Anda di halaman 1dari 6

NABI MUHAMMAD SEBAGAI SURI TELADAN

‫ َم ْن‬.‫َأع َمالِنَ ا‬ ِ ِ ِ‫هلل حَنْم ُده ونَستَعِينُه ونَس َت ْغ ِفره و َنعوذُب‬


ْ ‫ااهلل ِم ْن ُش ُر ْو ِر اَْن ُف ِس نَا ِو ِم ْن َس يَِّئات‬ ُْ َ ُ ُ ْ َ ُ ْ ْ َ ُ َ
ِ ‫اَحْل م ُد‬
َْ
ِ ِ ِ ِ ْ ُّ‫ض َّل لَ ه ومن ي‬ ِ ‫يَّه ِد ِه اهلل فَالَ م‬
َ ْ‫ اَ ْش َه ُد اَ ْن آلَال هَ االَّاهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِري‬.ُ‫ي لَ ه‬
ُ‫ك لَ ه‬ َ ‫ض ل ْل فَالَ َه اد‬ ْ ََ ُ ُ ُ ْ
ُ‫َواَ ْش َه ُد اَ َّن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬
. َ ‫صحـْبِ ِه اَمْج َعِنْي‬ ِِ ِّ َ ‫اَللّ ُه َّم‬
َ ‫لى حُمَ َّمد َو َعلَى آله َو‬
َ ‫صلى َع‬
‫ون ِإالَّ َواَْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْون‬
َّ ُ‫ِإَّت ُق ْوا اهللَ َح َّق ُت َقاتِِه َوالَمَتُْوت‬
ِ ِ ِ ِ
ْ ‫لََق ْد َك ا َن لَ ُك ْم يِف َر ُس ول اللَّه‬
َ‫ُأس َوةٌ َح َس نَةٌ ل َم ْن َك ا َن َي ْر ُج و اللَّهَ َوالَْي ْو َم اآْل َخ َر َوذَ َك َر اللَّه‬
‫َكثِ ًريا‬

‫ََّأما َب ْعد‬
Sidang Jumah rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Kepada-Nyalah kita memuji
dan bersyukur atas segala karunia kenikmatan yang tak pernah berhenti Allah berikan kepada
kita. Dia-lah Allah Yang Maha Kuasa, Tuhan pula yang telah memberikan taufik dan hidayah
dalam hati kita. Sehingga dengan hidayah tersebut, Allah menggerakkan hati kita untuk
melangkahkan kaki kita menuju masjid ini. Dengan hidayah itu pula, Allah menggerakkan lisan
kita untuk bertadarus Al-Quran. Dan dengan hidayah itu jualah kita mampu berbuat kebaikan-
kebaikan. Alhamdulillah.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan selalu kepada Rasulullah terakhir Muhammad
Shallalahu ‘Alaihi Wasallam. Semoga kecintaan kita kepada beliau, dapat mempertemukan kita
dengannya nanti di surga-Nya. Aamiin.

Hadirin yang berbahagia


Kita mencintai dan mengikuti Nabi Shallalahu ‘Alaihi Wasallam, itu merupakan bagian daari
bukti bahwa kita mencintai Allah. Sebagaimana Allah sebutkan di dalam ayat:

)٣١( ‫يم‬ ِ ‫قُل ِإن ُكنتُم حُتِ بُّو َن ٱللَّه فَٱتَّبِعوىِن حُي بِب ُكم ٱللَّه وي ْغ ِفر لَ ُكم ذُنُوب ُكمۗ وٱللَّه َغ ُف‬
ٌ ‫ور َّرح‬
ٌ ُ َ ْ َ ْ ْ ََ ُ ُ ْ ْ ُ َ ْ ْ

Artinya: Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(QS Ali Imran/3: 31).
Lebih dari itu, mereka yang benar-benar mencintai Nabi pun, dengan bukti mengikuti jejaknya,
kelak akan dikumpulkan bersama Nabi yang dicintainya itu.
Ini seperti disebutkan di dalam sebuah hadits, bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Kapankah hari kiamat terjadi wahai Rasulullah?” beliau
menjawab, “Apa yang telah kau persiapkan untuknya?” Laki-laki itu menjawab, “Aku tidak
mempersiapkan banyak shalat, puasa, ataupun shadaqah. Namun aku mencintai Allah dan
Rasul-Nya.” Maka beliau bersabda:

‫ت‬
َ ‫َأحبَْب‬ َ ْ‫َأن‬
ْ ‫ت َم َع َم ْن‬
Artinya: “Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.” (HR Bukhari dan Muslim dari
Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu).

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah


Selanjutnya, tindak lanjut dari kita mencintai Nabi adalah dengan menjadikannya sebagai
teladan, anutan dan ikutan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Allah menegaskannya di dalam ayat:

)20( ‫ُأس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكا َن َي ْر ُجو اللَّهَ َوالَْي ْو َم اآْل َ ِخَر َوذَ َكَر اللَّهَ َكثِ ًريا‬ ِ ِ
ْ ‫لََق ْد َكا َن لَ ُك ْم يِف َر ُسول اللَّه‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab/33 : 21).
Pada ayat lain disebutkan:

.‫ك لَ َعلَ ٰى ُخلُ ٍق َع ِظي ٍم‬


َ َّ‫َوِإن‬
Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” (QS Al-
Qalam/68: 4).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini merupakan landasan pokok menjadikan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai suri teladan dalam ucapan, perbuatan, dan dalam semua
keadaan.
Begitulah, terkumpul pada diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam semua sifat yang terpuji,
seperti dermawan, kasih sayang, penyantun, memuliakan anak yatim, jujur dalam ucapan,
amanah dalam semua hal, dan selalu menjaga diri dari perkara yang mendatangkan maksiat.
Itulah akhlak Al-Quran, akhlak yang merupakan cerminan kandungan Al-Quran.
Ini seperti disebutkan pula di dalam hadits dari Aisyah isteri Rasulullah, ketika ditanya tentang
bagaimana akhlak Rasulullah, beliau menjawab:

‫كاَ َن ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ َن‬


Artinya: “Akhlaknya adalah Al Qur’an.” (HR Muslim).
Subhaanallaah. Untuk itu, hadirin yang hendak menggapai rahmat Allah.
Sebagai wujud cinta kita kepada Nabi, marilah kita ikuti segala sunnahnya, walau keadaan
bagaimanapun, agar kita senantiasa memperoleh petunjuk.
Hal ini seperti digambarkan di dalam sebuah hadits:

‫ش ِم ْن ُك ْم‬
ْ ‫ك َم ْن يَ ِع‬ ٌ ِ‫ض ِاء لَْيلُ َه ا َكَن َها ِر َه ا اَل يَ ِزي ُغ َع ْن َه ا َب ْع ِدي ِإاَّل َهال‬
َ ‫قَ ْد َت َر ْكتُ ُك ْم َعلَى الَْب ْي‬
‫ين‬ ِ ِ ِ َّ ‫فَسيرى ا ْختِاَل فًا َكثِ يرا َفعلَي ُكم بِم ا َع ر ْفتُم ِمن س نَّتِي وس ن َِّة الْ ُخلَ َف ِاء‬
َ ِّ‫ين ال َْم ْه دي‬
َ ‫الراش د‬ َُ ُ ْ ْ َ َ ْ َْ ً َ ََ
‫ف‬ ِ ِ‫ْجم ِل اَأْلن‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫ك‬ ‫ن‬ ِ ‫اج ِذ وعلَي ُكم بِالطَّاع ِة وِإ ْن عب ًدا حب ِش يًّا فَِإ نَّم ا الْم ْؤ‬
‫م‬ ِ ‫َعضُّوا َعلَْي َها بِالن‬
َ َ َ ُ ُ َ َ َ َْ َ َ ْ ْ َ َ ‫َّو‬ َ
َ ‫َح ْيثُ َما قِي َد ا ْن َق‬
‫اد‬
Artinya: “Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang.
Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara
kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh
dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang
mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Hendaklah kalian taat
meski kepada seorang budak Habasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja
dia diikat dia akan menurutinya.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).

Hadirin yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah


Karena itu, mengamalkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupakan jalan agar
kita meraih syurga yang dijanjikan Allah.

Teladan yang paling ideal untuk dijadikan contoh hidup di dunia adalah Nabi Muhammad saw,
utusan Allah terakhir sebagai pamungkas para nabi yang semua sifat-sifatnya sangat mulia.
Bahkan Allah memuji kemuliaan dan keluhuran etikanya dalam bersosial dengan masyarakat
Makkah saat itu. Ia telah sukses dalam menyebarkan ajaran Islam di muka bumi ini.

Oleh karena itu, pada momentum pelaksanaan shalat Jumat ini, mari kita renungkan segala
sifat mulia Rasulullah untuk kita teladani dan kita tiru bersama, khususnya bertepatan dengan
bulan Rabiul Awal yang diyakini sebagai bulan kelahirannya. Dengan harapan, semoga kita bisa
menjadi umat yang dibanggakan dan dirindukan olehnya, sehingga bisa berada di bawah
naungan syafaatnya kelak di hari kiamat, Amin.

Salah satu sifat mulia Rasulullah adalah sebagaimana tergambar dalam surat At-Taubah ayat
128, Allah swt berfirman:

‫يم‬ ِ ٌ ‫ول ِّمن َأن ُف ِس ُكم ع ِزيز علَي ِه ما عنِتُّم ح ِريص علَي ُكم باملؤمنني رء‬
ٌ ‫وف َّرح‬َُ ْ َْ ٌ َ ْ َ َ َْ ٌ َ ْ ْ ٌ ‫لََق ْد َجآءَ ُك ْم َر ُس‬
Artinya, “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah [9]:
128)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Ada 4 sifat dan karakter mulia nan agung dalam diri Nabi Muhammad saw yang tergambar
pada ayat di atas, yaitu; (1) Azizun; (2) Harishun; (3) Raufun; dan (4) Rahimun.

Pertama, Azizun (Berat terasa olehnya)


Maksud dari ¬Azizun yang memiliki arti berat terasa olehnya adalah bahwa semua
kesengsaraan, kesusahan, kesedihan, dan hal-hal pahit lain yang dirasakan umat Islam juga
dirasakan oleh Nabi Muhammad. Ia merasakan semua itu sebelum dirasakan oleh umatnya,
bahkan semua waktu-waktu yang ia miliki hanya digunakan untuk memikirkan umatnya.

Tidak hanya di dunia, Rasulullah juga selalu disibukkan dengan urusan-urusan umatnya ketika
di akhirat. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi dalam kitab Tafsir
wa Khawathir juz I, halaman 593, ketika semua umat manusia dikumpulkan di mahsyar (tempat
berkumpulnya manusia setelah dibangkitkan dari kubur). Saat itu, terik matahari begitu panas,
api neraka berkobar, hisab amal kebaikan dan keburukan tak kunjung selesai.

Di saat yang bersamaan, semua manusia dalam keadaan yang sangat bingung. Satu persatu
manusia meminta pertolongan kepada paa nabi, namun mereka enggan untuk memberikan
pertolongan. Mereka justru sibuk dengan urusan nasibnya sendiri.

Akan tetapi, hal itu tidak dengan Rasulullah. Di tengah panasnya matahari dan kobaran api
neraka yang terus membesar, ia justru bersujud kepada Allah dengan berkata “Allahumma
ummati, ummati, ummati-Ya Allah, umatku, umatku, umatku” sambil menangis. Melihat
Rasulullah menangis dalam keadaan bersujud, Allah berkata kepada Malaikat Jibril, “Pergilan
kepada Muhammad, kemudian tanyakan, apa penyebab ia menangis.”

Seketika itu malaikat Jibril langsung pergi untuk mendatangi dan menanyakan alasan Rasululah
di balik keinginan dalam sujud dan tangisannya, ia menjawab, “Allah lebih tahu penyebab
semua ini.”
Mendengar jawaban Rasulullah, Jibril langsung menuju Allah untuk menyampaikan
jawabannya. Setelah disampaikan, Allah berkata keada Jibril,

َ ِ‫ك يِف َُّأمت‬


‫ك َواَل نَ ُس ْوُؤ َك‬ َ ‫ ِإنَّا َسُن ْر ِضْي‬:‫َف ُق ْل‬
Artinya, “Maka katakanlah, ‘Sungguh, Kami (Allah) akan membuatmu ridha dalam masalah
umatmu, dan Kami tidak akan menyakitimu.”

Kedua, Harishun (sangat menginginkan keimanan)


Salah satu sifat mulia dalam diri Rasulullah adalah terdapat keinginan yang sangat besar agar
semua umat manusia berada dalam keimanan dan cahaya hidayah, serta jauh dari semua
bentuk kemusyrikan.

Ambisinya yang sangat tinggi dalam mengajak manusia untuk memeluk ajaran Islam sangat
tampak dari berbagai sepak terjangnya yang ia lewati. Misalnya, ketika rintangan datang silih
berganti, permusuhan, fitnah yang bertebaran, serangan dan ancaman yang selalu
berdatangan, tidak lantas mempengaruhi semangatnya dalam berdakwah dan melakukan
upaya untuk menunukkan jalan yang benar kepada semua manusia.

Ketiga dan Keempat, Rauufun Rahimun (penyantun dan penyayang)


Selain sifat-sifat luhur yang telah disebutkan, dalam diri Rasulullah juga terdapat sifat yang
sangat mulia, yaitu sebagai sosok yang sangat penyantun dan penuh kasih sayang.

Imam al-Baghawi dalam tafsirnya Ma’alimut Tanzil mengutip salah satu pendapat ulama bahwa
kasih sayang dan sikap santun Rasulullah tidak hanya kepada umat Islam yang taat saja, namun
juga kepada mereka yang sering berdosa dengan banyak melakukan maksiat. Imam al-Baghawi
mengatakan,

‫ف بِال ُْم ِط ْي ِع ْي َن َر ِح ْي ٌم بِال ُْم ْذنِبِْي َن‬


ٌ ‫قِ ْي َل َرُؤ ْو‬
Artinya, “Dikatakan (bahwa Rasulullah) penyantun kepada orang-orang yang taat, dan
penyayang kepada orang-orang yang berdosa.”
Di dalam hadits disebutkan:

‫اعنِي َد َخ َل‬ َ َ‫ول اللَّ ِه َو َم ْن يَْأبَى ق‬


َ َ‫ال َم ْن َأط‬ َ ‫ْجنَّةَ ِإاَّل َم ْن َأبَى قَالُوا يَا َر ُس‬ ِ
َ ‫ُك ُّل َُّأمتي يَ ْد ُخلُو َن ال‬
‫صانِي َف َق ْد َأبَى‬ َ ‫ْجنَّةَ َو َم ْن َع‬َ ‫ال‬
Artinya: “Setiap umatku masuk surga selain yang enggan,” Para sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, lantas siapa yang enggan?” Nabi menjawab: “Siapa yang taat kepadaku (mengikuti
aku) masuk surga dan siapa yang menyelisihi aku berarti ia enggan.” (HR Bukhari dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Shalawat serta salam, kesejahteraan untukmu duhai Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang
begitu antusias mengajak umatnya menuju ridha-Nya, yang begitu tulus membimbing umatnya
dengan sunnah agar mengapai surga-Nya, yang begitu merasakan apa yang dirasakan umatnya.
Semoga kita dapat istiqamah meneladai akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Aamiin.
‫ت َوال ِّذ ْك ِر احْلَ ِكي ِم‪،‬‬ ‫آن الْع ِظي ِم‪ ،‬و َن َفعيِن وِإيَّا ُكم مِب َ ا فِي ِه ِمن اآْل ي اَ ِ‬
‫ِ‬
‫َ‬ ‫َ َ َ ْ‬ ‫بَ َار َك اهللُ يِل َولَ ُك ْم يِف الْ ُق ْر َ‬
‫الر ِحي ِم‬ ‫ٍ ِإ‬ ‫ِ‬ ‫ول ما تَسمعو َن و ِ ِ‬
‫ور َّ‬‫َأسَت ْغف ُر اهلل يِل َولَ ُك ْم م ْن ُك ِّل ذَنْب‪ ،‬نَّهُ ُه َو الْغَ ُف ُ‬
‫َأقُ ُ َ ْ َ ُ َ ْ‬

Anda mungkin juga menyukai