Anda di halaman 1dari 3

Rahman Salahuddin / 2017 4350 2212

S1N
Bahasa Indonesia

Judul : Ipung
Penulis : Prie GS
Penerbit : Penerbit Republika

SINOPSIS
Novel ini memuat cerita tentang seorang anak desa, Ipung. Ipung adalah seorang
remaja kerempeng yang udik dan berlatar belakang keluarga miskin di sebuah desa bernama
Kepatihan, Solo. Ayahnya sudah lama meninggal, sehingga ia hidup bersama Minarni, sang
Ibunda dan Lik Wur, adik ibunya yang berusia 35 tahunan. Lik Wur terkenal sebagai pribadi
yang kocak, penuh humor dalam keseharian di tengah kesederhanaan hidup keluarganya.
Karena kecerdasan Ipung, dia berhasil bersekolah di sekolah yang sangat ternama di
Semarang, yaitu SMA Budi Luhur. Untuk itu, dia rela kos di kota. SMA Budi Luhur adalah
gudangnya anak orang kaya. Deretan mobil mewah di parkiran adalah kendaraan para siswa
di sekolah itu. Sementara Ipung, memarkir sepeda tua satu-satunya di parkiran motor dengan
tanpa ada rasa minder maupun rendah diri sedikitpun. Pak Bakrie, adalah guru yang
merangkap wakil kepala sekolah di Budi Luhur. Beliau adalah guru yang terkenal galak dan
menjaga kewibawaan dengan sangat hati-hati.
Pada hari pertama Ipung masuk sekolah, semua siswa sudah mengumpulkan segala
hormat dan taat pada guru yang sejak MOS ( Masa Orientasi Sekolah ) telah menunjukkan
sifat sok galaknya. Ipung merasa kesal melihatnya. Tapi tak satupun siswa yang dapat
memperlihatkan sikap tidak tegang di hari itu. Ipung tidak tahan dengan ketegangan yang
terjadi di kelasnya, sehingga dia melakukan sesuatu kepada Pak Bakrie yang akhirnya dapat
mencairkan suasana. Hal yang tak pernah Pak Bakrie alami selama mengajar di sekolah
tersebut. Pak Bakrie, guru yang tak pernah hafal nama ratusan muridnya, di kemudian hari
jadi selalu teringat dengan seorang murid bernama Ipung. Dimulai dari kesan pertama itulah
Ipung menjadi terkenal tidak hanya di kelas, tapi hingga ke kelas-kelas lainnya. Sekolah ini
memiliki 3 kelas unggulan dan Ipung termasuk salah satu dari siswa di kelas tersebut. Disana
Ipung tertarik kepada seorang gadis yang bernama Paulin, Ipung mengagumi Paulin karena
keindahan matanya. Tanpa diketahui Ipung, ternyata Paulin juga mengaguminya, karena
Ipung bisa mencairkan suasana kelas dari ketegangan yang di akibatkan olehPak Bakrie.
Kepopuleran Ipung semakin hari betambah karena tingkah lakunya dan itu semakin
membuat Paulin jatuh cinta kepada Ipung. Suatu pagi Paulin berangkat sekolah tidak
melewati jalan yang biasanya dilalui, tetapi dia melewati jalan yang biasa dilalui oleh Ipung.
Paulin ingin menunjukan kepada Ipung bahwa ia mencintainya. Tapi usahanya gagal, karena
Ipung tetap acuh oleh bunyi klakson mobil yang dibunyikan oleh Pak Dal, supir Paulin. Hal
itu tidak membuat Paulin menyerah, dia meminta Pak Dal untuk putar balik, dan usaha kedua
juga gagal, akhirnya Paulin menemukan cara terakhir yaitu pura-pura mencari sesuatu di
bagasi mobilnya agar menarik perhatian Ipung. Tetapi Ipung malah berhenti disebuah warung
rokok dan mengobrol dengan pemilik warung. Hal itu membuat Paulin merasa marah dan
langsung pergi menuju sekolah. Tanpa Paulin sadari ternyata dari tadi Ipung telah menyadari
bahwa Paulin membuntutinya, dia juga sengaja berhenti di penjual rokok agar Paulin tidak
mengetahui bahwa dia sedang gemetar.
Sesampainya di sekolah ternyata Ipung dan Paulin terlambat. Hal ini membuat Gredo
yang menyukai Paulin merasa iri, lalu dia merencanakan sesuatu untuk memberi peringatan
pada Ipung. Sepulang sekolah Ipung menuju tempat parkir dan dia melihat sepedanya telah
hancur. Di tempat itu juga ada Pak Bakrie yang menyaksikan kondisi sepeda Ipung, dengan
marah Ipung meminta ijin untuk berkelahi kepada Pak Bakrie. Ipung langsung memburu
Gredo yang ia yakini satu-satunya orang yang berani merusak sepedanya. Tanpa ampun
Ipung memukuli Gredo dan teman-temannya. Di tempat lain Paulin menyaksikan kejadian itu
dengan isak tangis, tanpa pikir panjang Paulin menghampiri Ipung dan menyandarkan
tubuhnya di lengan Ipung, detik itu juga Ipung berhenti memukuli Gredo. Nama Ipung justru
makin meroket, mengalahkan popularitas nama sekolah unggulan itu sendiri. Ipung masuk
majalah remaja populer, lebih dari itu Ipung diterima menjadi reporter majalah MM. Dari
kegiatan sebagai reporter inilah Ipung akhirnya bisa membiayai sekolahnya sendiri, bahkan
mengirimkan wesel untuk orang tuanya. Tak mengherankan bila akhirnya beberapa temannya
ada yang merasa iri. Bahkan menghasut teman-teman yang lainnya untuk mempermalukan
Ipung di depan umum.
Suatu hari Paulin mengajak Ipung kerumah orang tuanya, disana Paulin mengenalkan
Ipung sebagai kekasihnya bukan temannya. Hal itu membuat orang tua Paulin kaget, karena
ini baru pertamakalinya Paulin memperkenalkan lelaki sebagai kekasih bukan teman. Orang
tua Paulin tidak langsung setuju, mereka menguji ketahanan Ipung. Dan alhasil orang tua
Paulin pun pasrah akan pilihan anak semata wayangnya. Marjikun merasa iri terhadap
kepopuleran Ipung, dia lalu mengajak teman-teman dari kelas biasa untuk menyidang Ipung.
Ipung mengetahui hal itu, dia bersedia di sidang asalkan pada malam hari. Rencana itu
akhirnya berlangsung. Ipung di tempatkan di mimbar dan diberi pertanyaan seperti terpidana.
Gredo memanfaatkan kejadian ini untuk menjatuhkan Ipung. tetapi dengan kecerdikan Ipung,
dia berhasil membalikan keadaan. Hal ini membuat Paulin merasa terharu dan semakin
mencintai Ipung.
Beberapa hari kemudian, terdengar bahwa salah satu warung di SMA Budi Luhur
akan digusur . Pemilik warung yaitu Pak Rajab memohon kepada Ipung agar warungnya
tidak digusur dengan cara Ipung yang meminta ke Kepala Sekolah. Ipung mengatakan bahwa
sangat sulit untuk menuruti permintaan Pak Rajab karena yang diminta bukan hanya Kepala
Sekolah namun Yayasan juga. Pak Rajab marah karena ternyata Ipung tidak bisa membantu,
sambil berlalu dia mengucapkan sumpah serapah untuk sekolah dan yayasan. Keesokan
paginya Pak Rajab nekat merusak warungnya, banyak murid dan guru-guru kaget dengan
keputusannya. Marjikun yang melihat hal itu segera bertindak, dia mengajak teman-temanya
untuk membantu membongkar warung Pak Rajab. Ipung berusaha menghentikan usaha
Marjikun dan teman-temannya, tetapi usahanya tidak berhasil. Minggu pagi Ipung dan Paulin
ke rumah Pak Bakrie untuk membahas tentang warung Pak Rajab. Ipung menunjukan bukti-
bukti tentang akan adanya pembangunan kantin sekolah. Segera Pak Bakrie menuju ke rumah
Pak Hasan unutuk menunjukan bukti kaset rekaman tentang rahasia kantin baru. Setelah
pertemuan tersebut akhirnya pembangunan kantin dibatalkan. Kabar gagalnya pembangunan
kantin disampaikan langsung oleh Pak Bahrun. Marjikun tidak tahan untuk berbuat onar lagi,
segera ia berlari menuju rumah Pak Rajab untuk memberi tahu tentang kabar ini.
Pada saat libur sekolah akan datang, Ipung mengirim surat kepada ibunya yang
mengabarkan bahwa ia akan pulang satu minggu sebelum lebaran tiba tepatnya ketika
sekolah libur. Kabar ini membuat ibunya bahagia tapi tidak untuk Paulin. Liburannya akan
terasa membosankan karena Ipung pasti akan pulang. Orang tua Paulin mengajaknya untuk
berlibur ke Singapura, tetapi Paulin menolaknya. Paulin sangat ingin merasakan lebaran di
Kepatihan bersama Ipung dan keluarganya, tetapi Ipung menolak untuk mengajaknya. Ipung
berangkat sendirian, namun setiba di kampung Ipung menemui Paulin di desa itu. Ipung
menyuruh Paulin kembali ke kota namun paulin menolaknya. Ipung menyadari bahwa orang
tuanya pasti tidak akan tinggal diam. Namun dengan terpaksa Ipung menerima Paulin di
rumahnya. Di Semarang orang tua Paulin khawatir karena anaknya tiga hari tidak ada di
rumah, mereka memarahi Pak dal habis-habisan. Saat mereka sedang memarahi Pak Dal,
tiba-tiba teleponnya berdering, dan yang menelepon ternyata Pak Bakrie. Pak Bakrie
memberi tahu bahwa Paulin nekat ke rumah Ipung dan Ipung tidak mau pulang ke Semarang
karena Paulin sedang berada di rumahnya. Dengan segera orang tua Paulin menuju rumah
Pak Bakrie. Sesampainya di sana, Pak Bakrie menceritakan bahwa Ipung mau pulang asalkan
orang tua Paulin yang mengantarnya, karena Ipung tidak ingin dituduh melarikan Paulin.
Orang tua Paulin pun menyetujuinya.
Pada saat malam takbiran Paulin bersama dengan keluarga Ipung pergi ke surau untuk
sholat. Pada saat itu juga orang tua Paulin sedang mencari Paulin di desa Ipung. Paulin
berjalan paling depan sendiri hingga akhirnya bertemu dengan orang tuanya. Hal ini
membuat orang tuanya kaget dan langsung memeluknya. Pelan tapi pasti orang tua Paulin
merasakan getaran yang berbeda dari biasanya. Getaran yang sulit mereka terjemahkan.

Anda mungkin juga menyukai