Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaannya, kemudian di akui dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan di dunia
nyata. ... Jadi kita harus semakin yakin dan bersyukur kepada Allah SWT.
ار
َ ٱلن َه
َّ لَ ش ى ٱلَّ ْي
ِ ش ُي ْغ ْ ى َع لَ ى
ِ ٱل َع ْر ٰ ٱس َت َو
ْ ُم ٍ َّة َأي
َّ ام ث ِ س َّت
ِ ض فِ ى َ م ٰ َو تِ َو ٱَأْل ْر َ ٰ ٱلس
َّ َ َخ ل
ق َ ُم ٱللَّ ُه ٱلَّ ِذ ى
ُ ِإنَّ َر بَّ ك
وم
َ ُّج ُ َم َر َو ٱلن ْ س َو
َ ٱل ق َ م ْ ٱلش ً ِح ث
َّ يث ا َو َ ط ل ُُب ُهۥ ْ َي
ين
َ م ِ َٱل ٰ َع ل
ْ ُّك ٱللَّ ُه َر ب َ َق َو ٱَأْل ْم ُر ۗ تَب
َ ار ُ خ ْل ْ تٍ بِ َأ ْم ِر ِ ٓهۦ ۗ َأاَل لَ ُه
َ ٱل ۭ خ ٰ َر
َّ سَ ُم
Artinya, "Sesungguhnya Rabbmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan
cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha penuh berkah Allah,
Rabb semesta alam."Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza'iri mengatakan, melalui surat Al A'raf ayat 54, Allah
SWT menceritakan sendiri tentang wujud-Nya, tentang rububiyah-Nya atas makhluk-Nya. "Dan tentang
asma-Nya (nama-nama-Nya) dan sifat-sifat-Nya," tulis Syaikh Abu Bakar.
2.BERIMAN KEPADA MALAIKAT
ALLAH
.Iman kepada kitab Allah Swt. artinya meyakini sepenuh hati bahwa Allah Swt. telah
menurunkan kitab kepada nabi atau rasul yang berisi wahyu untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia.
Menurut Imam Qurtubi, firman Allah swt di atas,
آم ُن ْو ا
ِ آم ُن ْو ا
َ نَ َّذ ْي َ يَاَأي
ِ ُّه ا ال
,ayat ini diturunkan dan ditujukan untuk semua orang yang beriman, makna ayat tersebut
adalah
wahai orang-orang yang berbuat benar, tunjukkan kebenaran yang kalian lakukan dan
teruslah kalian berada pada garis kebenaran itu,
ه ُ َّل َع لَى َر
ِ ِس ْو ل َ َّذ ى نَز
ِ اب ال
ِ ك َت ْ و “
ِ ال َ
Dan kepada Kitab yang Allah swt turunkan kepada rasul-Nya,” maksudnya adalah al-Qur’an,
ُ ن َق ْب
ل َ َّذ ى ُأ ْن ِز
ْ ل ِم ِ اب ال
ِ ك َت ْ و “
ِ ال َ
Serta Kitab yang Allah swt turunkan sebelumnya,” artinya kepada setiap kitab yang
diturunkan kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad saw.
4.BERIMAN KEPADA RASUL
ALLAH
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan Allah Swt.
yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di
dunia dan akhirat.Para rasul yang Kami utus itu adalah untuk memberi kabar
gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa beriman dan mengadakan perbaikan,
maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.( al an'am ayat
48).
ْ خ ْو فٌ َع لَ ْي ِه
م َو اَل ْ ن َو َأ
َ َص ل
َ ح َف اَل َ ام
َ ن َء َ ين ۖ َف
ْ م َ نذ ِر
ِ ين َو ُم ِ ّ َين ِإاَّل ُم ب
َ ش ِر َ ِس ل
َ م ْر ْ ل
ُ ٱل ُ س
ِ َو َم ا ُن ْر
َح َز ُن ونْ َم يْ ه
ُ
Arab-Latin: Wa mā nursilul-mursalīna illā mubasysyirīna wa munżirīn, fa man
āmana wa aṣlaḥa fa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn
Artinya: Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan
kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan
perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka
bersedih hati.
5.BERIMAN KEPADA HARI KIAMAT
Iman kepada hari akhir artinya mempercayai bahwa hari kiamat suatu hari akan datang. Di mana,
seluruh alam semesta hancur dan kehidupan yang kekal (akhirat) akan menanti.
Setelah itu, manusia akan dimintai tanggung jawab amal ibadahnya selama di dunia. Dalam Quran ayat
47, Allah SWT berfirman bahwa amal sekecil apa pun akan ikut diperhitungkan.
Artinya: Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun
dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan
cukuplah Kami yang membuat perhitungan.
6.BERIMAN KEPADA QADA DAN
QADAR
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كتب هللا مقادير الخالئق قبل أن يخلق السموات
واألرض بخمسين ألف سنة
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah menetapkan takdir untuk setiap
makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR.
Muslim).
Jadi qadha dan qadar Allah SWT itu adalah benar adanya. Hal tersebut disebutkan baik
dalam al-Quran maupun hadis. Karena itu, terkait dengan qadha dan qadar Allah SWT
ini kita harus mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu: baik yang
terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak
maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi.
7.CINTA KEPADA ALLAH
Setidaknya ada empat cara untuk mencintai Nabi SAW. Pertama, menurut Al-Khaimi, terus berdoa agar bisa
mencintai Nabi SAW. Kedua, berusaha mengenal Nabi Muhammad, yaitu dengan cara mendalami semua tindak
tanduk dan perjalanan hidupnya. Ketiga, berdzikir dengan cara membaca shalawat sebanyak-banyaknya.
Nabi Muhammad SAW menyebut tempat seseorang di akhirat kelak bergantung juga dengan siapa yang kita cintai di
dunia.
Nabi SAW bersabda:
ي
َّ ِالن ب
َّ ل َ س َأ َ ج اًل
ُ ن َر َّ ك َأ ِ ن َأ نَ سِ ْب
ٍ ِن َم ال ْ ج ْع ِد َع ْ ن َأ بِ ي
َ ال ِ م ْب ِ ِس ال َ ن ْ ن ُم َّر َة َع ِ م ِر و ْب
ْ ن َع ْ ش ْع بَ َة َعُ ن ْ خ بَ َر نَا َأ بِ ي َع
ْ ان َأ
ُ ح َّد ثَ َن ا َع ْب َد
َ
ص لَّ ى اللَّ ُهَ
ة َو لَكِ ِنّ ي ٍ ص َد َق
َ ص ْو ٍم َو اَلَ ص اَل ٍة َو اَل ِ ِن َك ث
َ ير ْ ت لَ َه ا ِم َأ
ُ ال َم ا ْع َد ْد َ ت لَ َه ا َقَ ال َم ا َأ ْع َد ْدَ ه َق ِ َّول الل
َ س ُ اع ُة يَ ا َر
َ الس
َّ م َم َت ى َ َّس ل
َ ه َو ِ َع لَ ْي
ت
َ ح بَ ْبْ نَأ ْ ع َم َ ت َم َ ال ْن َأ َ س ولَ ُه َق ُ ح بُّ اللَّ َه َو َرِ ُأ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami ['Abdan] telah mengabarkan kepada kami [Ayahku] dari [Syu'bah] dari
['Amru bin Murrah] dari [Salim bin Abu Al Ja'd] dari [Anas bin Malik] bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam; "Kapankah hari Kiamat terjadi wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Apa yang telah
kau persiapkan untuknya?" laki-laki itu menjawab; "Aku belum mempersiapkan banyak, baik itu sholat, puasa ataupun
sedekah, namun aku hanya mencintai Allah dan Rasul-Nya." Beliau bersabda: "Kamu akan bersama dengan orang
yang kamu cintai." (HR. Bukhari).
11.BERNIAT IKHLAS
Pertobatan adalah sebuah perubahan hati dan pikiran yang membawa kita
lebih dekat kepada Allah. Itu mencakup berbalik dari dosa dan berpaling
kepada Allah untuk pengampunan. Hal tersebut dimotivasi oleh kasih bagi
Allah dan hasrat tulus untuk mematuhi perintah-perintah-Nya
Khauf adalah perasaan takut terhadap siksa dan keadaan yang tidak mengenakkan karena
kemaksiatan dan dosa yang telah diperbuat. Selain itu, perasaan khauf ini juga bisa timbul karena
merasa lemah kendati yang ditakuti pun hal remeh.
Syaikh Manna Al-Qaththan menerangkan dalam buku Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an, rasa
khauf ini dianggap wajar karena akan mendukung kualitas agama seorang Muslim. Seperti
halnya malaikat, meskipun mereka besar dan kuat, tetapi di hadapan Allah SWT mereka merasa
takut dan lemah.
Khaufnya para malaikat ini merupakan tingkatan yang paling sempurna. Sebab, barang siapa
yang mengetahui Allah SWT, maka dia akan takut kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
ْ ن َف ْو قِ ِه
َم َو يَ ْف َع ل ُْو نَ َم ا ُي ْؤ َم ُر ْو ن ْ م ِّم
ْ خ اف ُْو نَ َر ب َُّه
َ َي
Artinya: “Mereka (para malaikat) takut kepada Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka dan
melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (QS. An Nahl: 50)
14.RAJA’
Setiap ada musibah yang menimpa seorang muslim maka baginya akan diberikan pahala dari
Allah SWT. Yang dimaksud dengan pahala di sini adalah pahala atas keridhannya terhadap
qadha dari Allah dan kesabarannya; Juga bersyukur dan tidak mengadukan musibahnya kecuali
kepada Allah. Hukum menerima qodho dengan ridha adalah wajib bagi setiap muslim.
Syara’ telah memuji seorang hamba yang berserah diri terhadap qadha, sebagaimana dijelaskan
dalah hadits dari Abu Hurairah. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda kepadaku:
َ ش ِم ْن َك ْن ِز ا ْل
»ج َّن ِة ِ ت ْل َع ْر حِاْ َم َك َأ ْو َأ ُد ل ُّ َك َعلَ ى َك لِ َم ٍة ِم ْنتُ ّ َأ َالُأ َع ِل:
َ َس ل
م ْ اس َت ْ م َع ْب ِد ي َو ْ ل َأ
َ َس ل َّ ج
َ هللا َع َّز َو
ُ ول ِ ُِو َة ِإالَّ ب
ُ يَ ُق، اهلل َّ ل الَ ق َ َ«ال
َ ح ْو
Aku akan memberitahumu satu kalimat yang datang dari bawah ‘Arasy dan dari gudangnya
surga, yaitu, “Tiada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan (kekuasaan) Allah“. Allah
berfirman, “Sungguh hamba-Ku telah tunduk dan berserah diri kepada-Ku.” (HR. Al-Hakim.
Ia berkata, hadits ini shahih isnadnya, dan tidak tercatat adanya kecacatan, meski tidak
ditakhrij oleh Bukhari dan Muslim. Ibnu Hajar berkata, hadits ini telah ditakhrij oleh Al-
Hakim dengan sanad yang kuat
19.BERTAWAKAL
QS. Al-Ma'idah Ayat 23
ramah adalah baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan
sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan. Sikap
ramah adalah perilaku positif yang bisa membuatmu diterima dan berbaur
dengan orang lain dengan mudah
Ujub artinya perasaan bangga terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki penyakit hati ini akan beranggapan bahwa amal
dan kebaikannya disebabkan karena dirinya bukan dari Allah SWT.
Kata ujub atau i'jab bi an-nafs memiliki dua makna. Pertama, kata tersebut diartikan sebagai senang, menganggap baik,
dan tertarik. Kedua, ujub dimaknai sebagai bangga, memandang agung, dan besar. Ujub juga seringkali diartikan sebagai
kagum. Lawan dari ujub adalah dzikrul minnah atau mengingat karunia Allah SWT.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin, ujub adalah mengagungkan diri atau menganggap agung amal
yang telah dilakukan. Arti ini dapat dilihat dari perkataan sebagai berikut, "Akulah orang paling saleh. Tidak ada orang
yang melebihi kesalehanku."
Dalam surat Lukman ayat 18 diterangkan bahwa manusia dilarang bersifat angkuh dan sombong, serta memandang
rendah orang lain. Bahkan, Allah SWT tidak menyukai hamba-Nya yang membanggakan diri sendiri. Menurut tafsir
Kemenag, ayat ini merupakan kelanjutan dari wasiat Lukman kepada anaknya.
ُ خ َتا ٍ ل َف
١٨ - خ ْو ۚ ٍر ْ ح ُّب ُك َّل ُم
ِ ُي َ ّ ح ۗا اِ َّن ا ٰل
ه اَل ِ ى اْل َْر
ً ض َم َر ش فِ ا ْ َاس َو اَل ت
ِ م ِ خ َّد َك لِ ل َّن َ َو اَل ُت
َ ص ِ ّع ْر
Artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi
dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Lukman: 18)
23.TIDAK HASAD
Hasad sama maknanya dengan dengki atau iri hati yaitu terdapat perasaan
tidak senang dalam dirinya ketika orang lain mendapatkan kesenangan atau
kenikmatan. Ia lebih senang ketika orang lain dalam kesusahan serta
menginginkan hilangnya nikmat yang diperoleh oleh orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana manusia senang,
dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah”[1].
Bersamaan dengan itu, sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak
agama dan diri mereka, karena dengan kemarahan seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga dia bisa melakukan
tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi diri dan agamanya [2].
Oleh karena itu, hamba-hamba Allah Ta’ala yang bertakwa, meskipun mereka tidak luput dari sifat marah, akan tetapi
kerena mereka selalu berusaha melawan keinginan hawa nafsu, maka mereka pun selalu mampu meredam kemarahan
mereka karena Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala memuji mereka dengan sifat ini dalam firman-Nya,
{ين
َ س ِن
ِ ح ُ ب ْل
ْ م ح ُّ ا
ِ َّه ُي
ُ َّاس َو ا ل َ ِينا ْل َغ ْي ظَ َو ا ْل َع اف
ِ ين َع ِنا لن َ م ِ َّاء َو ا ْل َك
ِ اظ ِ َّاء َو ا لضَّ ر
ِ سر َّ ي ل
ونفِ ا
َ ين ُي ْن ِف ُق
َ َّذ
ِ }ا ل
“Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan ”
(QS Ali ‘Imran:134).
Artinya: jika mereka disakiti orang lain yang menyebabkan timbulnya kemarahan dalam diri mereka, maka mereka
tidak melakukan sesuatu yang diinginkan oleh watak kemanusiaan mereka (melampiaskan kemarahan), akan tetapi
mereka (justru berusaha) menahan kemarahan dalam hati mereka dan bersabar untuk tidak membalas perlakuan orang
yang menyakiti mereka[3].
26.BERAHLAK MULIA
Dalam diri manusia ada tiga macam kekotoran batin, yaitu: keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin
(moha). Tiga macam kekotoran batin ini menjadi akar dari kejahatan. Selama manusia masih menjalani kehidupan, maka
tiga macam kekotoran batin ini akan senantiasa membelenggunya.
Dalam hidup tentu kita pernah mengalami dibenci oleh seseorang ataupun mungkin kita pernah membenci orang lain.
Ketika dibenci oleh seseorang, kita harus menyadari bahwa itu merupakan akibat dari perbuatan buruk yang pernah kita
lakukan pada waktu lampau. Sebaliknya pada saat kita membenci seseorang kita pun harus menyadari bahwa kita
sebenarnya telah melakukan suatu perbuatan buruk yang baru.
Ipnu juga menjelaskan sebuah riwayat hadis Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa di antara kalian melihat
kemungkaran (hal yang keji, buruk), maka hendaklah dia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak
mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR
Muslim)
Maka dari itu, apabila kita menemui kezaliman dan hal yang tidak disukai, maka kita harus bertindak sekecil apapun
untuk berusaha mengatasinya. Apalagi, jika hal itu berisiko untuk menebar kebencian sesama dan mengajak orang lain
untuk ikut membenci.
Belajar dari Rasulullah SAW yang tidak pernah membenci kaum Quraisy meski telah dizalimi berkali-kali. Beliau SAW
selalu memaafkan kesalahan orang lain sehingga bisa menasihatinya agar bisa kembali ke jalan yang benar.
Dalam sebuah hadis yang disebutkan pula dalam buku The Power of Husnudzon, sebagaimana anjuran Rasulullah SAW,
dari Mu’az bin Jabal RA Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada. Iringilah keburukan
dengan kebaikan yang dapat menghapusnya dan pergauliah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR At Tirmidzi)
29.TIDAK IRI HATI
Iri hati atau (Envy) dalam bahasa inggris sering disebut juga dengki atau
hasad, merupakan emosi yang timbul ketika seseorang tidak memiliki
keunggulan baik prestasi atau kekuasaan atau lainnya,
menginginkan yang tidak dimilikinya itu, atau mengharapkan orang
lain yang memilikinya kehilangan.