Artinya bahwa Islam adalah risalah untuk semua zaman dan generasi, bukan risalah
yang terbatas oleh masa tertentu dimana implementasinya berakhir seiring dengan
berakhirnya zaman tadi sebagaimana risalah-risalah para nabi sebelum
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para Nabi sebelum beliau, diutus untuk
periode tertentu dan zaman yang terbatas. Meskipun begitu, para Nabi hakikatnya
memiliki wihdatur risalah (kesatuan risalah) sebagaimana firman Allah Ta’ala,
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (QS. Al-Anbiyaa, 21: 25)
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’.” (QS. An-Nahl, 16:
36)
Semua Nabi menyatakan bahwa mereka adalah muslim, dan mengajak kepada
risalah Islam: Nabi Nuh (lihat: Yunus, 10: 72), Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail (lihat: Al-
Baqarah, 2: 128), Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’kub (lihat: Al-Baqarah, 2: 132), Nabi Musa
(lihat: Yunus, 10: 84, Al-A’raf, 7: 126), Nabi Sulaiman (lihat: An-Naml, 27: 31), dan
Kaum Hawariyyin (lihat: Ali Imran, 3: 52).
Jadi secara substansial, Islam adalah risalah bagi seluruh zaman. Adapun
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah khatamul anbiyaa (Nabi terakhir),
َ ل
شيْ ٍء عَ ِليمًا َ مَا َكانَ مُحَ َّم ٌد َأبَا َأحَ ٍد مِنْ ِرجَ ا ِل ُك ْم وَ لَكِنْ رَ سُو
ِّ ل اللَّ ِه وَ خَ اتَ َم الن َِّبيِّينَ وَ َكانَ اللَّ ُه ِب ُك
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab, 33 : 40).
Maka tidak ada syariat lainnya setelah Islam. Tidak ada kitab lagi setelah Al-Qur’an,
dan tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Asas
Islam adalah risalah yang sempurna bagaikan sebuah bangunan yang kokoh.
Fondasinya (al-asas) adalah al-aqidah (aqidah). Islam telah
menggariskan minhaj yang sempurna dalam aqidah. Ia berbicara tentang ketuhanan,
alam semesta, manusia, kenabian, dan akhirat. Minhaj (pedoman) tentang hal ini
terangkum dalam rukun iman.
Al-Bina
َأل ُأل
ِ َِإنَّمَا بُ ِع ْثتُ تَ ِّم َم صَ الِحَ ا خْ ال
ق
Islam mengatur akhlak yang berkaitan dengan individu, kehidupan keluarga, dan
kemasyarakatan dari seluruh sisinya. Bahkan Islam mengatur akhlak berkaitan
dengan makhluk-makhluk yang tidak berakal. Diantaranya disebutkan dalam hadits
berikut ini.
ْل الثَّرَ ى مِن ُ ث يَْأ ُكُ ب يَ ْل َهٍ هوَ ِب َك ْل ُ ج َفِإ َذا َ ََربَ ِم ْن َها ثُ َّم خَ ر ِ ل ِبْئ رً ا َفشَ َشتَ َّد عَ لَ ْي ِه ا ْل َعطَشُ َفنَز
ْ شي َفا ِ ْل يَم
ٌ جُ َبَ ْينَا ر
ش َكرَ اللَّ ُه لَ ُهَ سقَى ا ْل َك ْلبَ َف َ ي َف َأ َأَل ل الَّ ِذي بَلَ َغ ِبي َف َم َ ل لَ َق ْد بَلَ َغ
َ ش َفقَا
َ س َك ُه ِب ِفي ِه ثُ َّم رَ ِقَ ْخ َّف ُه ثُ َّم م ُ ُ ه َذا ِم ْث ِ َ ا ْل َعط
ج ٌر ْ ل َك ِب ٍد رَ طْبَ ٍة َأِّ ل ِفي ُك َ جرً ا َقا ْ ل اللَّ ِه وَ ِإنَّ لَنَا ِفي ا ْلبَ َهاِئ ِم َأ
َ َف َغ َفرَ لَ ُه َقالُوا يَا رَ سُو
“Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan lalu dia merasakan kehausan yang
sangat sehingga dia turun ke suatu sumur lalu minum dari air sumur tersebut. Ketika
dia keluar dia mendapati seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya menjilat-
jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata, ‘Anjing ini sedang kehausan seperti
yang aku alami tadi’. Maka dia (turun kembali ke dalam sumur) dan diisinya
sepatunya dengan air, dan sambil menggigit sepatunya dengan mulutnya dia naik
keatas lalu memberi anjing itu minum. Karenanya Allah berterima kasih kepadanya
dan mengampuninya”. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah kita akan
dapat pahala dengan berbuat baik terhadap hewan?’ Beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab, “Terhadap setiap makhluk bernyawa diberi pahala”. (HR. Al-
Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244)
Dan tentu saja, di atas itu semua, Islam telah mengatur akhlak berkaitan dengan
hubungan manusia dengan Allah Ta’ala.
“Islam itu dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ilah melainkan Allah
dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
berhaji, dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
ب َفِإ َذا ٍ ل ِكتَا َ ستَْأ ِتي َقوْ مًا َأ ْهَ ََن ِإنَّكِ ل حِينَ بَ َعثَ ُه ِإلَى ا ْليَم ٍ َْن جَ ب ِ سلَّ َم ِل ُمعَا ِذ بَ َل اللَّ ِه صَ لَّى اللَّ ُه عَ لَ ْي ِه وُ ل رَ سُو َ َقا
ه ْمُ ْعوا لَكَ ِب َذلِكَ َفَأخْ ِبر ُ ه ْم َأطَا
ُ ْل اللَّ ِه َفِإن ُ ع ُه ْم ِإلَى َأنْ يَشْ َهدُوا َأنْ اَل ِإلَ َه ِإاَّل اللَّ ُه وَ َأنَّ مُحَ َّمدًا رَ سُو ُ جْئ تَ ُه ْم َفا ْدِ
َه ْم َأنَّ اللَّ َه ق ْد َأ َ َ
ُ ْه ْم طاعُ وا لكَ ِب َذلِكَ ف خْ ِبرَ َأ َ َ َ
ُ ْل يَوْ ٍم وَ ل ْيل ٍة فِإن ِّ ات ِفي ُك َ َ َ
ٍ َنَّ الل َه ق ْد فرَ ضَ عَ لي ِْه ْم خَ مْ سَ صَ لو َ َّ َأ
َأ
عوا لَكَ ِب َذلِكَ َفِإيَّاكَ وَ َكرَ اِئ َم مْ وَ ا ِل ِه ْم َأ
ُ ه ْم طَا ُ ْغ ِنيَاِئ ِه ْم َفتُرَ ُّد عَ لَى ُف َقرَ اِئ ِه ْم َفِإن ْ َفرَ ضَ عَ لَي ِْه ْم صَ َد َق ًة تُْؤ خَ ُذ مِنْ َأ
ٌوم َفِإنَّ ُه لَيْسَ بَ ْينَ ُه وَ بَيْنَ اللَّ ِه حِجَ اب ِ َُّق دَعْ وَ َة ا ْل َمظْلِ وَ ات
“Rasulullah bersabda kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Yaman,
“Kamu akan datang kepada kaum ahli kitab. Jika kamu telah sampai kepada mereka,
ajaklah mereka agar bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan
Allah. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allah
telah mewajibkan kepada mereka lima shalat setiap siang dan malam. Jika mereka
mentaatimu dalam hal itu beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan
sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan
dikembalikan kepada orang-orang miskin. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu
hati-hatilah kamu terhadap kemuliaan harta mereka dan waspadalah terhadap
doanya orang yang dizalimi, sebab antaranya dan Allah tidak ada dinding
pembatas.” (Bukhari Muslim).
Al-Mu’ayyidat
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 104)
Tentang Ayat di atas Ibnu Katsir berkata, “Hendaklah ada di antara kalian
sekelompok umat yang menunaikan perintah Allah untuk berdakwah kepada
kebaikan dan amar ma’ruf nahi mungkar, sekalipun dakwah itu wajib pula bagi setiap
individu Muslim.”
َأ ِ َفِإنْ لَ ْم يَسْ ت،مَنْ رَ َأى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكر ًا َف ْليُ َغيِّرْ ُه ِبيَ ِد ِه
ِ َطعْ َف ِب َق ْل ِب ِه وَ َذلِكَ ضْ عَفُ ْاِإل ْيم
َان ِ َفِإنْ لَ ْم يَسْ ت،َطعْ َف ِب ِلسَا ِن ِه
“Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak
mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan
hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. “ (HR. Muslim)
Dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar, fondasi dan bangunan Islam akan
terpelihara. Sementara dengan al-jihad, fondasi dan bangunan Islam ini akan
terlindungi. Muadz bin Jabal meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ْ ل رَ ْأ سُ اَأْلمْ ِر اِإْل
ساَل ُم َ ل اللَّ ِه َقا
َ سنَا ِم ِه ُق ْلتُ بَلَى يَا رَ سُو َ س اَأْلمْ ِر ُكلِّ ِه وَ عَ مُو ِد ِه وَ ذِرْ وَ ِة ْأ َأ ُأ
ِ َاَل خْ ِبرُكَ ِبر
ِ سنَا ِم ِه ا ْل
ج َها ُد َ صاَل ُة وَ ذِرْ وَ ُة
َّ وَ عَ مُو ُد ُه ال.
“Sukakah engkau aku kabarkan tentang pokok (kepala) segala urusan (pekerjaan),
tiang-tiangnya (penguat-penguatnya) dan puncak ketinggiannya?” Aku (Mu’adz bin
Jabbal) berkata: “Baiklah ya Rasulullah.” Sabdanya: “Pokok segala urusan ialah Islam,
tiang-tiang penguatnya ialah shalat dan puncak pelindungnya ialah al-Jihad.” (HR.
Tirmidzi, hadits hasan shahih).
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup yang tidak dibatasi oleh
batasan-batasan geografis tertentu, seperti hanya disyariatkan untuk suku atau
bangsa tertentu. Namun Islam merupakan agama yang disyariatkan untuk seluruh
umat manusia, dengan berbagai bangsa dan sukunya yang berbeda-beda. Hal ini
adalah sesuatu yang sangat logis, karena ada wihdatul khaliq (kesatuan Pencipta,
yakni Allah Ta’ala) dan wihdatul kauni (kesatuan alam semesta yang merupakan
ciptaan-Nya). Maka ajaran-Nya, dinul Islam, wajib diserukan dan diberlakukan di
seluruh dimensi ruang ciptaan-Nya.
“Katakanlah: ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,
Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan
kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu
mendapat petunjuk.’”. (QS. Al-A’raf, 7: 158)
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.” (QS. Al-Anbiya, 21: 107)
“Dan Nabi-Nabi dahulu (sebelum-ku) diutus khusus kepada kaumnya, sedangkan aku
diutus kepada manusia semuanya…” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, No: 335)
Dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
ajaran Islam tidak hanya diturunkan khusus untuk orang Arab, namun juga untuk
orang Eropa, Rusia, Asia, Cina dan lain sebagainya.
Syumuliyatul Islam ini menjadi bukti bahwa Islam adalah ajaran yang agung yang
layak dan wajib menjadi minhajul hayah (pedoman hidup) bagi seluruh umat
manusia di manapun mereka berada, dalam seluruh aspek kehidupannya.