tidak meminta-minta, dan agar dapat memenuhi kebutuhan orang-orang yang
menjadi tanggung jawab mereka. Dalam hadits riwayat Abu Hurayrah, Nabi
bersabda yang artinya :
“Dari Abu Hurayrah RA., katanya, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Hendaklah seseorang di antara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari kayu
bakar, lalu bersedekah dengannya dan menjaga diri (tidak minta-minta) dari
manusia lebih baik dari pada meminta kepada seseorang baik diberi ataupun
tidak. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Mulailah (memberi)
kepada orang yang menjadi tanggungjawabmu” (HR. Muslim)
Dalam menjalankan aktifitas produksi harus diperhatikan aspek kehalalan.
Rasulullah menghendaki keseimbangan antara produksi dan konsumsi, tidak terjadi
israf (berlebih-lebihan) baik dalam hal produksi maupun konsumsi. Semua itu akan
mewujudkan stabilitas ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Rasulullah
bersabda :

“Dari ‘Urwah ibn Zubayr dan Sa’id ibn al-Musayyibbahwa Hakim ibn Hizam
berkata : Aku meminta (sesuatu) kepada Nabi SAW lalu ia memberikannya kepadaku
kemudian aku memintanya lagi dan memberikan kepadaku, lalu aku minta lagi dan ia
memberiku lagi. Kemudian Nabi bersabda, “Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini
hijau (indah) lagi manis. Barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang baik,
maka akan diberkahi dan barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang boros,
maka tidak akan diberkahi seperti orang yang makan tapi tidak kenyang-kenyang.
Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah” (HR. Al-Bukhari)

Faktor-faktor produksi menjadi 4, yaitu : tanah (SDA), tenaga kerja (SDM),


modal, dan organisasi.

a) Sumber Daya Alam (tanah)


Konsep tanah sebagai sumber daya alam memiliki makna yang luas, yang
mencakup segala sesuatu yang ada di dalam, luar, maupun disekitar bumi.
Rasulullah menyarankan agar sumber daya alam berupa tanah hendanya digarap
sebagai lahan produksi. Jika seseorang mempunyai lahan produksi, tetapi ia tidak
mampu untuk melakukan kegiatan produksi, maka hendaklah diserahkan kepada
orang lain agar memproduksinya. Jangan sampai lahan produksi itu dibiarkan
sehingga menganggur. Rasulullah bersabda:
َ / َ‫هُ ق‬// ‫ َي اللَّهُ َعْن‬/ ‫ابِ ٍر َر ِض‬//‫اء َع ْن َج‬/ٍ / َ‫اع ُّي َع ْن َعط‬
‫ال‬/ ِ ‫ا اأْل َوز‬// َ‫ى أَخبرن‬/ ‫د اللَّ ِه بن موس‬/ُ / ‫دثَنَا عبي‬/َّ /‫ح‬
َْ ََ ْ َ ُ ُ ْ ْ َُ َ
ِ ِ /‫ص‬ ِ ُ‫الثل‬
ُّ ِ‫َكانُوا َي ْز َرعُو َن َها ب‬
ْ َ‫ان‬/‫ك‬/َ ‫لَّ َم َم ْن‬/‫ه َو َس‬/‫لَّى اللَّهُ َعلَْي‬/‫ص‬
ُ‫ه‬/َ‫ت ل‬ َ ُّ ‫ال النَّيِب‬/
َ ‫ف َف َق‬ ْ ِّ‫ ِع َوالن‬/ُ‫الرب‬
ُّ ‫ث َو‬

َ‫ة‬/َ‫و َت ْوب‬/ُ‫افِ ٍع أَب‬//َ‫ع بْ ُن ن‬/ُ ‫الربِي‬


َّ ‫ال‬/
َ /َ‫هُ َوق‬/‫ض‬ ْ /‫ل َف ْليُ ْم ِس‬/ْ ‫ِإ ْن مَلْ َي ْف َع‬/َ‫ا ف‬/‫ا أ َْو لِيَ ْمنَ ْح َه‬/‫ه‬/َ ‫ض َف ْلَي ْز َر ْع‬
َ ‫ك أ َْر‬ ٌ ‫أ َْر‬
‫ول اللَّ ِه‬
ُ /‫ال َر ُس‬/ َ َ‫هُ ق‬/‫ َي اللَّهُ َعْن‬/‫ر َة َر ِض‬/َ ‫لَ َمةَ َع ْن أَيِب ُهَر ْي‬/‫ةُ َع ْن حَيْىَي َع ْن أَيِب َس‬/َ‫د َثنَا ُم َعا ِوي‬/َّ ‫َح‬
َ َ‫ال ق‬/

‫ك‬ /َ ‫ا أ‬/‫ه‬/َ ‫ا أ َْو لِيَ ْمنَ ْح‬/‫ه‬/َ ‫ض َف ْلَي ْز َر ْع‬


ْ /‫ِإ ْن أَىَب َف ْليُ ْم ِس‬/َ‫اهُ ف‬/‫َخ‬ ِ
ْ َ‫ان‬/‫ك‬/َ ‫لَّ َم َم ْن‬/‫ه َو َس‬//‫لَّى اللَّهُ َعلَْي‬/‫ص‬
ٌ ‫هُ أ َْر‬//َ‫ت ل‬ َ
)‫ضهُ (رواه بـخارى‬
َ ‫أ َْر‬

Artinya:
Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] telah mengabarkan
kepada kami [Al Awza'iy] dari ['Atha'] dari [Jabir radliallahu 'anhu] berkata: "Dahulu
orang-orang mempraktekkan pemanfaatan tanah ladang dengan upah sepertiga,
seperempat atau setengah maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa
yang memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk bercocok tanam atau dia
hibahkan. Jika dia tidak lakukan maka hendaklah dia biarkan tanahnya". Dan berkata,
[Ar-Rabi' bin Nafi' Abu Taubah] telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah] dari
[Yahya] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang memiliki tanah ladang hendaklah
dia garap untuk bercocok tanam atau dia berikan kepada saudaranya (untuk digarap).
Jika dia tidak lakukan maka hendaklah dia biarkan tanahnya.”(HR. Bukhari).
b) Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja)
ِ ‫أِل‬ ِ ِ ِ ِ
‫ب َعلَي‬ َ ‫ َ ْن َي ْغ ُد َو أ‬: ‫صلَّي اهلل َعلَْيه َو َسلَّ ْم َي ُق ْو ُل‬
َ ‫َح ُد ُك ْم َفيَ ْحط‬ َ ‫َع ْن أَيِب ْ ُهَر ْيَرةَ قَ َال مَس ْع‬
َ ‫ت َر ُس ْو َل اهلل‬
‫ك فَِأ َّن الْيَ َد‬ ِ
َ ‫َّاس َخْيًر لَهُ ِم َن اَ ْن يَ ْسأ ََل َر ُجأًل أ َْعطَاهُ أ َْو َمَن َعهُ ذَل‬
ِ ‫َّق بِِه َويَ ْسَت ْغيِن بِِه ِم َن الن‬
َ َ ‫صد‬َ َ‫ظَ ْه ِر ِه َفيَت‬
)‫(ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ‫مِب‬ ُّ ‫ض ُل ِم َن الْيَ ِد‬
َ ‫الس ْفلَي َوابْ َدأْ َ ْن َتعُ ْو ُل‬ َ ْ‫اْلعُ ْليَا أَف‬
“Dari Abu Hurairah r.a., katanya, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Hendaklah
seseoramg diantara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari kayu bakar, lalu
bersedekah dengannya dan menjaga diri (tidak minta-minta) dari manusia lebih baik
daripada meminta kepada seseorang baik diberi ataupun tidak. Tangan di atas lebih
baik daripada tangan di bawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang menjadi
tanggung jawabmu.”(HR.Muslim).

c) Modal atau Kapital


Menurut M. Abdul Mannan, modal memiliki posisi yang stategis dalam
ekonomi Islam sebagai sarana produksi yang menghasilkan, tidak sebagai faktor
produksi pokok, melainkan sebagai perwujudan tanah dan tenaga kerja.
Rasulullah menganjurkan bekerja atau berproduksi yang disertai dengan
kejujuran.

َ ‫َاج ُر ْال‬
Nُ ْ‫ص ُدو‬
‫ق َم َع‬ ِ ‫ أَ ْلت‬: ‫صلَّي هللاِ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم‬ ِ ‫ َر‬N‫ع َْن أَبِي َس ِع ْي ِد ْال ُخ ْذ ِري‬
َ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل َرسُوْ ُل هِللا‬
)‫الص ِّد ْيقِ ْينَ َوال ُّشهَدَا ِء (روه ألترمذي‬ ِ ‫الَّنبِيِّ ْينَ َو‬

“Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang
yang selalu jujur dan orang-orang yang mati syahid.”

d) Organisasi (Manajemen)
Organisasi atau menejemen merupakan proses merencanakan dan
mengarahkan kegiatan usaha untuk mencapai tujuan. Produksi dan konsumsi
harus seimbang

‫صلَّي اهللُ َعلَْي ِه‬ ِ َ ‫ سأَلْت رس‬: ‫َن ح ِكيم بن ِحز ٍام ر ِضياهلل عْنه قَ َال‬ ِ َّ‫الز َبرْيِ و َسعِْي ِد بْ ِن الْمسي‬
َ ‫ول اهلل‬ َُ ُ َ ُ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ ‫ب أ‬ َُ َ ُّ ‫َع ْن ُعْر َو َة بْ ِن‬
‫س بُ ْو ِر َك لَهُ فِْي ِه‬
ٍ ‫َخ َذهُ بِ َس َخ َاو ِة َن ْف‬ ِ
َ ‫َن َه َذا اْملَ َال َخضَرةٌ ُح ْل َوةٌ فَ َم ْن أ‬ َّ ‫يم أ‬ ِ ‫يِن‬ ‫يِن‬ َّ
ُ ‫َو َسل ْم فَأ َْعطَا مُثَّ َسأَلْتُهُ فَأ َْعطَا مُثَّ قَاَل يَا َحك‬
)‫ (رواه البخاري‬/‫الس ْفلَى‬ ُّ ‫فءس مَلْ يُبِ َار ْك لَهُ فِْي ِه َكالَّ ِذي يَأْ ُك ُل َواَل يَ ْشبَ ُع الْيَ ُد الْعُْليَا َخْيٌر ِم َن اْليَ ِد‬ ِ ِِ ‫ومن أ‬
ً َ‫َخ َذهُ بأ ْشَراف ن‬َ ْ ََ

“Dari ‘urwah ibn Zubayr dan Sa’id ibn Al-musayyib bahwa Hakim ibn Hizzam
berkata: Aku meminta (sesuatu) kepada Nabi SAW lalu ia memberikannya kepadaku
kemudian aku memintanya lagi dan memberikan kepadaku, lalu aku meminta lagi
dan ia memberiku lagi. Kemudian Nabi bersabda, “wahai hakim, sesungguhnya
harta ini hijau (indah) lagi manis. Barangsiapa yang mengambilnya dengan jiwa
yang baik, maka akan diberkahi dan barangsiapa mengambilnya dengan jiwa yang
boros, maka tidak akan diberkahi seperti orang yang makan tapi tidak kenyang-
kenyang. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.”HR. al-Bukhori).

4. TEORI DAN ISI KANDUNGAN


Produksi dalam ekonomi Islam mempunyai motif kemaslahatan, kebutuhan
dan kewajiban. Demikian pula, konsumsi. Perilaku produksi merupakan usaha
seseorang atau kelompok untuk melepaskan dirinya dari kefakiran. Menurut
Yusuf Qardhawi (1995), secara eksternal perilaku produksi dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan setiap individu sehingga dapat membangun kemandirian
ummat. Sedangkan motif perilakunya adalah keutamaan mencari nafkah, menjaga
semua sumber daya (flora, fauna dan alam sekitar), dilakukan secara professional
(amanah dan itqan) dan berusaha pada sesuatu yang halal.

Para produsen dalam melakukan produksi ada beberapa nilai yang dapat
dijadikan sandaran sebagai motivasi dalam proses produksi, yaitu :

A) Laba (profit) bukanlah satu-satunya elemen pendorong dalam berproduksi,


sebagaimana hal nya yang terjadi dalam system kapitalisme
B) Produsen harus mempertimbangkan dampak social sebagai akibat atas proses
produksi yang dilakukan.
C) Produsen memperhatikan nilai-nilai spiritualisme, dimana nilai tersebut harus
dijadikan sebagai penyeimbang dalam melakukan produksi.

 Dampak Produksi Bagi Seorang Muslim


a) Berproduksi merupakan bagian dari sikap syukur atas nikmat Allah SWT.
Anugerah yang diberikan Allah adalah untuk keharmonisan dalam hidup
dan kehidupan ini yang mampu menjadikan suasana lebih kondusif dalam
melakukan usaha.
b) Menimbulkan sikap syukur yang timbul atas kesadaran bahwa apa pun
yang ia temui bias dimanfaatkan sebagai input produksi
c) Ajaran islam menjadikan manusia untuk tidak mudah putus asa dalam
produksi karena suatu alas an tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya
sehingga produksi dalam islam akan mendorong seorang muslim untuk
melakukan usaha yang lebih kreatif.
d) Seorang muslim akan menjauhi praktek produksi yang merugikan orang
lain atau kepentingan-kepentingan sesaat, contohnya riba.
e) Keuntungan dikenakan didasarkan atas keuntungan yang tidak merugikan
konsumen maupun produsen lain.
5. KESIMPULAN
Produksi merupakan sebuah proses yang lahir seiring dengan keberadaan
manusia di muka bumi. Dalam bahasa Arab, arti produksi adalah Al-intaj yang
berasal dari akar kata najasa, yang memiliki arti mewujudkan sesuatu, atau
pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-
unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas. Terminologi produksi
adalah menciptakan dan menambahkan kegunaan (nilai guna) suatu barang,
dimana kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru.
Produksi dalam perspektif islam tidak hanya berorientasi dalam memperoleh
keuntungan yang sebanyak-banyak nya, dimana dalam islam, tujuan utama
produksi adalah untuk tercapainya kemaslahatan individu dan masyarakat secara
berimbang.
 RESUME BAB 3
1. TEMA :
“AYAT, HADITS, DAN TAFSIR DISTRIBUSI”
2. AYAT DAN ISI KANDUNGAN NYA
a) QS .Al-Hasyr ayat 7 :

‫و َن‬/‫بِ ِيل َك ْي اَل يَ ُك‬/‫ني َوابْ ِن ال َّس‬ ِ ِ‫اك‬/‫ام ٰى والْمس‬/ ِ ِ ِ ِ ِ َِّ ِ ِِ َّ


َ َ َ َ َ‫رىَب ٰ َوالْيَت‬/ْ ‫ذي الْ ُق‬/ ‫ول َول‬/‫ر ٰى فَلله َول َّلر ُس‬/َ ‫ل الْ ُق‬/ِ ‫وله م ْن أ َْه‬/‫اءَ اللهُ َعلَ ٰى َر ُس‬/َ‫َما أَف‬
ِ / ‫ةً ب اأْل َ ْغنِي‬/ َ‫دول‬
‫اب‬/ ُ ‫ ِد‬/ ‫وا اللَّهَ ۖ إِ َّن اللَّهَ َش‬//‫ا ْنَت ُهوا ۚ َو َّات ُق‬// َ‫هُ ف‬//‫ا ُك ْم َعْن‬//‫ا َن َه‬//‫ ُذوهُ َو َم‬/‫ول فَ ُخ‬
ِ /‫يد الْعِ َق‬ َّ ‫ا ُك ُم‬// َ‫ا آت‬//‫اء ِمْن ُك ْم ۚ َو َم‬/
ُ / ‫الر ُس‬ َ َ ‫ُ َنْي‬

Artinya: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah,
untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang
yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya
saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya

b) QS. At-Taubah ayat 60:


ِ ‫ب َو ْالغ‬
‫َار ِمينَ َوفِي‬ ِ ‫ ال ِّرقَا‬N‫ين َو ْال َعا ِملِينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُهُ ْم َوفِي‬
ِ ‫ات لِ ْلفُقَ َرا ِء َو ْال َم َسا ِك‬ َّ ‫إِنَّ َما ال‬
Nُ َ‫ص َدق‬
‫يضةً ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكيم َوا ْب ِن‬َ ‫َسبِي ِل هَّللا ِ ال َّسبِي ِل ۖ فَ ِر‬

Terjemah Arti: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

c) QS. Ali Imran ayat 92:

‫لَ ْن تَنَالُوا ْالبِ َّر َحتَّ ٰى تُ ْنفِقُوا ِم َّما تُ ِحبُّونَ ۚ َو َما تُ ْنفِقُوا ِم ْن َش ْي ٍء فَإِ َّن هَّللا َ بِ ِه َعلِي ٌم‬

Terjemah Arti: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang
kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

3. HADITS DAN ISI KANDUNGAN


a) Hadits mengenai Warisan

‫ ابِ ِر ب ِْن‬N‫ ِد ِر ع َْن َج‬N‫رنِي ابْنُ ْال ُم ْن َك‬N َ Nَ‫ا َل أَ ْخب‬NNَ‫ْج ق‬


ٍ ‫ َري‬N‫ َّدثَنَا ابْنُ ُج‬N‫َح َّدثَنِي ُم َح َّم ُد بْنُ َحاتِ ِم ْب ِن َم ْي ُمو ٍن َح َّدثَنَا َحجَّا ُج بْنُ ُم َح َّم ٍد َح‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوأَبُو بَ ْك ٍر فِي بَنِي َسلِ َمةَ يَ ْم ِشيَا ِن فَ َو َج َدنِي اَل أَ ْعقِ ُل فَ َدعَا بِ َما ٍء فَت ََوضَّأ َ ثُ َّم‬
َ ‫َع ْب ِد هَّللا ِ قَا َل عَا َدنِي النَّبِ ُّي‬
ِّ‫ ظ‬N‫ ُل َح‬N‫ َّذ َك ِر ِم ْث‬N‫ي ُك ُم هَّللا ُ فِي أَوْ اَل ِد ُك ْم لِل‬N‫ُوص‬ ْ َ‫ َزل‬Nَ‫و َل هَّللا ِ فَن‬N‫ا َر ُس‬Nَ‫ت َك ْيفَ أَصْ نَ ُع فِي َمالِي ي‬
ِ ‫ت{ي‬ ُ ‫ت فَقُ ْل‬
ُ ‫ي ِم ْنهُ فَأَفَ ْق‬
َّ َ‫َرشَّ َعل‬
{ ‫اأْل ُ ْنثَيَ ْي ِن‬

6/3032. Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin


Maimun telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Muhammad telah
menceritakan kepada kami Ibnu Juraij dia berkata, telah mengabarkan
kepadaku Ibnu Al Munkadir dari Jabir bin Abdullah dia berkata, Saat aku sakit
di kampung bani Salamah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakar
menjengukku dengan berjalan kaki, dan beliau mendapatiku dalam keadaan
pingsan. Kemudian beliau meminta air untuk berwudlu, lalu beliau
memercikkannya kepadaku hingga aku pun tersadar. Aku lalu
berkata, Bagaimana seharusnya saya mengatur hartaku wahai
Rasulullah? maka turunlah ayat: '(Allah menetapkan bagimu tentang warisan
untuk anak-anakmu, bagian satu anak laki-laki sama dengan bagian dua anak
perempuan….) ' (Qs. An Nisaa; 11).

b) Hadits mengenai Syarat Distribusi


ُ‫الَ يَ ِحلُّ لِ ُم ْسلِ ٍم بَا َع ِم ْن أَ ِخ ْي ِه بَ ْيعًا َوفِ ْي ِه َعيْبُ إِالَّ بَيَّنَه‬.‫ال ُم ْسلِ ُم أَ ُخو ْال ُم ْسلِ ِم‬:ُ
ْ ‫ي يقُوْ ل‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬ ِ َ‫عن ُع ْقبَة‬
ُ ‫ َس ِمع‬:‫بن عَا ِم ٍر قال‬
)‫(رواه ابْنُ َما َج ٍه‬.ُ‫لَه‬

2935. Dari Uqbah bin Amir,ia mengatakan,’’aku mendegar Nabi SAW


bersabda,seorang muslim adalah saudara muslim lainya. Tidak dihalalkan bagi
seorang muslim menjual suatu barang kepada saudaranya yang di dalamnya
mengandung cacat,kecuali setelah ia menjelaskannya kepadanya.’’(HR.Ibnu
Majah)

c) Hadits Mengenai tujuan Distribusi

 َ‫ْض َوال‬ َ ‫ َوالَ تَ ِشفُّوْ ا بَع‬، ‫ق بِا ْل َو ِرقِاالَّ ِم ْثالً بِ ِم ْث ٍل‬


ٍ ‫ْضهَا َع َل بَع‬ ِ ‫ َوالَ تَبِ ْيعُوا ا ْل َو ِر‬، ‫ْض‬ َ ‫ َوالَ ت َِشفُّوْ ا بَ ْع‬,‫بِ ِم ْث ٍل‬
ٍ ‫ضهَا َع َل بَع‬
‫تَبِ ْيعُوْ ا ِم ْنهَا غَا ئِبًا بِنَا ِج ٍز‬.

Artinya: Hadits Abi Sa’id Al-Kudri ra, bahwasanya Rasulullah saw


bersabda: “Janganlah kamu sekalian menjual emas dengan emas kecuali
keadaannya sama, janganlah kamu sekalian melebihkan sebagian atas
sebagian yanglain, janganlah kamu sekalian menjual perak dengan perak
kecuali keadaannya sama, janganlah kamu melebihkan sebagian atas sebagian
yang lain, dan janganlah kamu sekalian menjual barang yang tidak nampak
dengan harga kontan

d) Hadits Mengenai Sistem Distribusi

)‫ق َعلَ ْي ِه‬ ِ ْ‫ نَهَى النَّبِ ُّي ع َْن تَلَقِّي ْالبُيُو‬:‫عن ا ْب ِن َم ْسعُوْ ٍد قا َل‬
ٌ َ‫( ُمتَف‬.‫ع‬

2841. Dari Ibnu Mas’ud ,ia mengatakan,’’Nabi SAW melarang


mencegat barang dagangan (sebelum sampai ke pasar).’’(muttafaq ‘Alaih)

ِ َ‫فَصا ِحبُ الس ِّْل َع ِة فِ ْيهَا بِ ْال ِخي‬,ُ‫ق إِ ْن َسانُ فَا ْبتَا َعه‬
‫ار ِإ َذا‬ َّ َ‫فَإ ِ ْن تَل‬, ُ‫أن يُتَلَقَّى ْال َجلَب‬
ْ ‫ نَهَى النَّبِ ُّي‬:‫ض َي هُّللا قال‬ ِ ‫عن أَبِي هُر ْي َرةَر‬
)َّ‫َاري‬ ِ ‫(رواهُ ْال َج َما َعةُ إِالَّ ْالبُخ‬.َ‫َو َر َد السُّوْ ق‬
2842. Dari Abu Hurairah R A,ia mengatakan,’’Nabi SAW melarang
mencegat barang(dari luar daerah sebelum sampai di pasar). Jika ada
seseorang yang mencegatnya lalu membelinya,maka pemilik barang
mempunyai hak pilih(untukmelanjutkan transaksi atau tidak)bila telah sampai
di pasar.’’(HR.Jama’ah kecuali Al bukhari)

4. TEORI

Menurut Jaribah, makna distribusi dalam ekonomi Islam tentu lebih luas lagi yaitu
mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-sumber kakayaan.
Di mana Islam memperbolehkan kepemilikan umum dan kepemilikan khusus dan
meletakkan bagi masing-masing bagi keduanya kaidah-kaidah untuk mendapatkannya
dan mempergunakannya, dan kaidah-kaidah untuk warisan, hibah, dan wasiat.
Sebagaimana ekonomi Islam juga memiliki politik dalam distribusi pemasukan, baik
antara unsur-unsur produksi maupun antara individu masyarakat dan kelompok-
kelompoknya, di samping pengembalian distribusi dalam sistem jaminan sosial yang
disampaikan dalam ajaran Islam. Dalam konteks kajian Alquran, agak sulit menemukan
terminologi yang bisa digunakan untuk menunjuk konsep distribusi tersebut. Namun
setidaknya, jika distribusi dimaknai dengan transformasi harta atau asset, maka kita
menemukan banyak terma yang merujuk pada konsep dimaksud. Distribusi menurut para
ahli ekonomi adalah merupakan proses penyaluran hasil produksi berupa barang dan jasa
dari produsen ke konsumen guna memenuhi kebutuhan manusia, baik primer maupun
sekunder.
Adapun landasan-landasan dalam hal distribusi dalam islam antara lain
sebagai berikut:
a) Tauhid
Yaitu konsep ketuhanan yang maha esa, yang tidak ada yang wajib di sembah
kecuali Allah dan tidak ada pula yang menyekutukannya, konsep ini menjadi dasar
segala sesuatu karena dari konsep inilah manusia menjalankan fungsinya sebagai
hamba yang melakukan apa yang diperintahkannya dan menjauhi larangannya.
b) Adil
Menurut bahasa adalah “wadh’u syaiin ‘ala mahaliha” yaitu meletakan sesuatu
pada tempatnya, konsep keadilan haruslah diterapkan dalam mekanisme pasar untuk
menghindari kecurangan yang dapat mengakibatkan kedzaliman bagi satu pihak.
perkataan yang tepat – benar (dalam segala perkara). Supaya Ia memberi taufik
dengan menjayakan amal-amal kamu, dan mengampunkan dosa-dosa kamu"
c) Kejujuran
Dalam bertransaksi Syariat islam sangat konsen terhadap anjuran dalam
berpegang teguh terhadap nilai-nilai kejujuran dalam bertransaksi.
5. KESIMPULAN
Al-Quran telah menekankan bahwa kaum muslim tidak boleh menahan
kekayaan dan pendapatan mereka hanya untuk diri mereka sendiri. Melainkan setelah
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka secukupnya, mereka harus melaksanakan
kewajiban-kewajiban terhadap keluarga dekat mereka, para tetangga serta orang-
orang lain di dalam komunitas tersebut. Orang-orang yang berpunya secara khusus
diperintahkan untuk memperhatikan kepentingan-kepentingan fakir miskin.
Maka Islam mengubah seluruh pandangan dan sikap masyarakat yang
berkaitan dengan uang dan pemanfaatannya. Semangat keadilan sosial meresap ke
seluruh komunitas dan mengembangkan sifat-sifat mulia dikalangan anggota-
anggotanya berupa kasih sayang, kedermawanan dan gotong royong sedemikian rupa
sehingga mereka mulai memahami serta melaksanakan kewajiban-kewajiban
moralnya secara bebas dan ikhlas, tidak dipaksa oleh suatu hukum apa pun.
Kebijakan pembagian harta/ distribusi yang salah satunya terangkum dalam
penjelasn QS. Al-Hasyr : 7 menunjukkan pentingnya distribusi kekayaan. Besarnya
alokasi pembagian yang sekarang disebut subsidi ditentukan oleh pemimpin atau
pemerintah. Sudah semestinya pemerintah mengalokasikan distribusi kekayaan dalam
bentuk subsidi itu berdasarkan mendesaknya kebutuhan penggunanya yaitu fakir
miskin dan anak yatim yang hidup dibawah garis kemiskinan. Dengan demikian,
upaya untuk menurunkan angka kemiskinan bukan sekedar impian saja.

Anda mungkin juga menyukai