Anda di halaman 1dari 21

Nama : Nabilah putri surahman

Nim : 01010582024064
Kelas : I A3 D3 Akuntansi

Tugas mandiri

1. Berikut Ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi

1. Surat Al-Alaq Ayat 1-5

َ ‫ ۡٱق َر ۡأ َو َرب‬ ٢ ‫نس َن م ِۡن َع َل ٍق‬


‫ ٱلَّذِي َعلَّ َم ِب ۡٱل َق َل ِم‬ ٣ ‫ُّك ٱأۡل َ ۡك َر ُم‬ َ ٰ ِ ‫ َخ َل َق ٱإۡل‬ ١ ‫ِّك ٱلَّذِي َخ َل َق‬ ۡ ‫ۡٱق َر ۡأ ِب‬
َ ‫ٱس ِم َرب‬
٥ ۡ‫ َعلَّ َم ٱإۡل ِن ٰ َس َن َما َلمۡ َي ۡع َلم‬٤ 

Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang


menciptakan 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah 4. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya

2. Surat Yunus Ayat 101

‫ون‬ ُ ‫ض َو َما ُت ۡغنِي ٱأۡل ٓ ٰ َي‬


َ ‫ت َوٱل ُّن ُذ ُر َعن َق ۡو ٖم اَّل ي ُۡؤ ِم ُن‬ ۚ ِ ‫ت َوٱأۡل َ ۡر‬ ُ ‫قُ ِل‬
ِ ‫ٱنظرُو ْا َما َذا فِي ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬

Artinya: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di


bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul
yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman"

3. Surat Al-Baqarah Ayat 164

‫ار َو ۡٱلفُ ۡلكِ ٱلَّتِي َت ۡج ِري فِي ۡٱل َب ۡح ِر ِب َما َين َف ُع‬ ٰ ۡ ِ ‫ت َوٱأۡل َ ۡر‬
ِ ‫إِنَّ فِي َخ ۡل ِق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ِ ‫ض َوٱخ ِت َلفِ ٱلَّ ۡي ِل َوٱل َّن َه‬
ٖ‫ث فِي َها مِن ُك ِّل دَٓابَّة‬ َ ‫نز َل ٱهَّلل ُ م َِن ٱل َّس َمٓا ِء مِن م َّٖٓاء َفأ َ ۡح َيا ِب ِه ٱأۡل َ ۡر‬
َّ ‫ض َب ۡع َد َم ۡو ِت َها َو َب‬ َ َ‫اس َو َمٓا أ‬
َ ‫ٱل َّن‬
َ ُ‫ض أَل ٓ ٰ َيتٖ لِّ َق ۡو ٖم َي ۡعقِل‬
‫ون‬ ِ ‫ب ۡٱلم َُس َّخ ِر َب ۡي َن ٱل َّس َمٓا ِء َوٱأۡل َ ۡر‬ِ ‫ص ِريفِ ٱلرِّ ٰ َي ِح َوٱلس ََّحا‬ ۡ ‫َو َت‬
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan

4. Surat Ar-Rahman ayat 33

َ ‫َتنفُ ُذ‬
‫ون‬ ‫ض َفٱنفُ ُذو ۚ ْا اَل‬
ِ ‫ت َوٱأۡل َ ۡر‬
ِ ‫ار ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ َۡ ُ َ
ِ ‫ٱس َت َط ۡع ُتمۡ أن َتنفُذو ْا م ِۡن أق َط‬
‫إۡل‬ ۡ
ِ ِ ‫ٰ َي َم ۡع َش َر ٱل ِجنِّ َوٱ‬
ۡ ‫نس إِ ِن‬
‫ِبس ُۡل ٰ َط ٖن‬ ‫إِاَّل‬

Artinya: Hai jama´ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak
dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan

5. Surat Al-Mulk Ayat 19

ۡ ‫ص ٰ َّفتٖ َو َي ۡق ِب‬
‫ض ۚ َن َما ي ُۡمسِ ُكهُنَّ إِاَّل ٱلرَّ ۡح ٰ َم ۚنُ إِ َّنهُۥ ِب ُك ِّل َش ۡي ۢ ِء بَصِ ي ٌر‬ َٓ ٰ ۡ‫ٱلط ۡي ِر َف ۡو َقهُم‬
َّ ‫أَ َو َلمۡ َي َر ۡو ْا إِ َلى‬

Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung


yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka?
Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu

6. Surat Al-Hadid Ayat 25

‫نز ۡل َنا ۡٱل َحدِي َد‬


َ َ‫َوأ‬ ِ‫ان لِ َيقُو َم ٱل َّناسُ ِب ۡٱلق ِۡس ۖط‬ َ ‫نز ۡل َنا َم َع ُه ُم ۡٱل ِك ٰ َت‬
َ ‫ب َو ۡٱلم‬
َ ‫ِيز‬ ِ ‫َل َق ۡد أَ ۡر َس ۡل َنا ُر ُس َل َنا ِب ۡٱل َب ِّي ٰ َن‬
َ َ‫ت َوأ‬
‫يز‬ٞ ‫ٱهَّلل َ َق ِويٌّ َع ِز‬ َّ‫ب إِن‬ ِ ۚ ‫ص ُرهُۥ َو ُر ُس َلهُۥ ِب ۡٱل َغ ۡي‬
ُ ‫اس َولِ َي ۡع َل َم ٱهَّلل ُ َمن َين‬ ٰ
ِ ‫ِيد َو َم َنفِ ُع لِل َّن‬ٞ ‫س َشد‬ ٞ ‫فِي ِه َب ۡأ‬

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan


membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi
Maha Perkasa.

2. BERIKUT AYAT-AYAT Al-QURAN YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PERDAGANGAN

Perdagangan atau bisnis adalah suatu yang terhormat di dalam


ajaran Islam, karena itu cukup banyak ayat Al-quran dan hadits
Nabi yang menyebut dan menjelaskan norma-norma
perdagangan.
Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Al-Ashbahani
diriwayatkan sebagai berikut :
‫ يخلفوا‬ ‫ واذا وعدوا لم‬ ‫ اذا حدثوا لم يكذبوا‬  ‫ كسب التجار الذين‬ ‫ان أطيب الكسب‬
‫ باعوا لم يمدحوا واذا كان‬ ‫ اشتروا لم يذموا واذا‬ ‫ واذا‬ ‫واذا ائتمنوا لم يخونوا‬
‫ لم يعسروا‬ ‫ لهم‬ ‫ واذا كان‬ ‫عليهم لم يمطلوا‬
Artinya, Dari Mu’az bin Jabal, bahwa Rasulullah saw bersabda,
”Sesungguhnya sebaik-baik usaha adalah usaha perdagangan
yang apabila mereka berbicara tidak berdusta,  jika berjanji
tidak menyalahi,  jika dipercaya tidak khianat,  jika membeli
tidak mencela produk,  jika menjual tidak memuji-muji barang
dagangan, jika berhutang tidak melambatkan pembayaran, jika
memiliki piutang tidak mempersulit” (H.R.Baihaqi dan
dikeluarkan oleh As-Ashbahani).

Dalam hadits yang lain Nabi Muhammad saw juga mengatakan,


)‫ (رواه أحمد‬  ‫ تسعة أعشار الر زق‬ ‫ فإن فيها‬ ‫عليكم بالتجارة‬
Artinya, Hendaklah kamu berdagang, karena di dalamnya
terdapat 90 % pintu rezeki (H.R.Ahmad).
Namun demikian, ada aturan-aturan syariah yang harus diikuti
dalam kegiatan perdagangan agar tujuan yang sesungguhnya
dari perdagangan itu dapat tercapai, yaitu kesejahteraan
manusia di duniawi  dan kebahagian akhirat, yang disebut
Umar Chapra dengan istilah falah .  Tanpa mengikuti aturan
syariah, kegiatan perdagangan akan membawa ketimpangan
dan chaos  dalam kehidupan manusia.
Makalah ini akan membahas ayat-ayat Al-quran yang berkaitan
dengan perdagangan dan keuangan yang terkait dengan bisnis,
karena  bagaimanapun kegiatan perdagangan tersebut tidak
bisa dilepaskan dari persoalan keuangan, seperti  keharusan
adanya pencatatan keuangan  (akuntansi) yang baik dan
akuntatable (bisa dipartanggung jawabkan).
Makalah ini memilih satu  ayat  utama sebagai obyek kajian dan
beberapa ayat lainnya yang relevan sebagai pendukung. Kajian
ini juga tentunya diperkuat dengan hadits-hadits Nabi dan
disertai dengan mengutip beberapa pendapat ulama.

B. Ayat-Ayat Al-quran tentang Perdagangan


Pengungkapan perdagangan dalam Al-quran ditemui dalam tiga
bentuk, yaitu tijarah, bay’ dan Syira’.
Kata  ‫التجارة‬- adalah mashdar dari kata kerja ( ‫ و‬ ‫ تجرا‬ ‫ يتجر‬ ‫تجر‬
‫ )تجارة‬yang berarti (‫ باع‬dan ‫ )’ شرى‬yaitu menjual dan membeli.
Kata tijarah  ini disebut sebanyak 8 kali dalam Alquran yang
tersebar dalam tujuh surat, yaitu surah Albaqarah :16  dan 282 ,
An-Nisak : 29, at-Taubah : 24 , An-Nur:37 , Fathir : 29  , Shaf  :
10 dan Al-Jum’ah :11 .  Pada surah Al-Baqarah disebut dua kali,
sedangkan pada surah lainnya hanya disebut masing-masing
satu kali. Di antara delapan ayat tersebut hanya  5 ayat  yang 
berkonotasi bisnis material. Sedangkan  3 ayat lagi makna
tijarah tidak berkonotasi bisnis (perdagangan) yang riel, tetapi
dalam makna majazi, yaitu Al-baqarah 16, Fathir: 29 dan Shaf :
10
Sedangkan kata ba’a ‫) )باع‬  disebut sebanyak 4 kali dalam Al-
quran, yaitu 1). Surah Al-Baqarah :254 , 2). Al-Baqarah : 275, 
3). Surah  Ibrahim   31  dan 4. Surah Al-Jum’ah :9 .
Selanjutnya term perdagangan lainnya yang juga dipergunakan
Al-quran adalah As-Syira. Kata ini  terdapat dalam 25 ayat. 
Akan tetapi setelah diteliti, ternyata dari 25 ayat tersebut
hanya 2 ayat saja yang berkonotasi perdagangan dalam konteks
bisnis yang sebenanya, yaitu pada ayat yang mengkisahkan
Nabi Yusuf yang dijual oleh orang menemukannya yang
terdapat dalam surah Yusuf ayat 21 dan 22 . Oleh karena itu
kata syira sama sekali tidak disinggung dalam makalah ini.
Di antara sekian banyak ayat Al-Quran yang membicarakan
perdagangan, makalah ini hanya menjadikan satu ayat saja
sebagai ayat utama. Sedangkan ayat-ayat lainnya merupakan
ayat-ayat pendukung. Ayat utama tersebut  ialah surah An-
Nisak ayat 29. Pilihan terhadap kedua ayat ini, karena ayat
pertama (An-Nisak 29), berisi tentang larangan memakan harta
dengan cara bathil dan keharusan melakukan perdagangan
yang didasarkan pada kerelaan. Sedangkan ayat-ayat lainnya
merupakan ayat pendukung. Di antara ayat pendukung
tersebut ialah surah Al-Baqarah 282 yang berisi tentang 
konsep pencatatan (akuntansi)  dalam kegiatan perdagangan.
‫ياأيها الذين ءامنوا ال تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إال أن تكون تجارة عن تراض‬
‫منكم وال تقتلوا أنفسكم إن هللا كان بكم رحيما‬
Artinya, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan  perniagaan yang berlaku dengan suka-sama suka
di antara kamu, janganlah kamu membunuh diri kamu,
sesungguhnya Allah sangat menyayangi kamu”.
Tafsir Mufradat :
Ayat ini menurut Ali Al-Sayis dengan tegas melarang setiap
orang beriman memakan harta dengan cara yang bathil.
Memakan harta dengan bathil ini mencakup dua pengertian,
yaitu memakan harta sendiri dan memakan harta orang lain.
Cakupan ini difahami dari kata ”Amwalakum” (( ‫ أموالكم‬yang
artinya  harta kamu.
Memakan harta sendiri dengan cara bathil misalnya
menggunakannya untuk kepentingan maksiat. Sedangkan
memakan harta orang lain dengan bathil, adalah memakan
harta hasil riba, judi, kecurangan dan kezaliman, juga termasuk
memakan harta dari hasil perdagangan barang dan jasa yang
haram, misalnya khamar, babi, bangkai, pelacuran (mahr al-
baghi), tukang tenung, paranormal, dukun  (hilwan al-Kahin) 
dsb. Semua ini adalah perdagangan yang rusak (fasid) yang
dilarang dalam Islam.
Menurut An-Nadawi, bathil itu adalah segala sesuatu yang tidak
dihalalkan syari’ah, seperti riba, judi, korupsi, penipuan dan
segala yang diharamkan Allah . Menurut Al-Jashshah, termasuk
memakan harta dengan bathil adalah memakan harta dari hasil
seluruh jual beli yang fasid, seperti jual beli gharar. Sementara
itu menurut Tafsir Al-Qasimi, bathil ialah sesuatu yang tidak
dibolehkan syari’ah, seperti riba, judi, suap dan segala cara
yang diharamkan.

Dalam menafsirkan surah An-Nisak : 29, ”memakan harta


dengan jalan bathil ” ini, Ibnu ’Arabi mengatakan, bahwa paling
tidak ada 56 jenis dan bentuk perdagangan yang tidak sah dan
dilarang dalam Islam.
‫ نهي عنها‬ ‫ معنى‬ ‫ ستة و خمسون‬ ‫ما ال يصح‬
Perdagangan yang tidak sah itu itu antara lain, jual beli gharar,
memperdagangkan barang-barang  haram yang tidak bernilai
menurut syara, seperti khamar, bangkai darah, berhala, salib,
anjing piaraan,  bisnis prostitusi (mahr al-baghi),  jual beli
tipuan (bay’ al ghasysyi), bay’ al muqtaat atau jual beli barang
sejenis dengan kuantitas yang berbeda, atau jual beli barang
yang tak  sejenis tetapi kredit (nasi’ah), ba’i munabazah, 
Semua ini kata Ibnu ’Arabi termasuk kepada riba. (Wa hazda
kulluhu dakhilun fi bay’ ar- riba).
Demikian juga dua jual beli dalam satu jual beli, bay’ al
mulamasah , dan menjual sesuatu yang barangnya tidak ada di
tangan, jual beli tanaman yang belum jelas hasilnya (ijon),
bisnis paranormal, (hilwan kahin), jual-beli barang yang tidak
bisa diserahkan, dan membeli sesuatu yang telah dibeli oleh
orang lain. Semua ini merupakan perdagangan bathil.
Selanjutnya yang  sangat penting diperhatikan adalah bahwa
obyek yang diperdagangkan harus halal dan thayyib. Perintah
mengkonsumsi produk yang halal dan thayyib berulang kali
disebut dalam Alquran, antara lain  Surah Albaqarah : 268, Al-
Maidah : 91, Al-Anfal 69 dan An-Nahal 114. Menurut Yusuf Ali, 
kata thayyib menggunakan tiga frasa untuk menyatakan nilai-
nilai etika dan spiritual dalam term halal dan thayyib, yaitu, 1.
Barang-barang yang baik, berkualitas, 2. barang-barang yang
suci (tidak najis), 3, Barang-barang yang indah. Dengan
demikian, barang-barang yang dikonsumsi menunjukkan nilai-
nilai kebaikan, kesucian dan keindahan.
Dalam memahami surah an-Nisak 29 ini Muhammad Husein
Ath-Thabathaba’iy melihat bahwa kalimat ‫ تأكلوا أموالكم‬ ‫ وال‬yang
dikait dengan  ‫ بينكم‬memberi isyarat larangan memakan harta
dengan cara yang curang. Sedangkan maksud bil bathil adalah
perdagangan yang membawa kerusakan dan kehancuran.  Jadi
bila perdagangan itu bersih dari kebatilan dan tipuan akan
menimbulkan ketentraman masyarakat, bukan hanya terhadap
pembeli dan penjual, bahkan lebih dari itu kepada masyarakat
secara keseluruhan.
Tijarah ialah jual beli dan sejenisnya yang berkaitan dengan
pengembangan harta.Tijarah ada tiga macam, yaitu, 1. ’ain
dengan ’ain, inilah jual beli kontan 2.’ain dengan hutang (salam
dan istisna), 3. jual beli ’ain dengan manfa’at, ini disebut
ijarah/jasa.
Maksud ayat ‫عن تراض منكم‬, ialah masing-masing pihak rela dan
suka dengan suatu transaksi bisnis yang mereka lakukan.
Kata tijarah dalam dalam ayat ini, bisa dibaca marfu’ dan bisa
juga manshub. Jika dibaca rafa’/marfu’, maka fi’il  ”yakunu/
kana” yang ada dalam kalimat itu statusnya adalah fi’il tam,
bukan fi’il naqish.   Maka, dhamir mustatir yang  terdapat pada
kata ”takun” kembali kepada kata Amwal (harta), sehingga
kalimatnya menjadi, ”Janganlah kamu memakan harta di antara
kamu dengan jalan bathil, kecuali ”harta”  yang kamu peroleh
dari hasil perdagangan yang didasarkan kerelaan di anatara
kamu”.
Apabila  tijarah dibaca marfu’, maka kana/takun itu menjadi fi’il
tam, Sehingga kalimatnya menjadi, janganlah kamu bermaksud
memakan harta dengan cara yang bathil, kecuali perdagangan
yang  dilaksanakan saling ridha di antara kamu.
Larangan memakan harta sesama secara bathil dalam ayat itu
dipertentangkan Allah dengan perdagangan suka sama suka.
Hal itu berarti bila memakan harta sesama secara bathil
dilarang, maka perdagangan atas dasar suka sama suka
diperintahkan, sesuai dengan kaedah.
‫ده‬eee‫را بض‬eee‫ان أم‬eee‫يئ ك‬eee‫ده و إذا نهى عن ش‬eee‫ان ناهيا عن ض‬eee‫يئ ك‬eee‫إذا أمر هللا بش‬
Artinya, Bila Allah memerintahkan sesuatu, berarti larangan
(mengerjakan) lawannya, dan bila dia melarang sesuatu berarti
perintah (melakukannya).
Selanjutnya, kata ’an-taradhin direalisasikan dalam bentuk ijab
dan qabul, yaitu kata-kata penerimaan dan pembelian dari
penjual dan pembeli.  Imam Syaf’ii kata Al-Qasimi, juga
merumuskan ’an taradhin itu menjadi lapaz ijab dan qabul,
karena ridha itu sebenarnya adalah pekerjaan hati, sedangkan
yang mengetahui suara hati adalah Allah, maka dalam konteks
hukum syari’ah, ridha harus diinterpretasi menjadi lapaz ijab
dan qabul  .
Khiyar
Kondisi suka sama suka (’an taradhin) antara pembeli dengan
pedagang itu diwujudkan di tempat majlis berlangsungnya
transaksi dagang tersebut. Dalam hal ini menurut ajaran Islam
hak asasi seseorang sangat diihormati. Kemauan adalah hak
asasi si pembeli, maka ia tidak boleh dipaksa membeli sesuatu.
Kadang-kadang seperti diungkapkan  Sayyid Sabiq, mungkin
terjadi salah satu pihak melakukan transaksi dengan tergesa-
gesa.  Setelah transaksi berlangsung nampak adanya keperluan
yang menuntut pembatan transaksi tersebut. Bila tidak
dibatalkan tentu akan merusak kerelaan dari yang
bersangkutan, karena jual beli itu merugikannya.  Dalam hal ini
si pembeli dapat membatalkan transaksi jual beli selagi ia masih
berada di tempat transaksi berlangsung. Ketentuan ini disebut
dengan khiyar majlis. Sabda Rasulullah saw, ’ Dari Abdullah bin
Harits katanya, aku mendengar Hakim bin Hazam Ra bahwa
Nabi saw bersabda. ”Dua orang yang melaksanakan jual beli
boleh melakukan khiyar selama mereka belum berpisah Jika
keduanaya benar dan jelas, keduanya diberkati dalam jual beli
mereka. Jika mereka menyembunyikan dan berdusta, Tuhan
akan memusnahkan keberkatan jual beli merek”a (H.R.Bukhari-
Muslim)
Pembatalan transaksi juga bisa dilakukan oleh pembeli bila dia
menemukan sesuatu cacat pada komoditas yang dia beli. Ini
disebut dengan khiyar aib. Penemuan cacat barang tersebut
ditemukan pembeli setelah transaski berlangsung. Tetapi bila
cacat tersebut diketahui sebelum transakssi dan si pembeli 
tetap membelinya juga, maka transaksi tersebut tidak dapat
dibatalkan lagi sebab si pembeli itu dipandang rela dengan
barang tersebut.
Begitu juga si pembeli dapat membatalkan transaksi bila dia
tidak mendapatkan syarat-syarat yang telah disepakati bersama
oleh pembeli dan penjual sebelum berlangsungnya transaksi,
yang disebut dengan khiyar syarat. Adanya tiga macam khiyar
ini bertujuan agar kerelaan pembeli untuk melakukan
transanski itu memang betul-betul terwujud
Munasabah ayat
Memakan harta orang lain dengan cara yang bathil adalah
suatu kezaliman, Menzalimi orang lain dalam ekonomi, berarti
merusak dan membunuh kehidupannya, karena itu Allah
mengkaitkan larangan memakan harta dengan batil dengan
larangan  membunuh diri kamu. Maka, lakukanlah perdagangan
yang fair, tidak zalim , yang disebut Al-quran dengan istilah ’an
taradhin.
Dengan demikian, larangan memakan harta dengan cara yang
bathil dalam ayat ini, dikaitkan dengan larangan membunuh diri
kamu (wa la taqtulu anfusakum). Munasabah ayat ini menurut
Ath-Thabari dan Al Sayis adalah  bahwa kamu adalah ummat
yang satu, maka jangan kamu membunuh dan menzalimi
saudaramu sendiri, karena itu sama halnya dengan membunuh
diri kamu sendiri.  Al-Qasimi menafsirkannya, Janganlah kamu
membunuh orang dari jenismu sendiri, karena semua kamu
sesungguhnya adalah diri yang satu (Nafsun Wahidah).
Adapun penggalan ayat Innallaha Kana bi kum Rahima,
maksudnya Sesungguhnya Allah Saw senantiasa menyayangi
(merahmati) kamu. Munasabah ayat ini dengan penggalan ayat
sebelumnya, ialah janganlah kamu saling membunuh, karena
sesungguhnya Allah senantiasa menebarkan kasih sayangnya
kepada kamu.
Ayat 29 surah An-Nisak ini sesungguhnya tidak hanya berisi
tentang syarat sahnya perdagangan, yaitu kerelaan para pihak
(’an taradhin), tetapi juga mengandung makna dan interptretasi
yang luas. Larangan memakan harta dengan cara yang bathil
mengharuskan kita untuk mengetahui apa saja cakupan bisnis
yang bathil itu. Oleh karena itu perlu juga dipaparkan di sini
bentuk-bentuk perdagangan yang bathil dalam Islam.
Di atas tadi memang telah disebutkan secara singkat tentang
maksud memakan harta dengan cara yang bathil. Tetapi belum
jelaskan secara rinci apa saja dan bagaimana  perdagangan
yang bathil itu.
Perdagangan yang bathil ini dapat diketahui dari hadits-hadits
Nabi Muhammad Saw, antara lain, bay’ gharar, ba’i tadlis,
ihtikar, ba’i najasy, dsb. Berikut akan dijelaskan satu persatu
bisnis yang bathil itu.
1. Riba
Al-quran sangat mengecam keras pemakan riba dan
menyebutnya sebagai penghuni neraka yang kekal selamanya
di dalamnya (QS.2:275). Riba termasuk transaski yang bathil,
bahkan hampir semua ulama menafsirkan firman Allah 
”memakan harta dengan bathil” itu dengan riba sebagai contoh
pertama. Riba secara etimologis berarti pertambahan  Secara
terminoligi syar’i riba ialah, penambahan tanpa adanya ’iwadh.
Secara teknis, maknanya mengacu kepada premi yang harus
dibayar si peminjam kepada pemberi pinjaman  bersama
dengan pinjaman pokok yang disyaratkan sejak awal.
Penambahan dari pokok itu disyaratkan karena adanya nasi’ah
(penangguhan).
2. Talaqqi Rukban
Talaqqi Rukban, ialah kegiatan pedagang dengan cara 
menyongsong pedagang desa yang membawa barang dagangan
di jalan (menuju pasar). Praktek ini juga termasuk makan harta
dengan cara yang bathil, karena si pedagang desa tidak tahu
harga pasar yang sesungguhnya. Hal ini sesuai dengan hadits
yang diriwayatkan dari Abi Hurairah, bahwa
”Rasulullah Saw melarang menyongsong (mencegat) pedagang
sebelum tiba di pasar” (talaqqi rukban) (H.R.Bukhari)
Larangan tersebut karena pedagang tidak tahu harga pasar dan
tidak memiliki informasi yang benar tentang harga  di pasar. Hal
ini dapat mengakibatkan kerugian bagi para pedagang.
Substansi dari larangan talaqqi rukban ini adalah tidak adilnya
tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota yang tidak
menginformasikan harga yang sesungguhnya yang terjadi di
pasar. Mencari barang dengan harga lebih murah tidaklah
dilarang. Namun apabila transaksi jual beli antara dua pihak,
dimana yang satu pihak memiliki informasi yang lengkap dan
yang satu tidak tahu berapa harga di pasar sesungguhnya dan
kondisi demikian dimanfaatkan untuk mencari keuntungan
yang lebih, maka terjadilah penzaliman oleh pedagang kota
terhadap petani yang dari desa. Hal inilah yang dilarang.
Pada gambar di atas  dapat dilihat bagaimana dampak dari 
tindakan talaqqi rukban dan pengaruhnya terhadap
pembentukan harga. Dengan adanya pencegatan dari luar kota
untuk melakukan transasksi di dalam kota, maka kurva
penawaran Sx akan membelok vertikal menjadi Str.
Keseimbangan baru akan terbentuk  pada saat perpotongan
antara Sx dan Str. Sehingga harga di kota akan mengalami
peningkatan  dari P* menjadi P*tr dan jumlah barang X yang
tersedia di pasar adalah Q*tr. Inilah bukti bahwa tindakan
talaqqi rukban tidak hanya menzalimi petani akan tetapi telah
merusak keseimbangan pasar berada pada level yang lebih
rendah Praktek talaqqi rukban, memang tidak begitu banyak
terjadi saat ini,  sebab alat komunikasi telah berkembang
sangat canggih, seperti hand phone dan telephon,  sehingga
informasi harga dengan mudah diketahui. Meskpun demikian,
substansi larangan itu menjadi tetap penting untuk
diperhatikan, sebab penipuan karena tidak tahu harga masih
sering terjadi.  Dengan larangan tersebut kata Monzer Kahf,
Nabi Saw berusaha sungguh-sungguh memperkecil
kesenjangan informasi di pasar. Beliau sangat tegas dalam
mengatasi masalah penipuan dan monopoli dalam
perdagangan sehingga beliau menyamakan penipuan dan
monopoli dengan dosa-dosa yang paling paling besar.
3. Ba’i Najasy
Transaksi najasy diharamkan dalam perdagangan karena si
penjual menyuruh orang lain memuji barangnya atau menawar
dengan harga yang lebih tinggi, agar orang lain tertarik pula
untuk membelinya. Si Penawar sendiri tidak bermaksud untuk
benar-benar membeli barang tersebut. Ia hanya ingin menipu
orang lain yang benar-benar ingin membeli yang sebelumnya
orang ini telah melakukan kesepakatan dengan penjual.
Akibatnya terjadi permintaan palsu (false demand). Tingkat
permintaan yang terjadi tidak  dihasilkan secara alamiyah.
4. Tadlis
Tadlis ialah Transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak
diketahui oleh salah satu pihak unknown to one party.
Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip
kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama ridha).  Mereka
harus mempunyai informasi yang sama (complete information)
sehingga tidak ada pihak yang merasa dicurangi/ditipu karena
ada sesuatu yang unknown to one party  (keadaan di mana
salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui
pihak lain, ini merupakan asymetric information.  Unknown to
one party dalam bahasa fikihnya disebut tadlis (penipuan), dan
dapat terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni dalam:
1. Kuantitas;
2. Kualitas;
3. Harga; dan
4. Waktu Penyerahan
5. Jual Beli Gharar
Jual beli gharar ialah suatu jual beli yang mengandung ketidak-
jelasan atau ketidak pastian.  Jual beli gharar dan tadlis sama-
sama dilarang, karena keduanya mengandung incomplete
information. Namun berbeda dengan tadlis, di mana
incomplete informationnya hanya dialamin oleh satu pihak saja
(onknown to one party), misalnya pembeli saja atau penjual
saja, dalam gharar incomplete information dialami oleh dua
pihak, baik pembeli maupun penjual. Jadi dalam gharar terjadi
ketidakpastian (ketidakjelasan) yang melibatkan dua pihak.
Contohnya jual beli ijon, jual beli anak sapi yang masih dalam
kandungan induknya, menjual ikan yang ada
di dalam kolam, dsb. Sebagaimana tadlis, jual beli gharar juga
terjadi pada empat hal, yaitu : kualitas, kuantitas, harga dan
waktu.
6. Ihtikar
Pedagang dilarang melakukan ihtikar, yaitu melakukan
penimbunan barang dengan tujuan spekulasi, sehingga ia
mendapatkan keuntungan besar di atas keuntungan normal
atau dia menjual hanya sedikit barang untuk mendapatkan
harga yang lebih tinggi, sehingga mendapatkan keuntungan di
atas keuntungan normal. Dalam ilmu ekonomi hal ini disebut
dengan monopoly’s rent seeking.
Larangan ihtikar ini terdapat dalam Sabda Nabi Saw,

‫ ال يحتكر إال‬: ‫ سمعت رسول هللا صلعم يقول‬: ‫عن معمر ابن عبد هللا الن فضلة قال‬
‫خاطئ‬
(‫ الترمذى‬ ‫)رواه‬
Artinya ; Dari Ma’mar bin Abdullah bin Fadhlah, katanya, Aku
mendengar Rasulullah Saw bersabda, ”Tidak melakukan ihtikar
kecuali orang yang bersalah (berdosa)”. (H.R.Tarmizi)
Menurut Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pengertian Khathi’
adalah orang yang salah, durhaka dan orang yang musyrik.
Khathi’ adalah orang yang melakukan kesalahan dengan
sengaja yang berbeda dengan orang yang melakukan kesalahan
tanpa sengaja. . Pengertian Khathi’ itu dijelaskannya ketika
menafsirkan surah Al-qashash (28) ayat 8.

 ‫ ان فرعون و هامن وجنودهما كانوا‬ ‫ و حزنا‬ ‫فا لتقطه أل فرعون ليكون لهم عدوا‬
‫خاطئين‬

Artinya, Dan pungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya


dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya
Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang
salah.
Di kalangan ulama memang terdapat perbedaan tentang
barang yang terlarang untuk dijadikan obyek ihtikar. Namun,
tampaknya ada kesamaan persepsi tentang tidak bolehnya
ihtikar terhadap kebutuhan pokok. Imam Nawawi dengan tegas
mengatakan ihtikar terhadap kebutuhan pokok haram
hukumnya.  Pendapat An-Nawawi ini sangat rasional, karena
kebutuhan pokok menyangkut hajat hidup orang banyak.
Namun harus dicatat, bahwa banyak sekali terjadi pergeseran
kebutuhan. Dulu mungkin suatu produk tidak begitu
dibutuhkan dan tidak mengganggu kehidupan soaial, tetapi kini
produk itu mungkin menjadi kebutuhan utama, minyalnya
minyak, obat-obatan, dsb. Karena itu kita tak boleh terjebak
kepada klasifikasi   barang yang tak boleh ditimbun dan barang 
yang boleh> Tetapi perlu dirumuskan bahwa setiap
penimbunan yang bertujuan untuk kepentingan spekulasi
sehingga dampaknya mengganggu pasar dan soial ekonomi,
maka maka ia dilarang.
Manajemen Keuangan dalam Perdagangan
Al-quran juga mengajarkan agar dalam kegiatan perdagangan
dilakukan pencatatan, yang dalam konteks kekinian disebut
akuntansi. Hal ini secara tegas difirmankan Allah dalam Al-
quran :

‫ياأيها الذين ءامنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فاكتبوه وليكتب بينكم كاتب‬
‫بالعدل وال يأب كاتب أن يكتب كما علمه هللا فليكتب وليملل الذي عليه الحق وليتق‬
‫هللا ربه وال يبخس منه شيئا فإن كان الذي عليه الحق سفيها أو ضعيفا أو ال يستطيع‬
‫أن يمل هو فليملل وليه بالعدل واستشهدوا شهيدين من رجالكم فإن لم يكونا رجلين‬
‫فرجل وامرأتان ممن ترضون من الشهداء أن تضل إحداهما فتذكر إحداهما األخرى‬
‫وال يأب الشهداء إذا ما دعوا وال تسأموا أن تكتبوه صغيرا أو كبيرا إلى أجله ذلكم‬
‫أقسط عند هللا وأقوم للشهادة وأدنى أال ترتابوا إال أن تكون تجارة حاضرة تديرونها‬
‫بينكم فليس عليكم جناح أال تكتبوها وأشهدوا إذا تبايعتم وال يضار كاتب وال شهيد‬
‫وإن تفعلوا فإنه فسوق بكم واتقوا هللا ويعلمكم هللا وهللا بكل شيء عليم‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu


bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu  menuliskannya dengan benar dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis. Dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang
yang akan ditulis itu). Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah
Tuhannya dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari
hutangnya. Jika orang yang berhutang itu orang lemah akalnya
atau lemah keadaanya atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan , maka hendaklah walinya mengimlakkannya
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada dua orang laki-laki, maka
boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi-
saksi yang kamu ridhoi, supaya jika seorang lupa, seorang lagi
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan memberi
keterangan apabila mereka dipanggil. Dan janganlah kamu
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah
dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada
kepastian (tidak menimbulkan keraguan). Tulislah muamalah
itu, kecuali muamalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika
kamu tidak menuliskannya. Dan persaksikanlah  apabila kamu
berjual beli dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan yanag demikian, maka
sesungguhnya hal itu adalah seatu kefasikan pada dirimu Dan
bertaqwalah kepada Allah. Allah mengajarmu  dan Allah maha
mengetahui segala sesuatu.

3. Kutipan Ayat Alquran yang mengenai hidup layak (Meraih


Kebahagiaan Dunia dan Akhirat)

1. Bahagia di Jalan Allah


Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman:
ٰ
َّ ‫س ِبيلِ ِه ۚ َذلِ ُك ْم َو‬
‫صا ُكم‬ ُّ ‫َوأَنَّ ٰ َه َذا صِ َراطِ ي ُم ْس َتقِي ًما َفا َّت ِب ُعوهُ ۖ َواَل َت َّت ِب ُعوا ال‬
َ ‫س ُبل َ َف َت َف َّر َق ِب ُك ْم َعن‬
َ‫ِب ِه َل َعلَّ ُك ْم َت َّتقُون‬

“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang
lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya.
Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (Qs. Al-
An’am: 153)
Kebahagiaan hanya dapat diperoleh dengan meniti jalan yang
digariskan oleh Allah. Yang dimaksud dengan meniti jalan Allah
adalah menaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya
dengan ikhlas dan benar. Ayat 153 surah al-An’am diatas sebelumnya
didiahului dengan penjelasan tentang beberapa perintah dan
larangan Allah kepada orang beriman.
Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa orang yang meninggalkan
jalan yang digariskan oleh Allah akan, tidak tenang dan tidak bahagia.
Karena ia akan mencari jalan dan sumber kebahagiaan pada jalan
yang dibuat dan digariskan oleh selain Allah dan Rasul-Nya. Dalam
ayat lain dijelaskan:
‫ش ُرهُ َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة أَ ْع َم ٰى‬ َ ‫ش ًة‬
ُ ‫ضن ًكا َو َن ْح‬ َ ‫َو َمنْ أَ ْع َر‬
َ ‫ض َعن ذ ِْك ِري َفإِنَّ َل ُه َمعِي‬
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (surat
Thaha [20]: 123.

2. Menggabungkan antara kebahagiaan ruh dan Jasad


Manusia terbentuk dari ruh dan jasad. Masing-masing dari keduanya
membutuhkan gizi dan nutrisi yang harus dipenuhi secara adil.
Sebagian kalangan hanya menekankan aspek ruh dan mengabaikan
kebutuhan jasad. Sebaliknya sebagian yang lain hanya menekankan
pemenuhan kebutuhan jasad dan mengabaikan kebutuhan ruh.
Adapun petunjuk Islam memenuhi kebutuhan keduanya (ruh dan
jasad) secara adil. Ruh dipenuhi kebutuhannya dengan cahaya wahyu
dari langit dan menjaga kesehatan jasad dengan pememenuhan
hajat syahwat dan syahwat melalui cara yang halal dan thayyib. Allah
Ta’ala berfirman:
َ ‫ۖ َوا ْب َت ِغ فِي َما آ َتا َك هَّللا ُ الد‬
َ ‫َّار اآْل خ َِر َة ۖ َواَل َت‬
‫نس َنصِ ي َب َ<ك مِنَ ال ُّد ْن َيا‬
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (Surah al-Qashash [28]:77).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada ummatnya
untuk menunaikan hak kepadapemiliknya masing-masing.
“Sesungguhnya Rabbmu punya haq darimu, dirimu punya haq
darimu, keluargamu juga punya hak, maka berilah setiap hak kepada
pemiliknya” (Terj. HR. Bukhari).

3. Berani Menghadapi Resiko hidup


Barangsiapa yang telah menikmati manisnya Iman, maka ia takkan
pernah mau meninggalkannya, kendati pedang diletakkan di
lehernya. Sebagaimana tukang sihir Fir’aun yang tegar menghadapi
ancaman potong tangan-kaki dan salib;
‫س ْح َر ۖ َفأَل ُ َق ِّط َعنَّ أَ ْي ِد َي ُك ْم َوأَ ْر ُج َل ُكم‬ ِّ ‫َقال َ آ َمن ُت ْم َل ُه َق ْبل َ أَنْ آ َذنَ َل ُك ْم ۖ إِ َّن ُه َل َك ِبي ُر ُك ُم ا َّلذِي َعلَّ َم ُك ُم ال‬
‫ش ُّد َع َذا ًبا َوأَ ْب َق ٰى‬ َ َ‫وع ال َّن ْخ ِل َو َل َت ْع َل ُمنَّ أَ ُّي َنا أ‬
ِ ‫صلِّ َب َّن ُك ْم فِي ُج ُذ‬ َ ُ ‫ف َوأَل‬ ٍ ‫ِّمنْ ِخاَل‬
Berkata (Fir’aun): “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa)
sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia
adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian.
Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu
sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya
aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan
sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih
pedih dan lebih kekal siksanya”. (Qs Thaha [20]:71).

Mereka tetap teguh dan tegar sebagaimana diabadikan oleh Allah;


‫اض ۖ إِ َّن َما َت ْقضِ ي‬ َ َ‫ض َما أ‬
ٍ ‫نت َق‬ ِ ‫ت َوالَّذِي َف َط َر َنا ۖ َفا ْق‬
ِ ‫َقالُوا َلن ُّن ْؤث َِر َك َع َل ٰى َما َجا َء َنا مِنَ ا ْل َب ِّي َنا‬
‫ٰ َه ِذ ِه ا ْل َح َيا َة ال ُّد ْن َيا‬
Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu
daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada
kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka
putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu
hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. (Qs
Thaha [20]:72).
Tidak ada sesuatupun yang meneguhkan dan menegarkan mereka,
kecuali karena mereka telah merasakan lezat dan manisnya
keimanan. Sehingga mereka merasakan ketenangan batin dan
ketegaran saat menghadapi ancaman, termasuk ancaman
pembunuhan sekalipun.

4. Kebahagiaan adalah Ketenangan dalam Hati


Tiada kebahagiaan tanpa sakinah (ketenangan) dan thuma’ninah
(ketentraman).Dan tiada ketenangan dan ketentraman tanpa iman.
Allah Ta’la berfirman tentang orang-oranf beriman:
ِ ‫سكِي َن َة فِي قُلُو‬
‫ب ا ْل ُم ْؤ ِمنِينَ لِ َي ْزدَ ادُوا إِي َما ًنا َّم َع إِي َما ِن ِه ْم‬ َ َ‫ۗ ه َُو الَّذِي أ‬
َّ ‫نزل َ ال‬
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-
orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping
keimanan mereka (yang telah ada). (Qs Al-Fath: 4).
Keimanan melahirkan kebahagiaan dari dua sisi (1) Iman dapat
menghindarkan dan memalingkan seseorang dari ketergelinciran ke
dalam dosa yang merupakan sebab ketidak tenangan dan
kegersangan jiwa. (2) Keimanan dapat menjadi sumber utama
kebahagiaan, yakni sakinah dan thuma’ninah. Sehingga di tengah
lautan masyakil (probematika) dan krisis hidup tidak ada jalan keluar
dan keselamatan selain Iman.
Oleh karena itu orang yang tanpa iman di hatinya dipastikan akan
selalu dirundung rasa takut, was-was, kahwatir, gelisah, galau.
Adapun bagi orang beriman. Adapun bagi orang beriman tidak ada
rasa takut sama sekali, selain takut kpda Allah Ta’ala
Hati yang dipenuhi iman memandang remeh setiap kesuliatn yang
menghimpit, kerana orang beriman selalu menyikapi segala
persoalan dengan tawakkal kepada Allah. sedangkan hati yang
kosong, tanpa iman tak ubahnya selembar daun rontok dari
dahannya yang diombang-ambingkan oleh angin.

5. Berpindah dari kebahagiaan dunia pada kebahagiaan akhirat


Pasca kehidupan dunia, akan memasuki kehidupan di alam kubur
bakda kematian dan selanjutnya kehidupan di negeri akhirat setelah
hari kiamat. Dan jalan-jalan kebahagiaan akan menyertai manusia
dalam tiga fase kehidupan tersebut (dunia, alam kubur,& hari akhir)
Dalam kehidupan dunia Allah Ta’ala telah menjanjikan kebahagiaan
bagi orang-orang beriman dan beramal shaleh:
‫صال ًِحا ِّمن َذ َك ٍر أَ ْو أُن َث ٰى َوه َُو ُم ْؤمِنٌ َف َل ُن ْح ِي َي َّن ُه َح َيا ًة َط ِّي َب ًة ۖ َو َل َن ْج ِز َي َّن ُه ْ<م أَ ْج َرهُم‬
َ َ ‫َمنْ َع ِمل‬
َ‫س ِن َما َكا ُنوا َي ْع َملُون‬ َ
َ ‫ِبأ ْح‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan”.(Qs An-Nahl [16]:97).
Ayat tersebut menegaskan bahwa orang yang beriman dan beramal
shaleh akan dihidupkan di dunia dengan kehidupan yang baik;
bahagia, tenang, tentram, meski hartanya sedikit.
Adapun kebahagiaan di alam kubur, seorang Mu’min akan
dilapangkan kuburannya, sebagaimana diterangkan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh
sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
“Sungguh, seorang Mu’min dalam kuburannnya benar-benar berada
di taman yang hijau, dilapangkan kuburannya sejauh tujuh puluh
hasta, dan disinari kuburannya seperti –terangnya- bulan di malam
purnama” (dihasankan oleh al-Albaniy).
Sedangkan kebahagiaan di akahirat Allah berjanji akan tempatkan
dalam surga dan kekal di dalam selama-lamanya jelaskan dalam Hud
ayat 108,
َ ‫ض إِاَّل َما‬
ۖ ‫شا َء َر ُّب َك‬ ُ ‫ات َواأْل َ ْر‬ ُ ‫س َم َاو‬ َّ ‫ت ال‬ ُ َ‫َوأَ َّما الَّذِين‬
ِ ‫س ِعدُوا َففِي ا ْل َج َّن ِة َخالِدِينَ فِي َها َما دَ ا َم‬
‫َع َطا ًء َغ ْي َر َم ْج ُذوذ‬
“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam
surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali
jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada
putus-putusnya” (Terj. Qs Hud [11]:108)
Singkatnya, dengan iman seorang hamba dapat meraih kebahagiaan
hakiki di dunia dan di akhirat. Jadi, Islam telah datang dengan konsep
dan jalan kebahagiaan yang abadi, yang mencakup kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
Meskipun demikian Allah telah menjadikan kebahagiaan dunia dan
akhirat sebagai dua sisi yang saling terkait dan terpisah. Sehingga
keduanya tidak perlu dipertentangkan. Sebab keduanya adalah satu.
Keduanya adalah jalan yang satu. Allah mengingatkan bahwa siapa
yang menghendaki balasan dunia, maka Allah memeiliki balasan di
dunia dan akhirat;
ُ ‫اب ال ُّد ْن َيا َفعِن َد هَّللا ِ َث َو‬
‫اب ال ُّد ْن َيا َواآْل خ َِر ِة‬ َ ‫ۚ َّمن َكانَ ُي ِري ُد َث َو‬
Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia
merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat.(Qs An-Nisa
[4]: 134).
Namun bagi seorang Muslim yang beriman bahwa kebahagiaan yang
ada disisi Allah jauh lebih baik dan kekal abad.

Anda mungkin juga menyukai