Anda di halaman 1dari 27

Unboxing

Surat Cinta-Nya
‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬
Unboxing
Surat Cinta-Nya

Penulis:
Yovie Kyu
Proofreader:
Vee
Penyunting:
Axel Yu
Penyelaras akhir:
Q-TEAM
Desain sampul buku:
Creative Slide Designer
Sumber gambar: Q-Writing Consulting
Shutterstock|Pikbest (Komunitas Penulis Muslim)
Dipublikasikan pertama kali oleh: Basecamp: Kampung
Kyu Digital Books Kadumulya No. 35 Cihanjuang
Kabupaten Bandung Barat
40559.
_____________________________________________ Email:
Cetakan pertama, Oktober 2019 kyumanagement@gmail.com
Hak cipta dilindungi undang-undang Instagram:
©Unboxing Surat Cinta-Nya: At Tiin, @qwriting
2019.
Rasa penuh syukur yang tak bisa dibendung kami panjatkan ke hadirat
Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas izin dan ridha-Nya, buku ini akhirnya
bisa dinikmati oleh Anda saat ini.

Shalawat beserta salam, semoga senantiasa tercurah limpah kepada


manusia terbaik yang pernah ada, seorang nabi dan rasul yang mulia,
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Kurang dari dua bulan, buku ini bisa dirampungkan. Meski berada di
tengah lautan aktivitas yang ada, kami terus berusaha untuk terus secara
kontinyu berbagi sedikit ilmu yang Allah titipkan. Berharap melahirkan pahala-
pahala yang terus mengalir deras, meski raga sudah hancur dimakan masa.
Memilin asa semoga hadirnya buku ini membawa manfaat bagi khalayak
pembaca kaum muslimin di manapun Anda berada.

Ungkapan terima kasih kami dari hati yang tulus untuk orang tua kami,
keluarga, wabil khusus, untuk sang bidadari dunia, Tya Octavia, yang penuh
kesabaran dan senantiasa mendukung dakwah lewat ukiran kata, serta
@quranreview yang membangkitkan kembali semangat kami mentadaburi Al
Quran.
Berapa banyak di antara kita yang membaca Al Quran tanpa mendalami
makna dan mencari pesan cinta yang Allah sematkan di dalamnya. Layaknya
seorang manusia buta warna, yang terlihat hanya hitam dan putih saja. Datar
dan biasa. Tidak ada yang istimewa.

Namun, saat kita mempelajari kalam-kalam suci-Nya dengan lebih dalam,


kita temukan berbagai warna luar biasa indahnya. Hati pun lebih mudah
bergetar, merasakan betapa dekatnya Allah dengan kita. Dekat dengan
perhatian, kasih dan sayang-Nya.

Buku “Unboxing Surat Cinta-Nya: At Tiin” ini terlintas dalam pikiran


setelah kami bergabung di proyek Kavling Buah Tin (KBT) yang disyiarkan oleh
Saudagar Properti Syariah - Saudagar Muda Properti. Maka izinkan kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Kang Ojon, Kang Dedy, dan Teh Putri yang
memberikan kepada kami kesempatan bergabung dengan “keluarga” yang
mendahulukan nilai dakwah ini. Semoga Allah limpahkan rezeki yang penuh
keberkahan bagi kita semua.
Terima kasih kepada adik kami, Ravy Ramdhan Ardiansyah, yang
laptopnya seringkali kami pinjam untuk menyelesaikan buku ini. Semoga Allah
anugerahkan balasan kebaikan yang tidak pernah disangka-sangka. Begitu pula
untuk tim @kajianaysar, Rizka Aprilia dan Eva Qonita yang menyisihkan waktu
di sela kesibukannya belajar dan persiapan menghadapi Ujian Nasional, semoga
Allah mudahkan setiap urusannya.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada para alumni dari
berbagai program Q-Writing Consulting, komunitas penulis muslim, di seluruh
dunia yang telah mendukung dan ikut membagikan setiap karya-karya baru
yang lahir dari komunitas ini. Teman-teman di Kyu Management, Muhammad
Rizki, Fitri Haryati, Kak Kanisa Putri, Riki Singkawa, Linah Az Zahra, Leni Lestari,
dan Rahma Zumrotin. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan,
keberkahan serta kemudahan di setiap aktivitas yang kita jalani di dunia ini.

Selamat mentadaburi Al Quran, mendalami surat At Tiin yang mungkin


belum sepenuhnya kita pahami maknanya. Selamat mencari pesan-pesan cinta
dari Allah yang bisa jadi penawar gersang dan keringnya hati.

Akhukum fillah,

Yovie Kyu
َ ‫ٱلرِنَٰمۡح‬ َ
َ ‫ٱّلله‬
‫حي هم‬
‫ٱلر ه‬ ‫ِمۡسِب‬
َ ۡ َ َ ۡ ََۡ َ ۡ ََ َۡ َ ۡ َ َ َ َ ‫ َو ُطور هسين ه‬١ ‫ٱلز ۡي ُتون‬ َ ‫َوٱلت هي َو‬
ٓ
‫ٱۡلنسن هِف أحس هن‬ َ َٰ ‫ا‬‫ن‬ ‫ق‬ ‫ل‬‫خ‬ ‫د‬ ‫ق‬‫ل‬ ٣ ‫هي‬ ‫م‬‫ٱۡل‬ ‫ل‬
‫ه‬ َ‫ وهَٰذا ٱۡل‬٢ ‫ي‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
ُ‫ت فَلَ ُه ۡم أَ ۡج ٌر َغ ۡۡي‬ َٰ َ ْ ُ َ َ ْ َُ َ َ َ َ
َ‫ٱلصَٰلح‬ َ َٰ َ َ َ ۡ َ ُ َٰ َ ۡ َ َ َ ُ
‫ إهَّل ٱَّلهين ءامنوا وع هملوا‬٥ ‫ ثم رددنه أسفل سفهلهي‬٤ ‫يم‬
َۡ
‫ه ه‬ ٖ ‫ت ه‬
‫و‬ ‫ق‬
َ َٰ َ ۡ َ ۡ َ َُ َ ََۡ ‫ت‬ ُ ۡ َ َ ُ‫ََ ُ َ ت‬ ُ ‫َم ۡم‬
٨ ‫ك همي‬ ‫ أليس ٱّلل بهأحك هم ٱلح ه‬٧ ‫هين‬ ‫ه‬ ‫ٱل‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ك‬ ‫ب‬‫ذ‬‫ه‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ف‬ ٦ ‫ون‬
ٖ ‫ن‬

Mungkin sudah ratusan atau ribuan kali kita membaca surat At-Tiin
selama hidup kita. Sudahkah kita memaknainya dengan memahami setiap
isyarat cinta yang Allah berikan kepada kita di dalamnya?

Al Quran adalah kalam Allah subhanahu wa ta’ala yang juga merupakan


mukjizat bagi baginda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Setiap
membacanya, bisa jadi kita tidak merasakan sesuatu yang spesial. Terasa biasa
saja. Begitu flat. Datar. Bahkan bisa jadi hambar. Lantas, bagaimana agar kita
merasakan kemukjizatan Al Quran yang begitu luar biasa?

Di antara beberapa ikhtiar untuk merasakan kedahsyatan Al Quran adalah


dengan memahami kandungan di dalamnya melalui buku-buku tafsir yang telah
disusun baik oleh para ulama besar terdahulu, maupun para ulama
kontemporer.

Apa yang kita bahas dalam buku ini disarikan dari berbagai kitab tafsir,
seperti dari Tafsir At Thabari, Tafsir Al Qurthuby, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al
Maraghy, dan beberapa kitab tafsir lainnya.
١ ‫ون‬ ُ ۡ َ َ ‫َوٱلت‬
‫هي وٱلزيت ه‬‫ه‬
Demi Tin dan Zaitun
*
Dalam terjemahan, kita hanya mendapati arti dari ayat pertama di surat At
Tiin ini dengan:

Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.

Jika kita membedah lebih dalam lagi, ternyata ada banyak sekali riwayat
mengenai makna lain di balik kata Tiin dan Zaitun pada ayat ini. Jadi bukan
hanya dalam konteks makna berupa nama buah.

Seperti riwayat dari Qatadah yang menyatakan makna Tiin adalah nama
sebuah bukit yang berada di Damaskus, Suriah. Sementara Zaitun merupakan
nama bukit yang ada di Baitul Maqdis, Palestina.

Sementara itu Ibnu Zaid mengatakan jika At-Tiin adalah nama masjid yang
ada di Damaskus, dan Zaitun adalah masjid Iliya, yang merupakan salah satu
sebutan yang diberikan Rasulullah untuk masjid Al-Aqsha. Bahkan di antara
riwayat Ibnu Abbas menyebutkan At-Tiin ini adalah masjid Nabi Nuh ‘alaihis
salam yang dulu berada di bukit Al-Juudiy.

Dalam tafsir Al Qurtuby dituliskan, Allah bersumpah menggunakan Tiin


karena daunnya digunakan oleh Nabi Adam ‘alaihis salam beserta istrinya untuk
menutupi aurat mereka setelah melanggar larangan Allah subhanahu wa ta’ala.
Di sini kita seolah diajak flash back ke masa lalu, pada masa Nabiyullah
Adam ‘alaihis salam tergelincir oleh tipuan iblis yang dengki kepadanya. Iblis
menolak saat diperintah oleh Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam karena
kesombongannya. Oleh karena itu, ia pun diusir dan dilaknat Allah subhanahu
wa ta’ala.

Begitu pula Nabi Adam yang telah melanggar aturan Allah, kemudian
diturunkan ke dunia. Berpisah dengan istrinya dalam jangka waktu yang sangat
lama, sampai akhirnya Allah pertemukan kembali keduanya. Ratusan tahun
Nabiyullah Adam ‘alaihis salam meminta ampunan Allah, yang doanya
diabadikan Allah di dalam Al Quran, surat Al A’raf ayat 23. Dengan penyesalan
yang sangat mendalam dan rasa malu kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Menariknya di tafsir Al Maraghi, zaitun yang ada pada surat At-Tiin adalah
masa pada zamannya nabi Nuh ‘alaihi salam yang terjadi banjir besar saat itu.
Jika kita memahami ayat ini dengan memaknainya dengan zaman Nabi Nuh, kita
diajak untuk kembali merenungkan peristiwa besar yang terjadi di masa lalu
tersebut.

Allah menurunkan hujan yang begitu derasnya, hingga banjir besar pun tak
terelakkan. Nabi Nuh diperintahkan oleh Allah untuk menyelamatkan diri dan
orang-orang yang beriman kepada Allah, dengan menaiki bahtera raksasa yang
telah dibuatnya. Ada 80 orang laki-laki beserta dengan para keluarganya ikut
menaiki bahtera tersebut.
Setelah berlabuh di bukit Al Juudiy, Nabi Nuh ‘alaihis salam mengutus
burung gagak untuk mencari informasi apakah air sudah surut atau belum.
Karena banyak sekali bangkai manusia bergelimpangan, membuat burung
gagak menunda tugas yang diberikan kepadanya. Akhirnya Nabi Nuh mengutus
burung merpati untuk memeriksa keadaan banjir.

Ternyata merpati kembali datang sambil membawa daun pohon zaitun


dan melumuri kedua kakinya dengan buah tin. Nabi Nuh mengerti bahwa air
telah surut, maka beliau pun turun dari bukit Al Juudiy.

Maa syaa Allah. Dari satu ayat ini saja, kita diajak untuk merenungi dua
peristiwa besar yang pernah terjadi di masa lalu. Maka sudah seharusnya kita
benar-benar mempelajari ayat demi ayat Al Quran agar kita bisa memaknai
maksud Allah di baliknya. Tidak hanya sekadar membaca, namun juga meresapi
pesan-pesan luar biasa di dalam kalam suci-Nya.

Dari berbagai riwayat yang ada, Imam Ibnu Jarir At-Thabari dalam kitab
tafsirnya memberikan pendapat yang rajih (paling kuat) mengenai makna At-
Tiin dan Az-Zaitun. Beliau mengambil pendapat, makna keduanya adalah makna
sesungguhnya, yaitu tin yang buahnya biasa dimakan dan zaitun yang buahnya
biasa diperas untuk diambil minyaknya.

Betapa banyak riwayat mengenai makna At-Tiin dan Az-Zaitun dalam


surat At-Tiin. Mungkin selama ini kita hanya mengetahui dari terjemahannya,
apa yang dimaksud dari kedua kata tersebut adalah nama buah saja.
Hal ini semakin membukakan mata kita, masih begitu banyak yang belum
kita ketahui karena kelalaian kita dalam mendalami ilmu agama. Allah telah
mengaruniakan waktu yang sama kepada kita. Tetapi, kita dengan berbagai
alasan, sampai-sampai lupa untuk belajar agama, membekali diri dengan ilmu
syariat yang menjadi wasilah kita bertemu dengan Allah dengan membawa hati
yang selamat. Kita terlalu disibukkan hal-hal duniawi sampai lupa dengan
urusan ukhrawi diri.

Mungkin meluangkan waktu beberapa jam saja untuk belajar agama dalam
sepekan, sudah jarang dimasukkan ke dalam agenda. Ada 168 jam yang Allah
sediakan dalam 7 hari tersebut. Namun waktu terasa cepat berlalu. Semoga
bukan karena keberkahan yang Allah angkat dari diri kita.

Ayat pertama ini Allah menggunakan pernyataan sumpah. Allah


bersumpah dengan nama-nama makhluk ciptaan-Nya. Menandakan adanya
keistimewaan, hikmah yang besar dari makhluk yang disebutkan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala tersebut.

Lantas apa yang bisa dikupas oleh penelitian modern untuk mengungkap
keistimewaan buah tin dan zaitun ini?

Buah tin memiliki nutrisi yang lengkap. Di dalamnya terkandung banyak


vitamin dan mineral, seperti folat, vitamin A, vitamin C, Vitamin E, Vitamin K,
Sodium, Kalium, kalsium, magnesium, dan karoten.
Manfaat buah tin di antaranya:

1. Mencegah dan mengatasi sembelit.

2. Meningkatkan daya ingat.

3. Menurunkan berat bada berlebih.

4. Mencegah penyakit jantung koroner.

5. Meredakan sakit ambeien.

6. Obat bagi penderita penyakit gula (diabetes).

7. Mencegah tumor.

8. Mencegah pengeroposan tulang.

Sementara buah zaitun memiliki kandungan zat besi, serat, tembaga,


vitamin E, senyawa fonelik, asam oleat, dan berbagai antioksidan. Minyak zaitun
memiliki banyak juga manfaat yang di antaranya sama dengan dengan buah tin.
Kelebihan lainnya antara lain:

1. Mencegah penyakit stroke.

2. Mengurangi resiko diabetes mellitus tipe 2.

3. Melawan penyakit alzheimer.

4. Mengobati rheumatoid arthritis (penyakit autoimun nyeri sendi).

5. Anti kanker.
َ ِ ‫َو ُطور ِسين‬
٢ ‫ني‬ ِ
Dan demi gunung (bukit) Sinai
*
Bukit Sinai adalah tempat di mana Nabi Musa ‘alaihi salam berkhalwat,
mengasingkan diri, untuk beribadah kepada Allah selama 40 malam lamanya.
Menurut sebagian pendapat, 30 malam di bulan Dzulqa’dah dan 10 malam
tambahan di bulan Dzulhijjah. Kejadian ini terjadi setelah Allah tenggelamkan
Fir’aun dan bala tentaranya di laut merah.

Dari Mujahid, thur berarti gunung dalam bahasa Nabt, sedangkan sinin
artinya yang diberkahi dalam bahasa Suryaniyyah, atau bahasa Habasyah
seperti yang dinyatakan oleh Ikrimah. Meski Mujahid dan Ikrimah menyatakan
Sinin ini berasal dari dua bahasa yang berbeda, namun artinya mengerucut pada
makna baik dan diberkahi.

Gunung Sinai atau Thursina ini masih diperdebatkan lokasi tepatnya


hingga saat ini. Apakah ia benar di Mesir atau di Baitul Maqdis. Namun lokasi
yang disinyalir banyak orang tempat Allah berbincang kepada Nabi Musa
‘alaihis salam adalah di Mesir, tepatnya di semenanjung Sinai. Kaum muslimin
yang telah melaksanakan umrah banyak yang berkunjung ke gunung yang
tingginya 2.286 meter ini.
َ‫َ َ َ ب َ ب‬
٣ ‫ِني‬ ِ َ‫وهَٰذا ٱۡل‬
ِ ‫َل ٱۡلم‬
Dan demi negeri (Mekah) yang aman
*
Sebagian besar atsar mengungkap kata Al Balad pada ayat di atas adalah
kota Mekah. Sementara Ibnu Zaid, lebih spesifik menyebutkan maknanya yaitu
Masjidil Haram. Kota Mekah memiliki julukan Ummul Qura. Terletak sekitar 600
km sebelah selatan kota Madinah Al Munawwarah.

Jika memahami ayat pertama sampai ketiga dalam konteks tempat (tin -
zaitun mewakili Baitul Maqdis, bukit Sinai serta Mekah), maka kita mendapati
ketiganya adalah tempat-tempat yang Allah muliakan dengan kehadiran
beberapa Rasul Ulul ‘Azmi. Baitul Maqdis merupakan tempat kelahiran Nabi Isa
‘alaihis salam yang memang banyak ditumbuhi pohon tin dan zaitun. Bukit Sinai
adalah tempat di mana Nabi Musa ‘alaihis salam menerima wahyu dari Allah
subhanahu wa ta’ala secara langsung. Dan kota Mekah merupakan kota yang
penuh keberkahan, kota pilihan Allah untuk seorang manusia yang mulia,
penutup para nabi dan rasul, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
`

ۡ َ َ ۡ َ ٓ َ َٰ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ َ
٤ ‫يم‬
ٖ ِ‫ٱۡلنسن ِِف أحس ِن تقو‬
ِ ‫لقد خلقنا‬
Sungguh, Kami telah ciptakan manusia dengan bentuk
yang sebaik-baiknya.

*
Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk dan rupa sebaik-baiknya.
Mendesain anggota tubuh dengan masing-masing fungsinya agar berjalan
dengan seharusnya. Allah menganugerahkan kepada manusia wujud fisik yang
terbaik, lidah yang bisa lancar berbicara, jemari yang bisa menggenggam, dan
berbagai anggota tubuh lainnya yang dibuat dengan bentuk sempurna.

Sebuah kejadian menarik terjadi di masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far


Al Manshur. Ada seorang laki-laki yang bernama Isa bin Musa Al Hasyimi yang
sangat mencintai istrinya. Di suatu malam, ia berkata kepada istrinya, “Kamu
aku ceraikan talak tiga, jika kamu tidak lebih indah dari bulan.”

Dan rupanya, malam itu muncul bulan yang sangat indah. Kemudian sang
istri pun berkata, “Engkau telah mentalakku.”

Ia mengira dengan ucapan yang dikatakan suaminya tersebut maka telah


jatuhlah talak kepadanya. Lantas ia pun berhijab dari suaminya.

Keesokan harinya, Isa bin Musa Al Hasyimi bergegas menemui khalifah Al


Manshur dengan penuh rasa cemas di hatinya. Ia menceritakan kejadian
semalam kepada sang khalifah. Setelah memahami duduk perkaranya, khalifah
`

Al Manshur mengumpulkan para ahli fiqh untuk dimintai pendapat mengenai


kejadian ini.

Hampir semuanya berpendapat talak tiga telah jatuh kepada sang istri,
namun ada seorang ulama pengikut madzhab Hanafi yang hanya berdiam diri.
Hal ini memancing rasa penasaran khalifah Al Manshur kemudian bertanya
kepadanya, “Mengapa Anda diam saja?”

Lalu ulama tersebut mengawali jawabannya dengan basmalah kemudian


diikuti dengan membaca surat At Tiin ayat satu hingga ayat keempat.

“Wahai amirul mukminin, manusia adalah yang paling indah dan tidak ada
yang lebih indah darinya.”

Khalifah Al Manshur pun langsung memahami maksud dari ulama tadi,


kemudian meminta kepada Isa bin Musa Al Hasyimi untuk kembali kepada
istrinya. Sang khalifah pun mengirimkan utusan untuk memberikan pesan
kepada istri Isa bin Musa untuk menyampaikan pesan yang isinya: “Taatilah
suamimu dan jangan menyelisihi permintaannya, dia tidak menceraikanmu.”

Maa syaa Allah. Dari kejadian ini, kita bisa mengetahui bahwasanya
manusia adalah makhluk paling indah yang diciptakan oleh Allah subhanahu wa
ta’ala baik secara lahir maupun batin. Sungguh nikmat yang begitu besar yang
telah anugerahkan oleh Allah kepada kita semua.
ُ ۡ َ ُ ۡ َ ٌ ۡ َ ۡ ُ َ َ َٰ َ َٰ ْ ُ َ َ ْ َُ َ َ َ َٰ َ َ َ ۡ َ ُ َٰ َ ۡ َ َ ُ
٦َّ‫ون‬
ٖ ‫تَّفلهمَّأجرَّغۡيَّممن‬ َِّ ‫ِينَّءامنواَّوع ِملواَّٱلصلِح‬
َّ ‫ إَِّلَّٱَّل‬٥َّ‫ثمََّّرددنهَّأسفلَّسفِلِني‬
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka
akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.

*
Apa makna “asfala safilin” pada ayat di atas?

Makna pertama dari “asfala safilin” adalah neraka. Sebagaimana yang


dinyatakan oleh Mujahid di beberapa riwayatnya. Sehingga mereka yang Allah
tempatkan di neraka adalah orang-orang kafir, mereka yang enggan untuk
beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Ada makna lain dari “asfala safilin” yang mungkin tidak akan kita pahami
maksudnya jika kita tidak merujuk kepada kitab-kitab tafsir. Arti lain dari
“tempat yang serendah-rendahnya” adalah usia yang seburuk-buruknya yaitu
masa tua. Hal ini dinyatakan dalam beberapa riwayat dari Ibnu Abbas.

Perbedaan pendapat terjadi pula pada “ghairu mamnuun” di ayat keenam.


Ada yang menyatakan artinya adalah tidak berkurang (tetap seperti asal atau
semula). Ada juga yang mengatakan maksudnya ialah tidak terhitung atau tidak
terputus.
. Mari kita mulai memahami gabungan ayat kelima dan
keenam sekaligus.

Di makna pertama maka kita akan menangkap pesan


bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan
manusia dalam sebaik-baik bentuk akan memasukkan mereka
ke dalam neraka. Siapa saja yang selamat dari neraka itu
karena mereka adalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan beramal shalih. Dan untuk mereka pahala yang terus
menerus mengalir, tanpa terputus.

Sementara jika kita mengambil makna yang kedua,


kita akan mendapat pengertian bahwa
orang-orang yang
menjaga masa mudanya
dengan ketaatan kepada
Allah dan mengerjakan
amal shalih, ketika datang
masa tuanya, mereka akan
dicatatkan amal shalih
sebagaimana yang mereka
lakukan di masa muda.
Di usia muda, manusia memiliki kemampuan untuk beramal
shalih lebih banyak karena didukung dengan kekuatan fisik yang
sempurna. Sementara setelah lanjut usia, fisik kembali lemah,
sehingga ada amalan-amalan yang tidak bisa dikerjakan seperti
yang dilakukan di saat muda. Seperti shaum sunnah misalnya. Jika
dulu seseorang di masa mudanya senantiasa menjaga shaum
sunnahnya, maka ketika ia telah beranjak kepada usia lanjut
dan tidak sanggup lagi melaksanakan shaum sunnah, Allah
akan tetap berikan pahala shaum sunnah seperti
sebelumnya. Maa syaa Allah.

Jika di masa muda, seseorang bisa dengan


mudah melaksanakan qiyamullail, menegakkan
shalat dengan berdiri sempurna hingga berjam-jam,
setelah datang masa tua, terasa sulit untuk
melakukan hal yang sama. Meski demikian, Allah
tetap memberikan pahala yang sama seperti yang
dilakukannya orang tersebut di masa mudanya, sampai
dirinya kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Bahkan ketika orang tersebut telah menjadi pikun, sehingga
ada amalan-amalan yang terlewatkan, Allah akan tetap
memberikan pahala kepadanya. Sungguh, inilah bukti cinta kasih
sayang Allah yang begitu luar biasa. Hadiah yang diberikan Allah
untuk orang-orang yang menjaga masa mudanya untuk
senantiasa dalam ketaatan kepada-Nya.

Maka sungguh merugi diri kita yang masih diberikan


kesempatan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
menikmati masa muda, sanggup menjalankan
ibadah wajib serta amalan-amalan sunnah,
namun tidak mengerjakannya. Lantas bagaimana
Allah akan menjaga diri kita di saat kita sudah benar-
benar tidak berdaya di masa tua?
َ ُ َ ُ ََ
ُ ‫ك َب ۡع‬
٧ ‫ِّين‬
‫ٱل‬
ِّ ِّ ‫ب‬ ‫د‬ ‫فما يك ِّذب‬
Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang)
hari pembalasan setelah (adanya keterangan-keterangan) itu?
*
Pada ayat ini, setidaknya ada dua pemahaman yang bisa kita dapatkan dari
berbagai pendapat para ahli tafsir. Pertama, ayat ini ditujukan kepada orang-
orang kafir. Sebagai bentuk penghinaan kepada mereka dan penegasan akan
hari pembalasan. Sehingga jika diuraikan, maka apa yang dimaksud dari ayat ini
adalah:
Hai orang-orang kafir, apa yang membawamu mendustakan tentang hari
kebangkitan dan hari pembalasan? Padahal Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan hal
tersebut?
Kedua, ayat ini ditujukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kata “maa” (apa) pada ayat sebenarnya bermakna “man” (siapa).
Maka kita dapatkan pemahaman:
Maka siapa yang mendustakanmu wahai Muhammad, setelah adanya penjelasan
dari Allah tentang hari pembalasan?
Ketiga, ayat ini ditujukan kepada manusia (bani Adam) secara umum.
Sehingga dijabarkan maknanya menjadi:

Maka apakah yang menyebabkan kamu, hai anak Adam, mendustakan (hari)
pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
َ َ ۡ َ ۡ َ ‫ََۡ َ َه‬
ِ َٰ‫أليس ٱّلل بِأحك ِم ٱلح‬
٨ ‫ك ِمي‬
Bukankah Allah hakim yang paling adil?
*
Maka siapakah yang lebih adil dibandingkan Allah subhanahu wa ta’ala?
Adanya hari pembalasan kelak adalah salah satu bentuk keadilan-Nya.
Berapa banyak orang yang didzalimi tidak dapat membalas kedzaliman yang
disebabkan oleh orang-orang dzalim. Berapa banyak orang yang ingkar kepada
Allah, namun masih diberikan kenyamanan dan keberlimpahan semasa
hidupnya ketika di dunia, maka pada hari itulah Allah balaskan kekufuran
mereka, dengan adzab yang pedih.

Apabila seseorang membaca surat At-Tiin, lalu sampai pada ayat


terakhirnya, yaitu firman Allah Subhanahu wa ta’ala., "Bukankah Allah Hakim
yang seadil-adilnya," maka hendaklah ia mengucapkan:

‫اه ِدي َن‬ َّ ‫ك ِم َن‬


ِ ‫الش‬ َ ِ‫ َوأَنَا َعلَى َذل‬،‫بَلَى‬
"Benar, dan aku termasuk orang-orang yang menjadi saksi atas hal tersebut.”

***
Daftar Pustaka

Al Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah. 1422 H. Al Jaami’ Al


Musnad As Shahih Al Mukhtashar min Umuuri Rasulillah shallahu alaihi wa
sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi (Shahih Al Bukhari). Tanpa kota: Daar Tuuqu
An Najaah.
Al Maraghy, Ahmad bin Musthafa. 1946. Tafsir Al Maraghy. Mesir:
Syarikatu Maktabati wa Matba’ati Musthafa Al Baaba Al Halby.
Al Qurthuby, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Syamsuddin, 1964. Al
Jaami’ lil Ahkaam Al Quraan (Tafsir Al Qurthuby). Kairo: Daar Al Kitaab Al
Mishriyyah.
Ar Raazy, Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin Al Hasan bin Al Husain
At Taymiy. 1420 H. Mafaatih Al Ghayb. Beirut: Daar Ihyaa At Turaats Al Araby.
As Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdillah. 1414 H. Fathu Al
Qadiir. Damaskus: Daar Ibni Katsiir.
At Thabary, Abu Ja’far. 2000. Jaami’u Al Bayaan fii Ta’wiili Al Quraan. Tanpa
kota: Muassasatu Ar Risaalatu.
DokterSehat. Tanpa Tahun. 8 Manfaat Minyak Zaitun untuk Kesehatan
Tubuh. [Internet]. Diakses dari: doktersehat.com/manfaat-minyak-zaitun/
Ibnu Abbas, Abdullah. Tanpa Tahun. Tanwiiri Al Miqbaas min Tafsiiri Ibni
Abbas. Libanon: Daar Al Kutub Al ‘Ilmiyyah.
Ibnu Athiyyah, Abu Muhammad Abdi Al Haqq bin Ghalub bin Abdi Ar
Rahman bin Tamam. 1422 H. Al Muharrar Al Wajiiz fii Tafsiiri Al Kitaabi Al Aziizi.
Beirut: Daar Al Kutub Al ‘Ilmiyyah.
Ibnu Katsir, Abu Al Fidaa Ismail bin Umar. 1988. Al Bidayah wa An Nihayah.
Tanpa kota: Daar Ihyaa At Turaats.
Ievoolme. 2019. Manfaat Buah tin Si “Buah Surga” untuk Kesehatan Tubuh.
[Internet] Diakses dari: eivoolme.com/manfaat-buah-tin/
Shabrina, Andisa. 2017. 4 Manfaat Makan Buah Zaitun untuk Kesehatan.
[Internet]. Diakses dari: hellosehat.com/manfaat-buah-zaitun-langsung-
makan/amp/
BIODATA PENULIS
Yovie Kyu seorang penulis kelahiran Bandung, anak
kedua dari H. Komarudin dan Rohanah. Menyelesaikan studi
bahasa Arab dan studi Islam di Ma’had Al Imarat Bandung
tahun 2010 dan program takmili di LIPIA Jakarta yang
merupakan cabang dari Universitas Muhammad Ibnu Saud,
Riyadh, Arab Saudi. Penerima beasiswa dari Asia Muslim
Charity Foundation, Uni Emirat Arab, untuk menyelesaikan
pendidikan S1 Syariah Al Ahwal As Syakhsiyyah di Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) dan lulus tahun 2015.
Diamanahi untuk mengelola sebuah komunitas penulis muslim, Q-Writing
Consulting sejak tahun 2015. Beberapa karya buku yang telah diterbitkannya
antara lain:
1. Mau Temenan Ama Setan? (Diva Press, De Teens, 2014)
2. Super Slide Master (Elex Media Komputindo, 2014)
3. From Hijrah Till Jannah (Rasibooks, 2017)
4. Gue After Die (Muezza, 2017)
5. Hijab Terpendam Rona Terbenam (Guepedia, 2018)
Beberapa karya buku digitalnya bisa diakses secara gratis di Google
Playbooks, seperti “Masih Mau Digombalin Jin?” (2015) dan beberapa buku
cerita untuk anak-anak. Silakan kunjungi instagramnya @yoviekyu atau email:
yoviekyu@gmail.com
Berkebun Tin di dunia
Raih keberkahan hingga ke surga-Nya

Kavling Buah Tin

Anda mungkin juga menyukai