Anda di halaman 1dari 283

P

u
st
ak
a
Sy
ia
h
Judul Buku : Mahabbah wa rahmah

Judul Tentatif : Altar Cinta

Penulis : Habibullah Farakhzad

Penerjemah : Alam Firdaus

Penyunting : Rudy Mulyono

Proofreader : Fira Adimulya

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan

ah
dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab: 21).

PENGANTAR
i
Sy
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Segala puji bagi Allah Swt, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Sang
a
k

Junjungan dan Kekasih, Nabi Muhammad saw dan keluarganya nan suci, terutama
a

Junjungan dan Pemimpin kita Baqiyyatullâh (Imam Mahdi) di bumi.


st

Di antara nikmat besar pemberian Allah Swt kepada manusia ialah dapat mengenal-
u

Nya dan mengenal para insan pilihan-Nya, yaitu empat belas manusia suci yang
P

memiliki kedudukan tinggi. Mengenal dan mengikuti Rasulullah saw dan para washi-

nya yang mulia sangat penting dan berharga. Bahkan, para nabi besar seperti Nabi

Musa as (Kalîmullâh), Nabi Isa as (Ruhullâh) dan Nabi Ibrahim as (Khalîlullâh) pun

berada dalam lingkup naungan cahaya mereka.

Kami sangat bersyukur kepada Allah Swt, Sang Pemelihara, yang dengan penuh kasih

sayang telah mengaruniakan nikmat pengenalan itu dan nikmat lain yang tidak

terhitung, meskipun pikiran sehat kita mengatakan bahwa kita tidak layak

memperolehnya. Dalam sebuah bagian untaian doa dipanjatkan kalimat “Wahai Zat

1
yang memulai dengan memberi berbagai kenikmatan sebelum mereka pantas

mendapatkannya.”

Mengenal para wali Allah, para hamba Allah yang saleh dan para alim rabbani, yang

menjadi perantara karunia dan pembuka jalan menuju para maksum adalah nikmat

besar Allah Swt yang lain. Sungguh, hal ini merupakan bentuk perhatian dan

perlindungan khusus dari Allah Swt kepada kita.

Salah seorang dari hamba saleh yang selama bertahun-tahun memberikan perhatian

dan banyak manfaat kepada kami, dengan isyarat tertentu, berpesan agar kami dan

teman-teman bersama keluarga membentuk dan membina sebuah majelis pertemuan.

ah
Namun selama beberapa waktu pula saya tidak menanggapinya dengan serius. Hingga

i
ketika suatu saat sang alim rabbani itu kembali menekankan pesan tersebut,
Sy
muncullah sebuah kesan yang membuat saya berketetapan hati untuk segera

membangun majelis pertemuan bersama teman-teman. Dan ini merupakan taufik bagi
a
k

saya.
a

Dalam majelis pertemuan mingguan itu, yang telah berlangsung beberapa tahun,
st

dibahas berbagai macam tema. Salah satu kesepakatan yang kami peroleh setelah
u

melewati berbagai diskusi dari setiap pertemuan tersebut ialah keputusan untuk
P

mempelajari sejarah hidup Rasulullah saw, sang khairul bariyyah, dan Ahlulbaitnya.

Mudah-mudahan dari pengalaman itu, dengan bersandar pada ayat Al-Quran yang

menegaskan bahwa “sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu…” terbuka pemahaman atas sejarah hidup mereka dan selanjutnya

menjadi jalan untuk dapat mengikuti mereka dalam seluruh dimensi kehidupan serta

kita dapat menjalankan apa yang diperintahkan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib

2
as, “Ikuti jalan Nabi-Mu karena dia sebaik-baik jalan dan ikuti perilakunya

(sunahnya) karena dia perilaku yang paling memberi petunjuk.” 1

Amirul Mukminin Ali as juga menyatakan, “Ikuti Nabimu yang suci, karena

perilakunya merupakan suri teladan yang baik bagi yang mengikutinya dan nasab

yang tinggi bagi orang yang menisbatkan diri kepadanya. Dan hamba yang paling

dicintai Allah adalah yang menjadikan Nabi-Nya sebagai suri teladan dengan

mengikuti jejak langkahnya.” 2

Alhamdulillah, dengan bantuan Allah Swt kami dapat mempelajari sejarah hidup

Rasulullah saw dan para Ahlulbaitnya. Perlu diketahui, pada saat kami membahas

ah
sisi-sisi akhlak, spiritualitas, irfân, dan nasihat, yang diambil dari hadis dan sejarah

i
hidup para insan suci itu, kami juga memetik banyak pelajaran berharga selama
Sy
bergaul dengan hamba-hamba saleh atau alim rabbani, yang juga bisa digapai oleh

setiap orang. Jika dalam pembahasan ini ada kebaikan dan kesempurnaan maka semua
a
k

itu berasal dari karunia dan pertolongan Allah Swt dan empat belas manusia suci as.
a

Dalam Ziarah al-Jami’ah disebutkan, “Jika kebaikan disebut maka engkaulah


st

(Ahlulbait) akarnya, cabangnya, sumbernya, tempatnya, dan batas akhirnya.” 3


u

Mengingat beberapa orang teman mendesak agar substansi dari pembahasan-


P

pembahasan itu dibukukan dan diterbitkan, maka dengan pertolongan Allah Swt pula

kami dapat mengetengahkan berbagai pembahasan menarik dalam bentuk yang tersaji

di hadapan Anda ini.

Pada akhir Pengantar ini, saya merasa perlu juga menyampaikan beberapa hal:

Pertama, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada semua teman yang telah

bekerja keras menyusun, mencetak dan menerbitkan kumpulan bahasan ini, terutama

1
Nahj al-Balaghah, Khotbah 110.
2
Nahj al-Balaghah, Khotbah 160.
3
Ziyarah- e Jamieh, dalam Mafâtîh al-Jinân.

3
kepada Hujjatul Islam Wal Muslimin Agha Asadi yang memikul tanggung jawab

penyusunan dan pengeditannya.

Kedua, insya Allah, dengan pertolongan Allah Swt, buku lain yang berisi kumpulan

pembahasan dengan judul “Sejarah Hidup Nabi Muhammad saw” akan diterbitkan

dalam beberapa jilid.

Ketiga, manakala para pembaca budiman menelaah isi buku ini dengan seksama, kami

berharap terbuka cakrawala pandangan baru dan dapat membuka jalan terdekat

menuju Allah yang menjadi harapan kaum salihin. “Ya Allah, bawa kami ke jalan

menuju-Mu dan bimbing kami ke jalan terdekat ke arah-Mu.” 4

ah
Keempat, pada bagian akhir buku, kami sengaja menyajikan secara ringkas riwayat

i
hidup para tokoh yang namanya disebutkan dalam buku ini, demi mengenalkan
Sy
mereka kepada para pembaca sekalian.

Akhirnya, kami berharap dan senang bila para pembaca dapat memberikan masukan
a
k

dan kritikan yang membangun sehingga dapat membantu kami untuk lebih baik lagi
a

dalam menyajikan kumpulan pembahasan-pembahasan kami.


st

Wassalamu ‘alaikum
u

Habibullah Farakhzad
P

Masyhad Muqaddas, 17 Shafar 1429 H.

-1-

Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang mengikuti Nabi-Nya (Ali bin Abi

Thalib).

Dua Pilar Agama

4
“Munâjât al-Murîdîn”, dalam Mafâtîh al-Jinân.

4
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as menyampaikan beberapa wasiat pada hari

kedua puluh bulan Ramadhan—setelah peristiwa penikaman Abdurrahman bin

Muljam pada dirinya—yang antara lain tercatat di surat kedua puluh tiga dalam kitab

Nahj al-Balaghah.

Dalam kondisi terluka, Amirul Mukminin Ali as menyampaikan dua hal penting:

“Adapun wasiatku kepadamu, hendaknya engkau jangan menyekutukan Allah

dengan sesuatu selain-Nya, dan agar kalian selalu mengikuti jejak Muhammad

saw dengan tidak menelantarkan sunnah-nya. Tegakkanlah dua pilar ini dan

nyalakanlah dua pelita ini. Sungguh, setelah itu kalian tidak akan takut lagi

ah
terhadap berbagai kecaman.”

i
Yang dimaksud dengan, pertama, jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu yang
Sy
lain ialah hendaknya setiap manusia hanya menjadi penyembah Allah saja, bukan

penyembah manusia yang lain, atau penyembah berhala, atau penyembah hawa nafsu.
a
k

Pesan pertama ini merupakan urusan paling penting dan terutama yang menaungi
a

seluruh kebaikan manusia. Selama seseorang tidak berada di jalan tauhid (kemurnian
st

dalam menyembah Allah Swt) maka karunia dan pertolongan khusus Allah Swt tidak
u

akan pernah menghampirinya. Setiap manusia, bahkan sekalipun ia seorang Yahudi


P

atau penyembah berhala, tatkala menghadapi jalan buntu dalam kehidupan, tetapi

kemudian menyingkirkan berhalanya dan memutuskan hubungan penyembahan atau

pengabdian terhadap segala sesuatu selain Allah Swt maka Allah Swt akan meliputi

orang tersebut dengan rahmat-Nya.

Sesungguhnya, para nabi (salam atas mereka) datang untuk misi penting ini. Yakni,

untuk memberantas kemusyrikan dan penyembahan pada berhala, serta membimbing

manusia agar tidak menyekutukan Sang Pencipta dan Pemelihara dengan suatu apa

pun. Para nabi menghampiri manusia untuk menuntun mereka agar selalu berada

5
dalam pemurnian pengabdian kepada Allah Swt dan jalan kesempurnaan manusia.

Inilah yang menjadi dasar dari wasiat Amirul Mukminin Ali as tatkala mengatakan,

“Hendaknya engkau jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya.”

Kedua, Imam Ali as juga menekankan agar setiap manusia selalu mengikuti jejak dan

tidak menelantarkan sunah Nabi Muhammad saw, sebagai kaitan yang terhubung

langsung dengan yang pertama. Sehingga dengan pernyataan, “… dan agar kalian

selalu mengikuti jejak Muhammad saw dan tidak menerlantarkan sunahnya…,”

tersebut, maka menjadi terpenuhi dua pilar penting, terbina dua tiang rumah

kesempurnaan. Itulah dua pelita penunjuk.

ah
Jika seseorang memiliki keyakinan murni terhadap keesaan Allah Swt dan mengikuti

i
sunah Nabi Muhammad saw maka semua perbuatannya akan benar, baik, dan indah.
Sy
Dia yang mengikuti sunah Nabi saw berarti tengah bercara hidup lurus (hanif) dan

menggapai kehidupan yang bersih. Sunah Nabi saw —baik yang besar maupun yang
a
k

kecil— merupakan cara dan jalan hidup yang paling baik.


a

Sebagai salah satu contoh, bahwa Nabi Muhammad saw senantiasa memberi salam
st

kepada semua orang. Artinya, kita pun hendaknya berperilaku yang sama, yakni
u

membiasakan diri untuk menyampaikan salam kepada orang lain.


P

Memberi Salam dan Sikap Tawadhu

Mungkin banyak orang menganggap bahwa kebiasaan memberi salam adalah sesuatu

yang biasa-biasa saja. Padahal sesungguhnya perilaku ini memberi bekas dan berkah

yang mengagumkan bagi yang dapat menunaikannya. Dalam sebuah hadis dikatakan,

“Seseorang yang memberi salam lebih dahulu akan terbebas dari sifat sombong.” 5

Orang sombong sangat sulit memberi salam kepada orang lain. Si sombong mungkin

berkata, “Aku ini lebih baik darimu, kamu itu siapa!” Padahal, boleh jadi, orang yang

5
Mizân al-Hikmah, jil.2, hal.1349, Hadis 8848.

6
dianggap lebih rendah itu sebenarnya justru lebih baik. Mungkin saja ada orang yang

secara lahiriah dianggap buruk dan suka berbuat dosa, tetapi kemudian dia berubah

menjadi baik dan bertobat (husnul khâthimah).

Perilaku memberi salam terlebih dahulu adalah cara untuk memerangi sifat sombong

dan sifat merasa diri lebih baik dari orang lain. Imam Ja`far Shadiq as berkata,

“Termasuk sikap tawadhu (rendah hati) ialah memberi salam kepada orang yang

engkau jumpai.” 6

Mengikuti sunah Nabi Muhammad saw yang tampak sederhana ini ternyata bisa

menjaga seseorang dari sifat sombong. Perilaku Nabi Allah saw inilah yang mampu

ah
mengubah dinamika sosial, bahkan gejolak alam. Kita mungkin pernah mendengar

i
cerita tentang seorang Yahudi yang selalu melempari Nabi Muhammad saw dengan
Sy
tanah saat melintas di jalan tertentu. Suatu hari Nabi saw tak merasakan lemparan dan

mendengar kabar bahwa si pelempar sakit. Mendengar itu Nabi saw segera
a
k

menjenguknya.
a

Bagaimanakah jika hal itu yang terjadi pada kita? Mungkin kita akan mengatakan,
st

semoga Tuhan cepat membinasakannya. Tetapi Nabi saw, malah datang menemuinya.
u

Kita mungkin tidak sanggup menunaikan kelembutan seperti yang dilakukan Nabi
P

saw, seperti memberi salam kepada orang Yahudi itu. Kadang-kadang kita mungkin

juga merasa begitu berat menyampaikan salam secara tulus kepada sanak famili,

tetangga, para pembeli, dan kepada teman-teman kita.

Sudah semestinya, seorang Muslim yakin bahwa siapa pun yang mengikuti perilaku

Nabi Muhammad saw dengan benar akan berkumpul bersama orang-orang yang

selamat. Karena suatu sikap atau perilaku Nabi saw yang diikuti sebagai sunah itu

berpengaruh dalam diri seseorang tidak ubahnya seperti rantai yang saling

6
Bihâr al-Anwâr, jil.72, hal.120, Hadis 9.

7
menyambung. Sebagai contoh, jika kita mengikuti sunah memberi salam terlebih

dahulu kepada orang lain, maka sifat sombong akan lenyap dari diri kita dan

selanjutnya kita akan menjadi orang yang rendah hati. Dan oleh karena sikap rendah

hati (tawadhu) itulah Allah Swt akan meninggikan derajat seseorang.

Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seseorang bersikap rendah hati (tawadhu)

melainkan pasti Allah akan meninggikan derajatnya.” 7

Juga diriwayatkan bahwa Imam Hasan Askari as pernah berkata, “Seseorang yang

bersikap tawadhu di hadapan saudara seagamanya maka Allah akan menempatkannya

pada derajat shiddiqin.”

ah
Dan dalam riwayat lain: “Siapa yang bersikap tawadhu dalam urusan dunia di

i
hadapan saudara seagamanya maka di sisi Allah ia termasuk kalangan shiddiqin dan
Sy
pengikut setia Ali bin Abi Thalib as.” 8

Subhanallah! Dengan mengikuti satu saja dari sunah Nabi Muhammad saw ternyata
a
k

dapat meninggikan derajat seseorang hingga ia ditempatkan pada maqam kalangan


a

shiddiqin, dan dimasukkan ke dalam golongan pengikut setia Amirul Mukminin Ali
st

as, yang merupakan kedudukan sangat tinggi.


u

Mengikuti Sunah Nabi saw


P

Berkenaan dengan mengikuti perilaku atau sunah Nabi Muhammad saw, Amirul

Mukminin Ali as berkata, “Hamba yang paling dicintai Allah Swt adalah yang

mengikuti sunah Nabi-Nya.” 9

Sebagai seorang yang tunduk (muslim) sudah sepatutnya menyatakan, “Karena

Rasulullah saw melakukan perbuatan ini maka saya pun melakukannya!” Artinya, kita

memang harus mempraktikkan sunah Nabi saw, mengikuti jejak langkahnya, dan

meniru tingkah lakunya. Menyerupai sesuatu, bahkan meskipun itu pura-pura, tetap
7
Bihâr al-Anwâr, jil.72, hal.120, Hadis 7, menukil dari kitab al-Amâlî Syekh Thusi.
8
Bihâr al-Anwâr, jil.72, hal.117, Hadis 1.
9
Nahj al-Balaghah, Khotbah 160.

8
memberi pengaruh. Bukankah Maksumin as berkata, “Jika kalian tidak dapat

menangis untuk Imam Husain as maka berpura-puralah menangis!” Berpura-pura

menangis tetaplah pura-pura. Tapi meskipun perbuatan ini tidak muncul dari dalam

jiwa seseorang, ia tetap memberikan pengaruh. Apabila sekali lagi secara jujur kita

melihat lebih dalam, bukankah sebagian besar amal ibadah kita pun termasuk pura-

pura; dalam melakukan shalat, kita pura-pura shalat; ketika berpuasa kita pun pura-

pura puasa, tatkala membaca doa, dan berbagai rutinitas amaliah kita yang lain.

Yakni, benarkah amaliah tersebut sudah kita murnikan dari selain Allah Swt? Namun

demikian, semua itu tetap memberi pengaruh kepada kita.

ah
Pelawak Fir’aun memerankan dirinya sebagai Nabi Musa as di hadapan Fir’aun

i
hingga membuat Fir’aun tertawa, dan karena penyerupaan lahiriah itu, ia selamat dari
Sy
kebinasaan.

Sifat-sifat Baik Fir’aun


a
k

Fir’aun memiliki beberapa sifat baik. Diriwayatkan dari Amirul Mukminin as bahwa
a

Allah Swt memberi tenggang waktu empat ratus tahun kepada Fir’aun karena sifat
st

baiknya itu. Kita tahu, sebagian orang bahkan lebih buruk dari Fir’aun.
u

Di antara sifat baik Fir`aun ialah menaruh tulisan “Bismillahirrahmanirrahim”


P

(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang) di atas pintu

rumahnya. Jika di depan masyarakat umum dia berkata, “Aku tuhan kalian yang

paling tinggi” (QS An-Nazi`at: 24), tetapi secara diam-diam dia sering menanggalkan

baju kebesarannya dan merintih di hadapan Tuhan yang Mahakuasa.

Perbuatan baik Fir`aun lainnya ialah suka memberi makan kepada orang lain. Dia

memerintahkan para juru masaknya mengolah makanan tertentu untuk diberikan

kepada masyarakat. Dari satu sisi dia seorang yang zalim dan durjana namun di sisi

9
lain dia suka memberi. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, “Karena

perbuatan-perbuatan baiknya itu ia berumur panjang.” 10

Dalam hadis lain dikatakan: “Siapa saja yang melakukan kebaikan, baik Muslim

maupun kafir, maka Allah akan memberinya ganjaran (kebaikan pula).” 11

Beberapa perbuatan memiliki pengaruh yang wadh`i, dan syaratnya bukan iman dan

Islam. Seperti menangis untuk Imam Husain bin Ali as. Apabila seorang kafir juga

ikut menangis untuk musibah yang menimpa Imam Husain as ––dalam riwayat dan

peristiwa Karbala pada 10 Muharam atau Asyura–– tentu ada pengaruhnya, meskipun

mungkin sekali pengaruhnya lebih sedikit. Setiap perbuatan baik selalu berpengaruh

ah
bagi si pelaku, baik yang melakukannya mukmin atau kafir. Tetapi, bagi orang kafir

i
pengaruhnya berupa pengaruh duniawi, seperti hartanya bertambah banyak, dijauhkan
Sy
dari musibah dunia, dan hal-hal duniawi yang lain.

Allah Swt berfirman, Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula) (QS ar-
a
k

Rahman: 60). Dan berkenaan dengan ayat yang mulia ini, Imam Ja`far Shadiq as
a

berkata, “Ayat ini berlaku bagi orang kafir dan orang mukmin, bagi orang saleh dan
st

orang fasik.” 12
u

Artinya, jika seorang kafir berbuat baik, maka kebaikan perbuatan tersebut akan
P

memberi pengaruh nyata padanya. Oleh karena Fir`aun suka memberi makanan

kepada penduduk di sekitarnya, maka dia berumur panjang. Pada episode terakhir

riwayatnya disebutkan: ketika itu beberapa hari dapur istana Fir’aun tak lagi

mengolah makanan untuk diberikan kepada orang-orang. Malaikat Jibril turun

menghapus tulisan Bismillâhirrahmânirrahîm dari atas pintu rumahnya. Dan itu

berarti si raja Mesir ini keluar dari naungan kasih sayang Allah Swt. Keesokan

harinya, Fir’aun tenggelam di lautan.


10
Rangga Rang, juz 2, hal. 115.
11
“Piyambar e Akram saw”, dalam Mizan al-Hikmah, jil.1, hal.352, Hadis 2213.
12
Tafsir Nur ats-Tsaqalain, juz 5, hal.199, Hadis 58.

10
Di antara kebaikan Fir’aun yang lain ialah mempunyai sifat pencemburu. Dia tidak

pernah membiarkan keluarganya menjadi bahan atau objek tatapan mata orang lain.

Kebaikan Fir’aun yang lain lagi adalah dia dapat ditemui secara langsung oleh orang

yang punya keperluan dengannya (sahl al-hijâb). 13 Fir’aun bukan raja yang sulit

ditemui oleh rakyatnya.

Tetapi jika kita melihat zaman sekarang, beberapa orang pejabat justru sangat susah

ditemui. Bahkan ada yang harus ditunggu berminggu-minggu untuk bisa ditemui

tanpa sebab dan alasan yang penting. Jika demikian, maka apakah kita perlu menjadi

orang kurang waras sehingga harus datang ke rumah ahli dunia! Untuk dapat

ah
menemui ahli dunia kita harus duduk menunggu giliran. Itu pun belum tentu

diterimanya.
i
Sy
Sementara pada Allah Swt, kapan saja ingin menemui-Nya maka kita dapat bertemu

dan berbicara dengan-Nya tanpa harus menunggu giliran. Karena itu, datanglah ke
a
k

hadapan Allah Swt dan Imam Zaman (ajjallahu farajahus-syarif). Kapan dan di mana
a

saja, kita dapat menemui Allah Swt dan berbincang dengan-Nya. Siang-malam Dia
st

jaga, siap sedia, dan selalu menjawab, serta menerima setiap permohonan manusia.
u

Rasulullah saw dan para Imam Maksum as—meskipun sedang tidur—tetap menjawab
P

permohonan kita. Apakah jika seseorang memanggil Imam Zaman as di tengah

malam, beliau tidak akan menjawabnya? Sementara Amirul Mukminin as telah

menegaskan: “Sesungguhnya yang mati dari kami tidak mati, yang gaib dari kami

tidak gaib, dan yang terbunuh dari kami tidak terbunuh.” 14

Fir’aun adalah seorang raja yang mudah ditemui. Oleh karena itu, Nabi Musa as yang

kala itu seorang penggembala ternak, dengan mengenakan pakaian penggembala,

datang bersama Nabi Harun as menemui Fir’aun —seorang raja yang berkata “Aku

13
Bihar al-Anwar, jil.13, hal.129.
14
Bihar al-Anwar, jil.26, hal.6.

11
tuhanmu yang paling tinggi.” Sebenarnya, bukan hanya Fir`aun yang menyatakan

kata-kata sombong ini, orang lain pun mengatakan hal yang sama meskipun dengan

bahasa yang berbeda. Salah seorang alim rabbani memberi gambaran dalam majelis

kami dengan mengatakan: Bukan hanya Manshur al-Hallaj yang mengatakan “Akulah

kebenaran” (ana al-Haqq), semua orang pun mengatakan hal yang sama. Sampai saat

ini tidak ditemui seorang pun yang berkata “Akulah kebatilan”, semua mengatakan

“Akulah kebenaran”.

Dapat dibayangkan bagaimana reaksi seorang yang mengaku sebagai tuhan dan selalu

dikelilingi oleh para punggawa itu didatangi seorang penggembala yang berkata

ah
kepadanya, “Berimanlah kepadaku!” Amirul Mukminin Ali as menggambarkan

i
kedatangan Nabi Musa dan Nabi Harun (salam atas mereka) menemui Fir’aun dengan
Sy
pakaian penggembala sebagai berikut.

“Musa bin Imran dan saudaranya Harun datang menemui Fir’aun dengan
a
k

mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba dan masing-masing


a

membawa tongkat. Keduanya berkata, jika dia tunduk kepada perintah Tuhan
st

maka kerajaannya akan tetap berdiri dan pemerintahannya akan terus


u

berlangsung. Fir’aun berkata kepada hadirin, “Apakah kalian tidak heran


P

dengan kedua orang ini. Bagaimana keduanya memberi syarat kepadaku

bahwa kelangsungan kerajaan dan kemuliaanku bersandar kepada mereka

sementara mereka sendiri miskin!” 15

Seorang penggembala dengan keadaan seperti itu menyeru Fir’aun yang mengaku

sebagai tuhan dengan ucapan, “Berimanlah kepadaku!” Para pembantu Fir’aun

tertawa dan mengejek melihat pemandangan ini. Sehingga pelawak Fir’aun pun

menjadikan pemandangan tersebut sebagai bahan lawakan. Tak jarang si pelawak

15
Nahj al-Balaghah, Khotbah 192.

12
mengenakan pakaian seperti pakaian yang dikenakan Sang Kalimullah dan

memerankan dirinya sebagai Nabi Musa as, lalu masuk ke majelis Fir’aun dan

berkata, “Berimanlah kalian kepadaku.” Melihat tingkah polah seperti itu, semua yang

ada di ruangan pun tertawa. Sebuah riwayat menyebutkan, tatkala Fir’aun dan para

pembantunya tenggelam di laut, si pelawak Fir’aun itu selamat.

Nabi Musa as bertanya kepada Allah Swt, “Mengapa Engkau tidak menenggelamkan

pelawak ini?” Allah Swt menjawab, “Karena dia telah memerankan dirinya sebagai

Kalimullah, maka dia selamat.”

Dengan demikian, memerankan atau menyerupakan diri pada kebaikan juga bisa

ah
berpengaruh. Jika seseorang memerankan sesuatu hendaknya dia memerankan tokoh

i
yang baik. Jangan sampai dalam drama tragedi Karbala atau Asyura, atau 10
Sy
Muharam, misalnya, dia memerankan tokoh Syimir bin Dziljausyan, karena bisa saja

peran itu memberi pengaruh negatif pada dirinya.


a
k

Amirul Mukminin as berkata, “Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang
a

mengikuti perilaku Nabi-Nya.” Yaitu cara jalannya, bicaranya, cara bergaulnya, cara
st

duduk dan bangunnya, tingkah lakunya, atau, semua gerak-geriknya menyerupai


u

Rasulullah saw.
P

Semata-mata Rahmat

Perilaku penuh kasih sayang dan cinta adalah salah satu perilaku dasar Rasulullah

saw. Semestinya kita tak perlu ragu menyebutkan bahwa Rasulullah saw adalah

perwujudan kasih sayang dan cinta. Wujud diri Muhammad saw hanya dipenuhi kasih

sayang, tidak yang lain. Sebagaimana telah dijelaskan Allah Swt di dalam al-Quran,

Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam (QS al-

Anbiya: 107).

13
Dengan kata lain tujuan diutusnya Rasulullah saw hanya satu, yakni (hanya) sebagai

rahmat. Artinya, bahwa yang menjadikan risalah Rasulullah saw mengalami

kemajuan, dan masyarakat mau menerima ialah karena di dalam risalah itu

terkandung rahmat dan kasih sayang yang nyata. Allah Swt berfirman, Maka

disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berperilaku lemah lembut terhadap mereka.

Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri

dari sekelilingmu (QS Ali Imran: 159).

Rasulullah saw adalah perwujudan rahmat Allah Swt. Tidak ada sesuatu pun yang

keluar dari diri Rasulullah saw selain rahmat dan kasih sayang. Jika beliau membunuh

ah
orang kafir pun, itu adalah rahmat. Sebab, Rasulullah saw melakukannya untuk

i
mencegah keburukan. Bahkan, bagi orang-orang munafik dan setan sekalipun, sikap
Sy
dan perbuatan Rasulullah saw merupakan rahmat, karena yang dilakukan Nabi saw

jelas mengurangi peran buruk mereka.


a
k

Peringatan yang diberikan Rasulullah saw adalah rahmat, sebagaimana juga kabar
a

gembira yang disampaikannya. Amirul Mukminin as berkata: “Orang yang engkau


st

beri peringatan sama dengan orang yang engkau beri kabar gembira.” 16 Jadi, seluruh
u

peringatan yang diberikan Rasulullah saw berasal dari rahmat dan kasih sayangnya.
P

Jika orang yang kita cintai sakit, tentu kita tidak akan membiarkannya. Kita tentu akan

memberinya obat yang pahit, menyuntik, atau bahkan mengoperasinya, meskipun

semua itu tidak disukainya. Karena kasih sayang dan cinta kita tidak akan

membiarkan keadaannya memburuk atau membiarkannya melakukan hal-hal

merugikan meskipun itu diinginkan.

Zaman dahulu, jika anak tidak mau ke kamar mandi atau tidak mau minum obat maka

orang tuanya mengatakan, “Jika engkau tidak mau ke kamar mandi atau minum obat

16
Nahj al- Balaghah, hikmat 59; Ghurar al-Hikam, hal. 590.

14
maka raksasa akan datang memakanmu.” Saat itu, para ibu sering menyebut-nyebut

raksasa kepada anaknya. Mereka melakukan semua itu semata-mata karena mereka

mencintai anaknya.

Jika kita melihat ada seorang ibu memaksa dan memukul anaknya supaya mau minum

obat, apakah itu karena sayang atau marah? Secara lahiriah, ia tampak marah tetapi

sebenarnya itu bentuk kasih sayang. Dalam sebuah riwayat diceritakan, beberapa

orang kafir menjadi tawanan dengan diikat rantai. Rasulullah saw melihat ke arah

mereka lalu tersenyum. Orang-orang kafir itu berkata, “Engkau Nabi yang penuh

kasih sayang, lantas kenapa engkau merantai kami?” Rasulullah saw menjawab,

ah
“Dengan rantai itu kami ingin membawa kalian ke surga. Senyumku disebabkan

kalian ingin lari.” 17


i
Sy
Menyatukan Hati

Salah satu sifat dan perilaku utama Rasulullah saw ialah menyatukan dan
a
k

mendekatkan hati yang saling berjauhan. Seorang ulama mengatakan, “Jika dua hati
a

sudah menyatu, maka yang ketiga adalah Allah, Imam Zaman as dan seluruh kebaikan
st

alam. Tidak ada bedanya apakah itu di antara suami istri, teman, atau tetangga.”
u

Alhasil, jika dua hati sudah menyatu, maka rahmat Allah Swt akan turun kepada
P

mereka. Jika dua hati menyatu, maka semua kebaikan alam akan datang kepadanya.

Sebaliknya, jika dua hati terpisah, maka yang ketiga adalah setan dan keburukan-

keburukan alam.

Jika dua hati benar-benar sudah menjadi satu, yakni sudah tidak ada aku dan kamu,

maka kantong kita menjadi satu, harga diri kita menjadi satu, keinginan kita menjadi

satu.

17
Usud al-Ghabah, juz 3, hal. 774.

15
“Jika seseorang melukaimu, berarti dia melukai aku, begitu pula kerugian yang

menimpa aku berarti itu kerugian yang menimpamu juga. Jika engkau mendapat

kebaikan aku merasa senang, begitu pula jika aku mendapat kebaikan maka engkau

pun merasa senang. Jika kerugian menimpamu maka aku bersedih, begitu juga jika

kerugian menimpaku maka engkau merasa sedih.”

Ini adalah sesuatu yang sangat penting dalam pribadi seseorang dan perkembangan

masyarakat.

Allah Swt berfirman, Mereka senantiasa berselisih pendapat kecuali orang-orang

yang diberi rahmat oleh Tuhanmu (QS Hud: 118-119). Memang demikian

ah
keadaannya. Hanya dengan rahmat Allah Swt perselisihan akan lenyap dan dua hati

i
dan banyak hati menjadi satu. Kemudian Allah Swt melanjutkan firman-Nya, … dan
Sy
untuk itulah Allah menciptakan mereka. Dalam tafsir dikatakan, bahwa Allah Swt

telah menciptakan mereka untuk rahmat (saling mengasihi) bukan untuk berselisih. 18
a
k

Menyebarnya Rahmat
a

Allah Swt ingin menyebarkan rahmat-Nya. Seorang saleh menyatakan tentang apa
st

yang dia cerap dari perkataan Ahlulbait sebagai berikut: “Para insan sempurna dan
u

orang-orang saleh yang hanya menundukkan kepala di hadapan kekayaan Allah tidak
P

butuh kepada siapa pun. Jika mereka menyuruh seseorang, maka itu semata karena

ingin menolong orang itu. Pada saat para wali Allah melewati Padang Mahsyar, maka

dia akan memberi syafaat kepada orang yang telah memberinya makanan atau

minuman atau yang telah menolongnya.”

Imam Ja`far Shadiq as meriwayatkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda,

“Manakala seorang dari Ahlulbait masuk surga, maka semua (dari kalangan) mereka

pun masuk surga.” Seseorang bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi?” Rasulullah saw

18
Tafsir Kanz ad-Daqa’iq, juz 6, hal. 260.

16
menjawab, “Orang yang masuk surga itu bisa memberi syafaat dan syafaatnya

diterima. Dia memberi syafaat bahkan kepada pelayannya dengan mengatakan,

‘Tuhanku, aku punya seorang pelayan yang selalu menjagaku dari cuaca dingin dan

panas.’ Maka pelayan itu pun mendapat syafaat.” 19

Imam Husain as tidak butuh kepada Syimir dan pasukan Umar Sa`ad. Imam Husain as

tidak butuh satu wadah air. Karena jika begitu maka dia bukan seorang Imam.

Manakala Imam Husain as berkata, “Beri aku air,” atau berkata, “Apakah ada orang

yang ingin menolongku, apakah ada orang yang ingin membantuku!?”, sebenarnya

dia ingin memberi air kepada siapa saja yang mau menolongnya, ingin memberi

ah
kebaikan kepada mereka yang membantunya, ingin agar rahmat Allah menaungi

i
mereka hingga mereka semua selamat. Mustahil tidak demikian, karena Imam Husain
Sy
as adalah manifestasi sifat Mahakaya Allah Swt, yang tidak membutuhkan sesuatu

atau seseorang.
a
k

Misi Para Nabi adalah Cinta Ilahi


a

Rangkuman atau isi dari perilaku Rasulullah saw dan para imam as adalah kasih
st

sayang, cinta, dan daya tarik. Jika dalam beberapa kasus mereka menolak maka hal itu
u

semata-mata disebabkan rasa kasih dan perlindungan. Karena memang tidak ada cara
P

lain yang lebih tepat bagi orang-orang tertentu kecuali bentuk terapi semacam itu.

Seperti untuk anggota tubuh yang terkena kanker maka tidak ada yang dapat

dilakukan terhadapnya kecuali membuangnya. Ini dilakukan atas dasar rahmat. Jika

Nabi saw atau imam as membunuh seorang kafir, maka itu pun dilakukan atas dasar

rahmat dan kasih sayang. Mereka ingin mencegah kejahatannya dan mengurangi

keburukannya.

19
Safinah al-Bihar, jil. 4, hal. 460.

17
Sesungguhnya, yang menjadi dasar aktivitas dan misi Rasulullah saw adalah

cinta. Agama Rasulullah saw adalah cinta, bukan yang lain. Imam Muhammad al-

Baqir as berkata, “Agama itu cinta dan cinta itu agama.” 20 Para nabi datang untuk

menempatkan manusia dalam kasih sayang dan cinta Allah Swt. Dalam sebuah

pembahasan diskusi kami, seorang guru berujar, “Jika ada seorang nabi yang datang

untuk memisahkan manusia dari Allah maka Allah akan menyingkirkan nabi itu.”

Mengapa Allah Swt memenjarakan Nabi Yunus as dalam perut ikan? Karena

ia cepat mengecam umatnya dan meninggalkannya. Mengapa Nabi Nuh as menangis

selama lima ratus tahun? Karena ia cepat melaknat umatnya. Sebelumnya, namanya

ah
adalah Abdulmalik, Abdulghaffar atau Abdul A`la, namun setelah menangis selama

lima ratus tahun ia dipanggil Nuh. 21


i
Setelah Nuh as melaknat umatnya hingga
Sy
semuanya tenggelam, setan datang dan berterima kasih kepadanya. Jika musuh

berterima kasih kepada seseorang maka dapat dipastikan bahwa apa yang telah
a
k

dilakukannya telah membuat si musuh senang.


a

Beberapa orang bercerita: Seorang bodoh memuji Plato. Mendengar pujian itu Plato
st

justru marah besar. Lalu orang-orang bertanya pada Plato, “Kenapa engkau marah
u

padahal dia memujimu?” Plato menjawab, “Aku tidak tahu perbuatan bodoh apa yang
P

telah aku lakukan sehingga orang bodoh itu senang.”

Jika seorang nabi cepat melaknat umatnya atau hanya sedikit membelanya maka Allah

Swt akan menegurnya atau menurunkan derajatnya. Allah Swt memenjarakan Nabi

Yunus dalam perut ikan. Dan tidak ada seorang pun penguasa yang dapat

memenjarakan seseorang dalam perut ikan. Di penjara mana pun di dunia ini

seseorang masih dapat makan dan minum, bisa berjalan, masih dapat bernapas.

Apakah kita pernah melihat orang yang dipenjara dalam perut ikan dan itu pun di

20
Tafsir Nûr ats-Tsaqalain, jil. 5, hal. 258, Hadis 49.
21
`Ilal asy-Syarayi`, hal.28, hadis 1, 2 dan 3.

18
dasar lautan? Sungguh sebuah tempat yang benar-benar diliputi kegelapan. Berada

dalam perut ikan dan di dasar samudera yang tidak ada cahaya sama sekali. Sekiranya

Nabi Yunus as tidak berseru, “Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang

yang zalim,” maka Allah akan tetap memenjarakannya di sana hingga hari kiamat.

Allah Swt berfirman, Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang

yang banyak mengingat Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai

hari berbangkit (QS. Ash-Shâffât: 143-144). Allah Swt menghukum Nabi Yunus as

sedemikian rupa ialah karena dia meninggalkan umatnya.

Bau Harum Rahmat Allah

ah
Jika kita membaca dan memerhatikan doa-doa, seperti Doa ‘Arafah, Doa Kumail, Doa

i
Abu Hamzah Tsumali dan doa-doa bulan Ramadhan maka kita dapat melihat betapa
Sy
samudera rahmat Allah begitu luas dan terbuka. Seseorang tentu tidak bisa dekat

dengan Tuhan yang telah mencelakakan ayah atau ibunya, dan karena itu dia tidak
a
k

akan pernah mengesakannya. Seseorang hanya bisa berdekatan dengan Tuhan yang
a

penuh kasih, pemaaf dan menginginkan kebaikannya. Itulah mengapa Amirul


st

Mukminin as berkata, “Aku menyembah Allah bukan karena takut kepada-Nya atau
u

karena menginginkan ganjaran-Nya, tetapi aku menyembah-Nya karena aku


P

mencintai-Nya.” Sungguh, ini sesuatu yang bernilai luar biasa.

Dalam doa Kumail kita membaca: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan

perantaraan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu.” Rahmat Allah meliputi semua

tempat dan segala sesuatu.

Betapa indah para imam (salam atas mereka) ketika mereka mengajarkan kepada kita

cara berdoa kepada Allah Swt seperti ini, “Ya Allah, jika Engkau memasukkanku ke

dalam surga maka Nabi-Mu merasa gembira, namun jika Engkau memasukkanku ke

dalam neraka Jahannam maka musuh-Mu, setan, merasa gembira. Ya Allah, aku

19
bersumpah kepada-Mu, aku tahu jika Nabi-Mu merasa gembira itu lebih baik daripada

musuh-Mu yang merasa gembira.”

Perhatikanlah bagaimana para imam menutup seluruh jalan menuju neraka Jahannam,

“Ya Allah, Engkau telah berkata di dalam Al-Quran, Dan terhadap orang yang minta-

minta, janganlah kamu menghardiknya, (QS. Adh-Dhuha: 10). Ya Allah, kami juga

orang yang meminta-minta kepada-Mu. Ya Allah, Engkau telah berkata di dalam Al-

Quran, Hendaknya kami memaafkan orang yang telah menzalimi kami. Ya Allah,

kami telah menzalimi diri kami, karena itu ampuni kami. Ya Allah, Engkau telah

berkata di dalam Al-Quran, supaya kami berbuat baik kepada hamba sahaya kami.

ah
Ya Allah, kami ini hamba sahaya-Mu, maka bebaskan kami dari neraka Jahannam.” 22

i
Semerbak wangi rahmat Allah Swt dapat tercium dari semua doa. Rahmat Allah Swt
Sy
meliputi kita semua. Bahkan, dengan berbaik sangka kepada Allah Swt, yang Maha

Pengasih dan Pemaaf, akan menyebabkan kita terbebas dari api neraka.
a
k

Berbaik Sangka kepada Allah


a

Ada sebuah hadis yang sangat mengagumkan dalam kitab Safinah al-Bihar, yang
st

diriwayatkan dari Imam Ja`far Shadiq as. Hadis itu berbunyi, “Hamba terakhir yang
u

diperintahkan Allah dimasukkan ke dalam neraka, menoleh ke belakang seperti


P

mencari sesuatu yang hilang. Kemudian, Allah Azza wa Jalla berkata, ‘Bawa dia

kembali.’ Ketika para malaikat membawanya kembali ke hadapan-Nya, Allah Swt

berkata, ‘Wahai hamba-Ku, kenapa engkau menoleh ke belakang?’ Hamba itu

menjawab, ‘Ya Allah, persangkaanku kepada-Mu tidak seperti ini.’ Allah bertanya

kembali, ‘Apa persangkaanmu kepada-Ku?’ Hamba itu menjawab, ‘Ya Allah, tadinya

aku menyangka Engkau akan mengampuni kesalahanku dan menempatkanku di

surga-Mu.’”

22
Penggalan doa “Abu Hamzah Tsumali” dalam Mafatih al-Jinan.

20
Imam Ja`far Shadiq as melanjutkan, “Kemudian Allah Swt bersumpah dengan

berkata, ‘Wahai para malaikat-Ku, demi kemuliaan-Ku, demi ketinggian-Ku, demi

nikmat-Ku, demi musibah-Ku, dan demi ketinggian kedudukan-Ku, orang ini belum

pernah sekejap pun berprasangka seperti ini kepada-Ku dalam hidupnya. Jika dia

pernah sekejap saja berprasangka seperti ini kepada-Ku dalam hidupnya niscaya Aku

tidak akan menakutinya dengan neraka. Meski begitu, beri dia ganjaran atas dustanya

dan masukkan dia ke dalam surga.” 23

Riwayat ini mengagumkan. Meskipun dia tidak benar-benar berprasangka seperti itu

dan menoleh ke belakang dengan pura-pura, namun itu telah menyebabkan dia

ah
terbebas dari api neraka. Dengan kata lain dapat dikatakan pula bahwa tetap ada nilai

i
pada orang ini, ketika dia menoleh ke belakang. Karena Allah Swt telah memberikan
Sy
satu kebaikan kepadanya.

Dalam sebuah munajat dikatakan, “Duhai Zat yang memulai dengan memberi
a

berbagai kenikmatan sebelum mereka berhak mendapatkannya.” 24 Allah Swt


a k

sedemikian baik dan pemurah sehingga prasangka baik yang pura-pura pun diterima-
st

Nya. Maka, adakah makhluk yang tidak mau berpengharapan kepada-Nya? Dan, apa
u

pantas dan mungkin kita dapat berputus asa dari rahmat-Nya dan tidak menyukai-
P

Nya?

Berharap kepada rahmat Allah Swt bukan berarti kita tidak boleh berputus asa dari

diri kita. Justru kita mesti berputus asa dari diri kita sendiri. Kita harus berputus asa

dari selain Allah Swt. Inilah jalan yang benar! Sebelum manusia sampai ke tahap

putus asa seperti ini, maka dia tidak akan sampai pada tahap pengharapan kepada

Allah Swt.

23
Safinah al-Bihar, jil. 5, hal. 390.
24
At-Tahdzib, jil. 3, hal. 84; Bihar al-Anwar, jil. 95, hal. 1198.

21
Allah Swt berfirman, Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi

(tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan,

datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami (QS Yusuf: 110).

Dalam ayat ini terkandung makna yang sangat tinggi. Para rasul telah berusaha

sedemikian rupa hingga sampai ke tahap putus asa, yakni sampai ke tahap terakhir,

yang pada saat itu pula pertolongan Allah Swt datang. Dalam keadaan putus asa dan

gelap mereka melihat harapan dan cahaya. Manusia semestinya berputus asa kepada

dirinya dan menyalahkan dirinya, tetapi sedapat mungkin harus senantiasa berharap

dan berprasangka baik kepada Allah Swt. Kita seharusnya berkata, “Ya Allah, Tuhan

ah
alam semesta, sungguh Engkau Maha Pengampun.”

i
Bahkan, jika kita mengatakannya dengan pura-pura pun Allah tetap akan
Sy
memperbaiki perbuatan dan sekaligus mengampuni kita. Yang dimaksud dusta atau

pura-pura ialah sebenarnya kita kurang percaya, tetapi kita benar-benar mempunyai
a
k

Tuhan yang baik. Kedustaan dan kepura-puraan itu berasal dari ketidakpercayaan kita.
a

Secara introspektif bisa dikatakan: meskipun manusia selalu berbohong selama tujuh
st

puluh tahun hidupnya, misalnya, namun dia tetap mempunyai Tuhan yang baik, yang
u

tidak pernah berbohong sekalipun. Karena Dia benar-benar Tuhan yang Baik. Tuhan
P

yang Baik ini sedemikian Pengampun dan Pengasih hingga tidak ada batasnya, Dan

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Fath: 14). Kata-kata kânallâh

dalam ayat ini menunjukkan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.

Kita seharusnya memiliki keyakinan penuh dalam hal ini.

Tuhan yang kepada persangkaan pura-pura saja memberi ganjaran dan membukakan

jalan ke surga bagi manusia, apalagi jika dia benar-benar berprasangka baik, maka

tentu Dia akan memberikan yang lebih dari itu. Sebab itu, kita harus berprasangka

baik kepada Allah Swt, yang Maha Dermawan dan Maha Pengasih.

22
Imam Ja`far Shadiq as melanjutkan perkataannya dalam hadis yang sama, “Setiap

hamba yang berprasangka baik kepada Allah, maka Allah akan memperlakukannya

sesuai dengan persangkaan itu, dan setiap hamba yang berprasangka buruk kepada

Allah maka Allah akan memperlakukannya sesuai dengan persangkaan itu pula.”

Inilah arti dari firman Allah Swt yang berbunyi, Dan yang demikian itu adalah

prasangkamu yang telah kamu sangkakan kepada Tuhanmu, Dia membinasakan

kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi (QS. Fushshilat: 23).

Kita mungkin masih banyak menemui ada sebagian orang yang berprasangka buruk

kepada Allah Swt, Yang Mahakasih dan Terpuji. Mereka berkata, “Allah tidak akan

ah
memaafkan perbuatan kami”, atau “kami tahu Allah tidak akan mengampuni kami”,

i
dan akhirnya memasukkan kita ke dalam neraka Jahannam. Imam Ja`far Shadiq as
Sy
berkata, “Yakinilah, maka Allah pun akan melakukan sebagaimana yang diyakini itu.

Dan itu disebabkan keyakinan atau prasangka buruk mereka kepada Allah.”
a
k

Dalam berbagai riwayat disebutkan, “Dosa terbesar adalah berburuk sangka kepada
a

Allah.” 25 Artinya, di antara dosa-dosa besar, tidak ada dosa yang lebih besar daripada
st

berburuk sangka kepada Allah Swt. Dalam hadis yang lain dinyatakan, “Berbaik
u

sangka kepada Allah balasannya adalah surga.” 26


P

Allah berkata kepada penduduk neraka Jahannam, “Prasangka buruk kalianlah yang

telah menyebabkan Aku tidak mengampuni kalian dan tidak memasukkan kalian ke

dalam surga. Kalian sendiri yang telah membinasakan diri kalian. Karena itu,

berprasangka baiklah kalian, dan ceritakanlah tentang rahmat, cinta dan keindahan-

Ku.”[]

-2-

25
Mizan al-Hikmah, juz 2, hal. 1788, menukil dari kitab Kanz al-`Ummal, hal. 5849.
26
Amali Thusi, hal. 380, hadis 814.

23
Rabbanâ wasi’ta kulla syai-in rahmatan wa ‘ilmân

Ya Tuhan kami, ilmu dan rahmat-Mu meliputi segala sesuatu (QS. Al-Mukmin: 7)

Maqam Pertemanan

Salah satu sebab yang menjadikan seorang dekat dengan Allah Swt, atau yang dalam

istilah lain dikatakan bahwa Allah Swt telah memilihnya menjadi “teman” ialah

karena dia banyak bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.

Mengapa bisa demikian? Karena, Muhammad saw adalah kekasih Allah (habibullah).

Habibullah adalah salah satu gelar Nabi Muhammad saw. Maknanya, ia sebagai

pelaku (fa`il) dan juga objek (maf`ul); ia sebagai pecinta Allah dan juga kekasih atau

ah
yang dicintai Allah. Al-Quran menyatakan, Allah mencintai mereka dan mereka pun

mencintai-Nya (QS. Al-Maidah: 54).


i
Sy
Dengan kata lain dapat disebutkan, kekasih Allah di dunia hanya Rasulullah saw.

Semua manusia yang baik dan seluruh kebaikan alam berada pada dirinya. Seorang
a
k

saleh mengatakan, “Sebaiknya seseorang hanya mempunyai seorang kekasih.” Allah,


a

Tuhan Yang Maha Esa, hanya mempunyai seorang kekasih, dan itu adalah Rasulullah
st

saw. Adapun seluruh nabi yang lain, para imam, dan Sayidah Fatimah Zahra as,
u

semuanya berada pada diri beliau. Dengan kata lain, satu berarti semua. Amirul
P

Mukminin as berkata, “Semua kami adalah Muhammad.” 27

Semua kebaikan ada pada diri kekasih Allah Swt. Sedemikian luasnya wujud kekasih

Allah Swt, sehingga kemungkinan yang dimaksud dengan “rahmat” yang disebutkan

dalam ayat, “Ya Tuhan kami, ilmu dan rahmat-Mu meliputi segala sesuatu” (QS. Al-

Mukmin: 7) adalah diri Rasulullah saw. Oleh karena itu, jika seseorang ingin menjadi

orang yang dicintai (mahbub) dan dikasihi, maka salah satu jalannya ialah dengan

27
Bihar al-Anwar, jil. 26, hal. 6.

24
banyak bershalawat kepada sang kekasih Allah, Muhammad saw. Sang Pengasih akan

mengasihi siapa saja yang mencintai kekasih-Nya.

Para ibu dan ayah sangat mencintai anak mereka. Di antara mereka ada yang hanya

mempunyai seorang anak, dan itu pun sebagai karunia Allah Swt yang diberikan

setelah mereka berumur empat puluh tahun. Maka, semua cinta dan kasih sayang

mereka pun ditumpahkan kepada sang anak. Apa saja yang dimiliki, mereka berikan

kepada anaknya. Sang anak menjadi kekasih sejati mereka. Orang tua seperti ini juga

menyukai teman-teman anaknya. Si orang tua melakukan itu semua semata-mata

karena cintanya kepada anaknya. Ringkasnya, mereka mencintai segala sesuatu yang

ah
berhubungan dengan kesenangan dan kebahagiaan anak mereka seperti pakaian,

mainan, teman, dan sebagainya.


i
Sy
Dalam banyak hadis dikatakan bahwa kekasih sejati Allah Swt adalah Rasulullah saw.

Maka, apabila kita ingin mendapat pancaran cinta-Nya, caranya adalah dengan
a
k

sungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw. Imam Hasan Askari berkata,


a

“Sesungguhnya Allah menjadikan Ibrahim sebagai “teman” (al-khalil) ialah karena


st

dia banyak bershalawat kepada Muhammad dan Ahlulbaitnya.” 28


u

Nabi Ibrahim as sering mengingat kekasih sejati Allah dan sering bershalawat
P

kepadanya, maka Allah menempatkannya pada maqam pertemanan. Jika dalam

riwayat-riwayat lain diutarakan sebab-sebab lain yang menjadikan Ibrahim

menempati maqam khalilullah maka itu merupakan cabang dari sebab utama ini.

Cinta, Pondasi Penciptaan Alam Semesta

Yang menjadi dasar perbuatan Rasulullah saw adalah cinta dan rahmat. Rasulullah

saw bersabda, “Cinta adalah dasar perbuatanku.” 29

28
Wasa’il asy-Syi`ah, jil. 4, hal. 1212, hadis 9098; Bihar al-Anwar, jil. 91, hal. 54, hadis 23; `Ilal asy-
Syarayi`, hal. 34.
29
Mustadrak al-Wasa’il, jil. 11, hal. 173, dengan menukil dari kitab ’Awali al-Li’ali, hadis 12672.

25
Ungkapan berikut ini sangat indah: Cinta adalah dasar dan slogan pekerjaanku. Ketika

seseorang hendak merencanakan pekerjaannya maka dia harus memiliki dasar.

Adapun dasar perbuatan Rasulullah saw dan dasar ajaran beliau adalah cinta. Ajaran

Rasulullah saw berakar dari cinta. Bahkan, Allah Swt menciptakan alam semesta

berdasarkan cinta. Cinta yang menjadi tujuan utama diciptakannya langit dan bumi.

Dalam Hadis Kisa’ dikatakan, “Tidaklah Aku ciptakan langit yang ditegakkan, bumi

yang terhampar, bulan yang bercahaya, matahari yang bersinar, bintang yang

berputar, laut yang bergelombang, dan bahtera yang berjalan, kecuali semuanya

karena kecintaan-Ku kepada lima orang ini.” 30

ah
Dasar penciptaan alam semesta bertumpu kepada cinta. Allah Swt menciptakan

i
keteraturan alam karena cinta dan rahmat, bukan karena marah. Jika karena marah
Sy
maka keadaannya tidak mungkin beraturan, dan tidak ada satu orang pun yang akan

selamat. Dalam sebuah hadis qudsi Allah Swt berkata, “Aku adalah perbendaharaan
a
k

yang tersembunyi. Lalu Aku ingin dicinta (dikenal) (fa ahbabtu). Maka Aku ciptakan
a

makhluk supaya Aku dicinta (dikenal).” 31


st

Allah Swt berkata, “Aku ingin mengenalkan Diri-Ku bahwa Aku Pengampun,
u

Penutup aib, Zat Yang Mahaindah, Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
P

Karena itu, Aku menciptakan makhluk supaya Diri-Ku dikenal.”

Dengan demikian, dasar penciptaan alam semesta adalah cinta. Jika seorang manusia

telah memahami hal ini dan mengetahui bahwa alam semesta diciptakan atas dasar

cinta, dan yang menjadi pondasi sistem alam semesta ini adalah cinta, maka berarti ia

telah mengetahui rahasia alam wujud.

Jika tidak ada cinta, maka seluruh bagian tubuh atau anggota alam semesta akan

terpisah satu sama lain. Cinta inilah yang telah menyatukan dan mengharmoniskan

30
Mafatih al-Jinan.
31
Bihar al-Anwar, jil. 84, hal. 198 dan 344.

26
semuanya. Seluruh molekul alam semesta berputar pada poros cinta dan rahmat. Jika

masing-masing tidak saling mencintai maka semuanya akan berpisah dan tatanan

alam semesta akan rusak dan hancur.

Dermawan kepada Hamba-hamba-Nya

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Allah Swt berkata kepada Nabi Daud as, “Wahai

Daud, katakan kepada hamba-hamba-Ku (bahwa) Aku tidak menciptakan kalian

untuk mengambil keuntungan dari kalian, tetapi Aku menciptakan kalian justru demi

memberi keuntungan kepada kalian.” 32

Ketika seseorang berniaga, biasanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi

ah
dirinya semata. Tetapi, kadang-kadang juga ia melakukan suatu perniagaan demi

memberi keuntungan bagi orang lain.


i
Sy
Kadang-kadang, ada seorang ‘alim rabbani yang menyuruh seorang awam untuk

melakukan perbuatan tertentu demi kebaikan orang itu, bukan untuk kebaikan dirinya.
a
k

Jika yang besar memberi perintah kepada yang kecil maka itu bukan karena dia
a

membutuhkan, melainkan karena ingin memberikan kebaikan.


st

Seperti almarhum Ayatullah Anshari Hamadani, yang memberi perhatian kepada


u

seseorang. Dia pernah berkata kepada orang itu, “Tolong ambilkan segelas air!”
P

Kemudian menatap wajah orang itu, dan tatapan Ayatullah Anshari “meninggalkan

bekas” kepadanya. Tak jarang, jalan keluar bagi kesulitan kita ialah ketika para wali

Allah menatap wajah kita. Begitu juga Allah Swt, manakala Dia memerintahkan,

“Dirikanlah shalat!”, “Tunaikanlah zakat!”, “Ucapkanlah Allâhu Akbar,

Subhânallâh,” dan seterusnya, sebenarnya Allah Swt ingin menyucikan kita.

Demikianlah perbuatan Sang Mahakaya, Mahasuci, dan Terpuji.

32
Irsyad al-Qulub, hal. 110.

27
Janganlah kita sampai mengatakan, “Aku tidak punya hubungan dengan Allah.”

Karena sesungguhnya Allah lebih dekat, lebih pengasih dan lebih penyayang dari apa

pun dan siapa pun kepada kita. Dia adalah Zat Yang Maha Pengasih. Sebuah riwayat

menyatakan pula, “Allah Swt lebih dekat kepada orang-orang yang tertindas.”

Sebuah riwayat menyebutkan, pada saat datang ke Madinah, Rasulullah saw

mendatangi rumah orang yang paling miskin. Ketika itu setiap orang berkata, “Wahai

Nabi, engkau harus ke rumahku.” Mungkin saja, jawaban langsung dari Rasulullah

saw akan menimbulkan ketersinggungan dari banyak kabilah. Kemudian Rasulullah

saw berkata, “Untaku yang menentukan. Aku akan melepaskan kendalinya, dan

ah
dengan izin Allah dia akan berjalan. Kemana saja dia berjalan aku mengikutinya.”

i
Lalu, unta Nabi saw berhenti di depan rumah orang yang paling miskin di sana. Orang
Sy
itu tidak menyangka sama sekali rumahnya akan didatangi Rasulullah saw. Atas izin

Allah-lah unta itu berhenti di rumah si miskin.


a
k

Permulaan Kitab Penciptaan Alam Semesta


a

Setelah ruh ditiupkan ke tubuh Adam, tiba-tiba Adam bersin. Melihat itu Allah Swt
st

berkata, “Aku mengasihimu.” Karena itu, kepada orang yang bersin kita dianjurkan
u

mengucapkan Yarhamukallâh (semoga Allah mengasihimu), dan orang yang bersin


P

wajib menjawab, Yaghfirullâhu laka (semoga Allah mengampunimu). Orang yang

bersin juga dianjurkan mengucapkan: Alhamdulillâhi rabbil ‘alamîn wa shallallâhu

‘alâ Muhammadin wa Ahlibaytihi (segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dan

shalawat semoga tercurah kepada Muhammad dan Ahlulbaitnya). Dengan demikian,

kalimat pertama yang Allah ucapkan kepada Adam ialah, “Hai Adam, Aku

mengasihimu.”

Di dalam Kasykul, Syekh Baha’i menyatakan, “Jika seorang pemimpin menulis surat

kepada seseorang, maka dari permulaan isi surat itu kita bisa mengetahui maksudnya.

28
Apakah menginginkan perang atau perdamaian.” Syekh Baha’i melanjutkan kata-

katanya, “Allah memulai kitab langit-Nya dengan ucapan Bismillâhirrahmânirrahîm.

Ucapan rahmat ini diulang sebanyak 114 kali di dalam Al-Quran. Kata rahmân

merupakan isim jâmi` yang menunjuk kepada Zat Allah, bukan kepada sifat-sifat-

Nya.

Luasnya Rahmat Allah

Rahmat dan kasih sayang Allah meliputi seluruh alam semesta. Allah Swt berfirman,

... Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu ... (QS. Al-A`raf: 156).

Segala sesuatu yang masih bisa disebut “sesuatu”, sudah pasti terliputi rahmat Allah.

ah
Kita tidak akan pernah menemukan sesuatu yang tidak diliputi rahmat Allah Swt.

i
Dalam Al-Quran dinyatakan, “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi
Sy
segala sesuatu ...” (QS. Al-Mukmin: 7).

Dari ayat-ayat ini dapat kita simpulkan bahwa rahmat Allah Swt itu begitu luas.
a
k

Rahmat Allah Swt merupakan asas atau dasar penciptaan alam semesta. Rahmat
a

adalah suatu sifat yang melingkupi dan menjadi dasar, yang di atasnya manusia dapat
st

melakukan banyak perbuatan. Rahmat merupakan sifat utama orang-orang sempurna


u

(insan kamil). Seseorang yang telah memiliki sifat rahmat (atau rahman) pasti
P

mencintai seluruh maujud.

Sifat Tergesa-gesa

Ketika ruh ditiupkan ke tubuh Adam dari arah kakinya, pada saat ruh sampai ke

lututnya, Adam ingin bangun tapi tidak mampu. Melihat itu Allah Swt berkata,

Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa (QS. Al-Anbiya: 37). 33

Dalam riwayat lain disebutkan, Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Ketika Allah

menciptakan Adam dan meniupkan ruh kepadanya; saat penciptaan belum selesai,

33
Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jil. 3, hal. 429.

29
Adam bangun untuk berdiri namun jatuh lagi. Karena itu Allah Swt berkata, ... Dan

adalah manusia bersifat tergesa-gesa (QS. Al-Isra: 11).” 34

Sifat tergesa-tergesa ada pada setiap diri manusia. Orang bilang, ‘Lampu hijau belum

menyala mereka sudah jalan!’ Semua orang tergesa-gesa kecuali orang yang beriman

dan berjalan dengan tenang.

Rasulullah saw selalu tenang dalam berjalan. Ketika berjalan dia memandang ke

bawah. Berbeda dengan sebagian orang yang ketika berjalan matanya memandang ke

sana ke mari. Dalam sebuah hadis dikatakan Rasulullah saw bersabda, “Sifat tenang

dari Allah dan sifat tergesa-gesa dari setan.” 35

ah
Rasulullah saw juga bersabda, “Sifat tergesa-gesa membinasakan manusia. Jika

i
manusia melakukan pekerjaannya dengan tenang dan tidak tergesa-gesa, maka tidak
Sy
akan ada seorang pun yang binasa.” 36

Semua masalah yang menimpa manusia disebabkan ketergesa-gesaan dan


a
k

pengambilan keputusan yang buru-buru. Karena itu, kita semestinya melangkah


a

dengan tenang dan hati-hati. Jika manusia tidak tergesa-gesa dalam perbuatannya
st

tentu mereka tidak akan mendapat banyak kesulitan. Dalam jual beli, dalam
u

pernikahan, kita tidak boleh melakukannya dengan tanpa bermusyawarah terlebih


P

dahulu. Ya, kita tidak boleh tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.

Berpikir Terlebih Dahulu dalam Melakukan Sesuatu

Jika semua orang berpikir seperti Hurr bin Yazid ar-Riyahi niscaya mereka tidak akan

binasa. Hurr berpikir, lalu sadar, kemudian berkata kepada dirinya, “Apa yang sedang

aku lakukan, aku lebih baik pergi ke mana?” Hurr melihat dirinya berada di antara

surga dan neraka. Kemudian dia bersumpah kepada Allah, “Sungguh, aku tidak akan

menukar surga dengan apa pun, meskipun untuk itu tubuhku harus terpotong-potong
34
Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jil. 3, hal. 142; Tafsir `Ayasyi, jil. 2, hal. 283.
35
Bihar al-Anwar, jil. 48, hal. 340, hadis 12.
36
Bihar al-Anwar, jil. 48, hal. 340, hadis 11.

30
atau dibakar api.” Inilah kehati-hatian yang sebenarnya, menimbang dan

memerhatikan segala kemungkinan.

Maka, kita perlu menjaga hadis ini agar bersemayam dalam dada dan selalu tertanam

dalam pikiran. Dalam memilih pekerjaan, memilih istri, teman, buku, memilih cara,

bahkan dalam semua urusan, kita harus berpikir dan mempertimbangkan segala

kemungkinan. Amirul Mukminin Ali as berkata: “Tidaklah Allah meletakkan akal

dalam diri seseorang melainkan supaya pada suatu hari Allah akan

menyelamatkannya dengan perantaraan akal itu.” 37

Lentera akal menuntun tangan manusia. Setiap orang mesti memanfaatkan akalnya.

ah
Jika kita berpikir dan berhati-hati dalam setiap urusan serta menggunakan akal, maka

i
jalan di hadapan kita menjadi terang. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda:
Sy
“Cukup seseorang dikatakan berdusta manakala dia menceritakan setiap yang

didengarnya.” 38
a
k

Jika kita menyampaikan sebuah berita yang kita dengar tanpa terlebih dahulu
a

memeriksa kebenaran atau kesalahannya, maka itu cukup bagi orang lain untuk
st

mengatakan bahwa kita berdusta. Berhati-hati dalam semua urusan merupakan bentuk
u

sikap yang sangat baik.


P

Jika seseorang berhati-hati dalam segala urusan maka dia tidak akan celaka. Ini

sebuah perkataan penuh hikmah dan kokoh, yang diucapkan oleh Rasulullah saw.

Suatu ungkapan yang berlaku secara umum. Jika orang dahulu dan sekarang maupun

yang akan datang melaksanakan hadis Rasulullah saw ini niscaya mereka tidak akan

celaka.

Allah Swt berfirman, Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat ... (QS. Al-An`am:

149). Ayat ini merupakan dalil yang tidak memberi ruang bagi seorang pun untuk

37
Nahj al- Balaghah, Hikmah 407.
38
Mizan al-Hikmah, juz 3, hal. 2676, hadis 17422.

31
beralasan. Allah Swt mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat, yakni dengan memberi

keterangan atau penjelasan kepada manusia. Dalam hadis dikatakan, “Mintalah

keterangan kepada Allah niscaya Allah menerangkannya kepadamu.” 39

Allah Swt telah menunjukkan jalan yang benar dan yang batil kepada manusia agar

dia tidak menjadi alat permainan orang lain, dan supaya dalam semua urusan dapat

bertindak dengan penuh pertimbangan terlebih dahulu, bukan berdasarkan hasutan

orang lain. Setiap orang seharusnya selalu awas dan melihat dengan jelas. Dan ini

tidak mungkin dilakukan tanpa cahaya iman. Jika seseorang telah memperoleh cahaya

Ilahi maka dia mengetahui apa yang harus dilakukan.

ah
Menyendiri, Melihat Pemandangan Surga

i
Salah satu dari kebiasaan Rasulullah saw ialah duduk menyendiri. Seorang ‘alim dan
Sy
saleh menyatakan, “Sebagian kebun dan tumbuhan ada di tanah dan sebagian lagi ada

di hati.”
a
k

Sebuah riwayat mengatakan: Dengan maksud merendahkan Imam Ali Hadi as, si
a

penguasa lalim zaman itu menempatkan beliau di panti orang miskin. Melihat
st

keadaan ini, salah seorang sahabat Imam Hadi marah. Dengan geram ia berkata,
u

“Mereka telah merendahkan Anda dengan menempatkan Anda di panti orang tidak
P

mampu.” Imam Ali Hadi as menjawab dengan lembut, “Ini yang tampak kelihatan.

Apakah engkau mau aku tunjukkan yang sebenarnya?” Kemudian Imam Ali memberi

isyarat dan matanya pun terbuka. Tiba-tiba dia melihat sungai-sungai surga yang

mengalir, para bidadari yang sedang berdiri dan duduk, dan tumbuh-tumbuhan indah

yang tumbuh di sana-sini. Imam Hadi berkata, “Di mana pun kami berada semua ini

ada.” 40

Dua Sisi Mata Uang

39
Bihar al-Anwar, jil. 1, hal. 225.
40
Al-Kafi, jil. 1, hal. 498.

32
Setiap perkara mempunyai dua sisi: sisi bentuk duniawi dan sisi Ilahi, yang harus

ditemukan oleh seseorang ketika sedang berkhalwat (dalam kesendirian). Seorang

alim dan saleh mengatakan, “Allah Swt menciptakan surga pada salah satu alam gaib-

Nya dan Dia membuat jalan penghubung antara dunia ini dengan alam ‘di atasnya.’”

Amirul Mukminin Ali as berkata dalam khotbah panjang yang terdapat di dalam kitab

Nahj al-Balaghah, yang dikenal dengan khotbah qâshi`ah: “Hati mereka di surga

sementara tubuh mereka dalam amal perbuatan.” 41

Maka, pokok perbuatan adalah pada hati manusia. Orang beriman semestinya

memerhatikan jiwanya. Karena itu, badan (menjadi) tidak penting. Bagi para insan

ah
pilihan, seluruh bencana yang menimpa badan mereka tidak memberi pengaruh pada

i
jiwanya. Artinya, semua bencana tidak dapat mendatangkan keragu-raguan pada diri
Sy
mereka atau menyesatkan mereka. Seluruh kegelapan dunia, serangan setan, jin dan

manusia mungkin saja dapat memberi bekas kepada tubuh orang-orang mukmin,
a
k

tetapi itu tidak akan bisa menembus hati dan jiwa mereka.
a

Pusat Kekuasaan Allah


st

Sebuah riwayat menuturkan bahwa setan tidak dapat menembus ke dalam hati
u

manusia meskipun dia bukan seorang nabi. Karena hati adalah rahasia dan pusat
P

kekuasaan Allah Swt. Allah tidak akan pernah memberikannya kepada siapa pun.

Manakala seorang kafir berada dalam goncangan dan tidak mempunyai jalan keluar

lalu dia berseru “ya Allah!”, itu karena Allah ada dalam hati mereka dan mereka pun

meyakini-Nya. Karena setan tidak dapat menemukan jalan untuk menembus hati

manusia. Dalam hadis dikatakan, “Setan mengelilingi hati anak Adam.” 42

41
Nahj al- Balaghah, Khotbah 192.
42
Bihar al-Anwar, jil. 60, hal. 332.

33
Allah Swt menutup kuat rahasia dan hati manusia. Dia tidak memberi jalan kepada

siapa pun. Dengan kata lain, seluruh manusia pada hakikatnya muwahhid (pengesa

Allah) dan hatinya merupakan pusat kekuasaan Allah.

Jendela Menuju Alam Gaib

Allah Swt menciptakan seluruh alam karena ruh dan jiwa manusia. Semua keindahan

alam merupakan pantulan wujud manusia.

Pembahasan tentang pengenalan diri merupakan salah satu pembahasan yang paling

menarik di dunia ini. Dan setiap manusia dapat menemukan dirinya dalam

kesendirian. “Seluruh keindahan alam ada pada diri manusia. Seluruh lukisan indah

ah
adalah pantulan jiwa kita!”

i
Semua itu berasal dari, Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)Ku (QS. Shad: 72). Surga
Sy
ada karena manusia. Surga merupakan hasil perbuatan manusia, hasil dari watak dan

sifat-sifat manusia. Karena itu, manusia begitu penting. Bayangkanlah! Kita sendiri
a
k

adalah pencipta surga. Seorang pendiri gedung atau seorang pengurus kebun tentu
a

lebih penting dan lebih utama dari gedung dan bunga. Karena gedung dan bunga
st

adalah hasil karyanya. Seorang pelukis yang dapat membuat lukisan indah jauh lebih
u

berharga dari lukisan indah itu sendiri. Ketika kita disebut sebagai yang membuat
P

sesuatu, lantas mengapa kita melupakan pembuatnya, yaitu diri kita sendiri?

Menemukan Diri dalam Kesendirian

Dalam kesendirian manusia menemukan dirinya, dalam kesendirian manusia

menemukan surga. Dalam kesendirian manusia belajar berada di dalam surga. Dalam

kesendirian manusia dapat menjauhkan khayalan-kahayalan batil dari dirinya.

Sebuah riwayat mengajarkan, “Untuk mengusir bayang-bayang pikiran ucapkanlah lâ

ilâha illallâh (tidak ada Tuhan selain Allah) dan lâ hawla walâ quwwata illâ billâh

(tidak ada daya dan kekuatan kecuali bersandar kepada Allah). Hadis ini tidak

34
menentukan seberapa banyak jumlah mengucapkannya. Bisa saja seseorang

mengucapkan kalimat ini satu kali lalu dia sudah merasa ringan.

Selama seseorang belum menemukan kesendirian dan kehadiran hati, dia tidak akan

bisa sampai ke mana-mana. Sebelum manusia sendirian berada di dalam kubur, maka

terlebih dahulu ia harus menyendiri dan merasakan apakah kesendirian itu. Sebelum

pada hari kiamat setiap orang dihadirkan di padang luas tanpa seorang teman, maka

dia harus terlebih dahulu merasakan kesendirian di dunia ini.

Allah Swt berfirman, Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari

kiamat dengan sendiri-sendiri (QS. Maryam: 95).

ah
Suatu masa kelak, setiap orang akan dipisahkan dari seluruh yang dicintainya,

i
sebagaimana pertama kali ia diciptakan. Maka ingatlah, bahwa sebelum kehidupan
Sy
yang kita alami ini, kita sama sekali bukan sesuatu. Allah Swt berfirman, Bukankah

telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum
a
k

merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS. Al-Insan: 1).


a

Dalam ayat lain Allah Swt berfirman, Dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu
st

sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali (QS. Maryam: 9).
u

Dalam kesendirian manusia kembali ke tempat pertamanya, yang pada akhirnya dia
P

juga akan kembali ke tempatnya masing-masing. Setiap diri akan menyaksikan pada

akhirnya bahwa segala yang ada adalah Dia dan manusia bukan apa-apa. Ketiadaan,

kefakiran dan kelemahan kita harus bisa ditemukan dalam kesendirian. Jika seseorang

telah menemukan itu semua, maka barulah ia dapat dikatakan menemukan Allah Swt.

Karena dia akan menyaksikan bahwa dirinya tidak ada dan hanya Dia-lah yang ada.

Dan “kalimat” lâ ilâha illallâh akan tampak. Usahakanlah, agar setiap hari kita dapat

meluangkan waktu beberapa saat untuk menyendiri. Menyendiri merupakan salah satu

35
kebiasaan Rasulullah saw. Para ‘alim rabbani pun suka menyendiri, terutama pada

waktu sahur dan di antara dua terbit fajar.

Menyendiri (berkhalwat) ialah duduk bersama Allah Swt. Menyendiri berarti keluar

dari keruwetan dan keanekaragaman kemauan, serta memadamkan gejolak keinginan

diri. Ingatlah! Setiap manusia saleh mempunyai alam kesendirian.[]

-3-

Sesungguhnya aku diutus bukan untuk melaknat melainkan untuk menjadi penyeru

ah
dan rahmat (Sabda Rasulullah saw)

i
Sy
Pokok-pokok Agama dalam Shalawat

Seorang salik yang saleh, almarhum Haji Agha Dulabi, menyatakan: Allah Swt
a
k

menempatkan pokok-pokok agama dalam shalawat. Dalam shalawat kita dapat


a

melihat suatu makna yang sedemikian penting. Ketika mengatakan “Allâhumma” (ya
st

Allah!), berarti kita sedang berikrar dengan tauhid. Ketika kita menyebut nama
u

Rasulullah saw (Muhammad) dan mengucapkan shalawat kepadanya artinya kita


P

sedang menerima kenabian. Pada saat kita menyebutkan keluarga Nabi saw kita

sedang menerima dan menyatakan imamah. Pada saat kita menunaikan hak-hak

mereka, maka berarti kita melaksanakan keadilan. Ketika Allah Swt memberi

ganjaran kepada kita maka itu artinya kiamat dan ma’ad. Dengan demikian, dalam

ucapan shalawat, Allah Swt telah menjelaskan pokok-pokok agama. Ringkasnya,

shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad merupakan pokok dan dasar

agama.

Mengikuti Sunah Rasulullah saw

36
Ziarah Aminullah merupakan ziarah jami’ah yang paling dapat dipercaya sanad dan

matannya. Almarhum Allamah Majlisi mengakui bahwa Ziarah Aminullah dari sisi

sanad berada pada derajat tertinggi dan dari sisi matan mempunyai makna yang

mendalam. Ziarah ini dapat dibaca untuk semua Imam (salam atas mereka).

Dalam ziarah ini disinggung sebanyak dua kali tentang sunah Nabi saw: “Aku

bersaksi bahwa engkau telah berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya, dan

telah melaksanakan kitab-Nya, dan telah mengikuti sunah Nabi-Nya.”

Kesaksian ini menjelaskan tentang suatu kebanggaan besar bagi seorang imam yang

dapat sepenuhnya mengikuti sunah Nabi Muhammad saw. Masih terkait dalam ziarah

ah
ini, bahwa ketika berdoa, kita memohon kepada Allah Swt supaya kita dididik dengan

i
sunah Nabi saw dan para imam as sehingga menjadi pengikut sunah mereka: “Ya
Sy
Allah, jadikan diriku … menjadi pengikut sunah para wali-Mu.”

Munculnya Rahmat
a
k

Allah Swt mengutus Rasulullah saw untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
a

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menjadi rahmat.” 43
st

Seluruh wujud Nabi Muhammad saw adalah cinta dan rahmat.


u

Almarhum Haji Agha Dulabi menjelaskan: Jika kita ingin mengenalkan empat belas
P

manusia suci, katakanlah bahwa empat belas manusia suci adalah perwujudan cinta.

Rasulullah saw artinya mencintai Amirul Mukminin dan Sayidah Zahra. Rasulullah

saw ialah mencintai Ahlulbaitnya. Rasulullah saw artinya mencintai semuanya.

Rasulullah saw tidak mengurangi cintanya sedikit pun kepada orang lain, karena itu

adalah hak setiap orang. Itulah sebabnya dalam setiap kejadian yang menimpa dirinya,

Rasulullah saw tetap sebagai seorang utusan atau rasul yang tidak ada amanat lain

dipikulnya kecuali untuk menjadi rahmat.

43
Bihar al-Anwar, jil. 10, hal. 30.

37
Perang Uhud adalah perang yang paling banyak mendatangkan musibah bagi

Rasulullah saw dan para sahabatnya; baik musibah ruhani maupun musibah jasmani.

Sampai-sampai Rasulullah saw menyatakan, “Demi Allah, tidak ada tempat yang

lebih sulit dan lebih menyedihkan bagiku daripada Perang Uhud.” 44

Adalah Hamzah, seorang yang sangat dicintai Rasulullah saw, yang mati syahid

dalam Perang Uhud. Tubuhnya dikoyak-koyak oleh musuh. Kita merasakan, beberapa

kematian memang dapat mendatangkan kesedihan. Kematian orang-orang tertentu

yang berpengaruh dalam hubungan jiwa selama hidupnya, sungguh menyakitkan.

Apalagi bagi orang yang mencintainya.

ah
Seorang penyair berkata dalam syairnya, “Mereka berkata, kematian sangat sulit bagi

i
pemuda, tapi berpisah dengan orang yang sangat dicintai jauh lebih sulit.” Penyair
Sy
Arab ini ingin mengungkapkan bahwa kematian di masa muda sangat sulit, namun

berpisah dengan kekasih atau orang yang dicintai jauh lebih sulit lagi.
a
k

Hamzah adalah paman dan sekaligus saudara sesusu Rasulullah saw. Usia mereka
a

hanya berjarak empat tahun ketika keduanya menyusu kepada Halimah Sa`diyah, dan
st

Rasulullah saw sangat mencintai Hamzah. Banyak sekali sahabat setia Rasulullah
u

yang mati syahid dalam Perang Uhud.


P

Dalam perang itu, gigi Rasulullah saw tanggal dan keningnya terluka. Ali bin Abi

Thalib pun menderita banyak luka di sekujur badannya. Bagi Rasulullah saw, tidak

ada perang yang terasa lebih berat daripada Perang Uhud. Dalam keadaan yang

demikian berat itu, seseorang bisa saja kehilangan kesabaran dan kekuatan diri.

Seorang sahabat mengatakan kepada Rasulullah saw, “Mengapa engkau tidak

melaknat mereka? Jika engkau melaknat mereka niscaya mereka semua binasa.”

Sahabat itu merasa, dengan begitu banyaknya kerugian yang ditimpakan kepada

44
Bihar al-Anwar, jil. 20, hal. 62.

38
Rasulullah saw sudah sepantasnya apabila Rasulullah saw melaknat orang-orang yang

telah merugikannya.

Tetapi Rasulullah saw malah berkata, “Aku diutus bukan untuk melaknat tetapi aku

diutus untuk menjadi penyeru dan rahmat.” 45 Kemudian Rasulullah saw berkata: “Ya

Allah, berilah kaumku petunjuk karena sesungguhnya mereka tidak tahu.”

Laknat Nabi Nuh as

Mungkin orang mengira perkataan (laknat) ini akan membuat hati setan sedih. Namun

berkaitan dengan Nabi Nuh as, yang terjadi adalah sebaliknya. Nabi Nuh as sangat

banyak menerima gangguan dari kaumnya. Mereka melempari Nabi Nuh as dengan

ah
batu sedemikian banyaknya sehingga berkali-kali dia terbenam dalam timbunan batu.

i
Pada tengah malam Malaikat Jibril datang mengeluarkannya dari tumpukan batu.
Sy
Entah berapa lama Nabi Nuh menerima perlakuan menyakitkan kembali dilempari

batu. Kaum durhaka itu begitu menyakiti Nabi Nuh sampai batas Nabi Nuh as merasa
a
k

putus asa dan berkata, “Ya Allah, binasakanlah mereka.” Allah Swt berkata
a

kepadanya, “Buatlah perahu, dan kumpulkan orang-orang beriman. Sisanya akan Aku
st

tenggelamkan ke dalam air.”


u

Ketika semua sudah tenggelam, dan Nabi Nuh as beserta orang-orang beriman sudah
P

turun kembali ke daratan, Iblis datang seraya berkata, “Terima kasih. Engkau telah

melakukan pekerjaan yang membuatku senang.” Nabi Nuh as bertanya, “Apa yang

telah aku lakukan hingga musuh Allah sedemikian gembira?” Iblis menjawab, “Kami

membutuhkan beribu-ribu tahun untuk menjadikan mereka semua menjadi penghuni

Jahannam, tetapi engkau dengan satu laknat telah mengirim mereka semua ke neraka

Jahannam.” Nabi Nuh as menyadari apa yang dikatakan Iblis.

45
Safinah al-Bihar, jil. 2, hal. 681; Nur ats-Tsaqalain, jil. 5, hal. 688.

39
Setelah itu Malaikat Jibril datang lalu berkata, “Buatlah mangkuk dan gelas.” Setelah

beberapa bulan benda itu selesai dibuat. Kemudian Allah Swt berkata, “Pecahkan

semuanya.” Nabi Nuh as menjawab, “Aku tidak sampai hati memecahkannya.” Allah

Swt berkata, “Tapi, bagaimana engkau sampai hati melaknat dan merusak seluruh

ciptaan yang telah Aku ciptakan.”

Para nabi terdahulu mempunyai daya tampung kesabaran terbatas. Ketika wadah

(daya tampung) mereka telah penuh mereka pun putus asa. Nabi Yunus as pun

melaknat umatnya. Nabi Saleh as, Nabi Hud as dan banyak di antara nabi terdahulu

yang melaknat umatnya, dan karena itu datang bencana yang dahsyat pada umat

ah
mereka.

i
Wujud Nabi Muhammad saw sebagai Penghalang Azab
Sy
Adapun daya tampung Nabi Muhammad saw tidak terbatas. Beliau bersabda, “Aku

tidak diutus untuk melaknat. Aku diutus untuk menjadi rahmat.” Jika pemimpin setiap
a
k

umat mempunyai dada yang lapang dan tidak lari dari medan perjuangan, maka
a

karena dialah Allah Swt akan melenyapkan setiap bencana yang akan turun. Allah
st

Swt berfirman, Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sementara kamu
u

berada di antara mereka... (QS. Al-Anfal: 33).


P

Rasulullah saw adalah rahmat yang sempurna. Dia tidak akan melaknat. Orang-orang

yang hatinya dipenuhi cinta kepada Rasulullah saw pasti tidak akan disiksa, kecuali

jika ia sudah tidak mencintainya lagi. Di tempat di mana Rasulullah saw berada maka

neraka tidak akan berfungsi. Semua tempat berubah menjadi sejuk; berisi bunga dan

tumbuh-tumbuhan segar.

Rasulullah saw bersabda, “Aku diutus bukan untuk melaknat.” Sementara nabi-nabi

terdahulu kadang-kadang putus asa dan kemudian melaknat. Seorang pemimpin

keluarga tidak boleh melaknat, tapi harus selalu penuh rahmat. Selama pemimpin

40
keluarga tidak sedih dan resah maka anggota keluarga hidup dalam ketenangan.

Sebaliknya, jika emosinya terganggu maka bencana akan turun. Jika seorang ulama,

pemimpin dan marji` putus asa maka bencana akan turun. Ketika orang yang berada

pada tampuk pimpinan tidak putus asa, maka murka Allah Azza wa Jalla tidak akan

turun.

Sebuah riwayat menuturkan, orang-orang datang dan bertanya kepada salah seorang

imam maksum as, “Apa itu murka dan ridha Allah Swt?” Imam as menjawab, “Murka

dan ridha Allah ialah murka dan ridha para wali Allah.” Di dalam Al-Quran terdapat

ayat berikut, Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka

ah
lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (QS. Az-Zukhruf: 55).

i
Tuhan tidak mungkin murka. Jika ada tuhan yang murka dan hatinya hancur, maka itu
Sy
bukanlah Tuhan. Oleh karena itu, yang dimaksud kata asafûnâ (mereka membuat

Kami murka) ialah mereka membuat “para kekasih-Ku murka”. Allah Swt
a
k

menisbahkan suasana hati para kekasih-Nya kepada Diri-Nya. Karena itu Allah
a

menggunakan kata bentuk jamak, yaitu kata “Kami”. Oleh karena itu, murka seorang
st

nabi atau imam adalah murka Allah Swt, dan murka Allah menyebabkan datangnya
u

hukuman atau azab. Sebaliknya, jika para kekasih Allah tidak murka, maka Allah Swt
P

akan menjauhkan mereka dari bencana.

Daya Jangkau Syafaat Rasulullah dan Ahlulbait

Nabi Nuh as ingin memberi syafaat bagi anaknya tetapi Allah Swt berfirman: “...Hai

Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu. Sesungguhnya dia melakukan

perbuatan yang tidak baik. Oleh sebab itu janganlah engkau memohon kepada-Ku

sesuatu yang engkau tidak mengetahui (hakikat)nya. Sesungguhnya Aku

memperingatkanmu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS.

Hud: 46).

41
Ayat ini merupakan pernyataan yang sangat keras. Solah-olah Allah Swt berkata,

‘Apakah perkataanmu itu! Janganlah engkau tanyakan sesuatu yang tidak kamu

ketahui!’

Allah Swt mengatakan demikian kepada kekasih-Nya, seorang nabi dan rasul-Nya.

Allah berkata, ‘Aku peringatkan dirimu jangan sampai engkau termasuk orang-orang

yang bodoh!’

Namun demikian, manakala Nabi dan para imam kita 46 meletakkan tangannya di atas

kepala siapa pun, Allah Swt akan mengatakan “Aku terima syafaatmu”. Namun untuk

Nabi Nuh as, saat dia ingin memberi syafaat bagi anaknya dengan berkata, “Ya

ah
Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji

i
Engkau itu benar.” (QS. Hud: 45), Allah Swt menolaknya dengan keras.
Sy
Adapun berkenaan Nabi Muhammad saw, Allah Swt berfirman, Dan kelak Tuhanmu

pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas (QS. Adh-
a
k

Dhuha: 5). Dan, Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke maqam yang terpuji
a

(QS. Al-Isra: 79).


st

Maqam terpuji yang disebut dalam ayat ini adalah maqam syafaat. Rasulullah saw
u

bersabda, “Jika aku sampai ke maqam syafaat, lalu aku memberi syafaat kepada
P

temanku yang telah meninggal dunia pada masa jahiliah, niscaya Allah

menerimanya.” Dengan kata lain, Allah Swt sama sekali tidak akan menolak

keinginan Rasulullah saw.

Nabi Nuh as sampai pada batas dan merasa putus asa. Dia tidak memiliki kelapangan

dada sebagaimana yang dimiliki Nabi Muhammad saw. Kita bisa memerhatikan

46
Yang dimaksud Nabi dan para imam kita dalam buku ini ialah Muhammad saw dan duabelas imam
maksum, yang juga disebut Ahlulbait. Mereka adalah Imam Ali bin Abi Thalib (Amirul Mukminin),
Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib (al-Mujtaba), Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib (asy-Syahid),
Imam Ali bin Husain (as-Sajjad), Imam Muhammad bin Ali (al-Baqir), Imam Ja’far bin Muhammad
(ash-Shadiq), Imam Musa bin Ja’far (al-Kazhim), Imam Ali bin Musa (ar-Ridha), Imam Muhammad
bin Ali (al-Jawad, at-Taqi), Imam Ali bin Muhammad (al-Hadi, an-Naqi), Imam Hasan bin Ali (az-
Zaki, al-Askari), Imam Muhammad bin Hasan (al-Mahdi, al-Qaim, al-Muntazhar).

42
perbedaannya. Nabi Nuh as tidak bisa memberi syafaat kepada anaknya, sementara

Nabi Muhammad saw––jika dia ingin memberi syafaat kepada seluruh alam––

niscaya Allah Swt mengizinkannya.

Rahmat bagi Seluruh Alam

Allah Swt berfirman, Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam (QS. Al-Anbiya: 107).

Rahmat Allah menggapai semua alam. Dalam Al-Quran disebutkan, “Segala puji bagi

Allah Tuhan semesta alam.” Haji Agha Dulabi mengungkapkan, “Saya pikir kata

alhamdulillâh (segala puji bagi Allah) khusus bagi Amirul Mukminin, yang

ah
merupakan perwujudan manusia sempurna dalam tingkat yang paling tinggi. Para

i
imam (salam atas mereka) adalah murabbi seluruh alam dan mereka dapat
Sy
menunaikan kewajiban ‘alhamdu lillâhi rabbil `âlamîn’.

Allah Swt berfirman, Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi)
a
k

rahmat bagi semesta alam (QS. Al-Anbiya: 107). Artinya, Rasulullah saw juga
a

menjadi rahmat bagi setan dan binatang buas; menjadi rahmat bagi orang kafir,
st

musyrik, dan munafik. Beliau juga rahmat bagi para malaikat. Alhasil, beliau rahmat
u

bagi seluruh alam.


P

Selain itu, sebuah riwayat menyebutkan bahwa sebelum Rasulullah saw diutus setan

mempunyai kemampuan lebih besar dalam menyesatkan manusia. Tetapi setelah

Rasulullah saw diutus kemampuannya menyusut. Sebelumnya setan bisa menjangkau

sampai ke langit keempat. Namun setelah Rasulullah saw diutus—maka dengan

berkahnya—setan tidak bisa lagi melakukan aktivitas sampai ke langit keempat. Iblis

dan setan dilempari batu-batu meteor jika memaksakan kemauannya. Karena itu,

wujud Rasulullah saw juga rahmat bagi setan, karena telah menghalangi fitnah dan

kejahatannya.

43
Seluruh wujud Nabi Muhammad saw adalah rahmat. Dalam sebuah hadis diceritakan:

Ketika terjadi Penaklukan Makkah, saat rombongan Rasulullah bergerak dari

Madinah menuju Makkah, di tepi sebuah oase ada seekor anjing yang sedang

menyusui anak-anaknya. Melihat itu, Rasulullah saw memerintahkan salah seorang

tentaranya duduk di depan anjing tersebut, supaya pasukan Islam tidak menginjak

anjing dan anak-anaknya. 47

Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari Amirul Mukminin as disebutkan: Rasulullah

saw tengah berwudhu, lalu seekor kucing berlindung kepada beliau. Rasulullah saw

tahu kucing itu kehausan. Melihat itu Rasulullah saw menghentikan wudhunya lalu

ah
memberikan wadah air wudhu itu ke kucing supaya diminum sampai puas. Kemudian

i
Rasulullah saw melanjutkan wudhunya dengan air sisanya. 48 Semua ini merupakan
Sy
perwujudan rahmat dan cinta. Beliau adalah rahmat bagi seluruh alam.

Berkenaan dengan Imam Husain as sebuah riwayat menuturkan: Setelah waktu zuhur,
a
k

di hari Asyura (10 Muharam), Imam Husain as dapat membuka blokade pasukan
a

musuh dan pergi ke arah sungai. Imam sangat kehausan. Matahari sangat terik, perang
st

amat panas dan tubuh Imam penuh luka. Imam Husain memasuki sisi Sungai Eufrat.
u

Dia bermaksud menyiduk air, namun dia melihat kudanya tampak lebih kehausan.
P

Imam berkata, “Sebelum engkau minum aku tidak akan minum. Engkau harus minum

terlebih dahulu.” Binatang itu pun mengangkat kepalanya, tidak mau minum lebih

dahulu. Tiba-tiba seorang dari pasukan musuh berteriak menipu, musuh telah

menyerang ke kemah. Mendengar itu Imam segera kembali tanpa sempat minum air

terlebih dahulu.

Ini merupakan hal amat penting yang menentukan kualitas seorang hamba Allah Swt.

Mudah mengucapkannya, tetapi sangat sulit mempraktikkannya. Apabila terjadi pada

47
Hamnam e Gulhay e Bahari, hal. 204, menukil dari Kanz al-`Ummâl, jil. 13, hal. 429.
48
Bihar al-Anwar, jil. 16, hal. 293, hal. 160.

44
kita, apa yang akan kita perbuat? Mungkin kita akan mengatakan, “Biar saja ribuan

binatang binasa yang penting kita dapat meraih tujuan kita.” Dalam tataran amal,

seseorang sangat sulit mempraktikkan namun dalam tataran ucapan mungkin dengan

mudah dapat menjadikannya sebagai slogan. Rasulullah saw dan para imam adalah

perwujudan rahmat dan cinta.

Almarhum Agha Dulabi pernah menguraikan, “Jika Anda ingin memperkenalkan

empat belas manusia maksum, katakanlah bahwa mereka adalah perwujudan cinta.”

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah saw sedemikian lembut dan perasa

sehingga jika dia menaikkan dan menurunkan tangan di udara dia menggerakkannya

ah
secara perlahan supaya tidak menyakiti udara. Ini karena di udara terdapat partikel-

i
partikel yang sangat kecil yang tidak dapat terlihat.
Sy
Dalam riwayat lain disebutkan: Tatkala Iblis menyombongkan diri dan tidak mau

bersujud pada Adam, Allah Swt memerintahkan malaikat untuk memukul


a

tengkuknya. 49 Begitu juga terhadap manusia yang sombong, malaikat memukul


a k

tengkuknya hingga kepalanya menunduk. Karena itu, tundukkanlah kepala supaya


st

kita bisa meraih kebahagiaan. Jika tidak, maka tengkuk kita akan terus menerima
u

pukulan.
P

Seputar Haji Ismail Dulabi 50

Haji Agha Ismail Dulabi pernah mengatakan bahwa sejak kecil dia sudah dapat

menarik pelajaran dari setiap yang dilihatnya. Amirul Mukminin as berkata,

“Sungguh berbahagia orang yang pandangannya adalah pelajarannya.” 51

Secara fitrah Agha Ismail Dulabi terdidik oleh Allah Swt. Dia menjadi anak semata

wayang, karena saudara laki-laki satu-satunya meninggal dunia ketika masih berusia

muda. Agha Ismail Dulabi bercerita, “Saya masih muda ketika ayah saya meninggal
49
Kitab e Iblis, hal. 250.
50
Pembahasan ini berkenaan dengan peringatan haul Haji Muhammad Ismail Dulabi.
51
al-Ikhtishah, hal. 231.

45
dunia. Saat meninggal itu saya berada di sisi kepalanya. Ayah saya berkata, ‘Anakku,

tolong bacakan rawdhah (syair ratapan).’ Maka saya pun mulai membacakan syair

ratapan Imam ketujuh untuknya hingga dia wafat.”

Dia juga berkisah, “Saya sangat menyukai sayid dan para ulama. Saya mewarisi

perasaan ini dari ayah. Suatu saat, di masa kecil, saya sedang duduk di pangkuan

ayah, ketika seorang sayid datang ke rumah kami. Sayid itu mengenakan syal hijau

dengan penampilan yang mengagumkan dan penuh cahaya. Ia datang untuk menemui

ayah saya. Ia lalu duduk persis di hadapan kami. Daya tarik kesayidannya (siyadah)

begitu kuat hingga menarik perhatian, lalu saya merangkak dari pangkuan ayah dan

ah
duduk di pangkuan sayid itu. Kemudian saya melihat ke arah ayah sambil berseru, ‘Ini

i
ayahku. Kamu bukan ayahku ...’ Artinya, daya tarik kesayidan telah begitu menarik
Sy
perhatian saya.”

Hati yang Suka Menarik Pelajaran


a
k

Sejak masa kecil telah ada tanda-tanda daya tarik gaib pada diri orang saleh dari
a

daerah Dulab ini. Agha Ismail Dulabi menuturkan bahwa dia selalu mengambil
st

pelajaran dari segala sesuatu. Pandangannya pada semua hal menjadi penelaahan.
u

Bukan pandangan biasa, melainkan pandangan yang amat mendalam.


P

Dia bercerita, “Suatu waktu, saya pergi ke padang pasir. Di sana saya melihat seekor

ular tengah melata. Tiba-tiba muncul seekor musang. Saya lihat musang itu datang

lalu menggigit ular itu kemudian membantingnya ke tanah. Ular itu tidak bergerak,

dia tahu musang ada di dekat kepalanya. Jika dia bergerak mungkin dia akan mati.”

Haji Agha Ismail Dulabi melanjutkan, “Saya terus memerhatikan apa yang terjadi di

hadapan saya. Setiap kali ular bergerak, musang itu mencengkeramnya dan

membantingnya ke tanah lebih keras lagi. Selama ular tidak bergerak, musang tidak

46
melakukan apa-apa terhadapnya. Namun manakala ia bergerak maka musang pun

menunjukkan reaksinya.

“Saya terus memerhatikan pemandangan yang ada di hadapan saya. Dari situ Allah

memberikan pelajaran kepada saya begini: Selama engkau menjadi hamba dan taat

kepada-Ku, Aku tidak akan menyakitimu, namun jika engkau berlagak di hadapan-Ku

maka Aku akan membantingmu ke tanah seperti ular itu. Pemandangan ini memberi

pelajaran tauhid kepada saya. Ternyata, manusia dapat menarik pelajaran tauhid dari

kehidupan binatang, dan dari partikel-partikel alam.”

Keluar dari Berbagai Gelar

ah
Almarhum Ayatullah Syekh Shadruddin Hairi Syirazi adalah salah seorang murid

i
almarhum Ayatullah Syekh Muhammad Jawad Anshari Hamadani dan salah seorang
Sy
teman dekat Agha Ismail Dulabi. Sekitar lima puluh tahun dia selalu bersama Agha

Ismail Dulabi. Beberapa orang teman memintanya bercerita tentang sosok dan
a
k

kehidupan orang saleh dari daerah bernama Dulab ini.


a

Syekh Hairi Syirazi pernah berkata, “Terdapat sebuah hadis berkenaan dengan Amirul
st

Mukminin Ali bin Abi Thalib as yang berbunyi: ‘Siapa yang ingin melihat mayat
u

berjalan maka lihatlah Ali bin Abi Thalib as.’” 52


P

Hadis itu hendak mengatakan bahwa Amirul Mukminin Ali as selalu fana dalam

Allah dan kekal bersama Allah. Yaitu diri yang secara penuh telah berpisah dari dunia

dan seluruh wujudnya adalah penampakan Ilahiah. Sudah tidak ada lagi “diri” dan

“aku”. Seluruhnya merupakan perwujudan kalimat lâ ilâha illallâh (tidak ada tuhan

selain Allah). Rasulullah saw juga bersabda: “Ali telah fana dalam Zat Allah.” 53

Ayatullah Sharuddin Hairi Syirazi melanjutkan, “Contoh lebih rendah dari

personifikasi hadis di atas dapat saya temukan pada diri Haji Agha Ismail Dulabi.”

52
Tuhfah al-Muluk, jil. 1, hal. 110.
53
Bihar al-Anwar, jil. 107, hal. 31, hadis 3.

47
Ayatullah Hairi Syirazi ingin mengatakan bahwa Agha Ismail Dulabi boleh disebut

sebagai orang yang telah dapat melepaskan diri dari haru-biru dunia dan dari berbagai

gelar, pangkat dan jabatan.

Kedermawanan

Sebagian orang membunuh dirinya untuk uang. Mungkin, sebagian besar manusia

bertuhan pada uang. Ismail Dulabi muda memiliki tanah dan harta yang banyak tetapi

dia menginfakkan seluruhnya. Daerah Dulab adalah milik ayahnya. Salah seorang

temannya pernah bercanda dengan mengatakan bahwa Ismail Dulabi kecil

memerlukan orang yang mengurus hartanya karena dengan mudah dia dapat begitu

ah
saja menghambur-hamburkan harta. Agha Ismail Dulabi sendiri pernah bercerita,

i
“Tanah-tanah itu jika sekarang masih ada harganya sangat mahal, karena terletak di
Sy
tengah kota.” Namun ia tidak menghamburkannya, tetapi telah menginfakkan

semuanya.
a
k

Haji Ismail Dulabi bercerita, “Saya selalu mendorong ayah untuk mengeluarkan
a

khumus. Untuk setiap sayid atau ulama yang saya sukai, saya sering berkata kepada
st

ayah, ‘Berikan khumus dan zakat satu tahun ayah kepadanya!’ Tiga bulan kemudian
u

saya berkata, ‘Ulama ini juga baik, tolong berikan khumus satu tahun ayah
P

kepadanya!’ Pernah suatu waktu ayah saya berseru, ‘Tahun ini engkau telah

mengambil empat kali khumus dariku. Jika aku orang Yahudi aku akan menjadi

Muslim.’”

Agha Ismail Dulabi begitu dermawan, penuh pengorbanan dan cinta. Bisa saja

seseorang siap memberikan jiwanya namun tidak siap memberikan hartanya. Namun

dia sejak awal telah memberikan semuanya. Kedermawanan adalah sifat yang sangat

mulia.

Tahun-tahun Diam dan Menangis

48
Dalam sebuah kesempatan, Haji Agha Ismail Dulabi bercerita: Empat puluh tahun

yang lalu mereka membacakan surah al-Fatihah untukku. Empat puluh tahun lalu saya

telah mati lalu hidup kembali.

Orang-orang dekatnya menyatakan bahwa Agha Ismail Dulabi benar-benar telah mati.

Yakni, sudah bertahun-tahun dia hanya diam dan menangis. Suatu keadaan yang

sangat mengherankan. Namun kemudian dia kembali. Allah Swt ingin

menghidupkannya kembali supaya dia menghidupkan orang lain.

Dalam kesempatan yang lain Haji Agha Ismail Dulabi berkata: Ayat ini telah

menuangkan air jernih ke tangan semua orang. Yaitu ayat, Tiap-tiap golongan merasa

ah
bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (QS. Ar-Rum: 32).

i
Ayat ini bermakna begitu dalam. Setiap orang bangga dengan sesuatu atau seseorang
Sy
yang ada padanya. Tetapi mereka tidak bangga dengan sesuatu yang ada di sisi Allah.

Agha Dulabi melanjutkan, “Saya tidak hapal Al-Quran namun saya dapat menjelaskan
a
k

sisi-sisi yang sangat dalam dan lembut dari Al-Quran.”


a

Mulla Kazhim Saruqi hapal Al-Quran dan dia mengatakannya kepada setiap orang,
st

namun hanya hapal kata-katanya saja. Jika diminta untuk menjelaskan makna suatu
u

ayat dia tidak bisa menjelaskannya. Dia mampu membacakan ayat-ayat Al-Quran dari
P

awal hingga akhir namun tidak mengetahui maknanya. Tetapi, kekuasaan Allah Swt

telah memberikan pemahaman kepada Haji Agha Ismail Dulabi tentang makna dan

hakikat Al-Quran. Ini sangat berbeda, seperti perbedaan bumi dengan langit. Kepada

seseorang diberikan kata-kata Al-Quran, sementara kepadanya diberikan isi dan

kandungan Al-Quran.

Almarhum Ayatullah Anshari Hamadani dalam majelisnya selalu berkata, “Biar dia

(Agha Ismail Dulabi) yang membaca Al-Quran.” Meski dia tidak mempunyai suara

49
yang begitu bagus namun Almarhum Anshari sangat suka dengan bacaan Al-

Qurannya.

Haji Ismail Dulabi berkata, “Setiap ayat Al-Quran yang saya perlukan dengan segera

muncul pada benak saya, tidak ubahnya seperti komputer. Di majelis atau di rumah,

ayat begitu saja muncul dalam pikiran saya beserta arti dan penjelasannya.”

Almarhum Ayatullah Shadruddin Hairi Syirazi berkata, “Dia (Haji Agha Ismail

Dulabi) adalah contoh nafs mulhamah (diri yang senantiasa mendapat ilham).” Selain

itu, Ayatullah Syirazi juga pernah mengatakan, “Jika kalian ingin melihat kekuasaan

Allah lihatlah Haji Agha Dulabi. Dia tidak pernah belajar di perguruan tinggi dan

ah
hawzah, dan tidak pernah belajar sama sekali, lalu dari mana semua itu muncul?”

i
Salah seorang ulama Qum yang telah bertahun-tahun mengikuti pelajaran tafsir
Sy
mengisahkan, “Saya menghadiri tidak lebih dari dua atau tiga kali kelas Haji Agha

Dulabi. Pertama kalinya di makam putri Imam Musa bin Ja`far as. Meski udara sangat
a
k

panas, dia tetap bersemangat menyampaikan pelajaran selama satu hingga dua jam di
a

sisi makam tersebut.” Orang itu melanjutkan, “Materi-materi yang disampaikannya


st

sedemikian tinggi dan mendalam sehingga menyedot perhatian saya. Di pertengahan


u

jalan pulang menuju rumah saya membacakan ayat-ayat berikut berkenaan


P

dengannya, sementara wajahnya terbayang dalam pikiran saya: Mata air yang

daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan

sebaik-baiknya (QS. Al-Insan: 6). Dan sesungguhnya Kami telah memberikan hikmah

kepada Luqman (QS. Luqman: 12). Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-

benar telah dianugerahi karunia yang banyak (QS. Al-Baqarah: 269).”

Apakah mata air mengalir yang Allah sebutkan di dalam Al-Quran itu hanya ada di

akhirat? Tidak, di dunia ini pun ada. Rasulullah saw telah bersabda, “Ketahuilah,

siapa yang mencintai Ali bin Abi Thalib maka dia tidak akan keluar dari dunia hingga

50
meminum terlebih dahulu dari telaga kautsar dan memakan buah thuba, dan melihat

tempatnya di surga.” 54

Sebelumnya, sebagian orang menyangka bahwa kita harus mati terlebih dahulu, atau

hari kiamat harus terjadi dahulu untuk bisa mengetahui apakah kita diberi minuman

Kautsar dan buah dari pohon Thuba atau tidak. Hadis ini juga terdapat dalam kitab

Safinah al-Bihar pada Bab “Cinta”. Silahkan membaca Bab itu, yang di dalamnya

terdapat banyak sekali hadis-hadis bermakna tinggi. Menurut Haji Agha Dulabi, hadis

apa saja yang berkenaan dengan cinta yang ditemukan maka kita harus

mengunyahnya.

ah
Rasulullah saw bersabda, “Seseorang yang benar-benar mencintai Ali bin Abi Thalib

i
maka dia tidak akan pergi meninggalkan dunia sebelum terlebih dahulu meminum air
Sy
telaga Kautsar.”

Dari hadis ini kita juga tidak dapat serta merta menyimpulkan bahwa itu hanya terjadi
a
k

pada akhir umur atau di saat-saat hendak mati. Mungkin saja hal itu terjadi sebelum
a

mati. Bukankah minuman cinta, minuman wilâyah, dan minuman yang telah
st

menjadikan kita terputus dari selain Allah adalah minuman surga.


u

Sebuah ungkapan menyatakan, “Minuman pahit begitu memabukkan hingga manusia


P

lupa dari segala sesuatu selain Allah.” Allah Swt berfirman, Dan Tuhan memberikan

kepada mereka minuman yang bersih (QS. Al-Insan: 21).

Makna-makna yang Paling Indah

Menurut Agha Ismail Dulabi, arti dan terjemahan terindah bismillâhirrahmânirrahîm

ialah bismillâhirrahmânirrahîm itu sendiri. Kata-kata ini sangat indah. Apa saja yang

dikatakan selain ini berarti telah menurunkan derajat maknanya. Arti alhamdulillâhi

54
Bihar al-Anwar, jil. 7, hal. 221, hadis 133.

51
rabbil `âlamîn adalah alhamdulillâhi rabbil `âlamîn. Apa saja yang dikatakan selain

ini, dengan bahasa apa saja, berarti telah menurunkan derajat maknanya.

Suatu ketika, ada sebuah rombongan bersama Haji Agha Dulabi pergi mengunjungi

(alm.) Haji Husain Syalici, salah seorang murid Mirza Jawad Agha Maliki Tabrizi. *

Dia menceritakan bahwa Mirza Jawad Agha Tabrizi sangat memerhatikan nama-nama

Allah. Beberapa orang merupakan perwujudan satu nama (asma’) atau beberapa nama

Allah. Setiap orang juga dapat mencari nama itu pada dirinya.

Haji Ismail Dulabi termasuk orang yang begitu dekat dengan shalat, doa dan ibadah.

Dia mempunyai jiwa yang amat lembut dan mengagumkan. Dia berkata, “Di antara

ah
nama-nama Allah saya paling menyukai nama rabb. Karena rabb paling dekat dengan

i
manusia. Seorang murabba (yang dididik) tidak akan dapat lepas dari murabbi
Sy
(pendidik). Apa saja yang dimiliki murabba berasal dari murabbi.”

Rabb adalah nama yang sangat indah. Dalam doa Abu Hamzah Tsumali seseorang
a
k

tidak diajarkan mengatakan, Ya Allah, ya Allah ... tetapi dituntun untuk menyerukan,
a

Ya Rabb, ya Rabb ... hingga nafas dan nyawa terputus.


st

Agha Dulabi bertanya, “...yang terputus itu nafas atau nyawa?” Sebab, jika nafas
u

seseorang terhenti, dia akan menarik nafas lagi. Tetapi apabila nyawa yang berhenti,
P

berarti dia mati. Maka, katakanlah terus hingga nafas terhenti. Pada saat nafas

terhenti, teruslah berseru, Ya Rabb, ya Rabb... hingga nyawa pergi. Rabb, adalah

nama yang indah dan sangat dekat dengan manusia. Insya Allah, semua orang dapat

merasakan kelezatannya.

Karena itu, lihatlah nama Allah yang mana yang paling disukai hati kita!

Minuman Suci

*
Beliau seorang arif billah terpandang yang wafat pada 1343 H/1925. Salah satu karya dari guru
spiritual Imam Khomeini ini, Puasa Lahir Puasa Batin sudah diterbitkan oleh Penerbit Al-Huda—red.

52
Riwayat dari Imam Ja`far Shadiq as menyebutkan, “Minuman suci adalah minuman

yang jika seorang mukmin meminumnya, maka dia akan terputus dari segala sesuatu

selain Allah,” atau “Yang menyucikan mereka dari segala sesuatu selain Allah.” 55

Artinya, dengan meminum air suci, maka tidak ada lagi warna lain yang dapat

mewarnai dirinya selain Allah. Jika kita benar melihat sesuatu yang indah, maka kita

akan melepaskan semua yang tidak indah. Jika sebuah cahaya kuat sampai atau

menerangi kita, maka kita sama sekali tidak memerlukan lilin lagi. Di hadapan cerah

matahari siang hari, lilin tidak berguna sama sekali. Almarhum Ayatullah Baha’uddini
**
menegaskan bahwa seseorang yang benar-benar mengenal Allah maka dia pasti

ah
meninggalkan semua yang lain.

i
Minuman suci itu bukan khusus untuk Ahlulbait semata. Kemungkinan ini ditulis
Sy
dalam kitab tafsir ash-Shafi, seperti ketika menjelaskan bahwa Surah Hal `Atâ, bukan

hanya berkenaan dengan lima orang Ahlulbait, tetapi juga mencakup Fidhdhah, yang
a
k

bukan seorang nabi dan bukan seorang imam. Imam Ja`far Shadiq as berkata: “Surah
a

Hal Atâ berlaku pada setiap orang mukmin yang melakukan itu untuk Allah.” 56 Oleh
st

karenanya, seorang mukmin bisa juga mereguk minuman suci itu. Kami (penulis—
u

peny.) meyakini bahwa Allah Swt telah memberikan minuman suci itu kepada Agha
P

Ismail Dulabi hingga dia terputus dari segala sesuatu selain Allah.

Selalu dalam Hari Kiamat

Haji Agha Ismail Dulabi bercerita, “Sebelum Revolusi Islam saya mendatangi medan

Khurasan. Saya melihat di sana ada spanduk bertuliskan: Partai Kebangkitan (bisa

juga berarti hari kiamat) telah berdiri di Iran. Saya bilang, ‘Mengagumkan!’ Jika

dalam Surah ar-Rum ayat 56 Allah Swt berfirman, Maka hari ini adalah hari
55
Tafsir ash-Shafi, jil. 5, hal. 265.
**
Salah satu karyanya pernah diterbitkan oleh Penerbit Al-Huda berjudul Tangga-tangga Langit.
56
Tafsir ash-Shafi, jil. 5, hal. 262.

53
berbangkit (hari kiamat), tampaknya mereka juga mengatakan hari kiamat telah

bangkit. Pada tahun itu juga saya pergi ke Irak dan Karbala. Di sana saya juga melihat

ada spanduk yang tertulis dalam bahasa Arab: Partai Ba`ts (kebangkitan, atau bisa

juga berarti kiamat) telah berdiri. Saya berkata, ‘Mengagumkan!’, ternyata mereka

juga mengatakan hari kiamat telah datang. Saya pergi ke Suriah, dan di sana pun

tertulis hal yang sama: Partai Ba`ts telah berdiri, yang berarti mereka mengatakan hal

yang sama.

Al-Quran pun menyebutkan bahwa kiamat telah tiba. Dengan kata lain, sekarang pun

kita sedang berada dalam hari kiamat. Yang berarti, sekarang, Allah Swt sudah

ah
menampakkan balasan atau ganjaran-Nya kepada manusia.

i
Agha Dulabi mengisahkan sebuah perjalanannya. “Pernah pada tanggal 26 Rajab saya
Sy
berada di Masyhad. Hari itu saya sudah memegang tiket untuk pulang. Sebelum

pulang saya menemui Almarhum Ayatullah Milani. Dia bertanya, ‘Kenapa engkau
a
k

tidak tinggal, besok kan hari mab`ats (hari diangkatnya Rasulullah saw sebagai
a

rasul)?’
st

Saya menjawab, ‘Al-Quraan menyebutkan, Maka hari ini adalah hari berbangkit
u

(hari kiamat).’ Ayatullah Milani berkata; “Jadi, engkau selalu berada dalam hari
P

kiamat.”

Sebagian besar orang hanya satu sekali merasa atau berada dalam hari kebangkitan

sementara orang-orang tertentu menganggap setiap hari sebagai hari kebangkitan.

Memberi Perhatian kepada Inti Persoalan

Keberadaan Haji Agha Dulabi bisa dianggap sebagai salah satu dari manifestasi

tauhid. Sebagian orang mengatakan bahwa dia adalah sosok “mayat yang berjalan”.

Dia berada pada situasi dan atmosfer yang berbeda. Perhatiannya kepada hakikat

54
sesuatu begitu kuat. Jika seseorang membawa kita pada “kata” dia kembali kepada

“makna”-nya.

Seorang pelajar agama (talabeh) yang sekian lama menghadiri pelajaran seorang guru

berkata, “Guru kami menghabiskan beberapa waktu untuk membahas apakah kata itu

hujjah atau bukan, dan apa itu arti harfiah? Di antara persoalan yang dibahasnya ialah

ungkapan sirtu minal Bashrah ilal Kufah (saya pergi dari Bashrah menuju Kufah).

Agha Dulabi bertanya kepada si pelajar, “Jadi, bagaimana artinya?”

Pelajar itu menjawab, “Saya pergi dari Bashrah menuju Kufah.”

Agha Dulabi berkata, “Kamu salah. Yang benar ialah kamu keluar dari Bashrah dan

ah
terus tinggal di luar Bashrah. Bashrah adalah tempat melihat, tempat di mana mata

i
menjadi bisa melihat. Kenapa kamu pergi ke arah Kufah, yang akan menyebabkan
Sy
kamu menjadi buta.” Kemudian dia mulai berbicara tentang mampu melihat.

Seseorang yang mampu melihat tidak boleh pergi. Karena ia harus menyalakan
a
k

lentera dan hendaknya tetap kokoh berdiri di sana.


a

Almarhum Ayatullah Hairi berkata, “Jika engkau ingin melihat kekuasaan Allah
st

lihatlah Haji Agha Dulabi. Seseorang yang sama sekali tidak pernah belajar namun
u

berbagai pengetahuan begitu deras mengalir dari dalam dirinya.”


P

Rindu kepada Ilmu-ilmu Ahlulbait as

Haji Agha Dulabi menuturkan, “Pada masa muda saya pergi ke Karbala dan Najaf

bersama ayah saya. Saya ingin tinggal di kota Karbala menjadi seorang pelajar agama

(talabeh). Di tengah kegelapan malam saya membolak-balik kitab Mi`râj as-Sa`âdah.

Pada masa itu hanya ada lentera minyak. Mata saya menjadi lelah. Saya selalu

membaca hal-hal yang berkaitan dengan kata-kata Ahlulbait atau pelajaran akhlak.

Saya ingin berakhlak dengan akhlak Ahlulbait. Saya ingin menjadi pelajar agama

namun ayah saya tidak menerimanya, karena saya anak satu-satunya, yang membantu

55
pekerjaannya. Ayah saya sangat mencintai saya. Akhirnya saya meminta nasihat

Syekh Ghulam Ali Qummi. Syekh Qummi berkata, ‘Ayahmu tidak menerima, kamu

harus turuti keinginannya.’ Saya begitu sedih karena tidak bisa menimba ilmu-ilmu

Ahlulbait. Ketika di Karbala saya menempelkan keras-keras dada saya ke makam

Imam Husain as hingga terluka. Saya meminta ilmu yang bermanfaat kepada Imam

Husain as. Kemudian saya datang ke Najaf. Lalu perasaan sedih saya lenyap berganti

dengan perasaan senang. Allah Swt pun menggantinya dengan memberi ilmu yang

bermanfaat kepada saya.”

Beberapa kelompok, termasuk kelompok kami (penulis—peny.) berkali-kali datang

ah
kepada Haji Agha Dulabi. Dia berbicara tentang ilmu dari pagi hingga waktu asar

i
selama sepuluh jam tanpa henti dan tidak kehabisan bahan yang hendak disampaikan.
Sy
Terkadang hingga dua malam dia terus berbicara, semuanya berisi ilmu yang

bermanfaat.
a
k

Mata Air Hikmah


a

Ilmu Ilahi yang mengalir keluar dari Agha Ismail Dulabi adalah karamah, atau seperti
st

mukjizat. Haji Agha Dulabi beberapa-kali mengatakan, “Saya datang ke majelis


u

dalam keadaan sama sekali tidak tahu apa yang ingin saya katakan. Engkau pun dalam
P

keadaan tidak tahu apa yang akan kalian dengar. Ini merupakan majelis paling

murni.”

Artinya, dalam majelis itu sama sekali tidak ada mempersiapkan materi. Kami datang

dan menginginkan materi yang akan disampaikan datang dari sisi Allah. Haji Agha

Dulabi benar-benar contoh dari hadis berikut, “Barangsiapa yang mengikhlaskan

dirinya untuk Allah selama empat puluh hari, maka mata air hikmah akan mengalir

dari hati menuju lidahnya.” 57

57
Bihar al-Anwar, jil.67, hal.249; Safinah al-Bihar, jil.2, hal.357.

56
Kami benar-benar melihat fenomena ini pada dirinya, dan kami benar-benar melihat

mata air hikmah pada dirinya. Terkadang kami mengajukan pertanyaan tentang ayat-

ayat mutasyabih yang sulit kepadanya, dan dia dapat menjelaskan artinya dengan

begitu indah.

Berkenaan ayat yang berbunyi, Dan pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak

memerhatikan?” (QS. Adz-Dzariyat: 21), Agha Dulabi mengatakan, “Allah Swt

berfirman, ‘Aku ada dalam dirimu. Aku memenuhi wujud dirimu’.” Dia terus berkata,

“Bacalah dan resapi ayat ini. Tidak ada perkataan yang lebih lezat, lebih indah, dan

lebih dekat kepada kita daripada perkataan Allah ini. Kini Zat yang telah menciptakan

ah
kita berbicara kepada kita. Zat yang telah menganugerahi kita dengan fitrah, akal,

i
pemahaman, mata dan perasaan.” Itulah yang dikatakan Haji Agha Dulabi kepada
Sy
kami.

Imam Ali Sajjad as mengatakan, ”Sekiranya Kitab Allah ada di sisiku, maka aku
a
k

tidak membutuhkan sesuatu yang lain.” Hadis mengatakan, “Meskipun seluruh


a

makhluk yang ada di antara timur dan barat mati, aku tidak merasa takut sama sekali
st

selama Al-Quran bersamaku.” 58


u

Firman Allah Swt, “Dan pada dirimu, apakah kamu tidak melihat ...” adalah
P

ungkapan yang begitu indah. Artinya, Aku lebih dekat kepadamu dibandingkan urat

lehermu. Aku ada dalam wujudmu. Apakah engkau tidak ingin melihatnya?

Ayatullah Hairi berkata, “Saya berteman dengan Haji Agha Dulabi selama empat

puluh lima tahun. Dari mana semua pengetahuan pada dirinya itu mengalir! Dari

mana semua pemahaman itu datang. Tidak hanya sampai di situ, semua pertanyaan

yang diajukan padanya dapat segera dijawabnya. Terkadang teman-teman sudah

kelelahan hingga tertidur sementara dia tetap sanggup menyampaikan berbagai ilmu.”

58
Al-Kafi, jil.2, hal.602, hadis 13.

57
Amirul Mukminin Ali as pernah berkata, “Pada setiap masa Allah Swt selalu

mempunyai hamba-hamba yang Dia berikan ilham pada pikirannya dan Dia berbicara

kepada akalnya.” 59

Dalam ucapan Amirul Mukminin as yang lain, “Ilmu itu ada dua: ilmu fitri dan ilmu

yang didengar. Ilmu yang didengar tidak bermanfaat selama belum menjadi ilmu

fitri.” 60

Ilmu yang didengar seperti air dari luar yang mengalir ke sungai. Adapun ilmu fitri

adalah ilmu yang terpateri dalam jiwa manusia. Ilmu-ilmu yang tampak masih belum

bermanfaat, selama belum menjadi ilmu fitri dan tidak mengalir dari dalam diri.

ah
Haji Agha Ismail Dulabi berkata, “Terkadang air dicurahkan ke dalam sumur supaya

i
tanahnya menjadi lunak hingga air keluar dari dalam sumur. Air yang dicurahkan
Sy
tersebut hanya untuk melunakkan tanah.”

Tak jarang Haji Agha Dulabi menyampaikan sesuatu, lalu setelah beberapa waktu
a
k

berlalu kami baru menemukan bukti-bukti riwayat yang menguatkannya. Dia pun
a

mengatakan, “Saya belum pernah melihat hadis-hadis ini di kitab mana pun.”
st

Kecintaan kepada Qum


u

Sejak tiga puluh sampai empat puluh tahun yang lalu Haji Agha Dulabi telah
P

menyediakan sebuah rumah di Qum, karena dia dan kaum kerabatnya sering datang

ke Qum. Agha Dulabi berkata, “Ketika pergi menuju Tehran wajah saya selalu

menoleh ke arah Qum.”

Qum selalu menjadi tempat terakhir yang dikunjungi ke mana saja dia pergi. Dia

berkata, “Saya sering berziarah ke Masyhad, tinggal beberapa bulan di sana, namun

tidak ada tempat seperti Qum yang dapat membuat saya selalu merasa rindu dan

terpuaskan dengan tinggal di dalamnya. Saya pernah tinggal di Masyhad, Najaf dan

59
Nahj al-Balaghah, Khotbah 222.
60
Bihar al-Anwar, jil.1, hal.218; Nahj al-Balaghah, hikmah 338.

58
Karbala, namun setelah beberapa waktu timbul keinginan untuk pulang. Setiap kali

saya pergi ke Qum, kemudian pulang, saat itu ada keinginan untuk mengunjungi Qum

kembali.”

Bukti yang Benar

Ketika itu, salah seorang saudara Agha Dulabi meninggal dunia. Mereka sedang

berada di Qum. Mereka melakukan azadari (acara belasungkawa) hingga larut

malam, lalu tidur. Agha Dulabi berkata, “Saya khawatir kerabat saya tidak bangun

untuk shalat subuh. Namun saya lihat salah seorang dari mereka sudah bangun.

Kemudian saya berkata, ‘Alhamdulillah, seorang sudah bangun, sehingga semua

ah
terhindar dari bencana. Jika pada satu keluarga atau kelompok terdapat satu orang

i
yang shalat, maka mereka harus sangat bersyukur kepada Allah Swt.” Begitulah!
Sy
Artinya, satu orang yang mengerjakan shalat bisa meliputi semua.

Kami pun berusaha mencari apa maksud yang dikatakannya itu. Kemudian kami
a
k

menemukan sebuah hadis dari Imam Ja`far Shadiq as yang berbunyi, “Dengan
a

perantaraan orang yang shalat dari Syi’ah kami, Allah Swt menolak bencana dari
st

Syi’ah kami yang tidak shalat. Jika mereka semua tidak shalat maka mereka semua
u

binasa.” 61
P

Kami kadang-kadang meletakkan apa-apa yang dikatakan Agha Dulabi sebagai

kemungkinan, namun setelah beberapa waktu ternyata kami pun dapat menemukan

hadisnya. Agha Dulabi berkata, “Saya bersyukur kepada Allah. Saya tidak pernah

menemukan hadis dan riwayat, tapi saya tidak pernah salah satu kali pun dalam

berbicara. Merekalah yang kemudian menemukan ayat dan bukti-bukti yang benar

buat saya.”

61
Bihar al-Anwar, jil. 7, hal. 382.

59
Wujud penggalan Ziarah Jamiah berikut dapat ditemukan pada sebagian orang:

“Dengan berwilâyah dan mencintai kalian, Allah mengajarkan kepada kami

pengetahuan-pengetahuan agama kalian.”

Haji Agha Dulabi berkata, “Berwilâyah dan mencintai Ahlulbait as menyebabkan

Allah Swt menjadi guru kita. Apakah kita tidak menginginkan apabila Allah Swt yang

menjadi guru kita?! Maka masuklah ke bawah naungan wilâyah Ahlulbait, karena

para pecinta mereka mempunyai guru di dalam diri mereka, bukan guru di luar diri

mereka.”

Insya Allah, kita juga dapat mengambil manfaat dari hidangan cinta, rahmat, dan doa

ah
Ahlulbait as. Semoga kita dapat mencicipi hidangan itu. “Semua ini sesuatu yang

i
dapat dicicipi. Meskipun ribuan tahun saya mengatakan gula itu manis, Anda tetap
Sy
tidak akan dapat memahaminya kecuali setelah Anda sendiri mencicipinya,” demikian

perkataan Haji Agha Dulabi. []


a
k

-4-
a

Rasulullah saw adalah manusia yang paling lembut kepada manusia lainnya.
st

Rahasia Doa yang Dikabulkan


u

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa rahasia doa yang dikabulkan ialah dengan
P

menyebut Rasulullah saw dan Ahlulbait di dalamnya. Jika dalam doanya seseorang

bersumpah kepada Allah Swt bukan dengan nama mereka, maka doanya tidak akan

dikabulkan. Riwayat serupa juga banyak ditemukan dalam hadis-hadis dari sumber

Ahlusunnah.

Rasulullah saw bersabda, “Sebuah doa tetap terhalang hingga seseorang bershalawat

kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.” 62

62
Bihar al-Anwar, jil.90, hal.316.

60
Artinya, doa yang kita panjatkan tidak akan pernah sampai, karena pintu belum

terbuka sebelum kita mengucapkan kata password sebagai kunci. Setiap khazanah

memiliki pintu, dan orang harus membuka pintu itu dengan kuncinya.

Nabi Adam as selama empat puluh tahun merintih, namun karena dia belum

mengetahui kata sandi pembuka, rintihan dan permohonannya seolah tidak berarti.

Kemudian Malaikat Jibril turun dan memberitahukan kuncinya dengan berkata,

“Bersumpahlah kepada Allah dengan nama-nama ini!” Kemudian pintu pun terbuka.

Insya Allah, semoga kita jangan sampai lupa kata sandi itu, yaitu bershalawat kepada

Muhammad dan keluarga Muhammad: “Setiap hamba yang ditimpa kesedihan, lalu

ah
dengan niat yang tulus dia menyeru Allah dengan hak Muhammad dan keluarga

i
Muhammad, maka Allah pasti mengabulkan doanya.” 63
Sy
Artinya, jika seseorang menyeru Allah dengan hak Muhammad dan keluarga

Muhammad maka doanya dikabulkan. Dalam riwayat lain dikatakan, jika seseorang
a
k

yang sedang berada dalam neraka Jahannam menyebut nama Muhammad dan
a

Ahlulbaitnya, maka Allah akan memadamkan apinya.


st

Dalam hadis lain yang terdapat di kitab al-Khishal, karya Syekh Shaduq, disebutkan:
u

Seorang hamba yang banyak dosanya dilemparkan ke dalam neraka Jahannam. Dia
P

berada dalam api Jahannam selama tujuh puluh musim gugur, yang setiap musim

gugurnya sama dengan tujuh puluh tahun, jadi kurang lebih selama lima ratus tahun.

Setiap kali dia berdoa tidak ada pengaruh pada nasibnya, karena ia belum menyebut

“kata sandi”. Setelah lima ratus tahun dia baru ingat nama Rasulullah saw. Kemudian

dia memohon kepada Allah Swt supaya mengasihinya dengan menyebut hak

Muhammad dan keluarganya.

63
Tafsir Furat, hal.75.

61
Allah berkata kepada Jibril, “Turunlah kepada hamba-Ku dan keluarkanlah dia dari

neraka Jahannam.” Maka Jibril pun mengeluarkannya. Kemudian Allah bertanya,

“Wahai hamba-Ku, berapa lama engkau masih berada dalam neraka setelah engkau

bersumpah kepada-Ku?”

Hamba itu menjawab, “Wahai Tuhanku, aku tidak tahu.”

Allah Swt berkata, “Ketahuilah, jika engkau tidak memanggil-Ku dengan menyebut

hak Muhammad dan Ahlulbaitnya, maka Aku akan tetap membakarmu dalam waktu

lama. Namun Aku telah menetapkan pada diri-Ku bahwa setiap hamba yang menyeru-

Ku dengan menyebut hak Muhammad dan Ahlulbaitnya, maka Aku akan

ah
mengampuni semua dosanya yang terjadi antara Aku dengannya. Dan kini Aku telah

mengampuni dosa-dosamu.” 64
i
Sy
Sandi ini begitu mengagumkan. Di mana saja nama keluarga ini disebut, maka neraka

tidak berfungsi. Dengan begitu, neraka berarti jauh dari Allah dan Ahlulbait,
a
k

sedangkan surga berarti dekat dengan Allah dan empat belas manusia suci. Karena itu,
a

janganlah kita sampai melupakan nama-nama suci tersebut. Allahummâ bi haqqi


st

Muhammad wa âli Muhammad.


u

Cinta Allah kepada Hamba-Nya


P

Yang pertama mencintai adalah Allah Swt. Dia, Yang Mahasuci, selalu ingin

mencintai. Dalam sebuah hadis qudsi dikatakan, “Wahai hamba-Ku, demi hak yang

engkau miliki pada-Ku Aku mencintaimu, dan dengan hak yang Aku miliki padamu

cintailah Aku.” 65

Hadis-hadis qudsi begitu indah dan enak dibaca. Kitab Zabur Nabi Daud yang

sekarang ada—meski mungkin saja beberapa bagiannya telah diselewengkan—

sebagian besar berisi munajat dan serupa dengan hadis-hadis qudsi. Dalam hadis-

64
“Imam Muhammad al-Baqir as”, al-Khishal Syekh Shaduq, jil.2, hal.398.
65
Irsyad al-Qulub, jil. 1, hal. 171, bab 5.

62
hadis itu Allah Swt banyak berbicara kepada anak Adam as dengan menggunakan

ungkapan-ungkapan yang sangat indah. Syekh Hurr Amili menghimpun hadis-hadis

tersebut dalam sebuah kitab yang berjudul Jawâhir as-Saniyyah fî Ahâdîts al-

Qudsiyyah. Sementara penghimpunan yang lain atas hadis-hadis qudsi dilakukan

Syahid Ayatullah Sayid Husain Syirazi dalam sebuah karya berjudul Kalimatullâh

Hiya al-`Ulyâ.

Dalam sebuah hadis qudsi Allah Swt berfirman, “Demi hak yang engkau miliki pada-

Ku, Aku mencintaimu.”

Haji Agha Ismail Dulabi telah membahas masalah ini secara panjang lebar. Agha

ah
Dulabi menyatakan, Allah Swt mutlak tidak memerlukan siapa pun dan apa pun.

i
Allah, Yang Mahakaya, sudah semestinya sombong sementara kita seharusnya
Sy
menunjukkan rasa perlu dan butuh. Yang Mahakuasa atas segala sesuatu patut

sombong dan kita harus membeli kesombongan-Nya dengan kebutuhan sepenuhnya.


a
k

Kita memerlukan karunia sementara Allah pemberi karunia. Tapi perhatikanlah,


a

dalam hadis qudsi ini Allah Swt seakan menunjukkan bahwa Dia-lah yang sedang
st

membeli kesombongan hamba-Nya dengan mengatakan, “Wahai anak Adam, demi


u

hak yang engkau miliki pada-Ku, Aku mencintaimu.” Dan Dia pun telah
P

membuktikannya. Perhatikan dan renungkanlah, betapa besar peluang yang

disediakan Sang Maha Pemurah bagi anak Adam. Segala sesuatu Allah Swt tetapkan

berada dalam genggaman tangan anak Adam.

Kita mungkin pernah mendengar kisah Namrud. Suatu ketika Namrud kecil

digendong ibunya naik perahu bersama orang-orang. Gelombang laut begitu dahsyat

menghempas perahu, semua penumpang terlempar dan tenggelam. Tapi Allah Swt

menempatkan anak kecil yang lepas dari gendongan sang ibu dan masih menyusu itu

di atas serpihan papan perahu yang hancur agar bisa terus mengambang. Allah Swt

63
menyuruh para malaikat menjaganya. Air laut tidak menenggelamkannya. Kepada

matahari pun diperintahkan agar dengan lembut menyinari tubuh anak yang masih

lemah itu. Angin tunduk pada Sang Pengatur untuk berhembus dengan lembut

kepadanya. Ringkasnya, Allah Swt mengatur harmonisasi kekuatan alam untuk

menyelamatkan anak yang masih dalam masa menyusui itu dari hempasan gelombang

laut yang dahsyat. Kemudian angin membawa si anak bayi ke tepi pantai. Allah Swt

memerintahkan binatang untuk menyusuinya hingga dia tumbuh besar. Namun setelah

besar dia malah mengaku sebagai tuhan. Ia menjadi “Namrud”, yang menyatakan

perang dengan Allah, yang telah menolong dan memeliharanya. Dia melemparkan

ah
Nabi Ibrahim as ke dalam api. Tapi meski dia telah menjadi Namrud, dan

i
mendeklarasikan perang terhadap Allah dan Rasul-Nya, namun Allah tetap tidak
Sy
mengurangi haknya. Allah Swt tidak akan mengurangi hak seseorang. Inilah cinta dan

kasih sayang Sang Pemurah, Kaya, dan Terpuji.


a
k

Kita mungkin juga pernah mendengar kisah Fir`aun. Mulanya Fir’aun adalah orang
a

miskin dan bukan siapa-siapa. Dia seorang buruh yang tidak mempunyai pekerjaan.
st

Kemudian dia pergi ke Mesir dan membangun pemakaman. Perlahan-lahan dia pun
u

berhasil mendapat kepercayaan dan pengaruh sampai tampil menjadi panglima,


P

hingga akhirnya menjadi raja. Istrinya pun adalah salah seorang wanita terbaik di

alam ini, Sayidah Asiah binti Muzahim.

Betapa Allah Swt sesungguhnya begitu pengasih! Sehingga, kata “Allah” pun berarti

cinta. Salah satu nama Allah Swt adalah habib. Sebaik-baiknya kekasih (habib) dan

yang dikasihi (mahbub) adalah Allah Swt. Sebagian kalangan mengatakan kata Allah

berasal dari kata walaha yang berarti “rindu” dan “yang dirindukan”. Sehingga Allah

adalah Zat yang mencintai dan merindukan seluruh partikel alam, dan Dia dirindukan

seluruh alam.

64
Rasulullah saw adalah Manusia yang Paling Pengasih

Allah Swt tidak akan pernah mengurangi hak seseorang. Allah Swt telah menciptakan

alam berdasarkan rahmat. Rasulullah saw juga merupakan perwujudan rahmat Allah.

Dia tidak akan mengurangi hak siapa pun, bahkan terhadap manusia yang paling keji

dan orang-orang zalim di sampingnya yang kemudian mengambil hak dari washi-nya.

Bahkan memberikan anak perempuan kepada mereka, dan menjadi menantu mereka.

Rasulullah saw selalu bersikap baik dan lembut kepada siapa saja yang bepergian

dengannya.

Anas bin Malik menjadi pembantu Rasulullah saw selama sebelas tahun. Ketika

ah
Rasulullah saw hijrah ke Madinah, penduduk Madinah menyambut kedatangan

i
Rasulullah saw dengan penuh penghormatan. Mereka menunjukkan kecintaan, dan
Sy
setiap orang dari mereka memberikan hadiah kepada beliau. Ibu Anas bin Malik tidak

mempunyai uang atau barang lain sebagai hadiah, padahal rasa cintanya kepada
a
k

Rasulullah saw begitu kuat. Dia mempunyai seorang anak laki-laki yang ketika itu
a

masih remaja, namanya Anas. Sang ibu mengirim anaknya kepada Rasulullah saw
st

seraya berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat aku
u

hadiahkan kepadamu. Aku hanya bisa menyerahkan anak laki-lakiku kepadamu


P

supaya menjadi pembantumu.” Rasulullah saw menerimanya.

Selama sebelas tahun Anas menjadi pembantu Rasulullah saw. Banyak sekali akhlak

dan perilaku Rasulullah saw diriwayatkan melalui Anas. Salah satu akhlak Rasulullah

saw yang diriwayatkan Anas ialah: “Rasulullah saw adalah manusia yang paling

lembut kepada manusia lainnya.” 66

Kelembutan Rasulullah saw bukan hanya untuk Salman, Abu Dzar, dan orang-orang

mukmin. Kasih sayang dan cinta Rasulullah saw mencintai semua manusia dan

66
Sireh e Nabawi, hal. 79.

65
seluruh makhluk. Rasulullah saw menginginkan kebaikan semua makhluk.

Kelembutan, kasih sayang dan kecintaannya kepada makhluk lebih besar dari siapa

pun. Jika ada orang yang memiliki kelembutan dan kecintaan seperti Rasulullah saw,

pastilah dia seorang nabi. Allah Swt menganugerahi Rasulullah saw dengan sifat

mengasihi dan mencintai makhluk.

Kasih Sayang Allah Swt Begitu Dahsyat

Nabi Ya`qub as amat mencintai Nabi Yusuf as. Dia menangisi Yusuf selama empat

puluh tahun, hingga matanya buta, punggungnya bungkuk dan rambutnya memutih.

Dalam riwayat dikatakan Nabi Ya`qub as mencintai Nabi Yusuf as tujuh puluh kali

ah
lipat dari ayah biasa mencintai anaknya. Namun Allah mencintai hamba-Nya tujuh

i
puluh kali lipat dari cinta Ya`qub as kepada Yusuf as. Saat Nabi Musa dan Nabi
Sy
Harun as hendak pergi mendatangi Fir`aun, Allah berkata kepada keduanya, Maka

berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
a
k

mudahan ia ingat dan takut (QS. Thaha: 44).


a

Allah Swt berpesan kepada Musa as dan Harun as untuk menghadapi Fir`aun dengan
st

lembut dan cinta. Haji Agha Dulabi menyatakan ungkapan menarik: “Tuhan
u

sedemikian penyayang kepada orang-orang berdosa sehingga mereka ketakutan kalau


P

Tuhan dibajak.”

Di dalam kitab `Ilal asy-Syarâyi` diceritakan: Tatkala air Sungai Nil menyusut, orang-

orang datang kepada Fir`aun dan berkata, “Bukankah engkau tuhan kami?” Fir`aun

menjawab, “Ya.” Mereka berkata lagi, “Jika begitu, perbanyak air sungai Nil. Kebun

kami sudah kekurangan air.” Fir`aun berkata, “Baik, besok aku akan perbanyak.”

Fir’aun tahu sebenarnya, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Malam harinya dia

menanggalkan pakaian kebesarannya, dan menjatuhkan dirinya ke tanah seraya

berkata, “Ya Allah, jangan lenyapkan harga diri kami. Ya Allah, kami telah

66
terperosok ke dalam bahaya.” Dia terus merintih sedemikian rupa hingga Allah

mengabulkan permohonannya dengan memperbanyak air Sungai Nil. 67

Fir`aun sebenarnya beriman kepada Allah Swt, Sang Pemberi segala sesuatu, di dalam

jiwanya. Namun dia tidak menampakkan atau mengingkarinya. Setiap kali dia

mendapat masalah dia beribadah kepada Allah dari malam hingga subuh.

Allah Swt berfirman di dalam Al-Quran: Dan mereka mengingkarinya karena

kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakininya (QS. An-

Naml: 14).

Mengimani Ahlulbait as di Dalam Batin

ah
Kita tidak mempunyai orang kafir yang sesungguhnya. Menurut Haji Agha Dulabi:

i
“Orang yang berkata saya tidak menerima Tuhan, sebenarnya dia ingin menyatakan
Sy
Tuhan itu ada namun saya tidak menerimanya.” Dengan kata lain, orang-orang seperti

itu telah mempermainkan dirinya sendiri. Karena jika dia tidak menerima Allah Swt,
a
k

maka dia jangan menjadi tua, jangan mati, jangan sakit, jangan memakan rezeki-Nya
a

dan dia harus keluar dari kerajaan-Nya. Siapa yang benar-benar dapat mengingkari
st

Allah Swt?
u

Fir`aun dan orang-orang celaka menerima Allah dalam jiwa mereka, bahkan mereka
P

juga menerima Ahlulbait as. Dalam Ziarah Jami’ah disebutkan: “Tidak ada penguasa

zalim dan setan terkutuk serta makhluk di antara keduanya melainkan Allah Swt telah

memperkenalkan kepada mereka semua perihal tingginya kedudukan kalian.” 68

Allah Swt telah memperkenalkan kepada semua makhluk tentang tingginya

kedudukan Ahlulbait as. Artinya, Muawiyah, Amr bin Ash, dan orang-orang zalim

yang mengambil hak kepemimpinan Amirul Mukminin, semuanya mengakui

keutamaan-keutamaan Ahlulbait as. Boleh dikatakan, dalam batin mereka

67
`Ilal asy-Syarâyi`, hal. 58.
68
“Ziarah Jami’ah”, dalam Mafatih al-Jinan.

67
(sebenarnya) mengimani Ahlulbait. Amr bin Ash yang termasuk salah seorang musuh

pertama Amirul Mukminin dan bersekutu dengan Muawiyah, telah mengucapkan

sebelas bait syair tentang keutamaan-keutamaan Amirul Mukminin Ali bin Abi

Thalib, dan karena itu Imam Hasan as memberinya hadiah sebesar dua belas ribu

dirham.

Engkau Memerhatikan Musuh

Air bergerak dengan perintah Fir`aun namun tidak bergerak dengan perintah Musa as.

Nabi Musa as datang ke hadapan Allah Swt seraya berkata, “Ya Allah, satu sisi

Engkau berkata kepada kami, pergilah dan perangi Fir`aun, namun di sisi lain Engkau

ah
memberi kewenangan kepadanya!” Allah Swt berkata, “Fir`aun telah mengetuk pintu

i
Kami dan memohon sedemikian rupa sementara kamu tidak tahu.”
Sy
Dalam Doa Thawaf mengelilingi Ka`bah kita membaca: “Wahai Zat yang

mengabulkan permintaan makhluk yang paling dimurkai-Nya, yaitu Iblis.” 69


a
k

Setelah Iblis tidak mau bersujud kepada Adam as dia diusir dan dilaknat. Kemudian
a

Iblis meminta, “Ya Allah, berilah tempo kepadaku.” Allah berkata, “Aku memberi
st

tempo kepadamu.” Iblis meminta lagi, “Ya Allah, jadikan aku mampu menembus
u

darah, kulit dan syaraf anak Adam hingga aku dapat menguasainya.” Allah Swt
P

menjawab, “Aku memberi kemampuan itu kepadamu.”

Ini terjadi karena Iblis telah menyembah Allah Swt selama enam ribu tahun. Tetapi

semua ibadah yang dilakukannya tidak tulus. Meskipun demikian Allah Swt tidak

menolaknya. Sungguh mengagumkan! Apakah mungkin Tuhan yang mengabulkan

permohonan Fir`aun dan permohonan Iblis itu tidak mengabulkan permohonan

seorang mukmin?

69
`Ilal asy-Syarâyi`, hal. 58.

68
Imam Muhammad Baqir as berkata, “Demi Allah, tidaklah seorang hamba mukmin

meminta kebutuhannya kepada Allah dengan terus menerus kecuali Allah pasti

menunaikan permohonannya.” 70

Mungkin saja Allah Swt memberikan kebutuhan para pemohon itu dengan

“terlambat”, namun Allah Swt mengasihinya dengan lebih baik. Jika Tuhan tidak

menolak permintaan Fir`aun, Iblis, dan makhluk yang paling dimurkai, maka mana

mungkin akan menolak permohonan seorang mukmin?

Riwayat tentang Fir`aun di atas sangat menggugah kesadaran, dan memberitahukan

bahwa kasih sayang Allah begitu tiada tara kepada para hamba-Nya. Imam Ali Ridha

ah
as berkata, “Ketika Fir`aun hampir tenggelam, dia mulai meminta tolong kepada Nabi

i
Musa as. Dia terus memohon kepada Nabi Musa as. Namun Nabi Musa as berkata,
Sy
“Engkau harus tenggelam”, dan dia pun tenggelam. Malam harinya, Nabi Musa as

datang ke hadapan Allah Swt untuk bermunajat. Allah Swt bertanya kepada Musa as,
a
k

‘Mengapa engkau tidak menjawab permohonan Fir`aun?’ Allah berfirman, “Hai


a

Musa, engkau tidak menjawab permintaan tolong Fir`aun karena engkau tidak
st

menciptakannya. Jika dia meminta pertolongan kepada-Ku Aku pasti


u

menolongnya.” 71
P

Musa dan Qarun

Hal yang hampir sama terjadi pada Qarun. Qarun adalah sepupu Nabi Musa as.

Ringkas kisahnya, Qarun adalah salah kerabat Nabi Musa as yang semula seorang ahli

masjid, beriman dan berperilaku sangat baik. Tapi kemudian dia berubah setelah

mempunyai banyak harta. Sebuah pelajaran berharga; jangan sampai ketika kita

memperoleh kekayaan, lalu kita kehilangan kontrol diri.

70
Al-Kafi, jil. 2, hal. 475, hadis 3.
71
`Ilal asy-Syarâyi`, hal. 59.

69
Seorang manusia ketika tidak punya uang selalu berseru “Ya Allah!” Tetapi ketika

sudah memperoleh kekayaan, serta merta dia membangkang kepada-Nya.

Begitu pula yang terjadi pada Qarun. Ketika kekayaan sudah berada dalam

genggamannya dia mengingkari zakat, memusuhi Nabi Musa as, menghamburkan

uang kepada pelacur, dan berbagai tingkah polah penyelewengan lain. Sampai dia

berani berkata, “Beri kesaksian bahwa Musa dan aku mempunyai hubungan yang

haram!”

Nabi Musa as banyak menerima gangguan dari kalangan Bani Israil. Mereka

menuduh Nabi Musa dengan berbagai tuduhan keji. Suatu ketika Nabi Musa as pergi

ah
bersama Nabi Harun as. Di tengah perjalanan Harun as meninggal dunia. Mereka

i
menyebarkan tuduhan bahwa Nabi Musa as takut Nabi Harun as merebut
Sy
kedudukannya, sehingga dia membunuhnya. Singkatnya, Qarun menuduh Nabi Musa

as dengan tuduhan yang keji. Nabi Musa marah, lalu memerintahkan bumi
a
k

menelannya.
a

Amarah Musa
st

Musa as seorang pemarah. Ketika dia marah tidak ada orang yang dapat
u

mencegahnya. Dalam riwayat dikatakan bahwa di pundak Nabi Musa as tumbuh bulu-
P

bulu yang menusuk badannya sampai keluar dari bajunya ketika dia marah, hingga

dari ujung-ujungnya keluar darah. 72

Dalam Al-Quran juga disebutkan, tatkala dia melihat umatnya menyembah patung

anak sapi dia mencengkeram kerongkongan Nabi Harun as. Tapi Harun as yang

penyabar dan lembut tetap menjadi pendamping yang setia. Karena itulah Allah Swt

menempatkan Harun as di samping Musa as.

72
Tafsir Qummi, hal. 121.

70
Musa as kadang-kadang beralasan kepada Allah, “Cobaan (fitnah) ini tidak lain dari

Engkau.” (QS. Al-A`raf: 155). Siapa yang berani berkata demikian kepada Allah Swt;

“semua ini dari Engkau”. Itu perkataan yang sangat berani.

Nabi Musa as mengatakan kepada Allah Swt, “Patung anak sapi ini adalah buatan

Samiri, tetapi siapa yang menjadikannya bisa mengeluarkan suara? Siapa yang telah

memberikan kekuatan kepada Fir`aun.” Singkatnya, Musa as adalah seorang yang

sangat pemarah. Dia memukul seorang Qibthi dengan satu pukulan dan orang itu

mati, Lalu Musa meninjunya dan matilah orang itu ... (QS. Al-Qashash: 15).

Musa as dan Hidangan Fir`aun

ah
Musa as muda berotot sangat kuat. Musa as banyak memakan makanan berlemak di

i
istana Fir`aun. Dia besar dalam asuhan Fir`aun. Di rumah Fir`aun itu dia makan dalam
Sy
satu meja hidangan dengan Fir`aun. Sungguh mengagumkan, ada seorang nabi ulul

azmi yang tumbuh besar di rumah thagut nomor wahid dan memperoleh makanan dari
a
k

hidangannya. Fir`aun adalah penghisap darah masyarakat. Ini bisa dimaknai bahwa
a

jika Allah menginginkan sesuatu, maka tidak perlu syarat apa pun untuk terjadinya.
st

Syaratnya hanya kehendak-Nya. Dengan asuhan dan makanan dari Fir`aun, sang
u

Kalimullah tumbuh besar. Asiyah binti Muzahim pun tinggal di rumah Fir`aun.
P

Sebaliknya, jika Allah Swt berkehendak pada yang lain, bahkan paman Imam Zaman

yang juga saudara seorang Imam dan anak dari seorang Imam pun bisa menjadi

seorang pendusta. Ja`far al-Kadzdzab (sang pendusta) adalah orang yang dibesarkan

di rumah seorang imam besar. Manakala Allah berkehendak sesuatu maka Dia akan

mewujudkannya.

Artinya, jika Allah Swt berkehendak, walau bagaimana pun kondisinya—seperti

Musa yang tumbuh besar di rumah Fir`aun—dia tetap menjadi Musa sang Kalimullah.

71
Sebaliknya, jika Allah tidak berkehendak, meskipun seseorang tinggal di rumah

manusia terbaik tetap tidak ada manfaatnya.

Di Mana Saja Aku Bersamamu Aku Merasa Bahagia

Ada yang jatuh cinta kepada seseorang. Dia sangat mencintainya. Orang yang

dicintainya adalah yang sangat berkuasa. Sang kekasih berkata, ‘Karena engkau telah

memerhatikanku sedemikian rupa maka aku akan mengikatmu ke kuda dan

menyeretmu keliling kota. Si pecinta bertanya, “Apakah engkau juga bersamaku?”

Sang kekasih menjawab, “Ya!” Si pecinta berkata, “(maka) Tidak ada yang perlu

disedihkan.”

ah
Sebuah untaian syair menyatakan:

i
Di mana saja engkau bersamaku aku merasa bahagia,
Sy
meski tempatku di dasar sumur

Selama engkau bersamaku tidak ada kesedihan bagiku. Semua musibah menjadi
a
k

penawar. Selama Allah Swt bersama seseorang maka semua musibah tidak ada
a

artinya, semua onak menjadi puspa.


st

Syair yang lain menyebutkan:


u

Dengan cinta onak menjadi puspa, dengan cinta cuka menjadi arak
P

Cinta apa yang menjadikan semua onak menjadi puspa? Jika seseorang sudah menjadi

kekasih Allah, maka Allah akan melenyapkan pengaruh makanan Fir`aun, hingga dia

menjadi makanan yang baik dan suci. Diri Fir`aun tidak akan memberi pengaruh apa

pun kepada istrinya. Asiah binti Muzahim pun menjadi teman tidur Fir`aun. Biasanya,

siapa yang bersama-sama dengan orang yang suka berbuat dosa pasti akan

terpengaruh, dan jiwanya akan tercemar. Tapi, bagaimana mungkin diri Fir`aun tidak

dapat meninggalkan pengaruh pada diri Asiah. Semua itu terjadi karena Allah Swt

membantunya. Jika Allah Swt membantu maka segala sesuatu menjadi baik.

72
Permintaan Tolong Qarun kepada Musa

Ketika bumi menelan dirinya, Qarun meminta tolong kepada Musa as. Namun Musa

tidak mau memenuhi permintaan tolong Qarun dan berkata, “Hai anak Lewi, jangan

berbicara lagi kepadaku lebih dari ini.” 73

Malamnya Musa as bermunajat kepada Allah Swt. Tapi Allah menjawab, “Hai anak

Lewi, jangan berbicara lagi kepadaku lebih dari ini,” perkataan sama yang

diucapkannya kepada Qarun. Dalam hadis dikatakan, “Sebagaimana engkau memberi,

maka begitulah engkau akan diberi balasan.” 74 Apa saja yang engkau lakukan maka

begitulah engkau akan diperlakukan. Musa as berkata, “Aku adalah kalim-Mu.

ah
Mengapa Engkau tidak menjawab permintaanku?” Allah Swt menjawab, “Mengapa

engkau tidak menjawab permintaan hamba-Ku.”


i
Sy
Allah Swt berkata, “Hai Musa, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, demi Wujud-Ku,

dan demi kebesaran kedudukan-Ku, sekiranya Qarun memohon kepada-Ku


a

sebagaimana dia memohon kepadamu, pasti Aku akan penuhi seruannya.” 75


a k

Cinta dan Rahmat Allah yang Sangat Luas


st

Apa mungkin Allah tidak mencintai makhluk ciptaan-Nya? Seorang pengrajin tentu
u

akan menyukai hasil karyanya. Pencipta tentu akan menyukai makhluk ciptaan-Nya.
P

Para mufassir mengatakan, Surah ar-Rahman adalah mempelai wanita bagi Al-Quran.

Artinya ia adalah Surah Al-Quran yang paling indah. Ar-Rahman adalah kasih sayang

Allah Swt meliputi seluruh makhluk. Rahmaniyyah (kasih sayang) Allah selalu

begitu.

Mulla Agha Darbandi pergi ke Makam Imam Husain as. Dia merapatkan dadanya ke

makam seraya berkata, “Wahai Imam Husain, jangan sampai engkau bersumpah demi

ibumu akan memberi syafaat kepada Syimir!”


73
Tafsir Qummi, jil. 2, hal. 122.
74
Al-Kafi, jil. 2, hal. 138.
75
Tafsir Qummi, jil. 2, hal. 121.

73
Syair berkata:

Aku takut dia memberi syafaat kepada pembunuhnya,

karena Imam Husain as begitu dermawan

Ini merupakan kekhawatiran yang nyata. Mulla Darbandi mengenal kasih sayang dan

kedermawanan Imam Husain as begitu luas. Ketika Syimir hendak datang, Imam

Husain as tersenyum kepadanya. Artinya, kasih sayangku begitu luas, aku ingin

mengasihi dan menerimamu.

Almarhum Ayatullah Syah Abadi berkata, “Imam Husain as berkata kepada Syimir,

“Beri aku air supaya aku memberi syafaat kepadamu di hadapan kakekku.” Ini adalah

ah
sifat rahmaniyyah.

i
Rahmaniyyah Allah Swt berarti membeli semuanya. Kita menjumpai ada sebagian
Sy
penjual buah yang membawa pulang buah-buahan jualannya yang hampir busuk

karena tak laku dijual, dan dimakan sendiri. Begitu juga dengan Allah Swt, sang
a
k

Pencipta dan Pemelihara semua, pasti tidak akan pernah menelantarkan hamba-Nya.
a

Rahmaniyyah (Kasih Sayang) Allah


st

Sifat rahimiyyah Allah Swt khusus bagi ahli surga. Sifat rahmaniyyah Allah Swt
u

bersifat umum. Allah Swt mempunyai dua rahmat. Pertama, yang bersifat umum,
P

disebut rahmaniyyah, yang mencakup semua makhluk. Dengan sifat ini Allah Swt

mengasihi semua makhluk. Allah Swt pernah “digugat” oleh para nabi-Nya berkenaan

dengan orang-orang yang jahat. Kita dapat menyaksikannya pada kisah Fir`aun dan

Qarun. Kedua, sifat rahimiyyah, yang bersifat khusus. Yakni hanya khusus diberikan

bagi orang-orang mukmin dan para ahli surga. Ar-Rahman adalah nama sebuah Surah

dan juga sebuah ayat, yaitu ayat pertama dari Surah ar-Rahman.

Allah Swt berkata, “Ar-Rahmân (Tuhan Yang Maha Pemurah)”, lalu mengatakan,

“’allamal Qur’ân”; dan “khalaqal insân” (Yang telah mengajarkan Al-Quran dan

74
menciptakan manusia). Mungkin kita pernah berpikir, seharusnya pertama kali Allah

mengatakan “menciptakan manusia”, baru kemudian mengatakan “mengajarkan Al-

Quran”. Tetapi Allah Swt mengatakan sebaliknya. Ini berarti, Allah Swt telah

memenuhi jiwa, fitrah dan wujud dengan cahaya dan ilmu, baru setelah itu Dia

menciptakan manusia.

Karena itu, awalnya, munculnya rahmat Allah Swt secara umum kepada seluruh alam,

setelah itu mengajarkan Al-Quran, dan baru kemudian menciptakan manusia. Ini

berarti selama seseorang belum mempelajari Al-Quran maka dia belum menjadi

manusia, dan kemanusiaannya patut dipertanyakan. Selanjutnya, barulah Allah Swt

ah
membuka lidah manusia: Kami mengajarkannya pandai berbicara.

i
Sifat rahmaniyyah adalah sifat yang amat tinggi. Orang-orang bercerita tentang Sayid
Sy
Ibnu Thawus: Dia selalu bangun di waktu sahur dan memulai munajatnya dengan

menyebut “orang-orang terbawah”. Ibnu Thawus berseru, ‘Ya Allah, berilah petunjuk
a
k

kepada orang-orang kafir, orang-orang jahat dan para Namrud.’ Dalam mengiringi
a

kebiasaan shalat malam, dianjurkan pula agar si mushalli menyebut empat puluh
st

orang baik dan mendoakannya. Namun Sayid Ibnu Thawus memulai dengan
u

menyebut dan mendoakan “orang-orang terbawah”. Salah satu kebiasaan Rasulullah


P

saw dalam bangun malamnya ialah memulai dengan menyebut kelompok bawah atau

orang-orang yang terlupakan.

Almarhum Ayatullah Sayid Ali Qadhi, ketika membeli buah ia memilih buah-buah

sisa, karena tidak ada orang yang mau membelinya. Begitu juga Almarhum Mulla

Hadi Sabzawari. Dengan perbuatannya ini mereka ingin mengatakan kepada Kekasih-

nya, “Ya Allah, kami memilih dan mengambil buah-buah itu meski busuk, supaya

Engkau pun mengambil kami.” Allah Swt pun melakukan yang sama. Allah tidak

akan menelantarkan makhluk-Nya.

75
Sekali lagi, kita perhatikan hadis berikut dan mencamkannya dalam hati: “Wahai

hamba-Ku, demi hak yang engkau miliki pada-Ku Aku mencintaimu, dan demi hak

yang Aku miliki padamu cintailah Aku.” 76[]

-5-

Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam

(QS. Al-Anbiya:107)

Orang yang Paling Dekat dengan Rasulullah saw

Banyak sekali riwayat yang menerangkan kepada kita berbagai jalan untuk bisa dekat

dengan Rasulullah saw. Jika kita meniti salah satu jalan tersebut pada hakikatnya kita

ah
telah meniti seluruh jalan untuk bisa dekat dengan Rasulullah saw.

i
Siapa saja yang paling banyak beribadah maka dia paling dekat dengan Rasulullah
Sy
saw. Karena tempat Rasulullah saw ada di sana. Dalam shalat kita bersaksi asyhadu

anna Muhammadan ‘abduhu wa rasûluh (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah


a
k

hamba dan utusan-Nya). Siapa saja yang paling merendahkan diri di hadapan Allah,
a

yang paling banyak berkiprah di alam fana ini sebagai hamba sahaya Allah, yang
st

paling banyak mengorbankan jiwa untuk Allah, yang paling banyak menyerahkan
u

urusan kepada Allah dan yang paling sering mati (egonya), maka dialah yang paling
P

dekat dengan Rasulullah saw.

Manusia mempunyai tingkatan. Orang yang sering mati adalah orang yang berada

pada di tempat paling utama. Allah Swt berfirman kepada Rasul-Nya, Sesungguhnya

engkau mayit (QS. Az-Zumar: 30). Manusia yang berada di tingkat paling tinggi dari

hamba-hamba Allah, yang saleh, yang mati, dan tunduk di hadapan-Nya adalah

Rasulullah saw, dan setelah itu Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. Allah Swt

tidak berkata, “Wahai Rasul, engkau akan mati, tetapi Allah berkata, “Sesungguhnya

76
Irsyad al-Qulub, jil. 1, hal. 171.

76
engkau mayit.’” Maksudnya, seorang hamba (‘abd) tidak mempunyai kehendak apa

pun di hadapan kehendak Allah Swt. Beliau tunduk secara total. Orang-orang yang

cenderung kepada Rasulullah saw juga harus mati. Maksudnya, dia mengorbankan

dirinya dan hanya melihat Allah Swt. Jadi, orang yang paling dekat dengan Rasulullah

saw adalah orang yang paling mati.

Dalam riwayat juga dikatakan: Orang yang paling baik akhlaknya adalah orang yang

paling dekat kepada Rasulullah saw. Atau, orang yang paling dekat dengan Rasulullah

saw ialah orang yang paling mencintainya. Di atas semua orang itu adalah Amirul

Mukminin Ali bin Abi Thalib as, yang merupakan diri Rasulullah saw. 77

ah
Jalan lain untuk berdekatan dengan Rasulullah saw ialah dengan mengucapkan

i
shalawat kepada beliau. Rasulullah saw bersabda, “Orang yang paling dekat denganku
Sy
pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku di dunia.” 78

Orang yang paling dicintai adalah orang yang paling banyak diingat dan disebut,
a
k

paling banyak didoakan, dan karena itu kecintaan kepadanya semakin bertambah.
a

Karena banyak menyebut dan mendoakan, maka cinta kepadanya akan semakin
st

membekas di hati dan dapat terus dekat kepadanya.


u

Dari jalan mana pun kita melangkah, kita akan sampai ke sana. Ini sebuah kenyataan.
P

Banyak membaca shalawat kepada Rasulullah saw dan keluarganya adalah salah satu

jalan termudah dan tercepat untuk meraih “tempat paling dekat” dengan Rasulullah

saw.

Nabi yang Penuh Rahmat

77
Pada asbab nuzul Ayat Mubahalah (QS. Al-Imran [3]:61) disebutkan bahwa Rasulullah mengajak
Ahlulbaitnya. Mereka adalah Hasan dan Husain (sebagai “anak-anak kami”), Fatimah (sebagai
“perempuan-perempuan kami”), Ali bin Abi Thalib (sebagai “diri kami”).
78
Mustadrak al-Wasa’il, jil. 5, hal. 334; Bihar al-Anwar, jil. 91, hal. 63.

77
Salah satu keistimewaan Nabi Muhammad saw yang paling utama ialah bentuk cinta

dan rahmat. Allah Swt berkata kepada Rasulullah saw: Dan Kami tidak mengutusmu

kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam (QS. Al-Anbiya: 107).

Wujud Rasulullah saw merupakan rahmat bagi seluruh alam. Allah Swt tidak

mengatakan bahwa Kami mengutusmu untuk menjadi rahmat dan kebencian, tetapi

berkata, “Kami tidak mengutusmu kecuali hanya sebagai rahmat”. Allah Swt juga

tidak menyatakan bahwa, Kami mengutusmu khusus untuk satu kelompok, tetapi

berkata, “Kami mengutusmu untuk seluruh alam”.

Selain jin dan manusia masih banyak makhluk lain di alam ini. Dalam hadis-hadis

ah
disebutkan bahwa di langit ada makhluk lain selain jin, manusia dan malaikat.

i
Rasulullah saw bersabda, “Kami juga menjadi imam bagi mereka. Mereka lebih
Sy
mendengar perkataan kami dibandingkan kalian.” Dalam riwayat lain juga disebutkan

tentang pernyataan Amirul Mukminin Ali as: “Bintang-bintang yang ada di langit
a

adalah kota-kota seperti kota-kota yang ada di bumi.” 79 Oleh karena itu, yang
a k

dimaksud dengan `âlamîn adalah seluruh alam.


st

Ketika Iblis menolak bersujud kepada Adam as, dua orang malaikat secara
u

berbarengan memukul tengkuknya hingga kepalanya menunduk. Ketika ayat ini turun,
P

Iblis berkata, “Tuhanku, apa bagianku dari rahmat ini?” Allah Swt menjawab,

“Dengan berkah Rasulullah saw pemukulan tengkuk dihentikan.” 80

Dalam riwayat lain disebutkan: Ketika Rasulullah saw lahir ke dunia, kemampuan

setan berkurang. Sebelumnya mereka mampu naik sampai ke langit keempat. Namun

setelah kelahiran Rasulullah saw kemampuannya berkurang dan hanya mampu naik

sampai ke langit pertama saja. Artinya, dia tidak lagi dapat menembus hati manusia.

Hati mempunyai tujuh tirai. Sebelumnya setan mampu sampai ke tirai keempat, tetapi

79
Bihar al-Anwar, jil. 55, hal. 91, Hadis 8.
80
Kitab e Iblis, hal. 315.

78
setelah itu mereka hanya mampu sampai ke tirai pertama, dan kemampuan

menguasainya pun sudah berkurang. 81

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw bertanya kepada malaikat Jibril,

“Apakah engkau juga mendapat bagian dari rahmat ini?” Jibril menjawab, “Ya, wahai

Rasul Allah. Ketika Fir`aun tenggelam dia berkata, Sekarang aku bertobat. Lalu

dengan inisiatifku —tanpa perintah dari Allah— aku mengambil segenggam rumput

laut dan menyumpalkannya ke mulut Fir`aun sambil berkata, “Sekarang engkau

bertaubat, padahal sebelumnya engkau durhaka dan sombong ...” (QS. Yunus: 91).

Aku melakukan ini dengan tanpa perintah Allah Swt. Aku takut Allah akan

ah
menghukumku karena perbuatan ini. Namun rahmat (kelahiranmu) ini meliputiku dan

i
Allah mendukung perbuatanku, hingga pikiranku tenang. Dan Allah memujiku di
Sy
dalam Al-Quran, “...yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di

sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati (para malaikat) di langit lagi dapat
a
k

dipercaya.” (QS. At-Takwir: 21).


a

Kasih Sayang dan Peringatan


st

Wujud Rasulullah saw semuanya rahmat dan kabar gembira. Bahkan peringatan-
u

peringatan yang diberikannya adalah kabar gembira, dan ancaman-ancamannya


P

adalah kabar gembira. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata: “Orang yang

memberi peringatan kepadamu sama dengan orang yang memberi kabar gembira

kepadamu.” 82

Orang yang berkata kepadamu, hati-hati jangan sampai bajumu terbakar, sama dengan

orang yang membelikan sehelai baju untukmu. Karena, jika dia tidak memberi

peringatan niscaya bajumu terbakar dan lenyap. Dalam peringatan terkandung kabar

gembira. Perkataan Amirul Mukminin as adalah perkataan hikmah dan kunci. “Orang

81
Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jil. 3, hal. 6, hadis 18.
82
Nahj al-Balaghah, Hikmah 59; Ghurar al-Hikam, hal. 590.

79
yang memberi peringatan kepadamu dari kehinaan sama dengan orang yang memberi

kabar gembira kepadamu.” Dia telah menjelaskan arti seluruh ayat peringatan dan

siksa. Ketika Allah Swt berkata kepada Rasul-Nya, Kamu tidak lain hanya seorang

pemberi peringatan (QS. Fathir: 23), sesungguhnya menerangkan begitu kuatnya

kasih dan sayang Rasulullah saw.

Mengapa kita ditakut-takuti? Mengapa kita begitu banyak mempunyai ayat-ayat

tentang siksa? Mengapa begitu banyak pembicaraan tentang neraka? Ini dikarenakan

Allah Swt menginginkan manusia segera bergegas menuju ke majelis jamuan dan

hidangan Allah Swt. Allah Swt mengatakan, “Jika engkau tidak pergi ke jamuan-Ku

ah
maka Aku akan memenjarakanmu.”

Bahasa Jiwa Manusia


i
Sy
Sebagian orang mencandrakan Tuhan sebagai sesuatu yang menakutkan. Mereka

mengatakan, “Jika Anda meletakkan kaki Anda di sebelah kiri maka akan ada ular,
a
k

kalajengking dan api. Ini bagi orang yang berada pada permulaan jalan, supaya
a

mereka menjaga diri. Jika mereka mengatakan, ‘Takutlah!’ Ini artinya, takutlah
st

kepada dosa-dosamu.” Dan sebagian yang lain menggambarkan Tuhan sebagai


u

sesuatu yang manis. Artinya, mereka sedemikian banyak berbicara tentang cinta,
P

rahmat, kelembutan dan berkah Allah Swt hingga membuat seseorang merindukan-

Nya.

Haji Agha Dulabi berkata, “Sebagian orang kebingungan hingga mengatakan bahwa

jalan (hidup) ini amat sulit, dan menjadi manusia itu mustahil. Diri mereka

menemukan jalan buntu. Lalu mereka berkata, ‘Jangan pergi, itu jalan buntu.’ Bisa

saja dengan berbagai riyadhah yang amat sulit seseorang dapat sampai ke tujuan,

namun kemudian dia mengatakan jalan amat sulit. Namun bisa saja yang lain dengan

meniti jalan rahmat dapat sampai dengan mudah ke tujuan. Mereka yang tersesat ke

80
neraka berkata, ‘Jalan amat sulit, selalu penuh dengan ular, kalajengking dan api

neraka.’ Mereka tidak salah, karena mereka berada di dalam neraka. Karena itu,

mereka tidak dapat berkata yang lain selain neraka.”

Selanjutnya Haji Agha Dulabi bercerita, “Ada seorang pembaca rauzeh (ratapan). Jika

istrinya sedang senang dan baik kepadanya, maka ketika dia datang ke majelis dia

mengatakan, ‘Wanita itu bunga yang harum. Begitu lembut dan mengagumkan.’ Dia

akan membacakan ayat-ayat dan hadis-hadis tentang bunga dan kelembutan. Namun

jika istrinya sedang marah dan menyakitinya, maka tatkala datang ke majelis dia akan

berkata, ‘Istri durhaka amat buruk. Tidak ubahnya kalajengking.’ Lalu kami berkata

ah
kepadanya, ‘Kemarin engkau mengatakan sesuatu, sedang hari ini engkau mengatakan

i
sesuatu yang lain. Kemarin engkau mengangkat wanita ke `Arsy sedang hari ini
Sy
engkau menyebut mereka ular dan kalajengking. Ini adalah pengalamanmu. Jika

engkau melihat sesuatu yang baik, maka engkau akan berkata begitu dan jika engkau
a
k

melihat sesuatu yang buruk maka engkau akan berkata yang sama. Orang yang
a

tersesat ke dalam neraka selalu berbicara tentang ular dan kalajengking. Dia telah
st

menyesatkan dirinya dengan mengatakan ‘susah dan mustahil’. Begitu juga orang
u

yang berada di surga, dia selalu berkata tentang rahmat, kebaikan, dan keindahan.”
P

Agama Fitrah

Agha Dulabi menyatakan: Islam agama fitrah. Islam dan Al-Quran adalah dua fitrah

wujud kita. Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.” 83

Artinya, sebelum kita menjadi Muslim, Islam telah tertanam dalam diri kita. Sebelum

kita membaca Al-Quran, Al-Quran telah ada dalam wujud kita. Perhatikanlah!

Mengapa ketika mendengar hal-hal yang baik, maka kita menganggukkan kepala dan

hati kita membenarkannya? Itu terjadi karena sebelumnya kebaikan telah ada dan

83
Bihar al-Anwar, jil. 3, hal. 281, hadis 22.

81
tertulis di hati manusia. Agama Rasulullah saw adalah agama fitrah, yaitu yang sesuai

dan ada pada wujud setiap orang.

Menanti Rahmat Allah Swt

Agama Islam dimulai dengan bismillâhirrahmânirrahîm. Kalimat ini diulang

sebanyak 114 kali di dalam Al-Quran. Kalimat yang berisi sifat rahmaniyyah Allah

yang akan membebaskan manusia. Allah Swt berfirman, Katakanlah, “Terangkanlah

kepadaku jika Allah membinasakan aku dan orang-orang yang bersama denganku

atau memberi rahmat kepada kami, lantas siapakah yang dapat melindungi orang-

orang yang kafir dari siksa yang pedih’?” (QS. Al-Mulk: 28).

ah
Kemudian Allah Swt menjawab, Dialah Tuhan Yang Maha Pengasih (ar-Rahman).

i
Juga dikatakan di dalam Al-Quran, Supaya Allah memberi balasan kepada orang-
Sy
orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika

dikehendaki-Nya, atau mengampuni mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha


a
k

Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Ahzab: 24).


a

Dapat disebutkan pula bahwa pada hari kiamat Allah Swt akan memberi balasan
st

kepada orang-orang yang benar karena kebenarannya, yaitu mereka yang bersih. Dan
u

Allah tidak akan mengurangi sedikit pun ganjaran mereka. Sementara untuk orang-
P

orang munafik, Allah akan menyiksanya atau mengampuninya. Allah Swt

menjelaskan posisi orang-orang munafik dengan keraguan, namun setelah itu nada

kalam-Nya bernada penuh ampunan dan rahmat, Sesungguhnya Allah adalah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.

Semua ini menggambarkan sifat rahmaniyyah Allah Swt. Allah tidak menyatakan,

“Kami pasti akan menyiksa orang-orang munafik”, tetapi berkata, Jika Aku mau Aku

akan menyiksanya, tetapi mungkin juga Aku tidak mau menyiksanya: “atau

mengampuni mereka.” Betapa jalan telah dilapangkan oleh Allah Swt. Setelah itu pun

82
Allah berfirman, Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. Artinya, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Yaitu semua

bertumpu atas dasar rahmat dan pengampunan. Allah Swt menginginkan yang penuh

terisi manusia adalah surga bukan neraka.

Dosa dan Wujud Pengampunan Allah

Ada sebuah hadis sangat menarik dari Imam Sajjad as, yang berkata, “Jika kalian

tidak melakukan dosa hingga kalian tidak meminta ampun kepada Allah niscaya Allah

akan menciptakan makhluk lain yang melakukan dosa hingga mereka meminta ampun

kepada-Nya.” 84

ah
Allah Swt ingin mengampuni orang-orang yang berdosa agar sifat Maha Pengampun-

i
Nya muncul dan termanifestasi. Di dalam kitab al-Khazâ’in, karya Naraqi,
Sy
disebutkan: Seorang ahli ibadah dan zuhud berziarah ke rumah Allah. Dia memegangi

tirai Ka`bah seraya memohon, ‘Ya Allah, aku memohon kemaksuman dari-Mu.
a
k

Berilah kepadaku kemaksuman hingga aku tidak melakukan dosa sama sekali.
a

Terdengar jawaban, ‘Banyak sekali dari kalangan hamba-Ku yang meminta


st

kemaksuman dari-Ku. Jika Aku memberi kemaksuman kepada semua, lantas siapa
u

yang akan Aku ampuni. Kemana sifat Maha Pengampun-Ku?’ 85


P

Haji Agha Dulabi berkata, “Dengan kata-kata ini para imam memberi harapan dan

kekuatan bagi para pecintanya. Para imam tahu bahwa para pecintanya tidak

menyukai perbuatan dosa. Karena tidak ada yang lebih merendahkan manusia

melebihi dosa. Seorang ulama berkata, ‘Jika manusia tidak berbuat dosa niscaya

mereka semua akan mengaku sebagai Tuhan.’ Namun ketika mereka melakukan dosa

dan kesalahan, mereka akan berkata, ‘Kami tidak pantas menjadi orang mukmin dan

84
Al-Kafi, jil. 2, hal. 424.
85
Irsyad al-Qulub, hal. 110.

83
juga tidak pantas menjadi orang Muslim. Sungguh ini sebuah perkataan yang amat

tawadhu. Perhatikanlah, betapa dalam dosa pun terdapat manfaat.”

Perhatian yang Tersembunyi

Semoga Allah memberi rahmat kepada seorang tua yang baik, dia seorang ayatullah

yang saleh. 86 Dia berkata, “Saya selalu menjaga shalat malam. Meskipun jika saya

tidur pada dua pertengahan malam saya tetap akan bangun satu atau dua jam sebelum

azan subuh.” Ini merupakan kebahagiaan baginya. Kepada orang-orang seperti ini

terkadang Allah Swt mengujinya. Dia melanjutnya, “Meskipun begitu, saya pernah

harus mengkada shalat subuh, dan saya sangat merasa menyesal karenanya.”

ah
Bayangkanlah, bagaimana seseorang yang selama tiga puluh atau empat puluh tahun

i
tidak pernah meninggalkan shalat malamnya, lalu tiba-tiba harus mengkada shalat
Sy
subuhnya. Maka perhatikanlah, apa yang terjadi padanya! Seseorang berkata, “Saya

merasa iri dengan hari pada saat dia mengkada shalat subuhnya, tetapi tidak iri dengan
a
k

shalat malamnya.”
a

Seorang yang tulus ini menceritakan sebuah kejadian yang sangat menarik. Dia
st

bercerita: Kejadian ini terjadi sekitar empat puluh tahun yang lalu. Saya pergi ke
u

Masyhad sendirian. Bis dengan rute Tehran—Masyhad baru saja dibuka, jalan-jalan
P

masih berupa tanah dan penuh dengan gelombang. Kurang lebih dua puluh jam saya

menempuh perjalanan dari Tehran ke Masyhad. Setiap kali saya ingin menaruh kepala

saya ke kursi untuk sejenak tidur, gelombang jalan membuyarkan rasa kantuk saya.

Urat-urat saya terasa linu hingga saya tidak bisa tidur sama sekali. Akhirnya saya

sampai di Masyhad. Saat itu hari Kamis, sekitar jam satu atau jam dua setelah zuhur.

Saya merasa tidak mempunyai semangat untuk shalat. Saya berkata dalam hati,

86
Maksudnya, Ayatullah Ishfiya’i.

84
“Lebih baik saya pergi ke penginapan terlebih dahulu, lalu tidur barang satu dua

jam, kemudian setelah itu bangun dan mengerjakan shalat zuhur dan asar.”

Saya pun tidur lalu bangun pukul lima atau enam sore. Alhamdulillah, saya masih

hidup dan tubuh saya sudah semangat lagi. Saya merasa lapar. Saya pikir cari

makanan terlebih dulu baru kemudian shalat. Saya keluar penginapan, namun saya

lihat semua warung tutup. Saya bergumam, ‘Aneh, apa yang terjadi? Apa telah terjadi

kudeta?’ Lalu saya menghampiri seseorang dan bertanya mengapa warung-warung

tutup? Dia memerhatikan saya keheranan seraya berkata, ‘Karena hari ini adalah hari

Jumat.’ Saya baru sadar bahwa saya telah tidur dari Kamis setelah zuhur hingga Jumat

ah
setelah asar, kira-kira dua puluh empat jam. Ada lima shalat yang harus saya kada.

i
Cerita ini disampaikan oleh orang yang mengatakan bahwa jam berapa pun dia tidur
Sy
dia selalu bangun dua jam sebelum azan subuh. Dia mengatakan, “Allah telah

menjadikan lima shalat saya untuk dikada dan telah meletakkan telapak tangan saya
a
k

sebagai peziarah Imam Ali Ridha as”.


a

Maka yakinlah bahwa semua itu adalah kasih sayang Allah. Pada saat kita merasa tak
st

memiliki apa-apa maka kasih sayang Allah akan memenuhinya. Karena itu, janganlah
u

bersedih manakala tangan kita kosong. Ketika seseorang berkata, “Ya Allah,
P

hilangkanlah aib saya ini”, justru dia melihat ada sepuluh aib lain yang telah

dilakukannya, yang sebelumnya tidak terlihat. Dia berpikir keadaan telah rusak, tetapi

justru yang lebih rusak dari keadaannya itu adalah apa yang sedang dipikirkannya.

Sungguh, takhliyyah (pengosongan) adalah jalan untuk sampai. Arti dari lâ ilâha

adalah seperti ini. Selama seseorang belum benar-benar mengosongkan makna yang

ada dalam ungkapan lâ ilâha maka ungkapan illallâh tidak ada artinya.

Pengorbanan Diri untuk Kebenaran

85
Mawlana memberi perumpamaan dengan mengatakan: “Ketika tukang jagal

menyembelih leher kambing dia ingin menjadikan kambing sebagai bagian dirinya.”

Begitu juga seorang mukmin, manakala dia mengorbankan dirinya dia ingin menjadi

bagian dari imamnya. Mereka yang mengorbankan dirinya untuk Allah Swt berarti

mengorbankan dirinya untuk para nabi dan para imam. Para imam mengambil hidup

dari darah yang suci. Sebuah ungkapan mengatakan: “Korbankanlah dirimu untuk

mereka, kemudian lihat apa yang akan mereka lakukan terhadapmu!”

Janji-janji Allah

Ada sebuah hadis dari Rasulullah saw yang begitu memberi harapan kepada umatnya.

ah
Hadis itu berbunyi: “Siapa yang dijanjikan Allah akan memperoleh pahala karena

i
suatu perbuatan, maka itu pasti terlaksana. Dan siapa yang diancam Allah dengan
Sy
siksa karena suatu perbuatan maka Allah akan memilih apakah akan melaksanakan

ancaman-Nya itu atau tidak.” 87


a
k

Hadis ini sejalan dengan ayat yang telah disebutkan sebelumnya. Jika Allah Swt
a

berjanji akan memberi pahala apakah mungkin Dia tidak akan melaksanakannya?
st

Yang demikian adalah mustahil bagi Allah. Artinya, semua pahala yang dijanjikan-
u

Nya pasti dilaksanakan. Maknanya, Allah Swt wajib menunaikan janjinya. Namun
P

berkenaan dengan siksa dan ancaman, Allah Swt tidak wajib menunaikannya. Artinya,

pelaksanaan ancaman-Nya bukan sesuatu yang pasti. Hadis ini mencakup seluruh ayat

yang berisikan ancaman, siksa dan neraka Jahannam.

Namun jika yang tidak kita kehendaki terjadi, yakni Allah Swt merealisasikan siksa-

Nya, maka yang dapat dikatakan ialah, karena siksa-Nya adalah keadilan-Nya. Sebuah

ungkapan menyatakan: “Duhai Zat yang siksa-Nya adalah keadilan-Nya.” 88

87
Bihar al-Anwar, jil. 5, hal. 334, hadis 1.
88
Balad al-Amin, hal. 406.

86
Dalam membaca doa Arafah terdengar kalimat: “Ya Allah, keadilan-Mu

membinasakanku, dan aku lari dari setiap keadilan-Mu.” Oleh karena kita melihat diri

kita berhak mendapatkan seribu neraka Jahannam, maka kita selalu berkata: “Ya

Allah, perlakukan kami dengan karunia-Mu, dan jangan perlakukan kami dengan

keadilan-Mu.” 89

Fitrah kita pun tercipta berdasarkan karunia ini. Jika seorang ayah yang penyayang

dan pintar berkata kepada anaknya, ‘Jika tahun ini kamu benar-benar belajar dan

memperoleh rangking pertama aku akan membelikanmu sepeda. Tetapi jika kamu

tidak belajar dengan benar dan rangkingmu jelek aku akan mengusirmu dari rumah,

ah
dan tidak akan memberimu uang.’ Maka apabila kemudian anak tersebut benar-benar

i
belajar dan memperoleh peringkat pertama maka sang ayah tidak boleh mengatakan
Sy
‘aku tidak akan memenuhi janjiku’, karena semua orang berakal akan mengecam dan

menyalahkannya. Jadi, dia harus melaksanakan janjinya.


a
k

Namun sebaliknya, jika anak itu malas dan tidak mau belajar, apakah dia wajib
a

merealisasikan ancamannya? Di sini orang-orang yang berakal mengatakan, ‘dia tidak


st

wajib melaksanakan ancamannya.’ Dalam pandangan umum, dan di semua tempat,


u

janji pada pahala itu harus dilaksanakan, namun ancaman dan siksa tidak harus
P

dilaksanakan. Ini semua berdasarkan rahmat. Rahmat Allah Swt mempunyai dasar

yang amat kokoh.

Kelezatan Cinta

Kadang-kadang teman dekat cukup memenuhi seluruh kebutuhan seseorang. Dari

malam hingga pagi dia duduk dan berbincang-bincang dengan teman tanpa sedikit

pun merasa lapar, lelah dan ngantuk, karena jiwanya telah dikenyangkan oleh rasa

89
Syarh al-Asma’ al-Husna, jil. 1, hal. 297.

87
cinta dan rindu. Cinta adalah kelezatan hidup. Cinta memberi kehidupan kepada

manusia. Cinta membuat jiwa manusia merekah dan memberinya energi

Jika kita bepergian ke tempat asing, tempat yang tidak ada seorang pun dikenal, lalu

tiba-tiba di sana bertemu dengan seorang teman dekat, kira-kira apa yang akan kita

rasakan? Kita akan merasa semua penduduk kota itu pendatang dan hanya kita berdua

yang penduduk asli. Padahal sebelumnya kita merasa sedih dan kesepian. Setelah

bertemu teman dekat, semua kesedihan menjadi sirna.

Kadang-kadang seseorang melakukan perjalanan panjang bersama teman dekatnya

dan dia tidak merasakan kelelahan sepanjang perjalanan itu. Namun jika bepergian

ah
dengan orang yang tidak sejalan atau tidak cocok, meski perjalanan yang ditempuh

i
tidak jauh, dia tetap merasa tersiksa dan ingin segera tiba di tempat tujuan.
Sy
Ini menggambarkan kelezatan cinta. Mereka yang merasakan kelezatan dengan

materi, maka Allah Swt akan memberi mereka materi. Sedangkan mereka yang
a
k

merasakan kelezatan persahabatan dengan Allah dan para kekasih Allah maka Allah
a

akan memberikan kelezatan persahabatan itu kepada mereka. Sebuah perumpamaan


st

berbunyi: “Berilah manisan kepada orang yang belum pernah merasakan cinta.”
u

Seorang yang sudah merasakan lezatnya cinta indra perasanya sudah merasa kenyang
P

untuk menerima kelezatan-kelezatan dunia. Waktu, tempat, uang, kedudukan, dan

reputasi, semuanya bukan apa-apa di hadapannnya. Baginya, manis dan lezatnya cinta

Allah Swt dan para kekasihnya tidak bisa dibandingkan dengan apa pun. Aku

mencintai Allah dan Allah pun mencintaiku. Aku mencintai Rasulullah saw dan

Ahlulbaitnya. Aku juga mencintai Amirul Mukminin as yang merupakan diri

Rasulullah saw.

Rahasia dan Jiwa Rasulullah saw

88
Kedatangan para nabi merupakan mukadimah bagi kedatangan nabi kita, Muhammad

saw, dan kedatangan nabi kita merupakan mukadimah bagi kedatangan batin dan jiwa

Rasulullah saw, yaitu Amirul Mukminin Ali as. Kenabian adalah “lahir” Rasulullah

saw, sedangkan wilâyah adalah “batin” Rasulullah saw. Amirul Mukminin as adalah

rahasia Rasulullah saw yang bagi para Ahlulbaitnya merupakan sesuatu yang jelas,

namun orang-orang munafik, yang buta mata hati, tidak dapat melihatnya. Sekarang

pun Amirul Mukminin as bersinar di alam wujud.

Ayat berikut sarat dengan makna tersebut: Pada hari ini Aku telah sempurnakan

agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai

ah
Islam sebagai agamamu” (QS. Al-Maidah: 3).

i
Kata akmaltu, berarti Aku telah sempurnakan seluruh usaha para nabi, para malaikat
Sy
dan manusia-manusia utama alam. Sedangkan kata atmamtu, berarti, sekarang

nikmat-Ku telah sempurna. Ketika sebuah pohon berbuah, orang mengatakan, dia
a
k

telah sempurna. Namun ketika semua buahnya sudah matang, orang berkata, dia
a

sudah selesai (benar-benar sempurna). Artinya, segala sesuatunya telah berada pada
st

tempatnya. Seandainya Amirul Mukminin as memerintah pada saat itu maka segala
u

sesuatu akan berada pada tempatnya.


P

Dalam riwayat dikatakan, jika mereka memberi kesempatan Amirul Mukminin as

memerintah maka tidak akan ada perselisihan di antara dua orang. Di mana saja

Amirul Mukminin as berada dia akan menciptakan kedamaian. Seluruh hati menjadi

pengasih. Tetapi di mana saja Amirul Mukminin as tidak ada maka di situ terjadi

perpecahan. Laknat Allah atas musuh-musuh Amirul Mukminin dan jagalah jarak

dengan mereka. Tidak ada sesuatu yang dapat menyamai kepemimpinan Ahlulbait

dalam menyatukan manusia dan yang membuat mereka meninggalkan egoisme.[]

89
-6-

Karena cinta onak menjadi puspa

Karena cinta cuka menjadi arak

Karena cinta tembaga menjadi emas

Karena cinta yang pahit menjadi manis

Karena cinta api menjadi cahaya

Karena cinta setan menjadi bidadari

Shalawat dan Diampuninya Dosa

ah
Kaum Muslim memiliki banyak riwayat yang mengatakan bahwa salah satu khasiat

i
dan berkah mengucapkan shalawat adalah dihapuskannya dosa. Namun dalam hal ini,
Sy
orang yang mengucapkan dan sejauh mana tingkat keikhlasan si pengucap sangat

menentukan. Tingkat pengaruh shalawat Rasulullah saw, Imam Zaman as atau para
a
k

malaikat, ulama, hingga orang awam dan seterusnya tentu berbeda-beda. Hanya saja,
a

secara umum, shalawat jelas mempunyai khasiat dapat membersihkan semua dosa.
st

Tidak ubahnya seperti sebagian pembersih yang mempunyai daya pembersih yang
u

begitu kuat hingga dapat menghilangkan segala kotoran. Inilah khasiat dari shalawat.
P

Adapun sejauh mana seseorang memperoleh manfaat darinya tergantung kepada

sejauh mana tingkat kejujuran dan ketulusannya.

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka

tidak tersisa sedikit pun dosa padanya.” 90

Dalam beberapa riwayat disebutkan Rasulullah saw bersabda, “Jika setiap hari

seseorang bershalawat kepada Rasulullah saw sebanyak tiga kali atas dasar cinta,

90
Bihar al-Anwar, jil. 91, hal. 63, hadis 52.

90
maka Allah Swt mengampuni semua dosanya di hari itu.” 91 Yang dimaksud atas dasar

cinta ialah hatinya rindu kepada Rasulullah saw dan senang mengingatnya, serta tidak

mengharapkan ganjaran lain sama sekali. Semakin tinggi tingkat keikhlasan dan

makrifat seseorang maka semakin besar berkah shalawat yang akan diperolehnya.

Jangan sedikit pun Anda memberi ruang untuk meragukan perkataan para imam suci.

Dalam Ziarah Jami’ah dikatakan: “Perkataanmu merupakan hukum pasti dan tidak

mungkin salah.” 92

Eliksir Cinta

Salah satu yang paling mendasar dan bahkan paling penting dari perjalanan hidup

ah
Rasulullah saw adalah perilaku cinta dan rahmat. Boleh dikata, setelah nama-nama

i
Allah Swt dan nama-nama para wali-Nya tidak ada kata yang lebih indah dari kata
Sy
cinta. Sebuah perumpamaan berkata, “Berikan manisan kepada orang yang belum

merasakan cinta.” Orang yang telah merasakan lezatnya cinta maka bagi indra
a
k

perasanya tidak ada yang dapat menandingi kelezatan cinta.


a

Cinta ialah “Aku mencintaimu dan Engkau mencintaiku”. Sungguh betapa manis dan
st

lezatnya. “Uangku dan uangmu, kantongku dan kantongmu, serta dosaku dan dosamu
u

semuanya menjadi satu.” Di sini, sama sekali tidak ada dualisme. Tidak ada yang
P

dapat menghilangkan dualisme sebagaimana yang dapat dilakukan cinta.

Cinta adalah Poros Kesatuan

Cinta merupakan kelezatan kontan. Yaitu kelezatan yang balasannya bersifat tunai

(cash). Jika sepasang suami istri saling mencintai, yaitu tidak ada sifat rakus kepada

dunia dan tidak ada tujuan-tujuan pribadi yang bersifat duniawi di antara mereka,

maka seluruh masalah akan dapat diatasi. Jika cinta dan kesatuan telah berlaku di

91
Bihar al-Anwar, jil. 91, hal. 70, hadis 63.
92
“Ziarah Jamiah”, dalam Mafatih al-Jinan.

91
antara mereka, dan mereka telah dapat merasakan manisnya cinta, maka hati dan

tujuan mereka akan menjadi satu.

Jika dua hati sudah menyatu maka yang ketiga adalah Allah dan Imam Zaman.

Seluruh kebaikan ada di sana, Imam Zaman as ada di sana, dan bagi para pemilik hati

yang menyatu, keadaan itu berarti surga. Dan surga adalah tempat di mana tidak ada

sama sekali kotoran dan perselisihan. Tuhan-tuhan yang lain menyingkir dan yang ada

hanya Allah. Ucapan lâ ilâha illallâh berarti tujuan hanya satu. Imam Khomeini ra

berkata, “Jika seratus dua puluh empat ribu nabi semuanya berkumpul dalam satu

tempat, niscaya mereka tidak akan berselisih. Karena tujuan mereka satu, meskipun

ah
horizon masing-masing berbeda.” Yang satu adalah nabi untuk daerahnya sendiri,

i
yang lain lagi merupakan nabi ulul azmi, dan satunya lagi seperti Nabi kita,
Sy
Muhammad saw, yang diutus untuk seluruh manusia, bahkan untuk seluruh makhluk.

Cinta dalam Lembaga Keluarga


a
k

Jika sepasang suami-istri saling mencintai, dan cinta sangat berperan di antara
a

mereka, maka harga diri mereka menjadi satu, keluarga mereka menjadi satu. Ayah,
st

ibu dan keluarga si istri menjadi seperti ayah, ibu dan keluarga si suami. Begitu juga
u

ayah, ibu dan keluarga si suami menjadi seperti ayah, ibu dan keluarga si istri. Cara
P

pandang dan tindak-tanduk mereka menjadi satu, dan perselisihan di antara mereka

menjadi lenyap. Cinta melenyapkan seluruh batas pemisah dan menghancurkan

seluruh sifat mementingkan diri sendiri. Cinta adalah sesuatu yang dapat mengubah

setan menjadi malaikat. Sungguh, cinta adalah eliksir yang sangat mengagumkan.

Rindu dan cinta adalah kata yang manis dan begitu pula artinya. Insya Allah, kita

akan selalu merenungkan kedalaman maknanya. Jika sepasang suami-istri hidup

dalam cinta maka seluruh kesulitan mereka akan dapat diatasi, mereka tidak akan

merasa kekurangan, dan perkataan orang tidak akan memberi pengaruh sedikit pun

92
kepada mereka. Kesulitan hidup menjadi nihil bagi mereka, dan seluruh yang susah

menjadi mudah.

Surga Cinta

Haji Agha Dulabi mempunyai perilaku yang sangat penting, mendekatkan dan

menyatukan banyak hati. Dia pernah menyampaikan: “Tidak ada yang lebih begitu

saya perhatikan daripada menjadikan dua hati menjadi satu. Saya tidak akan tidur di

sebuah rumah yang di dalamnya sepasang suami-istri bertengkar, karena saya dapat

merasakan bagaimana rahmat Allah terputus atas rumah itu. Pernah suatu masa

perhatian saya hanya tercurah pada keadaan, supaya jangan sampai timbul kedengkian

ah
di antara anak-anak dan keluarga. Saya sangat sensitif dalam masalah ini.”

i
Jika dua hati berpisah dan janji di antara mereka sudah dilanggar serta mereka sudah
Sy
tidak mencintai satu sama lain maka yang ketiga adalah setan dan segala keburukan.

Jika dalam sebuah rumah tangga sudah tidak ada lagi rasa saling mencintai di antara
a
k

suami-istri, meskipun mereka mempunyai begitu banyak uang, rumah, nama,


a

kedudukan, kebun dan lain sebagainya, mereka tidak akan dapat merasakan kelezatan
st

hidup. Mereka selalu bertengkar, saling menyalahkan dan saling menzalimi satu sama
u

lain. Kehidupan mereka serasa neraka. Dapat dibayangkan bagaimana nasib anak-
P

anak mereka.

Haji Agha Dulabi bercerita, “Saya mengenal sepasang suami-istri yang telah hidup

berumah tangga kurang lebih empat puluh tahun, tapi kemudian mereka berada dalam

keadaan sulit berbicara satu sama lain. Tapi mereka sudah sedemikian menyatu.

Untuk menghilangkan kelelahan saya sesekali pergi berkunjung ke rumah mereka.

Seringkali pasangan itu hanya berbicara dengan napas dan isyarat. Ketika cinta sudah

sedemikian mendalam maka tidak diperlukan lagi kata-kata. Dengan isyarat tertentu

pasangannya sudah dapat mengerti maksud yang disampaikan. Itu dunia cinta, dunia

93
yang sangat mengagumkan. Kadang-kadang kita baru menginginkan sesuatu namun

pasangan kita sudah paham. Ada beberapa ulama besar yang ketika baru mempunyai

keinginan melakukan sesuatu, tiba-tiba keinginan itu telah dilaksaksanakan oleh

murid-muridnya.

Para imam kita adalah keinginan Allah Swt. Artinya, apa saja yang diinginkan Allah

Swt mereka akan melaksanakannya. Ini adalah kecintaan dan kedekatan yang begitu

mendalam. Mereka telah menjadi kehendak Allah Swt, para wali Allah yang sejati

telah menjadi tangan Allah, dan mereka telah menjadi hati Allah Swt.

Amirul Mukminin as berkata, “Aku adalah hati Allah yang mengerti.” 93 Imam Ali bin

ah
Abi Thalib mengungkapkan bahwa dirinya lebih tinggi dari tangan, mata dan telinga

i
Allah, “Aku adalah hati Allah yang mengerti.” Apa saja yang dikehendaki-Nya maka
Sy
aku pun menginginkannya. Mudah-mudahan kita dapat merasakan lezatnya cinta.

Haji Agha Dulabi berkisah: “Pernah suatu waktu saya mengunjungi rumah Sayid
a
k

Muhammad Hasan Tehrani. Sayid Hasan berkata, ‘Saya telah belajar selama beberapa
a

tahun kepada Allamah Thabathaba’i. Istrinya telah meninggal dunia, dan saya pun
st

menulis surat belasungkawa kepadanya. Dalam surat balasannya Allamah


u

Thabathaba’i sangat memuji istrinya. Allamah menuliskan tentang kedekatan mereka,


P

bahwa telah sedemikian tercipta kecintaan dan saling pengertian di antara mereka.

Allamah Thabathaba’i menuliskan: ‘Jika istri saya tahu saya telah membaca selama

satu jam dan membutuhkan air teh, maka tanpa harus saya minta terlebih dahulu,

dengan segera dia mengambilkan air teh buat saya. Atau jika dia tahu saya akan

kedatangan tamu, maka dengan segera dia merapikan perkakas rumah. Pikirannya

selalu tertuju kepada apa yang sekarang saya butuhkan. Atau ketika tiba waktu

istirahat saya, dia pun berusaha agar jangan sampai ada orang yang mengganggu dan

93
Bihar al-Anwar, jil. 24, hal. 198, hadis 25.

94
bersuara keras. Dia berlaku tidak ubahnya seperti pecinta yang selalu ingin melayani

orang yang dicintainya. Sebaliknya, saya pun melakukan hal yang sama. Jika dia

mempunyai tamu maka saya tidak akan berlalu lalang di ruang tamu. Dan jika dia

ingin keluar rumah maka saya tinggal di rumah mengurusi anak-anak’.

Yang Melahirkan Cinta

Cinta melahirkan cinta. Segala sesuatu yang digunakan akan menjadi bertambah

banyak. Seperti layaknya dalam usaha, uang atau modal duniawi yang dijalankan

secara tepat, akan menjadi bertambah banyak. Karena itu, cinta harus digunakan, dan

harus diamalkan. Boleh juga dikatakan, harus diadakan perlombaan dalam cinta.

ah
Mulla Abdullah berkata di dalam kitab al-Makatib, “Sebagaimana orang-orang

i
melakukan olah raga jasmani maka orang mukmin juga harus melakukan olah raga
Sy
cinta. Anda harus melakukan perlombaan dalam mencintai. Suami-istri harus

berlomba dalam mencintai. Masing-masing harus mendahului pasangannya dalam


a
k

mencintai. Begitu juga di antara ayah, ibu dan anak. Pedang cinta jauh lebih kuat,
a

lebih tajam, dan lebih cepat dari pedang apa pun. Tidak ada pedang yang dapat
st

menyamainya.”
u

Dalam berbagai riwayat dikatakan, ketika di antara imam shalat jamaah dan makmum
P

tidak terdapat rasa cinta atau saling mencintai maka shalat mereka tidak dapat

melewati atap. Karena sesungguhnya tidak terbentuk jamaah, dan yang ada adalah

perpecahan. Oleh karena itu, semua hati selayaknya bersatu.

Daya Tarik Cinta

Mulla Abdullah berkata, “Orang-orang baik yang datang ke dunia ini, semuanya

mencari cinta. Cintalah yang menarik mereka datang ke dunia. Imam Ja`far Shadiq as

95
berkata, “Jika di bumi tidak terdapat orang-orang mukmin sempurna maka Allah Swt

akan mengangkat kami ke sisi-Nya.” 94

Artinya, kedatangan kami ke dunia adalah karena sahabat-sahabat yang mukmin. Jika

bukan karena mereka niscaya Allah akan mengangkat Ahlulbait ke sisi-Nya dan

segera menggulung langit. “Cintailah mereka yang telah mendatangkan kami,

Ahlulbait.” Yakni dengan cinta yang telah menyebabkan kami menghadapi berbagai

bencana. Mereka merasakan kelezatan manakala melihat para sahabatnya.

Kedekatan dengan Kekasih

Ahli cinta tidak punya kepentingan. Dia hanya menginginkan kepentingan

ah
pasangannya. Berbeda dengan ahli dunia yang merasakan kelezatan dari makan dan

i
minum, uang dan kedudukan. Singkatnya, mereka hanya menginginkan kepentingan
Sy
mereka sendiri, dan tidak pernah menginginkan kepentingan pasangannya. Jika

mereka mengucapkan salam pun karena mereka mempunyai kepentingan (untuk diri
a
k

sendiri). Dengan kata lain, seluruh cinta mereka tercemar. Mereka mengucapkan
a

salam dan menanyakan apa kabar karena ingin memperoleh sesuatu dari orang lain.
st

Adapun bagi ahli cinta, kelezatan ialah duduk bersama orang mukmin dan dekat
u

dengannya. Dengan kata lain, yang diinginkannya adalah pasangannya.


P

Kenapa Rasulullah saw tidak pernah merasa bosan dengan Salman Farisi dan begitu

juga Salman dengan Rasulullah saw. Terkadang Salman bermalam-malam duduk

bersama Rasulullah saw, bersama Amirul Mukminin as dan Fathimah Zahra as.

Mengapa Sayidah Zahra as sampai menitipkan pesan, “Kenapa Salman tidak datang

mengunjungi kami?” Itu karena beliau merasakan kelezatan dari cinta dan kedekatan

Salman. Mereka mencari manusia, yakni manusia yang benar-benar telah mencapai

kemanusiaannya, dan telah terbebas dari ketamakan dunia.

94
Mustadrak al-Wasa’il, jil. 7, hal. 213, hadis 8069.

96
Kelezatan yang Kekal

Kelezatan cinta adalah kelezatan yang senantiasa hidup dan kekal. Kelezatan yang

lain akan sirna. Kelezatan dunia bisa saja membahagiakan seseorang untuk beberapa

saat, tapi kemudian selesai begitu saja. Namun kelezatan yang diperoleh seseorang

dengan duduk bersama orang mukmin, walaupun sudah lewat bertahun-tahun masih

tetap dapat dirasakan. Salah seorang ulama berkata, “Setiap kali aku teringat

Almarhum Anshari Hamadani dan majelis-majelisnya aku merasa bahagia dan

menjadi semangat. Dengan mengingat beliau aku menjadi giat.” Mengapa demikian?

Karena kelezatan cinta tidak akan mati, selalu hidup. Setiap kali kita mengingatnya

ah
dia hidup kembali.

Menjadi Satu dan Satu Warna


i
Sy
Pada peristiwa Hadis Kisa, mengapa Rasulullah saw dan Ahlulbaitnya berkumpul

dalam satu kain? Mengapa begitu banyak pesan dan wasiat mengenai shalat
a
k

berjamaah? Mengapa para maksum mengatakan jangan kalian renggangkan jarak di


a

antara barisan shalat? Semua maksud dari jawaban pertanyaan tersebut hanya satu,
st

yakni agar kita semua menjadi satu. Supaya jiwa menjadi dekat maka tubuh pun harus
u

dekat.
P

Haji Agha Dulabi berkata, “Pertemuan kita ini dilakukan dalam bentuk lingkaran.

Karena dalam lingkaran tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Pertemuan-

pertemuan Rasulullah saw juga berbentuk lingkaran. Ini lebih dekat kepada kesatuan

dan persamaan. Semua itu memberikan aroma cinta. Ini bukanlah soal keteraturan dan

kedisiplinan lahiriah semata. Tetapi karena kita semua memang harus menjadi satu.

Tidak boleh ada yang di depan atau di belakang. Mengapa dalam shalat berjamaah

selain imam tidak boleh membaca al-Fatihah dan Surah sesudahnya. Karena saat

97
imam membaca yang lain sudah terwakili. Ini semua merupakan perwujudan rahmat,

cinta dan kesatuan.”

Olah raga cinta merupakan kebiasaan para nabi dan para wali. Mengapa Imam Ali

Ridha, ketika menerima Zakaria bin Adam Qummi, menghentikan seluruh

kegiatannya? Sebab, menurut Haji Agha Dulabi, para wali Allah mencari manusia.

Kelezatan seorang wali Allah di dunia ini hanya terletak pada kedekatan dengan

manusia. Kelebihan manusia adalah cinta, kejujuran, ketulusan, akhlak mulia dan

iman. Kerinduan para wali Allah didasari cinta, yakni cinta kepada Allah Swt dan

cinta kepada para hamba-Nya.

ah
Di Hadapan Kekasih

i
Haji Agha Dulabi berkata, “Kita datang untuk duduk dan tidur bersama. Kita duduk
Sy
dengan mengingat Allah, dan tidur juga dengan mengingat Allah.” Allah Swt

berfirman di dalam Al-Quran: Katakanlah, “Sesungguhnya Aku hendak


a
k

memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu bangun untuk Allah.”
a

(QS. Saba’: 46).


st

Allah Swt berfirman, “Bangunlah kalian, namun untuk Allah.” Semua yang ada di
u

jalan sedang berjalan, tapi yang penting adalah Allah. Agha Dulabi berkata: “Orang-
P

orang yang berziarah ke makam-makam suci, mereka pergi ke tempat yang mulia.

Semua ziarah yang dilakukan itu tidak kalah nilainya dengan ibadah. Bahkan kadang-

kadang seseorang menundukkan kepalanya dalam shalat dan doa, tetapi hatinya lalai

dari makna yang dilakukannya itu.”

Agha Dulabi menceritakan sebagian pengalaman ziarah terakhirnya ke Karbala di

akhir musim panas, sebagai berikut: “Saya sudah tiga puluh atau empat puluh kali

pergi ke Karbala dan Makkah. Semua ini sebagai mukadimah bagi perjalanan terakhir

98
saya. Karunia yang saya peroleh pada perjalanan terakhir ini sama nilainya dengan

seluruh perjalanan yang telah saya lakukan sebelumnya.”

Pada perjalanan terakhir itu dia begitu khusyuk, hingga tidak berbicara dengan anak-

anaknya. Dia senantiasa berada dalam fana, karena mempunyai kecintaan yang begitu

besar kepada Imam Husain as. Selama tiga hari berada di Karbala dia tidak masuk ke

Makam Abul Fadhl Abbas. Dia hanya sampai di bagian bagian luar atau halaman

makam dan hanya menengok ke arah Makam Abul Fadhl Abbas. Namun ketika

masuk ke Makam Imam Husain as, dia langsung berdiri di hadapan makam dengan

dua lututnya tanpa henti selama tiga sampai empat jam. Dia berpesan pada

ah
rombongannya, “Jangan ada seorang pun yang menggangguku. Kalian datang ke sini

i
empat jam lagi, baru kita pulang sama-sama ke rumah.” Pada hari terakhir ––dalam
Sy
kondisi yang serupa–– dia berpesan, “Saat semua tas sudah dikumpulkan dan kalian

sudah siap berangkat baru kalian datang memanggilku.” Begitulah, hatinya tidak bisa
a
k

lepas dari Imam Husain (salam atasnya). Dia pernah berkata: “Makam Imam Husain
a

dapat memberi karunia yang lebih besar dari tempat manapun.”


st

Pada kesempatan kebiasaan yang lain, ialah saat dia bangun pada waktu sahur, dia
u

berdiri di atas dua lutut selama tiga sampai empat jam dalam keadaan fana. Ketika
P

seseorang tengah berada di hadapan madzkur (yang disebut) dia tidak perlu lagi zikir.

Karena zikir merupakan mukadimah untuk sampai kepada madzkur. Berkali-kali dia

memberi contoh: “Seseorang yang tidak melihat Imam Zaman dan jauh darinya dia

akan memanggil-manggil: ‘Wahai Putra Hasan, wahai Shahib Zaman!’ Namun

seseorang yang duduk di hadapan Imam Zaman, apa mungkin memanggil-manggil:

‘Wahai Putra Hasan!’ Tentu perilaku ini tidak sopan.”

Zikir adalah untuk sampai kepada madzkur. Namun, jika kita tengah berada di

hadapan madzkur maka sedapat mungkin kita “mati”. Haji Dulabi berkata: “Jika

99
dalam shalat kita tidak bisa mati, maka paling tidak kita tidur.” Mungkin, bagi

masyarakat umum ungkapan ini terdengar ganjil. Maksudnya ialah, orang yang

melakukan shalat hendaknya menyingkirkan kediriannya. Imam Ja`far Shadiq as

berkata, “Aku begitu sering mengucapkan, hanya kepada-Mu kami menyembah dan

hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan, hingga aku mendengar langsung dari

Yang Mengatakannya.” 95 Yakni, sampai “aku” sudah tidak ada lagi.

Ketika Kesulitan Datang

Cinta melenyapkan semua kesulitan. Dengan cinta, manusia menjadi tidak mengenal

tempat dan waktu. Kita bisa melihat anak-anak, betapa mereka suka main sepak bola.

ah
Di saat udara sedemikian panas pada waktu tengah hari di musim panas —yang jika

i
kita sepuluh menit saja berada di luar rumah maka kita akan merasa pusing dan
Sy
lemas— ternyata anak-anak malah main bola berpanas-panasan. Mereka sama sekali

tidak merasa haus, lapar, dan kepanasan. Kita juga menyaksikan bagaimana para
a
k

pemain bola terkadang siap sedia meskipun tangan dan kaki mereka harus patah
a

karena main bola. Seluruh perhatian dan kecintaannya hanya tertuju kepada
st

bagaimana dia bisa mencetak gol. Jadi, kita sudah menyaksikan apa yang dapat
u

ditimbulkan oleh cinta majazi. Maka, bagaimana pula yang dapat ditimbulkan oleh
P

cinta hakiki.

Uwais Qarni, adalah salah seorang sahabat Amirul Mukminin as. Seringkali dia

bermalam-malam dan tidak tidur. Suatu malam dia memandang ke langit lalu berkata,

“Malam ini adalah malam rukuk.” Lalu dia rukuk hingga subuh. Malam berikutnya

dia berkata, “Malam ini malam sujud.” Lalu dia terus dalam keadaan sujud hingga

waktu subuh. Orang-orang bertanya kepadanya, “Kenapa engkau begitu menyiksa

95
Sirr ash-Shalâh, juz 2, hal. 75, menukil dari Mahajjah al-Baidha, jil. 1, hal. 352.

100
dirimu? Uwais berkata, “Oh, seandainya seluruh waktu itu malam, hingga aku terus

dapat melaluinya dalam satu sujud.” 96

Beberapa orang menulis tentang Syekh Husain Ali Ishfahani; bagaimana dia melalui

malam-malamnya dengan beribadah di atas atap Makam Imam Ali Ridha as. Di suatu

malam bersalju di musim dingin dia tengah sibuk beribadah. Pagi harinya orang-orang

datang memanggilnya, dan mereka mendapati salju setebal sepuluh sentimeter

menutupi punggungnya, tetapi dia sama sekali tidak merasa kedinginan. Dari malam

hingga pagi hari Syekh Husain Ali berada dalam posisi rukuk. Bagi seorang yang

sudah sampai ke alam cinta, maka panas dan dingin tidak berarti lagi baginya.

ah
Jika manusia sudah memasuki alam cinta maka seluruh bencana menjadi bukan apa-

i
apa baginya, seluruh keburukan menjadi indah, seluruh duri menjadi bunga. Kita pun
Sy
mungkin pernah melihat bagaimana cinta majazi lainnya beraksi, yang membuat dua

orang yang saling jatuh cinta tidak lagi menghiraukan dunia sekitarnya meskipun
a
k

orang-orang mencela, mengancam, dan menghalangi cinta mereka.


a

Tingkatan-tingkatan Teman dan Musuh


st

Haji Agha Dulabi berkata, “Jika kalian bertemu teman maka temuilah dengan hati dan
u

wajah terbuka namun jika bertemu musuh maka tendanglah.” Artinya, hadapilah
P

teman dengan sepenuh hatimu dan berpalinglah dari musuh. Terkadang, seseorang

sampai pada tingkatan di mana dia tidak mau sama sekali mendengar dan menyebut

nama musuhnya. Di sini, dia telah mencapai derajat kebencian sempurna. Yakni, jika

kita tidak menyukainya, mengapa kita mau menyebut namanya?

Orang-orang mengisahkan: Sekelompok Sufi berkumpul, dan mereka mencela dunia.

Rabi`atul Adawiyah yang merupakan seorang Sufi besar duduk diam di antara

mereka. Ketika para Sufi lain selesai berbicara, Adawiyah berkata, “Siapa yang

96
Mahajjah al-Baidha. Juz 9, hal. 173; Mi`raj as-Sa`adah, hal. 684; Muntaha al-Amali, jil. 1, hal. 368.

101
mencintai sesuatu dia akan sering menyebut namanya, baik dengan pujian atau celaan.

Jika dalam hati kalian dunia bukan sesuatu yang berharga lantas kenapa kalian

menyebut-nyebutnya?” 97

Artinya, kalian semua masih mencintai dunia. Karena, seseorang yang membenci

sesuatu maka dia akan benci menyebut namanya. Dengan begitu, sebenarnya kalian

masih mencintai dunia. Meskipun kalian mencelanya dengan harapan dapat lepas

darinya. Sebab, seseorang yang sudah benar-benar terlepas dari dunia tidak akan lagi

menyebut namanya.

Hadis yang berbunyi “Agama tidak lain selain cinta dan benci” 98 adalah untuk orang-

ah
orang yang masih tertawan dengan berbagai keburukan, dan mereka ingin terlepas

i
darinya. Karena, sebagaimana kata Haji Agha Dulabi, seseorang yang sudah sampai
Sy
kepada derajat kesempurnaan dan sudah melewati neraka Jahannam maka wajahnya

hanya tertuju kepada surga dan empat belas manusia maksum. Mereka telah sampai
a
k

kepada batas akhir kesempurnaan. Di sana hanya ada cinta. Inilah yang dikatakan
a

hadis, “Agama tidak lain selain cinta.” 99 Di sana tidak ada lagi duri. Di sana kita tidak
st

akan lagi bertemu musuh. Di sana kita tidak akan melihat lagi ada orang yang menjadi
u

lawan kebaikan. Pohon keburukan telah tercabut dari akarnya. Yang ada hanya pohon
P

kebaikan. Ini adalah tingkatan sebagaimana yang dikatakan hadis, “Agama adalah

cinta dan cinta adalah agama.” 100

Eliksir Cinta

Sungguh Mawlana telah mengungkapkan kata-kata yang sangat indah tentang

masalah cinta. Dia berkata: “Tidak ada eliksir yang dapat menandingi eliksir cinta.”

Saat cinta datang seseorang tidak akan melihat keburukan, dia hanya akan melihat

97
Majmu`ah e Waram, hal. 82.
98
Imam Muhammad Al-Baqir as, Bihâr al-Anwâr, jil. 65, hal. 63.
99
Imam Ja`far Ash-Shadiq as, al-Khishâl, jil. 1, hal. 38, hadis 74.
100
Imam Muhammad Al-Baqir as, Nûr ats-Tsaqalain, hal. 285, hadis 49.

102
kebaikan. Saat seorang ayah mencintai anaknya, meski anaknya seorang yang paling

berwajah buruk, dia tetap akan mencintainya dan menganggapnya tampan.

Nabi Ya`qub as mempunyai seorang budak perempuan. Dari budak perempuan itu ia

mempunyai seorang anak yang suka bermain dengan Nabi Yusuf as. Nabi Ya`qub as

memberikan hadiah kepada budak perempuannya dengan berkata, “Berikan hadiah ini

kepada orang yang paling tampan.” Budak perempuan itu memberikan hadiah tersebut

kepada anaknya.

Nabi Ya`qub as bertanya, “Ini sungguh tidak adil. Hadiah itu seharusnya diberikan

kepada Yusuf, karena tidak ada seorang pun yang dapat menyamai ketampanannya.”

ah
Budak perempuan itu menjawab, “Dalam pandanganku yang paling tampan adalah

i
anakku. Sedangkan menurut engkau, Yusuf yang paling tampan.”
Sy
Mawlawi bersyair:

Karena cinta onak menjadi puspa,


a
k

karena cinta cuka menjadi arak


a

Karena cinta cuka yang asam menjadi arak yang lezat. Arak cinta adalah arak yang
st

suci. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as tinggal di Madinah. Banyak sekali
u

orang yang meninggal dunia di Madinah namun beliau tidak mendatangi jenazahnya.
P

Tetapi, ketika beliau mendengar Salman Farisi meninggal dunia di Mada’in, beliau

datang ke Mada’in. Beliau membawa kain kafan yang disediakan Sayidah Zahra as

untuk Salman.

Tengoklah sekali lagi, apa yang dilakukan cinta. Bagaimana Sayidah Zahra as telah

menyediakan kain kafan bagi Salman sejak jauh-jauh hari. Ketika Amirul Mukminin

Ali as mendatangi jenazah Salman di Mada’in, tubuh Salman telah dingin. Amirul

Mukminin as masuk untuk memandikan jenazahnya, tiba-tiba Salman bangun sejenak

103
lalu duduk dan berkata, “Salam sejahtera atasmu wahai Amirul Mukminin,” kemudian

tubuhnya jatuh kembali. Bagaimana ini terjadi? Semua disebabkan oleh cinta.

Sebuah ungkapan berbunyi: Karena cinta, orang mati hidup kembali. Karena cinta,

raja menjadi hamba sahaya.

Ada pula beragam kisah tentang raja-raja. Para raja telah melakukan apa saja untuk

dapat menggapai kekuasaan. Mereka membunuh ribuan jiwa, demi mencegah orang

lain merebut kekuasaannya. Bahkan mereka pun rela membunuh saudara dan

kerabatnya sendiri. Ada seorang raja, Sultan Mahmud Ghazwini, yang jatuh cinta

kepada seorang budak perempuan. Dia duduk di bawah kursi singgasananya sebagai

ah
seorang budak, dan mendudukkan budak perempuan yang dicintai di atas

i
singgasananya. Dia menjadikan dirinya sebagai budak di hadapan budak perempuan
Sy
itu.

Seorang penyair berkata: “Mahmud Ghazwini yang mempunyai ribuan budak telah
a
k

menjadi tawanan cinta, sehingga dia menjadi budak bagi seorang budaknya.”
a

Tidak ada sesuatu yang dapat menurunkan seorang manusia dari kekuasaan diri dan
st

kekuasaan dunianya kecuali cinta. Obat dari semua penyakit manusia adalah cinta.
u

Jika seseorang telah memperoleh eliksir cinta maka dia telah memperoleh semuanya.
P

Cinta bersemayam dalam diri setiap manusia, namun yang lebih penting ialah

bagaimana ia dapat menggunakannya.

Api bekerja untuk membakar. Tetapi jika cinta datang, maka api bisa menjadi lentera

penunjuk. Dengan cinta api berubah menjadi cahaya dan penerang.

Begitulah: Karena cinta api menjadi cahaya, karena cinta setan menjadi bidadari.

Cinta dalam Substansi Wujud

Pernahkah sampai kepada kita, kisah tentang anjing Ashabul Kahfi: Suatu hari, anjing

Ashabul Kahfi yang selalu mengikuti manusia itu pun berubah menjadi manusia.

104
Karena anjing itu mencintai manusia-manusia Ilahi maka esensinya pun berubah

menjadi manusia dan ikut masuk ke dalam surga. Unta Imam Ali Sajjad akan

dibangkitkan bersama Imam Sajjad as di surga. Karena sang unta mencintai Imam

Sajjad dan Imam mencintainya. Banyak sekali hadis yang berbicara tentang cinta

yang dapat mengubah substansi sesuatu.

Dalam beberapa riwayat disebutkan tentang sebuah pohon kering di area Masjid Nabi

Muhammad saw. Seringkali Nabi saw bersandar pada pohon kering itu ketika sedang

berbincang dengan para sahabatnya. Seorang ibu atas dasar kasih menawarkan kepada

Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, anak saya seorang tukang kayu. Izinkan dia

ah
membuatkan mimbar tiga anak tangga bagi Anda.”

i
Ia pun membuatkan mimbar. Rasulullah saw pun tak lagi bersandar pada pohon
Sy
kering itu, karena memilih duduk di atas mimbar. Kemudian terdengar rintihan yang

menyayat hati dari pohon kering itu, persis seperti seorang ibu yang ditinggal mati
a
k

anaknya.
a

Penyair berkata, “Pohon kering merintih karena ditinggalkan Rasulullah saw, seperti
st

orang yang mempunyai akal.”


u

Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Mendengar itu Rasulullah saw turun dari mimbar lalu
P

memeluk pohon kering itu, mengusap dan menghiburnya. Andai saja Rasulullah saw

tidak melakukan itu maka hingga hari kiamat pohon itu akan terus merintih, dan

rintihannya terdengar oleh manusia.” 101

Penyair berkata, “Cahaya Musthafa menghibur pohon kering yang merintih kalian

tidak lebih rendah dari kayu, karena itu merintihlah... merintihlah.”

Cinta Rasulullah saw menembus seluruh lapisan alam. Dari kayu yang kering hingga

kerikil dan binatang buas. Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa keledai

101
Bihâr al-Anwâr, jil. 17, hal. 326 dan 365.

105
Rasulullah saw masuk surga. Ketika Rasulullah saw menungganginya dia gembira

dan penuh semangat.

Almarhum Ayatullah Baha’uddin berkata, “Kenapa ikan-ikan di laut, batu kerikil di

padang pasir dan sungai-sungai memohonkan ampun bagi pencari ilmu dan pecinta

Allah Swt? Karena mereka mengetahui bahwa mereka akan memperoleh kebaikan

dari pecinta dan pencari Allah Swt. Dari seluruh molekul alam tercium bau harum

cinta.

Dalam seluruh molekul alam berisi cinta kepada Allah dan para kekasih Allah Swt.

Batu kerikil yang ada di tangan seorang Arab dusun mengucapkan dua kesaksian

ah
(syahadatain), kadal yang ada di kawasan lain memberi kesaksian akan keesaan Allah

Swt dan kenabian Rasulullah saw.”


i
Sy
Ayatullah Baha’uddin beberapa kali bercerita: “Ada seekor kucing yang suka kami

beri makanan. Setiap kali dia melihat kami datang kucing itu berjalan berputar
a
k

mengelilingi kami kemudian pergi. Dengan cara itu dia mengucapkan terima kasih
a

kepada kami. Namun terkadang, ada juga orang yang meskipun kita telah
st

membantunya selama tujuh puluh tahun, dia tidak mau menjawab salam kita. Manusia
u

yang tidak memiliki rasa cinta tidak bisa diserupakan dengan benda mati dan hewan.
P

Karena makhluk yang ada di alam ini semuanya mempunyai rasa cinta.”

Cinta dan Kesamaan

Cinta menciptakan kesamaan. Kesamaan apa yang ada di antara Rasulullah saw dan

Tsauban, budak beliau? Rasulullah saw berada pada derajat tertinggi sedang dia

seorang budak. Tidak ada kesamaan di antara keduanya. Namun cintalah yang

kemudian menciptakan persamaan pada mereka. Cinta mendekatkan jarak yang jauh

dan melenyapkan berbagai penghalang.

106
Tsauban sangat mencintai Rasulullah saw. Suatu hari Rasulullah saw melihat wajah

Tsauban pucat pasi. Rasulullah saw bertanya kepadanya, “Ada apa?” Tsauban

menjawab, “Saya sedih saat memikirkan bahwa saya akan terpisah dari engkau. Kalau

pun saya berada di surga, tentu engkau berada di surga derajat tertinggi sedangkan

saya berada di surga derajat bawah. Pikiran ini selalu mengganggu saya.”

Cinta Tsauban kepada Rasulullah membuat Jibril turun membawa ayat terbaik ini:

Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan

bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, para nabi, para

pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka

ah
itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa: 69).

i
Ayat ini turun berkenaan dengan Tsauban. 102 Sungguh sebuah ayat yang indah. Dalam
Sy
sehari kita sepuluh kali mengucapkan, Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, yaitu

jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat.


a
k

Zaid bin Haritsah adalah seorang budak yang dibeli dan diasuh Rasulullah saw. Beliau
a

sangat menyukainya hingga memberinya nama Zaid Al-Hubb. Namanya disebut di


st

dalam Al-Quran, Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya
u

(menceraikannya) (QS. Al-Ahzab: 37). Tanpa wudhu seseorang tidak boleh


P

menyentuh namanya yang disebut di dalam Al-Quran. Tidak ada hubungan keluarga

sama sekali antara Zaid dengan Rasulullah saw kecuali kecintaan di antara mereka.

Cinta inilah yang telah menciptakan kesamaan di antara mereka. Karena itu,

Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang mencintaiku maka dia akan bersamaku di

surga.” 103

102
Safînah al-Bihâr, jil. 1, hal. 524.
103
Sireh e Nabawi, hal. 92.

107
Dalam hadis lain dikatakan, Rasulullah saw memegang tangan Hasan dan Husain

(salam atas mereka) lalu bersabda: “Siapa yang mencintai dua anak ini, serta bapak

dan ibunya maka pada hari kiamat dia akan berada satu derajat denganku di surga.” 104

Salah satu doa yang sering diucapkan oleh Haji Agha Dulabi adalah doa berikut: “Ya

Allah, aku memohon kepada-Mu kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang

mencintai-Mu, dan kecintaan kepada setiap perbuatan yang akan mendekatkanku

kepada-Mu.” 105

Ada dua munajat dari “lima belas munajat” yang mempunyai derajat tinggi: “Munajat

murîdîn” dan “munajat para pecinta”. Dalam munajat murîdîn kita mengucapkan:

ah
“Wahai Zat Yang mengasihi orang-orang yang lalai mengingat-Nya, lalu dengan

penuh cinta menarik mereka ke hadapan pintu-Nya.”


i
Sy
Ternyata yang menjadi dasar perjalanan hidup manusia adalah cinta dan rahmat. Allah

Swt menunjukkan rasa cinta-Nya bukan hanya kepada orang-orang baik, tetapi bagi
a
k

orang-orang yang lalai dari mengingat-Nya pun Dia menariknya dengan penuh cinta.
a

Tuhan yang memperlakukan sedemikian baik orang-orang yang lalai, tentu akan
st

memperlakukan orang-orang yang datang kepada-Nya dengan lebih baik lagi.


u

“Karena cinta logam menjadi emas, karena cinta yang pahit jadi manis
P

Karena cinta yang keruh menjadi jernih, karena cinta sakit menjadi sembuh

Karena cinta sedih menjadi bahagia, karena cinta hantu menjadi pemimpin

Karena cinta sengat menjadi madu, karena cinta singa menjadi tikus.”

Seekor singa dengan kekuatan yang sedemikian besar, saat jatuh cinta, dia akan

menjadi seperti tikus yang tunduk.

“Karena cinta sakit menjadi sehat, karena cinta paksaan menjadi rahmat.”

104
Kâmil az-Ziyârât, hal. 117, bab 14, hadis 13; Bihâr al-Anwâr, jil. 43, hal. 271, hadis 37.
105
“Munajat lima belas” atau “munajat para pecinta”, dalam Mafâtîh al-Jinân.

108
Imam Husain as datang menjenguk salah seorang sahabatnya yang sakit. Imam

menatap wajahnya, dengan serta merta penyakit panas yang diderita lenyap dari tubuh

orang itu.

“Karena cinta penjara menjadi taman bunga, tanpa cinta taman menjadi tungku

membara.”

Sesuatu yang dapat menjadikan seluruh yang jelek menjadi indah ialah cinta. Imam

Musa Kazhim as berada dalam penjara, namun baginya penjara itu adalah taman

bunga. Itu semua karena cinta. Tetapi apabila tidak ada cinta, meskipun kita berada di

taman indah, yang terlihat hanyalah duri.[]

i ah
-7-
Sy
Dasar Islam adalah kecintaan kepadaku dan kecintaan kepada Ahlulbaitku.

(Rasulullah saw)
a
k

Kekasih Allah
a

Seluruh ibadah dan ilmu merupakan mukadimah cinta. Cinta adalah tujuan tertinggi
st

dari penciptaan alam. Alam semesta berdiri di atas dasar cinta. Manusia ingin dicintai
u

orang lain. Manusia ingin dicintai Allah Swt.


P

Dalam Ziarah Amînullâh terdapat kalimat: “Ya Allah, jadikanlah diriku orang yang

dicintai di bumi dan di langit-Mu.”

Mencintai sungguh mendatangkan kesulitan. Seseorang yang mencintai harus

mengorbankan harta, milik, diri, dan wujudnya. Seorang pecinta adalah orang yang

berkorban. Namun sebaliknya, orang yang dicintai tidak mengalami kesulitan sedikit

pun. Semua orang rela berkorban untuknya. Nabi Muhammad saw adalah orang yang

dicintai (mahbûb). Oleh karena itu, berusahalah menjadi orang yang dicintai. Kita

harus berusaha agar orang lain mencintai kita. Derajat dicintai (maqam mahbubiyyat)

109
adalah derajat yang sangat tinggi. Apa yang harus kita lakukan supaya menjadi orang

yang dicintai, dan itu pun dicintai oleh Allah Swt?

Amirul Mukminin as berkata, “Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang

mengikuti Nabi-Nya.” 106

Rahasia dari perkataan ini sangat jelas, bahwa Allah Swt mencintai Nabi-Nya saw

melebihi cinta-Nya kepada yang lain. Karena itu, siapa saja yang menyerupai

Rasulullah saw maka dia akan dicintai oleh Allah Swt. Mengikuti Rasulullah saw

tidak lain adalah menyerupainya.

Pada akhir umurnya, Almarhum Ayatullah Baha’uddin didatangi seorang pemuda.

ah
Pemuda itu membisikkan pertanyaan ke telinganya, namun kami tidak tahu apa yang

i
ditanyakannya. Dalam jawabannya Ayatullah Baha’uddin berkata, “Tidak mungkin,
Sy
tidak mungkin, mungkin engkau hanya bisa serupa dengannya.” Kami mengira dia

berkata, “Doakan saya supaya menjadi manusia.” Almarhum Baha’uddin menjawab


a
k

dengan kata-kata, “Tidak mungkin, mungkin engkau hanya bisa serupa dengannya.”
a

Serupa dengan manusia juga sesuatu yang amat berharga. Manusia sesungguhnya
st

adalah empat belas manusia maksum. Kita dapat serupa saja dengan mereka, sungguh
u

sesuatu yang sangat berharga. Dalam sebuah hadis dikatakan: “Kami Ahlulbait adalah
P

manusia sesungguhnya, adapun para pengikut dan pecinta kami adalah yang serupa

dengan manusia.” 107

Mendiktekan Cinta

Haji Agha Dulabi berkata, “Dalam cinta lidah mempunyai pengaruh. Diktekan kepada

dirimu bahwa Allah Swt mencintaimu. Lalu katakan itu dengan penuh keyakinan.

Allah Swt mencintai seluruh makhluk. Jika Allah tidak mencintainya, maka Dia tidak

akan menciptakannya. Apa mungkin Allah menciptakan sesuatu yang tidak disukai-

106
Nahj al- Balaghah, Khotbah 160.
107
al-Kâfî, jil. 8, hal. 244, hadis 339.

110
Nya? Katakan ini juga dengan penuh keyakinan dan diktekan kepada dirimu. Niscaya

setelah itu engkau dapat melihat pintu terbuka di hadapanmu.”

Seseorang bercerita: “Saya pernah pergi ke Makkah. Saya tidak tahu kenapa hati saya

gundah dan resah. Ada kesedihan yang menyelimuti hati saya. Saya terus melakukan

tawaf mengelilingi Ka`bah namun kegundahan itu tidak juga lenyap dari hati saya.

Kemudian saya pergi memegang kisa Ka`bah seraya berkata, “Ya Allah, aku

bersumpah kepada-Mu aku mencintai-Mu. Namun aku merasa mungkin aku tidak

layak mencintai-Mu. Aku ini siapa hingga layak dapat mencintai-Mu.” Tiba-tiba dari

mulut saya keluar ucapan bahwa Dia mencintaiku. Saat kata-kata ini keluar dari mulut

ah
saya, tiba-tiba seolah-olah terasa ada air secara sekaligus menyiram api, hingga hati

saya seperti kuncup bunga yang mekar.”


i
Sy
Kuncup Bunga

Adalah sebuah kuncup bunga. Harum dari kuncup bunga belum begitu tercium dan
a
k

keindahannya belum begitu tampak. Hati yang sedang sedih dan gundah tidak
a

ubahnya seperti kuncup bunga. Tidak diragukan bahwa seluruh pecinta Ahlulbait
st

ibarat bunga. Namun sebagian dari mereka sudah mekar dan sebagian lagi masih
u

berupa kuncup yang belum mekar. Mulla Abdullah di dalam kitabnya, al-Makâtîb,
P

mengatakan, “Kuncup hati kita selama belum melihat ‘wajah Allah’ tidak akan

tersenyum dan mekar. Dengan melihat ‘wajah Allah’ dia baru akan mekar. Saat

kuncup hati mekar dia sangat indah dan mengeluarkan bau yang sangat harum. Tidak

ada bau harum yang dapat menyamainya. Bau harum bunga lebih lembut dari bau

harum minyak wangi.

Saat engkau mencium bunga lalu membaca shalawat maka Allah Swt akan

mengampuni dosa-dosamu. 108 Saat seseorang melihat sesuatu yang indah, melihat

108
Safînah al-Bihâr, jil. 3, hal. 420.

111
pohon, melihat bunga yang indah dan harum, hendaknya dia mengucapkan shalawat

kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Karena semua ini berasal dari kebun

yang dikelola empat belas manusia maksum.

Air Cinta

Penciptaan alam ini berdiri di atas dasar cinta. Intisari perkataan di alam ciptaan ini

ialah “aku mencintaimu, karena itu cintailah aku”. Dalam Surah al-Maidah ayat 54

dinyatakan: “Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya”. Kecintaan

kepada Rasulullah saw dan kecintaan kepada Ahlulbaitnya merupakan dasar Islam.

Rasulullah saw bersabda, “Dasar Islam ialah mencintaiku dan mencintai

ah
Ahlulbaitku.” 109

i
Cinta tidak ubahnya seperti air. Dikatakan: “Cinta adalah air.” Sungguh ini sebuah
Sy
penyerupaan yang sangat indah. Setiap makhluk yang ada di alam ini merupakan

perwujudan dari satu atau beberapa nama Allah Swt. Sebagai contoh adalah api, yang
a
k

merupakan perwujudan kemarahan Allah Swt. Gunung dan langit merupakan


a

perwujudan kebesaran dan ketinggian Allah Swt. Adapun air merupakan perwujudan
st

dari rahmat Allah Swt. Perwujudan rahmat Allah yang dapat memadamkan api. Jika
u

tidak ada air maka seluruh pabrik industri tidak dapat bekerja dan berproduksi, karena
P

mesin-mesinnya yang panasnya besar hanya dapat dinetralkan oleh air. Bahkan air

ialah yang menjadi dasar kehidupan seluruh makhluk berikut kelangsungan hidup

mereka.

Allah Swt berfirman, Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air

(QS. Al-Anbiya: 30).

Kehidupan seluruh makhluk bergantung kepada air. Jika air tidak ada maka makhluk

tidak tercipta. Makhluk diciptakan dari air, dan kelangsungan hidup mereka

109
Mîzân al-Hikmah, jil. 2, hadis 1342, menukil dari Kanz al-`Ummâl, hadis 37631; Tuhaf al-`Uqûl.

112
bergantung kepada air. Seluruh makanan, buah-buahan dan hasil produksi tercipta

dari air. Untuk memasaknya pun kita memerlukan air. Hingga dapat dikatakan bahwa

permulaannya adalah air, pertengahannya adalah air dan akhirnya adalah air. Dengan

kata lain, seluruh makhluk berteriak, air, air, air. Air berarti rahmat dan cinta. Artinya,

kita semua tercipta dari air dan untuk kelangsungan hidup kita juga memerlukan air.

Cinta dalam Ibadah

Jika dalam shalat tidak ada cinta, maka shalat itu tidak ada nilainya. Allamah

Thabathaba’i, dalam sebuah pesan yang sering ditekankannya mengatakan, “Saat

kalian membaca Al-Quran jangan hanya memerhatikan kata-kata, tajwid dan mâd-

ah
nya. Tidak perlu kalian mengerahkan segenap perhatian kalian untuk dapat

i
memahami hal-hal di atas. Justru kalian harus mengerahkan segenap perhatian kalian
Sy
untuk membacanya dengan penuh cinta. Jika kalian membaca Al-Quran dengan cinta

maka kalian akan dapat memahami artinya.” Artinya, seseorang akan tahu apa yang
a
k

dikatakan Kekasihnya. Jika Kekasihnya mengatakan “Alif Lâm Mîm”, dia akan
a

mengetahui apa yang dikatakan Kekasihnya.


st

Kita dapat melihat orang-orang yang saling mencintai, dengan isyarat mereka dapat
u

berbicara satu sama lain. Salah satu arti dari huruf-huruf muqaththa`ah (huruf-huruf
P

terputus) ialah, Allah Swt berbicara kepada Nabi-Nya dengan isyarat. Allah Swt

berkata Ka Ha Ya ‘Ain Shad. Artinya, Ka ialah Karbala, Ha ialah halâkah

(kebinasaan) dan Shad adalah syahâdah (mati syahid), Ya ialah Yazid, ‘Ain ialah `aths

(haus). Makna ini disebutkan dalam riwayat-riwayat yang terdapat dalam kitab-kitab

tafsir. 110

Jika seorang teman yang sangat kita cintai menulis surat kepada kita tentu kita akan

membuka dan membaca surat tersebut dengan penuh cinta dan semangat. Saat kita

110
Tafsir Nûr ats-Tsaqalain, jil. 3, hal. 320.

113
membacanya dengan cinta maka itu akan mendatangkan pengaruh. Namun jika kita

tidak menyukainya maka jangan dibaca. Membaca Al-Quran dengan terpaksa dan

tidak didasari cinta bukanlah membaca Al-Quran. Shalat yang dikerjakan dengan

malas dan terpaksa bukanlah shalat, bukanlah ibadah. Rasulullah saw bersabda,

“Jangan paksa dirimu beribadah.” 111

Amirul Mukminin Ali as berkata, “Jangan lakukan sesuatu yang membuat dirimu

trauma terhadap ibadah.” Ia juga berkata, “Sesungguhnya hati manusia ada kalanya

suka dan ada kalanya enggan. Jika engkau ingin melakukan suatu perbuatan maka

lakukanlah tatkala hatimu suka. Karena jika engkau memaksa hatimu melakukan

ah
sesuatu saat dia tidak suka, maka dia akan buta dan trauma.” 112

i
Usahakanlah agar kita bershalat dengan cinta, usahakan supaya kita beribadah dengan
Sy
cinta. Jika bisa, maka kita akan dapat merasakan manfaat dan kelezatannya. Saat yang

menjadi dasar perbuatan Rasulullah saw adalah cinta, maka kita juga harus
a
k

menjadikan cinta sebagai dasar seluruh perbuatan kita. Shalat berarti bermain cinta
a

dengan Allah Swt. Ini sungguh sesuatu yang sangat berharga.


st

Doa yang Pendek namun Komplit


u

Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa Amirul Mukminin Ali as melihat seseorang
P

sedang berdoa dengan doa yang panjang. Amirul Mukminin as berkata kepadanya:

“Tuhan mengabulkan doa yang panjang juga mengabulkan doa yang pendek.” Dan

melanjutkan ucapannya: “Berdoalah dengan doa yang singkat.”

Orang itu bertanya, “Bagaimana?”

Amirul Mukminin as menjawab, “Aku akan ajarkan kepadamu empat kalimat yang

mencakup semua doa. Doa yang singkat dan bermanfaat: ‘Segala puji bagi Allah atas

seluruh nikmat yang diberikan-Nya. Aku memohon kepada Allah seluruh kebaikan,

111
Al-Kâfî, jil. 2, hal. 86, hadis 2.
112
Nahj al- Balaghah, hikmah 193.

114
aku berlindung kepada Allah dari segala keburukan, dan aku memohon ampunan

kepada Allah dari segala dosa’.” 113

Amirul Mukminin as telah menghimpun seluruh doa dalam empat kalimat ini. Doa

yang mencakup pujian, permohonan ampun dari segala dosa, permintaan segala

kebaikan kepada Allah Swt dan permintaan perlindungan kepada Allah Swt dari

segala keburukan. Kata-kata “aku memohon kepada Allah seluruh kebaikan” sungguh

mencakup. Yaitu mencakup kebaikan dunia dan kebaikan akhirat, kebaikan spiritual,

kedekatan kepada Allah, dan segala kebaikan yang diberikan kepada para nabi, para

wali dan ahli surga.

ah
Seseorang datang ke makam Imam Ali Ridha as dan berkata, “Saya hanya punya satu

i
permintaan, yaitu berikanlah kepadaku kebaikan dunia dan akhirat.” Sebuah doa yang
Sy
ringkas dan bermanfaat. Sedapat mungkin kita harus bisa menyampaikan permintaan

kita dengan ringkas. Ini merupakan tanda kecerdasan.


a
k

Sebuah hadis berkata, “Semakin akal bertambah sempurna, maka semakin sedikit
a

perkataan.” 114
st

Dengan kata lain, kuantitas berkurang kualitas bertambah. Terkadang dalam berdoa
u

kita seolah-olah mengingatkan Allah untuk melakukan ini dan tidak melakukan itu.
P

Dalam sebuah hadis qudsi Allah Swt berfirman: “Wahai anak Adam, taatilah apa yang

Aku perintahkan kepadamu dan jangan memberitahu Aku apa yang baik untukmu.” 115

Nikmat-nikmat yang Tersembunyi

Tidak ada sesuatu yang semata-mata keburukan. Pada setiap sesuatu ada kebaikan dan

juga ada keburukan. Imam Hasan Askari as berkata, “Tidak ada satu musibah kecuali

di dalamnya Allah meletakkan sebuah nikmat.” 116

113
Safînah al-Bihâr, jil. 3, hal. 66.
114
Nahj al-Balaghah, hikmah 71.
115
Amâlî ash-Shadûq, hal. 320, majelis 52; Bihâr al-Anwâr, jil. 68, hal. 135.
116
Bihâr al-Anwâr, jil. 75, hal. 374, hadis 34.

115
Tidak ada sesuatu pun yang semata-mata hanya berisi keburukan. Dengan demikian,

pikiran kita kini menjadi tenang. Setiap keburukan pasti bercampur kebaikan, yang

akan menjadi mukadimah bagi kebaikan.

Kelas Cinta

Sebagaimana Allah Swt menciptakan alam semesta berdasarkan cinta maka perbuatan

Rasulullah saw pun berdasarkan cinta. Rasulullah saw bersabda, “Cinta adalah dasar

tindakanku.” 117

Rasulullah saw adalah wakil Allah Swt, karena itu seluruh perbuatannya pasti

berdasarkan cinta. Seluruh kerja keras dan berbagai kesulitan yang dihadapi

ah
Rasulullah saw di jalan Allah Swt pesannya bermuara pada cinta.

i
Kelas Rasulullah saw adalah kelas cinta. Ruang bersama Rasulullah saw ialah dalam
Sy
ruangan cinta. Bahkan terhadap musuh sekali pun beliau menghadapinya dengan

cinta. Karena itu, kelas dan pertemuan kita pun harus berdasarkan cinta.
a
k

Majelis pertemuan yang diadakan bersama Haji Agha Dulabi, sungguh merupakan
a

majelis cinta. Banyak sekali teman-teman yang datang dari beberapa kota yang jauh.
st

Diperlukan kemauan yang kuat untuk sanggup menempuh perjalanan jauh hingga bisa
u

menghadiri majelisnya.
P

Cinta dapat memberikan kekuatan dan mendatangkan kedekatan dan kenikmatan.

Meskipun secara fisik Agha Dulabi sudah tampak semakin lemah namun tak jarang

beliau masih sanggup berbicara selama sepuluh jam. Sungguh ini sesuatu yang luar

biasa. Jika manusia telah karam dalam cinta maka dia akan terbebas dari tempat,

waktu, kelelahan, kesedihan dan kekhawatiran.

Beberapa orang masih mengingat bagaimana majelis yang pernah dibentuk melewati

musim gugur dan musim dingin dengan jadwal dimulai setelah shalat magrib dan isya

117
Bihâr al-Anwâr, jil. 75, hal. 374, hadis 34.

116
yang terus berlangsung hingga jam sebelas atau dua belas malam. Di masa-masa itu

majelis Agha Dulabi relatif lebih sepi, namun sangat akrab. Setelah sekian lama

berlangsung, lebih banyak lagi dari berbagai kalangan yang menghadiri majelisnya.

Haji Agha Dulabi sendiri mengatakan, “Dengan banyaknya yang datang ke majelis

kita untuk melihat dan mengenal spiritualitas kita, saya sedikit merasa lelah. Namun

saat majelis dihadiri satu kalangan, semua menjadi satu, dapat berlangsung hingga

larut malam, dan semua yang hadir merasa nyaman dan betah.” Majelis yang dipenuhi

cinta dan kehangatan memang demikian. Jika menghadiri majelis dengan cinta maka

dari malam hingga pagi pun kita tidak akan merasa lelah.

ah
Salah seorang teman yang setia hadir dalam majelis pertemuan itu bercerita, “Saya

i
menempuh perjalanan dari Qum ke Tehran bersama istri saya untuk menghadiri
Sy
majelis Haji Agha Dulabi. Saya berjanji jam sepuluh malam akan meninggalkan

mejelis dan pulang ke Qum. Saat jam sepuluh tiba, kami meninggalkan majelis
a
k

hendak menuju terminal. Tetapi ketika sudah di luar ruangan, istri saya berkata,
a

‘Sayang, kenapa kita keluar duluan?’, dan saya pun mengatakan hal yang sama.
st

Akhirnya kami kembali lagi ke majelis dan duduk sekitar dua jam lagi dengan tanpa
u

makan malam. Kami tetap merasa senang dan penuh semangat. Saat itu, tubuh kami
P

seolah tidak membutuhkan makanan yang lain.”

Dalam Ruang Lingkup Cinta

Dalam sebuah riwayat Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Ketika Allah Swt memberi

janji kepada Nabi Musa as bahwa empat puluh hari lagi dia boleh datang menemui-

Nya, maka rasa rindu Musa as akan pertemuan itu membuatnya tidak makan dan tidak

minum. Dia tidak makan, tidak minum, tidak tidur dan tidak menginginkan sesuatu

yang lain.” Kerinduan untuk dapat bertemu dengan Allah Swt telah membuat Nabi

Musa as merasa kenyang selama empat puluh hari.

117
Kadang-kadang kita sendiri menyaksikan, bagaimana seseorang yang untuk dapat

menyaksikan pertandingan sepak bola sanggup menempuh perjalanan dari satu kota

ke kota lain yang sangat berjauhan. Ia datang hanya untuk mengetahui apakah tim

kesayangannya menang atau kalah. Padahal tidak ada sedikit pun manfaat yang

diperolehnya. Namun kecintaan kepada sepakbolalah yang telah menggerakkannya.

Kita juga dapat melihat bagaimana anak-anak yang sanggup bermain sepakbola di

lapangan terbuka yang begitu terik di musim panas. Mereka tidak menghiraukan rasa

lapar, haus dan udara yang begitu panas. Manakala cinta metaforis (majazi) saja dapat

memberi pengaruh sedemikian besar kepada manusia, tentu cinta hakiki dan

ah
kerinduan Ilahi akan dapat memberi pengaruh jauh lebih besar lagi.

i
Cinta metaforis dapat membebaskan seseorang dari tempat, waktu dan kelelahan.
Sy
Apalagi cinta hakiki. Saat kita menempuh perjalanan jauh dengan teman dekat kita

tidak merasa lelah sama sekali. Dalam ruang lingkup cinta, seluruh kesulitan dapat
a
k

teratasi. Jika kecintaan kepada Allah Swt ada dalam hati kita, jika shalat dapat
a

dilakukan dengan cinta, maka seluruh keadaan kita akan berubah; semuanya menjadi
st

berwarna Ilahi. Cinta adalah dasar perbuatan Rasulullah saw, dan keberadaan kita
u

semua berasal dari cinta. Kita tercipta dari cinta. Ayah dan ibu kita saling mencintai,
P

dan itulah yang menyebabkan kita lahir ke dunia. Jika mereka tidak saling mencintai

tentu mereka tidak akan menikah dan tentu saja kita tidak hidup di dunia.

Cinta, Menjadi Dasar Hukum Allah Swt

Dengan memerhatikan ayat-ayat Al-Quran dan Hadis, dapat disimpulkan bahwa

seluruh hukum yang dikeluarkan berdasarkan atas cinta. Segala sesuatu yang dapat

mempererat cinta maka hukum yang keluar adalah wajib atau mustahab. Shalat kita

adalah hubungan kita dengan Allah Swt, dia menciptakan kecintaan di antara Allah

dengan makhluk-Nya. Puasa mendatangkan kedekatan dan kemesraan di antara

118
hamba dengan Tuhannya. Begitu juga dengan seluruh ibadah yang lain. Semuanya

bertujuan untuk menciptakan hubungan dan kedekatan di antara Pencipta dengan

makhluk ciptaan-Nya.

Sebuah bait syair menyatakan:

Aku tidak mencipta untuk menarik keuntungan,

tetapi untuk memberi karunia kepada hamba-hamba-Ku

Jika Aku memerintahkan shalat dan puasa

Itu semata ingin menunjukkan jalan kepada-Ku

Segala sesuatu yang memperlemah atau melenyapkan hubungan cinta di antara Allah

ah
dengan makhluk-Nya maka berlaku haram atau makruh. Begitu juga berkaitan dengan

i
hubungan di antara makhluk. Segala sesuatu yang dapat melenyapkan hubungan cinta
Sy
di antara makhluk, seperti memutuskan hubungan silaturahmi, durhaka kepada kedua

orang tua adalah dosa dan haram. Sebaliknya, segala sesuatu yang dapat mempererat
a
k

hubungan cinta di antara makhluk, semuanya diperintahkan atau wajib; seperti


a

menjalin silaturahmi, berbuat baik, memberikan hadiah, menunjukkan rasa cinta, dan
st

sebagainya.
u

Menunjukkan Rasa Cinta


P

Hadis-hadis sangat menekankan kepada kita untuk menunjukkan kecintaan kita

kepada saudara seagama dan istri. Rasulullah saw bersabda, “Jika engkau mencintai

seseorang beritahukan cintamu itu kepadanya. Karena itu akan mengokohkan

kecintaan di antara kalian berdua.” 118

Saat seseorang memberitahukan rasa cintanya maka cintanya akan bertambah kokoh.

Saat seseorang menunjukkan rasa cintanya kepada istri maka cinta ini akan bertambah

118
Al-Kâfî, jil. 2, hal. 644.

119
kuat. Bahkan dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda: “Ucapan laki-laki kepada

istrinya, aku mencintaimu, tidak akan lenyap dari hatinya.” 119

Kita pun sangat dianjurkan memberi hadiah, karena tindakan itu akan memperkuat

rasa cinta. Rasulullah saw bersabda, “Hendaknya kalian saling memberi hadiah

supaya kalian saling mencintai.” 120

Ketika seseorang memberikan hadiah, itu berarti dia ingat kepada yang diberi.

Mungkin saja hadiah yang diberikan itu nilainya tidak seberapa, namun sesuatu yang

berharga ialah di dalamnya terkandung ingatan kepada satu sama lain dan pernyataan

cinta.

ah
Hubungan Cinta antara Pencipta dan Makhluk-Nya

i
Hubungan cinta antara Pencipta dan makhluk sedemikian penting sehingga jika ada
Sy
seorang nabi atau seorang imam ingin memutus hubungan tersebut maka dia akan

tersingkir. Ingatlah dengan apa yang terjadi pada Nabi Yunus as! Karena Nabi Yunus
a
k

melaknat umatnya maka Allah Swt mengirimnya ke dalam perut ikan.


a

Dia berkata kepada kaumnya, “Tiga hari lagi azab Allah Azza wa jalla akan turun!”
st

Lalu dia pergi meninggalkan umatnya. Nabi Yunus as mempunyai seorang murid
u

yang ahli ibadah. Muridnya itu berkata, “Laknatlah mereka!”. Namun dia juga
P

mempunyai seorang murid lain yang ahli ilmu. Murid keduanya itu berkata, “Jangan

engkau laknat mereka!”. Nabi Yunus as lebih mendengar perkataan muridnya yang

ahli ibadah, maka dia pun mendapat kesulitan. Allah Swt berfirman, Dan (ingatlah

kisah) Dzun Nûn (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah (QS. Al-Anbiya:

87).

119
Wasâ’il asy-Syî`ah, jil. 14, hal. 10, hadis 2493.
120
Bihâr al-Anwâr, jil. 74, hal. 166.

120
Kesulitan yang dialami Nabi Yunus as disebabkan karena ia melaknat kaumnya

supaya dihancurkan. Tetapi kemudian kaumnya bertaubat dan semuanya beriman

sehingga azab pun dibatalkan.

Seorang penyair menyatakan,

Engkau datang untuk menghubungkan,

bukan untuk memutuskan

Sungguh, ini sebuah kisah yang menarik dan mengandung banyak pelajaran.

Kisah Nabi Musa dan Seorang Penggembala

Kisah Nabi Musa as dengan seorang penggembala menggambarkan bahwa kewajiban

ah
para nabi ialah menguatkan hubungan antara Pencipta dan makhluk-Nya, bukan justru

i
melemahkan atau memutuskan hubungan yang sudah terjalin. Dengan sangat indah
Sy
Mawlana (Rumi) menggambarkan kisah seorang penggembala lugu yang berbicara

kepada Tuhannya, sebagai berikut.


a
k

“Musa melihat seorang penggembala yang sedang berjalan berkata kepada Tuhannya,
a

Hai Yang Maha Dermawan, hai Allah, di mana Engkau supaya aku bisa melayani-
st

Mu, menjahit baju-Mu, menyisir rambut-Mu, mencium tangan-Mu, memeluk kaki-


u

Mu, Dan saat hendak tidur aku datang ke tempat-Mu.”


P

Dengan lugu dan penuh ketulusan penggembala itu berkata kepada Tuhannya,

“Semua kambingku sebagai Tebusan-Mu, hai Allah. Apa saja yang aku lakukan di

padang pasir ini semata-mata untuk mengingat-Mu.”

Perkataan penggembala itu diucapkan benar-benar dengan tulus. Penggembala itu

sangat mencintai Allah Azza wa Jalla namun akalnya tidak mampu memahami

sesuatu yang abstrak. Dia mengira Allah itu berbentuk dan menempati ruang.

Saat Nabi Musa as mendengar kata-kata yang diucapkan si penggembala, dia berpikir

itu perkataan yang penuh dengan kekufuran. Nabi Musa as —sebagaimana banyak

121
disebutkan dalam berbagai riwayat—adalah seorang pemarah. Namun saudaranya

Harun adalah seorang penyabar, sehingga Allah Swt menempatkan Harun di sisi

Musa. Jika tidak, tentu Nabi Musa telah merusak seluruh misi yang diembannya.

Bahkan Nabi Musa as telah merusak misi dalam beberapa kesempatan.

Nabi Musa as berkata kepada penggembala, “Dengan siapa engkau berbicara begitu?”

Penggembala itu menjawab, “Dengan Tuhan yang telah menciptakan kita, dengan

Tuhan yang dari-Nya langit dan bumi berasal.”

Mendengar jawaban itu Musa marah dan menghardiknya, “Kata-kata apa yang engkau

ucapkan ini. Ini kata-kata yang penuh dengan kekufuran.”

ah
Mendengar kata-kata Musa itu, si penggembala memukuli kepalanya sambil

i
berteriak-teriak, “Aku sudah berlaku kurang ajar, aku sudah kafir.”
Sy
Kemudian penggembala itu menjatuhkan kepalanya ke tanah sambil berkata gemetar,

“Aku telah berlaku kurang ajar, aku telah mengatakan kekufuran.” Dia merintih
a
k

dengan sedih.
a

Tiba-tiba Allah Swt menegur Nabi Musa as dengan berkata, “Kenapa engkau telah
st

memisahkan hamba-Ku dari-Ku?” Allah Swt memerintah Nabi Musa as, “Carilah
u

penggembala itu dan minta maaf kepadanya.” Musa as pun mencari sampai
P

menemukannya.

Nabi Musa as melihat penggembala itu telah melintasi Sidratul Muntaha.

Penggembala itu berkata, “Hai Musa, aku bertema kasih kepadamu. Cambuk yang

engkau pukulkan kepadaku berulang-ulang telah membawaku ke Sidratul Muntaha.”

Adab Cinta

Ketika manusia sudah sampai ke maqam adab maka dia tidak disibukkan lagi dengan

berbagai pendapat, dan seluruh wujudnya akan dipenuhi dengan kecintaan kepada

Allah dan Ahlulbait as.

122
Berbeda dengan pendapat ahli suluk yang mengatakan bahwa siapa saja yang cintanya

bertambah besar, maka tindakannya pun bertambah banyak, Haji Agha Dulabi justru

menyatakan, “Siapa saja yang cintanya bertambah besar, maka tindakannya

bertambah sedikit.” Maksudnya, di hadapan Kekasihnya dia akan semakin sedikit

menampakkan wujud dirinya.

Semua yang kita lakukan adalah pernyataan bahwa kita hidup. Dengan kata lain, di

hadapan-Nya kita mengatakan bahwa kita mempunyai nama dan perbuatan. Padahal

jalan yang harus ditempuh adalah jalan mati. Yaitu kita mengikat tangan dan kaki kita

lalu berkata, “Ya Allah, aku tidak berbuat apa-apa. Apa saja yang ada berasal dari

ah
Engkau. Aku bukan apa-apa.” Jalan suluk ialah kita mati di hadapan-Nya. Inilah cinta

yang sempurna.
i
Sy
Mawlana bercerita: “Seseorang datang mengetuk pintu rumah kekasihnya.

Kekasihnya bertanya, ‘Siapa kamu?’ Dia menjawab, ‘Aku!’ Kekasihnya pun berkata,
a
k

‘Pergilah, kamu tidak akan mendapat cintaku.’ Beberapa saat kemudian dia datang
a

lagi dan masih mengatakan, ‘Aku!’


st

Lalu terdengar jawaban, ‘Kapan ‘aku’ dapat menjadi seorang pecinta. Seseorang yang
u

masih menyebutkan jatidirinya di hadapan orang yang dicintanya tidak akan bisa
P

menjadi seorang pecinta.’

Setelah memendam rindu dan ditolak berkali-kali dia kembali datang mengetuk pintu

rumah kekasihnya. Sang kekasih bertanya lagi, ‘Siapa?’ Ia menjawab, ‘Engkau!’ Dan

sang kekasih pun berkata, ‘Silahkan masuk!’

Allah Swt juga berkata demikian kepada Nabi Musa as, “Hai Musa, engkau tidak akan

dapat melihat-Ku.” Artinya, selama engkau masih ada, maka engkau tidak akan dapat

melihat-Ku. Namun jika engkau telah tidak ada, maka engkau akan dapat melihat-

Ku.[]

123
-8-

Tidak ada yang lebih indah dan lebih kekal di alam ini daripada ucapan cinta

(Hafizh)

Shalawat dan Kekasih Allah

Salah satu faktor yang mendatangkan kecintaan Allah Swt ialah selalu membaca

shalawat. Allah Swt sangat mencintai Rasulullah saw. Kekasih Allah Swt dari seluruh

alam ini adalah Rasulullah saw. Karena itu, siapa saja yang banyak bershalawat dan

berdoa untuk Rasulullah saw, maka dia akan dicintai Allah Swt.

ah
Allah Swt telah memberikan Nabi Ibrahim as maqam khullah (sahabat karib). Dan

i
tidak seluruh nabi diberi maqam khullah, karena maqam itu termasuk maqam yang
Sy
sangat tinggi. Seluruh nabi adalah sahabat Allah Swt namun bukan sahabat khusus.

Nabi Ibrahim as yang mempunyai kedudukan lebih dekat kepada Rasulullah saw dan
a
k

para imam dibandingkan nabi-nabi lainnya, telah mencapai maqam khullah. Dalam
a

sebuah hadis yang berasal dari Imam Hasan Askari dikatakan, “Sesungguhnya Allah
st

Swt telah menjadikan Ibrahim sebagai khalil (sahabat karib) karena dia banyak
u

bershalawat kepada Muhammad dan Ahlulbaitnya as.” 121


P

Perkataan Cinta

Salah satu yang paling mendasar dari perjalanan hidup Rasulullah saw adalah perilaku

yang didasari cinta dan kasih sayang. Nabi kita, Muhammad saw, ingin meletakkan

dasar cinta pada bangunan alam ini. Tidak ada bangunan di alam ini yang lebih baik

dari bangunan yang didasari cinta.

“Tidak ada yang lebih indah dan lebih kekal di alam ini dari ucapan cinta.”

121
Bihâr al-Anwâr, jil. 91, hal. 54, hadis 32; `Ilal asy-Syarâyi`, hal. 34, bab 32, hadis 3.

124
Rasulullah saw ingin semua kembali kepada dasar dari seluruh bangunan ini. Karena

yang menjadi dasar penciptaan semesta adalah cinta. Allah Swt berfirman (dalam

hadis qudsi), “Aku adalah perbendaharaan terpendam. Lalu Aku menciptakan alam

semesta supaya Aku dikenal.” 122

Sebuah hadis qudsi berbunyi, “Aku ciptakan alam jagad raya ini karena engkau dan

karena kecintaan kepada kalian Ahlulbait.” Atau dalam hadis qudsi yang lain:

“....karena kecintaan kepada mereka berlima.” Dengan demikian, penciptaan alam

raya ini karena kecintaan Allah Swt kepada “lima manusia suci.”

Cinta berlaku di semua tempat. Cinta harta, cinta kedudukan dan cinta dunia telah

ah
menarik manusia ke banyak tempat yang hina. Namun cinta kepada kebaikan dan

i
orang-orang baik telah melambungkan manusia ke maqam yang tinggi. Energi yang
Sy
menjadikan manusia bergerak tidak lain adalah cinta. Jika seorang ibu tidak mencintai

anaknya, maka dia tidak akan berbuat apa-apa untuk anaknya. Cinta yang ada di
a
k

antara pasangan suami-istri sungguh sangat bermanfaat. Seorang pekerja yang tidak
a

mencintai pekerjaannya tidak akan pernah bekerja dengan baik. Seluruh aktivitas yang
st

ada di alam ini adalah karena cinta. Cinta inilah yang telah membawa manusia ke
u

semua tempat. Karena itu, cinta harus diarahkan kepada hal-hal yang baik.
P

Cinta telah menyatu dengan seluruh sel yang ada di tubuh manusia. Jiwa manusia

berasal dari cinta. Jiwa manusia ibarat wadah yang diberi nama hati. Semua orang

mempunyai wadah ini. Tidak ada satu pun hati yang kosong dari cinta. Bahkan orang

gila sekali pun pasti mencintai sesuatu. Anak kecil atau bayi menyukai boneka dan

puting susu ibunya. Segala yang ada pada manusia berasal dari cinta. Sebagian orang

hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada dunia dan kedudukan. Sebagian orang lagi

hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah Swt dan para kekasih-Nya.

122
Bihâr al-Anwâr, jil. 84, hal. 198 dan 344.

125
Alam semesta ini berdiri di atas dasar cinta dan kasih sayang. Rasulullah saw telah

mendirikan bangunan cinta di alam ini. Al-Quran yang merupakan penjelas terbaik

bagi Rasulullah saw berkata, Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali untuk menjadi

rahmat bagi seluruh alam (QS. Al-Anbiya: 107).

Rasulullah saw adalah rahmat. Bukan hanya untuk satu orang atau sekelompok orang

melainkan untuk seluruh alam.

Adam yang merupakan bapak pertama kita, ada di bumi ini kurang lebih sepuluh ribu

tahun yang lalu. Ribuan alam dan ribuan Adam telah diciptakan Allah Swt dan akan

diciptakan oleh-Nya. Saat generasi ini telah pergi ke surga maka Allah menciptakan

ah
generasi baru. Adapun Rasulullah saw dan para imam kita selalu ada bersama semua

i
generasi dan pada semua alam. Wujud mereka sedemikian tinggi hingga hitungannya
Sy
dibedakan dengan seluruh makhluk lain dan para nabi lainnya.

Beberapa tokoh besar, salah satunya adalah Ayatullah Pasyaraki, guru almarhum
a
k

Ayatullah Haji Syekh Abdulkarim Hairi, pendiri Hawzah Ilmiyah Qum, berkata,
a

“Kalian harus membedakan empat belas manusia maksum dari makhluk lainnya.
st

Mereka tidak dapat dibandingkan dengan siapa saja. Para nabi lain hanya datang
u

sekali ke dunia ini kemudian pergi. Adapun empat belas manusia maksum beribu kali
P

datang dan pergi ke dunia ini, dan mereka memiliki kekuasaan terhadap semua nabi

dan para malaikat.”

Rahmat bagi Orang-orang Celaka

Rasulullah saw adalah rahmat bagi seluruh makhluk. Bahkan bagi orang-orang celaka

dan orang-orang jahat. Sungguh mengherankan bagaimana Rasulullah saw duduk

menangisi Abu Jahal dan Abu Lahab, dan berkata, “Kenapa Abu Jahal dan Abu Lahab

harus masuk neraka.”

126
Dalam nasihat Rasulullah saw kepada Ibnu Mas`ud disebutkan: Rasulullah saw

memberitahu apa-apa yang akan terjadi. Salah satunya tentang kemunculan

sekelompok ulama sesat yang menciptakan bid`ah dan membuat masyarakat umum

tersesat. Rasulullah saw berkata, “Jika seorang manusia biasa sesat maka dia sesat

sendirian, tetapi jika seorang ulama sesat maka yang lain juga akan menjadi sesat.

Aku berlindung kepada Allah. Sungguh ini amat menyakitkan.”

Rasa sedih mencekik kerongkongan Rasulullah saw dan beliau pun menangis.

Rasulullah saw menangis sedemikian rupa sehingga para sahabat pun ikut menangis.

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau menangis?”

ah
Rasulullah saw menjawab, “Aku menangis karena kasihan kepada orang-orang yang

celaka.” 123
i
Sy
Rasulullah saw juga sayang kepada orang-orang yang celaka. Beliau menangis untuk

mereka. Tidak ubahnya seperti orang yang menangis untuk Saddam. Apa kita kini
a
k

dapat menemukan orang yang menangis untuk Saddam dan Syimir; yang menangis
a

untuk orang-orang celaka, dan menyakitkan hati mereka sambil mengatakan,


st

‘Mengapa mereka masuk neraka’? Tidak ada yang lebih penyayang dan lebih
u

menginginkan kebaikan bagi makhluk seperti nabi kita, Muhammad saw.


P

Tidakkah kita melihat bagaimana Imam Husain as pada saat hendak dibunuh

menginginkan kebaikan bagi Syimir. Dia berkata kepada Syimir, “Beri aku air supaya

aku dapat memberi syafaat kepadamu.” Imam Husain as ingin membuka tirai

rahmatnya supaya bisa mengasihinya. Ini sungguh luar biasa, bagaimana seorang

manusia merasa sedih terhadap apa yang menimpa Abu Lahab, Syimir dan manusia-

manusia jahat lainnya. Adapun merasa sedih dengan musibah yang menimpa orang-

orang baik bukan suatu hal yang luar biasa. Sungguh, apa yang ditunjukkan oleh para

123
Bihâr al-Anwâr, jil. 74, hal. 98.

127
insan kamil dari Ahlulbait ini adalah sifat rahmaniyyah, perilaku rahmat, perilaku

para imam yang penuh kasih. Bahkan orang-orang jahat pun mereka kasihi. Baik ayat

maupun riwayat satu sama lain saling mendukung hal ini: Dan Kami tidak

mengutusmu kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Kesesuaian Ayat dan Riwayat

Haji Agha Dulabi berkata, “Jika dasar-dasar Al-Quran dan riwayat ada di tangan kita

niscaya kita mendapati bahwa antara satu sama yang lain saling menguatkan.

Keduanya seia-sekata. Seperti sebuah mobil. Saat Anda mengendarainya, supaya

stabil jalannya maka antara skrup-skrup dan baut-bautnya harus cocok. Namun itu

ah
semua jika tidak sama dan cocok maka tidak akan stabil.”

i
Dasar-dasar ayat Al-Quran dan sunah Ahlulbait mempunyai pesan dan hakikat yang
Sy
sama. Keduanya berkata, “Mari bersahabat dengan Allah Swt. Dan cinta menjadi

poros keduanya.” Alhasil, segala sesuatu yang mendatangkan kecintaan di antara


a
k

Allah Swt dengan makhluk-Nya maka hukumnya wajib atau sunah.


a

Menginginkan Kebaikan untuk Makhluk


st

Dalam banyak riwayat ditekankan untuk mengasihi makhluk. Karena itu, berusahalah
u

untuk menginginkan kebaikan bagi orang lain dan menemukan jalan keselamatan bagi
P

mereka. Sifat selalu menginginkan kebaikan bagi orang lain tampak sekali terlihat

pada diri Haji Agha Dulabi. Dia selalu berpikir bagaimana bisa menemukan jalan

yang dapat menyelamatkan orang lain.

Kamar Mandi Cinta

Neraka Jahannam adalah kamar mandi cinta untuk membersihkan berbagai kotoran.

Dia merupakan sebuah nikmat. Haji Agha Dulabi berkata, “Pada saat kalian membaca

Surah ar-Rahman dan sampai pada ayat-ayat yang berbicara tentang neraka Jahannam,

maka kalian akan menjumpai pertanyaan, ‘Nikmat Tuhan yang manakah yang kalian

128
dustakan?’ Artinya, neraka Jahannam itu sendiri sebuah nikmat. Allah Swt berfirman,

Kepada kamu (jin dan manusia), akan dikirim nyala api dan cairan tembaga (panas)

sehingga kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya). Maka nikmat Tuhanmu

yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahman: 35-36).

Seorang penyair menyatakan:

Jika engkau pergi ke surga maka itu taman-Nya

dan jika engkau pergi ke neraka maka itu penjara-Nya

Engkau pergi ke arah timur engkau pergi menuju-Nya

dan engkau pergi ke barat engkau pergi menuju-Nya

ah
Dalam doa Kumail dikatakan, “Tidak mungkin lari dari kekuasaan-Mu.” 124 Artinya,

i
Allah Swt menangkap orang-orang yang lari dan sedapat mungkin menyadarkannya
Sy
hingga mereka kembali.

Para Pembawa Pesan yang Masih Kanak-kanak


a
k

Asiah, istri Fir`aun tidak punya anak. Saat dia melihat sebuah peti hanyut di sungai
a

Nil dia mengambilnya. Peti itu berisi bayi laki-laki yang tampan dan menggemaskan.
st

Kemudian dia mengangkatnya sebagai anak, yang kelak akan menjadi pembunuh
u

Fir`aun. Anak ini tumbuh besar di dalam lingkungan keluarga Fir`aun. Selaras dengan
P

kisah itu, kita pun mempunyai anak, dan kita pun harus mendidik dan

memercayainya. Terkadang wali Allah berada dalam bimbingan kita. Anak kecil

adalah wali Allah, tidak berdosa, dan datang dari sisi Allah Swt.

Salah seorang ulama bercerita: “Anakku datang dan berkata kepadaku, ‘Ayahku, aku

sangat mencintaimu. Aku ingin menggantikanmu masuk neraka Jahannam.’

Aku berkata, ‘Tidak. Engkau dan aku tidak akan masuk neraka Jahannam.’

124
“Doa Kumail”, dalam Mafâtîh al-Jinân.

129
Anakku berkata lagi, ‘Ayah, bukankah ayah mengatakan bahwa siapa saja yang

berkata bohong maka dia masuk neraka Jahannam. Beberapa waktu yang lalu ayah

mengatakan akan membelikan sesuatu untukku, tapi ayah tidak membelinya.

Bukankah itu berarti ayah telah berkata dusta.’”

Anak itu tahu bahwa ayahnya telah berdusta dan karena itu akan masuk neraka

Jahannam, namun dia tidak ingin ayahnya masuk neraka. Kadang-kadang seorang

anak membawa pesan yang baik. Dia menerima hukum-hukum agama namun dia

sedih kenapa ayahnya harus masuk neraka. Karena itu dia berkata, “Aku bersedia

menggantikanmu masuk neraka.”

ah
Ayatullah Sayid Abul Hasan Ishfahani

i
Ayatullah Sayid Abul Hasan Ishfahani (semoga Allah merahmatinya) termasuk salah
Sy
seorang yang memiliki salah satu sifat Rasulullah saw, yakni lapang dada. Ia

mengutamakan orang lain atas dirinya dan sangat pemaaf. Pada saat pertama menjadi
a
k

marji` dia menjual rumahnya untuk dapat memberi syahriyah (uang saku bulanan
a

untuk para pelajar agama —penerj.). Dia selalu ingin berbuat baik kepada orang lain.
st

Dia bersedia menjual rumahnya untuk bisa memberi kebaikan kepada orang lain. Ini
u

adalah cerminan sifat Rasulullah saw.


P

Salah seorang ulama bercerita: Ayah saya menuntut ilmu di Najaf, usianya sudah

lanjut. Almarhum Sayid Abul Hasan berkata kepadanya, “Jika engkau mendapat

kesulitan datanglah kepadaku!” Suatu waktu, ayah saya datang menemui Sayid Abul

Hasan dan berkata, “Saya punya kesulitan.” Lalu Sayid Abul Hasan pergi ke

kamarnya dan membawa uang receh. Ayah saya kaget. Bukankah dia salah seorang

marji` tingkat dunia. Bukankah para pengikut Syi’ah di India, Pakistan, Lebanon, Iran

dan Saudi Arabia bertaklid kepadanya. Lantas kenapa dia memberikan uang receh?

Begitu pikirnya. Sayid Abul Hasan berkata, “Tidak ada uang di rumah kami. Saya

130
memecahkan celengan anak-anak untuk bisa membantu kesulitanmu. Supaya kamu

tidak pulang dengan tangan kosong.”

Kekayaan Diri

Sedapat mungkin, janganlah sampai kita menolak orang. Salah satu yang

mendatangkan kecintaan Allah Swt, dan karena itu Allah Swt telah menjadikan Nabi

Ibrahim as sebagai kekasih-Nya ialah dia tidak pernah menolak permintaan tolong

orang lain. Dalam sebuah hadis Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Allah menjadikan

Ibrahim as sebagai sahabat karib karena dia tidak pernah menolak orang dan tidak

pernah meminta kepada siapa pun kecuali kepada Allah.” 125

ah
Dalam banyak doa ditemukan ungkapan “Ya Allah, jadikanlah kekayaanku berada

i
dalam diriku.” 126 Artinya, “Ya Allah, berikan kepadaku kekayaan yang membuatku
Sy
tidak butuh kecuali kepada-Mu.”

Amirul Mukminin as berkata, “Jika engkau mampu, maka jangan sampai ada
a
k

perantara di antara engkau dengan Allah Pemilik nikmat.” Kemudian beliau


a

menjelaskan sebabnya, “Karena dengan begitu engkau akan memperoleh bagian


st

dirimu. Jumlah sedikit yang datang dari Allah kepadamu adalah lebih terhormat
u

daripada jumlah banyak yang datang dari salah seorang makhluk-Nya. Meski pada
P

akhirnya semua nikmat berasal dari-Nya.” 127

Artinya, Allah Swt juga memberikan nikmat kepadamu dengan tanpa perantara.

Hingga sebisa mungkin dalam masalah kebutuhan duniamu jangan sampai engkau

meminta tolong kepada orang lain dan mengorbankan harga dirimu.

125
`Ilal asy-Syarâyi`, hal. 34; Wasâ’il asy-Syî`ah, jil. 6, hal. 308, hadis 12445.
126
Bihâr al-Anwâr, jil. 94, hal. 317.
127
Nahj al- Balaghah, surat 31.

131
Amirul Mukminin Ali as berkata, “Air mukamu beku. Permintaan tolong

membuatnya mencair. Karena itu, perhatikan, di hadapan siapa engkau layak

mencairkan air mukamu.” 128

Almarhum Sayid Abul Hasan mempunyai sifat mulia dalam menginginkan kebaikan

bagi orang lain. Dia pernah berkata, “Aku memohon kepada Allah Swt supaya Dia

menjadikan diriku sedemikian besar sehingga tidak ada tempat yang tersisa bagi orang

lain di neraka Jahannam.”

Salah seorang ulama bercerita bahwa dalam tawasulnya kepada Imam Zaman as ia

bertanya, “Mengapa di antara para ulama yang sederajat dengan Sayid Abul Hasan

ah
atau bahkan lebih tinggi darinya justru Sayid Abul Hasan yang menjadi marji`?”

i
Imam Zaman berkata, “Mintalah sesuatu kepadanya dan minta juga kepada yang
Sy
lain.”

Ulama itu melanjutkan ceritanya: Lalu aku pun melakukan apa yang dikatakan Imam
a
k

Zaman. Aku meminta sesuatu kepada yang lain namun mereka tidak memberikan.
a

Dan pada saat aku meminta kepada Sayid Abul Hasan dia memberi beberapa kali lipat
st

dari yang aku minta.


u

Kikir dan Dermawan


P

Rasulullah saw bersabda, “Dua sifat yang tidak berkumpul dalam diri seorang

Muslim: kikir dan akhlak yang buruk.” 129

Berdoalah juga jangan sampai kedua sifat ini ada pada orang kafir. Amirul Mukminin

as berkata, “Kikir adalah penghimpun seluruh kekurangan dan tali kekang yang

menyeret manusia kepada segala keburukan.” 130

Kadang-kadang ada orang yang mengatakan, “Si Fulan orang Mukmin tapi sayang dia

kikir.” Orang kikir lebih dekat kepada kekufuran dibandingkan kepada keimanan
128
Nahj al- Balaghah, hikmah 346.
129
Bihâr al-Anwâr, jil. 70, hal. 302; al-Khishâl, jil. 1, hal. 119.
130
Bihâr al-Anwâr, jil. 73, hal. 301, hadis 36; Nahj al- Balaghah, hikmah 378.

132
namun orang yang dermawan dicintai semua orang. Dalam riwayat dari Imam Ali -

Ridha as disebutkan: “Orang yang dermawan dekat kepada Allah, dekat kepada surga

dan dekat kepada manusia. Sedangkan orang kikir jauh dari Allah, jauh dari surga dan

jauh dari manusia.” 131

Coba perhatikan bagaimana sebuah sifat mulia sangat berpengaruh kepada manusia.

Seorang kafir yang dermawan lebih dekat kepada surga dibandingkan seorang

mukmin yang kikir. Dalam beberapa hadis disebutkan Rasulullah saw bersabda

kepada Adi bin Hatim, putra Hatim Tha’iy, “Karena sifat kedermawanan ayahmu

maka siksa yang pedih disingkirkan darinya.” 132

ah
Kedermawanan adalah sifat Allah Swt. Dengan berusaha menjadi orang yang

i
dermawan dan melenyapkan kesulitan orang lain, maka Allah Swt akan memadamkan
Sy
api neraka. Orang mukmin yang kikir berada dalam neraka. Bahkan sekarang pun dia

berada dalam neraka. Karena semua orang mengatakan, “Insya Allah secepatnya dia
a
k

mati hingga kita semua menjadi lega.”


a

Sesungguhnya sifat kikir tidak boleh ada pada diri seorang mukmin. Jika kita melihat
st

orang mukmin yang kikir, maka bisa dipastikan imannya tidak benar. Karena
u

Rasulullah saw telah bersabda, “Kedermawanan adalah sifat para nabi. Dia adalah
P

pilar iman. Dan tidak mungkin seseorang dikatakan mukmin kecuali dia orang yang

dermawan.” 133

Menyembah harta lebih buruk daripada menyembah berhala. Karena penyembah

berhala berkata, “Berhala-berhala ini hanya merupakan perantara kami dengan Allah.”

Artinya, mereka masih percaya Allah. Sedangkan penyembah harta dan kedudukan

hanya berbicara tentang harta dan kedudukan; sebuah pembicaraan yang sarat dengan

kekufuran.
131
Bihâr al-Anwâr, jil. 71, hal. 302, hadis 7.
132
Bihâr al-Anwâr, jil. 71, hal. 354, hadis 16.
133
Bihâr al-Anwâr, jil. 71, hal. 355, hadis 17.

133
Salah seorang guru berkata: “Jika satu hari saja saya tidak menginfakkan harta, maka

malamnya saya tidak bisa tidur.” Pelajarannya adalah: Berbuat kebaikan merupakan

perilaku yang sangat dianjurkan dan utama. Karena itu, bantulah kesulitan orang lain

supaya Allah Swt membantu setiap kesulitan kita. Bahagiakanlah hati orang lain agar

Allah Swt juga membahagiakan hati kita.

Membahagiakan Hati Orang Lain

Imam Husain as berkata, “Rasulullah saw telah bersabda, ‘Amal yang paling utama

setelah shalat adalah membahagiakan hati seorang mukmin dengan sesuatu yang tidak

mengandung dosa.’ Aku melihat seorang budak sedang makan dengan seekor anjing.

ah
Aku bertanya kepadanya tentang apa yang dilakukannya. Budak itu menjawab,

i
‘Wahai Putra Rasulullah, saya sedang sedih. Saya berharap dengan menyenangkan
Sy
anjing ini hati saya menjadi tenang. Karena tuan saya adalah seorang Yahudi, saya

ingin lepas darinya.’


a
k

Kemudian Imam Husain as mendatangi orang Yahudi yang menjadi tuan budak itu
a

dengan membawa dua ratus dinar, dengan maksud membelinya. Ketika melihat Imam
st

Husain as orang Yahudi itu berkata, “Saya hadiahkan budak itu kepadamu. Adapun
u

kebun itu untuknya dan uang dua ratus dinar ini saya kembalikan lagi kepadamu.”
P

Imam Husain as berkata, “Saya hadiahkan uang dua ratus dinar ini kepadamu.”

Yahudi itu menjawab, “Saya terima, lalu saya hadiahkan lagi kepada budak itu.”

Imam Husain as berkata, “Aku merdekakan budak itu, dan semua harta itu aku

berikan kepadanya.”

Tiba-tiba istri orang Yahudi itu berkata, “Aku menjadi seorang Muslim dan maharku

aku hadiahkan kepada suamiku.” Orang Yahudi itu menimpali, “Aku juga menjadi

seorang Muslim dan rumah ini aku hadiahkan kepada istriku.” 134

134
Bihâr al-Anwâr, jil. 44, hal. 194, hadis 7; Manâqib Ali Abi Thalib, jil. 4, hal. 73 dan 75.

134
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membahagiakan seorang mukmin, maka dia

telah membahagiakanku dan siapa yang membahagiakanku maka dia telah

membahagiakan Allah Swt.” 135

Jika hati kita sedang sedih segeralah berusaha mengatasi kesedihan orang lain dengan

ucapan, berdamai dengannya, menunjukkan kasih sayang, atau dengan senyuman.

Maka hati kita pun akan bahagia. Betapa para sahabat telah membahagiakan

Rasulullah saw dan begitu juga sebaliknya Rasulullah saw.

Seorang wanita datang mengadu ke hadapan Rasulullah saw bahwa ia bertemu dengan

seorang sahabat di sebuah gang lalu badan mereka bersenggolan dan si sahabat itu

ah
menciumnya. Rasulullah saw memanggil sahabat itu dan bertanya kepadanya,

“Kenapa engkau lakukan itu?”


i
Sy
Sahabat itu menjawab, “Jika dia ingin mengambil kisas, silahkan lakukan.” Artinya,

wanita itu harus balas menciumnya. Mendengar itu Rasulullah saw dan para sahabat
a
k

tertawa. Kemudian Rasulullah saw berkata kepada si sahabat itu, “Apakah engkau
a

akan melakukan lagi perbuatan ini?” Sahabat itu menjawab, “Demi Allah, saya tidak
st

akan melakukan lagi perbuatan ini, wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah saw
u

memaafkan sahabatnya itu. 136


P

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw meminta sesuatu. Rasulullah saw

berkata, “Aku tidak punya apa-apa. Tetapi belilah apa saja yang engkau perlukan atas

tanggunganku. Jika aku punya uang nanti aku bayar.”

Umar berkata, “Wahai Rasulullah, Allah Swt tidak membebankan Anda untuk

menanggung sesuatu yang Anda sendiri tidak miliki.” Rasulullah saw tidak suka

dengan kata-kata Umar ini. Laki-laki peminta itu berkata, “Bantulah, jangan takut.”

135
Safînah al-Bihâr, jil. 4, hal. 125.
136
Bihâr al-Anwâr, jil. 14, hal. 296; Muntahâ al-Amâl, jil. 1, hal. 65.

135
Melihat itu Rasulullah saw tertawa, tampak sekali kegembiraan di wajah Rasulullah

saw. 137

Manisnya Orang Mukmin

Rasulullah saw bersabda, “Orang mukmin itu manis dan suka yang manis.”138

Artinya, seorang manusia harus berusaha sedapat mungkin bisa berbuat baik.

Almarhum Faidh Kasyani bercerita di dalam kitabnya, Mahajjah al-Baidhâ: Pada

zaman Nabi Musa as pernah terjadi masa kemarau panjang, sehari pun hujan tidak

pernah turun. Meski mereka telah berdoa sedemikian rupa tapi hujan tidak kunjung

turun juga. Lalu Allah Swt berkata, “Aku punya seorang hamba yang tidak dikenal

ah
bernama Barkh. Jika dia berdoa maka Aku akan turunkan hujan.”

i
Kemudian mereka mencari orang itu dan menemukannya. Mereka mendapatinya
Sy
sebagai seorang yang lugu dan sederhana, seorang yang tidak dikenal orang.

Sementara itu, dalam hadis disebutkan, “Mayoritas penduduk surga adalah orang yang
a

lugu dan sederhana.” 139


a k

Yang dimaksud orang lugu dan sederhana di sini ialah orang yang luput dari
st

keburukan dan ia menjadikan kebaikan sebagai tabiatnya. 140 Artinya, dia sama sekali
u

tidak bisa menipu dan berbuat kejahatan. Yang dimaksud ialah orang yang hatinya
P

selalu ingin berbuat kebaikan.

Nabi Musa as berkata kepada Barkh, “Berdoalah supaya hujan turun.” Barkh pun

mengangkat mukanya dan berkata, “Ya Allah, permainan apa yang sedang Engkau

lakukan? Apakah kini awan telah lepas dari kendali-Mu atau apakah para malaikat

sekarang sudah tidak mau lagi mematuhi perintah-Mu?”

137
Hengom e Gulho e Bahori, hal. 140.
138
Safînah al-Bihâr, jil. 2, hal. 327.
139
Bihâr al-Anwâr, jil. 5, hal. 128.
140
Majma` al-Bahrain, kata al-balah.

136
Dengan begitu sederhana dan tanpa riya dia memulai pembicaraannya dengan Allah

Swt, seolah-olah dia sedang berbicara dengan sepupunya. Dia melanjutkan kata-

katanya, “Mungkin Engkau akan mengatakan bahwa mereka telah berbuat dosa. Tapi

ya Allah, jika Engkau terus tidak menurunkan hujan kepada mereka lalu mereka mati,

tetap akan datang lagi kelompok orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan

mereka berbuat bosa. Karena itu turunkanlah hujan untuk mereka.”

Nabi Musa as tidak senang mendengar kata-kata orang itu kepada Allah Swt. Nabi

Musa as kecewa dan berkata, “Ya Allah, siapa orang ini yang telah berbicara kasar

kepada-Mu?” Allah Swt menjawab, “Dia adalah orang yang telah membuat-Ku

ah
tertawa tiga kali dalam sehari.” 141

i
Kesenangan Allah Swt adalah kesenangan para hamba-Nya. Tanda-tanda kesenangan
Sy
Allah Swt terlihat kepada para kekasih-Nya. Begitu juga kemarahan Allah, adalah

kemarahan para hamba-Nya. Namun penisbatan keadaan marah dan senang kepada
a
k

Allah Swt adalah dalam arti khusus bagi para kekasih-Nya.


a

Allah Swt menurunkan hujan kepada mereka bukan karena Musa as, tetapi karena
st

orang lugu dan sederhana itu. Namun ingatlah, bukan kita mesti mengikuti orang itu
u

dengan mengucapkan kata-kata yang sama kepada Allah Swt. Karena setiap orang
P

harus berbuat sesuai dengan tingkatannya.

Cerita lain menuturkan: Salah seorang teman kami mempunyai masalah dan hampir

putus asa. Dia pergi ke Masyhad dan berbuat kurang ajar. Dia melepas sorban dan

jubahnya, lalu melemparkannya ke atas atap makam, lalu berkata, “Wahai Imam

Ridha, selesaikan masalah saya.” Masalahnya sama sekali tidak selesai dan dia

kehilangan sorban dan jubah.

Pelajaran Cinta

141
Mahajjah al-Baidhâ, jil. 9, hal. 81; Muskin al-Fu’âd, hal. 68; Mi`râj as-Sa`âdah, jil. 2, hal. 736.

137
Singkatnya, membuat gembira orang lain itu begitu indah. Karena itu, kuasailah

pelajaran cinta. Cerita lain menuturkan: Suatu ketika kelompok kami pergi ke sebuah

kota kecil untuk berdakwah. Seorang anak menangis karena telah ditinggal pergi

ibunya. Salah seorang dari kami amat memerhatikan anak ini dan rutin memberinya

makanan. Karena perbuatannya ini kami semua mendapat kesuksesan yang

mengagumkan dalam pekerjaan kami, dan perjalanan itu menjadi sebuah kunjungan

yang membahagiakan. Kami tahu semua ini berkat kebaikan yang dilakukan teman

kami kepada anak kecil yang menangis itu.

Almarhum Naraqi menulis: Seorang ‘ârif (selanjutnya, arif) meninggal dunia. Dalam

ah
mimpinya orang-orang melihat arif itu dalam keadaan baik. Arif itu berkata, “Seluruh

i
ibadah yang aku lakukan bermasalah karena riya. Aku tidak berdaya.” Mereka yang
Sy
melihat si arif berkata, “Suatu malam di musim dingin engkau lewat di sebuah gang,

lalu ada seekor kucing mengeong minta tolong dan engkau menolongnya. Perbuatan
a
k

ini menyebabkan engkau selamat.”


a

Seseorang tidak mungkin menolong orang lain tanpa sebab. Mungkin saja karena
st

orang itu seorang direktur utama yang semua orang hormat kepadanya dan tidak ada
u

seorang pun yang tidak butuh kepadanya. Namun apa perlunya seorang manusia
P

kepada seekor kucing? Karena itu, tentu saja, menolong seekor kucing lebih tulus

dibandingkan menolong seorang direktur, sehingga menyebabkan dia selamat.

Di alam ini hanya ada satu hakikat. Semuanya saling terkait satu sama lain. Jika kita

bisa membahagiakan sekelompok orang berarti kita telah membahagiakan semua

orang. Jika kita merusak satu tempat berarti kita telah merusak seluruh tempat. Budak

yang memberi dua potong roti pada anjing ternyata dapat mendatangkan banyak

kebaikan. Di alam ini, kebaikan mendatangkan kebaikan dan cinta mendatangkan

138
cinta. Cinta tidak ubahnya seperti investasi, jika kita menggunakannya maka dia akan

bertambah banyak.

Maka, janganlah sampai kita kalah dengan budak yang telah membahagiakan seekor

anjing. Mencintai seekor anjing saja sedemikian besar mendatangkan kebaikan,

apalagi mencintai ayah, ibu, anak, istri, teman, orang-orang mukmin dan para wali

Allah![]

-9-

ah
Tidak ada yang lebih indah dan lebih kekal di alam ini dari ucapan cinta (Hafizh)

i
Sy
Tujuan Rasulullah saw

Salah satu titik sentral gerakan Rasulullah saw ialah cinta dan kasih sayang.
a
k

Rasulullah saw ingin meletakkan dasar cinta di alam ini. Jangan pernah meremehkan
a

hadis berikut: “Cinta adalah dasar perbuatanku.” 142


st

Setiap orang yang bekerja dan berusaha di alam ini serta rela menanggung berbagai
u

kesulitan pasti mempunyai tujuan. Lantas, apa yang menjadi tujuan Rasulullah saw?
P

Untuk apa beliau menanggung semua kesulitan hidup? Seluruh kesulitan yang

ditanggung Rasulullah saw bertujuan untuk membangun mahligai cinta di tengah

keluarga dan masyarakat. Kepedihan dan kesulitan yang ditanggung Rasulullah saw di

jalan hidup ini tidak ada tandingannya. Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada nabi

yang menanggung penderitaan lebih besar dariku.” 143

Nabi Zakaria as digergaji tubuhnya hingga terbelah dua. Nabi Yahya as dipenggal

kepalanya. Masing-masing nabi (salam atas mereka) menanggung ujian yang sangat

142
Mustadrak al-Wasâ’il, jil. 11, hal. 174, menukil dari kitab `Awâlî al-La’âlî, hadis 12672.
143
Bihâr al-Anwâr, jil. 39, hal. 56; Manâqib Ali Abî Thâlib, juz 3, hal. 247.

139
pahit. Mereka melempari Nabi Nuh as dengan batu sedemikian rupa hingga tubuh

Nabi Nuh tertimbun batu. Malam harinya Malaikat Jibril datang mengeluarkan Nabi

Nuh dari tumpukan batu. Sembilan ratus lima puluh tahun Nabi Nuh as menanggung

berbagai kepedihan di jalan dakwah. Namun demikian, Rasulullah saw yang

mengatakan bahwa ‘dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun ini tidak ada nabi yang

menanggung penderitaan lebih besar dariku.’

Almarhum Ayatullah Baha’uddin bercerita: Orang-orang menyampaikan kepadaku

bahwa Imam Khomeini berkata, “Dalam revolusi ini rakyat banyak sekali mendapat

cobaan. Betapa banyak orang yang dipenjara, betapa banyak orang yang disiksa, yang

ah
diasingkan, dan yang mati syahid. Banyak istri yang menjadi janda dan anak-anak

i
menjadi yatim. Namun begitu, semua cobaan ini tidak ada apa-apanya bila
Sy
dibandingkan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi Rasulullah saw sepanjang

menyampaikan risalahnya.”
a
k

Dengan tujuan apa Rasulullah saw rela menanggung semua cobaan dan kesulitan ini?
a

Selama empat puluh tahun beliau hidup di tengah masyarakat tanpa kesenangan, dan
st

dua puluh tiga tahun berikutnya pun beliau lalui dengan keadaan yang lebih sulit lagi.
u

Namun dalam masa dua puluh tiga tahun itu Allah Swt memerintahkannya untuk
P

menyampaikan Islam sehingga beliau menanggung banyak kesulitan. Apa yang

menjadi tujuannya?

Tujuan Rasulullah saw ialah mendirikan bangunan cinta. Rasulullah saw bersabda,

“Cinta adalah dasar perbuatanku”; “Dasar Islam ialah kecintaan kepadaku dan

kecintaan kepada Ahlulbaitku.” 144

Bangunan cinta adalah ruang tamu Allah Swt, yaitu surga. Rasulullah saw ingin

membawa manusia ke sana. Rasulullah saw ingin manusia latihan tinggal di surga

144
Mîzân al-Hikmah, jil. 2, hal. 1346, hadis 8805, menukil dari kitab Kanz al`Ummâl, hadis 37631.

140
sejak di dunia ini. Misi Rasulullah saw ialah misi cinta. Misi Rasulullah saw ialah

bunga. Kita dididik mengatakan bunga, mendengar bunga, perbuatan kita bunga,

tingkah laku kita bunga dan diri kita menjadi bunga; bukan menjadi duri.

Karena duri bukan sesuatu yang baik, tidak memiliki rupa yang indah apalagi

beraroma wangi. Sebaliknya bunga, warnanya indah, bentuknya menawan dan harum;

yang semuanya menarik hati. Tidak ada yang dapat dikatakan orang tentang bunga

kecuali keindahan. Saya berharap kita semua menjadi bunga. Semoga perbuatan kita,

gerak kita, ibadah kita, nafas kita, semuanya mengeluarkan aroma semerbak nan

wangi.

ah
Seorang perawi berkata: Saya memberikan setangkai bunga kepada Imam Ja`far

i
Shadiq as. Imam mengambil bunga itu kemudian mencium dan meletakkannya di atas
Sy
kedua matanya seraya berkata, “Barangsiapa yang memegang setangkai bunga

kemudian mencium dan meletakkannya di atas kedua matanya seraya mengucapkan


a
k

‘Ya Allah, sampaikanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan keluarga
a

Muhammad’ maka diampuni dosanya sebelum bunga itu jatuh ke tanah.” 145
st

Sungguh agung agama ini! Apabila kita mencium bunga dan mengucapkan shalawat,
u

maka Allah Swt mengampuni dosa-dosa kita. Kita duduk di hadapan hidangan lalu
P

memulai makan dengan mengucapkan Bismillâhirrahmânirrahîm dan mengakhirinya

dengan mengucapkan Alhamdulillâh maka Allah mengampuni dosa-dosa kita. 146

Ternyata, dengan begitu mudah untuk bisa memperoleh sesuatu. Mencium bunga dan

mengucapkan shalawat artinya memahami dan mengetahui sesuatu yang baik. Kita

tahu bahwa dari yang buruk akan datang yang buruk dan dari yang baik akan datang

yang baik. Pada saat mencium bunga dan mengucapkan shalawat kepada Rasulullah

saw dan keluarganya, sebenarnya kita sedang berhubungan dengan Rasulullah dan

145
Bihâr al-Anwâr, jil. 92, hal. 347.
146
Safînah al-Bihâr, jil. 1, hal. 105.

141
Ahlulbait as. Ketika kita sedang duduk di hadapan hidangan lalu memulai makan

dengan menyebut Bismillâh dan mengakhirinya dengan mengucapkan Alhamdulillâh,

maka makanan yang dimakan itu akan menjadi cahaya.

Percayalah kepada hadis tersebut, bahwa semua itu mempunyai hikmah. Tidak ada

satu hadis pun yang tidak mengandung hikmah. Tidak mungkin sebuah hadis

disebutkan dengan tanpa alasan.

Ayatullah Baha’uddin pernah menyampaikan perkataan yang sangat kokoh. Dia

berkata, “Kita sama sekali tidak tunduk secara membuta.” Yakni, kita tidak menerima

sesuatu dengan begitu saja sambil menutup mata dan telinga.” Dia melanjutkan kata-

ah
katanya, “Setiap yang datang dari Ahlulbait kepada kita pasti mempunyai hikmah,

i
hanya saja sebagian darinya belum dipahami. Karena kita belum memahaminya maka
Sy
kita tunduk menerimanya. Padahal sesungguhnya setiap hukum, baik yang makruh

maupun yang mustahab tidak mungkin tanpa sebab dan tidak mungkin tidak
a
k

mengandung hikmah. Karena perbuatan Allah Swt senantiasa berdasarkan hikmah.


a

Tidak mungkin Allah Swt memerintahkan sesuatu yang tidak mengandung hikmah
st

dan kebaikan.”
u

Mungkin inilah yang dimaksud oleh Allamah Hilli, “Karena kita tidak mengetahui
P

hikmahnya maka kita dikatakan tunduk (ta’abbud).” Manakala seorang dokter ahli

dan dapat dipercaya berkata kepada kita, ‘Minumlah obat ini!’, tentu kita akan

meminumnya meskipun kita tidak tahu persis apa khasiatnya. Intinya, di dalam obat

itu terdapat khasiat namun kita tidak mengetahuinya.

Betapa indah Allah Swt menciptakan kita, sehingga kita merasa tidak suka dengan

segala sesuatu yang buruk. Kita tidak suka dengan duri. Ketika kita mencium bau

busuk maka dengan reflekss muka kita merengut dan hidung kita menolak. Namun

142
sebaliknya, saat aroma wangi menghampiri penciuman kita maka secara refleks kita

mencium dan menghirup wangi tersebut, dan jiwa kita pun merasa senang.

Perjanjian Fitrah

Almarhum Agha Dulabi mengatakan ungkapan yang sangat indah, seperti ini: “Islam

adalah fitrah”. Artinya, segala sesuatu yang dikatakan baik oleh fitrah dan hati, maka

ia baik, dan segala sesuatu yang dikatakan jelek oleh fitrah dan hati maka ia jelek.

Dengan kata lain, sebelum manusia menjadi seorang Muslim, Islam telah memenuhi

wujud dirinya. Sebelumnya Islam telah datang dalam hati dan jiwa seseorang, baru

kemudian dia mengakui dan membenarkannya.

ah
Dengan demikian, segala sesuatu yang dikatakan baik oleh Islam, maka hati dan jiwa

i
kita pun mengatakan baik, dan segala sesuatu yang dikatakan buruk oleh Islam maka
Sy
hati dan jiwa kita pun mengatakan buruk. Islam mengatakan berdusta itu buruk,

dendam itu jelek, dan hati semua orang pun mengatakan kedua sifat itu buruk. Islam
a
k

mengatakan berhubungan dengan Allah itu baik, cinta, berperilaku santun,


a

menyambung tali silaturrahmi, menghormati ibu dan bapak, adalah baik. Dan hati kita
st

pun mengatakan semua itu baik.


u

Jadi, Islam sudah ada sejak awal dalam diri manusia. Artinya, Islam adalah segala
P

sesuatu yang disukai oleh fitrah manusia dan segala sesuatu yang diterima oleh akal.

Mungkin inilah maksud dari ungkapan, “Apa yang ditetapkan akal ditetapkan pula

oleh agama.” Artinya, sejak awal semuanya sudah ada dalam fitrah dan akal manusia,

lalu para nabi datang untuk mengingatkannya.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, “Allah Swt mengutus para utusan-

Nya dan mengirim para nabi-Nya dengan terus menerus ke tengah umat manusia,

untuk menagih janji fitrah mereka, mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat-Nya

yang telah dilupakan, menyempurnakan hujjah atas mereka dengan menyampaikan

143
hukum-hukum-Nya, membuka perbendaharaan akal yang terpendam, dan untuk

memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya.” 147

Para nabi tidak melakukan sesuatu yang baru. Perbendaharaan itu sudah ada dalam

akal dan fitrah manusia, hanya saja ia terpendam. Lalu para pesuruh Allah datang

membukakannya. Salah seorang filosof berkata: Fungsi para nabi seperti seorang

bidan. Dia memelihara janin yang ada di dalam perut ibu dan membantu ibu dalam

melahirkan. Bidan tidak pernah menciptakan anak. Dia hanya mengantarkan anak

untuk tumbuh sempurna. Begitu juga dengan para nabi. Mereka hanya mengeluarkan

perbendaharaan yang masih terpendam dan memperlihatkan berbagai hujah yang ada

ah
dalam diri manusia. Karena itu, sebelum seseorang menjadi Muslim, Islam telah

memenuhi dirinya.
i
Sy
Pemandangan yang Indah

Cobalah perhatikan bunga, dan coba pula perhatikan diri kita. Manusia adalah bunga.
a
k

Manusia adalah bunga yang sebenarnya yang lebih indah dari bunga yang ada di luar.
a

Anak-anak adalah bunga, dan hargailah mereka. Istri juga adalah bunga, karena itu
st

jagalah dia. Alhasil, semua manusia adalah bunga.


u

Mulla Abdullah berkata, “Tidak baik seseorang selalu menyalahkan dirinya. Namun
P

untuk menghindari sombong, maka merupakan pikiran dan sikap yang baik apabila

seseorang menganggap dirinya bukan apa-apa. Jika seseorang hanya melihat

kekurangan maka dia akan segera berputus asa dan tidak akan berbuat apa-apa.

Manusia harus banyak melihat kepada-Nya. Kita harus melihat keindahan-keindahan

yang diberikan-Nya. Orang-orang mengatakan, “Selalu melihat kekurangan akan

mendatangkan kekurangan.”

147
Nahj al-Balaghah, Khotbah 1.

144
Rasulullah saw berdoa, “Tuhanku, jika aku melihat dosa-dosa aku merasa sedih

namun jika aku melihat kebaikan dan kedermawanan-Mu aku gembira dan

berharap.” 148

Rasulullah saw ingin mengatakan, “Janganlah engkau hanya melihat kesalahan-

kesalahanmu begitu saja. Tetapi lihatlah kesalahan diri dan kemudian segera

memohon perlindungan kepada Allah Swt”. Jika seseorang sampai pada kedudukan di

mana dia selalu melihat Allah Swt maka itu sangat baik. Ingatlah Allah Swt

sedemikian rupa hingga engkau lupa akan dirimu. Di hadapan Allah Yang Mahabesar

diri kita lebih kecil dibandingkan semut.

ah
Rasulullah saw bersabda, “Aku seperti sebutir debu atau lebih kecil lagi (di hadapan

Allah).” 149
i
Sy
Melihat Diri dan Melihat Allah

Manusia harus lebih sering melihat ke “arah sana”, ke arah Allah Swt, ke arah
a
k

Rasulullah saw dan para imam maksum. Kita ini siapa sehingga kita ingin melihat diri
a

kita. Kita ini tidak ada. Lantas, untuk apa kita memandang ke sesuatu yang tidak ada.
st

Kita harus selalu melihat yang baik-baik dan mengaitkan sepenuhnya kepada Allah,
u

bukan kepada diri kita. Jika itu yang dilakukan maka kita tidak akan melihat ada
P

kekurangan di alam ini.

Allah Swt berfirman, Kebajikan apa pun yang kamu peroleh adalah dari Allah” (QS.

An-Nisa: 79).

Jika kita benar-benar memahami masalah ini dan mengakui bahwa segala kebaikan

dan keindahan berasal dari Allah Swt maka kita tidak akan sombong dan tidak akan

kecewa, serta tidak akan menemui bahaya yang mengancam. Bahaya akan muncul

manakala seseorang menganggap kebaikan-kebaikan berasal dari dirinya.

148
Doa “Abu Hamzah Tsumali”, dalam Mafâtîh al-Jinân.
149
Iqbâl al-A`mâl, hal. 354.

145
Amirul Mukminin Ali as berkata, “Sifat sombong (telah) menghalangi seseorang

untuk maju.” 150 Artinya, jika seseorang memandang kebaikan berasal dari dirinya

maka dia akan merasa puas dengan dirinya, dan itu menghalanginya untuk maju. Jika

seseorang berkata aku orang yang sangat baik, maka Allah Swt akan

merendahkannya. Ini merupakan sunnatullah. Allah Swt tidak akan membiarkan di

alam ini ada dua tuhan. Siapa saja yang menyatakan adanya dua tuhan itu maka Allah

Swt akan menjatuhkannya.

Mulla Shadra berkata, “Kita bukan orang miskin tetapi kita adalah kemiskinan.”

Sungguh ini kata-kata yang indah. Orang miskin masih mempunyai wujud diri namun

ah
kemiskinan bukan apa-apa. Karena itu, manusia bukan apa-apa hingga layak

i
mengatakan ingin melihat dirinya. Manusia harus selalu melihat ke arah Allah Swt,
Sy
Rasulullah saw, para imam, dan orang-orang saleh, serta melupakan dirinya. Dia

semestinya selalu mengingat Allah Swt sedemikian rupa sehingga bisa melupakan
a
k

dirinya. Jika perjalanan manusia telah sampai di akhir maka dirinya akan terhapus dan
a

terlupakan, apalagi kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukannya. Wujudnya akan


st

lenyap. Dalam sebuah hadis dikatakan, “Wujudmu adalah sebuah dosa yang tidak
u

dapat dibandingkan dengan dosa apa pun.” 151


P

Pada saat kita menampakkan wujud kita dan menganggapnya ada, maka ini sebuah

dosa besar yang menjadi induk semua dosa. Berusahalah untuk tidak melihat diri kita.

Jika kita tidak melihat pada diri ini maka kita akan bahagia. Keluarlah dari diri sendiri

supaya kita menjadi bahagia.

Kuncup Bunga yang Mekar

Baik kiranya jika manusia berpikir tentang bunga. Maka, insya Allah siapa pun bisa

menjadi bunga. Benarlah perkataan bahwa para pecinta Ahlulbait semuanya adalah

150
Nahj al- Balaghah, hikmah 167.
151
Cehel Hadis, hal. 342.

146
bunga dan musuh Ahlulbait adalah duri. Siapa saja yang mencintai musuh Amirul

Mukminin Ali as maka dia adalah duri. Seluruh pecinta Ahlulbait adalah bunga dan

yang menjadi pemeliharanya adalah para imam. Tiap bunga berbeda-beda. Sebagian

amat indah sebagian lagi aromanya kurang harum. Sebagian bunga masih berupa

kuncup yang belum mekar, dan seterusnya.

Mulla Abdullah berkata, “Jiwa dan hati seorang mukmin ibarat kuncup bunga yang

belum mekar. Sebelum dia melihat wajah Allah dia tidak akan mekar.” Yaitu,

sebelum dia melihat Imamnya, dia tidak akan mekar. Saat dia kemudian dapat melihat

pemeliharanya, dia akan mekar. Kuncup bunga juga keras dan belum mengeluarkan

ah
warna indah atau menebar keharuman, namun keindahan dan keharuman itu ada di

i
dalam dirinya. Pada saat kuncup bunga mekar, dia menjadi indah sekali.
Sy
Pemelihara Wujud

Seluruh pecinta Ahlulbait as adalah kuncup bunga. Untuk berubah menjadi bunga
a
k

mereka memerlukan bantuan Ali, Zahra, Hasan dan Husain (salam Allah atas
a

mereka), yang merupakan pengurus dan pemelihara wujud mereka. Amirul Mukminin
st

Ali as berkata, “Allah Swt yang telah mendidik Rasulullah saw, Rasulullah saw telah
u

mendidikku, dan aku yang mendidik orang-orang beriman.” 152


P

Imam Zaman as juga sibuk mendidik orang-orang yang beriman. Dia adalah

pemelihara alam wujud yang paling dekat dengan kita kini. Janganlah seseorang

mengira bahwa Imam Zaman as hanya duduk diam di suatu tempat dan tidak

melakukan apa-apa. Kita tidak menerima imam yang seperti itu. Imam Zaman selalu

ada di semua tempat dan sibuk mendidik para pecintanya. Rasulullah saw bersabda,

152
Bihâr al-Anwâr, jil. 74, hal. 267, hadis 1.

147
“Barangsiapa yang bangun di pagi hari dalam keadaan tidak peduli kepada urusan

kaum Muslim, maka dia bukan bagian dari mereka.” 153

Imam Zaman as selalu hadir di semua medan. Dia hadir di semua tempat. Sungguh

beruntung mata dan hati yang dapat melihatnya. Imam Zaman (ajjallahu farajahusy-

syarif) adalah pemelihara wujud. Dia mendidik dan memelihara orang-orang mukmin.

Imam Musa bin Ja`far berkata, “Kami membantu jiwa orang mukmin untuk taat

kepada Allah dan beramal untuk-Nya.” 154 Maksudnya, kami mengajarkan segala

sesuatu yang baik kepada orang-orang mukmin.

Imam Zaman as memelihara dan merawat kuncup-kuncup bunga supaya mekar.

ah
Sebagian kuncup bunga sudah mekar namun sebagian lagi belum mekar, semuanya

i
sedang berjalan menuju kesempurnaan. Tidak ada seorang pun yang tetap dalam
Sy
kekurangan di shirathal mustaqim. Jalan Ahlulbait as adalah jalan yang agung dan

lurus. Dalam Ziarah Jami’ah dikatakan, “Kalian adalah jalan yang agung, kalian
a

adalah jalan yang lurus.” 155


a k

Rasulullah saw dan para imam adalah jalan menuju Allah Swt. Dalam Al-Quran
st

dikatakan, Bimbinglah kami kami kepada jalan yang lurus. Yaitu jalan Rasulullah saw
u

dan Amirul Mukminin as dan jalan Imam Zaman as. Jika seseorang berjalan di jalan
P

ini, maka dia akan sampai kepada tujuan, tidak akan pernah tergelincir dan tidak

berada dalam kekurangan.

Allah Swt berfirman, Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah

menuju Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya di jalan ini, maka

sungguh pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah (QS. An-Nisa: 100). Inilah hijrah

sesungguhnya.

153
Al-Kâfî, jil. 2, hal. 163, hadis 1.
154
Al-Kâfî, jil. 2, hal. 268.
155
“Ziarah Jamiah”, dalam Mafâtîh al-Jinân.

148
Di Jalan Kesempurnaan

Di alam barzakh Allah Swt menyempurnakan manusia. Pada hari kiamat pun Allah

merawat dan menyempurnakan hamba-Nya. Surga pun merupakan jalan menuju

kesempurnaan. Apa mungkin kekayaan Allah Swt akan habis dan kekuasaan-Nya

selesai? Jika kesempurnaan Allah Swt terbatas maka kesempurnaan orang mukmin

pun akan terbatas dan berhenti pada satu titik. Namun, karena kekuasaan dan

kesempurnaan Allah tidak terbatas maka kesempurnaan orang Mukmin pun tidak

terbatas dan tidak akan berhenti. Kesempurnaan Rasulullah dan para imam tidak

berhenti pada satu titik, bahkan di surga sekali pun.

ah
Dalam banyak riwayat dikatakan bahwa pada setiap malam Jumat ilmu Ahlulbait

i
semakin bertambah. 156 Disebutkan: “Pada setiap malam lailatul qadar, setiap tahun
Sy
dan setiap bulan, ilmu kami semakin bertambah.” 157

Sebagaimana para imam yang tidak mempunyai batas dalam menuju kesempurnaan,
a
k

begitu juga dengan para pecinta mereka yang akan terus berjalan di jalan
a

kesempurnaan tanpa pernah berhenti.


st

Yakinlah, jika seseorang berada di jalan Ahlulbait as, maka dia tidak akan tergelincir
u

dan tidak akan menyesal. Bahkan, sekelompok pecinta Ahlulbait yang masuk neraka
P

sekalipun —karena banyak sekali melakukan dosa dan kezaliman dan belum bertobat

di dunia, dan di alam barzakh pun mereka belum bersih dari dosa— maka mereka

dibersihkan di neraka hingga bersih lalu dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam surga.

Daya Tarik Ahlulbait

Salah seorang teman, seorang pelajar agama (talabeh), dan pelantun pujian bercerita:

Pada hari-hari peringatan wafat Sayidah Fathimah Zahra as kami pergi ke suatu

daerah di Propinsi Kerman, sebuah kawasan miskin yang sulit air dan udara bersih. Di

156
Al-Kâfî, jil. 1, hal. 254, hadis 3.
157
Al-Kâfî, jil. 1, hal. 242-254.

149
sana ada sebuah tempat yang bernama Hayatabad. Di tempat itu terdapat penjara bagi

para narapidana kelas satu. Seorang sipir penjara mengatakan, “Sekarang adalah hari

wafat Sayidah Fathimah. Kami minta Anda berbicara di hadapan mereka dan

membacakan syair ratapan.”

Ia melanjutkan: Ketika kami masuk dan memandang orang-orang yang ada di dalam

penjara itu saya merasa ngeri. Saya pun menyampaikan beberapa kisah seputar

Sayidah Fathimah Zahra dan syafaatnya. Setelah itu saya membacakan syair-syair

ratapan. Pada saat saya mulai membaca syair ratapan suasana pun berubah dipenuhi

atmosfer kecintaan kepada Ahlulbait as.

ah
Setelah selesai pembacaan rauzeh (syair ratapan), seorang pemimpin narapidana yang

i
sangat disegani di kalangan mereka datang kepada saya dan berkata, “Sudah dua
Sy
puluh tahun aku belum pernah menangis. Tetapi hari ini, dengan menyebut nama

Sayidah Zahra engkau telah membuatku menangis.”


a
k

Selama dua puluh tahun air mata narapidana itu belum pernah keluar, tapi ketika itu
a

disebut nama Sayidah Fathimah Zahra as hatinya bergetar dan membuatnya menangis.
st

Insya Allah, seseorang yang berada di jalan yang lurus, di jalan Ahlulbait, pada
u

akhirnya ia akan selamat.


P

Dalam riwayat dikatakan: Jika dalam diri seseorang terdapat kecintaan kepada

Ahlulbait meski sebesar debu maka pada akhirnya dia akan selamat. 158 Tentu saja ini

bukan berarti bahwa orang yang seluruh hidupnya dipenuhi dengan ketaatan dan

kecintaan kepada Ahlulbait sama dengan orang yang umurnya dipenuhi dengan

kejahatan. Jelas keduanya berbeda dan tidak satu derajat. Tetapi yang ingin dikatakan

ialah seseorang yang berada di jalan Ahlulbait dan berada dalam naungan kecintaan

kepada Ahlulbait, ia tidak akan tertinggal selamanya dalam kesengsaraan.

158
Bihâr al-Anwâr, jil. 28, hal. 63, hadis 24.

150
Dalam riwayat lain yang berasal dari Imam Ali as dikatakan: Surga mempunyai

delapan pintu. Kemudian beliau menyebutkan kedelapan pintu itu satu persatu, hingga

beliau berkata, “Adapun pintu terakhir adalah bagi seluruh muslimin, yaitu mereka

yang bersaksi bahwa ‘tidak ada tuhan selain Allah’ dan tidak ada sedikit pun

kebencian kepada Ahlulbait di dalam hatinya.” 159 Mereka ––pada akhirnya–– juga

ahli surga.

Cinta dalam Ibadah

Jika pembicara dan para pendengar saling mencintai satu sama lain maka majelis yang

diselenggarakan akan berkualitas. Jika imam dan makmum saling mencintai dalam

ah
shalat jamaah maka shalat jamaah itu akan sangat bernilai. Jika guru dan murid saling

i
mencintai maka proses belajar mengajar akan sangat berhasil.
Sy
Demikian juga dengan Allah Swt. Jika seseorang mengerjakan shalat karena cinta

maka shalatnya akan sangat bernilai. Shalat yang dilakukan karena terpaksa tidak ada
a
k

nilainya. Shalat harus dilakukan atas dasar cinta. Jika seseorang melakukan shalat
a

karena terpaksa, karena takut kepada Malaikat Munkar dan Nakir dan karena takut
st

kepada neraka, maka hasilnya orang itu tidak masuk neraka namun dia tidak akan
u

mendapati kesempurnaan yang semestinya.


P

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as bermunajat: “Ya Allah, aku tidak

menyembah-Mu karena takut kepada siksa-Mu dan tidak juga karena mengharap

ganjaran-Mu, tetapi aku mendapati Engkau layak disembah maka aku menyembah-

Mu.” 160

Ibadah yang dilakukan karena takut adalah ibadah budak. Sedangkan ibadah yang

dilakukan karena mengharapkan surga adalah ibadah para pedagang. Seorang

pedagang menyembah Allah supaya Dia memberikan surga dan bidadari kepadanya.

159
Bihâr al-Anwâr, jil. 8, hal. 39, hadis 19.
160
Bihâr al-Anwar, jil. 41, hal. 14, hadis 4.

151
Amirul Mukminin as berkata, “Sekelompok orang menyembah Allah karena

menginginkan surga, maka itulah ibadah para pedagang. Sekelompok orang lagi

menyembah Allah karena takut kepada-Nya, maka itulah ibadah para budak.

Sekelompok orang lain menyembah Allah karena mensyukuri nikmat-Nya, maka

itulah ibadah orang-orang merdeka.” 161

Ibadah yang dilakukan karena berharap pahala atau takut hukuman pada hakikatnya

adalah satu bentuk penyembahan diri. Mulla Ahmad Naraqi di dalam kitab Takdis

berkata, “Hai orang berakal, ketaatan karena mengharapkan keuntungan atau takut

sesungguhnya adalah penyembahan diri.”

ah
Jika kita menyembah Allah Swt karena takut atau karena berharap surga,

i
sesungguhnya kita sedang menyembah diri kita sendiri. Itu sama saja dengan
Sy
mengatakan, “Saya melakukan ini supaya saya tidak dibakar di neraka, saya

melakukan ini supaya saya diberi sesuatu.” Di sini yang ada hanyalah saya dan diri
a
k

saya. Jika di sini tidak ada diri saya maka saya tidak akan menyembah. Karena itu,
a

ibadah yang seperti ini bersumber pada penyembahan diri, bukan penyembahan
st

(pada) Allah Swt.


u

Selama manusia beribadah bukan karena cinta maka sesungguhnya dia tidak akan
P

ikhlas. Ibadah baru ikhlas manakala seseorang beribadah atas dasar cinta. Aku

menyembah-Mu karena aku mencintai-Mu. Aku tidak peduli apakah Engkau akan

memberiku sesuatu atau tidak. Bukan ibadah yang didasarkan karena takut atau

mengharap sesuatu. Jika dalam ibadah tidak terdapat cinta, maka ibadah itu tidak akan

mendatangkan kesempurnaan, melainkan hanya menjadikan seseorang tidak masuk

neraka.

161
Nahj al- Balaghah, hikmah 237; Bihâr al-Anwâr, jil. 41, hal. 14, hadis 4.

152
Ayatullah Jawadi Amuli berkata, “Tidak masuk ke neraka bukan sesuatu yang

membanggakan. Karena binatang pun tidak masuk neraka, benda mati dan anak kecil

juga tidak masuk neraka. Bermilyar-milyar orang yang tertindas tidak masuk neraka.

Karena itu, kita jangan merasa cukup hanya dengan ini. Kita mengerjakan shalat

supaya tidak masuk neraka bukan sebuah kesempurnaan. Kesempurnaan ialah kita

mengerjakan shalat supaya kita dekat dengan Allah Swt, supaya bisa bercengkerama

dengan-Nya.”

Rasulullah saw bersabda, “Cinta adalah dasar perbuatanku.” Artinya, cinta ada di

semua tempat. Cinta kepada Allah dan cinta kepada makhluk Allah.

ah
Berdamai dengan Allah

i
Seseorang bermimpi bertemu Almarhum Dr Ayati. Orang itu bertanya, “Apa yang
Sy
paling bermanfaat bagi manusia di alam barzakh?” Dr. Ayati memberi jawaban yang

indah dan sesuai dengan berbagai riwayat. Dia berkata, “Saat makhluk berada di
a
k

hadapan Allah, maka tidak ada yang lebih berharga dan lebih utama daripada
a

perbuatan mendamaikan makhluk dengan Tuhannya.” Karena itu, jika mampu,


st

berusahalah mendamaikan manusia dengan Allah Swt.


u

Pertama-tama, seseorang harus terlebih dahulu mampu mendamaikan dirinya dengan


P

Allah Swt. Ia harus terlebih dahulu mencintai-Nya dan dapat merasakan kasih sayang-

Nya. Baru setelah itu mendamaikan orang lain dengan-Nya.

Allah Swt sangat senang dengan orang yang menjadi penunjuk jalan cinta, yang

mendamaikan antara makhluk dengan Tuhannya. Ini juga yang dilakukan oleh

Rasulullah saw. Rasulullah saw pernah meminta, “Ya Allah, jika mungkin

hilangkanlah seluruh ujian dari umat ini supaya mereka tidak tertolak. Ya Allah, jika

mungkin biarlah perhitungan umat ini ditimpakan kepadaku supaya mereka tidak

malu di hadapan umat-umat lain.”

153
Allah Swt menjawab, “Aku akan memperhitungkan mereka hingga ketika di

hadapanmu mereka tidak merasa malu. Jika engkau menginginkan kebaikan bagi

mereka maka Aku lebih menginginkan kebaikan bagi mereka. Jika engkau

menyayangi mereka maka Aku lebih menyayangi mereka.” 162

Membuka Jalan Allah

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata dalam sebuah hadis yang indah:

“Orang yang paling mengenal Allah adalah orang yang paling banyak memintakan

ampunan bagi manusia meski dia mendapati mereka tidak layak memperoleh

ampunan.” 163

ah
Dalam hadis ini terkandung berita gembira. Yaitu seseorang yang paling bisa

i
membukakan jalan Allah Swt dan menuntun manusia kepadanya maka dia adalah
Sy
manusia yang paling mengenal Allah Swt. Dia yang menuntun manusia ke hadapan

Allah dan memintakan maaf untuknya. Dia yang berkata, “Ya Allah, makhluk-Mu ini
a
k

lemah dan tidak berdaya. Dia melakukan dosa karena tidak tahu. Karena itu,
a

maafkanlah dia, ampunilah segala dosanya, meski mereka tidak layak memperoleh
st

maaf.” Allah Swt sangat menyukai perbuatan seperti itu.


u

Ini juga yang dilakukan Rasulullah saw dan para imam maksum. Mereka berkata,
P

“Mereka melakukan kesalahan karena mereka tidak tahu.” 164 Alhasil, Rasulullah saw

dan Ahlulbaitnya memohon kepada Allah supaya orang-orang yang berdosa

diselamatkan, karena Allah Swt Mahakaya dan tidak membutuhkan sesuatu.

Haji Agha Dulabi berkata, “Jika seorang nabi datang memisahkan Allah Swt dengan

hamba-Nya, maka Dia akan menyingkirkannya atau mengecamnya. Kita dapat

melihat dalam kisah Nabi Musa as bagaimana Allah Swt mengecam Nabi Musa,

“Engkau datang untuk menghubungkan, bukan datang untuk memutus.”


162
Ahâdis e Qudsi, hal. 140.
163
Mîzân al-Hikmah, jil. 3, hal. 1888, hadis 12269, menukil dari kitab Ghurar al-Hikam, hadis 3230.
164
Bihâr al-Anwâr, jil. 10, hal. 30.

154
Jika seseorang mampu menuntun orang lain ke hadapan Allah Swt, maka Allah

sangat menyukai apa yang dilakukan. Sungguh, Dia menghendaki hal-hal yang seperti

ini. Berdoalah kepada Allah Swt, “Ya Allah, ampunilah mereka!” Meskipun mereka

benar-benar bersalah dan tidak layak diampuni, tetapi Allah Swt sangat menyukai apa

yang dilakukan itu. Tidak ubahnya seperti seorang anak yang lari dari rumah, tentu

kedua orang tuanya sangat senang jika ada yang membawa anaknya kembali kepada

mereka. Siapa saja yang paling banyak memberi jalan keluar kepada manusia dan

mendamaikan mereka dengan Allah Swt, maka dia orang yang paling mengenal Allah

Swt.

ah
Kesedihan Dunia

i
Semakin banyak kita mengenal dan menjalin hubungan dengan orang-orang saleh dan
Sy
para pecinta Ahlulbait as, maka kesedihan kita akan semakin berkurang, dan

kebahagiaan pun semakin bertambah. Haji Agha Dulabi berkata, “Saya memberi
a
k

jaminan kepada teman-teman, siapa yang mengenal kami maka dia tidak akan lagi
a

mengalami kesedihan mendalam. Karena kesedihan mendalam hanya milik pecinta


st

dunia. Lihatlah bagaimana para pecinta dunia akan meledak karena kesedihan. Saat
u

kalian melihat sisi lahiriah mereka, tampak rumah yang teratur dan pakaian yang rapi,
P

namun di dalamnya tidak ubahnya neraka Jahannam. Kuburan orang kafir meski

permukaannya dilapisi batu mahal namun dalamnya berisi siksa kubur. Sedangkan

kuburan orang mukmin, mungkin saja permukaannya kusam namun ruhnya berada

dalam kebahagiaan. Para pecinta dunia selalu memiliki kesedihan mendalam, dan ini

merupakan neraka Jahannam bagi mereka.”

Sebuah hadis menyebutkan, “Hati yang disibukkan dengan urusan dunia selalu susah

dan dirundung kesedihan.” 165

165
Mawâ`izh al-`Adadiyyah, hal. 163.

155
Haji Agha Dulabi berkata, “Saya menjamin tidak akan ada seorang pun dari teman

kita yang akan dirundung kesedihan mendalam. Sekiranya pun mereka baru

bergabung, dan baru beberapa waktu berada dalam majelis kita ini niscaya kesedihan

mereka yang mendalam akan lenyap dan berganti dengan kemudahan. Tidak akan ada

lagi kesedihan yang mematikan di tengah mereka.

Di majelis yang saya datangi saya menjalin hubungan dengan semua peserta. Saat

saya melihat ada orang yang sedang sedih di antara mereka saya terenyuh, dan saya

tidak akan diam hingga dapat meringankan bebannya. Buat apa kita berkumpul

membentuk lingkaran jika kita tidak saling berbagi? Kita harus bersatu, dan harus

ah
berbagi kesedihan dan kebahagiaan kita, serta menjadi satu.”

i
Saat duduk bersama orang-orang saleh, kesedihan kita akan berkurang. Bahkan
Sy
kesedihan kita akan berubah menjadi kesedihan untuk Allah Swt dan Imam Zaman as,

kesedihan karena belum menggapai kesempurnaan, kesedihan untuk akhirat. Jika kita
a
k

membaca Doa Nudbah lalu menangis karena berpisah dengan Imam Zaman as, jika
a

kita membaca Ziarah Asyura lalu menangis karena mengingat musibah yang menimpa
st

Imam Husain as, maka setelah itu jiwa akan merasa ringan, dan kita akan merasa
u

bahagia.
P

Mengapa pada malam hari Asyura para sahabat Imam Husain as merasa bahagia dan

bersenda gurau satu sama lain? Karena di dalam kesedihan dan tangis mereka

terkandung kebahagiaan. Bagi para pecinta dunia kesedihan mereka adalah kesedihan,

dan kebahagiaan mereka juga kesedihan. Karena pada kebahagiaan ahli dunia

terkandung kesedihan. Satu sama lain di antara mereka selalu bertengkar. Sedangkan

bagi para pecinta akhirat dan orang-orang yang berorientasi akhirat, kebahagiaan

mereka adalah kebahagiaan dan kesedihan mereka juga kebahagiaan. Allah Swt tidak

156
memberikan kesedihan-Nya kepada setiap orang. Bersyukurlah kepada Allah Swt

karena Dia telah memberi kita kesedihan akhirat.[]

-10-

Wahai harapan kalbu para perindu, wahai tujuan akhir para pecinta, aku memohon

cinta-Mu, cinta orang yang mencintai-Mu, dan cinta setiap amal yang membawaku ke

dekat-Mu (Imam Ali Zainal Abidin, as-Sajjad).

ah
Kelezatan Pecinta

i
Cinta ada dalam diri setiap manusia. Insya Allah kita pun dapat merasakan
Sy
kelezatannya. Cinta adalah sesuatu yang sangat manis. Jika dua orang mukmin saling

mencintai satu sama lain maka keduanya akan saling memuaskan. Perjalanan jauh
a
k

yang dilalui bersama seorang teman dekat tidak akan membuatnya merasa lelah dan
a

putus semangat. Itu semua bisa terwujud bila terjalin cinta antara keduanya.
st

“Berilah manisan kepada orang yang belum merasakan cinta.”


u

Cinta dapat menggantikan minuman, makanan, uang, kedudukan, dan segala sesuatu
P

yang lain. Manisan adalah benda-benda duniawi. Tapi saat seseorang sudah mencicipi

lezatnya cinta maka seluruh kekayaan dunia tidak lagi lezat baginya. Bahkan ia sudah

tidak lagi membutuhkan apa pun dari dunia.

Kelezatan yang dirasakan pecinta dunia berasal dari luar, yaitu dari harta, kedudukan,

dan makanan enak. Kelezatan yang dirasakan pecinta dunia adalah kelezatan ragawi,

yakni kelezatan yang berasal dari uang, kedudukan, ketenaran, makanan yang enak,

dan pakaian yang bagus. Sedangkan kelezatan yang dirasakan para pecinta dan ahli

hati berasal dari dalam, yakni kelezatan yang bersifat ruhani.

157
Sebuah ungkapan mengatakan: “Jika engkau menganggap kelezatan diperoleh dengan

meninggalkan kelezatan, maka engkau tidak akan menganggap kelezatan diri sebagai

kelezatan.”

Kelezatan bagi orang mukmin adalah kelezatan ruhani, yang berasal dari cinta. Imam

Ja`far Shadiq as berkata, “Nabi Musa as memohon kepada Allah, ‘Ya Allah, aku ingin

menemui-Mu: Tuhanku, perlihatkanlah (diri-Mu) kepadaku, agar aku dapat melihat-

Mu.’ (QS. Al-A`raf: 143).”

Pertemuan yang diminta Nabi Musa as tentu pertemuan yang bersifat ruhani. Nabi

Musa as tidak akan mengatakan aku ingin melihat-Mu dengan mata lahirku. Bahkan

ah
dalam pikirannya pun mustahil terlintas permintaan yang seperti itu, begitu juga

i
dalam pikiran seorang mukmin. Tetapi yang dimaksud Nabi Musa as ialah pertemuan
Sy
yang bersifat ruhani dan penyaksian hati. Yaitu, singkirkanlah tirai kegelapan dan tirai

cahaya dari hadapanku hingga hatiku dapat melihatmu.


a
k

Imam Muhammad Baqir as berkata, “Dia tidak dapat dilihat oleh mata tetapi hati yang
a

dapat melihat-Nya, dengan hakikat iman.” 166


st

Allah Swt menjanjikan kepada Nabi Musa as bahwa dia dapat menemui-Nya empat
u

puluh hari lagi di bukit Tsur. Dalam hadis Nabi saw disebutkan, “Karena merindukan
P

pertemuan itu Nabi Musa as tidak makan, minum, dan tidur, selama empat puluh

hari.” 167 Janji pertemuan itu telah membuatnya kenyang. Betapa bahagianya dia

empat puluh hari lagi akan bertemu dengan Allah Swt.

Rasulullah saw bersabda, “Aku melalui malamku di sisi Tuhanku dengan tidak tidur.

Dia memberiku makan dan minum.” 168

166
Al-Kâfî, jil. 1, hal. 97, hadis 5; Bihâr al-Anwâr, jil. 4, hal. 26, hadis 1.
167
Mishbâh asy-Syarî`ah, hal. 446; Bihâr al-Anwâr, jil. 53, hal. 327, hadis 1; Jâmi` as-Sa`âdât, jil. 3,
hal. 131.
168
Bihâr al-Anwâr, jil. 6, hal. 108.

158
Menuju Mata-air Kesempurnaan

Rasulullah saw dan para imam meminum dari “mata air”. Seorang Muslim semestinya

meyakini bahwa mereka juga ingin membawa manusia kepada mata air tempat

mereka minum. Inilah pekerjaan wali Allah. Mereka menginginkan bagi setiap orang

apa saja yang mereka inginkan bagi dirinya. Mereka ingin memberi minum orang lain

dengan air jernih yang berasal dari mata air tempat mereka minum. Namun daya

tampung mereka seluas alam wujud sedang daya tampung kita sangat terbatas.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, “(Pada masa awal risalah) aku dapat

melihat cahaya wahyu dan mencium bau harum kenabian. Pada saat wahyu turun

ah
kepada Rasulullah saw aku mendengar jeritan setan. Aku bertanya kepada Rasulullah,

i
‘Jeritan siapa itu?’ Rasulullah saw menjawab, ‘Itu jeritan setan yang merasa putus asa
Sy
dengan usahanya.’ Kemudian Rasulullah saw berkata, ‘Engkau dapat mendengar apa

yang aku dengar dan dapat melihat apa yang aku lihat.’” 169
a
k

Di tempat lain Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian tidak banyak bicara dan tidak
a

ada kegelisahan di hati kalian niscaya kalian dapat melihat apa yang aku lihat dan
st

dapat mendengar apa yang aku dengar.” 170


u

Singkirkan Debu Penghalang Niscaya Anda dapat Melihat Hakikat


P

Manusia yang jiwa dan pikirannya tenang, serta hatinya tidak disibukkan oleh

kegelisahan dan keraguan (yang dibuat), dan tidak banyak bicara, maka ia akan

mencapai derajat tertentu sehingga bisa melihat sesuatu yang tidak dilihat dan

mendengar sesuatu yang tidak didengar (oleh kebanyakan orang).

Kadang-kadang seseorang diam, tetapi pikirannya sibuk. Padahal, seseorang

sebaiknya menjaga pikiran, jiwa, dan lahiriahnya, untuk selalu tenang. Seperti

169
Bihâr al-Anwâr, jil. 18, hal. 213; Nahj al- Balaghah, Khotbah 192.
170
Al-Mîzân, jil. 5, hal. 271.

159
berusaha untuk sedikit berbicara, atau mengurangi bicara, supaya dapat menggapai

hakikat.

Mungkin kita pernah mendengar kisah tentang seorang pemuda yang mencapai

derajat yakin, meskipun dia bukan seorang nabi dan juga bukan imam. Pemuda itu

berkata, “Aku dapat mendengar suara neraka Jahannam, mencium wangi surga, dan

melihat timbangan telah ditegakkan pada hari kiamat.” Dan Rasulullah saw

membenarkan apa yang dikatakannya. 171

Rasulullah saw dapat melihat surga dan neraka, dengan penuh keyakinan. Begitu pula

dengan pemuda itu. Orang-orang yang bersih jiwa dan pikirannya banyak

ah
mengabarkan hal-hal seperti itu karena mereka juga ingin membawa umat manusia ke

i
mata air tempat mereka minum. Yang harus dilakukan, hanya mendengar perkataan
Sy
dan menghentikan banyak pekerjaan.

Seorang ulama berkata, “Untuk mencapai derajat tersebut tidak diperlukan banyak
a
k

riyadhah. Bahkan sebagian besar ajaran Islam pun berisi tuntunan agar para
a

penganutnya tidak melakukan perbuatan, atau meninggalkan perbuatan. Yaitu tidak


st

banyak bicara, tidak berbohong, tidak mengumpat, dan tidak lainnya. Islam tidak
u

berkata, lakukan ini, atau angkat beban berat ini dan itu. Tetapi Islam mengatakan,
P

jangan bicara, diamlah. Salah satu ciri-ciri mukmin ialah banyak diam. Rasulullah

saw juga banyak diam.

Hafiz bersyair,

Saat kita datang di alam ini debu berterbangan

Debu yang berterbangan menghalangi matahari

Matahari sangat bercahaya, namun jika ada kotoran sebesar kuku yang menghalangi

penglihatan

171
Safînah al-Bihâr, jil. 8, hal. 752; al-Kâfî, jil. 2, hal. 53.

160
maka kita tidak dapat melihat sama sekali, atau minimal penglihatan menjadi kabur

Tidak Ada Jalan Kembali

Jika manusia jatuh ke dalam lembah cinta, jangan kira dia bisa berjalan di tempat lain

selain jalan itu. Karena dia bakal tidak tertarik lagi dengan dunia dan para pecintanya.

Jika ada orang yang menariknya dengan paksa ke lembah hasrat kedudukan dan hasrat

duniawi dia tidak akan bisa melangkah. Di lembah itu, dia telah menjadi tawanan

cinta.

Almarhum Ayatullah Baha’uddin berulang-ulang mengatakan hal serupa itu. Dia

berkata, “Apabila seseorang telah mencicipi (sedikit saja) kelezatan iman dan

ah
kelezatan dekat dengan Allah Swt, dan telah melihat keindahan alam spiritual, maka

i
dengan mudah ia dapat meninggalkan seluruh kekayaan dunia. Jika seluruh dunia
Sy
diletakkan di hadapannya ia tidak akan terpengaruh. Jika semua orang di dunia

meletakkan tangan di dada dan mengucapkan selamat kepada si fulan maka itu tidak
a
k

akan dapat menyelesaikan masalahnya. Jika semua orang di dunia memakinya maka
a

itu tidak akan mengurangi sesuatu pun darinya. Jika seseorang telah mencicipi
st

kelezatan cinta dan spiritual, tentu dengan mudah dia dapat memalingkan
u

pandangannya dari kelezatan dunia.”


P

Mulla Abdullah juga memberikan perumpamaan yang indah dalam hal ini. Dia

berkata, “Jika seluruh dunia diletakkan di hadapan seorang arif (yang mengenal Allah

Swt) lalu semua orang mengucapkan selamat kepadanya, ini tidak ubahnya seperti

seekor anak kucing yang datang ke depan pintu rumah lalu melihat temannya sedang

menggerak-gerakkan buntutnya. Maksudnya, bagi anak kucing itu buntut temannya

lebih menarik dibandingkan barang lainnya. Namun, pada saat yang sama, manusia

tidak akan menaruh perhatian sedikit pun kepada kucing yang menggerakkan

buntutnya.”

161
Ayatullah Baha’uddin melanjutkan, “Jika seluruh alam membelakangi seorang

manusia Ilahi dan menyatakan perang kepadanya, maka baginya semua itu tidak

ubahnya seperti tikus di dalam lubang yang menggerakkan tubuhnya, itu tidak

memberi pengaruh sama sekali.”

Cukup Engkau Mencintaiku

Pecinta sibuk dengan cinta. Dia merasakan kelezatan seluruh yang diterima dengan

cinta.

Para Imam dan Imam Zaman as mencintai setiap umatnya, namun kita tidak dapat

mengklaim bahwa kita mencintai mereka. Karena sebuah pengakuan memiliki

ah
konsekuensi yang sangat besar. Mereka sedemikian besar mencintai setiap individu

i
hingga pancaran cahayanya menerpa dan mencukupi semuanya. Cinta membuat
Sy
manusia merasa kenyang.

Kerap kali, dalam menjalani hidup ini, kita dicekam rasa sedih, atau rasa terasing
a
k

yang menghantui. Jika di saat seperti ini ada seorang teman dekat datang, maka
a

kesedihan dan kelelahan akan sirna, berganti dengan kegembiraan dan suka-cita.
st

Bertemu dengan seorang sahabat dapat mengubah suasana hati. Kita tidak
u

membutuhkan apakah dia membawa makanan atau minuman.


P

Pertemuan di antara dua orang sahabat sangat berpengaruh kepada yang bersangkutan.

Apalagi jika seorang mukmin bisa bertemu dengan imamnya! Meskipun seluruh dunia

menjadi anak panah dan tombak, lalu meluncur deras menancap dan mengoyak

tubuhnya, dia tidak akan menghiraukan. Seperti para sahabat Imam Husain as yang

telah dipuaskan dengan cinta Imam Husain as hingga mereka tidak lagi merasa sakit

oleh tusukan berpuluh-puluh anak panah dan tombak. Disebutkan: “Mereka tidak

merasakan sakitnya sabetan pedang.” 172

172
Bihâr al-Anwâr, jil. 45, hal. 80, hadis 6.

162
Contoh Kelezatan Surga

Salah seorang ulama berkata, “Allah Swt menjadikan semua kelezatan surga ada

contohnya di dunia. Allah Swt berfirman, Setiap kali mereka diberi rezeki buah-

buahan dari surga, mereka berkata, ‘Inilah rezeki yang diberikan kepada kami

dahulu.’ Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa.” (QS. Al-Baqarah: 25).

Saat di surga mereka memperoleh buah-buahan, mereka mengatakan bahwa buah

yang serupa itu telah dilihat di dunia. Namun tentu saja buah delima surga sangat

berbeda dengan buah delima dunia. Buah-buahan surga tidak meninggalkan sisa, tidak

sulit memakan dan mengunyahnya.”

ah
Ulama itu melanjutkan kata-katanya, “Seluruh kelezatan surga ada contohnya di

i
dunia. Salah satu kelezatan surga yang paling lezat ialah bertemu dengan Allah Swt.
Sy
Kelezatan yang diperoleh dari pertemuan dengan Allah Swt tak sebanding dengan

kelezatan mana pun. Contoh kelezatan bertemu Allah Swt di dunia ialah bertemu
a
k

dengan mukmin sejati. Artinya, mencintai seorang mukmin sejati, mengunjungi, dan
a

bertemu dengannya, dapat memberikan kelezatan yang serupa.”


st

Rasulullah saw bersabda, “Kecintaan seorang mukmin kepada mukmin lainnya karena
u

Allah, termasuk cabang iman yang paling besar.” 173 Hadis ini merupakan kabar
P

gembira yang sangat besar. Ketika si mukmin menemui seorang mukmin yang tulus,

yang tidak ada dengki dan dendam di dalam hatinya, bukan orang yang suka berbuat

maksiat, maka itu sama dengan menemui Allah Swt.

Imam Muhammad Baqir as berkata, “Seorang mukmin pergi mengunjungi mukmin

lainnya karena Allah. Yaitu karena dia mencintai dan mengunjunginya karena orang

itu sahabat dan kekasih Allah. Saat dia sampai di depan pintu rumahnya dan

mengetuk pintunya, seorang malaikat dalam bentuk manusia yang diturunkan Allah

173
Al-Kâfî, jil. 2, hal. 125, hadis 3.

163
bertanya, “Untuk apa engkau datang ke sini?” Orang itu menjawab, “Aku datang

mengunjunginya semata-mata karena Allah Swt.” Kemudian malaikat itu berkata,

“Aku adalah utusan Allah kepadamu. Tuhanmu menyampaikan salam untukmu dan

berkata, ‘Sesungguhnya engkau sedang mengunjungi-Ku dan bersekutu dengan-Ku.

Sungguh, Aku telah wajibkan surga untukmu, Aku telah bebaskan engkau dari murka-

Ku, dan Aku telah lindungi Engkau dari neraka.’” 174

Artinya, menemui seorang mukmin karena Allah sama dengan menemui Allah Swt.

Itu terjadi jika dalam kunjungan tersebut tidak ada maksud-maksud duniawi,

melainkan semata-mata karena kecintaan kepada Allah Swt. Sangat banyak riwayat

ah
yang mengatakan bahwa menemui seorang mukmin karena Allah adalah sama dengan

i
menemui Allah Swt. Sebagaimana Allah Swt dapat memuaskan kita, maka seorang
Sy
mukmin yang merupakan wakil dari-Nya dan pancaran cahaya-Nya juga dapat

memuaskan kita.
a
k

Kelezatan Menemui Seorang Mukmin


a

Semua makhluk di dunia mengkonsumsi makanan tertentu. Sebagian memakan


st

rumput, memakan daging, memakan biji-bijian, dan seterusnya. Masing-masing


u

mempunyai makanan khusus. Para kekasih Allah pun mempunyai makanan khusus di
P

dunia. Makanan mereka ialah kelezatan yang diperoleh dengan bertemu orang-orang

saleh. Jika mereka melihat seorang saleh, manusia beriman, mereka menyukainya dan

merasa bahagia berada di dekatnya.

Suatu hari Agha Ismail Dulabi pernah bercanda dengan mengatakan, “Jangan dekat-

dekat, kami ini pemakan manusia.” Maksudnya, jika bertemu dengan orang saleh

maka dia akan “memakannya”. Para nabi dan para wali Allah akan “memakan” setiap

orang saleh. Yang menarik dari maksud pernyataan itu ialah, karena mereka memakan

174
Wasâ’il asy-Syî`ah, jil. 10, hal. 457, hadis 19865.

164
hingga tidak menyisakannya. Yakni mereka menjadikan orang-orang saleh sebagai

bagian dari wujud mereka.

Para pecinta dunia tidak bisa memakan jenis makanan ini. Bahkan memahaminya pun

tidak. Mereka justru tidak menyukainya. Jika kita mengajak mereka, “Ayo kita pergi

menemui seorang mukmin dan wali Allah”. Mereka akan berkata, “Ada uang atau

tidak di sana? Ada kedudukan atau tidak di sana?” Para pecinta dunia tidak dapat

memakan jenis makanan ruhani.

Menolak Selain Allah

Tidak ada yang sesuai dengan selera para pecinta dunia selain kekayaan duniawi.

ah
Mereka tidak mengerti bagaimana berbuat untuk Allah Swt. Allah Swt menyatakan

i
tentang Ibrahim as, Dia tidak termasuk orang-orang musyrik (QS. An-Nahl: 120).
Sy
Mungkin saja banyak yang mengatakan bahwa pernyataan di atas bukan sesuatu yang

istimewa. Allah Swt memuji Nabi Ibrahim as bahwa ia bukan termasuk orang
a
k

musyrik. Sebagian muslimin, misalnya, merasa bahwa dirinya sama sekali tidak
a

menyekutukan Allah Swt. Padahal, apabila kita berusaha merenung sekali lagi, kita
st

akan mendapatkan bahwa tidak menjadi orang musyrik adalah sesuatu yang sangat
u

sulit.
P

Jika kita menghadapi sedikit masalah saja, kita sanggup mengeluarkan seluruh uang

yang kita miliki. Maka perhatikanlah sang Khalilullah as. Nabi Ibrahim as

dilemparkan ke dalam api yang dapat membuat siapa saja menjadi abu di dalamnya.

Malaikat air dan malaikat angin datang untuk membantunya, tetapi Nabi Ibrahim as

menolaknya. Bahkan Malaikat Jibril, yang disebut Allah Swt di dalam Al-Quran¸

Yang memiliki kekuatan, memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) Pemilik `Arsy, yang

di sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya (QS. At-Takwir: 20-21), datang

165
menemui al-Khalil dan berkata, “Hai Ibrahim, apakah engkau memerlukanku?

Apakah engkau ingin aku melakukan sesuatu untukmu?”

Nabi Ibrahim as menjawab, “Tidak. Aku tidak memerlukanmu.”

Ini merupakan bentuk reaksi yang ditunjukkan insan yang telah merasakan kelezatan

tauhid, kelezatan cinta Ilahi, yang telah menjadi sahabat Allah Swt. Dia menolak

semua orang bahkan Malaikat Jibril sekali pun dengan berkata, “Aku tidak

memerlukanmu.” Karena itulah Allah Swt memuji bahwa Ibrahim bukan seorang

musyrik. Yaitu tidak bersandar kepada selain Allah Swt.

Daya-tarik Ruhani Rasulullah saw

ah
Wujud Rasulullah saw sedemikian memukau dan memiliki daya tarik kuat sehingga

i
siapa saja bisa tertarik kepadanya. Dalam sejarah diceritakan ada seorang pemuda
Sy
yang bangkit menentang Rasulullah saw. Namun ketika dia datang ke Makkah dan

melihat Rasulullah saw, jiwanya tertawan oleh daya tarik itu dan berbalik
a
k

mencintainya. Bahkan ayah-ibunya yang datang untuk membawanya pulang pun


a

ditolaknya.
st

Daya tarik ruhani Rasulullah-lah yang membuat Bilal dan yang lainnya menjadi
u

sahabat yang rela berkorban. Apa sebenarnya yang disaksikan Bilal para Rasulullah
P

saw sehingga dia sanggup menahan batu-batu panas yang diletakkan di dadanya dan

tidak mau berpaling dari kata “Ahad” (tidak ada tuhan selain Allah)? Bilal telah

dipuaskan dengan cinta Rasulullah saw. Kelezatan yang telah diterimanya dari wujud

Rasulullah saw itulah yang membuatnya mampu bertahan dari segala macam siksaan

berat. Ini suatu perkara yang mustahil terjadi pada ahli dunia dan tidak berada dalam

pelukan cinta Rasulullah. Bagi ahli dunia, bahkan jika hanya ditusuk jarum sedikit

saja, dia akan melepaskan semua (keyakinan)nya.

166
Cinta seperti itu sedemikian perkasa sehingga bukan hanya membuat berbagai siksaan

tak mampu menghalangi, tetapi bahkan seluruh siksaan itu dirasakan sebagai sebuah

kenikmatan. Barangkali karena pautan cinta itulah kita memahami tindakan yang

dilakukan Abis pada hari Asyura. Dia membuka topi perang dan melepas baju perisai

dari tubuhnya, lalu maju menyongsong musuh. Ini seolah-olah kurang sejalan dengan

kaidah akal dan agama, mengingat Abis berada di hadapan pedang dan tombak

musuh. Mengapa ia justru membuka baju perangnya dan maju ke tengah arena

pertempuran. Inilah kekuatan cinta, yang memberikan kenikmatan baginya saat

merasakan sabetan pedang dan tusukan tombak ke tubuhnya. Daya tarik Rasulullah

ah
saw membawa seseorang pada permohonan kepada Allah Swt, agar dia diberi

i
kesempatan dan kemampuan merasakan kelezatan cinta-Nya.
Sy
Permintaan Cinta

Dalam bacaan Munajat Para Pecinta dilantunkan, “Wahai Harapan kalbu para
a
k

perindu, wahai Tujuan akhir para pecinta, aku memohon cinta-Mu, cinta orang yang
a

mencintai-Mu, dan kecintaan kepada setiap amal yang akan membawaku ke dekat-
st

Mu.”
u

Penggalan munajat ini mengarahkan pendoa pada beberapa permohonan: Pertama,


P

aku memohon cinta-Mu. Sekiranya aku diberi seujung jarum saja dari cinta-Mu, maka

itu sama dengan aku diberi segalanya. Cinta Allah adalah sebuah eliksir yang paling

agung. Kedua, aku memohon cinta orang yang mencintai-Mu. Ini juga sesuatu yang

paling berarti. Ketiga, memohon cinta setiap amal yang membawaku ke dekat-Mu.

Dalam munajat ini kita tidak memohon amal tetapi memohon cinta kepada setiap

amal perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. Kita berseru, “Ya Allah,

berilah kami cinta kepada shalat, cinta kepada puasa, dan cinta kepada Al-Quran.”

Karena, apabila kita mencintai Al-Quran maka hakikat Al-Quran akan masuk ke

167
dalam hati. Sebaliknya, jika tidak mencintai Al-Quran, atau membaca Al-Quran hanya

karena terpaksa, maka kita tidak akan memperoleh maksud dan manfaatnya.

Orang-orang yang membaca atau menghapal Al-Quran karena dipaksa ayah-ibunya

atau dipaksa orang lain, maka Al-Quran tidak akan berbekas pada dirinya. Seseorang

harus mencintai Al-Quran dan mencintai amal saleh. Karena segala yang dicintai akan

menetap dalam diri. Jika seseorang mencintai sebuah pekerjaan, secara otomatis dia

akan melakukan pekerjaan itu dengan penuh cinta. Tidak penting apakah pekerjaan itu

sedikit atau banyak. Mengerjakan shalat tidak begitu penting, yang lebih penting ialah

mencintai shalat. Rasulullah saw bersabda, “Cinta dasar perbuatanku.” Maksudnya,

ah
kami membangun segala sesuatu di atas dasar cinta.

i
Sebagaimana termaktub dalam riwayat, bagaimana pohon kering menjerit karena
Sy
berpisah dengan Rasulullah saw? Pohon kering juga menginginkan cinta. Binatang

pun membutuhkan cinta. Begitu pula kisah tentang apa yang dilakukan unta Imam Ali
a
k

as-Sajjad as setelah beliau mati syahid? Si unta membentur-benturkan kepalanya ke


a

atas kuburan Imam hingga mati. Sungguh mengagumkan!


st

Rasulullah saw datang ke sisi Gunung Uhud lalu beliau bersabda, “Ini Gunung Uhud.
u

Gunung yang mencintai kami dan kami mencintainya.” 175


P

Seluruh makhluk di alam ini mempunyai cinta. Batu kerikil pun memilikinya. Dasar

alam ini adalah cinta. Agama Rasulullah saw pun berdiri di atas dasar cinta.

Berbaik Sangka kepada Takdir

Watak dan perilaku berbaik sangka adalah salah satu dari perilaku Rasulullah saw.

Setiap orang seharusnya memiliki pandangan positif kepada Allah Swt, alam dan

perbuatannya. Saat Musa as lahir, sang ibu meletakkannya ke dalam peti lalu

menghanyutkannya ke Sungai Nil. Asiah dan suaminya, Fir`aun, sedang duduk di

175
Safînah al-Bihâr, jil. 1, hal. 52.

168
pinggir sungai. Mereka melihat kotak yang terbawa air sungai. Mereka

memerintahkan kotak itu diambil. Saat kotak dibuka mereka melihat bayi laki-laki

yang tampan dan lucu. Asiah yang tidak punya anak, sangat menyukai bayi itu. Dia

berkata kepada Fir`aun: “...aku tidak punya anak. Biar kita jadikan anak ini sebagai

anak kita, “yang akan menjadi buah hati kita” (QS. Al-Qashash: 9). 176

Asiah berbaik sangka dan menunjukkan pengharapan, sehingga itu menjadi sebab

bagi kebahagiaannya. Namun Fir`aun berburuk sangka. Dia berkata, “Aku curiga dia

akan menjadi pembunuhku.”

Dalam hadis dikatakan: Asiah berbaik sangka maka dia pun memperoleh sesuatu yang

ah
sesuai persangkaannya. Sebaliknya Fir`aun berburuk sangka dan dia pun memperoleh

i
yang sesuai dengan persangkaannya. Maka, Nabi Musa as pun menjadi penyebab bagi
Sy
Asiah memperoleh hidayah dan kebahagiaan. Sedemikian tinggi derajat yang

digapainya hingga dia akan berada di surga tertinggi sebagai salah satu pendamping
a
k

Rasulullah saw. Dia berada satu derajat dengan Sayidah Khadijah ra. Sedangkan bagi
a

Fir`aun yang berburuk sangka, Nabi Musa as menjadi penyebab kehancurannya.


st

Mewujudkan Perdamaian di antara Makhluk dengan Allah


u

Nabi kita, Muhammad saw, adalah perwujudan cinta. Sungguh indah jika seorang
P

datang membangun mahligai cinta dan menjadi perantara cinta antara makhluk

dengan Tuhannya. Sedapat mungkin cobalah kita menciptakan perdamaian di antara

Allah dengan makhluk-Nya. Karena inilah yang dilakukan para Nabi dan para Imam.

Rasulullah saw adalah perwujudan sempurna sifat terpuji ini. Beliau selalu

memohonkan ampunan bagi orang-orang yang berdosa di hadapan Allah Swt. Beliau

berkata, “Ya Allah, berilah mereka petunjuk, karena mereka tidak tahu.” 177

176
Bihâr al-Anwâr, jil. 13, hal. 16, hadis 1.
177
Safînah al-Bihâr, jil. 2, hal. 681.

169
Siapa yang dimaksud kaum Rasulullah saw dalam doanya, “Ya Allah, berilah mereka

petunjuk...” itu; apakah Abu Dzar dan Salman? Jawabnya, “Bukan.” Tapi, mereka

adalah orang-orang munafik dan orang-orang kafir; mereka adalah orang-orang

seperti Abu Sufyan, mereka yang memerangi Rasulullah saw, orang-orang yang telah

melukai kening Rasulullah saw. Bukan hanya tidak melaknat mereka, bahkan

Rasulullah saw berdoa untuk mereka supaya diberi petunjuk. Rasulullah saw

mengatakan, “karena mereka tidak tahu.”

Allah Swt sangat senang dengan perbuatan tersebut. Allah Swt senang melihat

seorang hamba yang membawa makhluk ke hadapan-Nya lalu memohonkan ampunan

ah
untuk mereka. Setiap orang selayaknya mengasihi makhluk Allah dan menginginkan

i
kebaikan untuk mereka. Ini akan menjadi jalan kesempurnaan baginya.
Sy
Berbagai Jalan untuk Memberi Ampunan

Salah satu kebiasaan Rasulullah saw sebagai berikut. Apabila seseorang membaca
a
k

sebuah ayat Al-Quran di hadapan Rasulullah saw, maka beliau akan membacakan
a

ayat sesudahnya. Ini menggambarkan adanya hubungan antarayat. Sebagai contoh,


st

jika seseorang membaca Ar-Rahmân maka Rasulullah saw akan membacakan ayat
u

berikutnya, `Allamal Qur’ân.


P

Kalangan sejarawan mengisahkan: Ada seorang penduduk Madinah melakukan satu

tindak kejahatan kemudian melarikan diri. Keluarlah putusan agar dia ditangkap dan

dikenai hukuman. Selama beberapa waktu orang itu bersembunyi. Dia takut dijatuhi

hukuman yang telah ditetapkan atasnya, sementara hidup sembunyi-sembunyi juga

menjadi neraka baginya, dia selalu diliputi rasa sedih dan ketakutan. Dia berpikir

bagaimana caranya supaya bisa keluar dari keadaan itu.

Dia berpikir dia harus mendatangi Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as supaya

memperoleh jalan keluar yang baik. Karena Rasulullah saw telah bersabda, “Aku

170
adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Siapa yang ingin memasuki kota maka dia

harus masuk dari pintunya.” 178

Orang ini tahu betul pintu masuk menemui Rasulullah saw. Maka dia pun mendatangi

Amirul Mukminin as dan menceritakan masalah yang dihadapinya, kemudian

meminta jalan keluar. Amirul Mukminin Ali as berkata, “Datanglah ke hadapan

Rasulullah saw dan bacakan di hadapannya ayat ini, Demi Allah, sungguh Allah telah

melebihkan engkau di atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang

bersalah (berdosa) (QS. Yusuf: 91).

Dalam kitab-kitab tafsir, ayat ini adalah perkataan saudara-saudara Yusuf kepada

ah
Yusuf as. Orang itu pun mendatangi Rasulullah saw dan membacakan ayat tersebut di

i
hadapan Rasulullah saw. Sebagaimana biasanya Rasulullah saw pun membacakan
Sy
ayat berikutnya, “...Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap

kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni kalian. Dan Dia Maha Penyayang di


a
k

antara para penyayang.” (QS. Yusuf: 92).


a

Sungguh itu jalan indah yang diberikan Amirul Mukminin as supaya orang yang
st

berdosa itu memperoleh keselamatan. Makna ayat yang dibacakan Rasulullah saw
u

sebagai jawaban kepada orang berdosa itu ialah, “Sekarang, pergilah. Tidak ada lagi
P

hukuman untukmu.”

Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Allah Swt telah menciptakan seratus akal. Kemudian

Allah memberikan sembilan puluh sembilan akal kepada Muhammad, sementara satu

akal lagi Allah bagikan di antara seluruh makhluk.” 179

Satu hadis ini cukup menunjukkan keagungan dan keutamaan Rasulullah saw; bahwa

hanya satu persen akal yang dibagikan Allah untuk seluruh makhluknya. Dalam

riwayat lain bahkan disebutkan Rasulullah saw juga masih mempunyai bagian dari

178
Ta’wîl al-Ayât, hal. 225.
179
Bihâr al-Anwâr, jil. 1, hal. 97, hadis 6.

171
satu bagian akal itu. Dengan begitu, akal Rasulullah saw sembilan puluh sembilan

persen kali lipat dibanding akal seluruh makhluk.

Berkenaan dengan hadis ini salah seorang ulama berkata, “Sembilan puluh sembilan

akal yang diberikan Allah Swt kepada Rasulullah saw juga diberikan kepada Amirul

Mukminin as, karena Amirul Mukminin Ali as adalah diri Rasulullah saw. Sembilan

puluh sembilan bagian akal itu juga tentu diberikan kepada para imam, karena mereka

adalah perwujudan perintah Allah Swt. Hakikat Rasulullah saw ialah keberadaan dan

kepemimpinan Amirul Mukminin as. Rasulullah saw bersabda, “Kami sesungguhnya

satu cahaya, lalu menjadi dua.” Dengan begitu, apa yang diberikan Allah kepada

ah
Rasulullah saw ialah Amirul Mukminin as.

i
Kesimpulan ini sesuai dengan hadis-hadis yang ada di kalangan kita. Dengan berbagai
Sy
cara kita harus menyelamatkan hamba-hamba Allah. Allah Swt menyukai cara-cara

ini dan bahkan mengajarkannya.


a
k

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa pada masa Rasulullah saw ada seseorang
a

yang melakukan tindak kejahatan, kemudian dia menyembunyikan diri. Suatu hari
st

orang itu melihat Imam Hasan dan Imam Husain (salam atas mereka) sedang bermain.
u

Kemudian dia menggendong keduanya di atas pundaknya lalu menemui Rasulullah


P

saw dengan berkata, “Wahai Rasulullah, aku meminta perlindungan kepada Allah dan

kepada kedua anakmu ini.”

Melihat itu Rasulullah saw tertawa sambil menaruh telapak tangannya di mulutnya

seraya berkata, “Engkau bebas.” Dan kepada Hasan dan Husain Rasulullah saw

berkata, “Aku menerima syafaat kalian terhadap orang ini. 180

Daya Tarik Sempurna

180
Bihâr al-Anwar, jil. 43, hal. 318, hadis 2.

172
Nabi Muhammad saw adalah perwujudan cinta, rahmat dan daya tarik sempurna.

Daya tolaknya adalah juga daya tariknya. Rasulullah saw sungguh tidak ingin seorang

pun dimasukkan ke dalam neraka Jahannam. Beliau saw ingin membawa semua orang

ke dalam surga. Allah Swt berfirman, (Dia) sangat menginginkan (keimanan dan

keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang beriman (QS.

At-Taubah: 128).

Rasulullah saw sangat menginginkan seluruh makhluk mendapat petunjuk. Beliau

tidak ingin mereka kafir dan munafik. Rasulullah saw ingin menarik semuanya, dan

meletakkan orang-orang beriman di bawah perlindungannya, dan beliau juga ingin

ah
menyelamatkan orang-orang kafir.

i
Pada zaman dahulu, salah satu jenis pencurian ialah pencurian kain kafan. Yang
Sy
mereka lakukan ialah menggali kuburan orang yang baru saja meninggal dunia lalu

mengambil kain kafannya. Inilah pekerjaan Bahlul Nabosy. Setelah sekian lama dia
a
k

mencuri kain kafan, suatu hari dia datang kepada Rasulullah saw dalam keadaan sedih
a

dan menangis.
st

Rasulullah saw bertanya, “Kenapa engkau begitu sedih?” Bahlul menjawab, “Aku
u

telah melakukan dosa yang sangat besar.”


P

Rasulullah saw bertanya lagi, “Apa dosamu?” Bahlul menjawab, “Dosaku sangat

besar.” Rasulullah saw bertanya, “Mana yang lebih besar, dosamu atau Allah?”

Bahlul menjawab, “Tentu Allah jauh lebih besar. Dia dapat mengampuni dosaku.”

“Lantas kenapa engkau begitu amat sedih?” tanya Rasulullah kembali.

Bahlul menceritakan apa yang telah terjadi: Suatu hari ada seorang gadis muda dari

kalangan Anshar meninggal dunia. Malam harinya aku menggali kuburannya dan

mengambil kain kafannya. Saat aku melucuti kain kafannya aku dapat melihat

173
tubuhnya di bawah sinar bulan purnama, lalu aku melakukan apa yang seharusnya

tidak aku lakukan.”

Saat mendengar cerita ini Rasulullah saw sangat marah. Kemudian berkata, “Cepat

engkau pergi. Aku takut siksa segera turun hingga mengenaiku.”

Bahlul menjatuhkan kepalanya ke padang pasir. Jika Rasulullah saw saja menolaknya

lantas apa yang dapat diperbuatnya. Kemudian dia merantai dirinya di tengah padang

pasir dan mulai menangis. Dia menangis begitu lama hingga akhirnya Allah Swt

menurunkan ayat, Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji

atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas

ah
dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan

i
mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. Balasan
Sy
bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di

bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala


a
k

bagi orang-orang yang beramal (QS. At-Taubah: 128-129).


a

Setelah ayat ini turun Rasulullah saw datang menemuinya. Nabi saw melepas rantai
st

yang membelit tubuhnya dan memberi kabar gembira bahwa dosanya telah diampuni.
u

Kenapa Rasulullah saw menolaknya? Apakah Rasulullah saw ingin memasukkannya


P

ke dalam neraka Jahannam atau ke dalam surga? Dengan satu tangan Rasulullah saw

menyuruhnya pergi lalu dengan satu tangan lainnya Rasulullah saw mengajaknya

kembali. Begitu dalam rasa penyesalan si Bahlul. Dengan begitu, daya tolak

Rasulullah saw adalah daya tariknya juga. Karena Rasulullah saw telah mendorong

Bahlul menuju rahmat dan ampunan Allah Swt.

Luasnya Rahmat Allah pada Hari Kiamat

Rasulullah saw bersabda, “Allah Swt menciptakan seratus rahmat. Kemudian Allah

menampakkan satu rahmat dari seratus rahmat itu kepada seluruh makhluk di dunia.

174
Dengan satu rahmat itulah ayah dan ibu mencintai anaknya, suami-istri saling

mencintai pasangannya, binatang mencintai anaknya, dan seluruh makhluk saling

mengasihi satu sama lain. Semua itu berasal dari satu rahmat. Adapun sembilan puluh

sembilan rahmat yang lain akan tampakkan pada hari kiamat.” 181

Allah Swt berfirman, Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia,

sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai (QS. Ar-Rum: 7).

Akhirat adalah batin kehidupan alam dunia. Pada malam mikrajnya Rasulullah

melihat kiamat, surga, dan neraka. Karena itu, sekarang kiamat pun “sudah ada”. Jika

kini seseorang dapat menemukan jalan untuk dapat melihat kiamat, maka dia akan

ah
dapat melihat sembilan puluh sembilan rahmat Allah lainnya. Hanya satu bagian

i
rahmat yang diperlihatkan kepada manusia kini, sedangkan sembilan puluh sembilan
Sy
yang lain diperlihatkan dalam kiamat. Karena itu, hari kiamat akan dipenuhi dengan

rahmat Allah, hingga kita tidak tahu apakah masih ada orang yang tidak terkena
a
k

rahmat-Nya.
a

Rasulullah saw bersabda, “Pada saat kiamat Allah Swt akan menyebarkan rahmat-Nya
st

hingga Iblis pun berharap memperoleh rahmat-Nya.” 182 []


u
P

-11-

Tanamlah pohon cinta yang mendatangkan kesenangan hati, dan cabutlah pohon

permusuhan yang mendatangkan kesengsaraan tidak terhitung (Hafiz).

Perwujudan Cinta Paling Sempurna

Menghidupkan cinta dan kasih sayang merupakan salah satu sunah Rasulullah saw

yang paling mendasar. Banyak hadis yang menjelaskan tentang makhluk pertama

181
Rawdhah ath-Thâlibîn, jil. 2, hal. 502.
182
Bihâr al-Anwâr, jil. 7, hal. 286, hadis 1.

175
yang diciptakan Allah Swt. Dalam salah satu hadis ini Rasulullah saw bersabda,

“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah cinta.”

Hadis-hadis yang mengatakan “yang pertama Allah ciptakan…..” bermacam-macam.

Namun semuanya menunjuk kepada satu hakikat yaitu wujud Rasulullah saw, yang

merupakan tujuan dari diciptakannya sekalian alam. Jika Rasulullah saw tidak ada

maka bumi, langit, `Arsy, Kursi, para nabi yang lain dan para imam tidak akan ada.

Rasulullah saw merupakan perwujudan akal paling sempurna, perwujudan ruh paling

sempurna, perwujudan cahaya paling sempurna, dan perwujudan cinta yang paling

sempurna.

ah
Rasulullah saw bersabda:

“Yang pertama Allah ciptakan adalah akal.”


i
Sy
“Yang pertama Allah ciptakan adalah ruhku.”

“Yang pertama Allah ciptakan adalah cahaya.”


a
k

“Yang pertama Allah ciptakan adalah cinta.”


a

Karena itu, dasar penciptaan alam ini adalah cinta, dan tujuan penciptaan alam ini pun
st

adalah cinta. Seluruh makhluk diciptakan karena cinta. Tujuan Allah menciptakan
u

alam semesta adalah cinta dan rahmat. Artinya, Allah Swt menciptakan seluruh alam
P

karena cinta, dan menarik seluruhnya ke arah cinta. Sungguh, ini sebuah kabar

gembira yang sangat besar.

Bertemu dengan Allah

Manusia selalu tergesa-gesa. Dia ingin segera menyingkap atau melihat sesuatu. Allah

Swt berfirman, Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak Aku akan

perlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu meminta

Aku menyegerakannya (QS. Al-Anbiya: 37).

176
Pada akhirnya Allah Swt akan memperlihatkan Diri-Nya kepada manusia. Bahkan,

jika Allah tidak memperlihatkan Diri-Nya kepada manusia maka hujjah (bukti) belum

sempurna. Allah Swt menyatakan bahwa ‘Kami menciptakan kalian supaya Kami

memperkenalkan Diri Kami kepada kalian, supaya Kami memperlihatkan Diri Kami

kepada semua. Jika mereka menerima untuk masuk surga dan menolak dimasukkan

neraka, Allah Swt berfirman, Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda

(kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah

bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar (QS. Fushshilat: 53).

Janji Al-Quran itu pasti. Allah Swt telah menciptakan alam ini untuk cinta dan

ah
rahmat. Dia ingin menunjukkan Diri-Nya kepada semua makhluk. Almarhum

i
Allamah Thabathabai berkata, “Semua akan bertemu dengan Allah Swt, Kepada-Nya
Sy
kalian semua akan kembali (QS. Yunus: 4). Namun orang-orang kafir dan munafik

menolaknya, dan penolakan itu menjadi siksa bagi mereka.”


a
k

Kita dapat melihat seorang anak kecil. Kadang-kadang, ketika ayah atau ibunya ingin
a

menggendongnya, si anak lari menghindar hingga terjatuh. Namun pada akhirnya si


st

orang tua tetap menggendongnya, mendekapnya dan menghiburnya. Dia lari karena
u

ketidaktahuannya. Tidak tahu bahwa dia tidak punya kemampuan lari dari ayah dan
P

ibunya. Begitu juga dengan kita. Allah Swt hendak menggendong kita namun kita lari

dari-Nya, padahal kita tidak punya kemampuan sama sekali di hadapan-Nya. Semua

kemampuan adalah milik-Nya. Manakala kita tidak menerima hal ini, maka itu

menjadi siksa yang menyakitkan. Allah Swt ingin mengajak manusia kepada jamuan-

Nya namun dia sendiri yang menolaknya.

Surga Ridha

Haji Agha Dulabi (semoga Allah merahmatinya) memberikan perumpamaan yang

bagus berikut ini: Dua orang petugas datang ke rumah seseorang dan hendak

177
membawanya. Namun orang itu keras kepala dan berperangai buruk. Dia tidak mau

menyerah. Tidak mau membuka pintu rumahnya. Akhirnya, kedua petugas itu

terpaksa masuk ke rumah orang itu dengan memanjat tembok.

Setelah berada di dalam rumah, dua petugas itu berkata kepada orang itu, “Kenakan

pakaianmu. Ayo kita berangkat.”

Orang itu menjawab, “Saya tidak mau mengenakan pakaian.”

Kedua petugas itu berkata lagi, “Mari kita berangkat.” Tapi dia menjawab, “Saya

tidak mau pergi.”

Akhirnya kedua petugas itu dengan paksa menyeretnya, namun orang itu tetap tidak

ah
mau menyerah dan tidak mau membukakan pintu, hingga kedua petugas itu kesal dan

i
mulai menyiksanya, lalu membawanya dengan paksa dalam keadaan telanjang.
Sy
Orang yang dibawa dengan paksa kalau pun dia dibawa ke taman bunga maka

baginya itu sebuah siksa. Apalagi jika dia dibawa untuk disiksa dan dimasukkan ke
a
k

dalam penjara.
a

Dua petugas lainnya datang ke rumah orang yang lain. Mereka mengetuk pintunya.
st

Orang itu membukakannya. Petugas berkata, “Mari kita berangkat.” Orang itu
u

menjawab, “Baik. Saya menyerah.” Kemudian dia memakai bajunya lalu petugas
P

membawanya dengan hormat. Karena dia menerima dan mau dibawa. Kalau pun dia

dibawa ke penjara, maka baginya penjara itu laksana taman bunga.

Di mana saja kita merasa rela maka tempat itu akan menjadi taman bunga bagi kita.

Saat kita rela dan menerima, maka tempat yang kita tempati menjadi tempat yang

menyenangkan. Karena itu, kerelaan dan penerimaan kita adalah sesuatu yang sangat

berharga.

Sebuah syair mengatakan,

Di mana saja engkau bersamaku aku merasa bahagia,

178
meski tempatku berada di dasar sumur

Artinya, “Selama Allah Swt bersamaku bawalah aku ke mana saja yang Engkau

kehendaki.”

Di dalam doanya, Amirul Mukminin Ali as memohon, “Ya Allah, sekiranya Engkau

masukkan aku ke dalam neraka-Mu, aku tidak akan mengatakan itu neraka tetapi aku

akan mengatakan itu surgaku, karena sesungguhnya ridha-Mu adalah surgaku.”

Dengan kata lain, di mana saja tidak ada ridha-Mu meski itu taman bunga, maka itu

neraka bagiku. Karena keridhaan-Mu itu kebahagiaanku dan yang paling berarti

bagiku.

ah
Setiap orang sesungguhnya memiliki kesempatan untuk merasakan surga mulai dari

i
dunia ini. Yakni, jika saja dia ridha dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt. Apabila
Sy
kita tunduk dan menerima ketetapan dan kehendak Allah Swt, maka surga kita sudah

dimulai.
a
k

Salah seorang teman bercerita, “Kami pulang dari Hamadan dengan beberapa orang
a

teman. Di tengah jalan mobil kami tergelincir, akhirnya mobil kami terlempar ke luar
st

jalan dan kami semua terbentur tak karuan. Semua terluka. Kondisi kami cukup
u

menyedihkan dan kami diliputi kekalutan saat itu.”


P

Teman itu meneruskan ceritanya, “Kebetulan saya membawa Diwan Hafiz. * Di saat

kalut itu saya mengambil Diwan Hafiz, dan berpikiran positif terhadap kejadian kami

alami. Saat membuka halamannya saya menemukan bait syair yang berbunyi,

“Beradalah di maqam ridha dan jangan lari dari qadha.” Artinya, apa saja yang

menimpamu biarlah dia menimpa. Engkau tidak akan bisa melawan qadha. Engkau

harus ridha dan menyingkirkan kabut dari penglihatan supaya bunga yang ada di

hatimu dapat merekah.

*
Kumpulan syair dari Hafiz. Masyarakat tradisional Iran sering menggunakan syair-syair Hafiz dalam
Diwan, selain memakai ayat-ayat Al-Quran, untuk melakukan istikharah—peny.

179
Teman Berbincang

Allah Swt bertanya kepada Musa, “Apa yang ada di tangan kananmu, hai Musa?”

(QS. Thaha: 17).

Sebenarnya Nabi Musa as dapat menjawab dengan singkat bahwa itu tongkat. Tetapi

mengapa Musa as sedemikian banyak berbicara? Sebab, dia mencari kesempatan

untuk bisa berbincang-bincang dengan Sang Kekasih Sejati.

Jika manusia tidak menyukai seseorang, maka mulutnya diam. Jika kita datang ke

suatu pertemuan yang tidak kita suka, biasanya kita tidak tahu apa yang harus

dibicarakan. Berbincang di pertemuan itu adalah sesuatu yang sukar dan

ah
menggelisahkan kita. Sebuah bait syair berkata, “Berbicara dengan orang yang tidak

i
sejalan, sungguh sebuah siksa yang pedih bagi jiwa.”
Sy
Namun jika di pertemuan itu ada teman yang kita sukai maka dengan mudah mulut

kita terbuka. Kita dapat berbincang dengannya dari malam hingga pagi. Jika ingin
a
k

menyiksa seseorang letakkan saja orang yang tidak sejalan di sampingnya. Pasti dia
a

akan tersiksa.
st

Ada sebuah cerita: 183 Anusyirwan sangat marah kepada menterinya yang bernama
u

Buzurg-e Mehr. Anusyirwan memasukkannya ke dalam penjara. Setelah berlalu


P

beberapa waktu, dia mengirim petugas untuk melihat bagaimana keadaan si menteri

itu. Petugas melihat dia dalam keadaan baik, karena dia menerima apa yang telah

ditetapkan.

Petugas itu bertanya, “Bagaimana keadaanmu?” Buzurg-e Mehr menjawab, “Aku

punya beberapa resep yang membuatku bahagia: Pertama, aku harus sabar di hadapan

qadha dan qadar Allah. Jika tidak sabar, apa yang dapat aku lakukan? Kedua, dari

tiang ini hingga tiang itu semua berisi kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan

183
Safînah al-Bihâr, jil. 5, hal. 25.

180
ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 6). Ketiga, masih ada orang yang bernasib lebih

buruk dariku. Banyak orang yang telah ditetapkan baginya hukuman mati namun

tidak bagiku. Dengan keadaan ini aku merasa bahagia.”

Akhirnya petugas itu pergi menemui Anusyirwan dan mengabarkan bahwa Buzurg-e

Mehr dalam keadaan bahagia dengan keyakinannya yang bijak.

Anusyirwan bertanya, “Apa yang harus aku lakukan supaya penjara baginya menjadi

penderitaan?” Kebetulan ada seorang pintar dari pembantunya di sana. Dia berkata,

“Kirimlah orang bodoh untuk tinggal bersamanya. Pasti itu akan menjadi siksa yang

amat menyakitkan baginya.”

ah
Maka Anusyirwan pun mengirim orang bodoh untuk tinggal satu penjara bersama

i
Buzurg-e Mehr. Orang bodoh itu begitu banyak bicara dan mengajukan pertanyaan-
Sy
pertanyaan bodoh hingga Buzurg-e Mehr merasa tidak tahan dan mengirim utusan

kepada Anusyirwan yang memohon agar dia dikeluarkan dari penjara.


a
k

Nabi Musa as berkata, “Aku dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir dan
a

menghidupkan orang mati, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa terhadap orang
st

bodoh.” 184
u

Hikmah adalah Ketetapan Allah


P

Agha Dulabi berkata, “Ada beberapa yang tidak mempunyai keinginan (kepentingan):

Allah Swt, orang gila, para nabi, dan orang-orang mukmin yang tulus.”

Allah Swt menciptakan alam dengan tidak memiliki kepentingan sedikit pun. Dia

mencipta bukan untuk memperoleh keuntungan atau menghindar dari bahaya. Seluruh

perbuatan Allah Swt tidak didasari kepentingan.

Begitu juga orang gila. Jika kita masih perlu berniat, berpikir, membawa, dan

mengambil, tetapi orang gila tidak demikian. Saat musim panas dia duduk di bawah

184
Safînah al-Bihâr, jil. 2, hal. 444.

181
terik matahari sedangkan di musim dingin dia duduk di bawah guyuran salju. Dia

tidak punya pikiran, tujuan dan rencana. Tentu, di sini, sama sekali tidak ada maksud

menyamakannya dari sisi-sisi yang lain. Nabi, orang mukmin yang tulus, tentu

berbeda dengan orang gila. Tetapi yang dimaksud adalah pada letak kenyataan

tiadanya kepentingan mereka.

Allah Swt melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Dari sini kita menyimpulkan

bahwa tindakan Allah Swt didasarkan kepada hikmah. Allah Swt tidak dibatasi

hikmah. Namun seluruh hikmah ditetapkan Allah. Menurut Agha Dulabi, setiap orang

juga berada dalam ketetapan dan takaran Allah. Semua hikmah yang terlihat adalah

ah
kita sendiri yang menyatakannya. Sementara Allah Swt lebih tinggi dan lebih baik

i
dari pemahaman dan ukuran kita. Tidak ada ukuran apa pun untuk Allah Yang
Sy
Mahatinggi karena ukuran hanya cocok untuk makhluk. Allah Swt sama sekali tidak

cocok dengan ukuran apa pun yang dibuat makhluk. Dia adalah ketidakterbatasan,
a
k

ketidakterukuran. Setiap yang mempunyai ukuran dan batas adalah makhluk. Dia
a

berada di luar batasan pikiran, imajinasi dan bahkan ukuran apa pun yang sanggup
st

dibuat oleh manusia.


u

“Duhai Zat Yang lebih tinggi dari imajinasi, perumpamaan dan sangkaan, lebih tinggi
P

dari yang mereka katakan, yang kita dengar, dan kita baca.”

Orang-orang yang tidak memiliki keinginan (atau kepentingan) seperti Allah Swt,

mereka adalah yang berada dalam kecukupan. “Orang kaya” sama sekali tidak

mempunyai keinginan dan kepentingan lain, karena dia yakin Allah selalu

menjaganya. Amirul Mukminin as mengerjakan shalat di tengah medan perang

dengan khusyuk. Beliau berkata, “Ajal yang pasti cukup menjadi penjaga hidup

seseorang.” 185

185
Nahj al- Balaghah, hikmah 306.

182
Artinya, selama umur belum berakhir maka tidak akan ada kejadian yang akan

membinasakannya dan dia masih berada dalam penjagaan Allah Swt. Namun

membahas topik ini termasuk usaha yang cukup berat. Meskipun saat ini kita belum

bisa memahaminya, kita perlu menyimpannya sebagai sebuah kemungkinan.

Almarhum Ayatullah Sayid Ali Qadhi —pada saat menjelaskan beberapa masalah lalu

sebagian yang hadir menyatakan belum memahami—mengatakan, “Setelah besar

nanti Anda akan memahaminya. Tidak perlu sekarang juga dan di tempat ini Anda

memahami semuanya. Usahakanlah sedikit demi sedikit mencerna dan

menyelaminya, nanti akan mengerti!”

ah
Orang gila tidak punya keinginan atau kepentingan. Banyak juga sifat-sifat buruk

i
yang tidak mereka miliki seperti sifat suka mempermainkan kebenaran, memperdaya,
Sy
dengki, sombong, dan yang lain. Jika seluruh dunia mencela mereka, maka mereka

tidak akan malu atau sedih sedikit pun. Jika seluruh dunia memuji, mereka tidak akan
a
k

merasa gembira karenanya. Apabila sebagian orang menjadi limbung hanya karena
a

satu pujian atau ucapan terima kasih, maka orang yang tak punya keinginan tidak
st

menghiraukan semua perkataan puja-puji itu.


u

Keutamaan Diam
P

Semakin sempurna akal manusia, semakin sedikit berbicara. Amirul Mukminin Ali as

berkata, “Ketika akal seseorang sempurna maka bicaranya sedikit.” 186

Semakin tinggi akal seseorang maka dia semakin sedikit berbicara. Karena perkataan

yang matang dan pada tempatnya sangatlah sedikit. Dalam sebuah hadis dikatakan

tentang orang yang banyak diam dan didekati hikmah. Rasulullah saw bersabda, “Jika

186
Nahj al- Balaghah, hikmah 71.

183
kalian melihat seorang mukmin yang banyak diam maka dekatilah, karena hikmah

turun kepadanya.” 187

Allah Swt menyukai diam. Diam bertentangan dengan hawa nafsu. Almarhum

Ayatullah Mar`asyi juga pernah berkata, “Seperti syahwat yang lain, manusia selalu

ingin berbicara. Saat manusia menahan dirinya untuk tidak bicara maka Allah Swt

akan membantunya.”

Rasulullah saw bersabda, “Selama seorang mukmin diam, dia tetap dihitung sebagai

orang yang berbuat baik, namun saat dia berbicara maka dia akan dihitung sebagai

orang yang berbuat baik atau berbuat buruk.” 188

ah
Saat seseorang berusaha diam dalam sebuah kumpulan, maka saat itu dituliskan

i
ganjaran baginya. Namun saat dia mulai berbicara, kemungkinan besar dia termasuk
Sy
orang yang berbuat dosa dibandingkan yang berbuat baik.

Mencintai Ahli Ibadah


a
k

Allah Swt menciptakan alam karena cinta. Oleh sebab itu, seluruh amal harus
a

dilakukan atas dasar cinta. Jika sebuah amal berdasarkan cinta maka perbuatan itu
st

berpengaruh. Shalat yang dikerjakan dengan cinta pasti memberi pengaruh.


u

Abdullah bin Mas`ud berujar, “Dalam salah satu perjalanan yang kami lakukan
P

bersama Rasulullah saw, ada seorang Arab padang pasir berteriak dengan suara yang

lantang, ‘Hai Muhammad!’ Rasulullah saw menjawab, ‘Ada apa?’ Orang tersebut

memaparkan yang dilihatnya, ‘Ada seorang yang mencintai sekelompok orang tetapi

dia tidak melakukan hal-hal yang dikerjakan kelompok yang dicintainya itu.’

Rasulullah saw berkata, ‘Seseorang (selalu) bersama orang yang dicintainya.’”

Dalam riwayat lain disebutkan: “Seorang datang ke hadapan Rasulullah saw dan

berkata, ‘Aku mencintai orang yang shalat namun aku tidak shalat dan aku mencintai

187
Tuhaf al-`Uqûl, hal. 397.
188
Al-Khishâl, jil. 1, hal, hal 15.

184
orang yang berpuasa namun aku tidak berpuasa.’ Tentu ––dalam kisah ini–– yang

dimaksud adalah shalat dan puasa sunah, bukan yang wajib.

Orang tersebut hendak mengatakan, “Aku menyukai orang yang mengerjakan shalat

malam namun aku belum mampu mengerjakan shalat malam, aku menyukai orang

yang berpuasa sunah tapi aku belum mampu berpuasa sunah.” Rasulullah saw

menjawab, “Engkau bersama orang yang engkau cintai.”

Dalam masyarakat kadang-kadang ada beberapa keadaan di mana seorang merasa iri

(ghibthah) karena orang lain berkesempatan berziarah ke Karbala atau pergi ke

Makkah atau mengerjakan shalat sunah, berdoa dan berziarah. Artinya, dia menyukai

ah
mereka yang mengerjakan ibadah tersebut. Pada hakikatnya, ibadah-ibadah itu telah

i
menawan hati dan pikirannya, namun dia belum mampu mengamalkannya.
Sy
Dalam sebuah riwayat dari Imam Ja`far Shadiq as dikisahkan tentang seorang yang

tidak pernah meninggalkan shalat wajibnya tetapi belum bisa mengerjakan shalat-
a
k

shalat sunah meskipun dia menyukainya. Imam Ja`far Ash-Shadiq as berkata,


a

‘Menyukai itu sangat penting. Karena seluruh amal yang engkau sukai akan
st

dimasukkan ke dalam catatan amal perbuatanmu.’


u

Dengan kata lain, selama kita menyukai amal saleh, maka menyukai tersebut
P

dimasukkan ke dalam catatan amal perbuatan kita. Namun sebaliknya, jika seseorang

mengerjakan shalat selama lima ribu tahun tetapi tidak menyukainya maka shalat itu

tidak bernilai sama sekali baginya.

Seperti para musuh Ahlulbait yang tegak dan membungkuk mengerjakan shalat, tetapi

mereka bukan termasuk orang yang menyukai shalat. Para pembunuh para imam

maksum adalah orang yang mengerjakan shalat tetapi mereka tidak termasuk orang

yang mencintai shalat. Mencintai dan menyukai adalah sesuatu yang sangat penting.

185
Dalam untaian Munajat Para Pecinta disebutkan: “Ya Allah, berilah kepadaku cinta

kepada amal baik”, bukan berkata, “Ya Allah, berilah kami kemampuan mengerjakan

shalat malam dan puasa.”

Pohon Cinta

Orang-orang bertanya kepada Allamah Thabathaba’i: “Apa yang harus kami lakukan

supaya kecintaan kepada Allah Swt di dalam hati kami tumbuh?” Allamah menjawab,

“Bacalah Al-Quran dengan cinta, dan abaikan pahala.”

Artinya, janganlah ada pikiran jual beli dalam benak kita. Bacalah dengan penuh cinta

perkataan, surat, dan pesan Kekasih (yaitu Al-Quran). Bacalah zikir dengan penuh

ah
cinta. Bacalah doa dengan penuh cinta.

i
Saat memerhatikan Munajat Lima Belas dari Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as
Sy
niscaya akan tampak bahwa semuanya mengandung aroma cinta. Beliau berkata, “Ya

Allah, tanamkan dalam hati kami pohon cinta-Mu.” Sungguh sebuah ungkapan yang
a
k

sangat indah. Fu’âd adalah bagian hati terdalam. Hati mempunyai tujuh tingkatan.
a

Bagian hati terdalam disebut fu’âd. Kita seperti kebun, adapun penjaga dan
st

pemeliharanya adalah Allah Swt dan para wali-Nya.


u

Seorang hamba memohon kepada Allah Swt agar Dia menanamkan pohon cinta di
P

dalam hatinya (yang paling dalam): “Tanamlah pohon cinta yang mendatangkan

kesenangan hati, dan cabutlah pohon permusuhan yang mendatangkan kesengsaraan

tidak terhitung.”

Rasulullah saw bersabda, “Jika seseorang mengucapkan shalawat kepadaku dengan

penuh cinta sebanyak tiga kali di siang hari dan tiga kali di malam hari maka Allah

Swt akan menghapus dosa-dosa yang dilakukannya di siang dan malam itu.” 189 Jadi,

ingatlah! Syarat mengucapkannya ialah dengan cinta.

189
Bihâr al-Anwâr, jil. 91, hal. 70, hadis 63.

186
Seseorang yang hatinya rindu kepada Rasulullah saw atau mencintai Rasulullah saw,

atau hanya ingin menyebut nama Rasulullah saw dengan tanpa mengharapkan pahala

atau mau berdagang, maka seluruh dosanya akan terhapus oleh kecintaan itu, dan

catatan amalnya menjadi bersih.

Betapa kita mempunyai agama yang sempurna dan mudah. Rasulullah saw bersabda:

“Aku diutus membawa agama yang mudah dan toleran.” Jika pertemuan dan

kunjungan dilakukan atas dasar cinta maka ia akan sangat bermanfaat dan memberi

berkah, yakni suatu pertemuan dan kunjungan yang dilakukan tanpa kepentingan

tertentu, hanya ingin melihat sahabat.

ah
Haji Agha Dulabi berkata, “Allah Swt adalah cinta. Empat belas manusia maksum

i
adalah cinta, karena mereka perwujudan cinta Allah Swt; sebagaimana disebutkan
Sy
dalam ziarah: “Siapa yang mencintai kalian sungguh dia telah mencintai Allah.” 190

Dengan Orang Dermawan Urusan Tidak menjadi Sulit


a
k

Sebagian hadis terkait dengan orang-orang Arab Badwi, yaitu sekelompok orang Arab
a

yang tinggal di tengah padang pasir. Mereka mempunyai fitrah yang lebih bersih dari
st

kelompok Arab lainnya. Mereka kerap datang ke hadapan Rasulullah saw. Perilaku
u

dan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan sungguh menarik. Anas bin Malik
P

berkata, “Kami mencari dan mengumpulkan hadis-hadis yang semacam ini, karena

mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menarik lalu pergi.”

Dalam beberapa riwayat disebutkan tentang salah seorang dari mereka yang datang

kepada Rasulullah saw dan bertanya, “Perhitungan pada hari kiamat ada di tangan

siapa?”

Baginya, siapa yang akan memberi perhitungan pada hari kiamat itu sangat penting.

Jika perhitungan ada di tangan orang yang suka mempersulit maka masalah akan

190
“Ziarah Jamiah”, Mafâtîh al-Jinân.

187
menjadi sulit. Namun jika perhitungan ada di tangan orang dermawan maka pikiran

manusia menjadi tenang.

Rasulullah saw menjawab, “Berada di tangan Allah.”

Saat mendengar jawaban tersebut, orang Arab itu tersenyum seraya berkata, “Demi

Tuhan Ka`bah, aku selamat.” Kesedihan yang sudah sekian tahun menyelimuti

hatinya kini lenyap berganti dengan suka cita. Lalu, dia pun pergi.

Kemudian Rasulullah saw berkata, “Jika seseorang ingin melihat penghuni surga

lihatlah orang Arab ini. Orang ini ahli surga. Dia mempunyai prasangka baik.

Harapannya kepada Allah Swt begitu kuat.”

ah
Beberapa sahabat bertanya kepada orang Arab Badwi itu, “Bagaimana engkau bisa

i
begitu senang mendengar jawaban Rasulullah saw?” Dia menjawab, “Karena, orang
Sy
yang dermawan jika berkuasa dia akan memaafkan. Aku selalu bertanya-tanya siapa

yang akan menjadi penghitung? Jika dia orang seperti kita maka itu akan
a
k

memusingkan.”
a

Seorang alim rabbani berkata, “Jika Allah Swt menyerahkan perhitungan manusia
st

kepada mereka sendiri, maka mereka tentu masuk neraka. Tetapi Allah Swt Maha
u

Dermawan, yang pasti memberi ampun. Karena Dia telah memerintahkan manusia
P

untuk menjadi pemaaf, mustahil Dia tidak memaafkan”.

Allah Yang Maha Pemaaf

Al-Quran adalah kitab yang turun dan diturunkan. Doa-doa yang berasal dari para

imam as adalah Al-Quran yang naik. Yakni, doa-doa itu hakikatnya adalah jawaban

dari ayat-ayat Al-Quran. Terdapat poin-poin yang sangat indah dan menarik dalam

doa-doa yang dilantunkan para Imam as. Pada akhir Doa Abu Hamzah ats-Tsumali,

Imam Sajjad as menyampaikan tiga ungkapan:

188
“Ya Allah, sungguh Engkau telah menurunkan di dalam Kitab-Mu supaya kami

memaafkan orang yang menzalimi kami. Sungguh kami telah menzalimi diri kami,

karena itu ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau lebih layak untuk memberi ampun

dibandingkan kami.”

Imam Ali Sajjad as hendak menyatakan, “Ya Allah, Engkau telah berkata di dalam

Al-Quran, jika orang berbuat zalim kepadamu maka maafkanlah. Ya Allah,

amalkanlah ayat ini. Kami telah menzalimi diri kami, karena itu maafkanlah kami!

Apakah mungkin Allah Swt memerintahkan sesuatu tapi Dia sendiri tidak

mengamalkannya!”

ah
Adapun ungkapan kedua sebagai berikut: “Ya Allah, Engkau telah memerintahkan

i
kami supaya tidak menolak seorang peminta dari pintu rumah kami. Ya Allah, kini
Sy
aku datang ke hadapan pintu-Mu sebagai seorang peminta, maka janganlah Engkau

menolakku dan penuhilah kebutuhanku.”


a
k

Jika datang orang ke pintu rumahmu demi meminta bantuan, janganlah engkau
a

kecewakan dia. Allah Swt berfirman, Dan terhadap orang yang meminta-minta
st

janganlah engkau menghardik(nya) (QS. Adh-Dhuha: 10). Ya Allah! Inilah kami si


u

peminta-minta-Mu.
P

Para imam kita menyimpulkan semua ini dari Al-Quran, lalu mengatakannya kepada

Allah Swt. Inilah Al-Quran yang naik.

Adapun pada ungkapan ketiga, Imam Sajjad as menyatakan: “Ya Allah, Engkau telah

memerintahkan kami untuk berbuat baik kepada budak-budak kami. Kami ini adalah

budak-Mu, karena itu bebaskanlah kami dari api neraka.”

Poin-poin Penting pada Pengurusan Jenazah

Dalam kitab-kitab fikih, pada “Bab Pengurusan Jenazah” dikatakan: saat memandikan

jenazah hendaknya menyiram jenazah dengan air hangat secara perlahan-lahan,

189
karena mungkin saja ruhnya menderita. Meski ruh sudah berpisah dari tubuhnya

namun orang yang hidup harus tetap memerhatikan tubuh mayit.

Ruh seorang mukmin melihat dan memerhatikan orang-orang yang mengurus

tubuhnya. Dia melihat bagaimana mereka memandikan tubuhnya, bagaimana tubuh

diletakkan di tempat yang sempit. Karena itu, para ulama berkata, sebelum

meletakkan mayit ke dalam kubur, kita harus meletakkan mayit ke tanah sebanyak

tiga kali supaya mayit memiliki kesiapan.

Para ulama juga mengatakan bahwa apabila ada empat puluh orang mukmin memberi

kesaksikan atau menulis di kain kafannya bahwa mereka tidak melihat darinya selain

ah
kebaikan, maka Allah Swt berkata, “Aku mengabaikan keyakinan-Ku yang

i
menyebutkan dia termasuk orang yang suka berbuat dosa, dan Aku akan berbuat
Sy
sebagaimana persangkaan baik dan kesaksian yang diberikan empat puluh orang

beriman.”
a
k

Oleh karena itu, berusaha supaya ada empat puluh orang mukmin yang berprasangka
a

baik kepada kita atau setidaknya kita tidak menyakiti empat puluh orang mukmin,
st

merupakan perbuatan yang utama.


u

Dalam shalat mayit kita diperintahkan untuk mengucapkan, “Ya Allah, kami tidak
P

mengetahui darinya kecuali kebaikan. Jika dia orang baik maka tambahkanlah

kebaikannya, dan jika dia orang berdosa maka ampunilah dosanya.”

Rahmat untuk Orang-orang Zalim

Saat seorang Muslim meletakkan mayit ke dalam kubur dia membaca doa berikut

untuknya: “Ya Allah, kasihanilah kesendiriannya, lenyapkan kesedihannya, lindungi

dia dari rasa takut, dan tempatkan dia dalam rahmat-Mu, rahmat yang membuatnya

190
tidak membutuhkan rahmat selain-Mu.” Kemudian kita berdoa, “Ya Allah,

sesungguhnya rahmat-Mu meliputi orang-orang yang zalim.” 191

Sungguh sebuah tuntunan yang mengagumkan. Orang-orang baik menjadi bagian dari

Ahlulbait, dan termasuk pemberi rahmat. Mereka harus menolong orang-orang yang

berbuat zalim. Mereka harus meraih hamba-hamba Allah yang lari, dan memberikan

rahmat kepada orang-orang yang zalim.

Hamba Allah yang Lari

Dalam hadis qudsi disebutkan: “Wahai Daud, rahmat-Ku lebih besar tertuju kepada

hamba-Ku saat dia lari dari-Ku, dan perhatian-Ku lebih besar tertuju kepada hamba-

ah
Ku saat dia kembali kepada-Ku.” 192

i
Sungguh mengagumkan! Rahmat Allah Swt tertuju kepada “manusia yang lari”.
Sy
Sebagai contoh, seorang ayah dan ibu mempunyai lima orang anak. Keempat anaknya

selalu patuh dan tinggal di rumah di bawah lindungan keduanya. Empat anak itu tidak
a
k

bermasalah. Sedangkan yang seorang, lari dari rumah. Dapat dipastikan, bahwa
a

pikiran dan perhatian si orang tua itu kurang tertuju kepada empat anak yang ada di
st

rumah, melainkan lebih kepada anaknya yang lari dari rumah. Jika orang tua itu pergi
u

ke tempat yang menyenangkan mereka ingat kepadanya. Saat hendak tidur mereka
P

selalu ingat kepadanya. Pikiran mereka tidak pernah lepas dari anaknya yang lari.

Siang dan malam pikiran mereka tertuju kepadanya, selalu bertanya-tanya kapan dia

akan kembali. Jika suatu hari anak itu pulang ke rumah, maka kedua orang tua itu

akan mengadakan pesta untuk menyambut kepulangannya, dan lebih memuliakannya

dibandingkan empat anaknya yang ada di rumah. Demikian juga dengan Allah Swt,

jika Dia memberikan lebih banyak rahmat kepada hamba-Nya yang lari, maka itu Dia

lakukan supaya hamba-Nya kembali.

191
`Urwah al-Wutsqâ, jil. 1, hal. 321.
192
Al-Mahajjah al-Baidhâ, jil. 9, hal. 62.

191
Seorang ulama memberi contoh: Ada seorang anak lari dari rumah sedangkan seorang

lagi tetap di rumah bersama orang tuanya. Kemudian anak yang lari itu kembali ke

rumah. Sang Ayah mengadakan pesta menyambut kepulangannya dengan

menyembelih sapi dan kabing, dan sangat memuliakannya.

Melihat itu, anak yang tidak lari dari rumah marah dan memprotes, “Kenapa engkau

sampai menyembelih sapi untuk dia yang telah lari dan begitu memuliakannya,

sedangkan untukku engkau tidak menyembelih walau seekor kambing sekali pun?”

Ayahnya menjawab, “Aku melakukan ini supaya dia pulang dan seperti kamu. Kami

semua milikmu.”

ah
Jika Allah Swt memotongkan sapi dan memberi rahmat untuk hamba-hamba-Nya

i
yang lari ialah agar mereka mau kembali. Ini adalah sifat Allah Swt yang tampak pada
Sy
manusia.

Dalam sebuah hadis dikatakan, “Sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan Adam
a

sesuai wajah-Nya.” 193


a k

Allah Swt tidak mempunyai wajah tetapi Dia yang membuat wajah. Karena itu, yang
st

dimaksud hadis di atas ialah Allah Swt memberikan akhlak dan sifat-sifat-Nya kepada
u

Bani Adam. Adam as adalah contoh akhlak dan sifat Allah Swt. Sebagaimana ayah
P

dan ibu selalu memikirkan anak mereka yang lari dari rumah, Allah Swt juga

berfirman: “Jika hamba-Ku yang lari tahu betapa Aku merindukan kepulangannya dan

menantikan taubatnya niscaya dia akan mati karena rindu.”

Allah Swt berkata kepada Daud, “Wahai Daud, jika hamba-hamba yang lari tahu

betapa Aku menantikan mereka, bersikap lembut kepada mereka, dan ingin mereka

193
Al-Kâfî, jil. 1, hal. 134; Bihâr al-Anwâr, jil. 4, hal. 14.

192
meninggalkan dosa-dosa mereka, niscaya mereka akan mati karena rindu ingin

bertemu dengan-Ku, dan tubuh mereka terpotong-potong karena cinta kepada-Ku.” 194

Sebelumnya telah dijelaskan hadis dari Amirul Mukminin Ali as yang mengatakan

bahwa orang yang paling mengenal Allah adalah orang yang paling sering

memintakan ampunan bagi orang-orang yang berdosa, walaupun dia mengetahui

bahwa mereka tidak layak mendapat ampunan. Sungguh, ini sebuah hadis yang begitu

memberi harapan.

Seseorang yang dapat memberikan jalan keluar bagi orang-orang jahat—seperti untuk

Fir`aun, Namrud dan Qarun—dengan berkata, “Ya Allah, lakukanlah sesuatu agar

ah
orang-orang jahat ini pun selamat”, maka dia adalah orang yang paling mengenal

Allah Swt dibandingkan semua manusia.


i
Sy
Rahmat Muncul pada Ahlulbait as

Saat mulai tenggelam Fir’aun meminta tolong kepada Nabi Musa as tetapi ia tidak
a
k

menjawab permintaan penguasa Mesir itu. Imam Ali Ridha as menyatakan: “Allah
a

Swt menurunkan wahyu kepada Musa as dengan berkata, ‘Hai Musa, engkau tidak
st

menjawab permintaan tolong Fir`aun karena engkau tidak menciptakannya. Jika dia
u

meminta tolong kepada-Ku pasti Aku menolongnya’.” 195


P

Jika yang ada di posisi Nabi Musa as adalah para Imam Ahlulbait tentu mereka akan

menjawab permintaan tolong Fir`aun. Itu karena para nabi dahulu hanya mempunyai

sebagian sifat atau asma’ Allah Swt, sedangkan keempat belas imam maksum

memiliki seluruh sifat Allah Swt. Oleh sebab itu, mereka pasti akan menyambut

permintaan tolong umatnya. Tidakkah kita melihat bagaimana Imam Husain as

berkata kepada Syimir, “Beri aku air supaya aku bisa menyelamatkanmu.”

194
Jâmi` as-Sa`âdât, jil. 3, hal. 130.
195
`Ilal asy-Syarâyi`, jil. 1, hal. 59.

193
Riwayat lain mengisahkan sebagai berikut: Umar bin Khaththab hendak meninggal

dunia. Putranya, Abdullah bin Umar, datang menemui Amirul Mukminin Ali bin Abi

Thalib as dan berkata, “Ayahku ada perlu denganmu.”

Amirul Mukminin as datang dan duduk di sampingnya. Umar berkata, “Aku ingin

bertaubat.” Imam Ali as menjawab, “Tidak ada masalah. Hanya engkau perlu

mengumumkannya dan mengatakan bahwa engkau telah berbuat kesalahan.”

Sungguh mengagumkan! Sungguh Islam benar-benar menjadi rahmatan lil ‘alamin.

Dari sisi Amirul Mukminin Ali as ternyata sama sekali tidak ada penghalang.

Riwayat-riwayat ini sungguh menggoncangkan. Artinya, jika benar-benar dia

ah
bertaubat dan melaksanakan syarat yang dikatakan itu pasti Amirul Mukminin as akan

i
memintakan ampunan untuknya. Meskipun dia telah merampas kekhilafahan dan
Sy
telah melakukan begitu banyak kezaliman terhadap hak-hak Sayidah Fathimah Zahra

as. Tetapi sayangnya, Umar bin Khaththab lebih memilih berkata, “Aku lebih baik
a

disiksa daripada menanggung malu.” 196 Betapa dia begitu keras kepala.
a k

Dari sisi Rasulullah saw dan para Imam Maksum, tidak ada halangan sama sekali
st

membuka rahmat dan ampunan. Jika manusia yang paling jahat sekalipun datang
u

kepada mereka dan ingin bertaubat maka mereka pasti menyelamatkannya dan
P

membentangkan hidangan rahmatnya. Rasulullah saw dan para imam ingin agar

musuh-musuh mereka pun meminum mata air cinta dan rahmat. Namun jika mereka

menolak maka itu kesalahan mereka.

Adapun para nabi terdahulu tidak mencapai derajat tersebut. Nabi Musa as tidak

memenuhi permintaan tolong Qarun. Nabi Yunus as melaknat umatnya hingga dia

berada diperut ikan. Nabi Nuh as menangis selama lima ratus tahun karena telah

196
Risaleh e Tabarri, hal. 62 dan 163.

194
melaknat umatnya hingga mereka semua tenggelam. Namun Rasulullah saw dan para

Imam sama sekali tidak pernah melaknat secara umum.

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku diutus semata untuk menjadi

rahmat.” 197

Burung Mengasihi Anak-anaknya

Seorang datang kepada Rasulullah saw sementara para sahabat sedang duduk di

dekatnya. Orang itu membawa kantong. Dia membuka kantong dan para sahabat

melihat di dalamnya terdapat seekor burung dengan anak-anaknya.

Orang itu berkata, “Wahai Rasulullah, aku datang dari jauh untuk menemuimu. Di

ah
tengah padang pasir kulihat sebuah sarang yang dalamnya ada beberapa anak burung.

i
Maka aku pun mengambil dan memasukkannya ke dalam kantong, lalu meletakkan di
Sy
atas kepala, untuk aku hadiahkan kepadamu. Kulihat, ke mana saja aku pergi

induknya selalu mengikutiku. Dia tidak bisa lepas dari anak-anaknya. Maka aku pun
a
k

membentangkan kantong itu agar dia datang mendekat dan bisa berkumpul dengan
a

anak-anaknya untuk sekalian ku tangkap. Maka, ya Rasulullah, inilah mereka. Kini


st

aku persembahkan untukmu”


u

(Binatang juga punya pemahaman. Burung itu pasti tahu, jika mendekat maka
P

sepanjang umurnya dia akan menjadi tawanan. Tapi dia tidak peduli, karena dia tidak

mampu berpisah dari anak-anaknya.)

Rasulullah saw sangat tersentuh dengan kejadian ini. Kemudian beliau saw bersabda,

“Betapa burung sangat mencintai anak-anaknya. Dia bersedia mengorbankan dirinya

menjadi tawanan demi anak-anaknya. Dia tahu bahwa dia akan dimasukkan ke dalam

sangkar atau disembelih. Meskipun begitu, dia tetap datang menemui anak-anaknya.”

Rasulullah saw terdiam sejenak lalu melanjutkan sabdanya, “Cinta dan kasih sayang

197
Bihâr al-Anwâr, jil. 10, hal. 30.

195
Allah Swt kepada makhluknya lebih besar seribu kali lipat dibandingkan cinta burung

ini kepada anak-anaknya.” 198

Kesadaran Makhluk

Seluruh makhluk punya cinta dan perasaan. Bukankah kita telah mendengar kisah

tentang rintihan dan jerit-tangis pohon kering yang sering disandari Rasulullah saw.

Pohon itu menjerit dan menangis karena mesti berpisah dengan Rasulullah saw, dan

tatkala beliau saw memeluknya barulah pohon kering bisa diam dan menghentikan

rintih-tangisnya.

Itu hanyalah sebatang pohon kering. Tetapi karena begitu mencintai Rasulullah saw

ah
kelak dia dibangkitkan bersama beliau. Begitu juga dengan binatang, dia bisa berubah

i
dan mencapai maqam kemanusiaan. Namun, ini pun berlaku sebaliknya bagi manusia,
Sy
yang dapat pula jatuh ke derajat yang hina.

Seluruh makhluk di alam ini mempunyai kesadaran. Begitu juga dengan burung.
a
k

Burung Hudhud berkata kepada Nabi Sulaiman, Aku telah mengetahui sesuatu yang
a

belum engkau ketahui (QS.an-Naml: 22). Yaitu, aku telah mengetahui kota Shaba dan
st

ratunya, yaitu Balqis. Semut berbicara kepada Nabi Sulaiman. Burung pipit memberi
u

nasihat kepada Nabi Sulaiman sampai Nabi Sulaiman menangis selama empat puluh
P

hari.

Memperbaiki Penglihatan

Haji Agha Dulabi berkata, “Saat mesin mobil berada pada tempatnya maka seluruh

mur dan baut pun terpasang dengan pas (cocok).” Maksudnya, saat kaidah-kaidah

dasar ini dipraktikkan secara benar berarti kita akan memerhatikan seluruh ayat dan

hadis; dan seluruh ucapan kita sehari-hari pun benar. Sebaliknya, saat kaidah-kaidah

198
Doston wa Pandho, hal. 112, menukil dari kitab La’âlî al-Akhbâr.

196
dasar tersebut ditinggalkan maka kita akan selalu pusing, mur dan baut pun tidak

sinkron dan sesuai.

Saat seorang bergembira karena akan menerima segala sesuatu, dia tentu akan mau

mendengar dan menerima semua perkataan, dan melihat semuanya benar. Tetapi

kalau dia keadaannya sedang sensitif dan tidak stabil maka dia merasa tidak cocok

dengan segala sesuatu.

Ketika seseorang merasa pusing, dia melihat segala sesuatu yang ada di hadapannya

berputar di atas kepala meskipun kenyataannya semua tetap berada di tempatnya.

Yang harus dilakukan hanya menyembuhkan kepala yang pusing. Kita harus

ah
memperbaiki penglihatan dan pendengaran. Jika mata dan telinga sudah tertata maka

i
seluruh alam pun akan tertata. Seluruh hadis menguatkan dan saling menguatkan satu
Sy
sama lain.

Dua Kayu Rahmat


a
k

Dalam tata-cara menguburkan mayit disebutkan bahwa tatkala mayit sudah


a

dikuburkan, selanjutnya diletakkan dua batang kayu di atas kuburannya. Dalam hadis
st

dikatakan: “Selama kayu ini masih baru (basah) Allah Swt tidak akan menyiksa mayit
u

tersebut.” Ini pun riwayat yang mengagumkan!


P

Ayatullah Ridhawi (semoga Allah Swt merahmatinya) mengatakan bahwa pada saat-

saat akhir menjelang tutup usianya, dia selalu berpesan supaya jangan lupa dengan

“dua kayu”. Dua kayu yang masih baru (basah) itu biasanya dari pohon ara (anjir)

atau pohon delima. Tetapi yang paling penting ialah masih basah. Ketika

menguburkan mayat, karena banyak orang dan perhatian ke urusan-urusan yang lain,

biasanya membuat kita terlupa. Jika kita lupa menanamnya saat mengubur mayat,

galilah sedikit tanah kuburan lalu letakkan kayu pohon itu di atas kuburannya.

197
Haji Agha Dulabi pernah bercerita, “Saat Nabi Adam dan Hawa melakukan maksiat

dan baju mereka terlepas dari tubuhnya, mereka lari. Mereka berlindung ke pohon ara.

Pohon ara daunnya lebar-lebar. Adam dan Hawa mengambil daun pohon ini untuk

menutupi aurat mereka. Karena itu, para ulama berkata, ‘Hendaknya kayu itu dari

pohon ara, supaya Allah Swt menutupi manusia.’”

Dalam hadis dikatakan, “Selama kayu itu masih basah Allah Swt tidak akan menyiksa

mayit tersebut.” 199

Dalam hadis lain dikatakan, “Kayu ini bermanfaat bagi orang mukmin maupun orang

kafir.” 200 Imam Ja`far Shadiq as menyatakan bahwa jika kayu basah itu diletakkan di

ah
atas kuburan orang kafir pun, ia akan tetap memberi pengaruh.

i
Dalam beberapa riwayat disebutkan: Rasulullah saw melewati pekuburan. Beliau
Sy
sampai di satu kuburan yang penghuninya sedang disiksa. Rasulullah saw berkata,

“Tolong carikan dua batang kayu.”


a
k

Kemudian Rasulullah saw menggali sedikit tanah kuburan itu dan meletakkan satu
a

batang kayu di bagian kepala mayat dan satu batang lagi di bagian kakinya. Kemudian
st

menutupinya dengan tanah. Lalu Rasulullah saw berkata, “Selama batang kayu ini
u

masih basah Allah Swt tidak akan menyiksanya.” 201


P

Betapa Allah Mahabesar! Coba kita tambah hadis ini dengan hadis lain yang

mengatakan: Jika pada awal perhitungan Allah Swt mengampuni mayit maka Dia

tidak akan lagi menyiksanya. Karena, saat mayit diletakkan di dalam kubur, maka

yang pertama dia hadapi adalah pertanyaan alam barzakh.

Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja yang meninggal dunia, maka kiamatnya telah

terjadi.” 202

199
“Imam Ja`far Ash-Shadiq as”, dalam Wasâ’il asy-Syî`ah, jil. 2, hal. 736, hadis 2921.
200
“Imam Ja`far Ash-Shadiq as”, dalam Wasâ’il asy-Syî`ah, jil. 2, hal. 736, hadis 2919.
201
Wasâ’il asy-Syî`ah, jil. 2, hal. 741, hadis 2944.
202
Bihâr al-Anwâr, jil. 58, hal. 7.

198
Jika pada permulaannya Allah Swt mengampuni dan melimpahkan rahmat-Nya

kepada seorang hamba yang meninggal dunia maka untuk seterusnya dia tidak akan

disiksa.

Sebuah riwayat menyatakan, “Saat Anda meletakkan mayit ke dalam kubur maka

bacakan talqin untuknya.” Adapun yang lebih dianjurkan lagi ialah: “Saat mayit

sudah dikuburkan, dan semua orang sudah pergi, orang yang paling dekat

(hubungannya) dengan si mayit membacakan talqin untuknya.” Yang kedua ini lebih

utama dari yang pertama.

Si pembaca talqin duduk di sisi atas kepala mayit dan berkata dengan keras: “Wahai

ah
anak fulan, dengarkan dan pahami, jika dua orang malaikat Allah datang, jangan

i
takut! Jika mereka bertanya siapa Tuhanmu, katakan, Allah Swt Tuhanku. Jika
Sy
mereka bertanya, siapa Nabimu, katakan, Muhammad bin Abdullah Nabiku, Al-Quran

kitabku, dan seterusnya.”


a
k

Saat Malaikat Munkar dan Nakir bertanya, lalu melihat ada orang yang membacakan
a

talqin dari atas, maka malaikat Munkar dan Nakir pun membebaskan si mayit. Ini
st

tidak ubahnya seperti orang yang sedang mengikuti ujian lalu ada orang yang
u

memberitahukan jawabannya dari bawah meja.[]


P

-12-

Agama adalah cinta dan cinta adalah agama (Imam Muhammad Baqir as)

Shalawat Terputus

Salah satu yang mendatangkan cinta Allah Swt ialah membaca shalawat untuk

kekasih-Nya. Yaitu sang kekasih yang pertama dan terakhir, Muhammad dan keluarga

199
Muhammad. Bagi orang yang membaca shalawat untuk Rasulullah saw dan

keluarganya maka pintu-pintu langit terbuka untuknya dan Allah Swt berkata

kepadanya, “Aku datang wahai hamba-Ku dan Aku penuhi seruanmu.” Yaitu, “Aku

penuhi doa shalawatmu.”

Namun jika seseorang tidak menyertakan keluarga Muhammad dalam shalawatnya

maka pintu-pintu langit tidak terbuka untuknya dan Allah Swt berkata, “Aku tidak

akan penuhi seruanmu.” 203

Rasulullah saw bersabda, “Jangan kalian mengirimkan shalawat terputus kepadaku.”

Shalawat terputus (batra) adalah shalawat yang tanpa menyebut keluarga

ah
Muhammad. Sayangnya, kalangan Ahlusunnah sering membaca shalawat yang seperti

i
ini, mereka tidak menyebut keluarga Muhammad dalam shalawat mereka. Rasulullah
Sy
saw memberi kabar gembira kepada Amirul Mukminin as, “Jika seseorang

mengirimkan shalawat kepadaku dan menyertakan keluargaku dalam shalawatnya,


a

maka dosa-dosanya akan berguguran seperti daun berguguran di musim gugur.” 204
a k

Rasulullah saw juga bersabda, “Siapa saja yang bershalawat kepadaku namun tidak
st

bershalawat kepada keluargaku maka dia tidak akan mencium wangi surga. Padahal
u

aroma wangi surga tercium dari jarak perjalanan lima ratus tahun.” 205
P

Hakikat Agama

Salah satu keistimewaan agama kita dan ajaran Ahlulbait ialah cinta dan rahmat.

Kata-kata indah dari Imam Ja`far Shadiq menyebutkan, “Agama tiada lain adalah

cinta.” 206

203
Bihâr al-Anwâr, jil. 91, hal. 56, hadis 30.
204
Amâlî ash-Shadûq, hal. 675.
205
Bihâr al-Anwâr, jil. 91, hal. 56.
206
Al-Khishâl, jil. 1, hal. 38.

200
Dalam beberapa riwayat lain datang dalam bentuk ungkapan berbeda, “Agama itu

tidak lain adalah cinta dan benci.” 207 Yaitu mencintai sahabat-sahabat Allah Swt dan

sekaligus membenci musuh-musuh-Nya. Inilah yang dimaksud tawalli dan tabarri.

Artinya, hakikat agama adalah cinta dan benci, mencintai dan memusuhi. Pada awal

mula manusia memang semestinya bersikap demikian. Pada awal mula manusia harus

menjauhi orang-orang jahat dan kejahatan. Persis makna yang terkandung dalam

ungkapan “tidak ada tuhan”, yaitu dia harus mengeluarkan selain Allah dari hatinya

dan menjauhkan dirinya dari musuh-musuh Allah. Inilah yang dimaksud benci.

Setelah itu dia mengucapkan “kecuali Allah”, yang berarti cinta.

ah
Hal ini merupakan “tempat” saat manusia berada pada permulaan jalan. Namun saat

i
dia sudah tinggal di surga, maka yang ada di sana hanya cinta. Tahap inilah yang
Sy
dikatakan Imam dalam ungkapannya “Agama itu tidak lain adalah cinta.” Pada tahap

ini sudah tidak ada lagi benci dan permusuhan; yang ada hanya cinta.
a
k

Di surga, manusia tidak boleh menyebut keburukan, karena menyebut keburukan dan
a

sesuatu yang buruk akan mendatangkan kesedihan. Di surga kita tidak dibolehkan
st

sedih dan menderita. Tidak akan ada segala sesuatu yang menyedihkan di surga.
u

Orang berkata, “Aku sedemikian tidak suka hingga untuk menyebutnya pun aku tidak
P

mau.”

Ini tidak ubahnya seperti kita membawa najis ke dalam suatu pertemuan lalu kita

menutup hidung. Sejak awal bahkan untuk menyebut namanya saja kita tidak

dibolehkan. Dengan kata lain, saat benci dan laknat sudah sempurna maka sudah tidak

ada lagi sebutan keburukan, bahkan ia tak layak untuk disebutkan.

Kegelapan tidak boleh ada. Karena kegelapan adalah ketiadaan cahaya yang sama

sekali tidak mempunyai wujud. Janganlah terlalu sibuk menghadapi keburukan

207
“Imam Muhammad Al-Baqir as”, Bihâr al-Anwâr, jil. 65, hal. 63.

201
sehingga menganggapnya sebagai sesuatu yang ada. Insya Allah, semoga kita dapat

selalu menyibukkan diri dengan cahaya dan tidak menghiraukan kegelapan yang pada

hakikatnya tidak ada.

Pohon keburukan tidak mempunyai akar, ranting, dan daunnya tidak berkembang. Dia

akan lenyap. Sedangkan pohon kebaikan ada wujudnya, yaitu cahaya. Manusia

sedapat mungkin melupakan keburukan. Sedapat mungkin menumpahkan perhatian

kepada kebaikan, sehingga kelak dia dibangkitkan bersama kebaikan seutuhnya.

Kalau pun teringat keburukan, laknatlah dia, hingga terjauhkan.

Jika pada awal perjalanan hidupnya manusia melihat musuh, melihat keburukan,

ah
melihat yang buruk-buruk, maka dia harus melaknatnya, supaya dia jauh darinya.

i
Namun ketika manusia sudah jauh dari tempat sesuatu yang buruk dan keburukan, dan
Sy
dia sudah berada di kota Imam Zaman as, maka yang ditemukannya hanya bunga dan

wangi semerbaknya. Dia tidak lagi melihat sesuatu selain dari bunga dan kebaikan. Itu
a
k

adalah surga dan tempat perjamuan Allah Swt. Di sana tidak ada duri, dan kebencian
a

tidak berarti lagi. Di sana hanya ada cinta. Sungguh, tidak akan ada yang dapat
st

ditemukan kecuali cinta. Pada saat itulah manusia sudah mencapai derajat: “Agama
u

itu tidak lain adalah cinta.”


P

Mencintai Ahlulbait

Dalam kitab Safînah al-Bihâr diceritakan: “Seseorang berkata kepada Imam Ja`far

Shadiq as, ‘Karena kami mencintai Anda maka kami memberi nama anak-anak kami

dengan nama-nama Anda. Karena kami mencintai Anda maka kami menamai anak-

anak kami dengan nama Hasan, Husain dan Fatimah. Apakah ini akan memberi

manfaat bagi kami?’

202
Imam Ja`far Shadiq as menjawab, ‘Para pecinta dan Syi’ah kami adalah bagian dari

kami. Panggillah anak-anak kalian dengan niat memanggil Ahlulbait as. Karena para

pengikut dan pecinta Ahlulbait adalah pantulan cahaya mereka’.”

Salah satu yang sangat dipesankan oleh Haji Agha Dulabi ialah, hendaknya para istri

melayani suaminya dengan niat berkhidmat kepada Amirul Mukminin Ali as, dan

para suami melayani dan mencintai istrinya dengan niat berkhidmat dan mencintai

Sayidah Zahra dan Sayidah Zainab, serta mencintai anak-anak dengan niat mencintai

anak-anak Ahlulbait. Apabila yang dipraktikkan niscaya suasana rumah berubah.

Rumah itu akan menjadi cabang dari Rumah Allah, menjadi cabang dari rumah

ah
Ahlulbait as. Kita semestinya berlatih terus untuk melakukan hal tersebut dengan niat

i
berkhidmat kepada Ahlulbait as. Kita memiliki banyak riwayat yang mengatakan
Sy
bahwa seseorang yang tidak dapat mendatangi kami hendaknya dia mendatangi para

pecinta dan para pengikut kami dengan niat mendatangi kami.


a
k

Seseorang datang kepada Imam Ja`far Shadiq as lalu bertanya, “Saya tidak bisa
a

mendatangi Anda setiap saat. Apa yang harus saya perbuat?” Imam Ja`far Shadiq as
st

menjawab, “Carilah di tempatmu satu orang pecinta kami. Kunjungilah dia dengan
u

niat mengunjungi kami. Maka itu sama dengan kamu mengunjungi kami.” Atau dalam
P

redaksi yang lain, “Siapa yang tidak bisa menghubungi kami hendaknya dia

menghubungi para pecinta kami yang saleh, niscaya dituliskan baginya pahala

menghubungi kami. Siapa yang tidak bisa mengunjungi kami hendaknya dia

mengunjungi para pecinta kami yang saleh, niscaya dituliskan baginya pahala

mengunjungi kami.” 208

208
Man Lâ Yahdhuruh al-Faqîh, jil. 2, hal. 73.

203
Jika secara lahir tangan kita tidak dapat menggapai Imam Zaman as, maka kita dapat

menemui para pecintanya, yang dengan itu niscaya kita mendapatkan pahala

mengunjungi Imam Zaman as.

Pantulan Sinar Matahari

Haji Agha Dulabi menguraikan sebagai berikut: “Aku melihat seluruh wujud sebagai

satu orang manusia. Semua merupakan pantulan wujud dirinya. Pada siang hari,

cahaya sangat banyak namun hanya ada satu matahari. Bahkan cahaya bulan

sekalipun merupakan pantulan cahaya matahari. Pada mulanya manusia menyangka

cahaya bulan berasal dari dirinya. Padahal, jika cahaya bulan berasal dari dirinya lalu

ah
kenapa terkadang sebagian dari dirinya gelap. Maka dapat disimpulkan bahwa cahaya

i
bulan bukan berasal dari dirinya, melainkan pantulan dari cahaya matahari. Apabila
Sy
alam ini bercahaya, Islam bercahaya, dan para pecinta Ahlulbait bercahaya, semuanya

berasal dari cahaya Imam Zaman as. Bahkan jika ada orang kafir mempunyai cahaya,
a
k

yaitu mempunyai sebuah sifat baik, maka itu berasal dari cahaya Imam Zaman as.”
a

Allah Swt berfirman, Dan orang-orang kafir para pelindung mereka adalah thaghut,
st

yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (QS. Al-Baqarah: 257).
u

Dari ayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa orang kafir juga mempunyai cahaya.
P

Yaitu cahaya fitrah dan cahaya akal. Karena kalau tidak tentu mereka tidak

mempunyai taklif. Jika seseorang adalah murni kegelapan pasti dia tidak mempunyai

taklif. Padahal orang-orang kafir jelas memiliki taklif (kewajiban), karena mereka

mempunyai akal, ikhtiar, nurani dan fitrah. Mereka mempunyai kebaikan, namun

kegelapan mereka lebih dominan hingga menutupi kebaikannya.

Seluruh cahaya yang ada adalah milik Imam Zaman as, bahkan cahaya yang ada pada

orang kafir sekalipun. Artinya, seluruh wujud mengemban perintah satu insan.

204
Orang yang tidak mampu mengunjungi para imam, mereka dapat mengunjungi para

pecinta mereka. Di rumah, layani dan cintailah keluarga dengan niat melayani dan

mencintai para imam. Dengan begitu, niscaya rumah kita akan menjadi tempat

turunnya para malaikat dan tentu rumah kita akan menjadi cabang rumah Ahlulbait as.

Jika kita membangun sebuah majelis atau kelompok, melayani dan mencintailah

dengan tujuan demi Imam Zaman as. Kita semua dapat melatih diri untuk bisa

mencapai derajat tersebut.

Berkah Nama Muhammad

Rasulullah saw bersabda, “Diberkahi rumah yang di dalamnya ada nama Muhammad.

ah
Diberkahi majelis yang di dalamnya ada nama Muhammad. Diberkahi pertemanan

yang di dalamnya ada sebutan bernama Muhammad.” 209


i
Sy
Dengan berkah Nabi Muhammad saw, Allah memberi berkah kepada rumah, majelis

dan pertemanan yang di dalamnya disebut Muhammad; sehingga menjadi rumah,


a
k

majelis, dan pertemanan yang penuh berkah. Dikatakan pula bahwa malaikat turun ke
a

rumah yang di dalamnya ada orang yang bernama Muhammad dan menyucikannya.
st

Karena di dalamnya ada nama kekasih Allah Swt.


u

Nama mempunyai pengaruh. Ini sungguh mengagumkan. Rasulullah saw bersabda:


P

“Jika engkau menamai anakmu dengan nama Muhammad atau Fatimah, jangan

engkau memukulnya, menghardiknya dan menyakitinya.” 210 Janganlah sekali-kali

seseorang mencacinya, disebabkan nama yang disandangnya. Dan Rasulullah saw

bersabda, “Agama tidak lain adalah cinta.”

Kekasih Hati

Pada uraian selanjutnya disebutkan: Dalam menjelaskan ayat 7 dari Surah al-Hujurat

yang berbunyi, Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan

209
Safînah al-Bihâr, kata hamd, jil. 2, hal. 348.
210
Safînah al-Bihâr, kata hamd, jil. 2, hal. 348; al-Kâfî, jil. 6, hal. 39; `Awâlim al-`Ulûm, hal. 552.

205
(iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,

kefasikan dan kedurhakaan, Imam Muhammad Baqir as berkata, “Agama itu cinta

dan cinta itu agama.” 211

Iman adalah Amirul Mukminin Ali as, iman adalah Husain as, iman adalah Imam

Zaman as. Saat tangan kanan Abul Fadhl Abbas putus, dia berkata, “Demi Allah, jika

kalian memutus tangan kananku, aku tetap akan membela agamaku selamanya.”

Pada bait syair berikut dia berkata, “Aku akan tetap membela Imamku, keturunan

Nabi yang suci dan dapat dipercaya.”

Artinya, agamaku adalah Imamku. Manusia sempurna yang wajib aku ikuti adalah

ah
agama yang dia adalah Imamku. Allah Swt telah menjadikan kita mencintai

i
keimanan, maka apakah kita bisa untuk tidak mencintai Amirul Mukminin? Allah Swt
Sy
telah melakukan ini. Jika seluruh dunia bersatu ingin merebut kecintaan kepada

Amirul Mukminin dari hati kita, niscaya mereka tidak akan mampu. Apakah kita
a
k

mampu tidak mencintai Imam Husain as? Kita pasti tidak mampu! Karena kecintaan
a

kepada Ahlulbait telah menyatu dalam diri kita.


st

Rasulullah saw bersabda, “Syi’ah kami diciptakan dari sisa tanah kami dan diadoni
u

dengan air wilâyah kami.” 212 Yaitu, bahwa kita sesungguhnya telah menjadi bagian
P

dari para imam. Dan itu tidak dapat diubah. Kecintaan kepada Ahlulbait telah

merasuk ke dalam diri para pengikut Rasulullah saw. Dikatakan: Allah telah

menjadikan iman sebagai kecintaanmu, dan menjadikan (iman) itu indah dalam

hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.

Aroma Kemaksuman

211
Tafsir Nûr ats-Tsaqalain, jil. 5, hal. 285.
212
Bihâr al-Anwâr, jil. 53, hal. 303.

206
Dari ayat ini tercium aroma kemaksuman. Yaitu para pecinta Ahlulbait as memiliki

satu jenis kemaksuman dalam diri mereka. Sungguh, Allah Swt telah menetapkan hal

itu.

Almarhum Mulla Nazhar Ali Thaliqani adalah salah seorang murid Syekh Anshari,

yang merupakan seorang ulama mumpuni, juga seorang filosof, fakih dan ahli hadis.

Dia mirip dengan Almarhum Faidh Kasyani. Dan dia banyak mengambil manfaat dari

kitab-kitab Ayatullah Faidh Kasyani. Mulla Nazhar berkata, “Seluruh riwayat yang

saya nukil dari kitab Faidh Kasyani di dalam kitab saya, penuh dengan karunia.”

Almarhum Mulla Nazhar banyak memperoleh karunia dari kitab Tafsir ash-Shâfî,

ah
karya Ayatullah Faidh Kasyani. Dia mempunyai dua jilid buku yang berjudul Kâsyif

i
al-Asrâr. Haji Agha Dulabi memberikan perhatian khusus kepada kitab ini. Banyak
Sy
sekali tema yang sangat bernilai yang dia petik dari dua jilid kitab tersebut.

Bertahun-tahun Mulla Nazhar Ali Thaliqani menyampaikan ceramah di daerah


a
k

Thaliqan. Kemudian dia menghimpun hasil-hasil ceramahnya dalam dua jilid kitab.
a

Pada beberapa tempat dia juga mengajukan argumentasi. Dan dia sangat menguasai
st

hadis.
u

Salah satu tema yang sering dinukil Haji Agha Dulabi dari kitab itu ialah, bahwa para
P

pengikut dan pecinta Ahlulbait mustahil menyukai dosa. Sungguh ini sebuah ucapan

yang sangat teliti. Karena Agha Dulabi tidak mengatakan bahwa para pengikut dan

pecinta Ahlulbait tidak mungkin melakukan dosa, tetapi dia mengatakan “mustahil

para pengikut dan pecinta Ahlulbait menyukai dosa”. Ini memberikan aroma

kemaksuman. Makna ini dia simpulkan dari ayat yang mengatakan “...serta

menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan,” di atas.

Artinya, para pecinta atau pengikut setia Ahlulbait memiliki bahan dasar penciptaan

yang menyatu dengan Ahlulbait as. Jika seluruh alam bekerja sama untuk menjadikan

207
para musuh Ahlulbait mencintai Ahlulbait niscaya mereka tidak akan mampu. Karena

mereka adalah pangkal dosa.

Para imam berkata, “Kami adalah pangkal seluruh kebaikan sedangkan musuh kami

adalah pangkal seluruh keburukan.” 213

Jika orang-orang membawa seorang anak kecil ke hadapan kita, lalu mengatakan pada

kita, “...kami akan memberimu uang satu juta dolar namun dengan syarat kamu harus

menyembelih anak kecil ini...” pasti kita tidak akan mau melakukannya. Bahkan kita

tidak akan bersedia sekalipun hanya menampar anak kecil itu. Kalaupun kita terpaksa

menamparnya, kita sebetulnya tak pernah menginginkannya. Mustahil pecinta

ah
Ahlulbait menyukai dosa. Mungkin saja mereka berbuat dosa, namun sebelum

i
melakukan, ketika melakukan, dan sesudah melakukannya, mereka merasa sedih dan
Sy
menyesal. Hingga sebenarnya mereka tidak berbuat. Seorang manusia yang

melakukan dosa karena terpaksa pada hakikatnya mereka tidak berbuat dosa. Ini tidak
a
k

ubahnya seperti pada bulan Ramadhan tangan dan kaki kita diikat lalu dengan paksa
a

air diminumkan ke mulut. Meskipun air itu masuk ke dalam kerongkongan tetapi
st

puasa kita tidak batal.


u

Adalah mustahil bagi pecinta Ahlulbait menyukai dosa. Mustahil pula ketika dalam
P

hati seseorang begitu cinta kepada Amirul Mukminin Ali as dan Imam Husain as, lalu

dia menyukai dosa dan mencintai musuh Ahlulbait. Kecintaan kepada Ahlulbait

memiliki karakteristik seperti ini.

Dalam hadis dikatakan, “Tidak mungkin seseorang berzina pada saat dia seorang

Mukmin.” 214 Artinya, kalaupun seorang mukmin dan pecinta Ahlulbait berzina, pada

hakikatnya dia tidak berzina. Karena dia tidak menyukainya. Hawa nafsu telah

memaksa dan mengalahkannya, hingga dia terjerumus ke dalam perbuatan zina. Sejak

213
Risâlah asy-Syî`ah, jil. 18, hal. 47, hadis 3321.
214
Al-Kâfî, jil. 5, hal. 123; at-Tahdzîb, jil. 6, hal. 371.

208
awal dia sedih, pada pertengahan perbuatan dia sedih, dan pada akhir perbuatan dia

sedih dan menyesal.

Mungkin juga salah satu arti dari hadis di atas ialah saat seseorang berdosa dia bukan

seorang mukmin, karena jika dia mukmin tentu dia tidak akan berzina. Pada saat

seseorang berzina maka iman terambil darinya.

Almarhum Karbala’i Ahmad pernah menyampaikan kata-kata yang indah. Mungkin

dia mengambilnya dari riwayat ini. Karbala’i Ahmad (semoga Allah Swt

merahmatinya) berkata, “Ya Allah, Engkau mengatakan ibadah harus ikhlas dan harus

ada cinta di dalamnya supaya dapat diterima. Ya Allah, jadikan dosa-dosa kami juga

ah
syaratnya ikhlas. Ya Allah, kami tidak melakukan dosa dengan ikhlas, karena

i
sesungguhnya kami tidak ingin melakukannya. Kami sama sekali tidak menyukai
Sy
dosa.”

Setiap Orang Bersama Kekasih-Nya


a
k

Dalam Munajat Lima Belas kita membaca, “Aku memohon untuk mencintai amal
a

yang mendekatkan aku kepada-Mu.” Kita harus sering melihat apakah kita menyukai
st

shalat, apakah menyukai membaca Al-Quran? Jika kecintaan kepada amal ada dalam
u

hati, maka ganjaran amal itu akan dimasukkan ke dalam catatan amal perbuatan kita.
P

Rasulullah saw bersabda, “Manusia bersama orang yang dicintainya.” 215

Jika kita mencintai orang-orang yang shalat dan mencintai shalat, maka kita akan

dibangkitkan bersama mereka. Jika kita mencintai perbuatan buruk, maka itu pun

akan tercatat dalam catatan perbuatan kita meskipun kita tidak melakukannya. Jika

kita tidak melakukan suatu perbuatan dosa, namun kita mendukungnya dan

mengatakan, ‘Oh, seandainya aku yang melakukannya!’, maka perbuatan dosa itu pun

tercatat dalam catatan perbuatan kita.

215
Mîzân al-Hikmah, jil. 1, hal. 521, hadis 3227.

209
Mengapa Allah Swt mengazab kaum Nabi Saleh as padahal yang menyembelih unta

Nabi Saleh as hanya satu orang? Karena yang lainnya berkata, ‘Oh, seandainya aku

yang melakukannya!’ Oleh sebab mereka mencintai dan membenarkan perbuatan

jahat itu, maka Allah Azza wa Jalla pun mengazab mereka semua.

Jika satu orang meletakkan bom di makam para imam as, lalu yang lainnya berkata,

“Oh, seandainya aku yang melakukannya” dan mereka menyukai perbuatan itu, maka

Allah Swt akan mencatat perbuatan itu ke dalam catatan perbuatan mereka dan

menganggap mereka sebagai salah satu yang meletakkan bom.

Perhatikanlah apa yang dapat dilakukan cinta. Seseorang tidak melakukan suatu

ah
perbuatan namun perbuatan itu dimasukkan ke dalam catatan perbuatannya. Para

i
pecinta Ahlulbait sedikit pun tidak mencintai dosa. Karena itu, dapat dikatakan bahwa
Sy
sebenarnya mereka tidak berbuat dosa. Inilah hakikat yang sesungguhnya. Para imam

kita tidak bercanda dan tidak asal bicara. Apa saja yang mereka katakan adalah apa
a
k

yang sebenarnya. Musuh Ahlulbait merasa lezat dengan berbuat zalim. Kita pun dapat
a

menyaksikannya dalam sejarah. Jangan sampai Allah menggabungkan seseorang


st

bersama musuh Ahlulbait as.


u

Berkenaan dengan Hajjaj bin Yusuf para sejarawan menulis, “Saat tikar kulit digelar
P

lalu seorang pemuda dibawa dan dipenggal kepalanya di hadapannya dia bertepuk

tangan seraya berkata, ‘Aku merasa senang.’”

Apakah kita sanggup melakukan kekejaman dan keburukan seperti itu? Mustahil kita

sanggup melakukannya. Apakah kita bisa menyukai perbuatan seperti itu? Tentu juga

tidak. Kita melihat bagaimana Saddam Husein memotong-motong tubuh orang. Dia

sanggup mengubur orang hidup-hidup dan merasakan kenikmatan dengan apa yang

dilakukannya. Tidak akan ada seorang mukmin yang mau melakukan perbuatan itu,

210
dan bahkan mustahil mereka menyukainya. Allah Swt berfirman, ... serta menjadikan

kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.

Dari ayat ini tercium aroma kemaksuman, dan ini merupakan kabar gembira yang

besar. Jadi, suatu perbuatan yang dilakukan dengan terpaksa oleh seseorang tidak

akan dimasukkan ke dalam catatan perbuatannya.

Beratnya Ibadah bagi Pengikut Syi’ah

Mengapa kita melihat para pecinta Ahlulbait as terkadang mengerjakan maksiat

sementara musuh-musuh Ahlulbait as banyak mengerjakan shalat, banyak membaca

Al-Quran? Abdurrahman bin Muljam, pembunuh Amirul Mukminin Ali as adalah

ah
seorang yang suka mengerjakan shalat malam dan berzikir. Sekarang pun kita dapat

i
melihat bagaimana musuh-musuh Ahlulbait mengerjakan shalat dengan mudah dan
Sy
ringan. Di Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi mereka selalu sibuk mengerjakan

shalat dan membaca Al-Quran. Tapi mengapa bagi para pecinta Ahlulbait as hal itu
a
k

terasa berat. Cepat merasa lelah. Berikut ini beberapa jawaban dari pertanyaan di atas:
a

Jawaban pertama: Bagi pengikut kebenaran ibadah itu berat sementara bagi pengikut
st

kebatilan ibadah itu ringan. Imam Muhammad Baqir as berkata, “Sesungguhnya


u

ibadah terasa berat bagi orang-orang Syi’ah sedangkan bagi orang-orang non-Syi’ah
P

terasa ringan. Karena kebenaran itu berat, dan setan bekerja sekuat tenaga

mengganggu orang Syi’ah.” 216

Ibadah terasa berat bagi pengikut kebenaran, karena memiliki isi dan jiwa, bercampur

dengan wilâyah dan kecintaan kepada Ahlulbait as. Sedangkan bagi yang bukan

pengikut kebenaran terasa ringan dan mudah, karena tidak memiliki isi. Ibarat gabah

yang tidak berisi gandum, sangat ringan.

216
Safînah al-Bihâr, jil. 6, hal. 15; Bihâr al-Anwâr, jil. 46, hal. 305.

211
Perhatikanlah, bahwa hakikat shalat adalah Amirul Mukminin as. Amirul Mukminin

Ali bin Abi Thalib as berkata, “Aku putra Makkah dan Mina. Aku putra Zamzam dan

Shafa. Kami adalah shalat. Seluruh cabang agama kembali kepada kami.”

“Kami adalah pangkal seluruh kebaikan. Seluruh kebaikan berasal dari kami.

Sedangkan musuh kami adalah pangkal seluruh keburukan. Seluruh keburukan dan

dosa berasal dari mereka.” 217

Setan Menghalangi Jalan Allah

Jawaban kedua: Setan tidak punya urusan dengan para pembenci dan musuh

Ahlulbait. Setan tidak menggoda mereka. Dalam beberapa riwayat dikatakan bahwa

ah
setan tidak punya urusan dengan orang yang tersesat dari jalan besar, yang benar,

i
yang lurus, atau jalan Amirul Mukminin as. Meskipun mereka banyak mengerjakan
Sy
shalat, tapi itu tidak ada manfaatnya.

Berkenaan dengan musuh-musuh Ahlulbait as, Imam Ja`far Shadiq as berkata,


a
k

“Musuh kami (Ahlulbait), meskipun mereka berpuasa, shalat, berzina atau mencuri
a

mereka tetap berada dalam neraka.” 218


st

Artinya, seseorang yang terpisah dari Amirul Mukminin as maka baginya


u

(hakikatnya) adalah sama; apakah shalat atau berzina. Dengan kata lain, shalatnya
P

adalah zinanya dan zinanya adalah shalatnya. Karena dia telah membelakangi Amirul

Mukminin, yang itu berarti telah membelakangi wakil Allah Swt. Hakikat dari

membelakangi wakil Allah Swt adalah dia sedang berjalan menuju neraka. Bagi Ibnu

Muljam, apakah dia mengerjakan shalat atau berzina dia tetap berada di dasar neraka

Jahannam. Adapun bagi para pecinta Ahlulbait as, ibadah mereka adalah ibadah dan

maksiat mereka akan membuat mereka sedih dan kembali ke jalan Allah Swt.

217
Wasâ’il asy-Syî`ah, jil. 18, hal. 47, hadis 3321.
218
Tsawâb al-A`mâl, hal. 210.

212
Oleh karena itu, seseorang yang sudah terpisah dari jalan wilâyah dan meninggalkan

imam maksum maka setan tidak akan melakukan apa-apa lagi terhadapnya. Karena

hakikat ibadahnya sudah menjadi rusak dengan sendirinya. Setan berkata, Aku benar-

benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus (QS. Al-A`raf:

16). Yaitu aku akan berdiri di jalan-Mu dan membelokkan mereka dari jalan-Mu (ke

jalan yang lain).

Kota Qum disebut “Qum” karena setan pernah bersembunyi di sana. Pada malam

Mi’raj, Rasulullah saw melihat sebuah daerah yang dipenuhi cahaya dan ada orang

bertopi lebar yang sedang bersembunyi.

ah
Rasulullah saw bertanya kepada Jibril, “Ini di mana?” Jibril menjawab, “Ini daerah

orang Syi’ah dan para pecinta sepupumu Ali.”


i
Sy
Rasulullah saw kembali bertanya, “Orang itu siapa?” Jibril menjawab, “Setan. Dia

sedang sembunyi.”
a
k

Rasulullah saw bertanya lagi, “Apa yang dia inginkan?” Jibril menjawab, “Dia ingin
a

melepaskan mereka dari wilâyah Amirul Mukminin Ali as dan menarik mereka
st

kepada kefasikan dan kedurhakaan.”


u

Rasulullah saw meminta Jibril untuk pergi mendatangi Setan. Kemudian Jibril berkata
P

kepada Setan, “Berdiri engkau (qum) hai terlaknat.” Karena itu kemudian tempat itu

dinamakan Qum.

Setan tidak perlu memperdaya orang yang berjalan menuju neraka Jahannam. Setan

bersembunyi di jalan yang lurus untuk memperdaya orang yang berjalan di atasnya.

Dengan kata lain, mata pedang setan yang tajam diletakkan di atas leher orang-orang

yang berjalan di jalan yang lurus.

Percampuran Cahaya dengan Kegelapan

213
Jawaban ketiga: Mungkin ini merupakan jawaban terbaik dan jawaban yang paling

mendasar. Orang-orang bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as, “Mengapa para

pecinta Anda (Ahlulbait) terkadang melakukan maksiat dan dosa sedangkan musuh-

musuh Anda suka berzikir, berdoa, shalat dan beribadah dan tampak tidak melakukan

maksiat?”

Imam Muhammad Baqir as berkata, “Pada awal penciptaan, Allah Swt menciptakan

kami dari cahaya murni. Sedangkan terhadap musuh kami Allah menciptanya dari

kegelapan. Adapun para pecinta kami, mereka diciptakan dari tanah kami dan sedikit

tanah musuh kami. Artinya, dalam diri mereka cahaya bercampur dengan sedikit

ah
kegelapan. Sedangkan para pecinta musuh kami diciptakan dari tanah musuh kami

i
dan sedikit tanah kalian. Jika mereka diciptakan hanya dari tanah musuh kami tanpa
Sy
ditambah tanah kalian maka mereka sama sekali tidak akan melakukan amal

kebaikan. Karena itu, jika kalian melihat mereka melakukan amal kebaikan, maka itu
a
k

disebabkan tanah kalian yang bercampur dengan tanah mereka. Sedangkan perbuatan
a

buruk yang dilakukan para pecinta kami adalah berasal dari sedikit tanah musuh kami
st

yang bercampur dengan tanah mereka.”


u

Kemudian Imam Muhammad Baqir as berkata, “Kelak pada hari kiamat dosa-dosa
P

kami akan diberikan kepada musuh-musuh kami, karena dosa-dosa ini milik mereka,

berasal dari mereka, bukan milik kami dan bukan berasal dari kami. Sedangkan

seluruh amal saleh berasal dari tanah orang mukmin dan akan kembali kepada orang

mukmin.”

Imam Muhammad Baqir as juga berkata, “Pada hari kiamat segala sesuatu akan

kembali kepada asalnya. Seluruh dosa dan maksiat akan dikembalikan kepada musuh

kami sedangkan seluruh amal kebaikan akan dimasukkan ke dalam catatan amal

214
kalian. Allah Swt Mahabijaksana dan Mahaadil, Dia meletakkan segala sesuatu pada

tempatnya.” 219

Kenapa Allah Menciptakan Begitu?

Mengapa Allah Swt menciptakan dan mengaturnya seperti itu? Pembahasan tentang

“tanah” ini termasuk dalam pembahasan yang pelik.

Di dalam Al-Quran dikatakan, Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya,

tetapi merekalah yang akan ditanyai (QS. Al-Anbiya: 23).

Jika ada sesuatu tentu Imam akan mengatakannya. Jika yang ada adalah kebebasan

murni tentu Imam juga akan mengatakannya. Namun, orang yang berasal dari tanah

ah
yang buruk tetap dapat melakukan kebaikan, begitu juga orang yang berasal dari tanah

yang baik tetap dapat melakukan dosa dan maksiat.


i
Sy
Seseorang mendatangi Amirul Mukminin Ali as dan bertanya tentang takdir. Amirul

Mukminin as berkata, “Lautan yang dalam, jangan engkau menyelaminya.” 220


a
k

Orang itu terus mendesak. Amirul Mukminin as berkata, “Jalan yang gelap, jangan
a

engkau lalui.” Untuk ketiga kalinya orang itu bertanya. Dan Amirul Mukminin as
st

berkata, “Merupakan rahasia Allah, jangan engkau membebani dirimu dengannya.”


u

Orang yang menyelami qadha dan qadar Allah Swt lebih banyak ketidaktahuannya,
P

karena itu adalah rahasia Allah Swt. Allah Swt adalah Mahabijaksana yang seluruh

perbuatan-Nya pasti didasarkan kepada hikmah. Allah Swt mengetahui rahasia

penciptaan alam sedangkan kita tidak mengetahuinya. Allah Swt berfirman,

Sesungguhnya Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian (QS.

Nuh: 14).

Allah Swt tidak zalim. Seluruh perbuatannya bijaksana dan berdasarkan rahmat dan

cinta. Orang yang paling celaka dapat menjadi orang yang bahagia, namun orang yang

219
Bihâr al-Anwâr, jil. 64, hal. 102, hadis 21.
220
Bihâr al-Anwâr, jil. 5, hal. 110, hadis 25.

215
bahagia tidak bisa menjadi orang yang celaka. Ini merupakan kabar gembira. Jika

seseorang diciptakan dari cahaya dan tanah yang suci maka selamanya dia tidak akan

menjadi orang yang celaka, namun orang yang celaka masih bisa menjadi orang yang

bahagia.

Mengubah Takdir

Allah Swt telah menetapkan pena. Dalam doa kita membaca, “Jika di sisi-Mu aku

termasuk orang yang celaka, maka hapuslah aku dari daftar kelompok orang yang

celaka dan tulislah aku dalam daftar kelompok orang yang bahagia.” 221

Allah Swt menetapkan bada’ pada orang-orang yang celaka. Bada’ adalah semacam

ah
melakukan peninjauan ulang. Allah Swt mengembalikan orang-orang yang celaka

i
yang bertaubat, dan menjadikannya sebagai orang yang bahagia. Dengan kata lain,
Sy
ahli neraka dapat menjadi ahli surga. Namun dia harus meminta tolong kepada Allah

Swt. Namun ahli surga tidak mungkin menjadi ahli neraka. Dalam banyak riwayat
a
k

dikatakan, orang-orang yang imannya lemah atau tidak punya iman harus berdoa dan
a

memohon kepada Allah Swt supaya jika mereka berada dalam daftar orang celaka,
st

Allah Swt menghapusnya dan memasukkan ke dalam daftar orang bahagia. Allah Swt
u

berfirman, Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan


P

memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Asy-

Syura: 25).

Ayat-ayat Berisi Kabar Gembira dan Harapan

Allah Swt mengumumkan, “Hai manusia, ketahuilah sesungguhnya Allah Swt

menerima taubat! Jika kalian melakukan dosa dan kesalahan, jika selama tujuhpuluh

tahun kalian berada dalam kubangan dosa dan kesalahan, Allah Swt tetap akan

menerima kalian dan mengampuni seluruh dosa kalian!”

221
Bihâr al-Anwâr, jil. 94, hal. 374.

216
Allah Swt berfirman, Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas

terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha

Pengampun Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Betapa dalam ayat ini, yang mengandung kabar gembira dan harapan! Harapan

kepada rahmat Allah Swt, harapan kepada ampunan-Nya dan harapan memperoleh

surga.

Allah Swt berfirman, Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada

(ketetapan) yang baik dari Kami, mereka akan dijauhkan (dari neraka). Mereka tidak

ah
mendengar bunyi desis (api neraka), dan mereka kekal dalam (menikmati) semua

i
yang mereka ingini. Kejutan yang dahsyat tidak membuat mereka merasa sedih, dan
Sy
para malaikat akan menyambut mereka (dengan ucapan), “Inilah harimu yang telah

dijanjikan kepadamu.” (QS. Al-Anbiya: 101-103)


a
k

Allah Swt berfirman, “Mereka sama sekali tidak mendengar suara neraka Jahannam.”
a

Dalam ayat Al-Quran dikatakan bahwa hari kiamat akan berlangsung selama lima
st

puluh ribu tahun. 222 Berkenaan dengan ayat tersebut Rasulullah saw bersabda, “Jika
u

perhitungan berada di tangan selain Allah maka akan memakan waktu limapuluh ribu
P

tahun, namun di tangan Allah semuanya selesai dalam sekejap.” 223 Sebagaimana

komputer dapat menyimpan perhitungan masing-masing orang dalam waktu yang

bersamaan, Allah Swt dapat memperhitungkan semua makhluk dalam satu waktu.

Rasulullah saw bersabda, “Banyak manusia yang bangkit dari kubur langsung terbang

menuju ke surga. Bagi mereka tidak ada perhitungan, tidak ada kitab catatan, tidak

melewati jembatan shirath, tidak ada timbangan dan tidak melihat neraka Jahannam.

222
QS. Al-Ma`arij: 4.
223
Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jil. 5, hal. 465.

217
Mereka tidak mendengar suara neraka Jahannam dan tidak merasakan ketakutan hari

kiamat.”

Salah satu kelompok orang yang langsung pergi ke surga ialah penduduk Qum. Imam

Ja`far Shadiq as berkata, “Para penduduk Qum dihisab di dalam kubur. Lalu dari sana

mereka langsung dibangkitkan di surga.” 224

Berbaik Sangka kepada Allah Swt

Manusia harus berbaik sangka, bukan kepada dirinya, melainkan kepada Allah Swt

dan kepada rahmat-Nya. Suatu waktu, kami membawa Haji Agha Dulabi

mengunjungi seorang ulama. Ulama itu sudah tua dan sedang sakit. Sang ulama

ah
tampak sangat khawatir dengan amal-amalnya.

i
Agha Dulabi berkata, “Mengapa engkau begitu sedih? Allah Maha Pengampun.
Sy
Terimalah kenyataan. Allah Swt berfirman, Allah Swt Maha Pengampun dan Maha

Penyayang (QS. Al-Fath: 14). Allah Swt Maha Pengampun. Kamu harus menerima
a
k

kenyataan ini.”
a

Agha Dulabi berkata lagi, “Apa perlu saya bersumpah bahwa Allah Swt Maha
st

Pengampun. Jika seorang nabi datang dan menjadikan manusia berburuk sangka
u

kepada Allah Swt, atau mengatakan bahwa Allah tidak akan mengampuni mereka,
P

atau mengatakan bahwa mereka terlambat bertaubat, maka Allah akan menyingkirkan

nabi tersebut. Para nabi datang untuk menjadikan manusia bersahabat dengan Allah

Swt. Sungguh, Allah Maha Pengampun. Kita harus menerima kenyataan ini.”

Menerima dan meyakini hal ini sangat penting. Marilah kita berbaik-sangka kepada

Allah. Allah Swt menyatakan, “Aku seperti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.

Semakin besar mereka berbaik sangka kepada-Ku maka semakin besar pula Aku baik

kepada-Nya meski mereka tidak pantas mendapatkannya.”

224
Safinah al-Bihar, jil. 7, hal. 359.

218
Bahkan jika mereka pura-pura berkata, “Ya Allah, betapa Engkau Tuhan yang baik,

betapa Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang”, maka perkataan “pura-pura”

itu akan mendatangkan pengaruh yang baik baginya. Lalu Allah Swt berkata, ‘Aku

mengampuninya.’”

Manusia harus berusaha untuk memperoleh keselamatan dan rahmat Allah Swt.

Rahasia yang Tidak Boleh Diberitahukan

Almarhum Mirza Ahmad Bidabadi dikubur di dalam peti yang terbuat dari lempengan

logam. Ia seorang yang sangat terpandang dan luar biasa. Ayatullah Bahjat bercerita,

bahwa pernah suatu waktu Sayid Mahdi Bahrul Ulum datang ke Ishfahan untuk

ah
mengunjungi Almarhum Bidabadi.

i
Di pinggir Sungai Zoyandehrud, Sayid Mahdi Bahrul Ulum bertanya kepada Mirza
Sy
Ahmad, “Apakah engkau juga telah menggapai eliksir?”

Almarhum Ahmad Bidabadi menjawab, “Eliksir bukannya menggabungkan dua unsur


a
k

sehingga bisa mengubah tembaga menjadi emas. Eliksir ialah engkau melihat sesuatu
a

lalu sesuatu itu menjadi emas.”


st

Lalu dia berkata kepada Sayid Bahrul Ulum, “Lihatlah ke Sungai Zoyandehrud. Anda
u

dapat lihat cairan emas mengalir di sungai.” Kemudian Mirza Ahmad Bidabadi
P

melanjutkan, “Eliksir sesungguhnya ialah pandanganmu menjadi eliksir yang dapat

mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain.”

Suatu hari, Mirza Bidabadi duduk di dalam rumah. Hari itu adalah hari raya. Orang-

orang datang berkunjung kepadanya. Seorang pemimpin kelompok orang miskin

Isfahan datang kepadanya. Setelah satu sama lain saling menanyakan kabar masing-

masing, pemimpin kelompok orang miskin itu berkata, “Terhadap tikar kulit yang

engkau bentangkan ini, apakah engkau memiliki kelayakan atau tidak?”

Mirza Ahmad Bidabadi bertanya, “Kenapa?”

219
Orang itu berkata, “Setiap orang tidak bisa mengenakan pakaian Rasulullah saw dan

menempati kedudukan Imam Zaman dan Ahlulbait as kecuali dia mempunyai syarat-

syaratnya. Apakah engkau mempunyai syarat-syaratnya?”

Mirza Bidabadi bertanya lagi, “Apa syarat-syaratnya?”

Orang itu berkata, “Mengetahui sebagian rahasia Allah.”

Almarhum Bidabadi kembali bertanya, “Rahasia Allah yang mana?”

Orang itu berkata, “Engkau pergi ke atas mimbar lalu menyampaikan sebuah hadis

bahwa pada malam Mi’raj itu Rasulullah saw berbicara dengan Allah Swt. Allah Swt

mengajarkan tiga ribu masalah kepada Rasulullah saw. Kemudian Allah Swt berkata,

ah
‘Yang seribu sampaikan kepada umat manusia, karena itu milik masyarakat. Yang

i
seribu lagi, jika engkau ingin sampaikan, sampaikanlah dan jika tidak ingin maka
Sy
jangan disampaikan. Pilihan ada padamu. Adapun yang seribu lagi adalah rahasia,

jangan engkau katakan kepada siapa pun. Hanya orang yang memiliki kelayakan
a
k

menempati tempat Imam yang mengetahui sebagian rahasia ini.” Namun Rasulullah
a

saw telah memberitahukan sedikit dari rahasia ini kepada Salman.


st

Agha Ismail Dulabi berkata, “Jika Rasulullah saw tidak ingin mengatakan seribu
u

(terakhir) yang merupakan rahasia itu lantas kenapa beliau mengatakan kepada orang
P

jangan katakan. Ini tidak ubahnya seperti seorang ayah membeli beberapa barang lalu

membawanya ke rumah. Kemudian dia berkata, ‘Aku juga telah membeli satu benda

lagi namun aku tidak akan menunjukkannya kepada siapa pun.’ Mendengar itu, anak-

anak tentu akan mengabaikan beberapa barang yang dibeli, dan hanya mencari benda

yang satu tersebut. Dengan kata-katanya ini Rasulullah saw ingin memancing rasa

ingin tahu kita. Ini sesuatu yang menarik bagaimana Rasulullah saw membuat para

pecinta Ahlulbait menjadi penasaran ingin tahu. Jika Rasulullah saw tidak ingin

220
mengatakan seribu rahasia itu tentu beliau tidak akan menyebut-nyebutnya sama

sekali.”

Amirul Mukminin Ali as bepergian. Dia terlambat datang. Rasulullah saw berkata,

“Siapa yang dapat membawa kabar gembira tentang keselamatan sepupuku Ali as

maka aku akan memenuhi satu permintaannya.”

Mendengar itu para sahabat Rasulullah saw berpencar. Salman yang lebih tahu jalan

yang biasa ditempuh Amirul Mukminin, dapat lebih dahulu menemukan Amirul

Mukminin as dari yang lain dan memberitahukan keselamatannya kepada Rasulullah

saw.

ah
Rasulullah saw bertanya kepada Salman, “Apa yang harus aku berikan kepadamu?”

i
Salman berpikir sejenak lalu berkata, “Beri aku waktu wahai Rasulullah.” Kemudian
Sy
Salman menemui Amirul Mukminin dan meminta pandangannya. Amirul Mukminin

as berkata, “Katakan kepada Rasulullah, ‘Beritahukan kepadaku satu dari seribu


a
k

rahasia yang tidak boleh diberitahukan, yang disampaikan Allah Swt pada malam
a

Mi’raj’.”
st

Kemudian Salman mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, pada
u

malam Mi’raj, Allah telah memberimu seribu rahasia yang tidak boleh engkau
P

sampaikan kepada khalayak. Permintaanku ialah engkau mengatakan satu dari seribu

rahasia itu kepadaku.”

Mendengar itu Rasulullah saw tersenyum lalu bertanya, “Ali yang telah

mengajarimu?”

Salman menjawab, “Ya!”

Rasulullah saw tahu bahwa Salman melakukan sesuatu yang menjadi “pekerjaan tuan

rumah”. Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Besok, pergilah engkau ke kuburan

orang Yahudi yang bernama fulan.”

221
Keesokan harinya Salman pergi ke kuburan orang Yahudi. Kuburan itu terbuka, lalu

Salman masuk. Di dalam kuburan dia melihat gedung dan kebun yang sangat indah.

Salman bertanya, “Bukankah kamu orang Yahudi?”

Orang Yahudi itu menjawab, “Benar. Aku tidak mendapat taufik memeluk Islam

namun aku sangat mencintai pengganti Nabimu, Ali bin Abi Thalib as. Setiap hari aku

merasa harus melihatnya terlebih dahulu agar aku bisa dengan tenang mengurus

pekerjaanku. Saat aku masuk ke alam barzakh ini, dengan berkah kecintaan kepada

Amirul Mukminin as aku memperoleh gedung dan kebun yang ini.” 225 Begitulah!

Mengapa dikatakan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as adalah isi dan hakikat

ah
agama.

i
Dalam sebuah hadis dikatakan, “Segala sesuatu mempunyai dasar. Adapun dasar
Sy
Islam ialah kecintaan kepada kami, Ahlulbait.” 226

Orang Yahudi itu memiliki dasar kecintaan kepada Ahlulbait. Dia tidak shalat, tidak
a
k

puasa dan zahirnya tidak masuk Islam. Orang yang mengerjakan shalat, menghadap
a

kiblat dan membaca Al-Quran namun tidak memiliki hakikat dan inti agama, yaitu
st

kecintaan kepada Ahlulbait as maka dia tidak akan memperoleh apa-apa. 227
u

Kembali kepada cerita sebelumnya: Orang yang polos itu berseru kepada Mirza
P

Ahmad Bidabadi, “Jika engkau menduduki tempat Rasulullah saw dan Imam maka

engkau harus tahu rahasia yang tidak boleh dikatakan.” Almarhum Bidabadi ingin

tahu apa sebenarnya yang ingin dia katakan, lalu bertanya, “Sekarang, apakah engkau

telah menemukan sebagian dari rahasia yang tidak boleh dikatakan itu?”

Orang itu menjawab, “Aku telah mengetahui satu darinya.” Orang itu melanjutkan

kata-katanya, “Pada malam Mi’raj, Allah Swt berkata kepada Rasulullah saw, ‘Wahai

225
Kasyif al-Asrar, jil. 2, hal. 41.
226
Mizan al-Hikmah, jil. 2, hal. 1342, hadis 8804; Tuhaf al-`Uqul, hal. 37.
227
“…Katakanlah (Muhammad): “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku
kecuali mencintai keluargaku (mawaddata fi al-Qurba)”...(QS. Asy-Syuura: 23)

222
kekasih-Ku, Aku akan mengampuni semua orang yang berdosa. Namun jangan

engkau katakan ini kepada mereka.”

Apa yang dikatakan orang itu sungguh sesuatu yang memberi harapan. Dia hendak

mengatakan bahwa, “Aku yakin Allah Swt akan mengampuni seluruh orang yang

berdosa namun Dia berpesan jangan katakan ini kepada mereka karena nanti mereka

akan terus berbuat zalim.”

Dalam kitab Mishbah al-Qulûb disebutkan bahwa pada malam Mi’raj, Allah Swt juga

mengatakan, “Wahai kekasih-Ku, jika Aku tidak memaafkan seekor tikus tanah maka

apa yang Aku lakukan?” 228

ah
Kita bukan apa-apa di hadapan kebesaran dan keagungan Allah Swt. Rahmat Allah

i
Swt tidak terbatas. Allah Swt lebih penyayang kepada hamba-hamba-Nya
Sy
dibandingkan dengan siapa pun.

Kedudukan Fatimah Ma`shumah


a
k

Adalah Sayidah Fatimah Ma`shumah, seorang putri yang datang ke Qum, “Yang
a

dengan syafaatnya seluruh pecinta dan pengikut Ahlulbait dapat masuk surga.”
st

Sayidah Fatimah Ma`shumah ra, putri Imam Musa Kazhim as, dapat memberi syafaat
u

kepada seluruh pecinta dan pengikut Ahlulbait. Dengan syafaatnya maka seluruh
P

orang Syi’ah masuk surga. Tiga orang imam berkata bahwa pahala menziarahi Putri

Imam adalah surga, seperti diungkapkan dalam riwayat dengan kalimat: “(maka)

Surga wajib baginya.” Artinya, bagi orang yang menziarahinya maka surga wajib

baginya. Dia akan membawanya ke surga.

Menurut Kal Ahmad, karunia semacam itu bersifat paksaan. Artinya, karunia dan

kasih sayang Allah Swt bersifat memaksa. Allah Swt sedemikian meletakkan cara-

cara dan berbagai perbuatan baik di hadapan kita sehingga surga menjadi wajib bagi

228
Kata-kata itu diungkapkan dalam Kitab yang dimaksud dalam bahasa Persia: (Ey habib e man, agar
yek musyt e hok naiomirzam, pas ceh kunam?).

223
kita. Jika kita tidak mau pun Allah Swt tetap akan membawa kita masuk ke surga. Jika

demikian, maka apakah kita mampu rela untuk tidak pergi ke Makam Sayidah

Ma`shumah, Jamkaran dan Karbala? Tentu tidak. Meskipun orang-orang berkata,

“Jangan pergi, banyak bahaya di jalan!”, kita tetap akan pergi.

Haji Agha Dulabi (semoga Allah Swt merahmatinya) mengatakan, “Kalian tidak tahu

nilai kota Qum dan Sayidah Ma`shumah. Sebelum revolusi saya pernah tinggal

beberapa bulan di Karbala, saya pernah pergi ke Makkah dan Madinah dan tinggal

beberapa waktu di sana. Saya pergi ke Masyhad dan tinggal beberapa lama di sana.

Dan saya sudah merasa puas. Namun saya tidak pernah merasa puas dari kota Qum.

ah
Setiap saya pergi menuju Tehran wajah saya selalu menghadap Qum. Saya pernah

i
pergi ke Karbala dengan ayah saya. Di sana kami tinggal beberapa bulan. Saat pulang
Sy
dari sana, karena merasa kelelahan, kami datang ke kota Qum. Setelah tinggal satu

minggu atau beberapa hari di kota Qum semangat kami pulih kembali. Baru setelah
a
k

itu kami kembali ke Tehran.”


a

Kota Qum dan Penduduknya


st

Haji Agha Dulabi memiliki kebiasaan dan berkomitmen untuk mengakhiri


u

persinggahannya di (kota) Qum pada setiap kunjungan dan ziarahnya ke Masyhad


P

atau Karbala. Karena para Imam berkata, “Qum adalah negeri kami dan negeri

pengikut kami.” 229 Ungkapan ini begitu indah. Para Imam berkata, “Makkah adalah

tanah haram Allah, Madinah adalah tanah haram Nabi Muhammad saw, dan Kufah

adalah tanah haram Amirul Mukminin as.” Lantas, di mana tanah haram para imam

lainnya? Mereka menyatakan bahwa Qum adalah tanah haram Ahlulbait.

Disebutkan, “Tanah haram kami adalah negeri Qum.” 230

“Penduduk Qum bagian dari kami dan kami bagian dari mereka.” 231

229
Mustadrak Safinah al-Bihar, jil. 8, hal. 599.
230
Bihar al-Anwar, jil. 57, hal. 216, hadis 41.

224
“Salam Allah bagi penduduk Qum.” 232

“Sesungguhnya surga mempunyai delapan pintu. Satu pintunya untuk penduduk Qum.

Sungguh berbahagia mereka, sungguh berbahagia mereka, sungguh berbahagia

mereka.” 233

Dalam hadis lain disebutkan, “Qum adalah sarang keluarga Muhammad dan tempat

tinggal para pengikut mereka.” 234

Sarang adalah tempat tinggal burung. Hadis ini mengandung makna yang dalam.

Yakni, kami bukan penghuni bumi, kami penghuni langit. Burung selalu terbang.

Namun ke mana pun dia terbang pada akhirnya dia akan kembali ke sarangnya.

ah
Artinya, ke mana saja kami pergi hati kami tetap ingat Qum. Karena sarang keluarga

Muhammad adalah Qum.


i
Sy
Hadis-hadis tentang Qum sungguh mencengangkan. Mengapa penduduk Qum

dinamakan Qum? “Karena mereka berkumpul bersama Imam Zaman as dan bangkit
a

dengannya.” 235 Yakni, karena mereka berada di pihak Imam Zaman as.
a k

Sebuah hadis berkenaan dengan kota Qum menyebutkan, “Jika fitnah menerpa
st

seluruh negeri maka kalian harus pergi ke kota Qum dan daerah sekitarnya. Karena
u

dia terjaga dari bencana.” 236


P

Surga Kontan

Haji Agha Dulabi berkata: Dalam “Ziarah Sayidah Ma`Shumah” kita membaca,

“Salam sejahtera atasmu wahai putri Rasulullah. Salam sejahtera atasmu wahai putri

Fathimah dan Khadijah. Salam sejahtera atasmu wahai putri Amirul Mukminin.

Salam sejahtera atasmu wahai putri Hasan dan Husain. Salam sejahtera atasmu wahai

231
Mustadrak Safinah al-Bihar, jil. 8, hal. 599.
232
Bihar al-Anwar, jil. 57, hal. 217, hadis 46.
233
Bihar al-Anwar, jil. 57, hal. 215, hadis 33.
234
Bihar al-Anwar, jil. 57, hal. 214, hadis 31.
235
Bihar al-Anwar, jil. 57, hal. 216, hadis 38.
236
Bihar al-Anwar, jil. 57, hal. 214, hadis 36 dan 44.

225
putri wali Allah. Salam sejahtera atasmu wahai saudara perempuan wali Allah. Salam

sejahtera atasmu wahai bibi wali Allah. Salam sejahtera atasmu wahai putri Musa bin

Ja`far. Semoga rahmat dan berkah Allah tercurah kepadamu.” 237

Putri ini terhubung dengan semua sisi. Jika kita terhubung dengan Fatimah

Ma’shumah maka itu sangat berharga. Salah satu dari delapan pintu surga akan

terbuka bagi kita. Ini sangat penting. Atau malahan, mungkin kita sudah berada di

surga. Seseorang menatap Imam Ja`far Shadiq as seraya berkata, “Aku memohon

surga kepada Allah.”

Imam Ja`far as menjawab, “Kamu sedang berada di surga.”

ah
Orang itu belum tahu bahwa saat dia menatap Imam dan berada di hadapannya dia

i
sedang berada di surga. Orang itu berkata, “Tuan, kita ini sedang berada di bumi,
Sy
sedang berada di dunia.”

Imam Shadiq as berkata, “Engkau sedang berada di surga.” 238 Orang itu tetap belum
a
k

paham apa yang dikatakan Imam Ja’far. Imam bertanya kepadanya, “Apakah engkau
a

mengakui wilâyah kami?” Orang itu menjawab, “Tentu.”


st

Kemudian Imam berkata, “Wilâyah kami adalah surga. Seseorang yang mengakui
u

wilâyah kami maka Allah Swt pasti akan memasukkannya ke dalam surga.”
P

Ambillah surga dan neraka secara kontan. Perselisihan, maksiat, dan dosa adalah

neraka yang kontan. Sedangkan cinta, kepemimpinan (wilâyah) Ahlulbait adalah

surga yang kontan. Sebagaimana dikatakan seorang ulama: “Kita harus mulai belajar

tinggal di surga dari sekarang.”

Rasulullah saw bersabda, “Ketahuilah, siapa yang mencintai Ali maka dia tidak akan

meninggalkan dunia kecuali setelah minum air Telaga Kautsar, setelah makan buah

Thuba, dan telah melihat tempat kediamannya di surga.” 239

237
Mafatih al-Jinan.
238
Safinah al-Bihar, jil. 4, hal. 546.

226
Artinya, pecinta Ali dapat merasakan kelezatan surga di dunia ini, bukan hanya

setelah dia meninggal dunia. Kita pun dapat memiliki pengharapan, mudah-mudahan

Allah Swt mencurahkan rahmat dan cinta-Nya kepada kita semua, dan mempertebal

rasa cinta kepada Ahlulbait as, serta menganugerahkan seluruh kebaikan kepada

empat belas manusia suci dan kepada kita. Begitu juga semoga Allah Swt menjauhkan

seluruh keburukan dari kita sebagaimana Dia telah menjauhkannya dari empat belas

manusia suci. Dengan hak Muhammad dan keluarga Muhammad.[]

ah
-13-

i
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
Sy
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekitarmu (QS. Ali Imran: 159).


a
a k

Kedekatan dan Kecintaan kepada Allah


st

Zikir shalawat adalah salah satu zikir yang sangat dianjurkan. Seseorang yang dalam
u

waktu senggangnya membaca shalawat dengan khusyuk dan penuh cinta, akan
P

menjadi semakin dekat dengan Allah Swt. Amal mustahab dikatakan mustahab karena

dia dikerjakan dengan cinta. Seluruh amal mustahab masuk dalam “Bab Cinta”.

Dengan amal tersebut Allah Swt ingin menumbuhkan rasa cinta. Berbeda dengan

amal wajib yang mau tidak mau harus dilakukan.

Dalam sebuah hadis dikatakan, “Seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan

ibadah-ibadah nafilah dan mustahab sehingga Aku mencintainya. Tatkala Aku telah

mencintainya maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengan itu dia dapat

239
Bihar al-Anwar, jil. 7, hal. 221, hadis 133.

227
mendengar, Aku akan menjadi penglihatannya yang dengan itu dia dapat melihat, Aku

akan menjadi lidahnya yang dengan itu dia dapat berbicara, dan Aku akan menjadi

tangannya yang dengan itu dia dapat menindak. Saat dia berdoa kepada-Ku Aku akan

mengabulkan doa-Nya dan saat Dia meminta kepada-Ku Aku akan penuhi

permintaannya.” 240

Artinya, bagi orang itu—setelah melalui suatu proses tertentu—Allah Swt senantiasa

menyertainya ke mana saja dia pergi. Jalan untuk dapat menyatu dengan Allah Swt

dan menjadi hamba-Nya yang sempurna ialah dengan mengerjakan amal-amal

mustahab atau sunnah; yang sangat dianjurkan.

ah
Agha Dulabi berkata, “Amal-amal wajib adalah keadilan. Maksudnya, perbuatan itu

i
memang harus dilakukan. Seperti hanya memberi uang yang sepadan dengan jumlah
Sy
barang yang kita beli. Di sini tidak akan tercipta hubungan cinta. Sekalipun selama

dua puluh tahun kita membeli barang dari seorang pedagang yang sama dan kita
a
k

membayar sejumlah barang yang dibeli, itu tidak akan menciptakan hubungan cinta di
a

antara kita dengan pedagang itu. Karena dia hanya memberi apa yang menjadi hak
st

kita dan kita pun hanya memberi apa yang menjadi haknya. Namun, jika pedagang itu
u

memberi barang kepada kita dan dia tidak mau menerima bayaran, atau memberikan
P

harga yang sangat murah dengan tidak menarik keuntungan dari sisi yang lain, atau

memberi barang yang sangat bagus kemudian mengantarkannya ke depan pintu

rumah, tentu hati kita akan tertawan olehnya. Begitu juga sebaliknya. Jika kita

memberi hadiah kepadanya, mengiriminya bingkisan, tentu dia akan merasa dekat

sekali dan mengirimi kita buah-buahan yang segar. Perhatikanlah pengaruh dari amal-

amal mustahab yang penuh keutamaan! Jika kita melakukan jual beli biasa selama dua

puluh tahun berdasarkan prinsip keadilan, di sana tidak akan tercipta hubungan cinta

240
Bihar al-Anwar, jil. 72, hal. 155, hadis 25; Wasa’il asy-Syi`ah, jil. 3, hal. 53, hadis 4542.

228
antara satu dengan yang lain. Tetapi sekali saja kita keluar dari jual beli biasa, lalu

lihatlah apa yang terjadi!”

Artinya, janganlah kita merasa cukup hanya dengan amal-amal wajib. Cinta dapat

mengharubirukan manusia, dapat menawan hati mereka. Karena cinta, manusia dapat

menjadi budak. Iman yang merupakan milik hati selalu bersama dengan cinta. Al-

Quran berkata, Tidak ada paksaan dalam agama (QS. Al-Baqarah: 256). Rasulullah

saw berkata, “Aku tidak bisa memerintahkan kalian dengan paksa untuk beriman

kepadaku dan mencintaiku.” Iman sama sekali tidak sejalan dengan paksaan dan

kekerasan. Iman harus didasarkan cinta. Karena berkaitan dengan hati.

ah
Allah Swt berfirman, Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.”

i
Katakanlah (kepada mereka), “Kami belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah
Sy
masuk Islam,’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu (QS. Al-Hujurat: 14).

Seseorang yang mengucapkan dua kalimat syahadat (syahadatain) berarti telah


a
k

menjadi Muslim. Dan jika dia mengimani dan mencintai Allah Swt di dalam hatinya
a

berarti dia telah beriman. Iman khusus milik hati dan harus didasarkan cinta. Coba
st

lihatlah betapa amal-amal mustahab begitu berpengaruh dan memberikan berkah! Jika
u

selama empat puluh tahun kita berhubungan dengan seseorang atas dasar prinsip
P

keadilan maka tidak akan tercipta hubungan cinta di antara kita dengannya, namun

sebuah kebajikan dan keutamaan yang kita lakukan kepadanya segera dapat

mewujudkan hubungan cinta di dalamnya.

Haji Agha Dulabi (semoga Allah Swt merahmatinya) menceritakan kisah berikut:

Saya tidak tahu apakah ini hanya sebuah dongeng atau benar-benar terjadi. Meskipun

begitu, cerita ini mengandung pelajaran yang baik.

Pada zaman dahulu, sapi-sapi diadu untuk menguji kekuatannya. Mereka ingin tahu

mana sapi yang paling kuat. Setiap sapi yang menang dalam pertarungan selalu

229
diambil dan dipelihara oleh penguasa. Muawiyah mempunyai seekor sapi yang sangat

kuat. Dia menjelajahi pelosok negeri untuk mencari sapi-sapi yang kuat untuk diadu

dengan sapinya. Jika sapinya menang, maka itu yang diharapkan, sehingga sapinya

menjadi sapi yang terkuat. Namun jika lawan yang menang maka dia akan mengambil

sapi itu dari pemiliknya dan memeliharanya.

Salah seorang pengikut Amirul Mukminin as mempunyai seekor sapi yang kuat.

Berita ini sampai ke Muawiyah. Muawiyah berkata, “Bawa sapi itu kemari.” Pemilik

sapi melihat, walau bagaimana pun dia berada di pihak yang rugi. Karena, jika sapi

Muawiyah yang menang maka sapinya akan mati, dan jika sapinya yang menang

ah
maka Muawiyah akan mengambil sapinya.

i
Malam harinya dia mengucapkan salam perpisahan dengan sedih kepada sapinya,
Sy
“Malam ini adalah malam terakhir engkau berada di sisiku. Karena jika engkau pergi

ke sana maka engkau akan menjadi sapi Muawiyah.”


a
k

Sapi itu berkata, “Tidak, aku akan kembali.”


a

Orang itu bertanya, “Bagaimana? Karena baik engkau menang atau pun kalah engkau
st

tidak akan bisa kembali.”


u

Sapi itu menjawab, “Aku akan berusaha supaya tidak terjadi pertarungan, sehingga
P

dengan begitu aku bisa kembali.” Orang itu bertanya, “Bagaimana caranya?”

Sapi menjawab, “Aku telah berteman lama dengan sapi Muawiyah. Dahulu, pemilik

kami orang yang sama. Suatu malam, dia tidak punya rumput dan jerami sama sekali.

Lalu aku berikan jatah rumputku kepadanya. Dia berutang budi kepadaku dan karena

itu dia mencintaiku. Setiap dia melihatku dia akan ingat kebaikanku dan dia tidak

akan mau bertarung denganku.”

Dan memang benar itu yang terjadi. Keesokan harinya saat keduanya bertemu, satu

sama lain saling memberi salam dan kembali ke kandang. Meskipun orang-orang

230
sudah berusaha sedapat mungkin mengadunya namun kedua sapi itu tetap tidak mau

bertarung.

Tidak penting apakah cerita ini hanya dongeng atau sesuatu yang benar-benar terjadi.

Yang lebih penting dari cerita ini ialah kandungan pelajarannya yang berharga.

Marilah kita kumandangkan seruan cinta di alam ini. Karena dengan cinta segala

sesuatu dapat dilakukan. Tapi sebaliknya, dengan kebencian, dendam dan

permusuhan, tidak akan ada masalah yang bisa diselesaikan.

Pedang Cinta

Haji Agha Dulabi berkata, “Kita mempunyai dua pedang: pedang besi dan pedang

ah
cinta. Pedang cinta jauh lebih kuat dan lebih tajam. Dengan pedang besi orang-orang

i
dapat membunuh musuh namun dengan pedang cinta mereka dapat membuat teman
Sy
rela mati syahid. Pedang cinta jauh lebih kuat dan lebih tajam. Korbannya tidak

mengeluarkan darah, kematian yang diakibatkannya adalah kematian terbesar.”


a
k

Ada orang-orang yang rela mengorbankan segala yang dimilikinya demi kecintaannya
a

kepada para imam. Seorang anak yang kehilangan ayah-ibunya lalu dibesarkan oleh
st

orang lain yang memberinya makanan, pakaian, kesehatan, menyekolahkan,


u

memberinya rumah dan penghidupan. Maka, tentu dia tidak dapat berbuat apa-apa di
P

hadapan orang yang telah berjasa kepadanya selain berkorban. Orang itu telah

membunuhnya dan menjadikannya sebagai korban cinta dan kebajikannya. Sungguh

cinta sangat perkasa.

Amirul Mukminin as berkata, “Jika sebuah gunung mencintaiku niscaya dia

hancur.” 241 Inilah yang dapat dilakukan pedang cinta.

Amal-amal mustahab dapat menciptakan cinta, karena dilakukan atas dasar cinta yang

tidak ada paksaan di dalamnya. Jika kita melakukannya maka itu akan mendatangkan

241
Bihar al-Anwar, jil. 64, hal. 247, hadis 88; Nahj al- Balaghah, hikmah 111.

231
cinta. Ketika kita berkata, “Ya Allah, aku mencintai amal ini dan tidak ada paksaan di

dalamnya.” Maka Allah Swt menjawabnya, “Jika seseorang melakukan amal ini maka

Aku mencintainya.”

Allah Swt berkata dalam hadis qudsi, “Seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku

dengan ibadah nafilah (mustahab) hingga Aku mencintainya.” 242

Mengingat Nabi saw di Samping Mengingat Allah Swt

Berkenaan dengan ayat “…dan dirikanlah shalat..” (QS. Al-Baqarah: 43) terdapat

riwayat yang menjelaskan bahwa maksudnya ialah bershalawatlah kepada

Muhammad dan keluarga Muhammad.

ah
Allah Swt berfirman, Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri... (QS. Al-A`la:

i
14-15). Berkenaan dengan penyucian diri Allah Swt juga berfirman, Maka janganlah
Sy
kamu menganggap dirimu suci (QS. An-Najm: 32). Yaitu, jangan engkau berkata

dirimu baik.
a
k

Allah Swt berfirman, Tetapi Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki (QS. An-
a

Nur: 21). Yaitu, siapa yang meletakkan dirinya di jalan kesucian maka Allah Swt akan
st

menyucikannya.
u

Kemudian Allah Swt berfirman, dan mengingat nama Tuhannya lalu dia shalat (QS.
P

Al-A`la: 14-15). Setelah mereka menyucikan diri, mereka menyebut nama Tuhannya.

Imam Ali Ridha berkata, “Kata fashallâ (lalu dia shalat) yang terdapat dalam ayat ini

bukan berarti shalat. Karena jika berarti, shalat maka itu beban yang sulit ditanggung.

Sebab, setiap kali seseorang mengingat nama Allah maka dia harus shalat. Berarti dia

harus selalu dalam keadaan shalat. Tetapi arti yang dimaksud ialah, setiap kali

seseorang mengingat Allah Swt, maka dia mengucapkan shalawat kepada Muhammad

dan keluarga Muhammad. Yaitu nama Rasulullah saw berada di samping nama Allah

242
Bihar al-Anwar, jil. 72, hal. 155, hadis 25.

232
Swt. Manusia harus mengetahui bahwa mengingat nama Allah Swt berarti juga

“berutang” kepada Rasulullah saw dan keluarganya. Oleh karena itu, setiap kita

melihat kebaikan dan berkesempatan mengingat Allah Swt maka jangan lupa untuk

menyertainya dengan bershalawat kepada Muhammad dan keluarganya.

Pembicaraan tentang Rahmat Allah

Satu pertanyaan yang sering muncul dalam pikiran kita ialah, mengapa sedemikian

banyak pembicaraan tentang rahmat dan cinta Allah kepada hamba-hamba-Nya?

Apakah Allah Swt tidak punya siksa dan neraka? Bukankah Allah Swt Mahaperkasa?

Bukankah Allah juga mempunyai kemarahan? Kenapa kita berbicara tentang rahmat

ah
Allah Swt sedemikian panjang lebar. Mungkin sebagian kalangan yang berpandangan

i
sempit akan berkata, “Tuan, Anda selalu berbicara tentang rahmat dan cinta Allah.
Sy
Coba berbicaralah juga tentang neraka Jahannam, tentang siksa Allah Swt.”

Pertama: penciptaan alam semesta berpijak di atas pilar cinta, bukan di atas pilar
a
k

siksa. Yaitu Allah Swt tidak menciptakan alam semesta ini untuk memenuhi neraka
a

Jahannam, untuk memenuhi penjara-Nya. Tetapi Allah Swt menciptakan alam ini
st

untuk memenuhi surga-Nya. Sebagian kalangan menyangka bahwa Allah Swt


u

menciptakan sekelompok orang untuk disiksa atau dibakar di neraka. Kalau pun kita
P

tidak mengatakan perbuatan ini zalim, setidaknya kita mengatakan perbuatan ini sia-

sia.

Allah Swt berfirman di dalam Al-Quran, Tetapi mereka senantiasa berselisih

(pendapat), kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah

menciptakan mereka (QS. Hud: 118-119).

233
Tentang penafsiran ayat ini, ungkapan “Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka”,

yaitu untuk rahmat. Artinya, Aku telah menciptakan mereka karena rahmat. Yaitu

rahmat keluarga Muhammad. 243

Artinya, penciptaan alam semesta berpijak di atas pilar rahmat dan cinta. Dalam

Hadis Kisa’ terbaca: “Allah Swt menciptakan alam semesta untuk kalian Ahlulbait

dan kecintaan kepada kalian.”

Kedua: Untuk apa para nabi dan para malaikat yang merupakan utusan dan wakil

Allah Swt datang? Apakah mereka datang untuk membalas dendam, hendak

memenuhi neraka Jahannam dan berperang, atau untuk membawa rahmat? Allah Swt

ah
berkata kepada Rasulullah saw, Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali untuk

menjadi rahmat bagi semesta alam (QS. Al-Anbiya:107).


i
Sy
Nabi Muhammad saw sebagai nabi tertinggi dan merupakan inti dari semua nabi

bersabda, “Aku diutus hanya untuk menjadi rahmat.” 244


a
k

Rahmat dan Perilaku Baik adalah Bentuk Kepemimpinan Rasulullah saw


a

Allah Swt berfirman di dalam Al-Quran, Maka berkat rahmat Allah engkau
st

(Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap


u

keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu (QS. Ali
P

Imran: 159).

Allah Swt telah meletakkan rahmat-Nya dalam hati dan dirimu sehingga engkau

bersikap lembut. Model kepemimpinan Rasulullah saw adalah rahmat dan perilaku

yang baik. Rasulullah saw berkata, “Aku diperintahkan Allah untuk berperilaku baik

kepada manusia sebagaimana Dia juga memerintahkanku untuk menunaikan hal-hal

yang wajib.” 245 Dalam kalimat yang lain disebutkan: Jibril selalu turun kepadaku dan

243
Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jil. 2, hal. 405.
244
Bihar al-Anwar, jil. 10, hal. 30.
245
Al-Kafi, jil. 2, hal. 117.

234
memerintahkan supaya aku berperilaku baik kepada masyarakat, sebagaimana juga

dia memerintahkan agar aku menunaikan hal-hal yang wajib.

Amirul Mukminin as berkata, “Siapa saja yang lembut perilakunya, maka

mencintainya adalah wajib.” 246

Yang dimaksud “mencintainya adalah wajib” ialah secara otomatis manusia akan

tertarik dan selalu cenderung untuk mencintai “orang yang berlaku lembut”. Kepada

seorang pedagang, seorang ruhaniawan dan seorang guru yang baik akhlaknya,

pengasih dan penuh cinta, kita tidak bisa tidak akan mencintainya. Dengan cinta dan

rahmat, Rasulullah saw mampu menembus hati dan mengubah berjuta-juta manusia.

ah
Rahmat itu pun berasal dari Allah Swt yang diletakkan di dalam hatinya. Karena itu,

i
salah satu pesan dari ayat ini ialah bahwa seluruh rahmat berasal dari Allah Swt.
Sy
Karena itu kita harus memohon kepada Allah Swt untuk dapat menggapainya.

Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla itu
a

Maha Pengasih. Dia mencintai setiap yang pengasih.” 247


a k

Memohon Cinta
st

Salah satu cara untuk memperbanyak rahmat dan cinta ialah ber-istighatsah kepada
u

Allah Swt. Salah satu doa yang sering dibaca Haji Agha Dulabi dalam qunutnya ialah,
P

“Ya Allah, aku memohon cinta-Mu, cinta orang yang mencintai-Mu dan cinta setiap

amal yang mendekatkanku kepada-Mu.” 248

Dalam beberapa riwayat dikatakan, “Siapa saja yang semakin tebal imannya dan

selalu dikunjungi para malaikat maka kasih sayangnya semakin besar. Siapa saja yang

selalu dikunjungi setan hatinya semakin keras.”

246
Mizan al-Hikmah, jil. 2, hal. 1589, hadis 10306; Ghurar al-Hikam, hal. 599, hadis 507.
247
Amali at-Thusi, majlis 18, hal. 516; Bihar al-Anwar, jil. 71, hal. 394.
248
“Munajat Pecinta”, dalam Mafatih al-Jinan.

235
Pada hati manusia ada dua telinga: satu telinga tempat setan membisikkan bisikan-

bisikannya dan satu telinga lagi tempat para malaikat membisikkan kepahaman dan

rahmat. 249

Menarik Rahmat Allah

Dari mana manusia mengetahui bahwa dia memperoleh rahmat Allah? Jika seorang

banyak mencintai dan mengasihi diri dan makhluk Allah Swt maka dapat dipastikan

dia berada dalam rahmat-Nya. Keduanya mempunyai hubungan atau keterkaitan

secara langsung. Seseorang berkata kepada Rasulullah saw, “Aku ingin Allah

mencintaiku.” Rasulullah saw menjawab, “Kasihi dirimu dan kasihi makhluk-Nya

ah
niscaya Allah mengasihimu.” 250

i
Seseorang yang mengasihi dirinya dan orang lain maka dia pasti berada dalam rahmat
Sy
Allah Swt. Oleh karena itu, kita harus mempraktikkan rahmat dan cinta agar keduanya

semakin bertambah. Seperti sebuah modal, yang apabila dijalankan tentu akan
a
k

bertambah banyak. Tapi sebaliknya, jika didiamkan maka modal itu tidak akan pernah
a

bertambah. Modal akan mendatangkan modal. Begitu juga cinta, yang akan
st

mendatangkan cinta. Semakin sering kita menggunakan cinta dan kasih sayang maka
u

keduanya akan semakin bertambah besar. Seperti cinta kepada istri, kepada ayah-ibu,
P

anak, teman, guru, orang-orang yang ada di sekitar, orang yang suka berhubungan

dengan kita, kepada orang yang bekerja sama dengan kita dan seterusnya. Pendek

kata, mencintai seluruh makhluk.

Barangsiapa yang paling mencintai makhluk, maka dia orang yang paling banyak

mendapat rahmat Allah Swt. Nabi Muhammad saw adalah manusia yang paling

pengasih. Bahkan mencintai seekor semut akan mendatangkan rahmat Allah Swt.

249
Safinah al-Bihar, jil. 7, hal. 308.
250
Mizan al-Hikmah, jil. 2, hal. 1050, hadis 7004.

236
Allah Swt membentangkan rahmat-Nya bagi orang-orang yang mengasihi makhluk-

Nya.

Dalam riwayat dikatakan, “Hujan rahmat mencapai puncaknya saat di dalam hatimu

ada kecintaan kepada seluruh manusia.” 251

Mengharapkan kebaikan untuk masyarakat dan mengasihi mereka akan membuat

rahmat Allah Swt yang tidak terbatas bergolak dan tercurah kepada manusia.

Anak-anak Haji Agha Dulabi bercerita, “Pada saat-saat terakhir hidup ayah kami,

meskipun dalam keadaan lemah beliau mengangkat tangannya tinggi-tinggi seraya

berkata, ‘Ya Allah, rahmat khusus yang hanya Engkau berikan kepada orang-orang

ah
khusus, berikan juga kepada seluruh makhluk di alam ini hingga mereka bisa

i
merasakannya, dari orang-orang yang pertama hingga orang-orang terakhir.’
Sy
Kemudian dia meneteskan air mata sambil mengucapkan istighfar, khawatir

permintaannya itu tidak sesuai dengan adab dan kedudukannya sebagai seorang
a
k

hamba.” Yaitu, “kami tentu tunduk terhadap ketentuan-Mu, namun kami berharap
a

begitu.”
st

Allah Swt pasti memberikan rahmat khusus-Nya kepada seluruh makhluk. Setiap
u

orang mukmin mengharapkan sesuatu bagi dirinya maka dia juga harus
P

mengharapkan sesuatu itu bagi orang lain. Seorang mukmin haruslah berjiwa

demikian. Segala sesuatu yang dia inginkan bagi dirinya harus juga dia inginkan bagi

orang lain. Rasulullah saw menghadapi orang-orang Arab yang kasar dan

temperamental dengan rahmat dan cinta. Orang-orang Arab yang berada pada puncak

kekerasan hati, yang sanggup mengubur hidup-hidup anak-anak perempuan mereka

yang masih kecil. Sungguh jika bukan Al-Quran sendiri yang menceritakannya

kenyataannya ini sulit dapat dipercaya. Namun apa mau dikata, karena Al-Quran

251
Mizan al-Hikmah, jil. 2, hal. 1050, hadis 7003.

237
sendiri yang menceritakan kenyataan itu, Apakah dia akan memeliharanya dengan

(menanggung) kehinaan atau akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)

(QS. An-Nahl: 59). Manakala mendengar cerita ini hati manusia tercabik-cabik dan

tubuhnya gemetar.

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw dan berkata bahwa dia belum pernah

mencium anak-anaknya. Mendengar itu Rasulullah saw berkata, “Orang ini sepertinya

tidak punya perasaan.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang tidak

mengasihi tidak akan dikasihi.” 252 Yakni, Allah Swt juga tidak akan mengasihinya.

Rasulullah saw juga bersabda, “Kasihilah makhluk yang ada dibumi, niscaya

ah
mengasihimu makhluk yang ada di langit.” 253

i
Jika seseorang mengasihi orang-orang yang di bawahnya maka Allah juga akan
Sy
mengasihinya. Karena itu, jika kita ingin memperbanyak rahmat dan cinta maka kita

harus bertindak atau beramal (juga) dengan rahmat dan cinta, supaya keduanya
a
k

semakin bertambah luas dan banyak. Seluruh Surah Al-Quran dimulai dengan sifat
a

kasih sayang Allah Swt kecuali Surah at-Taubah. Sebagai gantinya Allah menyebut
st

bismillâhirrahmânirrahîm (dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha


u

Penyayang) sebanyak dua kali dalam Surah an-Naml.


P

Salah seorang teman menukil sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa setiap kali

Imam Ja`far Shadiq as membaca Surah at-Taubah dari pertengahan atau bukan dari

ayat pertama beliau selalu memulainya dengan mengucapkan

bismillâhirrahmânirrahîm. Imam Ja`far Shadiq as menyatakan, “Karena pada ayat

pertama Allah Swt ingin mengancam orang-orang musyrik.” Atau menurut peribahasa

kita, pada ayat-ayat pertama at-Taubah itu tidak sejalan dengan senyum.

252
Mizan al-Hikmah, jil. 2, hal. 1044, hadis 6963.
253
Mizan al-Hikmah, jil. 2, hal. 1044, hadis 6958.

238
Ayat yang Paling Memberikan Harapan

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, “Aku mendengar kekasihku

Rasulullah saw bersabda, ‘Ayat yang paling memberikan harapan di dalam Al-Quran

ialah ayat Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada

bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-

kesalahan (QS. Hud: 114).’”

Rasulullah saw bersabda, “Hai Ali, aku bersumpah dengan Zat yang telah mengutusku

sebagai pemberi kabar gembira, setiap kali salah seorang dari kamu berwudhu maka

dosa-dosanya berguguran dari anggota tubuhnya. Dan setiap kali dia berdiri

ah
menghadap Allah dengan hati dan tubuhnya maka sebelum shalatnya selesai tidak ada

i
satu pun dosanya yang tersisa. Dia tidak ubahnya seperti bayi yang baru dilahirkan.”
Sy
Rasulullah saw melanjutkan sabdanya, “Hai Ali, kedudukan shalat lima waktu bagi

umatku tidak ubahnya seperti sebuah sungai yang mengalir di rumahmu. Tidak akan
a
k

ada seorang pun dari kalian yang menganggap masih ada kotoran di tubuhnya apabila
a

sebanyak lima kali dalam sehari dia membersihkan dirinya di sungai itu. Aku
st

bersumpah dengan nama Allah, begitulah kedudukan shalat lima waktu bagi
u

umatku.” 254
P

Dalam riwayat lain disebutkan, Amirul Mukminin as telah bersabda, “Dengan

perantaraan setiap kebaikan Allah Swt menghapus satu kesalahan.” 255

Juga diriwayatkan dari Imam Ja`far Shadiq as yang berkata, “Shalat malam

menghapus dosa-dosa siang hari.” 256

Seluruh kebaikan adalah kebajikan. Namun shalat merupakan kebajikan tertinggi.

Allah Swt berfirman, Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.

Betapa Allah Swt amat mengasihi hamba-hamba-Nya! Jika kebaikan-kebaikan


254
Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jil. 2, hal. 401, hadis 237; Bihar al-Anwar, jil. 79, hal. 220, hadis 21.
255
Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jil. 2, hal. 402, hadis 238.
256
Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jil. 2, hal. 403, hadis 241.

239
manusia mengalahkan kesalahan-kesalahannya maka kebaikan-kebaikan tersebut akan

menghapus seluruh bekas kesalahan.

Amirul Mukminin as berkata, “Orang yang kebaikannya lebih banyak dari

kesalahannya maka dia orang yang sempurna.” 257

Beliau tidak mengatakan dia orang yang baik tetapi orang yang sempurna. Artinya,

saat piring timbangan kebaikan lebih berat maka berarti piring timbangan kesalahan

menjadi lenyap dan dianggap tidak ada. Saat hati kita berat ke satu sisi maka sisi yang

lain menjadi lemah. Sungguh ini sebuah kabar yang sangat menggembirakan. Karena

kaidah ini tidak berlaku sebaliknya bahwa kesalahan dapat menghapus kebaikan.

ah
Karena jika demikian kita semua celaka. Kebaikan mengalahkan kesalahan, yaitu

i
surga mengalahkan neraka Jahannam, dan neraka tidak pernah mengalahkan surga.
Sy
Sesungguhnya, rahmat Allah mengalahkan murka-Nya. Kata yudzhina (melenyapkan)

bermakna mencabut akar kesalahan. Dalam ayat ke-114 Surah Hud ini terkandung
a
k

kabar gembira yang besar. Karena itu, ayat ini digambarkan sebagai ayat yang paling
a

memberikan harapan.
st
u

Mengganti Keburukan dengan Kebaikan


P

Dalam ayat lain Allah Swt berfirman, Kecuali orang-orang yang bertaubat dan

beriman dan mengerjakan kebajikan, maka kejahatan mereka diganti Allah dengan

kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS. Al-Furqan: 70).

Jika seseorang melakukan berjuta-juta dosa lalu dia bertaubat, beriman dan

memperbaiki perbuatannya maka kaidahnya ialah, Allah Swt mengampuni dosa-

dosanya. Namun ayat di atas mengatakan sesuatu yang lain. Ayat di atas berkata,

Allah mengganti kejahatan mereka dengan kebaikan... Artinya, seratus juta dosa yang

257
Tashnif Ghurar al-Hikam, hal. 317.

240
dilakukan akan diganti dengan seratus juta kebaikan. Persis seperti orang yang pailit

dan terlilit utang. Kaidah yang biasa berlaku ialah melunasi utang-utangnya. Namun

dalam ayat di atas Allah Swt berkata, Kami membayari seratus juta utangmu

kemudian memberimu seratus juta lagi sebagai modal. Ini tidak ubahnya seperti orang

yang banyak melakukan kesalahan lalu menyesal, kemudian kepadanya kita memberi

medali penghargaan dan kedudukan. Apalagi, jika kita melihat ayat sebelumnya yang

menyatakan bahwa Allah Swt tengah berbicara tentang dosa-dosa besar seperti bunuh

diri, menyekutukan Allah dan berzina yang mempunyai siksa teramat pedih. Jadi,

secara keseluruhan Allah Swt ingin mengatakan, jika dia bertaubat maka Kami akan

ah
memberinya medali penghargaan dan mengganti dosa-dosanya dengan kebaikan. Jika

i
tidak ada ayat ini kita sulit memercayai berita gembira tersebut.
Sy
Hamba-hamba Allah yang Istimewa

Pada ayat-ayat sebelum ayat di atas terdapat pembicaraan tentang hamba-hamba Allah
a
k

yang istimewa dan tentang sifat-sifat mereka, Adapun hamba-hamba Tuhan Yang
a

Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati
st

dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina),
u

mereka mengucapkan salam kepada mereka (QS. Al-Furqan: 63).


P

Rendah-hati saat Berjalan

Almarhum Syekh Abdulkarim Hamid berkata, “Cobalah perhatikan bagaimana kita

berjalan? Apakah dengan membusungkan dada? Dengan mengangkat kepala? Atau

menginginkan semua orang mengucapkan salam kepada kita?” Kita harus berjalan

dengan ringan tanpa ada kesombongan. Sebagian orang saat keluar dari rumah

berusaha menjaga citra dan berharap agar semua orang mengucapkan salam

kepadanya serta memberinya bermacam-macam gelar.

241
Hamba-hamba Allah berjalan dengan sangat ringan dan tenang. Kata hawn dalam ayat

di atas berarti ringan dan perlahan. Anda harus belajar cara minum kepada keledai dan

cara berjalan kepada sapi. Keduanya melakukannya dengan perlahan dan mantap.

Sebagian orang mengangkat wadah air tinggi-tinggi dan menenggaknya dengan

tergesa-gesa.

Kepada keledai ditanya, ”Siapa yang paling keledai dari kamu?” Keledai menjawab,

“Pemilik keledai”. Karena pada saat aku minum dengan perlahan dia mencambukku

supaya aku minum cepat-cepat.

Kita juga perlu belajar cara berjalan pada sapi. Dia berjalan dengan tenang dan

ah
perlahan. Dalam sebuah hadis dikatakan, “Hormatilah sapi karena dia penghulu

i
binatang ternak. Dia tidak pernah mengangkat kepalanya ke atas sejak patung anak
Sy
sapi dijadikan sembahan oleh manusia, karena malu kepada Allah.” 258 Singkatnya,

manusia harus belajar dari sapi bagaimana cara berjalan yang tenang.
a
k

Allah Swt berfirman, Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah
a

orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati.


st

Menghadapi Orang-orang Bodoh dengan Bijaksana


u

Kemudian Allah Swt berfirman, ... dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka
P

(dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan salam kepada mereka.

Artinya, saat mereka bertemu orang-orang bodoh mereka menghadapinya dengan

bijaksana. Hanya dengan satu ucapan mereka dapat menyelasaikan semua masalah

keluarga. Jika kita melihat seorang laki-laki, perempuan, atau anak yang bertabiat

buruk, cobalah mengucapkan salam kepadanya. Jangan bertengkar dengan mereka.

Berlalulah dari hadapannya dengan bijaksana. Dalam ayat lain Allah Swt berfirman,

Dan apabila mereka mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya

258
Bihar al-Anwar, jil. 13, hal. 208, hadis 3.

242
dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, semoga

selamatlah kamu. Kami tidak ingin (bergaul) dengan orang-orang bodoh (QS. Al-

Qashash: 55).

Sungguh sebuah ayat yang indah. Kita tidak mempunyai ayat Al-Quran yang

menyuruh kita bertengkar dengan orang-orang yang bodoh. Kita jangan bertengkar

dengan orang-orang bodoh yang “teriak-teriak” (merusak—peny.) di pemerintahan,

lingkungan, rumah, atau di surat-surat kabar. Jika kita mengacak-acak kotoran maka

baunya semakin menyengat. Jika kita mengacak-acak api maka nyalanya semakin

membara.

ah
Al-Quran tidak berkata, bertengkarlah dengan orang bodoh. Al-Quran berkata,

i
Berlalulah dari hadapan orang bodoh dengan perlahan dan bijaksana. Lakukanlah
Sy
sesuatu yang dapat menjadikan api itu padam, bukan malah membuatnya semakin

menyala. Jika kita melayani orang bodoh maka keadaan akan semakin menjadi
a
k

bertambah buruk. Hadapilah mereka dengan perilaku yang baik. Apa yang telah
a

dilakukan Rasulullah saw kepada seorang pemuda yang selalu melempari beliau
st

dengan debu dan kotoran? Pemuda itu melempari Rasulullah saw dengan tanah
u

namun Rasulullah saw membalasnya dengan mendoakannya. Setelah beberapa waktu


P

tidak melihatnya Rasulullah saw menanyakan keadaannya. Orang-orang menjawab,

bahwa pemuda itu sakit dan kini sedang terbaring di tempat tidur. Jika kita yang

berada pada posisi Nabi Muhammad saw mungkin kita akan berkata, “Ya Allah,

terima kasih. Aku berharap dia tidak bisa bangun lagi.” Namun Rasulullah saw justru

menjenguknya. Tindakan ini mudah diucapkan namun sangat sulit diamalkan.

Lantas, apakah kita bisa untuk tidak mencintai Nabi yang seperti itu? Dengan akhlak

dan perlaku yang demikian itulah Rasulullah saw mampu merahmati dunia. Orang-

orang yang menyebut Rasulullah saw sebagai orang yang kasar, selalu memegang

243
pedang dan penuntut dendam, sungguh telah melakukan fitnah yang besar kepada

pribadi yang mulia, seorang nabi yang begitu pengasih dan berhati lembut. Dia

seorang nabi yang selalu diceritakan bahwa jika di tengah shalat mendengar anak

menangis maka dia menyegerakan shalatnya.

Suatu hari Rasulullah saw tengah duduk di atas mimbar dan berbicara di hadapan

banyak orang. Tiba-tiba beliau mendengar tangisan Hasan dan Husain as. Dengan

segera beliau turun dari mimbar dan berlari menemui keduanya. Beliau berkata, “Aku

tidak tahu bagaimana tadi aku turun dari mimbar dan berlari ke arah keduanya.” 259

Seluruh peperangan Rasulullah saw bersifat membela diri. Siapa pun dapat meneliti

ah
sejarah dan membaca kisah-kisah itu, yang sebagian besarnya terjadi di sekitar kota

i
Madinah, atau di perbatasan negeri Islam. Begitu juga dengan perang-perang pertama
Sy
Rasulullah saw, semuanya bersifat pembelaan diri, yakni karena Rasulullah saw

melihat sebuah negeri yang penduduknya tertindas atau berada dalam tekanan. Untuk
a
k

membebaskan mereka itulah kemudian Rasulullah saw berperang.


a

Allah Swt berfirman, Dan Kami tidak mengutusmu melainkan untuk menjadi rahmat
st

bagi seluruh alam.


u

Wujud Rasulullah saw adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Selain rahmat tidak
P

ada sesuatu yang lain yang mengalir dalam diri Rasulullah saw. Perdamaiannya

adalah rahmat dan perangnya adalah rahmat.

Luasnya Syafaat Rasulullah saw

Basyir bin Syarih al-Bashri bertanya kepada Imam Ja`far Ash-Shadiq as, “Ayat mana

dalam Al-Quran yang paling memberikan harapan?” Imam Ja`far Ash-Shadiq as balik

bertanya, “Menurutmu ayat yang mana?”

259
Bihar al-Anwar, jil. 43, hal. 284, hadis 50.

244
Basyir menjawab, “Kalangan Ahlusunnah berkata ayat berikut, Katakanlah, “Wahai

hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah

kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa

semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS. Az-

Zumar: 53).

Imam Ja`far berkata, “Namun Ahlulbait berpandangan lain.”

Basyir kembali bertanya, “Bagaimana pandangan mereka?”

Imam Ja`far Shadiq as menjawab, “Kami mengatakan, ayat yang paling memberikan

harapan ialah ayat, Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya

ah
kepadamu hingga engkau puas (QS. Adh-Dhuha: 5). Dan itu adalah syafaat. Aku

i
bersumpah bahwa itu adalah syafaat. Aku bersumpah bahwa itu adalah syafaat.” 260
Sy
Allah Swt berjanji kepada Rasul-Nya, “Aku akan memberimu karunia yang besar

hingga engkau puas. Yaitu Allah Swt tidak memberikan batas. Apa mungkin Nabi
a
k

saw yang penuh rahmat dapat puas dengan sesuatu yang sedikit! Nabi Nuh as
a

memohon untuk bisa memberi syafaat kepada putranya namun Allah Swt tidak
st

mengizinkannya. Allah berkata kepada Nabi Nuh as, Jangan engkau memohon
u

kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui. Aku menasihatimu agar engkau tidak
P

termasuk orang yang bodoh (QS. Hud: 46).

Namun Rasulullah saw dapat memberikan syafaat kepada bermilyar-milyar manusia.

Allah Swt juga menguatkan dengan perkataan, “Aku akan memberimu karunia hingga

engkau puas.” Manusia biasa saja tidak akan mau dan rela apabila orang yang

mencintainya masuk neraka...

Keagungan dan Keutamaan Hadis Kisa’

260
Bihar al-Anwar, jil. 8, hal. 57, hadis 72; Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jil. 5, hal. 595, hadis 12.

245
Pada bagian akhir dari Hadis Kisa’ sangat ditekankan. Seluruhnya berbicara tentang

rahmat, cinta dan harapan. Suatu ketika Amirul Mukminin Ali as bertanya kepada

Rasulullah saw, “Apa manfaat majelis tempat kita berkumpul, apa keutamaannya?”

Rasulullah saw bersabda, “Demi Zat yang telah mengutusku sebagai seorang nabi

yang membawa kebenaran dan telah memilihku sebagai seorang rasul dan penyelamat

manusia, tidaklah berita kita ini disebutkan dalam sebuah majelis penduduk bumi di

mana di dalamnya ada sekumpulan pengikut dan pecinta kami melainkan pasti rahmat

akan turun kepada mereka, dan para malaikat mengelilingi mereka, memintakan

ampun untuk mereka hingga mereka berpisah.”

ah
Rasulullah saw bersumpah bahwa manakala berita dalam Hadis Kisa’ dibacakan di

i
sebuah majelis, maka rahmat Allah Swt akan turun, dan para malaikat hadir untuk
Sy
memintakan ampun bagi orang-orang yang hadir di majelis itu.

Almarhum Haji Agha Dulabi berkata, “Saya yakin jika seseorang mempunyai
a
k

kesulitan lalu dia membaca Hadis Kisa’ satu balikan dengan penuh keyakinan, maka
a

kesulitannya akan berakhir. Baik Rasulullah saw maupun Amirul Mukminin as


st

keduanya bersumpah tentang hal ini.”


u

Rasulullah saw bersabda untuk kedua kalinya, “Wahai Ali, Demi Zat yang telah
P

mengutusku sebagai seorang nabi yang membawa kebenaran dan telah memilihku

sebagai seorang rasul dan penyelamat manusia, tidaklah berita kita ini disebutkan

dalam sebuah majelis penduduk bumi di mana di dalamnya ada sekumpulan pengikut

dan pecinta kami, sementara di tengah mereka ada kesedihan yang tidak dikatakan,

niscaya Allah akan melenyapkan kesedihan mereka. Dan tidak ada orang yang

mencari kebutuhan di majelis itu kecuali Allah pasti memenuhi kebutuhannya.”

246
Kemudian Imam Ali as berkata, “Jika demikian, demi Allah, kami menang dan kami

memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Begitu juga para pengikut kami.

Demi Tuhan Pemilik Ka`bah.”

Jika seseorang membaca Hadis Kisa’ dengan penuh keyakinan maka ia akan terbebas

dari cengkeraman kesulitan. Maksudnya, kesulitannya akan teratasi, atau kesulitan itu

tidak lagi menjadi sulit baginya.

Ayatullah Baha’uddin (semoga Allah Swt merahmati) yang pernah secara teratur

menyampaikan pelajaran akhlak setiap malam Jumat, kadang-kadang di tengah-

tengah pembicaraannya berkata, “Tolong bacakan Hadis Kisa’!” Lalu yang hadir

ah
membacakannya. Ayatullah Baha’uddin mengatakan bahwa kalimat-kalimat Hadis

i
Kisa’ adalah mukjizat. Karena Sayidah Fatimah Zahra as langsung menerima berita
Sy
dari Allah dan Jibril. Betapa banyak berita gembira yang terkandung dalam hadis ini.

Betapa Rasulullah saw dan Amirul Mukminin as telah bersumpah tentang hal ini
a
k

supaya kita percaya. Ruang lingkup syafaat Rasulullah saw sangat luas. Dan dia
a

adalah nabi yang penuh rahmat.


st

Hari Kiamat dan Kedudukan Rasulullah saw


u

Allah Swt berfirman di dalam Al-Quran, Dan pada hari itu diperlihatkan neraka
P

Jahannam; dan pada hari itu manusia ingat, namun ingatannya itu tidak berguna lagi

baginya (QS. Al-Fajr: 23).

Dalam penjelasan ayat yang penuh berkah ini, Jibril berkata kepada Rasulullah saw,

“Wahai Rasulullah, aku memberi kabar gembira kepadamu bahwa pada hari itu

engkau mempunyai kedudukan yang tidak dipunyai nabi-nabi yang lain. Pada hari

kiamat saat neraka Jahannam diperlihatkan di hadapan manusia seluruh manusia

bertekuk lutut dan hanya ingat dirinya.”

247
Dalam hadis lain disebutkan bahwa Nabi Ya`qub as sampai melupakan Yusuf as.

Nabi Ya`qub as yang ketika di dunia menangisi Yusuf selama empat puluh tahun

hingga rambutnya memutih, tubuhnya membungkuk dan matanya buta. Begitu juga

Nabi Ibrahim as, yang melupakan Nabi Ishaq as. Allah Swt berfirman, Pada hari itu

manusia lari dari saudara-saudaranya, dari ibu dan bapaknya, suami dari istri dan

anak-anaknya (QS. `Abasa: 34-37).

Seseorang bercerita: Pada tahun 1357 Hijrah Syamsiah, saat terjadi kebakaran di

Mina, kemah-kemah jamaah haji terbakar dan orang-orang lari menyelamatkan diri.

Pada saat itu orang-orang melupakan uang, pakaian, anak, teman, dan ruhaniawan.

ah
Keadaan saat itu tidak ubahnya seperti hari kiamat. Api membakar kemah-kemah dan

terus menyala menuju jamaah haji.


i
Sy
Satu hal yang menarik ialah bahwa amal ibadah haji meski disediakan berbagai

fasilitas kemudahan namun tetap saja para jamaah haji berada dalam tekanan dan
a
k

kesulitan. Kadang-kadang, Allah Swt menerima para nabi dan wali-Nya dengan
a

berbagai tekanan, ujian dan kesulitan.


st

Orang itu melanjutkan ceritanya: Saat terjadi kebakaran, seorang insinyur muda yang
u

tergabung dalam rombongan kami menenteng tas di tangannya. Kami lari bersama-
P

sama. Pada saat lari itu kami melihat seorang ibu dari India lari sambil menggendong

anak di pundaknya. Tampak, yang ada dalam pikirannya hanyalah bagaimana

menyelamatkan diri, hingga ketika si anak jatuh dari pundaknya, dia tidak

menyadarinya.

Sang insinyur muda membuang tasnya lalu menggendong anak yang terjatuh itu dan

kami pun segera menuju tempat yang aman menjauhi area kebakaran. Di sana kami

melihat ibu India itu, dia tengah memukuli kepalanya sambil berteriak, “Mana anak

saya?” Insinyur muda menyerahkan anak yang ada di gendongannya kepada si ibu.

248
Kemudian kami melihat ada seorang yang datang menyerahkan tas insinyur muda itu.

Orang itu berkata, “Saya lihat Anda menggendong anak itu maka saya pun

membawakan tas anda.” Alhasil, kebaikan akan mendatangkan kebaikan dan rahmat

akan mendatangkan rahmat. Insinyur ini telah memberikan rahmatnya, dan itu

mengundang munculnya rahmat orang lain.

Allah Swt berfirman, Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya

goncangan hari kiamat itu adalah sesuatu yang sangat dahsyat (QS. Al-Hajj: 1).

Pada hari itu, bahkan Nabi Ibrahim as sampai lupa pada anaknya. Berkenaan dengan

kiamat malaikat Jibril menjelaskan kepada Rasulullah saw sebagai berikut: “Tidak

ah
ada seorang pun hamba yang Allah ciptakan, baik dia itu seorang malaikat atau pun

i
seorang nabi kecuali pada hari itu dia akan berkata, ‘Tuhanku, tolonglah aku,
Sy
tolonglah aku.’ Hanya engkau, hai Nabi Allah yang berkata, ‘Tolonglah umatku,

tolonglah umatku.’” 261


a
k

Ayat Terbaik di dalam Al-Quran


a

Imam Ali as meriwayatkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda bahwa ayat terbaik
st

di dalam Al-Quran ialah ayat ini: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka
u

itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian
P

besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (QS. asy-Syura: 30).

Kemudian Rasulullah saw menjelaskan, “Wahai Ali, luka yang menimpa tubuh

seseorang dan begitu juga lecet yang menimpa kakinya, itu tidak lain disebabkan dosa

yang dilakukannya. Allah Swt lebih mulia dari menghisab kembali dosa yang telah

dimaafkan di dunia, dan lebih adil dari menghisab kembali dosa yang telah dikenai

balasan di dunia.” 262

261
Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jil. 5, hal. 575.
262
Tafsir Nur ats-Tsaqalain, jil. 4, hal. 581, hadis 100; Bihar al-Anwar, jil. 70, hal. 316.

249
Karena itu, perlu diketahui bahwa seluruh penderitaan yang menimpa manusia

disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri, yakni disebabkan dosa yang mereka

lakukan. Di samping itu, Allah Swt akan memaafkan sebagian besar dosa tersebut dan

tidak akan menyiksanya. Karena Allah Swt selalu menampakkan hal-hal yang indah

dan menutupi hal-hal yang buruk. Dia “pura-pura” tidak melihat dan pura-pura tidak

mendengar. 263

Demi memberi pelajaran, kadang-kadang Allah Swt menurunkan musibah kepada

manusia untuk membersihkan diri mereka di dunia. Saat Allah Swt memaafkan

sebagian besar dosa, sebagian kecilnya dibersihkan dengan musibah-musibah yang

ah
menimpa tiap-tiap orang, hingga mereka menjadi bersih, dan nanti pada hari akhirat

i
menjadi suci seperti perawan yang belum tersentuh oleh dosa. Dalam hadis dikatakan
Sy
bahwa seorang mukmin di surga tidak ubahnya seperti perawan. Maksudnya, tidak

mempunyai dosa sama sekali. Seperti saat pertama dia diciptakan Allah Swt. Seperti
a
k

belum tersentuh dosa sama sekali.


a

Seorang ulama berkata: “Saya menjamin api neraka Jahannam tidak akan menyentuh
st

orang yang mengakui wilâyah (kepemimpinan) Ahlulbait.” Artinya, jika dalam hati
u

dan jiwamu ditanam kecintaan kepada Ahlulbait, maka api neraka Jahannam tidak
P

akan dapat menyentuhmu. Kecuali jika seseorang telah berpisah dari kecintaan kepada

Ahlulbait as. Neraka Jahannam tidak mampu membakar para pecinta Ahlulbait.

Bahkan kalau pun api mendekat, dia akan padam.

Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat, neraka Jahannam

berkata kepada orang mukmin, ‘Cepatlah engkau berlalu, hai orang mukmin, karena

cahayamu akan memadamkan nyala apiku.’” 264

263
Al-Kafi, jil. 2, hal. 578; Bihar al-Anwar, jil. 95, hal. 198, jil. 92, hal. 352.
264
Bihar al-Anwar, jil. 8, hal. 249; Tafsir ash-Shafi, jil. 3, hal. 289.

250
Berbicara tentang Rahmat dan Ampunan Allah Swt

Kandungan dari ayat ke 30 Surah asy-Syura di atas menyatakan bahwa berbagai

musibah yang menimpa manusia merupakan suatu proses pembersihan dosa-dosa.

Sebagian besar dosa diampuni. Artinya, perhitungan perbuatan atau amal seseorang

kemudian menjadi bersih. Ayat di atas membawa berita gembira dan harapan besar.

Ayat tersebut tampak berhubungan erat dengan doa-doa Ahlulbait, yang jika ditelaah

secara cermat maka sebagian besar berbicara tentang rahmat dan ampunan Allah Swt.

Di antara doa-doa yang biasa dibaca setelah shalat fardhu (ta`qib), terdapat doa sangat

indah dari Rasulullah saw, yang berbunyi:

ah
ِ ‫ﻚ أ َْو َﺳ ُﻊ َﻣ ْﻦ َذﻧِْ ﱠ‬
ْ ِْ‫ أَﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ إ ْن َﻛﺎ َن َذﻧ‬،‫ﱯ‬
‫ﱯ‬ ْ َ َ‫ﻚ أ َْر َﺟﻰ ِﻣ ْﻦ َﻋ َﻤﻠِ ْﻲ َو إِ ﱠن َر ْﲪَﺘ‬ َ َ‫أَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ إِ ﱠن َﻣ ْﻐ ِﻔ َﺮﺗ‬
‫ﻚ‬
َ ُ‫ﻚ ﻓَـ َﺮ ْﲪَﺘ‬ i
َ َ‫ أَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ إِ ْن َﱂْ أَ ُﻛ ْﻦ أ َْﻫﻼً أَ ْن أَﺑْـﻠُ َﻎ َر ْﲪَﺘ‬،‫ﱯ‬ ِ ِ
ْ ِْ‫ﻋ ْﻨ َﺪ َك َﻋﻈ ْﻴ ًﻤﺎ ﻓَـ َﻌ ْﻔ ُﻮ َك أَ ْﻋﻈَ ُﻢ ﻣ ْﻦ َذﻧ‬
ِ
Sy
ِِ ‫ﻚ � أَرﺣﻢ اﻟ ﱠﺮ‬ ِ ِ ْ ‫ ِﻷَﻧﱠـ َﻬﺎ َو ِﺳ َﻌ‬،‫ﲏ‬
‫ﲔ‬
َ ْ ‫اﲪ‬ َ َ ْ َ َ ‫ﺖ ُﻛ ﱠﻞ َﺷ ْﻴ ٍﺊ ﺑ َﺮ ْﲪَﺘ‬ ْ ِ ‫ﺴ َﻌ‬ ْ َِ‫أ َْﻫ ٌﻞ أَ ْن ﺗَـ ْﺒـﻠُﻐ‬
َ َ‫ﲏ َو ﺗ‬
a

Ya Allah, sesungguhnya ampunan-Mu lebih kuharapkan daripada amalanku, dan


k

rahmat-Mu lebih luas dari dosaku. Ya Allah, jika dosaku menggunung di sisi-Mu,
a

maaf-Mu lebih agung dari dosaku. Ya Allah, jika aku tidak pantas menerima
st

limpahan rahmat-Mu, rahmat-Mu layak untuk meliputi seluruh diriku, karena ia


u

meliputi segala sesuatu. Dengan rahmat-Mu wahai Zat Yang lebih Pengasih dari para
P

pengasih.

Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja yang ingin Allah Swt tidak memeriksa amal

perbuatannya dan tidak membuka catatan dosa-dosanya pada hari kiamat, maka setiap

habis shalat hendaknya dia membaca doa di atas.” 265 P267 F

Begitu indah ucapan Rasulullah saw, yang dengan itu menutup seluruh pintu neraka

Jahannam. Rasulullah saw berkata, “Jika dosaku begitu besar namun Engkau jauh

lebih besar. Karena itu Engkau harus mengampuniku. Jika aku tidak layak

265
“Ta`qibat musytarakah”, dalam Mafatih al-Jinan.

251
memperoleh rahmat-Mu, namun rahmat-Mu begitu luas hingga menggapai segala

sesuatu, dan salah satunya adalah aku. Karena itu, jika aku berbicara tentang harapan

mendapat rahmat, maka itu benar dan pada tempatnya.”

Haji Agha Dulabi (semoga Allah Swt merahmati) yang tak pernah lelah selalu

berbicara tentang rahmat Allah Swt, pernah berkata: Pada mulanya kami seorang

pedagang dan petani. Kami duduk dengan ahli dunia. Namun di mana saja ahli dunia

duduk mereka selalu berbicara tentang keputus-asaan. Mereka berkata, “Situasi

ekonomi sedang kacau, harga-harga mahal, tahun ini barang-barang langka,

penghasilan berkurang, masalah bertambah banyak, dan sebagainya.” Lalu kami

ah
duduk bersama ahli ibadah. Mereka berkata, “Tuan, kita menghadapi masalah sangat

i
besar. Di dalam kubur ada ular dan kalajengking yang begitu banyak, dan himpitan
Sy
alam kubur yang meremukkan tulang-belulang. Juga setelah itu ada neraka Jahannam

di hadapan kita. Jika sekali saja kamu salah melangkah maka engkau akan disiksa
a
k

selama empat puluh tahun.” Kemudian kami duduk bersama ahli sayr wa suluk.
a

Mereka berkata, “Mustahil dapat menjadi manusia sesungguhnya. Pergilah, engkau


st

tidak bisa menjadi manusia sesungguhnya. Engkau harus melakukan riyadhah selama
u

tujuh puluh tahun untuk bisa mengubah satu sifatmu. Itu pun belum tentu bisa.”
P

Semuanya berbicara tentang keputusasaan. Baik ahli dunia, ahli ibadah, ahli sayr wa

suluk, semuanya berbicara tentang kesulitan dan keputusasaan.

Oleh karena itu, sekarang marilah kita hancurkan jampi-jampi dan mantra mereka itu.

Selama tujuh puluh tahun kita telah berbohong. Justru Tuhan kita adalah Tuhan yang

begitu baik. Yang selalu membereskan urusan dunia dan akhirat kita. Yang selalu

menyucikan kita. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah Swt

memberikan rahmat-Nya yang begitu luas kepada kita. Sungguh rahmat Allah Swt

begitu luas.[]

252
-14-

Pada hari kiamat Allah Swt menebarkan rahmat-Nya sehingga Iblis pun berharap

memperoleh rahmat-Nya (Imam Ja`far Shadiq as).

Keutamaan Bulan Sya`ban

Bulan Sya`ban adalah bulan utama. Bulan ini merupakan mukadimah bulan

Ramadhan yang penuh berkah, cabang kebaikan, dan penuh rahmat. Almarhum

muhaddis Al-Qummi, di dalam kitab Mafatih al-Jinan, menukil sebuah hadis panjang

ah
yang menerangkan tentang keutamaan hari pertama bulan Sya`ban. Rasulullah saw

i
menjelaskan keutamaan hadis tersebut. Sang perawi hadis adalah Amirul Mukminin
Sy
as.

Pada penggalan hadis disebutkan bahwa pada hari pertama bulan Sya`ban, pohon
a
k

Thuba membentangkan ranting-rantingnya di alam semesta, hingga sampai ke setiap


a

rumah dan semua tempat. Siapa saja yang melakukan kebaikan atau memiliki sifat
st

baik, seperti melakukan kebajikan, menyambung tali silaturahmi dan memaafkan,


u

maka dia telah menggengam salah satu ranting pohon Thuba tersebut. Bahkan jika
P

seseorang mempunyai tagihan utang kepada orang lain tetapi orang itu tidak sanggup

membayarnya lalu dia membebaskannya dari utang tersebut, maka kepadanya

diberikan satu ranting pohon Thuba. Sungguh mengagumkan! Surga dapat dibeli

dengan begitu mudah.

Surga yang Mudah

Amirul Mukminin as berkata, “Masuk surga itu murah sementara masuk neraka itu

mahal.” 266 Artinya, pergi ke Jahannam memerlukan banyak usaha, perlu banyak

266
Bihar al-Anwar, jil. 75, hal. 90, hadis 95.

253
meninggalkan agama, harus menginjak-injak nurani, harus menghancurkan fitrah.

Menuju neraka Jahannam harus banyak melalui jalan berbatu yang tajam dan tapak-

tapak penuh liku untuk bisa sampai ke sana. Sedangkan pergi ke surga sangat mudah.

Ini adalah perkataan Amirul Mukminin as yang bertentangan dengan semua teori yang

mengatakan bahwa jalan menuju neraka adalah mudah sementara jalan menuju surga

sangat susah. Tidak! Yang benar ialah, justru jalan menuju surga itu sangat mudah

dan jalan menuju nerakalah yang susah.

Suatu hari, seseorang berkata kepada Imam Ali bin Husain as, bahwa Hasan Bashri

mengatakan, “Tidak mengherankan soal orang celaka bagaimana dia bisa celaka tetapi

ah
yang mengherankan ialah orang yang selamat bagaimana dia bisa selamat.”

i
Imam Ali Sajjad as berkata, “Aku justru berkata, ‘Tidak mengherankan orang yang
Sy
selamat bagaimana dia bisa selamat tetapi yang mengherankan ialah orang yang

celaka bagaimana dia bisa celaka.” 267


a
k

Dalam sebuah hadis dikatakan, “Allah Swt berkata kepada Daud, ‘Seorang hamba-Ku
a

melakukan satu kebaikan, maka Aku masukkan dia ke dalam surga.’” 268
st

Jadi benarlah, bahwa surga begitu murah. Jika dengan Tuhan yang seperti ini manusia
u

tidak bisa melakukan hubungan baik dan saleh, sungguh keterlaluan. Perhatikanlah
P

bagaimana Allah Swt memasukkan seorang manusia ke dalam surga hanya karena

orang itu melakukan satu kebaikan. Surga yang luasnya seukuran langit dan bumi

(QS. Ali Imran: 133). Surga yang di dalamnya seorang Mukmin dapat menjamu

seluruh makhluk di alam ini. Surga yang kekal abadi. Surga yang di dalamnya

terdapat segala sesuatu yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata, dan

kamu kekal di dalamnya (QS. Az-Zukhruf: 71).

Dalam riwayat disebutkan bahwa surga dapat dibeli dengan satu butir kurma.

267
Safinah al-Bihar, jil. 3, hal. 334.
268
Imam Ali Ridha as, Jawahir as-Saniyyah, hal. 96; `Uyun Akbar ar-Ridha, jil. 1, hal. 279, hadis 84.

254
Nabi Daud as berkata, “Apa kebaikan itu?”

Allah Swt menjawab, “Menghilangkan kesedihan orang mukmin meski dengan

sebutir (buah) kurma.”

Jika Allah Swt tidak menjelaskan demikian, kita akan berkata, pasti kebaikan yang

dimaksud ialah melakukan shalat malam selama tujuh puluh tahun, atau beribadah

dan berdoa selama bertahun-tahun. Allah Swt justru berkata: “Tidak, cukup satu

kebaikan kecil.”

Allahu Akbar! Allah Swt memberi gunung sebagai ganti jerami kering. Allah Swt

mengampuni dosa yang menggunung hanya dengan satu kebaikan kecil, lalu

ah
memasukkannya ke dalam surga. Tentu saja, Allah Yang Mahabesar pasti pemberian-

i
Nya juga sangat besar. Jika seseorang membahagiakan seorang mukmin,
Sy
menghilangkan kesedihannya, melayaninya, meski dengan satu butir kurma, maka

Allah Yang Maha Pemurah akan memasukkannya ke dalam surga. Ingatlah bahwa ini
a
k

adalah kata-kata Allah Swt. Yakni, hanya dengan satu alasan kecil Dia memasukkan
a

seseorang ke dalam surga.


st

Manisnya Orang Mukmin


u

Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang memberi makan
P

saudaranya dengan manisan, maka Allah akan menghilangkan pahit kematian

darinya.”

Memberi kurma dan minuman manis kepada seorang mukmin itu baik. Karena tabiat

seorang mukmin sejalan dengan sesuatu yang manis. Imam Ja`far Shadiq as berkata,

“Sesungguhnya kami dan para pengikut kami diciptakan dari sesuatu yang manis, dan

karena itu kami menyukai yang manis.” 269

269
Bihar al-Anwar, jil. 63, hal. 285, hadis 3.

255
Rasulullah saw juga bersabda, “Orang mukmin itu manis dan suka yang manis-

manis.” 270

Hanya dengan satu kebaikan pintu surga terbuka bagi kita. Karena itu, jika Anda

membukakan jalan keluar bagi kesulitan saudara seiman, tersenyum kepadanya, dan

membuatnya tersenyum, maka itu satu kebaikan yang dapat membuka pintu surga.

Wajah yang Ceria dan Kesedihan yang Disembunyikan

Namun, seorang mukmin sedapat mungkin harus kuat dan dapat mengontrol diri.

Jangan sampai kesedihan tampak di wajahnya. Amirul Mukminin as menyebut tujuh

belas tanda orang mukmin. Salah satunya ialah, “Orang mukmin (ialah

ah
menampakkan) kegembiraan di wajahnya dan (menyembunyikan) kesedihan di

hatinya.” 271
i
Sy
Pada tempat lain Amirul Mukminin as menjelaskan sifat orang mukmin berikutnya,

“Dadanya sangat luas.” Dada orang mukmin sangat luas. Dengan satu peristiwa kecil
a
k

dia tidak akan berbelok arah. Orang mukmin sangat lapang dada.
a

Haji Agha Dulabi bercerita, “Sebagian teman kita begitu mempunyai dada yang
st

lapang dan hati yang luas, hingga meski selama tujuh puluh tahun mereka mempunyai
u

masalah dan kesulitan namun mereka tidak menunjukkannya. Kita tahu apa yang ada
P

dalam hati mereka namun kita selalu mendapati mereka dalam keadaan senyum.”

Menunjukkan kegembiraan itu baik. Namun kepada siapa kita mau menunjukkan

kesedihan kita? Jika menunjukkannya kepada musuh, maka mereka akan gembira.

Dan jika menunjukkannya kepada teman, maka mereka akan ikut bersedih. Karena

itu, kita sedapat mungkin sembunyikan kesedihan. Semakin tidak menunjukkan

kesedihan kita, maka itu semakin baik.

270
Bihar al-Anwar, jil. 63, hal. 288, hadis 2.
271
Nahj al- Balaghah, hikmah 333; Bihar al-Anwar, jil. 61, hal. 305, hadis 37.

256
Usahakan jangan sampai masalah di luar rumah kita bawa ke dalam rumah dan

menjadikan istri dan anak kita sebagai pelampiasan. Begitu juga jika kita mempunyai

masalah dengan istri dan anak, jangan sampai kita bawa ke teman-teman dan

menjadikan mereka sebagai pelampiasan. Lupakanlah kesedihan. Insya Allah, suatu

hari seluruh kesedihan akan lenyap.

Karena seorang mukmin akan mencapai derajat ... tidak ada kekhawatiran pada diri

mereka dan mereka tidak bersedih hati (QS. Al-Baqarah: 112).

Membahagiakan Orang Lain

Di dalam kitab Ushul al-Kafi, saat menghitung tentara akal dan kebodohan,

ah
Almarhum Kulayni berkata, “Kegembiraan termasuk sebagai tentara akal, sedangkan

i
kesedihan dimasukkan sebagai tentara kebodohan.”
Sy
Dengan kata lain, kesedihan milik neraka Jahannam. Karena di surga sama sekali

tidak ada kesedihan dan kesusahan. Jika kita mampu menggembirakan satu hati maka
a
k

itu sangat bernilai. InsyaAllah, dengan mudah kita dapat melakukan hal ini.
a

Kadang-kadang seseorang dapat menyenangkan anaknya dengan sebuah mainan.


st

Seseorang dapat menggembirakan keluarganya dengan membawa sesuatu yang


u

mereka sukai. Dengan sepasang kaus kaki, setangkai bunga atau sebungkus manisan,
P

seseorang dapat menggembirakan keluarganya, temannya, muridnya, atau gurunya.

Allah Swt berkata kepada Nabi Daud as, “Bahkan jika seseorang menggembirakan

seorang mukmin dengan sebutir (buah) kurma, Aku masukkan dia ke dalam surga.”

Jika kita bepergian, bawalah hadiah bagi saudara mukmin. Meski dari sisi nilai materi

tidak seberapa namun itu menunjukkan bahwa kita ingat kepadanya, dan

menyukainya. Saat kita membahagiakan hatinya, itulah momen paling berharga, yang

tidak dapat dihitung nilainya. Saat kita membuat Allah Swt ridha terhadap perbuatan

257
kita, maka itu sangat berharga. Seluruh dunia dan segala isinya tidak ada apa-apanya

dibandingkan perbuatan yang diridhai-Nya itu.

Imam Hasan Askari as berkata, “Jika seluruh dunia aku jadikan satu suapan lalu aku

letakkan ke dalam mulut seorang hamba Allah yang ikhlas, aku tetap belum bisa

menunaikan haknya.” 272 Maksudnya, dari sisi materi aku belum melakukan apa-apa di

hadapannya. Namun saat aku membahagiakan hatinya maka itu sangat berharga,

meski dengan sebutir kurma.

Sebagai jawaban kepada Allah Swt, Nabi Daud as berkata, “Orang yang mengenal-

Mu layak untuk tidak putus harapannya kepada-Mu.”

ah
Allah Lebih Pengasih dari Seorang Ibu

i
Rahmat Allah Swt tidak terbatas. Dia lebih pengasih dari siapa pun. Sebuah kisah
Sy
menuturkan sebagai berikut: Ada seorang ibu yang mempunyai dua orang anak laki-

laki. Satu orang anaknya berada di jalan yang benar, baik dan taat. Sedangkan yang
a
k

satunya lagi sering berbuat dosa dan kejahatan. Anak yang pertama meninggal dunia.
a

Meskipun anak itu meninggalkannya namun sang ibu tidak begitu sedih. Sang ibu
st

berkata, “Saya tahu perbuatannya selalu baik, tentu dia akan mendapat tempat yang
u

baik.”
P

Kemudian anak yang kedua sakit dan sedang menghadapi sakaratul maut. Sang ibu

begitu sedih dan banyak menangis. Si anak berkata kepada ibunya, “Kenapa untuk

saudaraku ibu tidak begitu bersedih sedangkan untukku yang sering menyakiti dan

berbuat dosa ibu begitu bersedih?”

Sang ibu menjawab, “Anakku, aku tidak mengkhawatirkan saudaramu. Dia pasti

memperoleh tempat yang baik dan akan masuk surga. Namun ibu sangat

mengkhawairkanmu.”

272
Bihar al-Anwar, jil. 67, hal. 250.

258
Si anak berkata, “Ibu tidak perlu khawatir. Karena saat ini juga telah terbersit dalam

hatiku, betapa seorang ibu begitu menyayangi anaknya. Tentunya Tuhan yang telah

menciptakan ibu juga amat sayang kepadaku. Karena itu, Ibu tidak usah khawatir.

Karena Allah Swt pasti mengampuniku.” Dengan kata-katanya itu si anak dapat

menenangkan ibunya.

Kemudian anak itu meninggal dunia. Dalam mimpi sang ibu melihat anaknya berada

di salah satu taman surga. Sang ibu bertanya, “Anakku, bagaimana engkau bisa

sampai ke taman itu?”

Si anak menjawab, “Seperti yang aku katakan kepadamu. Aku berkata kepada Allah,

ah
‘Ibuku sangat menyayangiku. Dia tidak ingin anaknya masuk neraka. Lantas, Engkau

i
yang beribu-ribu kali lebih penyayang dibandingkan ibuku, apakah rela aku masuk
Sy
neraka?’”

Dalam sebuah hadis diceritakan, seorang ibu menyalakan tungku untuk memasak roti.
a
k

Api sudah menyala sementara anaknya bermain ke sana ke mari di sekitar perapian.
a

Pada saat tepung gandum sudah siap untuk dimasak, datang seorang wanita lalu
st

bertanya, “Apakah engkau mengenal laki-laki yang tadi lewat ke sini?” Ibu itu
u

menjawab, “Tidak tahu.” Wanita itu memberitahu, “Laki-laki itu adalah Rasulullah
P

saw.”

Kemudian ibu itu datang kepada Rasulullah saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku

punya pertanyaan.” Rasulullah saw menjawab, “Silahkan tanyakan.” Si ibu bertanya,

“Wahai Rasulullah, apakah ibu yang paling penyayang atau Allah Swt?” Rasulullah

saw menjawab, “Tentu Allah yang paling penyayang.”

Diriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa seluruh cinta dan rahmat yang tersebar di

alam semesta ini hanya seperseratus dari rahmat Allah Swt. Adapun sembilan puluh

259
sembilan persen rahmat yang lain, akan ditampakkan oleh Allah Swt pada hari

kiamat.

Disebutkan: “Sesungguhnya Allah menciptakan seratus rahmat pada saat menciptakan

langit dan bumi. Kemudian Allah turunkan satu rahmat dari seratus rahmat itu ke

bumi. Dengan satu rahmat itu seorang ibu begitu menyayangi anaknya, binatang-

binatang saling mengasihi satu sama lain, dan begitu juga di antara burung-burung.

Adapun sembilan puluh sembilan rahmat lagi akan Allah berikan pada hari kiamat.

Pada saat hari kiamat Allah Swt gabungkan satu rahmat di dunia dengan

sembilanpuluh sembilan rahmat tersebut hingga genap seratus rahmat.” 273

ah
Jadi, seluruh kasih sayang ibu kepada anak-anaknya di dunia ini sesungguhnya

i
berasal dari satu rahmat yang Allah Swt tebarkan di alam ini. Dengan kata lain, hanya
Sy
sebagian kecil rahmat dan cinta Allah yang diletakkan pada hati seorang ibu. Kita pun

kemudian menyadari betapa Allah Swt Maha Penyayang! “Allah lebih penyayang dari
a

semua yang penyayang.” 274 Bahkan seluruh rahmat dan kasih sayang sepenuhnya
a k

berasal dari-Nya.
st

Karena itu, Rasulullah saw bersabda, “Sudah barang tentu Allah lebih penyayang dari
u

seorang ibu.”
P

Ibu itu berkata, “Aku sebagai ibu sama sekali tidak terlintas keinginan sedikit pun

untuk memasukkan anakku ke dalam tungku api. Lantas bagaimana mungkin Allah

Swt rela memasukkan hamba-hamba-Nya ke neraka!”

Mendengar itu Rasulullah saw sedih dan kecewa. Air matanya mengalir dan beliau

menangis. Kemudian beliau bersabda, “Allah Swt tidak akan memasukkan seseorang

273
Rawdhah al-Wa`izhin, jil. 2, hal. 502.
274
Bihar al-Anwar, jil. 91, hal. 388; al-Balad al-Amin, hal. 405.

260
ke dalam neraka kecuali jika dia menolak untuk mengatakan, ‘Tidak ada Tuhan selain

Allah.’” 275

Artinya, seseorang yang tidak mau menerima tuan rumah atau dia tidak mau

menerima Allah Swt itulah neraka. Saat dia tunduk kepada kebenaran, maka itu

adalah surga. Seseorang tidak akan masuk neraka kecuali dia lari dari naungan Allah

Swt. Dalam hadis qudsi dikatakan: “Kalimat ‘Tidak ada Tuhan selain Allah’ adalah

benteng-Ku. Siapa saja yang mengatakannya maka dia masuk ke dalam benteng-Ku,

dan siapa yang masuk ke dalam benteng-Ku maka dia aman dari siksa-Ku.” 276

Allah Yang Maha Pengasih telah mengutus seluruh nabi dan para imam. Sementara di

ah
dalam diri kita Allah Swt meletakkan nurani dan fitrah. Allah Swt telah menunjukkan

i
jalan-jalan kebaikan kepada kita, dan meletakkan berbagai rintangan yang mencegah
Sy
jalan menuju neraka. Diri kita sendiri yang mencabut rintangan-rintangan itu dan

menginjak-injak fitrah hingga akhirnya kita sampai ke neraka. Padahal Amirul


a
k

Mukminin Ali as telah berkata, “Masuk surga itu murah sedangkan masuk neraka itu
a

mahal.”
st

Seorang ibu sama sekali tidak akan pernah memasukkan anaknya ke dalam api, tetapi
u

anaknya sendiri yang nakal dan melemparkan dirinya ke dalam api. Jika Allah Swt
P

menunjukkan sebagian kecil dari rahmat-Nya kepada kita maka seluruh wujud kita

akan dipenuhi rahmat, dan tidak akan ada yang keluar dari diri kita kecuali rahmat.

Bahkan kepada musuh sekalipun, kita akan menyayangi.

Masihkah belum tampak bagaimana para imam kita begitu mencintai dan mengasihi

musuh-musuhnya? Mereka memberi air kepada Muawiyah. Mereka memberi air dan

roti kepada Ibnu Muljam. Tidakkah kita melihat bagaimana Imam Husain as memberi

air kepada pasukan Hurr. Imam Husain as berkata kepada Syimir, “Beri aku sedikit

275
Pand e Tarikh, jil. 2, hal. 107.
276
Mustadrak Imam Ar-Ridha as, jil. 2, hal 519, hadis 55; Bihar al-Anwar, jil. 49, hal. 126.

261
air.” Sebenarnya Imam Husain as ingin mengatakan, “Beri aku sedikit air supaya aku

bisa memberi syafaat kepadamu di hadapan kakekku.” Sungguh, ini semua adalah

rahmat. Mungkin saja ada orang yang tidak mau menerimanya dan berkata, “Aku

lebih memilih neraka dibandingkan aib.” (sebagaimana dalam riwayat yang telah

diceritakan sebelumnya). Namun ada juga yang mau menerimanya.

Munculnya Rahmat Allah Swt pada Hari Kiamat

Rahmat Allah Swt sungguh sangat luas. Dia lebih luas dari apa yang kita katakan.

Allah Swt begitu Pengasih sehingga Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Pada hari kiamat

Allah Swt begitu menebarkan rahmat-Nya hingga Iblis pun berharap berada dalam

ah
naungan rahmat-Nya.” 277

i
Iblis yang merupakan perwujudan kesesatan dan sesuatu yang menyesatkan masih
Sy
berharap bisa berada dalam naungan rahmat Allah Swt. Ini menunjukkan begitu

luasnya rahmat Allah Swt. Dia berfirman di dalam Al-Quran, Tiada suatu ucapan pun
a
k

yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir
a

(QS. Qaaf: 18).


st

Allah Swt meletakkan dua orang malaikat di sisi kanan dan kiri manusia, untuk
u

mencatat amal perbuatannya. Malaikat pencatat amal kebaikan berada di sisi sebelah
P

kanan sedangkan malaikat pencatat amal keburukan berada di sisi sebelah kiri.

Namun wewenang berada di tangan malaikat sisi sebelah kanan, yaitu pencatat amal

kebaikan.

Di dalam kitab Nazhah al-Majalis diriwayatkan, bahwa malaikat pencatat amal

kebaikan diganti dua kali dalam sehari, yaitu pagi dan malam. Sedangkan malaikat

pencatat amal keburukan tidak pernah diganti. Kelak pada hari kiamat ada beribu-ribu

malaikat yang memberi kesaksian akan amal kebaikan manusia, namun yang memberi

277
Bihar al-Anwar, jil. 7, hal. 287, hadis 1.

262
kesaksian akan amal keburukannya hanya satu malaikat. Saat beribu-ribu malaikat

bersaksi akan kebaikan seseorang sedangkan hanya satu malaikat yang bersaksi akan

keburukannya maka Allah Swt akan menerima kesaksian para malaikat yang bersaksi

akan kebaikan-kebaikan orang tersebut.

Rahmat Allah Swt yang Meliputi Segala Sesuatu

Dalam sebuah riwayat disebutkan: Seseorang datang dan bertanya kepada Amirul

Mukminin Ali bin Abi Thalib as, “Apakah rahmat Allah Swt juga meliputi orang-

orang yang suka berbuat dosa?”

Ketika itu hujan turun. Amirul Mukminin as berkata, “Tolong ambilkan dua buah

ah
mangkuk. Yang satu bersih dan yang satu kotor.” Kemudian “Letakkanlah kedua

i
mangkuk itu di bawah air hujan.” Setelah beberapa saat, Amirul Mukminin as berkata
Sy
lagi, “Sekarang, berikan kedua mangkuk itu.” Mereka mengambil kedua mangkuk itu

yang telah penuh dengan air hujan, lalu berkata, “Begitu juga dengan rahmat Allah
a

Swt. Dia meliputi orang yang taat dan orang yang suka berbuat dosa.” 278
a k

Artinya, rahmat Allah Swt meliputi orang yang berwadah bersih dan meliputi orang
st

yang wadahnya kotor. Perbedaannya ialah mungkin saja air hujan yang ada di wadah
u

yang kotor ikut tercemar dan menjadi kotor. Meskipun demikian, rahmat Allah tetap
P

saja mengenai dan meliputinya. Oleh karena itu, tidak benar perkataan bahwa rahmat

Allah Swt tidak mengenai dan meliputi orang yang suka berbuat dosa.

Dalam doa menguburkan jenazah terdapat untaian kalimat: “Dan berilah ketenangan

kepadanya dengan rahmat-Mu. Yaitu rahmat yang dengan perantaraannya dia tidak

memerlukan rahmat selain-Mu.” Dan selanjutnya: “Ya Allah, sesungguhnya rahmat-

Mu bagi orang-orang yang zalim.” 279

Rahmat Allah dan Menutupi Dosa

278
Ranggo Rangg, jil. 2, hal. 327.
279
Al-`Urwah al-Wutsqa, jil. 1, hal. 321.

263
Diceritakan: Suatu malam Allah menunjukkan satu sisi dari rahmat-Nya kepada

seorang arif. Saat arif itu melihat dia tertegun. Kemudian dia berkata, “Ya Allah,

dengan rahmat yang telah Engkau tunjukkan kepadaku, jika besok aku ceritakan

kepada manusia niscaya tidak akan ada lagi orang mau bersujud kepada-Mu. Tidak

akan ada lagi orang yang mau mendengar perintah-Mu. Karena dengan rahmat yang

telah Engkau tunjukkan kepada-Ku, Engkau akan mengampuni orang yang berdosa

sebesar apa pun.”

Allah Swt berkata kepada si arif, “Jika engkau melakukan itu maka Aku akan buka

keburukan-keburukanmu supaya manusia tahu lalu memotong-motong tubuhmu.”

ah
Arif itu berkata, “Ya Allah, cukup. Engkau tidak akan mengatakannya dan aku pun

i
tidak akan mengatakannya. Ya Allah, kebaikan-Mu tidak terbatas sedangkan
Sy
keburukanku tidak terbatas.”

Amirul Mukminin as berkata, “Jika tirai penutup kalian terbuka. niscaya kalian tidak
a

akan mau menguburkan jenazah satu sama lain.” 280 Kita semua berada dalam tirai
a k

penutup Allah Swt. Ampunan Allah Swt berarti Dia menutupi kesalahan-kesalahan
st

manusia.
u

Dalam penjelasan lain disebutkan bahwa semua dosa yang tidak ditampakkan akan
P

diampuni oleh Allah Swt. Imam Ali bin Musa ar-Ridha as berkata, “Orang yang

menyembunyikan amal kebaikannya maka baginya tujuh puluh lipat pahala, sedang

orang yang mengumumkan amal kebaikannya maka baginya satu lipat pahala.

Adapun orang yang menyembunyikan dosanya, maka dia diampuni sedang orang

yang mengumumkan dosanya maka dia akan mendapatkan kehinaan.” 281 Betapa hadis

ini mengandung begitu banyak harapan dan kabar gembira.

280
Amali ash-Shaduq, hal. 446; Bihar al-Anwar, jil. 76, hal. 358.
281
Bihar al-Anwar, jil. 67, hal. 251, hadis 4.

264
Ringkasnya, ke mana saja menggerakkan tangan, kita akan menemukan berita

gembira, menemukan jalan menuju Allah Swt, jalan menuju surga. Karena itu, seluruh

dosa yang kita lakukan yang hanya diketahui oleh kita dan Tuhan saja, serta tidak ada

orang lain yang tahu, pasti akan diampuni. Adapun orang yang melakukan dosa secara

terang-terangan, atau memberitahukannya kepada orang lain, maka dia akan mendapat

kehinaan di dunia dan di akhirat. Seluruh hukuman, siksaan dan hilangnya harga diri

adalah disebabkan mengumumkan dan menampakkan perbuatan dosa.

Menampakkan dosa lebih buruk dari perbuatan dosa itu sendiri. Jika seorang dengan

terang-terangan tidak berpuasa selama tiga hari berturut-turut, tanpa alasan yang

ah
dibenarkan maka hukuman baginya adalah hukuman mati. Sangat berbeda dengan

i
orang yang tidak berpuasa secara sembunyi-sembunyi. Karena orang yang melakukan
Sy
dosa secara terang-terangan berarti telah mengoyak kehormatan, telah membuka jalan

bagi semua orang untuk juga berani melakukan dosa. Bahkan, menceritakan
a
k

perbuatan dosa termasuk dosa besar. Seorang yang menceritakan perbuatan dosanya
a

kepada orang lain berarti dia telah melakukan dosa besar, dan akibatnya dia akan
st

mendapat kehinaan.
u

Allah Swt berkata, “Aku mengampuni segala dosa yang engkau sembunyikan.” Oleh
P

karena itu, kita harus benar-benar menggaris-bawahi tindakan “menyembunyikan

dosa”. Karena dosa yang disembunyikan akan dimaafkan. Kita harus waspada jangan

sampai melakukan dosa yang terang-terangan. Amirul Mukminin Ali as berkata,

“Jangan kalian koyak tirai kalian di hadapan orang yang mengetahui rahasia-rahasia

kalian.” 282

Bersaksi terhadap Dosa

282
Nahj al- Balaghah, Khotbah 203; Bihar al-Anwar, jil. 70, hal. 88, hadis 56.

265
Jika seseorang tidak mengakui dan tidak menunjukkan dosanya di hadapan hakim,

dan tidak ada saksi maka sang hakim tidak dapat berbuat apa-apa. Untuk

membuktikan perbuatan zina Allah Swt mengatakan harus ada empat orang saksi

yang adil yang menyaksikan perbuatan tersebut hingga mereka bisa memberikan

kesaksian.

Hanya semata seorang laki-laki bertemu dengan seorang wanita, atau keduanya

bersentuhan, atau tidur bersebelahan, maka itu tidak dapat dijadikan dasar kesaksian.

Saksi harus melihat langsung dengan kedua matanya perbuatan zina tersebut. Itu pun

bukan satu orang melainkan harus empat orang yang adil, yang kita dapat

ah
bermakmum shalat di belakangnya. Selanjutnya, jika hanya tiga orang dengan kriteria

i
yang disebutkan itu saja yang mau memberi kesaksian, sedangkan orang yang
Sy
keempat tidak mau memberi kesaksian, maka ketiga orang saksi itu mendapat

hukuman cambuk, sebab mereka telah mengatakan sesuatu yang tidak dapat
a
k

dibuktikan.
a

Apakah mungkin dengan syarat-syarat kesaksian yang sangat sulit dan ketat seperti ini
st

kesaksikan perbuatan zina dapat ditegakkan? Saya tidak yakin kesaksian yang seperti
u

ini bisa terjadi. Bahkan jika seorang benar-benar melihat perbuatan ini dengan cara
P

memata-matai maka dia tidak termasuk orang yang adil. Sehingga, sesungguhnya, dia

tidak akan bisa memberi kesaksian. Adapun untuk perbuatan membunuh diperlukan

dua orang saksi.

Maka perhatikanlah sekali lagi, bagaimana Allah Swt menutup semua jalan supaya

harga diri kita tetap terjaga. Karena itu, tindakan tidak membuka dan menampakkan

aib sangat penting.

Tobat, Lari dari Hukuman Allah

266
Kalaulah Rasulullah saw dan para imam menerapkan hukuman biasanya karena yang

bersangkutan sendiri datang dan mengakui dosanya. Itu pun disebabkan yang

bersangkutan tidak paham bahwa sebenarnya tidak selayaknya dia menyatakan

dosanya. Mungkin itu dilakukan karena rasa bersalah dan takutnya kepada neraka

Jahannam. Namun seharusnya dia juga mengetahui bahwa pada saat bertobat dia

menjadi bersih kembali, tidak lagi menjadi ahli Jahannam, dan dosanya terhapus.

Perhatikanlah riwayat-riwayat tentang hukuman zina. Imam Ali as, misalnya,

semaksimal mungkin ingin membukakan jalan baginya supaya yang bersangkutan

tidak terkena hukuman. Namun yang bersangkutan bersikeras dan berulang-ulang

ah
memberi pengakuan.

i
Dalam sebuah riwayat disebutkan, seorang laki-laki datang kepada Amirul Mukminin
Sy
Ali as lalu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku telah berzina. Tolong sucikan

aku.” Maksudnya, tolong berlakukan hukuman atasku.


a
k

Imam Ali as berkata, “Sepertinya pikiranmu terganggu.” Berulang-ulang Amirul


a

Mukminin mengemukakan alasan baginya supaya dia berpaling dari apa yang
st

dikatakannya. Hingga orang itu datang untuk keempat kalinya sambil menyatakan
u

bahwa dia telah berzina dan meminta hukuman zina dijatuhkan kepadanya.
P

Melihat itu Amirul Mukminin as sangat marah dan berkata, “Sungguh buruk

seseorang datang kepadamu lalu menceritakan dosanya dan mempermalukan dirinya

di hadapan banyak orang. Apakah dia tidak bisa bertobat di rumahnya!” Kemudian

Amirul Mukminin as melanjutkan kata-katanya, “Demi Allah, jika dia bertobat di

antara Allah dengan dirinya, itu lebih utama daripada aku memberlakukan hukuman

zina atasnya.” 283

283
Bihar al-Anwar, jil. 40, hal. 293, hadis 66.

267
Apakah Allah butuh mencambuk dan menghukum? Mengapa di hadapan Allah Swt

yang mau mengampuni hamba-Nya hanya dengan istighfar, tobat, dan penyesalan,

kita harus menerima cambukan, menderita, dan kehilangan kehormatan. Rasulullah

saw dan para Imam tidak suka seseorang datang menyatakan dosanya. Mereka

kecewa dan memalingkan wajahnya dari tindakan itu.

Pengakuan Bodoh

Dalam riwayat lain disebutkan, seorang wanita datang ke hadapan Amirul Mukminin

Ali as. Wanita itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku terlah berzina. Tolong

sucikan aku.”

ah
Imam Ali as mengajukan beberapa pertanyaan kepada wanita itu, bahkan memberikan

i
kepadanya jalan untuk lari. Namun dia tetap memberi pengakuan yang memenuhi
Sy
syarat diberlakukannya hukuman, karena wanita itu hamil. Amirul Mukminin as

berkata lagi, “Sekarang pergilah. Nanti datang lagi ke sini setelah engkau
a
k

melahirkan.”
a

Setelah beberapa waktu wanita itu datang lagi kepada Imam Ali dan berkata, “Aku
st

telah melahirkan. Sekarang, tolong sucikan aku.”


u

Amirul Mukminin as pura-pura tidak tahu. Dia menghadapi wanita itu sedemikian
P

rupa seolah-olah tidak mengenalnya. Imam Ali bertanya, “Aku harus menyucikan

engkau dari apa?” Wanita itu berkata, “Aku telah berzina.”

Kemudian Amirul Mukminin as mengulangi pertanyaan-pertanyaan yang sama yang

pernah ditanyakan sebelumnya, dengan harapan wanita itu tidak memberi pengakuan.

Namun lagi-lagi wanita itu memberi pengakuan yang memenuhi syarat

diberlakukannya hukuman. Imam Ali as berkata, “Anakmu memerlukan air susu.

Sekarang susuilah dia selama dua tahun, setelah itu baru engkau kemari lagi.”

268
Wanita itu pun pergi. Setelah dua tahun dia datang kembali dan berkata, “Aku telah

menyusui anakku selama dua tahun. Sekarang, sucikanlah wahai Amirul Mukminin.”

Imam Ali kembali pura-pura tidak tahu, beliau bertanya, “Aku harus menyucikan

engkau dari apa?” Wanita itu menjawab, “Aku telah berzina.”

Kemudian Amirul Mukminin as kembali mengajukan beberapa pertanyaan, dan

wanita itu tetap memberi pengakuan yang memenuhi syarat diberlakukannya

hukuman. Amirul Mukminin as berkata, “Anakmu memerlukan perawatan. Harus ada

orang yang merawatnya hingga dia balig. Sekarang pergilah. Beri anakmu makan dan

minum. Jaga dia jangan sampai jatuh dari atap atau masuk ke dalam sumur hingga dia

ah
besar.”

i
Wanita itu pulang sambil menangis. Di tengah jalan dia bertemu orang yang lebih
Sy
tidak paham lagi darinya. Orang itu bertanya, “Kenapa engkau menangis?” Wanita itu

menjawab, “Aku datang berkali-kali kepada Amirul Mukminin supaya aku disucikan.
a
k

Namun setiap kali aku datang kepadanya dia selalu mencegahnya dengan berbagai
a

alasan. Kali ini pun dia berkata, ‘Pergi, rawat dulu anakmu hingga dia besar.’ Aku
st

takut kematian menjemputku sementara aku belum suci.”


u

Orang itu berkata, “Aku yang akan merawat anakmu.”


P

Kemudian keduanya mendatangi Amirul Mukminin as. Orang itu berkata kepada

Amirul Mukminin as, “Aku yang akan merawat anaknya.”

Mendengar itu Amirul Mukminin as sangat kecewa karena ada orang yang begitu

bodoh mau merawat seorang anak supaya ibunya dapat dikenai hukuman rajam.

Menutupi Keburukan

Haji Agha Dulabi menyatakan, “Hukum Islam datang dari atas dan berjalan di atas

sifat-sifat Allah Swt. Allah Maha Penutup aib dan Maha Pengampun. Dia menutupi

269
dan mengampuni dosa. Dalam sebuah doa kita membaca, “Wahai Zat yang

menampakkan hal-hal yang indah dan menutupi hal-hal yang buruk.”

Sebuah doa yang mengagumkan! Hukum Allah Swt datang berdasarkan doa ini. Allah

Swt menampakkan hal-hal yang baik dan menutupi hal-hal yang buruk. Keburukan

sama sekali jangan diberitahukan, bahkan kepada Rasulullah saw dan seorang imam

yang merupakan pemegang rahasia-rahasia Allah Swt sekali pun. Amirul Mukminin

as berkata, “Kami bersalaman dengan tangan-tangan yang seharusnya dipotong.”

Yaitu dengan orang yang berkali-kali mencuri.

Seorang Imam melihat seluruh perbuatan baik dan mengabaikan seluruh perbuatan

ah
buruk. Mereka penjaga rahasia-rahasia Allah Swt. Mereka tidak akan membuka aib

dan hal-hal yang buruk kecuali


i
yang bersangkutan mengakuinya atau
Sy
memberitahukannya.

Sekali lagi, dapat dikatakan, betapa pergi ke surga itu mudah dan pergi ke neraka itu
a
k

sulit. Untuk pergi ke neraka seeorang harus mengaku, harus mengajukan saksi.
a

Banyak sekali hukuman yang tidak dapat diterapkan selama yang bersangkutan tidak
st

mau mengaku. Namun tentu saja, hak-hak orang lain harus dijaga, harus segera
u

dilaksanakan.
P

Adapun berkenaan dengan dosa yang terjadi antara kita dengan Allah Swt, para imam

berkata, “Orang yang menyembunyikan dosanya akan diampuni Allah Swt.” Artinya,

jika kita menyembunyikan dosa-dosa, maka Allah Swt mengampuninya. Jika

seseorang dapat mengembalikan hak-hak orang lain lalu lari dari cengkeraman

hukum, maka itu bagus. Yaitu dia mengembalikan harta orang lain tanpa harus masuk

penjara.

Mengakui Dosa di Hadapan Allah Swt

270
Adapun dosa yang terjadi di antara seseorang dengan Tuhan, maka jangan sekali-kali

dia menyatakannya, bahkan di hadapan hakim, di hadapan Rasulullah saw atau Imam.

Biarlah pengakuan dosa itu hanya dilakukannya di hadapan Allah Swt. Dalam doa-

doa terkandung pengakuan dosa kepada Allah Swt. Semakin sering seseorang

memberi pengakuan dosa di hadapan Allah Swt maka itu lebih baik.

Dalam doa Kumail terlantun kalimat: “Kini aku datang menghadap kepada-Mu, ya

Ilahi, setelah semua kekurangan dan pelanggaranku, sambil menyampaikan

pengakuan dan penyesalan dengan hati yang hancur luluh, memohon ampun dan

berserah diri dengan rendah hati mengakui segala kenistaanku.” 284

ah
Atau dalam munajat bulan Sya`ban —yang merupakan munajat Amirul Mukminin

i
dan para imam maksum as— kita membaca, “Ya Allah, jika engkau mengampuniku,
Sy
siapa yang lebih layak dari-Mu untuk mengampuni. Ya Allah, jika ajalku telah dekat

dan amalku belum mendekatkanku kepada-Mu, maka aku jadikan pengakuan dosaku
a

kepada-Mu sebagai perantara untuk memperoleh ampunan-Mu.” 285


a k

Artinya, pengakuan dosa di hadapan Allah Swt adalah sebab diampuninya seseorang.
st

Saat seorang manusia dengan sungguh-sungguh berkata, “Ya Allah, aku ini orang
u

buruk, aku telah melakukan dosa”, maka Allah akan mengampuninya. Karena Allah
P

Maha Pengasih, rahmat-Nya begitu luas hingga meliputi segala sesuatu.

Sebagian orang melihat dosanya sedang sebagian lain melihat Allah Swt. Mana yang

lebih baik? Orang yang melihat dosanya lalu menundukkan kepalanya itu baik.

Namun jika dia selalu melihat dosanya dia akan putus asa. Yang lebih baik ialah dia

melihat Allah Swt. Selanjutnya, perhatikan! Betapa beda antara orang yang melihat

Allah Swt dengan orang yang melihat dosanya. Ketika seorang melihat Allah Swt, ia

284
“Doa Kumail, dalam Mafatih al-Jinan.
285
“Munajat bulan Sya`ban”, dalam Mafatih al-Jinan.

271
melihat kemurahan dan pengampunan-Nya. Karena Dia selalu menampakkan yang

baik-baik, maka manusia akan optimis dan penuh pengharapan.

Dalam “Doa Abu Hamzah Tsumali” disebutkan: “Tuhanku, jika aku melihat dosa-

dosaku aku sedih dan takut, namun jika aku melihat kedermawanan dan kebaikan-Mu

aku penuh pengharapan.” 286

Seseorang menukil dari Almarhum Ayatullah Najafi Mar`asyi bahwa rahmat dan

ampunan Allah Swt sedemikian besarnya hingga kita tidak dapat memberitahukannya

kepada masyarakat. Karena jika kita memberitahukannya mereka akan kurang ajar.

Dengan kata lain, sebagian besar masyarakat tidak mengetahuinya, dan memang

ah
sebaiknya mereka tidak mengetahuinya. Karena jika tahu, mereka akan

menyalahgunakannya.
i
Sy
Jalan-jalan Masuk Setan

Saat setan diusir dari hadapan Allah Swt dia bersumpah untuk menyesatkan manusia.
a
k

Setan berkata, “Sekarang, Adam telah menjadi khalifah Allah dan aku telah dilaknat
a

dan terusir. Maka semaksimal mungkin aku akan menyiksa dan menyesatkan anak
st

Adam.” Kemudian untuk menguji manusia Allah Swt pun memberikan jalan kepada
u

setan.
P

Namun demikian, penciptaan setan pun didasarkan hikmah dan rahmat. Setan berkata

kepada Allah Swt, Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka

semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas (yang diikhlaskan Allah) di

antara mereka (QS. Shad: 82-83).

Singkatnya, setelah Iblis diusir dari hadapan Allah Swt dia meminta tempo kepada

Allah Swt hingga masa munculnya Imam Zaman as. Allah pun memberi waktu

kepadanya hingga masa kemunculan Imam Zaman, bukan hingga hari kiamat.

286
“Amal-amal bulan Ramadhan, Doa Abu Hamzah Tsumali, dalam Mafatih al-Jinan.

272
Kemudian Iblis berkata, Aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari

jalan Engkau yang lurus. Kemudian aku akan datangi mereka dari muka dan dari

belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan

mendapati kebanyakan mereka bersyukur (QS. Al-A`raf: 16-17).

Iblis akan mendatangi anak Adam dari empat penjuru. Dia akan mengalahkan anak

Adam dengan uang, syahwat dan dunia. Dia akan membuat dunia begitu indah dalam

pandangan anak Adam hingga mereka melupakan dirinya. Lalu dia menutup jalan

yang benar dari empat arah.

Sebagaian mufassir menjelaskan kata-kata “aku akan datangi mereka dari hadapan

ah
mereka” ialah aku akan membuat dunia begitu indah dalam pandangan anak Adam.

i
Aku akan menawan anak Adam dengan uang, kedudukan, dan syahwat hingga mereka
Sy
bersedia tunduk di hadapan semua kehinaan, hingga mereka bersedia melakukan dosa

apa pun.
a
k

Adapun kata-kata “dan dari belakang mereka” ialah aku akan berusaha
a

menjadikannya lupa kepada akhirat. Adapun ungkapan “dari kanan mereka” ialah
st

aku akan berusaha supaya dia tidak memiliki hubungan dengan kebaikan dan orang-
u

orang baik. Kemudian ungkapan “dan dari kiri mereka” ialah aku akan tunjukkan
P

kepadanya jalan yang sesat. Alhasil, setan menebarkan seluruh perangkapnya kepada

anak Adam.

Orang-orang menulis bahwa Almarhum Syekh Hasan Ali Nakhudaki pernah berkata:

“Aku lihat bahwa pada sembilan puluh sembilan persen usahanya, kadang-kadang

setan menyuruh orang berbuat baik, demi mengambil kepercayaannya. Lalu pada

usaha yang keseratus, barulah dia menyuntikkan racunnya. Oleh sebab itu, kita harus

selalu waspada.”

273
Setan dapat menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Jika dia menampakkan diri

dalam bentuk aslinya tentu tidak akan ada orang yang mau mendengar perkataannya.

Kadang-kadang setan menampakkan diri sebagai seorang teman yang baik, dengan

mengenakan pakaian agama. Kita harus meminta perlindungan kepada Allah Swt dari

kejahatan setan, jin, dan manusia, dari kejahatan pikiran-pikiran setan, dari setan-

setan yang ada dalam diri, dan dari nafsu ammarah.

Lari dari Setan

Saat setan mengepung manusia dari empat penjuru, apa yang harus dilakukan?

Dalam riwayat disebutkan, saat setan mengatakan akan mendatangi manusia dari

ah
empat penjuru, para malaikat sangat sedih dan khawatir. Mereka merasa kasihan

kepada anak Adam.


i
Sy
Para malaikat berkata, “Ya Allah, saat anak Adam dikepung dari empat penjuru, apa

yang akan terjadi pada mereka?” Allah Swt berkata, “Wahai para malaikat-Ku, Aku
a
k

telah membukakan dua jalan bagi anak Adam: jika mereka mengangkat tangannya ke
a

arah langit dengan penuh ketundukan saat berdoa lalu meletakkan keningnya ke tanah
st

dengan penuh khusyuk, maka Aku akan ampuni dosanya selama tujuh puluh
u

tahun.” 287
P

Kita semua pasti dikalahkan setan kecuali jika Allah Swt menolong kita. Setiap saat

setan membisikkan bisikannya kepada kita. Oleh karena itu kita harus berdoa dengan

mengangkat tangan dan memohon perlindungan kepada Allah, atau bersujud kepada-

Nya dan memohon pertolongan-Nya. Allah Swt Maha Pengasih, dan jangan sekali-

kali kita berputus asa dari rahmat-Nya.

Allah Swt berkata, “Siapa saja yang dengan khusyuk dan penuh ketundukan

mengangkat kedua tangannya untuk berdoa, atau bersujud, maka Aku akan

287
Bihar al-Anwar, jil. 60, hal. 155.

274
mengampuni dosanya selama tujuh puluh tahun.” Subhanallah, sungguh Dia, Tuhan

yang sangat pengasih.

Dalam doa bulan Sya`ban disebutkan, “Bulan Sya`ban yang dipenuhi dengan rahmat

dan ridha Allah.” Dalam bulan Sya`ban Allah sedemikian mengucurkan rahmat-Nya

hingga orang tidak perlu mengumpulkannya. Dan pada bagian akhir doa: “Engkau

telah mewajibkan rahmat dan ridha-Mu bagiku.”

“Ya Allah, anugerahkanlah kami keimanan dan makrifah yang sempurna kepada

Imam Zaman as. Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami segala kebaikan yang telah

Engkau anugerahkan kepada empat belas manusia maksum, dan jauhkanlah dari kami

ah
segala keburukan yang telah Engkau jauhkan dari mereka. Dengan hak Muhammad

dan keluarga Muhammad.”[]


i
Sy
a
k

Biografi Ringkas Tokoh-tokoh yang Namanya Disebut dalam Buku Ini


a
st

1. Almarhum Ayatullah Syekh Muhammad Jawad Anshari Hamadani,


u

seorang arif dan salik sempurna di masa kini. Dia lahir pada 1280 Hijrah Syamsiah di
P

kota Hamadan, dalam sebuah keluarga ruhaniawan. Tanda-tanda kebesaran jiwa dan

kemampuan spiritualnya sudah tampak jelas sejak dia masih kanak-kanak.

Setelah menyelesaikan pelajaran mukadimah hawzah (sebutan untuk semacam

pesantren-pesantren Syi’ah), Ayatullah Anshari Hamadani pindah ke Qum. Di kota itu

dia belajar di bawah bimbingan ulama besar, Ayatullah Haji Syekh Abdulkarim Hairi

Yazdi, hingga mencapai derajat ijtihad. Setelah itu dia kembali ke Hamadan. Upaya

terus menerus yang dilakukan untuk memperbaiki diri menjadikan revolusi jiwa yang

besar terjadi dalam dirinya. Hingga akhir hayatnya dia selalu sibuk melakukan

275
penyucian diri dan berhasil melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Almarhum

Ayatullah Dasteghib, Almarhum Ayatullah Sayid Muhammad Husain Tehrani,

Almarhum Ayatullah Najabat, Almarhum Sayid Hasyim Ridhawi, dan ulama-ulama

besar lain. Para muridnya telah mereguk manfaat dari jiwa yang suci ini.

Syaik Muhammad Jawad Anshari Hamadani meninggal dunia pada 1339

Hijrah Syamsiah pada usia 59 tahun.

2. Almarhum Ayatullah Syekh Muhammad Taqi Bafaqi adalah salah

seorang ulama yang setelah menyelesaikan pelajaran ilmu-ilmu agama di kota Najaf

al-Asyraf di bawah bimbingan Ayatullah Sayid Muhammad Kazhim Yazdi, kembali

ah
lagi ke Iran dan berdiri menentang kesewenang-wenangan pemerintahan Ridha Khan.

i
Tawasul dan hubungan Almarhum Bafaqi dengan Imam Zaman as telah menjadi buah
Sy
bibir banyak orang. Dari berbagai mimbar dia tak kenal lelah memberi wejangan dan

nasihat dan selalu mendekatkan masyarakat kepada Ahlulbait as. Dia sangat sering
a
k

pergi ke Masjid Jamkaran dan mempunyai andil yang sangat besar dalam
a

pembangunan dan renovasi masjid tersebut. Dia menjadi tempat minta tolong
st

Almarhum Ayatullah Syekh Abdulkarim Hairi, dan biasanya menanggung tanggung


u

jawab pemberian syahriah (beasiswa bulanan untuk pelajar).


P

3. Almarhum Ayatullah Haji Sayid Ridha Baha’uddin; termasuk salah

seorang bintang cemerlang di bidang ilmu dan akhlak zaman ini. Dia lahir pada 1287

Hijrah Syamsiah di kota Qum. Ayahnya adalah Sayid Shafiyyuddin, salah seorang

pelayan makam suci Sayidah Ma`shumah as. Setelah menyelesaikan tahapan sekolah

awal, melalui istikharah ayahnya dia memasuki Hawzah Ilmiyyah Qum. Dengan

tekad dan semangat yang besar dia mempelajari ilmu-ilmu agama. Hanya dalam

waktu singkat dia telah menarik perhatian para ulama besar hawzah. Sejak masa kecil

sudah tampak tanda-tanda kesucian jiwa dan kecenderungan spiritual pada dirinya.

276
Setelah meniti pelajaran-pelajaran hawzah, dia masuk ke dalam jajaran lingkaran

murid Ayatullah Hairi Yazdi, Pendiri Hawzah Ilmiyyah Qum, dan selanjutnya

mencapai derajat ijtihad. Dia sangat terpengaruh oleh Almarhum Syekh Abul Qasim

Qummi. Syekh Abul Qasim Qummi adalah tokoh akhlak dan ilmu, dan termasuk

ulama besar Hawzah Ilmiyyah Qum yang menyatakan bahwa perbuatan menyucikan

diri (tahdzib-e nafs) adalah sesuatu yang wajib di samping menuntut ilmu, dan dia

sangat memberi perhatian kepada masalah ini.

Pokok pelajaran suluknya ialah memusatkan perhatian kepada Allah Swt dan

menafakuri ayat-ayat dan nikmat-nikmat Allah Swt, juga menafakuri masalah mabda

ah
dan ma`ad, dan menyatakan bahwa bertawasul kepada Ahlulbait as adalah sesuatu

i
yang semestinya selalu dilakukan. Dia berkata, “Segala sesuatu ada di rumah
Sy
Ahlulbait as.” Dia termasuk salah seorang tokoh Hawzah Ilmiyyah yang langka. Dia

memiliki sifat-sifat utama dan telah mencapai maqam mampu meninggalkan pikiran-
a
k

pikiran dan keinginan-keinginan duniawi. Majelis mingguan yang diasuhnya selalu


a

dipenuhi suasana spiritual dan keruhanian yang kental. Dia mampu memuaskan
st

dahaga orang-orang yang haus akan ilmu-ilmu Ilahi, dan membimbing mereka dalam
u

meniti jalan menuju Allah Swt.


P

Setelah enampuluh tahun sibuk mengajar, menyucikan diri dan mendidik banyak

murid, dia meninggal dunia pada 1376 Hijrah Syamsiah.

4. Almarhum Ayatullah Haji Syekh Abdulkarim Hairi Yazdi adalah

pendiri Hawzah Ilmiyyah Qum. Dia lahir pada 1267 Hijrah Qamariah di desa

Mehrjard, di rumah seorang laki-laki suci bernama Muhammad Shaghir. Setelah

menyelesaikan pelajaran sekolah dasar dan kemudian belajar di Hawzah Ilmiyyah

Yazd, dia berangkat ke Karbala pada usia delapan belas tahun. Bertahun-tahun dia

menimba ilmu di Karbala di bawah bimbingan Ayatullah Fadhil Ardukani. Setelah

277
itu, atas petunjuk gurunya dia pergi ke kota Samarra untuk belajar kepada Mirza

Buzurg Syirazi. Selama dua belas tahun dia tinggal di kota Samarra dan juga belajar

kepada ulama-ulama besar lainnya seperti Sayid Muhammad Pasyaraki dan Syekh

Fadhlullah Nuri.

Selanjutnya dia kembali ke Taheran. Setelah beberapa waktu di sana, dia hijrah ke

kota Qum lalu mendirikan Hawzah Ilmiyyah Qum dan menggenggam marji`iyyah

secara penuh. Di bawah bimbingan fakih besar ini lahir ulama-ulama besar seperti

Imam Ruhullah Khomeini, Ayatullah Ghulpaighani, Ayatullah Araki, Ayatullah

Khunsari, Ayatullah Baha’uddin, Ayatullah Najafi Mar`asyi, yang kesemuanya

ah
merupakan fakih dan marji`.

5.
i
Almarhum Syekh Abdulkarim Hamid. Dia salah seorang murid
Sy
cemerlang Syekh Rajabali Khayyath (untuk biografi lengkapnya, lihat The Elixir of

Love: Senyawa Cinta yang disusun oleh Muhammad Rey Syahri, terbitan Al-Huda—
a
k

FA). Dia lahir pada 1301 Hijrah Syamsiah di kota Qazwin. Ayahnya adalah Syekh
a

Muhammad Hamid, salah seorang murid Almarhum Ayatullah Syekh Muhammad Ali
st

Asadabadi. Almarhum Hamid menjadi murid Syekh Rajabali Khayyath dalam bidang
u

jahit-menjahit dan juga dalam bidang ‘irfân dan sayr suluk. Dia manusia yang sangat
P

zuhud dan bertakwa dan banyak berkecimpung dalam hadis-hadis Ahlulbait as. Dia

menerjemahkan riwayat-riwayat Ahlulbait as dengan begitu indah. Selain itu, banyak

pula para pecinta kebenaran yang memperoleh manfaat dari majelis akhlak dan ‘irfân

yang diasuhnya. Selama Syekh Rajabali masih hidup, dia tinggal di Tehran. Namun

setelah Syekh Rajabali meninggal dunia dia hijrah ke Masyhad dan tinggal di sana

hingga meninggal dunia pada 1358 Hijrah Syamsiah.

6. Almarhum Haji Ismail Dulabi adalah salah seorang tokoh yang langka

di zaman kita. Sejak masa kanak-kanak dan remaja hatinya telah tertawan dalam

278
penjara cinta Allah Swt, dan termasuk salah seorang salik majdzub yang memulai

jalan ruhaninya dengan mencintai Allah Swt dan Ahlulbait as dan bertawasul kepada

mereka. Pada mulanya dia bergaul dengan tokoh-tokoh besar seperti Syekh

Muhammad Taqi Bafaqi, Syaik Ghulam Ali Qummi dan Ayatullah Syahabadi.

Kemudian setelah meniti tingkatan-tingkatan tawasul dia berkenalan dengan

Almarhum Ayatullah Anshari Hamadani dan banyak memperoleh manfaat dari

mejelis-majelis pelajarannya.

Setelah mencapai maqam kesempurnaan dan makrifat, Almarhum Ismail Dulabi

mendirikan majelis. Dia menanamkan benih-benih cinta dan perjalanan spiritual

ah
menuju Allah Swt di hati para pecinta jalan Allah Swt. Majelisnya selalu dipenuhi

i
atmosfer kecintaan kepada Allah, tauhid dan ‘irfân, dan sangat memberikan pengaruh
Sy
kepada terjadinya revolusi hati menuju Allah Swt.

7. Almarhum Ayatullah Sayid Hasyim Ridhawi, salah seorang pecinta


a
k

Imam Zaman as. Dia hijrah dari kota Banaras India ke Najaf untuk menuntut ilmu
a

dan sastra. Di samping menuntut ilmu-ilmu hawzah dia berguru kepada seorang arif
st

cemerlang, Almarhum Ayatullah Asid Ali Qadhi Thabathaba’i, dan banyak menimba
u

manfaat dari orang besar itu dalam bidang akhlak dan perjalanan spiritual. Dia
P

terhitung salah seorang murid pertama Almarhum Ayatullah Asid Ali Qadhi

Thabathaba’i.

Gurunya yang lain di bidang akhlak dan ‘irfân ialah Ayatullah Anshari Hamadani.

Dia banyak memperoleh manfaat dari kelas akhlak yang diasuhnya.

Salah satu keutamaan Almarhum Sayid Hasyim Ridhawi ialah cinta dan tawasulnya

yang terus menerus kepada Imam Zaman as dan dia sangat menganjurkan orang lain

untuk melakukan hal yang sama. Dia orang yang suka menyendiri dan tidak suka

hadir di tengah banyak orang. Hanya orang-orang yang mengenalnya yang suka

279
datang kepadanya dan memperoleh manfaat dari nasihat-nasihat dan pelajaran

akhlaknya.

8. Almarhum Mirza Abdullah Syalici, lahir pada 1260 Hijrah Syamsiah

di kota Tabriz dalam sebuah keluarga yang taat beragama. Kemudian dia pergi ke

Tehran. Dengan perhatian penuh dia mendapat pendidikan akhlak dan keilmuan dari

ayahnya.

Setelah belajar bahasa Prancis dia hijrah ke Qum dan untuk seterusnya tinggal di

samping Makam Sayidah Ma`shumah. Kecintaannya kepada Al-Quran telah

menjadikannya seorang guru yang mumpuni. Pada usia 30 tahun, dia mengenal

ah
seorang arif dan fakih besar Haji Mirza Jawad Agha Tabrizi dan menjadi salah

i
seorang muridnya. Dia banyak memperoleh manfaat dari daya tarik Ilahi, ilmu dan
Sy
spiritualitas dari ulama rabbani besar itu. Pada 1363 Hijrah Syamsiah dia meninggal

dunia.
a
k

9. Almarhum Ayatullah Mulla Nazhar Ali Thaliqani; salah seorang murid


a

Syekh Murtadha Anshari. Setelah menyelesaikan tahapan-tahapan pelajaran hawzah


st

dia kembali ke Thaliqan dan menetap di sana. Pada peringatan-peringatan agama,


u

terutama pada bulan Ramadhan dia suka memberikan ceramah kepada masyarakat.
P

Dia seorang ulama cemerlang dan mujtahid besar. Dia mumpuni dalam bidang ilmu

fikih, filsafat dan hadis. Di samping itu, ceramah-ceramah yang disampaikannya

sangat menarik dan sarat dengan isi. Ceramah-ceramahnya dihimpun dalam dua jilid

buku dengan judul Kasyif al-Asrar dan sudah diterbitkan. Berisi pembahasan ‘irfân,

akhlak, akidah dan hadis.

10. Almarhum Ayatullah Sayid Muhammad Pasyaraki adalah salah

seorang murid cemerlang Alamrhum Mirza Buzurgh Syirazi. Setelah Almarhum

Mirza Buzurgh Syirazi wafat, meski ada dugaan a`lamiyyah ada pada dirinya dia tidak

280
mau menerima kedudukan marji`iyyah. Salah seorang murid besarnya ialah

Almarhum Syekh Abdulkarim Hairi Yazdi, pendiri Hawzah Ilmiyyah Qum.

11. Almarhum Ayatullah Sayid Ali Qadhi Thabathaba’i lahir pada 1382

Hijrah Qamariah di Tabriz. Setelah mencapai usia balig dia mempelajari ilmu-ilmu

agama, Pada usia 24 tahun, untuk melanjutkan pelajarannya, dia pergi ke Najaf

Asyraf. Di sana, selama bertahun-tahun dia belajar di bawah bimbingan para ulama

besar, seperti Almarhum Sayid Ahmad Karbala’i dan Almarhum Syekh Muhammad

Bahari. Dia bergaul dengan kedua ulama besar itu dan berhasil mencapai maqam yang

tinggi dalam bidang ‘irfân dan keruhanian, dan mempunyai murid-murid cemerlang

ah
seperti Allamah Thabathaba’i, Sayid Hasyim Haddad, Sayid Hasyim Ridhawi,

i
Ayatullah Najabat, Ayatullah Bahjat, Ayatullah Syekh Muhammad Taqi Amuli, dan
Sy
ulama-ulama besar lainnya.

12. Almarhum Karbala’i Ahmad adalah salah seorang pecinta Sayidus


a
k

Syuhada, Imam Husain as. Sejak masa kanak-kanak dia mempunyai kecintaan yang
a

sangat mengagumkan kepada Imam Husain as. Pada usia remaja dia sangat
st

terpengaruh oleh seorang ulama ruhani tampan bernama Sayid Yahya Sajjadi.
u

Kemudian dia bergabung dalam majelis Syekh Rajab Ali Khayyath. Almarhum
P

Ayatullah Baha’uddin berkata: Dia adalah salah satu mukjizat Sayidus Syuhada.

Disebabkan tawasulnya yang terus menerus kepada Imam Husain as dia berada di

jalan kesempurnaan dan jalan menuju Allah Swt. Setelah Syekh Rajab Ali Khayyath

wafat, dia hijrah ke Qum dan membentuk mejelis tawasul dan nasihat bersama teman-

temannya. Pada 1379 Hijrah Syamsiah, dia meninggalkan dunia.

13. Almarhum Mulla Kazhim Syaruqi adalah salah satu mukjizat di era kita.

Tanpa belajar dia dapat menghapal seluruh Al-Quran. Dia mengenal ayat-ayat Al-

Quran yang tercantum dalam berbagai kitab dan dapat membaca ayat-ayat secara

281
hapalan dari awal hingga akhir. Berkali-kali dia diuji oleh beberapa orang ulama besar

Qum dan semua kagum kepadanya. Dia benar-benar salah satu mukjizat Allah Swt di

zaman kita ini. Kuburannya yang berada di pekuburan Almarhum Hairi menjadi

tempat ziarah orang-orang beriman.

14. Mula Abdullah Quthb termasuk salah seorang arif abad ke-9 Hijrah.

Karena dia mempunyai teman dan murid di berbagai tempat dia banyak mengirim

surat kepada mereka yang berisi pelajaran-pelajaran ‘irfân dan akhlak. Kemudian

surat-surat tersebut dikumpulkan menjadi sebuah buku dan dicetak dengan judul “al-

Makatib Mulla Abdullah”. Buku ini berisi pembahasan akhlak, ‘irfân dan tauhid, dan

ah
memberi pengaruh yang dalam kepada para pembacanya. Almarhum Faidh Kasyani

i
juga memilah-milah kembali surat-surat itu lalu menyusunnya menjadi sebuah buku
Sy
dengan judul Muntakhab al-Makatib.[]
a
a k
st
u
P

282

Anda mungkin juga menyukai