Anda di halaman 1dari 177

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Ilmu Politik Skripsi Sarjana

2018

Studi Deskriptif Pemikiran Politik Syekh


Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah
tentang Hidup Bernegara

Mutmainnah, Anisah
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4672
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
STUDI DESKRIPTIF PEMIKIRAN POLITIK SYEKH TAREKAT
NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH TENTANG HIDUP BERNEGARA

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

ANISAH MUTMAINNAH
100906061

Dosen Pembimbing : Adil Arifin, S.Sos, MA

DEPARTEMEN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ANISAH MUTMAINNAH (100906061)

Studi Deskriptif Pemikiran Politik Syekh Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah


tentang Hidup Bernegara

Rincian isi Skripsi xi, 132 halaman, 35 buku, 3jurnal, dan 7wawancara.

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan pemikiran politik Islam seorang pendiri


Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang memiliki cukup banyak
pengikut yaitu Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya tentang hidup bernegara.
Dimana agama, salah satunya Islam yang gerakannya kerap dimotori oleh
organisasi berbasis agama, memiliki peran signifikan dalam membentuk
preferensi budaya politik seseorang atau masyarakat. Sehingga pemikiran Saidi
Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya sejatinya menjadiacuan bagi para anggotanya
dalam menjalankan prinsip-prinsip kehidupan bernegara sesuai dengan yang nilai-
nilai islami sehingga organisasi ini dapat ikut mewujudkan suatu kondisi tatanan
hidup bernegara yang ideal demi kemashlahatan umat.

Penelitian ini menggunakan teori pemikiran politik islam melalui pendekatan


prinsip politik dalam Islam, prinsip kehidupan bernegara dalam Islam, dan
tipologi pemikiran politik Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan metode deskriptif analitis dan teknik pengumpulan data berupa
wawancara serta studi kepustakaan. Dimana seluruh informan merupakan orang-
orang yang pernah maupun sedang menjabat di struktural organisasi ini dan
mengenal dekat Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya semasa hidupnya.

Hasil analisis dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa semasa hidupnya Saidi
Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya mengabdikan dirinya sebagai seorang
negarawan yang seluruh pemikirannya berporos pada Allah dan ridaNya serta
aturan pemerintah dalam tatanan kehidupan bernegara. Hal ini sejalan dengan
teori al-Ghazali dan Ibn Taimiyah dalam memandang hubungan antara agama dan
negara. Pemikiran Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dapat menjadi satu
alternatif yang baik sebagai acuan dalam menjalankan hidup bernegara.

Kata kunci: Pemikiran Politik Islam, Hidup Bernegara dalam Islam, Organisasi
Tarekat, Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Saidi Syekh Kadirun Yahya

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

ANISAH MUTMAINNAH (100906061)

Descriptive study on political view of Syekh Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah


regarding living in society principal.

Details of the research study content. xi, 132pages, 35 books, 3 journals, and
7 intervews.

ABSTRACT

This research tried to elaborate view on Islam politic about living in a society by
the founder of Naqsyabandiyah Khalidiyah Organization that has many followers,
Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya. Where religions, Islam as one of them,
is often driven by religion based organization, has significant role in shaping
someone’s or society’s preferences in political culture. Therefore, Saidi Syekh
Prof. Dr. H. Kadirun Yahya views and thoughts become guidance in carrying
living in a society principal according to Islamic values. Moreover, this
organization can also achieve an ideal living condition in the society.

This research is using Islam political view theory with Islam political principal
approach, living in a society principal on Islam, and Islam political view typology.
This research is qualitative research with analitical descriptive method and
interview and literature review as data collection technique. All informants are
people who has been or is working on this organization structure and is close to
Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya.

The analysis result shows that during his life, Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun
Yahya dedicated himself as a political figure whose thoughts and views were
revolving around Allah and His blessings, also government policy on the order of
living in a society. This condition is aligned with al-Ghazali theory and Ibn
Taimiyah views on the relationship between religion and a country. Saidi Syekh
Prof. Dr. H. Kadirun Yahya views can be an alternative guidance for living in a
society.

Keywords: Islam political view, Living in a society on Islam, Tarekat


Organization, Naqsyabandiyah Khalidiyah Tarekat, Saidi Syekh Kadirun Yahya

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Anisah Mutmainnah


NIM : 100906061
Departemen : IlmuPolitik
Judul : Studi Deskriptif Pemikiran Politik Syekh Tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah tentang Hidup Bernegara

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

(Warjio, M.A, Ph.D) (Adil Arifin, S.Sos, MA)


NIP. 197408062006041003 NIP. 198302162010121003

Mengetahui :
Dekan FISIP USU

(Dr.Muryanto Amin, M.Si)


NIP. 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen


Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
oleh:

Nama : Anisah Mutmainnah


NIM : 100906061
Judul : Studi Deskriptif Pemikiran Politik Syekh Tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah tentang Hidup Bernegara

Dilaksanakanpada :

Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :

TimPenguji :
Ketua : ( )
NIP :

PengujiUtama : ( )
NIP :

PengujiTamu : ( )
NIP :

Universitas Sumatera Utara


Halaman Persembahan

Karya ini dipersembahkan untuk


Umi dan Abi Tercinta
Keempat Saudara Terkasih
Serta Suami dan Pangeran Kecil Belahan Jiwa

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas rahmat

dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Studi Deskripdtif Pemikiran Politik Syekh Tarekat

Naqsyabandiyah Khalidiyah tentang Hidup Bernegara”. Skripsi ini diajukan guna

memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata satu (S1) Jurusan

Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Shalawat beserta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan para sahabat.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak sekali

kemurahan hati, bimbingan, nasehat, dukungan dan bantuan baik moril maupun

materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak

terimakasih atas apa yang telah diberikan selama proses awal hingga akhir dari

penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Abi Raden Bambang Irawan dan Umi Uni

Erlinawati, secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat, kasih

sayang dan terima kasih yang telah membesarkan, mendidik, menyayangi,

mendukung, dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua kakak tercinta

Mutiah Lilhaq—beserta putri kecilnya Zarina Putri Habibah—dan

Abdullah Assajjad serta kedua adik tersayang Raden Muhammad Salam

Universitas Sumatera Utara


Perkasa Alam dan Raden Nurul Agustina yang telah memberi dukungan

dan doa kepada penulis selama ini dan juga kepada seluruh keluarga saya

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

2. Kakanda Lusman Saiful Arif, seorang suami, imam, kekasih, sahabat

dalam suka maupun duka yang tak pernah berhenti memberikan dukungan

terbaiknya kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini, yang tak

pernah lelah membimbing penulis untuk terus maju menghadapi aral dan

lintang kehidupan. Serta untuk pangeran kecilku, Fayyad Nail Elfadal,

pemantik semangat dari jiwa yang murni, dimana senyuman dan pelukan

tulusnya menjadi sumber kekuatan penulis untuk terus belajar menjadi

seorang ibu yang lebih baik dari hari ke hari.

3. Bapak Adil Arifin, S.Sos, MA, selaku dosen pengajar serta dosen

pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan bimbingan, masukan dan ilmunya serta dorongan

semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Semoga apa yang telah diberikan beliau diberi balasan yang jauh

lebih baik oleh Allahu Subhana wa Ta’ala. Amin.

4. Bapak Dr. Muryanto Amin, Msi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan llmu

Politik USU; Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP, Wakil Dekan I Bidang

Akademik, Kemahasiswaan dan Alumi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik USU; Bapak Warjio, M.A, Ph.D, Ketua Departemen Ilmu Politik

FISIP USU; Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si, Sekretaris

Universitas Sumatera Utara


Departemen Ilmu Politik FISIP USU;serta seluruh dosen dan staf pengajar

Departemen Ilmu Politik yang telah mendidik penulis selama menjalani

masa perkuliahan di FISIP USU dan juga terima kasih kepada Bapak

Burhan yang membantu penulis dalam urusan administratif akademik.

5. Pimpinan Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Prof. Dr. H.

Kadirun Yahya beserta seluruh jajaran pengurus, khususnya kepada Ustaz

Bami Abdul Madjid, Ustaz Gun Teguh Tajuddin, Bapak Suhendro, Bapak

Abdul Basir, Bapak Sahmual Pasaribu, Bapak Prof. Hamdani Harahap,

dan Bapak Febru Winaro yang telah bersedia meluangkan waktu nya

untuk menjadi informan utama dalam pengambilan data skripsi ini serta

banyak membantu penulis dengan memberi banyak arahan dan masukan

untuk penulisan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat terkasih di kala suka dan duka, Weny Deviana Ginting,

Putri Wulandari, Rozana Raziin, Amoy Surbakti, Meva Mariati Zhen,

Hanny Hafizah, yang telah banyak membantu, memberi masukan,

membangkitkan semangat dan percaya diri penulis sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kepada Sally Frelin Meliala

dan Maria Juli Insani Simbolon yang tetap setia mendukung dan saling

memberi semangat di penghujung perjuangan dalam menyelesaikan tugas

akhir ini. Serta seluruh teman-teman Departemen Ilmu Politik stambuk

2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya.

Universitas Sumatera Utara


Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan

dan kelemahan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini ke depan.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dan

dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini dan

kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan

kita.

Medan, 17 Januari 2018

Anisah Mutmainnah

100906061

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

ABSTRACT ........................................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 11

C. Batasan Masalah ........................................................................................ 11

D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12

E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12

F. Kerangka Teori........................................................................................... 13

F.1. Pemikiran Politik Islam .......................................................................... 13

G. Definisi Konsep.......................................................................................... 31

Universitas Sumatera Utara


G.1. Konsep Tarekat ...................................................................................... 31

H. Metodologi Penelitian ................................................................................ 34

H.1. Metode Penelitian .................................................................................. 34

H.2.Jenis Penelitian ....................................................................................... 35

H.3. Lokasi Penelitian.................................................................................... 36

H.4.Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 36

H.5. Teknik Analisis Data ............................................................................. 38

I. Sistematika Penulisan ................................................................................ 40

BAB II PROFIL SAIDI SYEKH PROF. DR. H. KADIRUN YAHYA DAN

ORGANISASI TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH YAYASAN

PROF. DR. H. KADIRUN YAHYA .................................................................... 42

A. Profil Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya ......................................... 42

A.1. Riwayat Kelahiran dan Pendidikan........................................................ 42

A.2. Sejarah Keluarga .................................................................................... 46

A.3. Sejarah Pekerjaan ................................................................................... 47

A.4. Sejarah Berguru ..................................................................................... 53

A.5. Karya dan Bakti ..................................................................................... 59

B. Profil Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr.

H. Kadirun Yahya.............................................................................................. 67

Universitas Sumatera Utara


B.1. Sejarah Perkembangan Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah

Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya ............................................................ 67

B.2. Tujuan atau Sasaran Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah

Pimpinan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya........................................................... 73

B.3. Pokok-Pokok Ajaran Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah

Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya ............................................................ 73

B.4. Pembinaan Sistem Dakwah .................................................................... 75

B.5. Pembinaan Ikhwan ................................................................................. 76

B.6. Program Kegiatan Pembinaan Jamaah dan Pengembangan Wawasan .. 77

B.7. Kerjasama dengan Organisasi Tarekat Serumpun ................................. 77

B.8. Silsilah Keguruan Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah

Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya ............................................................ 79

BAB III PEMIKIRAN POLITIK SAIDI SYEKH PROF. DR. H. KADIRUN

YAHYA TENTANG HIDUP BERNEGARA ...................................................... 82

A. Deskripsi Pemikiran Politik Islam Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

82

A.1.Pemikiran Syekh Kadirun Yahya mengenai Prinsip Politik dalam Islam

....................................................................................................................... 84

A.2. Pemikiran Syekh Kadirun Yahya mengenai Prinsip Hidup Bernegara

dalam Islam .................................................................................................... 99

Universitas Sumatera Utara


A.3. Tipologi Pemikiran Politik Islam Syekh Kadirun Yahya .................... 105

B. Langkah-Langkah Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dalam

Mengajarkan Hidup Bernegara kepada Para Murid Tarekat Naqsyabandiyah

Khalidiyah Kadirun Yahya .............................................................................. 108

B.1. Dakwah secara lisan ............................................................................. 109

B.2. Pembinaanzikir dan i’tikaf ................................................................... 110

B.3. ProgramAnak Surau ............................................................................. 113

B.4. Mendirikan universitas dan perguruan pendidikan .............................. 114

B.5. Mendirikan Badan Koordinasi Kesurauan (BKK) ............................... 115

B.6. Mengadakan kelas pelatihan-pelatihan ................................................ 116

B.7. Tulisan berupa buku, makalah, buletin, serta rekaman audio visual ... 121

BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 125

A. Kesimpulan .............................................................................................. 125

B. Saran......................................................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 133

LAMPIRAN ........................................................................................................ 135

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Politik merupakan kajian yang sudah berumur mungkin seusia dengan

umur manusia itu sendiri, makanya tak heran ketika banyak pihak yang

memberikan perhatian dan mendalami ilmu politik tersebut. Husain Munaf dalam

ensiklopedi Indonesia menjelaskan bahwa perkataan politik dikenal dalam Bahasa

Latin sebagai politica, dalam Bahasa Yunani politikus, dalam Bahasa Belanda

politiek, dalam Bahasa Perancis sebagai politique, dan dalam Bahasa Inggris

sebagai politics dan dalam Bahasa Arab sebagai siyasah. 1

Jika perkatan politik sudah muncul sejak zaman Yunani, maka istilah

siyasah dalam Bahasa Arab juga muncul serentak dengan kelahiran negara Islam

di Madinah. Kalau di Yunani istilah politik mempunyai arti pemerintahan atau

kenegaraan. Sedangkan kata siyasah pada mulanya diartikan sebagai usaha dan

ikhtiar untuk mencapai atau menyelesaikan suatu masalah, dan juga bermaksud

pengurusan pemerintahan. 2

Sementara itu, menurut Hasan Al Banna politik adalah upaya memikirkan

persoalan internal (mengurus persoalan pemerintah, menjelaskan fungsi-

fungsinya, merinci kewajiban dan hak-haknya, melakukan pengawasan kepada

terhadap penguasa untuk kemudian dipatuhi jika mereka melakukan kebaikan dan

dikritik jika mereka melakukan kekeliruan), dan persoalan eksternal umat

1
Zainal Abidin Ahmad. 1977. Ilmu Politik Islam. Jakarta: Bulan Bintang. hal.18.
2
Yusuf Qardhawi. 1995. Teori Politik Islamterj. Masrohi N. Surabaya: Risalah Gusti. hal. 34.

Universitas Sumatera Utara


(memelihara kemerdekaan dan kebebasan bangsa, mengantarkan mencapai tujuan

yang akan menempatkan kedudukan ditengah-tengah bangsa lain, serta

membebaskan dari penindasan dan intervensi pihak lain dalam urusan-urusanya),

memberikan perhatian kepadanya, dan bekerja demi kebaikan seluruhnya

(kemaslahatan umat). 3 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa segala sesuatu

yang berkaitan dengan negara, warganegara, kehidupan bernegara, kekuasaan dan

segala proses yang menyertainya adalah tak lepas daripada yang namanya politik.

Jadi politik memiliki arti yang luas.

Islam ialah agama yang syamiil (menyeluruh/sempurna) dan universal.

Islam mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Islam merupakan agama

yang mengatur cara hidup secara total, baik itu cara berhubungan antara manusia

dengan penciptanya maupun hubungan antar sesama manusia. 4 Sebagai sebuah

agama yang memiliki fungsi mengatur kehidupan manusia, Islam memiliki

norma-norma yang khusus dan jelas tentang bagaimana manusia menjalin

hubungan dengan manusia lainnya termasuk salah satunya mengatur kehidupan

bernegara. 5

Sementara itu dilihat dari grafiknya, Indonesia sendiri merupakan negara

yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Saat ini ada lebih dari

207 juta orang muslim yang tinggal di Indonesia 6. Islam menjadi sebuah kekuatan

3
Lihat Usman Abdul Mu’iz Ruslan. Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin: Studi Analisis Evaluatif terhadap
Proses Pendidikan Politik Ikhwan untuk para Anggota khususnya dan seluruh Masyarakat Mesir Umumnya,
dari tahun 1928 hingga 1945terj. Salafuddin Abu Sayyid, dkk. Solo: Era Intermedia. hal. 72.
4
Muhammad Abdul Qadir. 2000. Sistem Polilik Islam. Jakarta: Rabbani Press. hal. 3.
5
Munawir Sjadzali. 1993. Islam dan Tata Negara : Ajaran. Sejarah. dan Pemikiran. Jakarta: UI Press. hal.
viii.
6
Sumber: http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321, diakses 1 Maret 2017.

Universitas Sumatera Utara


yang berpengaruh melalui serangkaian gelombang dalam berjalannya sejarah,

yaitu perdagangan internasional, pendirian berbagai kesultanan Islam yang

berpengaruh, dan gerakan-gerakan sosial hingga saat ini. Hal tersebut menjadikan

Islam sebagai salah satu budaya politik yang cukup mewarnai kebudayaan politik

di Indonesia. Orientasi budaya politik yang mendasarkan pada nilai agama Islam

mulai tampak sejak para pendiri bangsa membangun negeri ini. Melihat hal ini

maka seyogyanya nilai-nilai agama menjadi salah satu jalan untuk mewujudkan

suatu kondisi tatanan politik bernegara yang ideal demi kemashlahatan umat.

Karena Islam juga mengajarkan tentang politik dan hidup bernegara seperti yang

telah dijabarkan di atas.

Di Indonesia sendiri terdapat banyak organisasi Islam yang berdiri dan

berkiprah dalam gerakan sosial sejak masa lampau. Sehingga bisa dikatakan

agama memiliki peran signifikan dalam turut membentuk preferensi budaya

politik seseorang dan atau masyarakat. Pemimpin dari berbagai organisasi ini pun

memiliki peran yang cukup besar dalam pengambilan sikap anggota kelompok

terhadap isu-isu negara yang tengah berkembang dalam sebuah tatanan hidup

bernegara. Umumnya apa yang menjadi pemikiran dari para pemuka agama

maupun pemimpin kelompok keagamaan dapat dengan mudah diterima oleh para

pengikut atau anggotanya. Melalui dakwah yang mereka lakukan, diharapkan

bisa mengajak masyarakat untuk bersama-sama memperbaiki kualitas hidup

bernegara. Seperti Sanusi dalam Arifin menyatakan 7 :

7
Muhammad Arifin. 2000. Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara. hal. 6.

Universitas Sumatera Utara


“dakwah adalah usaha-usaha perbaikan dan pembangunan masyarakat,
memperbaiki kerusakan-kerusakan, melenyapkan kebathilan, kemaksiatan, dan
ketidakwajaran dalam masyarakat. Dengan demikian, dakwah berarti
memperjuangkan yang ma’ruf atas yang munkar. Memenangkan yang hak atas
yang bathil. Esensi dakwah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi),
rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran
agama dengan penuh kesadaran demi keuntungan pribadinya sendiri, bukan
untuk kepentingan juru dakwah atau juru penerang”

Salah satu organisasi keagamaan yang cukup populer di Indonesia adalah

Tarekat. Tarekat yang pada awalnya hanyalah dimaksudkan sebagai metode, cara,

dan jalan yang ditempuh seorang sufi menuju pencapaian spiritual tertinggi,

pensucian diri atau jiwa 8, yaitu dalam bentuk intensifikasi dzikrullah, berkembang

secara sosiologis menjadi sebuah institusi sosial keagamaan yang memiliki ikatan

keanggotaan yang sangat kuat. Esensi dari institusi tersebut misalnya berupa

interaksi guru-murid, interaksi antar murid atau anggota tarekat, dan norma atau

kaidah kehidupan religius yang melandasi pola persahabatan di antara

mereka. 9Para Syekh atau Mursyid 10 dalam tarekat, merumuskan bagaimana

sistematika, jalan, cara, dan tingkatan jalan yang harus dilalui oleh para murid

tarekat secara rohani untuk cepat bertaqarrub, mendekatkan diri kehadirat Allah

SWT. Kenyataan dalam sejarah juga menunjukkan, bahwa peran serta aktif dari

para Mursyid amat besar dalam dakwah islam dan dalam pembinaan umat, tidak

8
Maksud penyucian jiwa adalah menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela guna menuju ma‟rifat Allah. Lihat.
M.Afif Anshori. 2003. Dzikir Demi Kedamaian Jiwa: Solusi Tasawuf Atas Problem Manusia Modern.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 34-35.
9
Abd Al-Wahhabal-Sya’raniy dalam Agus Riyadi. 2014. Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf: Melacak
Peran Tarekat Dalam Perkembangan Dakwah Islamiyah. Dalam Jurnal at-Taqaddum.Vol. 6. Nomor 2.
November 2014. Semarang: UPMA IAIN Walisongo. hal. 360.
10
Kata mursyid berasal dari bahasa arab yaituarsyada – yursyidu yang berarti “membimbing, menunjuki
(jalan yang lurus)”. Lihat.Atabik Ali & Zuhdi Muhdlor. 2014. Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Cet. VII.
Yogyakarta: Multi Karya Grafika. Dengan demikian, makna mursyid adalah “(orang) yang membimbing atau
menunjuki jalan yang lurus”. Dalam wacana tasawuf atau tarekat mursyid sering digunakan dengan
kataArabSyekh;kedua-duanya dapat diterjemahkan dengan “guru”.

Universitas Sumatera Utara


hanya dalam bidang ibadah ubudiyah, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan

perorangan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 11

Sejarah Islam di Indonesia selalu menampilkan peranan serta kepeloporan

para sufi di dalam menyebarkan serta mengembangkan agama melalui gerakan

tarekat. Sejak awal islamisasi Nusantara, peranan utama para sufi berlangsung

dalam pembinaan dan pengembangan pemikiran-pemikiran tokoh sufi terdahulu

tentang ajaran tasawuf dan praktek tarekat. Peranan mereka dalam gerakan tarekat

itu memperoleh dukungan masyarakat sehingga mengarahkan fungsi tarekat

sebagai kekuatan sosial yang dinamik di dalam memberikan respon terhadap

tantangan keagamaan maupun sosial-politik. Oleh karena itu, sejarah kaum tarekat

menampilkan tipologi gerakan sosial-politik, khususnya dalam proses sejarah,

gerakan mereka mengalami perubahan-perubahan yang berhadapan dengan situasi

sosial–politik pada zamannya. Kaum tarekat setiap periode juga menampilkan

sejarah gerakan yang unik seiring dengan dinamika politik saat itu. 12

Gerakan sosio-politik kaum tarekat pada abad XX berbeda dengan

gerakan-gerakan sebelumnya pada abad XIX. Pada abad ini gerakan seringkali

tampil dalam perlawan rakyat melalui pemberontakan fisik terhadap kolonialisme

Barat. 13Seperti Perlawanan bersenjata terhadap Belanda di Cilegon yang terkenal

dengan gerakan protes Cilegon (1883) yang dipimpin oleh guru tarekat Haji

11
Baca. Andi Eka Putra. 2012. Tasawuf dan Perubahan Sosial-Politik: Suatu Pengantar Awal. dalam Jurnal
TAPIs. Vol.8. No.1. 2012. Lampung: Fak. Ushuluddin IAIN Raden Intan.hal. 62-72.
12
ibid.
13
Sartono Kartodirdjo. 1984. Pemberontakan Petani Banten 1888: Kondisi, Jalan Peristiwa,
danKelanjutannya: Sebuah Studi Kasus Mengenai Gerakan Sosial di Indonesiaterj. Hasan Basri dan
BurRasuanto. Jakarta: Pustaka Jaya. hal. 208.

Universitas Sumatera Utara


Warsyid 14. Di Banten tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah telah berperan

penting dalam gerakan pemberontakan mengusir penjajah pada tahun 1888.

Kemudian di Lombok, setelah pemberontakan Banten tahun 1891, muncul tokoh

tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, yang bernama Guru Bangkol, untuk

memimpin pemberontakan mengusir penjajah. Di susul di Sumatera Barat, di

Muara Sipongi, Tapanuli Selatan, tarekat juga telah menjadi pelopor dalam

propaganda ajaran komunisme. Demikian pula tokoh tarekat Syattariyah, Sidi

Djumadi di Sungai Sarik Pariaman dan Labia Kadir di Ulakan, telah ikut serta

dalam upaya propaganda komunisme. Menurut penelitian Syafi’i Mufid, bahkan

Pangeran Diponegoro adalah di antara tokoh tarekat yang memiliki andil besar

dalam pengusiran penjajah di Nusantara—walaupun Mufid tidak menyebutkan

afiliasi Pangeran Diponegoro terhadap tarekat tertentu—di samping Kyai Nawawi

Banten, Kyai Saleh Darat Semarang, Kyai Subkhi (Kyai Bambu Runcing)

Perakan, Kyai Ramli Tamim Jombang, dan lain sebagainya. 15 Masih banyak lagi

berbagai gerakan tarekat yang tidak tertulis dalam buku-buku sejarah.

Sementara pada pada abad XX, masa setelah kemerdekaan Indonesia,

gerakan kaum tarekat ditunjukkan dalam proses partisipasi politik dan kerjasama

dengan pemerintah atau kekuatan sosial-politik bagi perjuangan dan

pembangunan bangsa. Dalam hal ini misalnya Tarekat Syattariyah yang dilihat

sebagai aktor perubahan, baik dalam mempelopori atau menyinergikan antara

14
Lihat M. Muhsin Jamil. 2005. Tarekat dan Dinamika Sosial Politik; Tafsir Sosial Sufi Nusantara.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 39-40.
15
Lihat A. Syafi’i Mufid. 2006. Tangklukan, Abangan dan Tarekat: Kebangkitan Kembali Agama di Jawa.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 74.

Universitas Sumatera Utara


tradisi dan modernisasi institusi sosial di Cirebon. Dimana perubahan sosial yang

dimaksud ialah perkembangan tiga institusi sosial yakni keraton, pondok

pesantren, dan industri batik di Cirebon yang telah mengalami banyak perubahan

akibat proses modernisasi. 16 Selain itu misalnya juga keterlibatan sebuah tarekat

dalam dukungan pemenangan pemilu untuk salah satu partai politik pada zaman

kemerdekaan, dimana pengakuan dan dukungan seorang tarekat terhadap partai

tertentu dan sistem kekuasaan tertentu, merupakan kekuatan yang cukup berharga

yang bisa digunakan untuk kepentingan politik kekuasaan. 17

Demikian pula bahwa basis sosial murid-murid tarekat pada dua periode

sejarah itu juga mengalami perubahan. Pada periode sebelum kemerdekaan

banyak datang dari masyarakat petani di pedesaan, sedangkan setelah

kemerdekaan datang dari kalangan masyarakat kota. Karena itulah kaum tarekat

dapat memainkan peranan yang tidak kalah penting daripada gerakan-gerakan

pembaruan Islam seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan

Nahdatul Ulama (NU). Sementara itu, studi tentang tarekat masih kurang

dibandingkan dengan kajian-kajian tentang gerakan-gerakan pembaruan Islam di

Indonesia. 18

16
Baca. Ivan Sulistiana. 2015. Tasawuf Dan Perubahan Sosial Di Cirebon: Kontribusi Tarekat Syattariyah
Terhadap Perkembangan Institusi Keraton, Pondok Pesantren, dan Industri Batik. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah. hal. 4-5.
17
M. Muhsin Jamil. 2005. Tarekat dan Dinamika Sosial Politik; Tafsir Sosial Sufi Nusantara. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. hal. ix.
18
Misalnya, Deliar Noer. 1985. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1990-1942. Jakarta: LP3ES., Alfian.
1989. Muhammadiyah: The Political Behavior of Muslim Modernist Organization Under Dutch Colonialism.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., Harry J. Benda. 1981. Bulan Sabit dan Matahari Terbit terj.
Daniel Dhakidae. Jakarta: Pustaka Jaya., M. Syafi’i Ma’arif. 1986. Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi
Tentang Percaturan Majlis Konstituante. Jakarta: LP3ES., M. Ali Haidar. 1994. Nahdatul Ulama dan Islam
di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama., dan Alwi Shihab. 1998.
Membendung Arus: Respons Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia. Bandung: Mizan.

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa kaum tarekat telah

menampilkan gerakannya dengan keberagaman pola pengembangan ajaran dan

peranannya dalam dinamika sosial-politik khususnya di Indonesia, sedangkan

informasi ilmiah tentang kiprah mereka tampak belum seimbang dengan

banyaknya aliran tarekat yang tersebar di wilayah Indonesia dan kurang mendapat

perhatian. Karya-karya sarjana asing maupun Indonesia yang membahas tarekat

pada abad XX 19 lebih menekankan pada konteks perkembangan ajaran dan peran

sufi terhadap tradisi keagamaan melalui perkembangan aliran tarekat tertentu.

Padahal, kehidupan religius dalam pengalaman sufisme melalui tarekat-tarekat

bukan hanya berlangsung atas dinamika internal komunitas suatu tarekat, namun

juga berpengaruh terhadap proses kehidupan sosial-politik dan dinamika umat

Islam pada tingkat nasional, maupun gerakan-gerakan kaum sufi di dunia Islam. 20

Selain itu, kepemimpinan mursyid tarekat yang dilatarbelakangi oleh

penafsiran terhadap nilai-nilai agama juga memberikan dampak yang cukup

signifikan terhadap perilaku sosio-politik para pengikut tarekat tersebut.

Kebanyakan, para kaum tarekat mengembangkan gerakan sosio-politik

keagamaan berdasarkan faktor kepemimpinan para mursyid tarekat masing-

masing tergantung daripada doktrin sufi yang dilancarkan. Studi ini menekankan

bagaimana pemikiran maupun penafsiran nilai-nilai agama seorang mursyid

19
Antara lain karya Zamakhsyari Dhofier. 1984. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.
Jakarta: LP3ES., Simuh. 1995. Sufisme Jawa: Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa. Yogyakarta:
Bentang Budaya., dan karya Martin Van Bruenassen. 1992. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia: Survei
Historis, Geografis, dan Sosiologis. Bandung: Mizan.
20
Elizabeth Sirriyeh. 1999. Sufi dan Anti Sufi terj. Ade Halimah. Yogyakarta: Pustaka Sufi. hal. 2.

Universitas Sumatera Utara


tarekat mampu menjadi role model para muridnya dalam menjalani kehidupan

sosio-politik bernegara yang ideal menurut nilai-nilai islami.

Dalam penelitian ini, penulis memilih untuk mendalami pemikiran

Mursyid atau Syekh Tarekat Naqsyabandiyah sebagai obyek kajian dalam

penelitian ini. Seorang Antropolog, Martin van Bruenassen berpendapat bahwa

Tarekat Naqsyabandiyah merupakan tarekat terbesar di Indonesia. dalam

sejarahnya, tarekat ini pecah menjadi tiga kelompok, meliputi Naqsyabandiyah

Khalidiyah, Naqsyabandiyah Mazariyah, dan Naqsyabandiyah Mujaddidiyah. 21

Salah satu Tarekat Naqsyabandiyah yang cukup dikenal di Indonesia

adalah aliran Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang dikembangkan oleh Saidi

Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya sejak beliau diangkat menjadi Mursyid oleh

guru beliau Saidi Syekh M. Hasyim Buayan pada tahun 1952. Berkat perjuangan

panjang tanpa pamrih, beliau berhasil membangun dan mengembangkan majelis-

majelis dzikir ataubiasa disebut surau di seluruh penjuru nusantara, bahkan

termasuk di luar negeri. Catatan terakhir pada April 2014, keseluruhan alkah-

alkah tersebut berjumlah 660 buah, tersebar 642 buah di Indonesia, 16 buah di

Malaysia, 1 buah di Amerika Serikat, dan 1 buah di London. 22

Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya sendiri sejak awal banyak terlibat

di dalam kancah politik Indonesia maupun internasional, beliau pernah menjadi

anggota MPR RI tahun 1993-1998, penasehat ahli Menko Kesra tahun 1986-1998,

21
Martin Van Bruenassen. 1992. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia: Survei Historis, Geografis, dan
Sosiologis. Bandung: Mizan. hal. 65-69.
22
Badan Koordinasi Kesurauan. 2015.Profil Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H.
Kadirun Yahya. Jakarta: BKK. Hal. 2.

Universitas Sumatera Utara


Anggota Dewan Pembina Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah Golkar tahun 1989-

2001, penasehat Pribadi Free Lance Menteri Pertahanan Malaysia tahun 1974-

1975, termasuk diminta bantuan oleh Datuk Hamzah Abu Sammah untuk

mengatasi pemberontakan Komunis di Malaysia pada 1982, dan masih banyak

peran politik lainnya. 23.

Semua itu sesungguhnya merupakan salah satu wujud pengabdian yang

dipersembahkan oleh Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya. Bentuk-bentuk

pengabdian Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahyayang wafat pada 9 Mei 2001

secara keseluruhan tertuang dalam Piagam Panca Budi yang berbunyi: 24

1. Devotion or worship to God, pengabdian kepada Allah SWT

2. Devotion or worship to the Nation, pengabdian kepada Bangsa

3. Devotion or worship to the Country, pengabdian kepada Negara

4. Devotion or worship to the World, pengabdian kepada Dunia

5. Devotion or worship to Mankind and Humanity, pengabdian kepada

Manusia dan Perikemanusiaan.

Hingga saat ini terdapat lebih dari satu juta orang menjadi anggota tarekat

Naqsyabandiyah Khalidiyah, termasuk di dalamnya ratusan ribu jamaah yang

tersebar di seluruh Indonesia yang aktif dalam berbagai kegiatan rutin yang

diadakan oleh tarekat ini. Melihat kondisi ini penulis melihat adanya kekuatan

potensial yang dapat diwujudkan dari organisasi ini. Dengan jumlah pengikut

23
Berdasarkan wawancara singkat terhadap salah satu khalifah Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya pada
tanggal 1 Maret 2017.
24
Kadirun Yahya. 1981. Capita Selecta tentang Agama, Metafisika, Ilmu Eksakta. Jilid 1. Medan: UNPAB.
hal. 9.

Universitas Sumatera Utara


yang cukup banyak, pemikiran Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahyatentu

menjadi acuan bagi para pengikutnya yang juga merupakan bagian dari

masyarakat Indonesia, khususnya dalam menjalankan prinsip-prinsip kehidupan

bernegara sesuai dengan yang nilai-nilai islami yang tertera di dalam Alquran dan

Hadis.Hal ini tentu dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi

berlangsungnya kehidupan bernegara sesuai harapan bersama sebagaimana

tertuang di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial.

Berdasarkan perjabaran di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh

mengenai pemikiran Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dengan mengambil

judul “Studi Deskriptif Pemikiran Politik Syekh Tarekat Naqsyabandiyah

Khalidiyah tentang Hidup Bernegara”

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana pemikiran politik Syekh Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah

tentang hidup bernegara?”

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara


1. Bagaimana pemikiran politik Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun

Yahyatentang hidup bernegara?

2. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan Saidi Syekh Prof. Dr. H.

Kadirun Yahyadalam mengajarkan hidup bernegara kepada para murid

Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Kadirun Yahya?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan pemikiran politikSaidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun

Yahyatentang hidup bernegara yang diajarkan kepada murid-muridnya.

2. Untuk menganalisa langkah-langkah yang dilakukan oleh Saidi Syekh

Prof. Dr. H. Kadirun Yahyadalam mengajarkan hidup bernegara kepada

para murid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Kadirun Yahya.

E. Manfaat Penelitian

Adapun dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara

lain :

1. Secara teoritis,penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian teori

pemikiran politik islam, khususnya yang terkait hidup bernegara.

Universitas Sumatera Utara


2. Secara lembaga, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensikepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk masyarakat dalam

memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang politik, khususnya mengenai

hidup bernegara yang baik.

F. Kerangka Teori

F.1. Pemikiran Politik Islam

Pemikiran politik, seperti dikatakan Hamid Enayat, merupakan persoalan

yang paling banyak digeluti oleh kaum intelektual Muslim selama dua abad

terakhir ini. Hal ini dapat dijelaskan terutama oleh perjuangan yang tengah

berlangsung di berbagai negeri Muslim untuk memperoleh kemerdekaan politik

dan kebebasan dari ketergantungan kekuatan-kekuatan Barat, 25 baik dalam bentuk

kolonialisme maupun hegemoni, termasuk di dalamnya hegemoni pemikiran.

Selain itu, faktor lain yang dapat menjelaskan kenyataan di atas juga antara lain:

(1)karena pesona politik yang kuat bagi banyak orang, sehingga dalam Islam

merupakan persoalan yang pertama muncul bahkan dari sanalah lahir persoalan

teologi, dan (2) “provokasi” sebagian pengamat barat yang melihat Islam secara

politik dalam pandangan yang monolitik yang berkonotasi otoriter. Sebagai

25
Hamid Enayat dalam Sukron Kamil. 2013. Pemikiran Politik Islam Tematik: Agama dan Negara,
Demokrasi, Civil Society, Syariah dan HAM, Fundamentalisme, dan Antikorupsi. Jakarta: Kencana. hal.1.

Universitas Sumatera Utara


Muslim, para intelektual Muslim tentu saja ingin meperlihatkan bahwa meskipun

pandangan itu dalam beberapa hal bisa dibenarkan, tetapi tidak untuk keseluruhan

Islam, terutama jika dilihat dari pemikirannya. Pemikiran politik Islam sangatlah

kaya atau bersifat polyinterpretable, sehingga bagi mereka sulit menerima cap

otoritarianisme Islam secara keseluruhan dari para pengamat Barat itu. 26

F.1.1. Prinsip Politik dalam Islam

Perkataan politik berasal dari bahasa Latin politicus dan bahasa Yunani

politicos, artinya sesuatu yang berhubungan dengan warga negara atau warga

kota. Kedua kata itu berasal dari kata polis maknanya kota. Menurut Kamus Litre

(1987) politik adalah ilmu memerintah dan mengatur negara. Sedangkan dalam

Kamus Robert (1962) politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat

manusia. 27

Politik Islam di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh

sebab itu, di dalam buku-buku para ulama dikenal istilah siyasah syar’iyyah.

Dalam Al Muhith, siyasah berakar kata sâsa -yasûsu. Dalam kalimat sasa

addawaba yasusuha siyasatan berarti qama‘alaiha wa radlaha wa adabbaha

(mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Oleh karena itu, as-siyasah juga

berarti mengatur, mengendalikan,mengurus,atau membuat keputusan,mengatur

26
ibid. hal. 2.
27
Maurice Douferg dalam Tijani Abdul Qadir Hamid. 2001. Pemikiran Politik dalam Alquran terj. Abdul
Hayyie al-Katani. Jakarta: Gema Insani Press. hal. 3.

Universitas Sumatera Utara


kaum, memerintah, dan memimpinnya. 28 Maka secara ringkas maksud politik

Islam adalah pengurusan terhadap segala urusan seluruh umat Islam.

Prinsip-prinsip umum mengenai kekuasaan politik dalam Islamdikenal

dengan nomokrasi islam, yaitu suatu negara hukum yang memiliki prinsip-prinsip

umum menurut Alquran dan As Sunnah. Menurut Muhammad Tahir Azhary,

nomokrasi Islam adalah suatu negara hukum yang memiliki prinsip-pnnsip umum

yaitu: (1) prinsip kekuasaan sebagai amanah; (2) prinsip musyawarah; (3) prinsip

keadilan; (4) prinsip persamaan; (5) prinsip pengakuan dan perlindungan setiap

hak-hak asasi manusia; (6) prinsip peradilan bebas; (7) prinsip perdamaian; (8)

prinsip kesejahteraan; dan (9) prinsip ketaatan rakyat. 29Untuk uraian ringkas

sebagai berikut:

1. Prinsip kekuasaan sebagai amanah 30

Perkataan amanah tercantum dalam Alquran, surah An Nisa’ ayat

58.Apabila ayat tersebut dirumuskan dengan menggunakan metode pembentukan

garis hukum sebagaimana diajarkan oleh Hazairin dan dikembangkan oleh Sayuti

Thalib, maka dari itu dapat ditarik dua garis hukum yaitu (1)Manusia diwajibkan

menyampaikan amanah atau amanat kepada yang berhak menerimanya.Dan

(2)Manusia diwajibkan menetapkan hukum dengan adil.

28
Abdullah Zawawi. 2015. Politik Dalam Perspektif Islam. dalam Jurnal Ummul Quro. Vol V. No 1. Maret
2015. Lamongan: INSUD. hal. 88.
29
Muh. Tahir Azhary. 2005. Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum
Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini. Jakarta : Kencana. hal. 105-106.
30
ibid. hal. 106.

Universitas Sumatera Utara


Dalam nomokrasi Islam kekuasaan adalah suatu karunia atau ni’mat Allah

artinya ia merupakan rahmat dan kebahagiaan bak bagi yang menerima kekuasaan

itu maupun bagi rakyatnya. Ini dapat terjadi, apabila kekuasaan itu

diimplementasikan menurut petunjuk Alqurandan tradisi nabi Muhammad,

sebaliknya jika kekuasaan itu diterapkan dengan cara yang menyimpang atau

bertentangan dengan prinsip dasar Alquran dan Sunnah maka akan hilanglah

makna hakiki kekuasaan yaitu merupakan karunia atau nikmat Allah. Dalam

keadaan begini kekuasaan bukan lagi merupakan karunia Allah dan nikmat Allah

melainkan kekuasaan yang semacam ini akan menjadi bencana dan laknat Allah.

2. Prinsip musyawarah 31

Dalam sebuah hadis, nabi digambarkan sebagai orang yang paling banyak

melakukan musyawarah. Beliau melakukan hal ini karena prinsip musyawarah

adalah merupakan suatu perintah Allah sebagaimana digariskan dalam ayat yang

kedua yang dengan tegas menyebutkanperintah itu dalam surat Ali Imron ayat

159. Yang artinya“…bermusyawarahlah engkau hai Muhammad dengan mereka

dalam setiap urusan kemasyarakatan”. Ayat yang terakhir ini apabila dijadikan

sebagai suatu garis hukum maka ia dapat dirumuskan sebagai berikut: “hai

Muhammad engkau wajib bermusyawarah dengan para sahabat dalam

memecahkan setiap masalah kenegaraan”. Atau secara lebih umum umat islam

wajib bermusyawarah dalam memecahkan setiap masalah kenegaraan. Kewajiban

31
ibid. hal. 111.

Universitas Sumatera Utara


ini terutama dibebankan kepada setiap penguasa atau penyelenggara kekuasaan

negara dalam melaksanakan kekuasaannya.Lebih lanjut prinsip musyawarah

bertujuan melibatkan atau mengajak semua pihak untuk berperan serta dalam

kehidupan bernegara.

3. Prinsip keadilan 32

Perkataan keadilan bersumber dari Alquran cukup banyak ayat Alquran

yang menggambarkan tentang keadilan. Dalam suratAn Nisaa ayat 135, Dapat

ditarik tiga garis hukum dari ayat tersebut, yaitu: (1). Menegakkan keadilan

adalah kewajiban orang-orang yang beriman; (2). Setiap mukmin apabila menjadi

saksi ia diwajibkan menjadi saksi karena Allah dengan sejujur-jujurnya dan adil;

(3). Manusia dilarang mengikuti hawa nafsu, dilarang menyelewengkan

kebenaran.Dalam ayat lain Allah mengulangi lagi kewajiban manusia

menegakkan keadilan dan menjadi saksi yang adil. Ayat ini tercantum dalam

suratAl maidah ayat 8.

Marsel A Boisard menegaskan bahwa dalam doktrin islam keadilan

merupakan gerak dari nilai-nilai yang pokok. Maka keadilan merupakan salah

satu prinsip yang sangat penting dalam Alquran. Apabila prinsip keadilan

dikaitkan dengan nomokrasi islam, maka ia harus selalu dilihat dari segi fungsi

kekuasaan Negara. Fungsi itu mencakup tiga kewajiban pokok bagi

32
ibid. hal. 117.

Universitas Sumatera Utara


penyelenggara Negara atau suatu pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan

yaitu:

a. kewajiban menerapkan kekuasaan Negara dengan adil, jujur dan bijaksana.

Seluruh rakyat tanpa kecuali harus mendapatkan nikmat.

b. Keadilan yang timbul dari kekuasaan egara dalam bidang politik dan

pemerintahan semua rakyat harus dapat memperoleh hak-haknya secara

adil tanpa diskriminasi.

c. Kewajiban menerapkan kekuasaan kehakiman dengan seadil-adilnya.

4. Prinsip persamaan 33

Prinsip persamaan dalam nomokrasi islam mengandung aspek yang luas.

Mencakup persamaan dalam segala bidang kehidupan.Persamaan itu meliputi

bidang hukum, politik, ekonomi, sosial dan lainnya. Persamaan dalam bidang

hukum memberikan jaminan akan perlakuan dan perlindungan hukum yang sama

terhadap semua manusia tanpa memandang kedudukannya. Prinsip ini telah

ditegakkan oleh Rasul Muhammad sebagai kepala Negara Madinah, ketika ada

pihak yang menginginkan dispensasi karena tersangka berasal dari kelompok elit.

Nabi berkata dalam hal tersebut: “Demi Allah seandainya Fatimah putriku

mencuri tetap akan kupotong tangannya”

Hadis diatas menunjukkan bahwa hukum harus dilaksanakan terhadap

siapa saja, tanpa memandang latar belakang keturunan atau kedudukannya.

33
ibid. hal. 125.

Universitas Sumatera Utara


5. Prinsip pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia 34

Dalam nomokrasi islam hak-hak asasi manusia bukan hanya diakui tetapi

juga dilindungi sepenuhnya. Karena itu, dalam hubungan ini ada dua prinsip yang

sangat penting yaitu prinsip pengakuan hak-hak asasi manusia dan prinsip

perlindungan terhadap hak-hak tersebut.

Prinsip pengakuan dan perlindungan hak-hak dasar yang dikaruniakan

Allah kepadanya. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi dalam islam

ditekankan pada tiga hal utama yaitu: (1). Persamaan manusia, (2). Martabat

manusia (3). Kebebasan manusia, dalam persamaan manusia sebagaimana telah

dijelaskan dalam paragraf yang lalu Alquran telah menggariskan dan menetapkan

suatu status atau kedudukan yang sama bagi semua manusia. Karena itu Alquran

menentang dan menolak setiap bentuk perlakuan dan sikap yang mungkin dapat

menghancurkan prinsip persamaan, seperti diskriminasi dalam segala bidang

kehidupan, feodalisme, kolonialisme, dan lain.lain.

6. Prinsip peradilan bebas 35

Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip keadilan dan persamaan. Dalam

nomokrasi islam seseorang hakim memiliki kewenangan yang bebas dalam makna

setiap putusan yang diambil bebas dari pengaruh siapapun. Hakim wajib

menerapkan prinsip keadilan dan persamaan terhadap siapapun. Alquran

34
ibid. hal. 130.
35
ibid. hal. 144.

Universitas Sumatera Utara


menetapkan suatu garis hukum: “… apabila kamu menetapkan hukum antara

manusia hendaklah kamu tetapkan dengan adil”. Putusan hakim harus

mencerminkan rasa keadilan hukum terhadap siapapun. Seorang yuris islam

terkenal Abu Hanifah berpendapat bahwa kekuasaan kehakiman harus memiliki

kebebasan dari segala bentuk tekanan dan campur tangan kekuasaan eksekutif,

bahkan kebebasan tersebut mencakup pula wewenang hakim untuk menjatuhkan

keputusan pada seorang penguasa apabila melanggar hak-hak rakyat. Prinsip

peradilan bebas dalam nomokrasi islam bukan hanya sekedar ciri bagi suatu

Negara hukum, tetapi juga merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan

bagi setiap hakim. Peradilan bebas merupakan persyaratan bagi tegaknya prinsip

keadilan dan persamaan hukum.

Dalam nomokrasi islam, hakim memiiki kedudukan yang bebas dari

pengaruh siapapun. Hakim bebas pula menentukan dan menetapkan putusannya.

Bahkan ia memiliki suatu kewenangan untuk melakukan ijtihad dalam penegakan

hukum. Prinsip peradilan bebas dalam nomokrasi islam tidak boleh bertentangan

dengan tujuan hukum islam. Jiwa Alquran dan sunnah. Dalam melaksanakan

prinsip peradilan bebas hakim wajib memperhatikan pula prinsip amanah. Karena

kekuasaan kehakiman yang berada di tangannya adalah suatu amanah dari rakyat

kepadanya yang wajib ia pelihara dengan sebaik-baiknya. Sebelum memutuskan

ia pun harus bermusyawarah agar dicapai putusan yang seadil-adilnya. Putusan

yang adil merupakan tujuan utama dari kekuasaan kehakiman yang bebas.

Universitas Sumatera Utara


7. Prinsip perdamaian 36

Salah satu tugas pokok yang dibawa rasulullah melalui ajaran islam adalah

mewujudkan perdamaian bagi seluruh manusia dimuka bumi ini. Arti perkataan

islam itu sendiri kecuali penundukan diri kepada Allah, keselamatan,

kesejahteraan dan pula ia mengandung suatu makna yang didambakan oleh setiap

orang yaitu perdamaian. Alquran dengan tegas menyeru manusia yang beriman

agar masuk kedalam perdamaian: “wahai orang-orang yang beriman, masuklah

kamu semua dalam perdamaian”.

Nomokrasi islam harus ditegakkan atas prinsip perdamaian. Hubungan

dengan negara-negara lain harus dijalin dan berpegang pada prinsip

perdamaian.Pada dasarnya sikap permusuhan atau perang merupakan suatu yang

terlarang dalam Alquran.Perang hanya merupakan suatu tindakan darurat dan

bersifat defensif atau membela diri. Alquran hanya mengizinkan tindakan

kekerasan atau perang apabila pihak lain memulai lebih dahulu melancarkan.

Alquran mengatur hukum perang dan menggariskan sebagaimana digariskan

dalam Surat Al Baqarah 194 yakni “…dan terhadap orang yang menyerangmu,

maka seranglah ia seperti ia menyerang kamu”.

Begitu juga dalam surat Al Baqarah ayat 190 yang artinya “berperanglah

demi Allah melawan orang-orang yang memerangi kamu tetapi janganlah kamu

memulai permusuhan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang memulai

permusuhan.”Dan apabila tindakan kekerasan atau perang terpaksa dilakukan,

36
ibid. hal. 147.

Universitas Sumatera Utara


maka nabi Muhammad Saw telah memberikan beberapa kaedah dalam hukum

perang.Dengan menggunakan prinsip kewajaran dan kasih sayang terhadap

sesama manusia.

8. Prinsip kesejahteraan 37

Prinsip kesejahteraan dalam nomokrasi islam bertujuan untuk mewujudkan

keadilan sosial dan keadilan ekonomi bagi seluruh anggota masyarakat.Tugas itu

dibebankan kepada penyelenggara negara dan masyarakat. Pengertian keadilan

sosial dalam nomokrasi islam bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan

materiil atau kebendaan saja. Akan tetapi mencakup pula pemenuhan kebutuhan

spiritual dari seluruh rakyat. Negara berkewajiban memperhatikan dua macam

kebutuhan itu dan menyediakan jaminan sosial untuk mereka yang kurang atau

tidak mampu.

Alquran telah menetapkan sejumlah sumber-sumber dana untuk jaminan

sosial bagi anggota masyarakat yang memerlukannya dengan berpedoman pada

prinsip keadilan sosial dan keadilan ekonomi. Sumber-sumber dana tersebut

antara lain adalah zakat, infaq, sodaqoh, hibah dan wakaf dengan tidak menutup

kemungkinan bagi pendapatan pendapatan negara dari sumber-sumber lain,

seperti pajak, bea dan lain-lain.

Nomokrasi islam keadilan sosial dan keadilan ekonomi dimaksudkan

untuk mencegah terjadinya penimbunan harta ditangan seseorang atau

37
ibid. hal. 150.

Universitas Sumatera Utara


sekelompok orang sementara anggota masyarakat lainnya mengalami kemiskinan.

Salah satu misi islam ialah memerangi kemiskinan, sekurangnya menghilangkan

kesenjangan antara golongan orang yang mampu dan yang tidak mampu.

Pendirian Alquran mengenai kedudukan harta ialah bahwa harta milik seseorang

mempunyai fungsi sosial karena itu bukan merupakan kepemilikan yang bersifat

mutlak. Alquran menegaskan bahwa didalam harta milik golongan hartawan itu

ada hak orang lain yang membutuhkannya, maka ada kewajiban zakat

sekurangnya 2 .1/2 % dari harta kekayaan.

9. Prinsip ketaatan rakyat 38

Alquran telah menetapkan suatu prinsip yang dapat dinamakan sebagai

prinsip ketaatan rakyat prinsip itu ditegaskan didalam surah An Nisa’ ayat 59

yang artinya: “hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah

kepada Rasulnya serta orang-orang yang berwenang dianara kamu. Apabila

kamu berbeda pendapat tentang suatu hal maka kembalilah kepada Allah

(Alquran) dan rasulnya (sunah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan

hari kiamat, yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.”

Prinsip ketaatan rakyat mengandung makna bahwa seluruh rakyat tanpa

kecuali berkewajiban mentaati pemerintah.Sejauh mana prinsip ini mengikat

rakyat, sarjana hukum islam sependapat bahwa kewajiban rakyat untuk mentaati

penguasa atau pemerintah adalah sepanjang penguasa atau pemerintah itu

38
ibid. hal. 153.

Universitas Sumatera Utara


menerapkan prinsip-prinsip nomokrasi, atau dengan perkataan lain penguasa atau

pemerintah tidak bersikap dzalim (tiran, otoriter atau diktator) selama itu pula

rakyat wajib taat dan tunduk kepada penguasa atau pemerintah.

F.1.2. Prinsip Kehidupan Bernegara dalam Islam

Menurut al-Ghazali, mendirikan imamah adalah wajib. Manusia adalah

makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Di sinilah

perlunya mereka hidup bermasyarakat dan bernegara. Namun demikian, lanjut al-

Ghazali, pembentukan negara bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan praktis

duniawi, melainkan juga untuk persiapan bagi kehidupan akhirat kelak.

Berdasarkan pandangan di atas, al-Ghazali berpendapat bahwa kewajiban

pembentukan negara dan pemilihan kepala negara bukanlah berdasarkan

pertimbangan rasio, melainkan berdasarkan kewajiban agama (Syar’i). Ini

dikarenakan bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan di akhirat kelak tidak tercapai

tanpa pengamalan dan penghayatan agama secara benar. Karenanya, al-Ghazali

menyatakan bahwa agama dan negara (pemimpin negara) bagaikan dua saudara

kembar yang lahir dari Rahim seorang ibu. Keduanya saling melengkapi. Bahkan

al-Ghazali menegaskan bahwa politik (negara) menempati posisi yang sangat

penting dan strategis, yang hanya berada setingkat di bawah kenabian. 39

Prinsip kepatuhan kepada kepala negara juga sangat ditekankan oleh al-

Ghazali. Dalam bukunya, al-Ghazali menyatakan bahwa Allah telah memilih dua

39
Muhammad Iqbal dan H Amin Husein Nasution. 2013. Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga
Indonesia Kontemporer. Jakarta: Prenada Media Group. hal. 29.

Universitas Sumatera Utara


kelompok manusia. Pertama, para nabi dan rasul Allah. Mereka diutus untuk

memberikan penjelasan kepada manusia lainnya tentang petunjuk dan dalil-dalil

beribadah kepada-Nya. Mereka juga menjelaskan kepada manusia bagaimana

caramengenal Allah. Kedua, penguasa. Kelompok ini diutamakan Allah karena

mereka dapat menjaga umat manusia dari sikap permusuhan antara satu dengan

yang lainnya. Kemashlahatan umat manusia di bumi sangat terkait erat dengan

keberadaan penguasa ini. Dengan kekuasaan yang mereka miliki, Allah

menempatkan mereka pada posisi paling terhormat. 40

Sedikit berbeda dengan Ibn Taimiyah, menurutnya mengatur urusan umat

memang merupakan bagian dari kewajiban agama yang terpenting, tetapi hal ini

tidak berarti pula bahwa agama tidak dapat hidup tanpa negara. Karenanya, Ibn

Taimiyah menolak ijma’ sebagai landasan kewajiban tersebut, namun dia

menggunakan pendekatan sosiologis karena menurutnya, kesejahteraan manusia

tidak dapat tercipta kecuali hanya dalam satu tatanan sosial dimana setiap orang

saling bergantung pada yang lainnya. Fungsi negara disini ditekankan untuk

membantu agamayang mana ukuran tegaknya suatu nilai-nilai agama seperti

keamanan, keadilan, keteraturan, dan keadaban hanya mungkin bila dilakukan

melalui negara atau pemerintahan. Oleh karena itu suatu kehidupan berkelompok

atau kehidupan bermasyarakat memerlukan seorang pemimpin yang mengatur

tatanan sosial tersebut. 41

40
ibid.
41
ibid. hal. 33.

Universitas Sumatera Utara


Kehadiran seorang pemimpin dalam suatu masyarakat, kelompok, bangsa

dan negara merupakan suatu yang tak terelakkan, yang mengemban tugas sebagai

pembimbing dan pengayom masyarakat.Tugas dan tanggung jawabnya sangat

berat sesuai dengan otoritas tertinggi yang diperolehnya dalam masyarakat.

Sebagaimana diperintahkan agama, kewajiban pemimpin atau kepala negara

adalahuntuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.Menurut Ibn Taimiyah ada

dua kualifikasi utama yang harus dipenuhi seorang kepala negara yaitu kejujuran

(amanah) dan kewibawaan (kekuatan). 42Begitu beratnya tugas sebagai kepala

negara sehingga ia harus memiliki kewibawaan yang tinggi agar perintah-

perintahnya dapat dilaksanakan dengan baik oleh aparat negara maupun

masyarakat. Amanah dan kewibawaan inilah yang menjadi landasan penting bagi

kepala negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga dapat tercipta

keadilan dalam hidup bermasyarakat yang merupakan tujuan utama dalam syariat

Islam. 43 Ibn Taimiyah memang mengakui bahwa sedikit sekali pemimpin yang

memiliki dua klasifikasi tersebut sekaligus, karena itu menurutnya apabila

terdapat dua orang kandidat yang hanya memiliki salah satu syarat tersebut, maka

yang lebih diutamakan adalah kandidat yang berwibawa dan kuat sebagaimana

beliau pernah mengatakan, 44

“Kalau seorang kepala negara baik (saleh) tapi lemah, maka kebaikannya
hanya untuk dirinya sedangkan kelemahannya sangat berbahaya bagi negara
dan rakyatnya. Sebaliknya, kalau ia kuat dan berwibawa, meskipun jahat, maka
kekuatannya akan sangat berguna bagi negara dan rakyatnya, sementara
kejahatannya terpulang kepadanya.”

42
ibid. hal. 35.
43
ibid. hal. 36.
44
ibid. hal. 37.

Universitas Sumatera Utara


Menyeru yang ma’ruf dan memberantas kemungkaran memerlukan

dukungan kekuatan dan kekuasaan, dan negara atau pemerintahanlah yang

memiliki otoritas untuk itu.jadi, negara menjadi alat yang efektif untuk

mengakkan keadilan dan kebenaran. Dengan kata lain, tujuan dari berdirinya

suatu negara atau negara Islam adalah melaksanakan sistem sosial yang baik,

menegakkan keadilan, mencegah segala macam bentuk kemungkaran atau

penyimpangan terhadap norma agama dan umum, serta senantiasa menganjurkan

kepada umat manusia untuk melaksanakan kewajiban sebagai realisasi dari

perintah Allah. 45

Oleh karena itu, Ibn Taimiyah sangat menekankan kepatuhan rakyat pada

kepala negara, seperti al-Ghazali, Ibn Taimiyah memandang figur kepala negara

memegang posisi penting dalam negara. Sebagai pemimpin umat, kepala negara

harus ditaati bahkan walaupun pemimpin tersebut zalim. Menurutnya, sebuah

masyarakat yang enam puluh tahun berada di bawah pimpinan kepala negara yang

zalim, lebih baik daripada tidak punya pimpinan meski semalam. Karena itu Ibn

Taimiyah tidak membolehkan rakyat memberontak kepada kepala negara,

walaupun ia kafir, selama ia masih menjalankan keadilan dan tidak

memerintahkan rakyatnya untuk berbuat maksiat kepada Allah. Karena

perlawanan terhadap kezaliman kepala negara dinilainya dapat memicu

kezaliman yang lebih besar karena menimbulkan perpecahan di kalangan

masyarakat muslim. Karena itu lebih baik umat Islam mempertahankan situasi

45
Syarifuddin Jurdi. 2008. Pemikiran Politik Islam Indonesia: Pertautan Negara Khilafah, Masyarakat
Madani, dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 13-14.

Universitas Sumatera Utara


tersebut daripada menciptakan suatu revolusi yang jelas menimbulkan suasana

chaos dan anarkis. 46Hal ini senilai dengan al-Ghazali yang berpendapat bahwa

kepala negara adalah “bayang-bayang Allah di muka bumi”. 47

Disamping itu terdapat banyak ayat yang menunjukkan kewajiban

melaksanakan hukum-hukum Allah dalam kehidupan masyarakat dan negara,

meskipun tak ada satu ayat yang menunjukkan keharusan mendirikan negara. Hal

ini kemudian dipahami bahwa negara atau pemerintahan itu hanya sebagai sarana

untuk menegakkan hukum-hukum Allah, sehingga pendirian negara termasuk

dalam kaedah “sesuatu dimana kewajiban agama itu tak dapat terwujud kecuali

dengan keberadaan negara, maka pendirian negara menjadi wajib. 48

Dalam Alquran maupun Hadis memang tidak disebutkan secara eksplisit

apakah negara itu berbentuk republik atau kerajaan, sistem presidensil atau

parlementer. Tidak disebutkan pula bagaimana sistem pengangkatan dan

pemberhentian kepala negara, juga bagaimana mekanisme kekuasaan yang ada

apakah terdapat distribusi, keharusan memisahkan, pembagian atau penyatuan

kekuasaan antara kekuasaan eksekutif, legislatif maupun yudikatif. 49

Selain itu prinsip tujuan bernegara juga ditemukan dalam Alquran Surat Al

Hajj ayat 41: “Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di

muka bumi) dengan memberikan pertolongan kepada mereka sehingga mereka

dapat mengalahkan musuh-musuhnya (niscaya mereka mendirikan salat,

46
Muhammad Iqbal dan H Amin Husein Nasution. Op. cit.. hal. 38.
47
ibid. hal. 37
48
Syarifuddin Jurdi.Op. cit.. hal. 74
49
Lihat Komaruddin Hidayat(ed.). Islam, Negara & Civil Society: Gerakan Dan Pemikiran Islam
Kontemporer. Jakarta: Paramadina. hal. 75-76.

Universitas Sumatera Utara


menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari

perbuatan yang mungkar”. Sehingga dapat dikatakan, ayat-ayat diatas tidak

hanya mengandung pesan moral maupun nilai-nilai mulia yang wajib diikuti, akan

tetapi juga mengandung tafsiran politik yang sangat tinggi dan mendalam

menyangkut prinsip dasar konstitusi negara dalam sistem politik Islam. Ayat-ayat

ini menegaskan bahwa sesungguhnya Alquran mengandung nilai-nilai yang

bersifat universal dan komprehensif yang tidak hanya mengatur hubungan

manusia dengan Tuhannya, tetapi sekaligus berbicara tentang politik sebagai

bagian dari sistem bermuamalah dengan sesama manusia, dimana umat Islam

sebagai objek hukum dituntut untuk mengamalkannya dalam kehidupan bernegara

dan berbangsa.

F.1.3. Tipologi Pemikiran Politik Islam

Menurut Munawir Sjadzali ada tiga kategori dalam memandang hubungan

Islam dan negara di kalangan tokoh Islam: 50

Pertama, aliran tradisionalis (fundamentalis), yang berpendapat Islam

adalah agama yang sempurna dalam mengatur aspek kehidupan manusia termasuk

kehidupan bernegara, oleh sebab itu tidak ada alasan memisahkan keduanya.

Tipologi ini melihat bahwa Islam adalah agama sekaligus negara (Islam huwa Ad-

Din wa Ad-Daulah). Ia merupakan agama yang sempurna dan antara Islam dan

negara merupakan dua entitas yang menyatu. Hubungan Islam dan negara benar-

benar organik dimana negara berdasarkan syari’ah Islam dengan ulama sebagai

50
Lihat. Munawir Sjadzali. 1993. Op. cit.hal. 1-2.

Universitas Sumatera Utara


penasehat resmi eksekutif atau bahkan pemegang kekuasaan tertinggi. Sebagai

agama sempurna, bagi pemikir politik Islam yang memiliki tipologi seperti ini,

Islam bukan sekedar agama dalam pengertian Barat yang sekuler, tetapi

merupakan suatu pola hidup yang lengkap dengan pengaturan untuk segala aspek

kehidupan, termasuk politik. Tokoh pemikir politik islam yang termasuk dalam

tipologi ini adalah Rasyid Ridha, Sayyid Qutub dan Abu ‘ala al-Maududi

Kedua, aliran integratif modernis (Islam moderat), yang berpendapat

bahwa Islam tidak mempunyai sistem negara yang detail tetapi di dalamnya

terdapat nilai etika kehidupan bernegara. Tipologi ini menolak klaim ekstrim

bahwa Islam adalah agama yang lengkap yang mengatur semua urusan termasuk

politik, tetapi juga menolak klaim ekstrim kedua yang melihat bahwa Islam tidak

ada kaitannya dengan politik. Menurut tipologi ini, kendati Islam tidak

menunjukkan preferensinya pada sistem politik tertentu, tetapi dalam Islam

terdapat prinsip-prinsip moral atau etika bagi kehidupan bernegara, yang untuk

pelaksanaannya Umat Islam bebas memilih sistem mana pun yang terbaik. Yang

termasuk tipologi ini adalah Muhamad Husein Haikal, Muhammad Abduh, dan

Fazlurrahman.

Dan yang Ketiga, aliran nasionalis sekuler, yang berpendapat bahwa Islam

tidak ada hubunganya dengan negara karena menurut aliran ini Muhammad tidak

pernah mengepalai dan mendirikan negara. Secara umum sekularisme dipahami

sebagai upaya untuk memisahkan agama dari urusan-urusan dunia. Dan telah jadi

anggapan umum bahwa hasil utama sekularisme dalam konteks Kristen Barat

Universitas Sumatera Utara


adalah pemisahan gereja dan negara. Dan dalam konteks Islam sekularisme juga

dianggap sebagai prasyarat bagi keberhasilan demokratisasi masyarakat termasuk

dalam masyarakat muslim. Sebagaimana praktik kenegaraan yang terdapat di

Barat, kaum sekular menekankan adanya keterpisahan yang nyata diantara

keduanya, bagi mereka Islam dan politik merupakan dua hal yang sangat berbeda.

Mendirikan negara bukanlah suatu kewajiban agama, itu hanya kebutuhan

duniawi yang lepas dari pengaruh agama. Karena itu, menempatkan agama disatu

pihak dan politik (negara) dipihak lain merupakan wujud dari tidak adanya

hubungan Islam dan negara. Tokoh pemikir politik islam yang termasuk dalam

tipologi ini diantaranya adalah Ali Abd al-Raziq dan Luthfi al-Sayyid.

G. Definisi Konsep

G.1. Konsep Tarekat

Istilah tasawuf sebagai jalan hidup ini identik dan berkaitan dengan istilah

“tarekat” yang sering diasosiasikan sebagai suatu kelompok atau komunitas aliran

tasawuf. Istilah tarekat berasal dari kata Ath-Thariq (jalan), dalam artian sebagai

suatu jalan menuju kepada hakikat, atau sama dengan pengamalan syariat. 51 L.

Massignon, yang telah meneliti kehidupan tasawuf di beberapa negara Islam,

menarik suatu kesimpulan bahwa istilah “tarekat” mengandung dua macam

pengertian 52:

51
H.A. Mustofa. 2007. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. hal. 280.
52
ibid. hal. 281-282.

Universitas Sumatera Utara


1. Tarekat sebagai jalan pendidikan kerohanian, atau tingkatan yang sedang

ditempuh oleh penganut cara hidup tasawuf (suluk). Tingkatan tersebut

sering disebut juga maqamat (tingkatan) atau ahhwal (keadaan).

Pengertian ini masyhur pada masa-masa awal sekitar abad ke-9 dan 10 M.

2. Tarekat sebagai perkumpulan yang didirikan menurut aturan tertentu yang

dibuat oleh seorang “Syekh” atau guru yang menganut aliran tasawuf

tertentu. Dalam perkumpulan tersebut seorang Syekh mengajarkan ilmu

tasawuf menurut aliran tarekat yang dianutnya, lalu dipraktikkan

bersamasama dengan muridnya. Pengertian ini menonjol setelah abad ke-

10 M.

Berdasarkan pendapat Massignon tersebut, definisi tarekat telah bergeser

dari sebagai suatu tingkatan capaian pendidikan batin, menjadi suatu organisasi

(perkumpulan) tasawuf. Definisi tarekat sebagai suatu perkumpulan tasawuf ini

dikukuhkan oleh Al-Taftazani yang menyatakan: 53

“Tarekat bagi sufi masa terakhir diartikan sebagai sekumpulan sufi yang
bergabung dengan seorang Syekh tertentu, tunduk pada aturan-aturan yang
terperinci dalam tindakan spiritual, hidup secara berkeliling dalam momen-
momen tertentu serta membentuk majlis-majlis ilmu secara organisasi.”

Dari definisi ini terlihat peran sentral seorang Syekh sebagai tokoh utama

dalam organisasi atau perkumpulan tarekat. Oleh karena itu, penamaan suatu

tarekat sering dinisbatkan kepada Syekh atau ulama yang menjadi pendiri atau

53
Abu Wafa’ Al-Ghanimi Al-Taftazani, 2008. Tasawuf Islam: Telaah Historis dan Perkembangannya.
Jakarta: Gaya Media Pratama. hal. 294.

Universitas Sumatera Utara


pemimpin suatu tarekat. Senada dengan Al-Taftazani, Martin Van Bruinessen

juga memandang tarekat sebagai organisasi sufi: 54

“Kata tarekat secara harfiyah berarti jalan, mengacu baik kepada sistem
latihan meditasi maupun amalan (muraqabah, dzikir, wirid, dsb.) yang
dihubungkan dengan sederet guru sufi dan organisasi yang tumbuh di seputar
metode sufi yang khas ini. Tarekat itu mensistematisasikan ajaran metode-
metode tasawuf.”

Berdasarkan definisi tersebut, tarekat di sini dapat dilihat sebagai

organisasi tasawuf atau kelompok para sufi yang dipimpin oleh seorang mursyid

yang dikelilingi oleh para murid-murid setianya yang sedang menempuh jalan

kesufian (salik). Mereka bersama-sama mengamalkan ajaran dan ritual keagamaan

(muraqabah, dzikir, wirid, dsb.) sesuai dengan tuntunan dari mursyid sebagai

sistem latihan meditasi maupun amalan.

Dari sisi organisasi, tarekat yang semula merupakan ikatan sederhana dan

bersahaja antara guru dan murid, berpotensi untuk berkembang baik struktural

maupun fungsional. Secara struktural, misalnya, terdapat suatu tarekat yang

mengembangkan jaringan-jaringan seperti pendidikan, ekonomi, perdagangan,

pertanian, dan bahkan sistem dan struktur politik. Struktur tarekat tersebut

bermanifestasi dalam sebuah asosiasi-asosiasi yang pada akhirnya memperbesar

tubuh atau organisasi tarekat yang bersangkutan. Perkembangan institusi atau

organisasi tarekat sebagaimana menurut Harun Nasution secara garis besar

melalui tiga tahap yaitu tahap khanaqah, tahap tariqah dan tahap ta‟ifah. 55

54
Martin Van Bruenassen. 1992. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia: Survei Historis, Geografis, dan
Sosiologis. Bandung: Mizan. hal. 15.
55
Lihat Agus Riyadi. 2014. Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf: Melacak Peran Tarekat Dalam
Perkembangan Dakwah Islamiyah. dalam Jurnal at-Taqaddum.Vol. 6. Nomor 2. November 2014. Semarang:
UPMA IAIN Walisongo. hal. 363-368.

Universitas Sumatera Utara


Dengan peran dan kedudukan mereka, tercipta berbagai bentuk hubungan

sosial, termasuk hubungannya dengan sosial-politik di luar komunitas mereka.

Kaum tarekat memiliki potensi mengerahkan fungsi tarekat ke dalam gerakan-

gerakan sosial-politik. Karena itu, paradigma yang dibangun dalam studi ini

adalah bahwa "kaum tarekat melakukan gerakan sosial-politik atas kewibawaan

dan fungsi mediator para sufi untuk kepentingan-kepentingan sosial-politik

mereka dengan gerakannya seiring dengan perubahan politik bangsa".

H. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan ajaran yang mengenai cara-cara yang

digunakan dalam memproses penelitian 56. Metodologi penelitian pada dasarnya

merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian yang

dilakukan atau bisa juga dikatakan suatu usaha untuk mencari jawaban atas suatu

pertanyaan atau masalah dengan cara yang sabar, hati-hati, terencana, sistematis

atau dengan cara ilmiah dengan tujuan untuk menemukan fakta atau prinsip-

prinsip, mengembangkan dan menguji kebenaran ilmiah suatu pengetahuan.

H.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan untuk menjawab penelitian ini

adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian ini dimaksudkan untuk

mendeskripsikan suatu situasi atau arena populasi tertentu yang bersifat faktual
56
Kartono Karti. 1996. Pengantar Metode Riset Sosial. Bandug: CV. Mandar Maju. hal. 17.

Universitas Sumatera Utara


secara sistematis dan akurat. 57 Penelitian deskriptif juga merupakan sebuah proses

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menerangkan

sebuah objek maupun subjek penelitian seseorang, lembaga, maupun masyarakat

pada saat sekarang dengan berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana

adanya. 58

H.2.Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Metode

ini digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data serta digunakan untuk

mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikit pun belum

diketahui atau dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu

yang baru sedikit diketahui. Sehingga penelitian kualitatif ini dapat memberi

rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan dengan metode

kuantitatif. 59

Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif diartikan sebagai salah

satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau

tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif ini

diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan,

dan atau perilaku yang diamati dari suatu individu, kelompok masyarakat dan atau

57
Sudarwan Danin. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil
Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula di Bidang Ilmu-Ilmu Soaial, Pendidikan, dan Humaniora.
Bandung: Pustaka Setia. hal 41.
58
Hadari Nawawi. 1987. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hal 63.
59
Strauss Anselm dan Juliet Corbin. 2010. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
hal. 5.

Universitas Sumatera Utara


organisasi tertentu dalam suatu konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang

yang utuh, komprehensif dan holistik 60

H.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilakukan di Kantor Pusat Badan Koordinasi

Kesurauan (BKK) Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, yang beralamat di

Komplek Panca Budi Jalan Jenderal Gatot Subroto km 4,5 Medan.

H.4.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban

responden dicatat atau direkam. 61 Sedangkan maksud dari wawancara menurut

Lincon dan Guba 62 ialah mengonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekonstruksi

kebulatan-kebulatan harapan pada masa yang akan datang, memverifikasi,

mengubah dan memperluas informasi dari orang lain. Wawancara dalam

60
Soewadji Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media. hal. 52.
61
M. Iqbal Hasan. 2002. Pokok – Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia
Indonesia. hal. 85.
62
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. hal. 127.

Universitas Sumatera Utara


penelitian ini digunakan sebagai data primer untuk lebih memperdalam informasi

mengenai subyek yang diteliti.

Dalam penelitian ini penulis akan mewawancarai beberapa khalifah Saidi

Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya yang mengetahui hal-hal yang terkait diri

beliau serta mengenal baik selama hidupnya. Adapun khalifah yang dimaksud saat

ini bertugas sebagai Kepala Bidang Syariah dan Tasawuf, Kepala Bidang

Umum,Kepala Bidang Pendidikan & Pelatihan Madrasah Asy-Syakirin, Mantan

Ansor yang pernah menjabat Kepala Bidang UmumBKK yang saat ini bertugas

sebagai staff ahli Perguruan Panca Budi, Kepala Badan Otoritas Kampus

sekaligus pembina Ansor, Ketua Badan Kerjasama Surau dan Mantan Rektor

Universitas Panca Budi, Petugas Fungsional Peramalan Tarekat Naqsyabandiyah

Khalidiyah Kadirun Yahya,yang kesemuanya berada di bawah naungan Badan

Koordinasi Kesurauan Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya.

2. Studi Pustaka

Menurut Martono studi pustaka dilakukan untuk memperkaya

pengetahuan mengenai berbagai konsep yang akan digunakan sebagai dasar atau

pedoman dalam proses penelitian. Peneliti juga menggunakan studi pustaka dalam

teknik pengumpulan data. Studi pustaka dalam teknik pengumpulan data ini

merupakan jenis data sekunder yang digunakan untuk membantu proses

penelitian, yaitu dengan mengumpulkan informasi yang terdapat dalam artikel

surat kabar, buku-buku, maupun karya ilmiah pada penelitian sebelumnya. 63

63
Nanang Martono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. hal. 97.

Universitas Sumatera Utara


Data sekunder adalah data yang diperoleh suatu organisasi atau

perorangan melalui pihak lain yang telah mengumpulkan dan mengolah data

tersebut. Jadi, data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

oleh peneliti tapi melalui lembaga atau institusi tertentu. 64 Dapat dikatakan bahwa

data sekunder adalah data yang berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat

diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Dalam

penelitian ini misalnya: data bentuk teks, seperti buku, dokumen, pengumuman,

surat-surat; data bentuk gambar seperti foto, billboard; data bentuk suara, seperti

hasil rekaman kaset; serta data berbentuk kombinasi teks, gambar dan suara

seperti film atau video, yang kesemuanya memiliki keterkaitan dengan subyek

yang diteliti. Dalam hal ini yang berkaitan dengan pemikiran politik Saidi Syekh

Prof. Dr. H. Kadirun Yahya mengenai hidup bernegara.

H.5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah yang terpenting dalam suatu penelitian.

Data yang telah diperoleh akan dianalisis pada tahap ini sehingga dapat ditarik

kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles and

Huberman. Menurut Miles and Huberman 65 “mengemukakan bahwa aktivitas

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.” Aktivitas analisis data

yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing (verification).

64
Sudarso dalam Bagong Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hal. 55-56.
65
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.hal. 91.

Universitas Sumatera Utara


1. DataReduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang direduksi akan

memberikangambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk

melakukanpengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam

penelitianini, data diperoleh melalui data sekunder yang telah dikumpulkan

kemudian data tersebut dirangkum, dandiseleksi sehingga akan memberikan

gambaran yang jelas kepada penulis.

2. Data Display (Penyajian Data)

Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display

ataumenyajikan data. Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa

dilakukandengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan

sejenisnya,tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang

bersifatnaratif. 66Penyajian data dilakukan denganmengelompokkan data sesuai

dengan subbab-nya masing-masing. Data yang telah didapatkan dari sumber

pustaka dan hasil wawancara kemudiandikelompokkan.

3. Conclusion Drawing / Verifiction (Simpulan / Verifikasi)

Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif

adalahpenarikan kesimpulan dan verifikasi. Simpulan awal yang dikemukakan

66
ibid. hal. 95

Universitas Sumatera Utara


masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang

kuatyang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Simpulan

dalampenulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang

sebelumnyakurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.

I. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan hasil yang lebih jelas dan terperinci, maka penulis

menjabarkan penelitian ini ke dalam empat bab dan beberapa sub bagian dengan

sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang dilakukannya penelitian,

perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dilakukannya

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi

penelitian, serta sistematika penulisannya.

BAB II PROFIL SAIDI SYEKHPROF. DR. H. KADIRUN YAHYA

DANORGANISASI TAREKAT NAQSYABANDIYAH

KHALIDIYAH YAYASAN PROF. DR. H. KADIRUN

YAHYA

Universitas Sumatera Utara


Bab ini akan memaparkan profil Saidi SyekhProf. Dr. H. Kadirun

Yahya serta profil Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah

Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahyayang beliau dirikan.

BAB III PEMIKIRAN POLITIK SYEKH TAREKAT

NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH TENTANG HIDUP

BERNEGARA

Bab ini akan menjabarkan tentang analisis pemikiran politik Syekh

Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, dalam hal ini Saidi

SyekhProf. Dr. H. Kadirun Yahya tentang hidup bernegara

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisi

kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data serta implikasi

teoritis.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PROFIL SAIDI SYEKH PROF. DR. H. KADIRUN YAHYA DAN
ORGANISASI TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH
YAYASAN PROF. DR. H. KADIRUN YAHYA

A. Profil Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

A.1. Riwayat Kelahiran dan Pendidikan

Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya 67 dilahirkan pada tanggal 20 Juni

1917 di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Ayahnya bernama Sutan Sori Alam

Harahap seorang pegawai perminyakan (BPM) Pangkalan Brandan yang berasal

dari kampung Sikarang-karang, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan. Ibunya

bernama Siti Dour Siregar. Syekh Kadirun Yahyadilahirkan dari keluarga islami

religius, nenek dari pihak ayahnya dan nenek dari pihak ibunya adalah merupakan

dua orang syekh tarekat, yaitu Syekh Yahya dari pihak ayahnya dan Syekh Abdul

Manan dari pihak ibunya. Keluarga ini selalu dikunjungi oleh para syekh pada

zaman dahulu.Hal ini menjadikan persinggungan Syekh Kadirun Yahya dengan

dunia tarekat dimulai sejak beliau masih kecil. Dia dibesarkan dalam keluarga

yang islami dan sangat kental kehidupan keagamaan. Keluarga besarnya yang

bergaris keturunan sebagai syekh tarekat ramai dikunjungi para guru dan

pimpinan sufi ketika itu. 68

67
Selanjutnya untuk keefektifan penulisan dan pembacaan maka nama Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun
Yahya disingkat menjadi Syekh Kadirun Yahya.
68
Baca. Djamaan Nur. 2002.Tasawuf dan Tarekat Naqsabandiyah Pimpinan Prof. dr. H. SS. Syeikh Kadirun
Yahya. Medan: USU Pers. hal.337.

Universitas Sumatera Utara


Meski terlahir dari keluarga besar yang religius, putra dari pasangan Sutan

Sori Alam Harahap dan Siti Dour Siregar ini, tetap mendapatkan pendidikan

formal dan belajar ilmu-ilmu umum. Pada 1924, dia belajar di sekolah dasar

Belanda Hollandsch-Inlandsche School (HIS) hingga selesai pada 1931. Setelah

selesai di sekolah dasar Belanda, Syekh Kadirun Yahya berangkat ke Pulau Jawa

dan melanjutkan jenjang pendidikan Belandanya ke Meer Uitgebreid Lager

Onderwijs (MULO) setingkat menengah pertama hingga 1935. Usai menamatkan

MULO, Syekh Kadirun Yahya konsisten melanjutkan ke sekolah menengah atas

Algemeene Middelbare School (AMS) di Yogyakarta dan menamatkannya pada

1938. Pada usia muda dia tinggal cukup lama di Pulau Jawa, yaitu Yogyakarta

dan Magelang, tempatnya menuntut ilmu pada sekolah Belanda (sekolah MULO)

dan AMS. Syekh Kadirun Yahya pernah lama tinggal bersama keluarga seorang

Pendeta Belanda dan sempat menjadi asisten sang Pendeta, malahan beberapa kali

menggantikannya dalam tugas menguraikan khutbah di Gereja. Dan dia belajar

juga tentang agama, aliran kepercayaan, metafisika dan ilmu ghaib

lainnya. 69.Jenjang pendidikannya tak terhenti di tingkat menengah, dia

memutuskan hijrah ke Belanda. Setelah selesai belajar di Jawa Tengah, Syekh

Kadirun Yahya pernah tinggal satu dua tahun di Negeri Belanda dan mempelajari

ilmu kimia, tetapi tahun 1941—Belanda saat itu diduduki Jerman—dia kembali ke

Indonesia dan menetap di Sumatera Utara. 70

69
Jawa Tengah, pada dasawarsa 1930an itu, memang sangat kaya akan aneka aliran mistisisme dan kebatinan,
aliran teosofi, yang cukup berpengaruh pada waktu itu
70
Baca. Martin Van Bruinessen.1996. Op. cit..hal. l50

Universitas Sumatera Utara


Di Sumatera Syekh Kadirun Yahya kembali menimba ilmu, termasuk

dimulainya perjalanan beliau di bidang tasawuf hingga mendapat ijazah yang sah

untuk mengembangkan tarekat dengan caranya sendiri. Beliau juga memperdalam

ilmu bahasa asingnya (Bahasa Inggris, Jerman, Belanda), dan dilanjutkan

beriringan dengan beliau menekuni keilmuannya di bidang filsafat kerohanian dan

metafisika, ilmu fisika-kimia, hingga beliau lulus sebagai sarjana lengkap di

ketiga bidang itu, bahkan melanjutkan doktoralnya di bidang ilmu filsafat

kerohanian dan metafisika.

Secara Kronologis pendidikan yang ditempuh ia adalah: 71

1. H.I.S tahun 1924 – 1931 (tamat).

2. MULO-B tahun 1931 – 1935 (tamat dengan voorklasse).

3. AMS-B (Sekarang SMA 3 Yogyakarta) tahun 1935 – 1938 (tamat dengan

beasiswa).

4. Kuliah Umum Ketabiban tahun 1938 – 1940.

5. Kuliah Ilmu Jiwa,Amsterdam tahun 1940 – 1942 (tamat).

6. Belajar Tasawuf/Sufi tahun 1947 – 1954 mendapat 3 buah ijazah.

7. Kuliah Indologie dan Bahasa Inggeris tahun 1951 – 1953

8. Kweekschool Bahasa Inggeris le gedeelte tahun 1953 di Bandung.

9. Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Filsafat Kerohanian dan

Metafisika tahun 1962.

10. Doktor dalam Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika tahun 1968.

71
Lihat dalam Gema Panca Budi edisi ke-58. 1997. Hari Guru 20 Juni 1917 – 1997: Memperingati Sepuluh
Windu Usia Al Mukarram Ayahanda Prof. Dr H. Kadirun Yahya Al-Khalidi. Medan: Percetakan Universitas
Pembangunan Panca Budi. hal. 3.

Universitas Sumatera Utara


11. Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Fisika-Kimiatahun 1973.

12. Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Bahasa Inggeris tahun 1975.

Berbekal pendidikan tersebut di atas, beliau dikaruniai Tuhan 3 (tiga)

macam keahlian, yakni:

1. Ilmu Fisika-Kimia.

2. Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman serta Bahasa Belanda.

3. Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika / Agama Islam bagian Tasawuf

dan Tarikat.

Dimana secara garis besar keahlian Syekh Kadirun Yahya ini dipraktekkan

dalam 4 (empat) bagian, yaitu (1)Mengajarkan Agama Islam bagian tasawuf dan

tarikat serta memipin i’tikaf / suluk berdasarkan metode Tarikat Naqsyabandiyah;

(2) Membantu ilmu Ketabiban / Kedokteran antara lain terhadap penyakit ‘liver

abscess’, ‘lung abscess’, narkotika, kanker, kanker kulit, kanker payudara,

hemarrhoide (wasir), jantung, tumor, batu empedu, pankreas dan lever, prostad,

AIDS, menstruasi bulanan yang tidak pernah berhenti selama 8 tahun, dan

berbagai penyakit aneh serta ganjil yang tidak dapat disembuhkan secara medis

sebab mengandung unsur ghaib dan lain-lain; (3) Pembinaan kerohanian bagi

masyarakat dan generasi muda yang “sesat jalan”, putus sekolah, kecanduan

narkotika dan minuman keras, kenakalan remaja dan memberikan kepada mereka

pendidikan formal dan informal; (4) Membantu menangani bidang-bidang lainnya

Universitas Sumatera Utara


meliputi Ketatanegaraan, menumpas Atheisme / Komunisme, Kemasyarakatan

dan lain-lain. 72

Dikarenakan peran penting dan keahliannya ini, Syekh Kadirun Yahya

selalu mendapat kunjungan yang tak putus-putusnya dari insan-insan yang

berdatangan dari segenap pelosok Indonesia dan luar negeri, antara lain Malaysia,

Thailand, Amerika, Belanda, India, Saudi Arabia, dan lain-lain. 73

A.2. Sejarah Keluarga

Pada 31 Oktober 1947, Syekh Kadirun Yahya menikah dengan Hj. Siti

Habibah, putri dari Syekh H. Jalaluddin. Setelah menikah, Syekh Kadirun Yahya

tinggal di rumah mertua beliau di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.Dari

pernikahannya ini, Syekh Kadirun Yahya dikaruniai 9 orang anak, dimulai dari

anak tertua, yaitu:

1. Sri Hayati

2. Iskandar Zulkarnain

3. Abdul Khalik Fajduani

4. Siti Maryam Marry

5. Siti Halimahtussakdiah

6. Suzy Siti Ayesha

7. Ahmad Farki

8. Yasmin Siti Khadijah

72
ibid. hal 4.
73
ibid.

Universitas Sumatera Utara


Kepada anak-anaknya ini beliau menanamkan nilai-nilai agama yang kuat

sejak dari kecil, termasuk nilai-nilai tasawuf yang diterapkan dalam kehidupan

mereka sehari-hari. Syekh Kadirun Yahya juga sangat menanamkan nilai

kedisiplinan yang tinggi kepada keluarganya, mendidik kemandirian dan

tanggung jawab kepada setiap anak tanpa pandang bulu. Hingga saat ini dua anak

laki-laki tertuanya telah diangkat sebagai penerus silsilah kemursyidan Syekh

Kadirun Yahya dalam memimpin Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah dengan

tetap mempertahankan nilai-nilai kehidupan yang telah diajarkan oleh Ayahanda

Syekh Kadirun Yahya. 74

A.3. Sejarah Pekerjaan

Semasa hidupnya Syekh Kadirun Yahya banyak menjalani profesi dan

menduduki jabatan yang berkaitan dengan keilmuan dan kemampuan yang

dimilikinya. Dimulai dari menjadi guru di salah satu sekolah Muhammadiyah di

Tapanuli Selatan pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Kemudian beliau

diangkat menjadi Kepala Industri Perang yang juga merangkap sebagai guru

bahasa dari Panglima Sumatera yang ditugaskan di Komandemen Sumatera Bukit

Tinggi. Hingga masa bakti nya di Komandemen Sumatera Bukit Tinggi berakhir,

beliau melanjutkan pengabdiannya dengan menjadi staf pengajar di SPMA Negeri

Padang hingga kemudian dipindahkan ke SPMA Negeri di Medan. Karena

kemampuan dan pengalamannya, akhirnya beliau pun diangkat menjadi staf di

Departemen Pertanian Pusat di Jakarta.

74
Berdasarkan wawancara dengan khalifah Syekh Kadirun Yahya yakni Ustaz Bami Abdul Madjid, Ketua
Bidang Syariah dan Tasawuf BKK Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya pada tanggal 8 Juni 2017.

Universitas Sumatera Utara


Pada saat Syekh Kadirun Yahya menjadi staf pengajar di SPMA Negeri

Medan, beliau juga sempat mendirikan sebuah yayasan di bidang pendidikan dan

kerohanian yang beliau pimpin sendiri. Pada tahun-tahun berikutnya Syekh

Kadirun Yahya banyak mendedikasikan hidupnya sebagai guru besar dalam dunia

pendidikan di bidang eksakta, menjadi bagian dari penjaga pertahanan dan

keamanan negara dengan pangkat yang disandangnya dalam berbagai situasi, ikut

dalam penyelesaian berbagai masalah dalam dan luar negeri, duduk di kursi

Majelis Permusyawaratan Rakyat, terlibat aktif dalam organisasi-organisasi

nasional dan internasional, di samping yang utama menjadi pimpinan dari Tarekat

Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya. 75

Secara rinci, berikut profesi yang ditekuni oleh Syekh Kadirun Yahya

semasa hidupnya: 76

1. Guru Sekolah Muhammadiyah di Tapanuli Selatan termasuk memimpin

pelaksanaan kursus-kursus untuk pemberantasan buta huruf. Di samping

itu beliau juga merupakan pimpinan dan kepala pabrik milik sendiri di

Tapanuli Selatan dalam usaha membuat industri untuk membantu rakyat di

zaman penjajahan Jepang, yaitu membuat sabun, perlak untuk pakaian,

caustik soda (bahan untuk sabun), tahun 1942 –1945.

2. Menggembleng rakyat melawan Kolonial Belanda sebagai Komandan

Laskar Tentara Allah (PPTI) di Sumatera Barat dan Sumatera Utara, tahun

1945 – awal 1946.

75
Berdasarkan wawancara dengan khalifah Syekh Kadirun Yahya yakni Ustaz Bami Abdul Madjid, Ketua
Bidang Syariah dan Tasawuf BKK Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya pada tanggal 5 Mei 2017.
76
Gema Paca Budi. Op. cit.. hal 4.

Universitas Sumatera Utara


3. Kepala Industri perang merangkap guru bahasa Panglima Sumatera

(Mayjend. Suharjo Hardjowardoyo) dengan pangkat kolonel Inf. Di

Komandemen Sumatera Bukit Tinggi tahun 1946–1950.

4. Staf Pengajar SPMA Negeri Padang tahun 1950 – 1955.

5. Mendirikan ratusan surau untuk pengamalan tarikatullah, beberapa masjid

dan madrasah, dengan pengikut berjuta orang (dalam dan luar negeri) yang

dipimpin sendiri di seluruh Indonesia dan Luar Negeri, tahun 1952 –

wafat.

6. Staf Pengajar SPMA Negeri Medan tahun 1955 – 1961, dan kemudian

pindah menjadi staf pada departemen Pertanian (Deptan) Jakarta tahun

1961 – 1968.

7. Ketua Umum Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya yang bergerak di

bidang sosial, pendidikan agama / umum, dakwah Islam dan pengamalan

zikrullah berdasarkan metode Tarekat Naqsyabandiyah, pengobatan alam,

dan pembinaan generasi muda. Generasi muda yang dibina adalah yang

“sesat jalan”, putus sekolah, atau yang kecanduan narkotika atau minuman

keras, dengan memberikan pembinaan kerohanian pada mereka disertai

pendidikan formal, maupun keterampilan (pertukangan, perbengkelan,

sopir, perbaikan alat listrik, peternakan, perikanan, dan lain-lain) secara

cuma-cuma. Yang alumninya telah mencapai ribuan orang dan banyak dari

mereka merupakan donatur sukarela dari yayasan. Dimana yayasan ini

dipimpin sendiri di Sumatera Utara, tahun 1956 –1998.

Universitas Sumatera Utara


8. Penasehat Istana Presiden pada pemulihan perang PRRI, Permesta di

bawah pimpinan Mayjend. Suhardjo Hardjowardojo di Jakarta, tahun 1959

– 1961.

9. Menjadi Chairman dari Lembaga Ilmiah Metafisika Tasauf Islam (LIMTI)

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

10. Guru Besar, USU, UNPAD, UNU, UNPAB, Universitas Prof. Dr.

Mustopo, SEKOAD, UMSU/AFHIM tahun 1960 – 1978.

11. Mendirikan sekolah-sekolah dari mulai TK, SD, SMP, SMA, SPP dan juga

Universitas Pembangunan Panca Budi dimana terdapat Fakultas Filsafat,

Hukum, Ekonomi, Pertanian, Filsafat dan Tarbiyah, yang dipimpin sendiri

di Sumatera Utara, tahun 1961

12. Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi/Perguruan Panca Budi tahun

1961–1998.

13. Penasehat Istana Presiden pada pemulihan perang Trikora, di bawah

pimpinan Mayjend. Suhardjo Hardjowardojo di Jakarta, tahun 1962 –

1964.

14. Penasehat khusus Thomas Cup Tokyo, tahun 1964.

15. Aspri Panglima Mandala I Sumatera, sebagai Kolonel Aktif pada masa

Dwikora dibawah pimpinan Letjend. A.Yunus Mokoginta tahun 1964–

1965.

Universitas Sumatera Utara


16. Aspri Panglima Mandala I Sumatera, sebagai Kolonel Aktif pada

Penumpasan G.30S/PKI dibawah pimpinan Letjend. A.Yunus Mokoginta

tahun 1965–1967.

17. Anggota Dewan Curator Seksi Ilmiah Universitas Negeri Sumatera Utara

tahun 1965 –1970.

18. Pembantu Khusus/Kolonel Aktif Dirbinum Hankam, dibawah pimpinan

Letjend.R. Sugandhy tahun 1967–1968.

19. Rektor Post Graduate Studies Jakarta (yang pertama di RI) tahun 1968 –

1971.

20. Diperbantukan dari Deptan ke Penasehat Ahli Menko Kesra tahun 1968 –

1974.

21. Ketua Penanggulangan Bahaya Narkotika di Seluruh Indonesia,

bekerjasama dengan pihak Kepolisian dan Kejaksaan Agung pada tahun

1974.

22. Penasehat Pribadi Free Lance Menteri Pertahanan Malaysia Tahun 1974 –

1975.

23. Penasehat ahli Menko Kesra tahun 1986 – 1998.

24. Penasehat ahli/Konsultan Direktorat Litbang Mabes Polri Jakarta tahun

1990 –2001.

25. Anggota MPR RI tahun 1993–1998.

Universitas Sumatera Utara


26. Mendirikan industri air minum mineral dengan merk Aminsam di Medan

pada tahun 1994, dan di Sawangan-Bogor pada tahun 1995, yang

semuanya langsung dipimpin sendiri oleh beliau sampai beliau wafat.

Berikut kedudukan Syekh Kadirun Yahya dalam oganisasi-organisasi

dimana beliaupernah terlibat aktif di dalamnya: 77

1. Anggota Sarjana Veteran

2. Ketua Umum Islamic Phylosophical Institute (non politik) dalam dan luar

negeri tahun 1960 – 1972.

3. Anggota International League Religion and Science, Florence, Italy – New

Delhi, India tahun 1960 – 1981.

4. Anggota Presidium Seksi Ilmiah merangkap ketua Cabang Sumut Team

Konsultasi Penganut Agama Seluruh Indonesia tahun 1962–1972.

5. Penasehat umum Yayasan Baitul Amin, Jakarta tahun 1963 – 2001.

6. Anggota K.I.A.A Jakarta tahun 1964.

7. Anggota Dewan Kurator Universitas Negeri Sumatera Utara seksi Ilmiah

tahun 1965 – 1970.

8. Penasehat Yayasan Hutapungkut ( Ketua : H. Adam Malik ) tahun 1965 –

1978.

9. Anggota World Organization Religion and Science, tahun 1969 – 1970.

10. Sponsor/Anggota Golongan Karya tahun 1970 – 1998.

77
ibid. hal 5.

Universitas Sumatera Utara


11. Anggota Asean Law & Association tahun 1984 – 2001.

12. Ketua Majelis Pertimbangan Daerah Persatuan Tarbiyah Islamiyah

Sumatera Utara tahun 1986 – 2001.

13. Anggota Dewan Pembina / Kehormatan Badan Musyawarah Masyarakat

Minang Sumatera Utara tahun 1987 – 1990.

14. Anggota Dewan Pembina Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah/Golkar

tahun 1989 – 2001.

15. Penasehat Gerakan Seribu Minang (Gebu Minang) tahun 1989 – 2001.

16. Anggota Dewan Penasehat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)

tahun 1991 – 2001.

A.4. Sejarah Berguru

Syekh Kadirun Yahya mengenal tarekat pertama kali dari seorang khalifah

Syekh Syahbudin Aek Libung, Tapanuli Selatan, pada tahun 1943-1946. Pada

waktu itu merupakan masa pergolakan penjajahan Jepang, sehingga beliau belum

terlalu mendalami tarekat. 78

Pada tahun 1947 Syekh Kadirun Yahya hadir di salah satu rumah murid

dari Saidi Syekh M. Hasyim Buayan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, yakni

Zianuddin Sahih, yang juga merupakan sahabat daripada Syekh Kadirun Yahya

sendiri. Dimana pada waktu itu akan dilaksanakan tawajuh yang dipimpin

langsung oleh Saidi Syekh M. Hasyim Buayan. Saidi Syekh Buayan sendiri

merupakan orang yang sangat disiplin dalam melaksanakan ketentuan tawajuh,

78
ibid.

Universitas Sumatera Utara


dan karenanya siapa saja yang belum ikut tarekat diminta untuk keluar. Tetapi

pada waktu tawajuh hendak dilaksanakan, Saidi Syekh M. Hasyim Buayan

melihat Syekh Kadirun Yahya dan memperbolehkan beliau ikut tawajuh dengan

diajarkan kaifiat singkat oleh khalifahnya pada saat itu juga. 79 Sejarah yang

serupa juga ditulis oleh Martin: 80

“Tidak lama setelah pulang ke Sumatera, ia untuk pertama kalinya berhubungan


dengan tarekat Naqsyabandiyah. Syeikh Syahbuddin dari Sayur Matinggi,
Tapanuli Selatan, mengajarkan dasar-dasar tarekat ini. Pada tahun 1947,
Kadirun nikah dengan putri Syeikh Haji Jalaluddin. Melalui mertuanya, yang
kediamannya di Bukit Tinggi merupakan tempat pertemuan syeikh-syeikh
tarekat, Kadirun akhirnya berkenalan dengan Syeikh yang kelak menjadi guru
utamanya, Syeikh Muhammad Hasyim Buayan.”

Setelah itu Syekh Kadirun Yahyabelajar tarekat dari Saidi Syekh M.

Hasyim Buayan di Bukit Tinggi Sumatera Barat dari tahun 1947 hingga tahun

1952. Syekh Kadirun Yahya memiliki hubungan kedekatan hati yang erat dengan

sang guru. Selama sang guru masih hidup, setiap pekan beliau mengunjunginya.

Sang guru memberikan pujian kepada Syekh Kadirun Yahya karena memiliki

kualitas ketakwaan, kepribadian, dan kemampuan melaksanakan suluk sesuai

dengan ketentuan akidah dan syariat Islam. Ini menyiratkan betapa jelas

ketinggian ilmu agama yang dimiliki Kadirun Yahya, hingga tahun 1952 beliau

diangkat menjadi Mursyid yang berhak membuka, mengembangkan, dan

memimpin majelis dzikir sendiri, berikut dengan hal-hal yang terkait seperti suluk

atau i’tikaf, dimulai dari Bukittinggi, lalu pindah ke Padang pada tahun 1954.

Hingga kemudian hijrah ke Medan, tepatnya di Jalan Mahkamah. Sejak saat itu,

79
ibid. Didukung informasi pada saat wawancara dengan khalifah Syekh Kadirun Yahya yakni Ust. Bami
Abdul Madjid, Ketua Badan Syariah dan Tasawuf BKK Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya pada tanggal 8
Juni 2017.
80
Martin Van Bruinessen. Op. cit.hal. l48.

Universitas Sumatera Utara


gelar Syekh telah tersematkan di dirinya.Menjelang Syekh Hasyim wafat pada

1954, secara diam-diam beliau menurunkan dan mewariskan segala ilmunya

kepada Syekh Kadirun Yahya. 81

Penilaian Saidi Syekh M. Hasyim Buayan tentang Syekh Kadirun Yahya

ialah: 82

1. Syekh Kadirun Yahya mendapatkan pujian tinggi antara lain dari segi

ketakwaan, kualitas pribadi, dan kemampuan melaksanakan suluk sesuai

dengan ketentuan akidah dan syariat Islam.

2. Syekh Kadirun Yahya adalah satu-satunya murid yang diangkat menjadi

Saidi Syekh oleh gurunya di makam moyang guru di Hutapungkut dan

diumumkan ke seluruh negeri.

3. Dalam ijazah beliau dicantumkan kata-kata, “Guru dari orang-orang cerdik

pandai, ahli mengobat”, yang baru beberapa puluh tahun kemudian

terbukti kebenarannya.

4. Syekh Kadirun Yahya diberi izin untuk melaksankan dan menyesuaikan

segala ketentuan Tarekat Naqsyabandiyah dengan kondisi zaman, sebab

semua hakikat ilmu telah dilimpahkan gurunya pada beliau.

5. Syekh Kadirun Yahya adalah orang yang benar-benar mampu

melaksanakan suluk sesuai dengan pesan guru beliau yang disampaikan

kepada menantu / wakil / penjaga suluk / khalifah Anwar Rangkayo Sati.

81
Gema Panca Budi. Op. cit. hal. 5.
82
ibid. hal. 6.

Universitas Sumatera Utara


Diluar itu Syekh Kadirun Yahya juga mendapatkan ijazah khusus dari

Syekh Abdul Majid Tanjung Alam (Sumatera Barat) pada tahun 1949. Dimana

pada tahun 1949 (saat agresi Belanda) beliau mengungsi di pedalaman Tanjung

Alam Batu Sangkar Sumatera Barat. Disana beliau mencari sebuah masjid atau

surau, lalu shalat dan beramal / berdzikir berjam-jam, berhari-hari. Pada suatu hari

datanglah ke masjid tersebut sekelompok orang dengan maksud melaksanakan

i’tikaf / suluk, yang dipimpin oleh seorang khalifah dari seorang syekh termashur

di negeri tersebut yaitu Syekh Abdul Majid Tanjung Alam. Khalifah dari Syekh

Abdul Majid meminta agar Syekh Kadirun Yahya memimpin suluk tersebut, pada

mulanya Syekh Kadirun Yahya menolak, tetapi setelah berkonsultasi selanjutnya

beliau bersedia.

Setelah kejadian itu Syekh Kadirun Yahya menemui Syekh Abdul Majid

Tanjung Alam untuk minta suluk. Kemudian mereka melaksanakan suluk

bersama. Setelah suluk berakhir, Syekh Kadirun Yahya dianugerahi 1 (satu)

ijazah yang isinya sangat memberikan kemuliaan pada Syekh Kadirun Yahya.

Menurut khalifah H. Imam Ramli, Syekh Abdul Majid Tanjung Alam pernah

berkata bahwa Syekh Kadirun Yahya adalah orang yang benar-benar mampu

melaksanakan suluk dan akan dikenal di seluruh dunia sebagai pembawa Tarekat

Naqsyabandiyah. 83

Tahun-tahun awal Syekh Kadirun Yahyamulai muncul sebagai guru muda

Tarekat Naqsabandiyah, merupakan juga tahun-tahun mertuanya sangat giat

83
ibid. hal. 5.

Universitas Sumatera Utara


mengembangkan organisasi PPTI (Partai Politik Tarekat Islam). Syekh Haji

Jalaluddin berusaha mengkoordinasi semua guru tarekat dalam wadah ini,

termasuk menantunya, yang memang pernah menjadi anggotanya juga. Tetapi

hubungan mertua dan menantu cepat menjadi tegang. Menurut Syekh Kadirun

Yahya, konflik sudah mulai terasa sekitar tahun 1950 dan disebabkan oleh karena

Syeikh Haji Jalaluddin terlalu terang-terangan mengungkapkan segala seluk beluk

tarekat kepada siapa saja. Kemudian belakangan Syekh Kadirun Yahya menuduh

mertuanya bahwa ia tidak pemah menerima ijazah dari Syeikh Ali Ridla seperti

diakuinya, melainkan mengambil semua pengetahuannya tentang tarekat dari

buku saja.Sumber konflik lain, tentu saja, adalah ambisi kedua tokoh tarekat ini.

Sejak menjadi syekh pada tahun 1952, Syeikh Kadirun Yahya mulai melantik

khalifah banyak sekali; dalam rentang lima tahun pertama jumlahnya sudah

mencapai 30 orang, dan kemudian setiap tahun bertambah 5 sampai 20 orang. Dan

menurut catatan kaki dalam buku tersebut, tgl 10 Oktober 1975, jumlah khalifah

sudah mencapai 195 orang. 84

Pada tahun 1971, Syekh Kadirun Yahya bertemu dengan Syekh Moh. Said

Bonjol. Setelah tawajuh, Syekh Moh. Said Bonjol memutuskan untuk

memberikan sebuah mahkota yang dititipkan guru beliau kepadanya, dengan

pesan agar diberikan kepada seseorang yang pantas. Puluhan tahun berlalu,

barulah “orang yang pantas” tersebut ditemukan olehnya yaitu Syekh Kadirun

Yahya. 85

84
Martin Van Bruinessen. Op. cit.hal. 151.
85
Gema Panca Budi. op.cit. hal. 6.

Universitas Sumatera Utara


Selain perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah yang cukup pesat pada saat

kepemimpinannya, ia juga tetap memiliki perhatian dalam dunia pendidikan. Dia

meraih gelar doktor dalam ilmu filsafat kerohanian pada 1968. Di bidang yang

sama, ia juga meraih gelar profesornya.Syekh Kadirun Yahya juga aktif

mendirikan berbagai lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak hingga

setingkat perguruan tinggi atau universitas.Salah satu perguruan tinggi yang ia

dirikan adalah Universitas Panca Budi di Medan. 86

Kemampuannya memimpin tarekat dan jenjang pendidikan yang ia miliki,

membuat Kadirun Yahya menjadi sosok profesor yang juga seorang Syekh

Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah yang mempunyai banyak murid di beberapa

wilayah nusantara. 87

Pada 9 Mei 2001, sosok pemimpin tarekat ini pun wafat, dengan

meninggalkan duka bagi para muridnya dan keluarganya.Prof. Dr. H. Kadirun

Yahya dimakamkan di Surau Qutubul Amin Arco, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

86
Berdasarkan wawancara dengan khalifah Syekh Kadirun Yahya yakni Ustaz Bami Abdul Madjid, Ketua
Bidang Syariah dan Tasawuf BKK Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya pada tanggal 8 Juni 2017.
87
Martin Van Bruinessen. op.cit. hal. 148.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1.4.

A.5. Karya dan Bakti

Semasa hidupnya, Syekh Kadirun Yahya telah mengabdi untuk li’ik lai

kalimatullahi hiyal ulya, yakni untuk keagungan asma Allah yang Maha Besar

dan Maha Agung, melalui pengamalan zikrullah dengan metodologi tarikatullah.

Syekh Kadirun Yahya telah membaktikan hampir seluruh usianya untuk

membimbing dan membina umat, menegakkan tauhid, menggalakkan akmalush

shalihat, sesuai dengan aqidah dan syariat Islam, yang diwahyukan kepada

junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Amanat Allah SWT kepada Rasul-Nya

Universitas Sumatera Utara


Muhammad SAW ini, kemudian diteruskan oleh para ulama Allah yang tahkik,

melalui ahli silsilah yang selalu mendapat ilham, petunjuk, ilmu ladunni, maupun

ilmu kasysyaf yang langsung dari Allah SWT. Syekh Kadirun Yahya bukan hanya

telah menceritakan itu semua sebagai ilmul yakin atau ‘ainul yakin, tapi telah

menjadi suatu kenyataan dalam kehidupan umat beragama, berbangsa dan

bernegara yang berfalsafah Pancasila. 88

Dalam kurun waktu beberapa dasawarsa, Syekh Kadirun Yahya telah

berubudiyah nyata, dalam menegakkan akidah dan syariat yang tahkik dan

berhakikat dalam membina umat. Bukan hanya itu, beliau sebagai pejuang, telah

mengabdikan dirinya, ikut andil mengambil bagian menegakkan kemerdekaan

Republik Indonesia. dalam menumpas musuh utama negara Republik Indonesia,

beliau telah mengambil bagian dalam menumpas gerakan komunisme yang atheis.

Bukan hanya di negara tercinta Republik Indonesia saja, tetapi juga diminta

bantuannya dan doanya untuk menumpas gerakan komunis di negara tetangga. 89

Syekh Kadirun Yahya juga turut mengambil bagian dalam mengisi

kemerdekaan ini. Dalam bidang pendidikan, beliau membangun Perguruan dan

Universitas Panca Budi hingga mampu berkembang pesat, beliau juga menjadi

guru besar di banyak universitas di negeri ini. Sementara dalam bidang agama,

sosial, dan kebudayaan beliau mengembangkan ratusan jumlah surau dan

alkahnya baik di dalam maupun luar negeri, dengan murid yang jumlahnya cukup

banyak. Di samping itu, banyak juga jumlah anak didik dan anak asuh yang telah

88
Gema Panca Budi. Op. cit. hal. 11.
89
ibid.

Universitas Sumatera Utara


beliau tangani, diberi keterampilan, bahkan perkerjaan yang jika dihitung tentu

mencapai ribuan banyaknya. Semua dilaksanakan dengan segala konsekuensi

biayanya, semua dengan cuma-cuma demi kebesaran kalimatullahi hiyal ulya dan

demi turut berpartisipasi membina bangsa dan negara yang berdasarkan pancasila

yang dicintai; termasuk menyantuni lembaga-lembaga kemanusiaan seperti panti

asuhan dan lembaga-lembaga penyantunan manusia lanjut usia. 90

Syekh Kadirun Yahya melaksanakan itu semua dengan penuh keyakinan

dan keikhlasan yang dimotivasi oleh rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan

oleh sebab itu semuanya dilaksanakan oleh beliau semata-mata karena Allah,

lillahi ta’ala. Itu semua dilaksanakan sebagai seorang sufi, sebagai seorang
91
mursyid yang mengikuti suri tauladan Nabi besar Muhammad SAW.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari riwayat perjuangan beliau berikut

ini:

A.5.1. Karya Buku 92

Berikut merupakan buku-buku yang ditulis oleh Syekh Kadirun Yahya

semasa hidupya, yang kesemuanya diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Kerohanian dan

Metaphysika Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, yaitu:

1) Capita Selecta tentang Agama, Metafisika, Ilmu Eksakta jilid I, tahun

1981.

90
ibid.
91
ibid.
92
Berdasarkan wawancara dengan khalifah Syekh Kadirun Yahya yakni Ustaz Bami Abdul Madjid, Ketua
Bidang Syariah dan Tasawuf BKK Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya pada tanggal 8 Juni 2017.

Universitas Sumatera Utara


2) Capita Selecta tentang Agama, Metafisika, Ilmu Eksakta Jilid II, tahun

1982.

3) Mutiara Al-Qur’an dalam Capita Selecta tentang Agama, Metafisika, Ilmu

Eksakta Jilid III, tahun 1985.

4) Fenomena Dzikirullah

5) Ibarat Sekuntum Bunga dari Taman Firdaus, tahun 1982.

6) Kumpulan Kuliah pada Lembaga Ilmiah Tasauf Islam, tahun 1984.

7) Sinopsis Sistem Mendarah Dagingkan Pancasila (Sila Pertama), tahun

1978.

8) Teknologi Modern dan Al-Qur’an atau Ilmu Metafisika Eksakta dalam

mengupas Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW

9) Filsafat tentang Keakbaran Kedahsyatan Kalimah Allah, tahun 1983.

A.5.2. Pemakalah Seminar Nasional dan Internasional 93

Pada masa itu Syekh Kadirun Yahya banyak sekali mengadakan maupun

diundang sebagai pemakalah sekaligus pembicara dalam berbagai seminar skala

nasional dan internasional, antara lain:

1) Temu ilmiah Seminar Internasional, “Teknologi Al Qur’an Dalam

Tasawuf Islam”, diadakan oleh Universitas Panca Budi (UNPAB) di

Medan pada Bulan Juni 1986.

93
Gema Panca Budi. op.cit. hal. 12-13.

Universitas Sumatera Utara


2) Temu ilmiah / Seminar Internasional “Penerapan Energi dalam Teknologi

Al Qur’an untuk Penanggulangan, Penyembuhan, Pengidap Penyakit

Narkotika, Leukemia, Kanker, Alkoholik, AIDS, dan lain-lain”, diadakan

di Universitas Panca Budi (UNPAB) bekerjasama dengan Dinas Penelitian

dan Pengembangan MABES POLRI, di Medan pada Bulan Juni 1989.

3) Seminar Sehari mengenai “Pembentukan Manusia Seutuhnya Melalui

Tasawuf Islam”, diadakan oleh Universitas Panca Budi (UNPAB) di

Medan pada Bulan Juni 1990.

4) Seminar Ilmiah “ Teknologi Al Qur’an, Relevansi, Metodologi, dan

Aplikasi”, diadakan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta

pada Bulan Januari 1993.

5) Sarasehan Nasional “Teknologi Al Qur’an dalam Menghadapi Tantangan

Zaman Demi Suksesnya Pembangunan”, diadakan oleh Kampus Baitul

Amin di Sawangan Bogor pada Bulan April 1993.

6) Seminar Nasional “Prinsip dan Aplikasi Teknologi Metafisika Islam untuk

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Menyongsong Abad

XXI dan Guna Membuktikan Secara Nyata, Fakta, dan Realita ke-

Mahabesaran-an Firman-Firman Allah dan Sunnah Rasulullah SAW”,

diadakan oleh Universitas Brawijaya dan ICMI Pusat, di Malng pada

Bulan September 1993.

7) Seminar Nasional “Teknologi Mahadahsyat dalam Al Qur’an”, diadakan

oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor pada Bulan Oktober 1993.

Universitas Sumatera Utara


8) Seminar Nasional “Teknologi Mahadahsyat dalam Al Qur’an”, diadakan

oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Medan pada Bulan November

1993.

9) Kongres Nasional Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (IPTEK)

serta upaya dalam meningkatkan kesejahteraan umat, “Teknologi Al

Qur’an dalam Menghadapi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi Modern dan Dalam Mendukung Kebangkitan Islam di Akhir

Zaman dengan Power dan Energi yang Digali dari Dalam Al Qur’an”,

diadakan oleh Universitas Islam Riau Pekanbaru, bekerjasama dengan

ICMI Pusat dan Pemerintah Daerah TK I Riau, pada tahun 1994.

10) Seminar Nasional “Tekonologi Al Qur’an dalam Kaitannya dengan Era

Globalisasi dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Serta Tekonologi

Modern”, diadakan oleh Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan

pada Bulan Juni 1994.

11) Seminar Nasional “Kedahsyatan Teknologi Al Qur’an dalam Tasawuf

Islam, Membentuk Insan Kamil dan Masyarakat Harmonis Menghadapi

Perkembangan Peradaban Manusia sampai Akhir Zaman”, diadakan oleh

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada Bulan November

1994.

12) Seminar Nasional “Relevansi dan Aplikasi Teknologi Al Qur’an pada Era

Globalisasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”, diadakan oleh Institut

Teknologi Surabaya (ITS) pada Bulan November 1994.

Universitas Sumatera Utara


13) Seminar Nasional dan Internasional “Technology of Al Qur’an, Creating

the People’s Welfare and High Quality Human Resources”, diadakan oleh

Universitas Brawijaya di Malang bekerjasama dengan Ikatan Ilmuwan

Statistik Islam (ICCS) pada Bulan Agustus 1996.

A.5.3. Piagam-Piagam Penghargaan 94

Dari Kekaryaan dan Bakti Syekh Kadirun Yahya, beliau banyak mendapat

piagam-piagam penghargaan antara lain:

1) Satya Lencana Penegak, dari Menteri Pertahanan dan Keamanan RI

Jenderal TNI Soeharto, tahun 1996.

2) Piagam ucapan terima kasih dari PEMDA TK I Jawa Barat atas

bantuannya secara material, moril, dan doa untuk mengentikan letusan

Gunung Galunggung, tahun 1982.

3) Piagam ucapan terimakasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari

Kapolri Jenderal (Pol) RI Jenderal Anton Soedjarwo, tahun 1986.

4) Piagam ucapan terimakasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari

Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjend. Pol. Soedarmaji, tahun

1986.

5) Piagam ucapan terimakasih atas bantuannya memberikan dukungan moril

dan doa menemukan lokasi jatuhnya pesawat Merpati, tahun 1988.

94
ibid. hal. 14.

Universitas Sumatera Utara


6) Piagam ucapan terimakasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari

Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjend. Pol. Much. Poedy

Sjamsoedin S, tahun 1988.

7) Piagam ucapan terimakasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari

Komandan Datasemen Inteljen KODAM I / BB Letkol. Inf. Sutoro Santo,

tahun 1989.

8) Piagam ucapan terimakasih atas turut serta mensukseskan program Golkar,

dari Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya, Bapak Sudharmono, SH,

tahun 1987.

9) Piagam ucapan terimakasih atas turut serta mensukseskan program Golkar,

dari Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya, Bapak Wahono, tahun 1989.

10) Piagam ucapan terimakasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari

Komandan Satuan Brigade Mobil Dit Samapta Kepolisian Daerah

Sumatera Utara Letkol. Pol. Drs. P.E. Kalangi, tahun 1991.

11) Pejuang / Perintis Kemerdekaan, dari Gubernur Daerah Tk. I Sumatera

Utara Bapak Raja Inal Siregar, tahun 1992.

Selain piagam-piagam penghargaan dan ucapan terima kasih dari berbagai

lapisan masyarakat dalam dan luar negeri, mengalir pula ucapan dari mereka yang

bersyukur atau berterima kasih atas kasus-kasus keselamatan dari berbagai macam

bencana maupun malapetaka yang hebat ataupun kesembuhan dari berbagai

macam penyakit berat, yang disembuhkan dengan energi dari metode Sufie

Universitas Sumatera Utara


Healing, didukung pengobatan Naturheiikunts oleh Syekh Kadirun Yahya. Selain

itu adapula surat-surat dukungan para dokter dari berbagai daerah dan luar

negeri. 95

B. Profil Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr.

H. Kadirun Yahya

B.1. Sejarah Perkembangan Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah

Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

Prof. Dr. H. Kadirun Yahya mulai mengembangkan

TarekatNaqsyabandiyah dengan memiliki surau sendiri sejak tahun 1952. Atas

izin Saidi Syekh M. Hasyim Buayan, beliau mengadakan suluk ditempat tinggal

beliau di Bukit Tinggi. Hingga setelah guru beliau wafat, Prof. Dr. H. Kadirun

Yahya, pindah ke Medan pada tahun 1955. 96

Bertepatan dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI, yaitu tanggal 17

Agustus 1955 Prof. Dr. H. Kadirun Yahya pindah ke kampus SPMA Negeri yang

terletak di Jl. Jend.Gatot Subroto KM 4,5. Beliau melaksanakan kegiatan tarekat

dirumah beliau dengan menerima para ikhwan yang akan masuk Tarekat

Naqsyabandiyah, dan mengadakan suluk 4 atau 5 kali setahun, serta membimbing

beberapa orang murid beliau yang tinggal bersama dengan istilah anak surau,

yang pada saat itu dibiayai dari gaji beliau pribadi. 97

95
ibid. hal. 14.
96
ibid. hal. 6.
97
ibid. hal. 6-7.

Universitas Sumatera Utara


Berhubung kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah dilaksanakan dikampus

SPMA Negeri, maka banyak murid SPMA mempelajari Tarekat Naqsyabandiyah

bahkan menjadi anak surau. Beberapa waktu kemudian dibangun surau kecil

dibelakang rumah beliau, setelah beberapa puluh tahun kemudian, surau ini

berkembang menjadi besar, dan dilokasi ini sampai sekarang berdiri Perguruan

Universitas Pembangunan Panca Budi, sedangkan SPMA Negeri pindah ke Jl.

Jendral Gatot Subroto km 12 Medan. 98

Pada tahun 1956 Syekh Kadirun Yahya mendirikan Yayasan dengan nama

“Yayasan Akademi Metaphysika”, tetapi pada tahun 1980 diubah namanya

menjadi “Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya”, termasuk yang menaungi

Perguruan Panca Budi dan Universitas Pembangunan Panca Budi.Pada saat ini

jumlah jamaah Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah pimpinan Syekh Kadirun

Yahya mencapai lebih dari 1 juta murid 99, dan tempat wirid yang berada dibawah

naungan Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, telah berkembang sampai

berjumlah ratusan surau, yakni 660 tempat, di antaranya: 100

a. Di Indonesia terdapat 628 surau dan IOP (Izin Operasi Perwiridan).

b. Di Malaysia terdapat 16 surau.

c. Di Amerika Serikat terdapat 1 surau.

d. Di London terdapat 1 surau.

98
ibid. hal. 7.
99
Berdasarkan wawancara dengan khalifah Syekh Kadirun Yahya yakni Ustaz Bami Abdul Madjid, Ketua
Bidang Syariah dan Tasawuf BKK Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya pada tanggal 10 Juli 2017.
100
Baca. booklet Profil Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya. hal 2

Universitas Sumatera Utara


Dalam mengelola surau-surau atau tempat-tempat wirid yang berjumlah

660 buah, di bawah Yayasan —selain Universitas Pembangunan Panca Budi,

Perguruan Panca Budi— dibentuk juga sebuah divisi yang bernama Badan

Koordinasi Kesurauan (BKK) yang membawahi 46 Badan Kerjasama Surau

(BKS) di seluruh Indonesia. Masing-masing BKS ini mewakili BKK untuk

mengurus surau-surau di wilayahnya agar berjalan seperti yang diharapkan, sesuai

dengan ketentuan Alquran dan Hadis serta perundang-undangan yang berlaku. 101

Di antara 660 surau atau tempat wirid di bawah Yayasan, yang ada di

Indonesia, terdapat 10 surau yang dijadikan sebagai tempat i’tikaf atau suluk,

yaitu tempat mengintensifkan dzikrullah dan ibadah-ibadah lainnya selama 5-10

hari yang dilaksanakan dalam bulan-bulan tertentu. Kesepuluh surau itu disebut

juga dengan istilah Surau-Surau 10 USWA. Nama USWA diambil dari kata Arab

uswatun yang berarti “teladan” dan sekaligus diambil dari nama Surau Uswatul

Amin Cisaranten, Bandung.

Penamaan ini dimaksudkan agar surau-surau tersebut bisa menjadi model

bagi surau-surau lainnya dalam penegakan akhlak yang mulia, pengamalan syariat

yang lurus dan penerapan sistem yang profesional. Dengan demikian, banyak

sekali aktivitas di 10 surau ini. Selaini’tika dan suluk, berbagai madrasah dan

pengkajian keilmuan digalakkan.

Secara keseluruhan Surau-Surau 10 USWA itu adalah sebagai berikut: 102

1. Darul Amin Medan

101
ibid. hal. 7.
102
Tentang USWA lihat. ibid. hal. 11.

Universitas Sumatera Utara


2. Abdalul Amin Padang

3. El-Amin Pekanbaru

4. Syukurul Amin Palembang

5. Uswatul Amin Bandung

6. Saiful Amin Yogyakarta

7. Ghausil Amin Jember

8. Akhlakul Amin Mataram

9. Iftikarul Amin Makassar

10. Mujibul Amin Samarinda

Berikut merupakan struktur kepengurusan Badan Koordinasi Kesurauan

(BKK) yang merupakan pusat komando berjalannya Organisasi Tarekat

Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya saat ini 103 :

1. Ketua : Abdul Khalik Fajduani

2. Ketua Staf : Akhmad Qadri Ramadhany

3. Sekretariat : Rahmat Hidayat

4. Bidang Umum : Suhendro

5. Bidang Syariah dan Tasawuf : Bami Abdul Madjid

6. Bidang Pendidikan, Pelatihan,

dan Pembangunan 7 NDY : M. Rexa Husein

7. Bagian Personalia dan Keuangan : Aisyah

103
Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Staf Badan Koordinasi Kesurauan Nomor: 294/01/BKK/2017
Tentang Penyempurnaan Struktur Organisasi Badan Koordinasi Kesurauan pada tanggal 15 Juni 2017.

Universitas Sumatera Utara


8. Mess Bandara : Achmad Perkasa Alam

9. MJDA (Masjid Jami’ Darul Amin) : Sahmual Pasaribu

10. Bagian Pengobatan : Darsono Sardi

11. Madrasah Al Faizin : Minturyanto

12. Madrasah Asy-Syakirin : Gun Teguh Tajuddin

Universitas Sumatera Utara


Ketua

Ketua Staf
Dewan
Kehormatan
Sekretariat
Ka. Staf
BKK

Bidang
Bidang Pendidikan,
Bidang Pelatihan, dan
Syariah dan
Umum Pembangunan
Tasawuf
7 NDY

Bagian Madrasah Badan


Bagian Kerjasama
Personalia Pengobatan Al Faizin
dan Surau dan
Keuangan Pos
Madrasah Informasi
Asy
Syakirin
MJDA

Mess
Bandara

Bagan B.1.

Struktur Organisasi Badan Koordinasi Kesurauan Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun

Yahya

Universitas Sumatera Utara


B.2. Tujuan atau Sasaran Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah

Pimpinan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya 104

Sasaran orang yang bertarekat adalah mencari rida Allah sematadan

memurnikan tauhid kepada-Nya. Tauhid dijadikan pola pikir, dalam bersikap Ilahi

anta maqsudi wa ridhaka mathlubi, dan dalam bertindak sesuai dengan Alquran

dan Hadis. (Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya)

Dengan demikian, orang yang bertarekat adalah orang yang memiliki

keyakinan yang kuat tentang Allah dan ke-esaan-Nya dalam semua hal, selalu

melibatkan Allah dalam semua aktivitas, menjalankan ketentuan-ketentuan

syariat-Nya dan berakhlak mulia sesuai dengan tuntunan Alquran dan Hadis,

sedemikian rupa sehingga menjadi Muslim yang bermanfaat bagi makhluk-Nya

dan menjadi warga negara yang patuh kepada pemimpin dan mentaati peraturan.

B.3. Pokok-Pokok Ajaran Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah

Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya 105

Syekh Kadirun Yahya menegaskan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah sejak

zaman dahulu sudah ada, dan sangat berperan dalam mengembangkan agama

Islam. Dimana Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Syekh Kadirun Yahya

berpegang atau berpedoman pada:

1. Alquran, Hadis, dan ‘Ijma’ Ulama, bermazhab Syafii dalam fikih dan

bermazhab Asy’ari (Ahlussunnah wal Jamaaah) dalam Aqidah.

104
ibid. hal. 4.
105
ibid. hal. 5.

Universitas Sumatera Utara


2. Tidak boleh bertentangan dengan seluruh ketentuan syariat Islam. Tarekat

adalah semata-mata amalan zikrullah untuk mengoptimalkan pengamalan

syariat Islam, dan sekaligus merupakan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa),

cara yang membuat akhlak menjadi baik.

3. Adanya tali silsilah/Wasilah

4. Mursyid

5. Kaifiat

6. Suluk/I’tikaf bagi yang berkeluangan waktu. Dalam suluk / i’tikaf

mengintensifkan peramalan zikrullah sesuai dengan Q.S. Al Maidah: 35,

dan Q.S. Ali Imran: 200.

7. Zikir yang digunakan zikir“sirr” (tak terdengar, sesuai dengan Q.S. Al

A’raf: 205).

8. Tidak ada bai’at atau sumpah setia, ikrar, perjanjian, dan hal-hal lainnya

yang mengikat.

9. Tarekat Naqsyabandiyah bersifat nonpolitik dan tidak mencampuri urusan

ekonomi jamaah.

10. Dakwah. Yang paling diutamakan dalam dakwah ini adalah tentang akidah

tauhid, akhlak, dan syariat Islam pada umumnya.

11. Petoto adalah pembantu jalannya peramalan di tempat-tempat wirid saja

dan tidak berhak mencampuri urusan jamaah sampai ke rumah-rumah

mereka.

Universitas Sumatera Utara


12. Menjaga ukhuwah Islamiyah atas dasar hablumminallah dan

hablumminannas dengan tidak melanggar adat istiadat, hukum

negara/pemerintahan dan hukum Syara’. Memelihara kesatuan dan

persatuan dengan seluruh umat Islam atas dasar ukhuwah Islamiyah dan

Pancasila.

B.4. Pembinaan Sistem Dakwah 106

Pembinaan sistem dakwah terbuka, dilaksanakan untuk orang yang belum

masuk tarekat dan orang yang telah masuk tarekat, Dakwah itu dilaksanakan oleh

orang yang ahli dalam bidangnya baik syariat maupun tarekat, Sesungguhnya

tarekat tidak banyak didakwahkan, tetapi lebih banyak diamalkan, Oleh sebab itu

dakwah tarekat sangat terbatas, dan materi yang dikemukakan memberikan

penjelasan mengapa orang perlu masuk tarikat dan apa manfaat kalau orang

beramal, beribadat dan berzikir dengan memakai metodologi tarekat. Sesuai

dengan tuntutan zaman dewasa ini, maka dilaksanakan pulalah sistem dakwah

lebih luas dan terbuka dengan cara mengadakan pengajian pengajian umum,

penerbitan buku buku Tasawuf dan Tarekat.

106
Gema Panca Budi. op.cit. hal. 9.

Universitas Sumatera Utara


B.5. Pembinaan Ikhwan 107

Ikhwan ikhwan pengamal Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Syekh

Kadirun Yahya, tidak diikat dengan baiat, sumpah setia, ikrar, perjanjian dan lain

sebagainya. Para ikhwan itu bebas untuk tetap mengamalkan Tarekat

Naqsyabandiyah atau meninggalkannya sama sekali. Dengan demikian ikhwan

tidak di daftar, diberi kartu anggota dan tidak dipungut bayaran. Pemasukan dan

pembinaan Ikhwan dilakukan pengurus tempat wirid, dengan melaksanakan

majelis zikir peramalan bersama pada waktu waktu tertentu dan sewaktu waktu

diadakan majelis taklim sesuai dengan pembinaan sistem dakwah diatas.

Pengurus tempat wirid dalam pembinaan terhadap ikhwan tidak dapat

menganggap ikhwan lainnya sebagai murid, apalagi memerintah/

menyuruh/meminta dengan cara memaksa. Syekh Kadirun Yahya, memberikan

contoh jelas dengan tidak pernah memberi tugas kepada siapapun, biasanya

petugas datang sendiri. Jarang sekali Syekh Kadirun Yahya memberi tugas kepada

ikhwan, kalaupun beliau memberi tugas itu sesuai dengan kemampuan dan

kerelaan yang bersangkutan, Beliau tidak pernah mengeluarkan daftar derma

untuk membangun surau, apalagi untuk keperluan lain, karena bagi beliau surau

hanya sarana peramalan yang diberikan Allah SWT.

107
ibid. hal. 10.

Universitas Sumatera Utara


B.6. Program Kegiatan Pembinaan Jamaah dan Pengembangan Wawasan 108

Dengan berjalannya waktu. Tarekat Naqsyabandiyah Yayasan Prof. Dr. H.

Kadirun Yahya banyak sekali mengadakan berbagai macam kegiatan yang

melibatkan para jamaah tarekat. Tidak hanya sebatas bertatap muka, mengadakan

dzikir bersama dan melaksanakan i’tikaf, namun juga diadakan kegiatan-kegiatan

yang menunjang tujuan dari hakikat bertarekat itu sendiri, antara lain:

1. Majelis Ilmu dan Al-Hikam

2. Madrasah Al-Faizin dan Asy-Syakirin

3. Kelas Minhajul ‘Abidin (Kelas Fikih)

4. Kelas Akidah Tauhid (AKTA) dan Tarekat Dalam Islam (TDI)

5. Kelas Tujuh Nilai Dasar Yayasan (7NDY)

6. Kelas Kepanitiaan

7. Kelas Kepemimpinan (KEJAR)

8. Dan lain-lain.

B.7. Kerjasama dengan Organisasi Tarekat Serumpun 109

Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

bekerja sama dengan 9 (sembilan Tarekat Naqsyabandiyah Serumpun, yaitu

tarekat yang memiliki sumber yang sama, yaitu sama-sama berasal dari Saidi

Syekh Abdullah Afandi, Jabal Qibaisy Mekah, melalui silaturahim syekh-syekh

tarekat serumpun yang berlangsung pada 13 April 2003; masing-masing adalah:

108
Lihat. Profil Thariqat.Op. cit.. hal. 10.
109
ibid. hal. 8.

Universitas Sumatera Utara


1. TN Babussalam Langkat, Sumatera Utara, pimpinan Drs. H, Syekh

Hasyim Al-Syarwani

2. TN Ponpes Labuhan Haji, Nangroe Aceh Darussalam, pimpinan Syekh

Amran Wali.

3. TN tanjung Alam Bulaan, Koto Tabu, Batu Sangkar, Sumatera Barat,

pimpinan H. Syekh Al Imam Ramli.

4. TN Ranjau Batu Mandailing Natal, Sumatera Utara pimpinan H. Syekh

Muhammad Chaer.

5. TN Hutapungkut, Kotanopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara,

pimpinan Syekh Syafi’i.

6. TN Bonjol, Pasaman Sumatera Barat, pimpinan Syekh Taslim.

7. TN Kumpulan, Pasaman, Sumatera Barat, pimpinan Syekh Nasrul TK

Sayidina Ibrahim.

8. TN Aek Libung, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pimpinan H. Syekh

Husein.

9. TN Giri Kusumo, Semarang, Jawa Tengah, pimpinan Drs. H. Syekh

Muhammad Zuhri.

Kerjasama tersebut dimaksudkan untuk silaturrahim dan sekaligus

mendorong terciptanya kerukunan umat beragama pada umumnya dan ukhuwah

islamiyah pada khususnya, disamping untuk membahas bersama-sama mengenai

masalah-masalah ketarekatan dalam forum seminar, sarasehan, loka karya, dan

lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


B.8. Silsilah Keguruan Organisasi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah

Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya 110

Sebagaimana tarekat pada umumnya, tarekat ini memiliki sanad atau

silsilah para guru atau wasilahnya yang bersambungan sampai kepada Rasulullah

SAW. Di dalam tarekat ini, wasilah dianggap berhak dan sah apabila terangkum

dalam mata rantai silsilah tarekat ini yang tidak putus dari Nabi Muhammad SAW

lewat Abu Bakar Siddiq r.a. hingga kini dan seterusnya sebagaimana berikut:

Nabi Muhammad SAW

1. Sayyidina Abu Bakar Siddiq radiyallahu anhu (r.a)

2. Sayyidina Salman AlFarisi r.a.

3. Al Imam Sayyidina Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Siddiq r.a.

4. Al Imam Sayyidina Ja'far Ash Shadiq r.a.

5. Al 'Arif Billah Sultanul Arifin Asy Syekh Thaifur bin Isa bin Adam bin

Sarusyan

6. Al 'Arif Billah Asy Syekh Abul Hasan Ali bin Abu Ja'far Al Kharqani qs

7. Al 'Arif Billah Asy Syekh Abu Ali Al Fadhal bin Muhammad Aththusi Al

Farimadi q.s.

8. Al 'Arif Billah Asy Syekh Abu Ya’cub Yusuf Al Hamadani bin Ayyub bin

Yusuf bin Al Husain q.s. dengan nama lain Abu Ali As Samadani

9. Al 'Arif Billah Asy Syekh Abdul Khaliq Al Fajduwani Ibnu Al Imam

Abdul Jamil q.s.

110
ibid. hal. 3.

Universitas Sumatera Utara


10. Al 'Arif Billah Asy Syekh Ar Riwikari q.s.

11. Al 'Arif Billah Asy Syekh Mahmud Al Anjir Fagnawi q.s.

12. Al 'Arif Billah Asy Syekh Ali Ar Ramitani

13. Al 'Arif Billah Asy Syekh Muhammad Baba As Samasi q.s.

14. Al 'Arif Billah Asy Syekh Sayyid Amir Kulal bin Sayyid Hamzah q.s.

15. Al 'Arif Billah Asy Syekh As Sayyid Bahauddin Muhammad bin

Muhammad bin Muhammad Asy Syarif Al Husaini Al Hasani Al Uwaisi

Al Bukhari q.s.

16. Al 'Arif Billah Asy Syekh Muhammad Al Bukhari Al Khawarizumi

(dimashurkan namanya dengan Asy Syekh Alauddin Al Aththar q.s.

17. Al 'Arif Billah Asy Syekh Ya’cub Al Jarkhi q.s.

18. Al 'Arif Billah Asy Syekh Nashiruddin Ubaidullah Al Ahrar As

Samarqandi bin Mahmud bin Shihabuddin q.s.

19. Al 'Arif Billah Asy Syekh Muhammad Az Zahid q.s.

20. Al 'Arif Billah Asy Syekh Darwis Muhammad Samarqandi q.s.

21. Al 'Arif Billah Asy Syekh Muhammad Al Khawajaki Al Amkani As

Samarqandi q.s.

22. Al 'Arif Billah Asy Syekh Muayyiddin Muhammad Al Baqi Billah q.s.

23. Al 'Arif Billah Asy Syekh Akhmad Al Faruqi As Sirhindi q.s.

24. Al 'Arif Billah Asy Syekh Muhammad Ma'sum q.s.

25. Al 'Arif Billah Asy Syekh Muhammad Saifuddin q.s.

26. Al 'Arif Billah Asy Syekh Asy Syarif Nur Muhammad Al Badwani q.s.

Universitas Sumatera Utara


27. Al 'Arif Billah Asy Syekh Syamsuddin Habibullah Jani Janani Muzhir Al

'Alawi q.s.

28. Al 'Arif Billah Asy Syekh Abdullah Ad Dahlawi q.s.

29. Al 'Arif Billah Maulana Asy Syekh Dhiyauddin Khalid Al Utsmani Al

Kurdi q.s.

30. Al 'Arif Billah Sirajul Millah wad Din Asy Syekh Abdullah Affandi q.s.

31. Al 'Arif Billah Asy Syekh Sulaiman Al Qarimi q.s.

32. Al 'Arif Billah Sayyidis Syekh Sulaiman Az Zuhdi q.s.

33. Al 'Arif Billah Sayyidis Syekh Ali Ridla q.s.

34. Al 'Arif Billah Sayyidis Syekh Muhammad Hasyim Al Khalidi q.s.

35. Al 'Arif Billah Sayyidis Syekh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al

Khalidi q.s.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
PEMIKIRAN POLITIK SAIDI SYEKH PROF. DR. H. KADIRUN YAHYA
TENTANG HIDUP BERNEGARA

A. Deskripsi Pemikiran Politik Islam Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun

Yahya

Politik Islam di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Dimana

Abdullah Zawawi menyebutkan di dalam tulisannya as-siyasah juga berarti

mengatur, mengendalikan,mengurus,atau membuat keputusan,mengatur kaum,

memerintah, dan memimpinnya. 111 Maka secara ringkas maksud politik Islam

adalah pengurusan terhadap segala urusan seluruh umat Islam.Yang mana fokus

pengurusan atau pemerintahan tersebut adalah kekuasaan. Di mana kekuasaan

digunakan sebagai alat untuk mengatur sebuah roda pemerintahan dalam suatu

negara. Sehinggapembicaraan tentang pemerintahan tidak luput dari politik dan

negara, karena untuk mencapai kekuasaan itu harus melalui proses politik. Maka

jelaslah bahwa Islam tidak bisa lepas dari sebuah tatanan kehidupan bernegara.

Semasa hidupnya, Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahyatelah banyak

terlibat di dalam proses politik sebagaimana yang dimaksud di atas. Dan untuk

mendalami bagaimana pemikiran politik Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya,

penelitian ini menggunakan beberapa landasan prinsip, yaitu prinsip politik Islam,

prinsip kehidupan bernegara, dan tipologi pemikiran politik. Dengan beragam

111
Abdullah Zawawi. 2015. Politik Dalam Perspektif Islam. dalam Jurnal Ummul Quro. Vol V. No 1. Maret
2015. Lamongan: INSUD. hal. 88.

Universitas Sumatera Utara


faktor yang terdapat di setiap prinsip tersebut, penulis mencoba menggambarkan

pemikiran politik beliau berdasarkan hasilwawancara terhadap para narasumber

dan beberapa tulisan maupun fatwa Syekh Kadirun Yahya yang terkait.

Dalam hasil penelitian ini, satu hal yang sangat mendasar adalah bahwa

keseluruhan pemikiran Syekh Kadirun Yahyatermasuk yang berkaitan dengan

pemikiran politik tidak terlepas dari keberadaannya sebagai seorang ulama sufi.

Dalam menjalani semua aspek kehidupan Syekh Kadirun Yahyahanya

berorientasi pada satu hal, yaitu Allah dan rida-Nya. Semua hal yang

mendekatkan kepada Allah dan dirida-Nya selalu dilakukan, diperjuangkan dan

diwujudkan, di samping disosialisasikan atau diajarkan kepada masyarakat luas.

Dari buku-buku tulisan beliau dan juga dari berbagai hasil wawancara tergambar

jelas bahwa selalu mengingat Allah atau selalu beserta dengan Allah merupakan

akar dari terwujudnya tatanan masyarakat yang baik, harmonis, berkesejahteraan

dan berkemakmuran di samping diliputi keamanan dan kedamaian sebagaimana

harapan bersama yang tertera di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945. Dimana kesemua itu beliau landaskan pada

Alquran dan Hadis, di samping Pancasila dalam hidup bernegara sehari-hari yang

akan diuraikan sebagaimana berikut.

Universitas Sumatera Utara


A.1.Pemikiran Syekh Kadirun Yahya mengenai Prinsip Politik dalam Islam

Prinsip-prinsip umum mengenai kekuasaan politik dalam Islam dikenal

dengan nomokrasi Islam. Mengacu pada makna politik Islam atau as-siyasah,

yakni pengurusan terhadap segala urusan seluruh umat Islam, maka memang

selayaknya prinsip-prinsip politik tersebut dijadikan pegangan dalam sebuah

kehidupan bernegara. Dimana menurut Muhammad Tahir Azhary, nomokrasi

Islam adalah suatu negara hukum yang memiliki prinsip-pnnsip umum yaitu: (1)

prinsip kekuasaan sebagai amanah; (2) prinsip musyawarah; (3) prinsip keadilan;

(4) prinsip persamaan; (5) prinsip pengakuan dan perlindungan setiap hak-hak

asasi manusia; (6) prinsip peradilan bebas; (7) prinsip perdamaian; (8) prinsip

kesejahteraan; dan (9) prinsip ketaatan rakyat. 112

Kesembilanfaktor ini setidaknya menjadi indikator bahwa prinsip-prinsip

politik dalam Islam ini telah dijalankan. Sehubungan dengan itu berikut uraian

mengenai pemikiranSyekh Kadirun Yahya dalam menjalankan kehidupan

bernegara sesuai dengan prinsip politik dalam Islam.

Pertama, prinsip kekuasaan sebagai amanah. Prinsip amanah dalam

Islam tercantum di dalam surah An Nisa’ ayat 58 yang apabila dirumuskan

menjadi menjadi garis hukum, diperoleh dua prinsip utama. Pertama, manusia

diwajibkan menyampaikan amanah atau amanah kepada yang berhak

menerimanya, dan kedua, manusia diwajibkan menetapkan hukum dengan adil.

112
Muh. Tahir Azhary. 2005. Op. cit.. hal. 105-106.

Universitas Sumatera Utara


Di dalam berbagai hasil wawancara, narasumber seringkali menegaskan

bahwa Syekh Kadirun Yahyasenantiasa menyuruh muridnya untuk berpedoman

kepada Alquran dan Hadis. Berikut adalah kutipan jawaban dari Ustaz Gun

Teguh 113:

“Ketika beliau mengatakan bahwa tarekat yang benar adalah tarekat yang
sesuai dengan Alquran dan Hadis dan tarekat yang tidak sesuai dengan Alquran
dan Hadis maka salah lah itu.”

Berdasarkan jawaban tersebut, bisa dilihat bahwa Syekh Kadirun Yahya

menekankan kepada murid-muridnya untuk mengembalikan segala urusan kepada

Alquran dan Hadis. Dengan kata lain, dalam prinsip berpolitik atau mengatur

urusan seluruh umat Islam, Beliau selalu berlandaskan Alquran dan Hadis.

Walaupun tidak disebutkan secara konkrit, amanah adalah prinsip yang

berlandaskan Alquran dan oleh karena itu, secara tidak langsung, Syekh Kadirun

Yahya mengikuti prinsip tersebut.

Bahkan jika menyimak penjelasan Ustaz Bami bahwa Syekh Kadirun

Yahya dalam salah satu fatwanya mengatakan, 114

“Oleh sebab itu janganlah engkau berani-berani memegang sesuatu benda yang
tidak engkau ketahui asal-usulnya yang tidak engkau ketahui ilmu tekniknya.”

Pernyataan ini sebenarnya juga mengisyaratkan soal amanah yang wajib

dimiliki oleh siapa pun, apalagi berkenaan dengan kekuasaan. Ustaz Bami lebih

jauh menjelaskan bahwa 115

“ketika seseorang diberi kesempatan untuk memegang kekuasaan misalnya,


yang seluk-beluk atau asal-usul kekuasaan itu tidak diketahui dan ilmu atau

113
Berdasarkan wawancara terhadap Ustaz Gun Teguh Tajuddin, Kepala Bidang Pendidikan & Pelatihan
Madrasah Asy-Syakirin, pada tanggal 31 Juli 2017 di Kantor BKK YPDHKY.
114
Berdasarkan wawancara terhadap Ustaz Bami Abdul Madjid, Kepala Bidang Syariah dan Tasawuf BKK,
pada tanggal 2 Agustus 2017 di Kantor BKK YPDHKY.
115
ibid.

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan mengenai kekuasaan itu tidak dikuasai, maka dia wajib
menolaknya dan menyerahkannya kepada yang lebih mengerti dan lebih
menguasai ilmunya. Inilah antara lain yang dimaksudkan oleh Syekh Kadirun
dengan kalimat beliau oleh sebab itu janganlah engkau berani-berani
memegang sesuatu benda yang tidak engkau ketahui asal-usulnya yang tidak
engkau ketahui ilmu tekniknya.”’

Dari sini tergambar bahwa Syekh Kadirun Yahya menempatkan porsi

kekuasaan adalah amanah yang harus diserahkan pada orang yang tepat yang

memiliki pengetahuan mengenai perihal kekuasaannya dengan baik. Dimana

sebaliknya, apabila kita dirasa tidak memiliki pengetahuan ataupun kemampuan

atas sebuah kekuasaan maka sebaiknya kita menolak untuk menerimanya.

Kedua, prinsip musyawarah. Menurut garis hukum yang ditarik dari surah

Ali Imran ayat 159, umat Islam diwajibkan bermusyawarah dalam memecahkan

setiap masalah kenegaraan. Keterlibatan Syekh Kadirun Yahya di dalam

keanggotaan MPR pada 1993 – 1998 dapat menjadi salah satu indikator bahwa

beliau memegang dan mendukung terlaksananya prinsip musyawarah dalam

sebuah kehidupan bernegara. Selain itu, diungkapkan juga bahwa beliau sering

berdiskusi dengan pimpinan negara dalam menghadapi suatu masalah seperti yang

digambarkan oleh Bapak Hamdani. 116

“Ketika rezim Soeharto jatuh Syekh Kadirun Yahya itu sudah memberi saran-
saran padaSoeharto bagaimana menjadi pemimpin yang baik segala macam….”

Selain itu, beliau juga ungkap bahwa Syekh Kadirun Yahya juga

menegaskan kepada umatnya untuk memegang teguh Pancasila, yang di dalamnya

116
Berdasarkan wawancara terhadap Bapak Hamdani Harahap, Ketua Badan Kerjasama Surau dan Mantan
Rektor Universitas Panca Budi, pada tanggal 31 Juli 2017 di Universitas Panca Budi Medan.

Universitas Sumatera Utara


terdapat sila keempat dimana sila ini menekankan prinsip musyawarah

sebagaimana kutipan berikut 117 :

“… beliau pernah menulis buku yang judulnya Mendarahdagingkan Pancasila,


jadi di buku itu beliau sangat menekankan agar kita benar-benar teguh dalam
mengamalkan butir-butir pancasila.”

Dengan keterlibatan Syekh Kadirun Yahya di kursi MPR, cerita

musyawarah beliau dengan mantan Presiden Soeharto, serta buku

Mendarahdagingkan Pancasila yang ditulis, kesemuanya menggambarkan

bagaimana beliau selalu menekankan pentingnya menjalankan prinsip

musyawarah dalam hidup bernegara.

Ketiga, prinsip keadilan. Mengacu pada surah An-Nisa ayat 135, setiap

Mukmin wajib menegakkan keadilan, menjadi saksi yang jujur dan adil jika

bersaksi, dan tidak menyelewengkan kebenaran. Karena Syekh Kadirun Yahya

dalam menjalani kehidupan di bidang apa pun selalu berlandaskan Alquran dan

Hadis, maka dalam hal prinsip keadilan ini pun beliau menjalankannya dengan

baik. Hal ini setidak-tidaknya terungkap dari wawancara dengan Ustaz Bami yang

antara lain mengatakan, 118

“Setahu saya Syekh Kadirun Yahya itu benar-benar adil dan mengedepankan
keadilan. Reward and punishment selalu beliau praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Benar dan salah adalah pedoman beliau. Murid-murid beliau yang
berprestasi diberi penghargaan dan murid-murid beliau yang melakukan
pelanggaran diberi sanksi yang sifatnya mendidik. Beliau menempatkan diri
beliau setara dengan yang lain-lain. Ketika beliau harus berjumpa dengan
seorang menteri di sebuah hotel, beliau ikut antri dengan tamu-tamu lain yang
juga mau bertemu dengan menteri itu.”

117
ibid.
118
Bami Abdul Madjid, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


Hal ini diperkuat oleh kalimat narasumber Bapak Suhendro ketika

mengatakan, 119

“Ada beberapa tahapan jika anggota BKK (yang notabene murid-murid beliau—
pen.) melakukan pelanggaran, diberi peringatan dengan tegas, jika sampai tiga
kali peringatan masih mengulangi kesalahan yang sama maka dikeluarkan.”

Syekh Kadirun Yahya memberlakukan aturan yang tegas terhadap

anggotanya jika terjadi pelanggaran tanpa pandang bulu. Beliau juga tidak

membeda-bedakan dirinya dengan perlakuan khusus saat berada di suatu tempat

umum bersama masyarakat yang lain. Maka dapat dipahami bahwa Syekh

Kadirun Yahya memang menjalankan prinsip keadilan dalam semua aspek

kehidupan beliau sehari-hari, apalagi perihal keadilan ini menjadi salah satu butir

dari Pancasila yang semua butir itu bersumber atau merupakan penjabaran dari

butir pertama Pancasila yang menjadi pokok bahasan dalam buku beliau

Mendarahdagingkan Pancasila.

Keempat, prinsip persamaan. Persamaan dalam Islam merupakan salah

satu prinsip yang sangat mendasar. Dalam Islam semua orang adalah sama di

mata Allah dan Rasul-Nya. Satu-satunya yang memiliki kedudukan tinggi atau

kemuliaan adalah orang-orang yang bertakwa. Alquran surah 4 ayat 1 dan surah

49 ayat 13 mengisyaratkan persamaan manusia dan pengutamaan bagi orang yang

bertakwa.

119
Berdasarkan wawancara terhadap Bapak Suhendro, Kepala Bidang Pendidikan & Pelatihan Madrasah Asy-
Syakirin, pada tanggal 31 Juli 2017 di Kantor BKK YPDHKY.

Universitas Sumatera Utara


Syekh Kadirun Yahya sangat berpegang kuat pada prinsip persamaan ini.

Bahkan beliau memandang diri beliau sendiri tidak ada bedanya dengan orang

lain. Sedemikian samanya dengan orang lain, bahkan beliau rela menjemput

murid-murid beliau untuk hadir di majelis beliau, dimana hal seperti ini justru

terbalik dari kebiasaan umum yang ada di masyarakat. Hal ini diceritakan oleh

Ustaz Bami, 120

“Beliau dulu biasa berkeliling menjemput murid-murid beliau untuk hadir di


majelis-majelis beliau. Beliau merasa sama dengan murid-muridnya. Bahkan
Prof. Hatta, ketua MUI Medan pernah bercerita hal yang sama, yaitu bahwa
Prof. Kadirun Yahya itu orang rendah hati dan tidak pernah merasa lebih dari
orang lain. Saya meskipun bukan murid beliau, saya berkawan akrab dengan
beliau, kata Prof. Hatta.”

Oleh karena itu prinsip persamaan ini tidak diragukan sudah

mendarahdaging dalam diri Syekh Kadirun Yahya. Hal ini tiada lain karena

prinsip persamaan ini merupakan salah satu prinsip dalam Islam. Sesuai dengan

sabda Nabi saw yang berbunyi, “Demi Allah seandainya Fatimah putriku mencuri

tetap akan kupotong tangannya” menjadi penguat tentang prinsip persamaan ini.

Dan karena prinsip ini menjadi salah satu prinsip Islam, dan tersirat dalam butir-

butir Pancasila, maka Saidi Syekh Kadirun Yahya melaksanakannya dengan

sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari.

Kelima, prinsip pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.

Prinsip ini sangat jelas merupakan salah satu prinsip hidup dalam Islam. Islam

datang sebagai agama rahmat, agama kasih-sayang, dan nabi Islam diutus Allah

120
Bami Abdul Madjid, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


sebagai penebar rahmat ke seluruh alam. Hal ini mengacu pada Alquran surah 21

ayat 107. Mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia merupakan bagian

atau bahkan perwujudan dari ajaran rahmat atau kasih sayang dalam Islam. Dalam

kaitannya dengan realitas Syekh Kadirun Yahya yang terkait dengan prinsip

pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia ini, dapat dikatakan bahwa

Syekh Kadirun Yahya berpegang kuat pada prinsip ini. Hal ini dapat dipahami

dari hasil wawancara dengan Ustaz Bami yang mengatakan antara lain, 121

“Beliau dari awal sangat peduli terhadap nasib umat Islam. Bukan hanya aspek
ibadah. Aspek pendidikan, kesehatan dan ekonomi pun, beliau peduli. Beliau
membuka pendidikan gratis untuk umat Islam yang tidak mampu. Panca Budi
ini, mahasiswanya sampai tahun 1997-an pada umumnya gratis atau setidak-
tidaknya biayanya sangat rendah. Beliau juga membuka pengobatan gratis bagi
para korban narkotika. Di samping itu, beliau secara rutin mengirimkan
bantuan ke berbagai panti asuhan dan anak yatim.”

Pernyataan Ustaz Bami di atas sangat jelas menunjukkan bahwa Saidi

Syekh Kadirun Yahya melaksanakan prinsip pengakuan dan perlindungan hak-

hak asasi manusia. Hal ini juga diperkuat dengan kalimat narasumber lain, Bapak

Suhendro, ketika mengatakan, 122

“Sejak dulu program-program ini sudah ada. Hanya saja namanya aja yang
berbeda. Dulu beliau (Syekh Kadirun Yahya—pen.) rutin memberikan bantuan
kepada yang membutuhkan, menggalakkan penghematan energi, dan lain-lain,
termasuk mendirikan panti asuhan di beberapa daerah.”

Bahkan pernyataan narasumber Bapak Sahmual sangat menegaskan bahwa

beliau memang melaksanakan prinsip pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi

manusia. Murid-murid beliau yang tinggal bersama beliau biasa disebut dengan

121
ibid.
122
Suhendro, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


Ansor atau anak surau. Ansor ini selain diajari berzikir juga diajari bagaimana

caranya berkarya. Pak Sahmual mengatakan, 123

“Jadi awalnya dulu Ansor ini latar belakangnya bermacam-macam, dimana


rata-rata dia mempunyai masalah, baik secara ekonomi maupun secara mental,
perilaku. Dulu umumnya begitu. Kemudian mereka ini dibina dengan cara
diajarkan zikir, di samping itu mereka juga diberi pekerjaan, diberi
keterampilan,”

Dan ketika ditanya pekerjaan apa saja yang diajarkan ke Ansor, Pak Sahmual

menjawab, 124

“Apa saja. Apa saja yang ada di lingkungan Tarekat Naqsyabandiyah ini
semuanya dikerjakan oleh anak-anak surau. Jadi sambil dibina zikirnya, sambil
ada tempat buat mereka melatih diri untuk bisa berkarya. Mereka diberi
keterampilan misalnya di bidang pertukangan, bangunan-bangunan disini dulu
ya anak surau ikut juga membangunnya semua. Ada juga yang dilatih jadi
driver, ada juga yang dikasih kerjaan administratif perkantoran, ada peternakan
juga dulu. Yang semuanya nanti berguna di kehidupan mereka selanjutnya.”

Dalam sekala yang lebih mendunia, Syekh Kadirun Yahya juga terlibat

dalam berbagai gerakan meredakan kerusuhan yang merusak HAM di banyak

tempat, seperti yang dijelaskan Ustaz Bami, 125

“…beliau sering terlibat dalam perjuangan mempertahankan NKRI dari makar-


makar PKI. Dari para senior saya pernah mendengar bahwa beliau bersama
gurunya Syekh Muhammad Hasyim Buayan yang juga seorang pendekar silat
pernah bergabung dalam gerakan mengatasi pemberontakan PKI di Madiun
tahun 1948. Bahkan juga pernah membantu pemerintah Malaysia dalam
mengatasi makar-makar sekelompok pemberontak. Kalau tidak salah kelompok
pemberontak ini adalah kelompok komunis juga. Beliau sangat concern pada
keamanan dan kesematan negara.”

Semua keterangan narasumber di atas menunjukkan satu hal, yaitu bahwa

Syekh Kadirun Yahya menganut dan melaksanakan prinsip pengakuan dan

perlindungan hak-hak asasi manusia yang sangat kental.

123
Berdasarkan wawancara terhadap Bapak Sahmual Pasaribu, Kepala Badan Otoritas Kampus sekaligus
pembina Ansor, pada tanggal 31 Juli 2017 di Kantor BKK YPDHKY.
124
ibid.
125
Bami Abdul Madjid, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


Keenam, prinsip peradilan bebas. Prinsip ini berkaitan erat dengan

prinsip keadilan dan persamaan. Dalam nomokrasi Islam seorang hakim memiliki

kewenangan yang bebas dalam makna setiap putusan yang diambil bebas dari

pengaruh siapapun. Hakim wajib menerapkan prinsip keadilan dan persamaan

terhadap siapapun. Terkait dengan prinsip ini, Syekh Kadirun Yahya juga sering

memberikan peringatan kepada murid-muridnya agar taat hukum dan peraturan

perundang-undangan. Disampaikan kepada murid-muridnya bahwa mereka harus

bertanggung jawab jika berbuat kesalahan. Dalam wawancara dengan Ustaz Bami

yang mengutip dan menjelaskan pidato Syekh Kadirun Yahya pada tahun 1971,

dapat dipahami mengenai pelaksanaan prinsip ini oleh beliau. Dalam pidato 1971

itu, beliau berkata, 126

“Yang kelima: Oleh karena engkau takut membuat kesalahan, belajarlah supaya
kesalahan itu jangan diperbuat. Nomor enam: Tiap-tiap teguran dari atasan
buatlah itu menjadi bahan pelajaran yang engkau catat dalam bukumu yang
engkau bicarakan nanti dalam seminar sesamamu dalam diskusi sesamamu.
Sadarilah bahwa tiap-tiap kesalahan yang engkau perbuat bukan orang lain
yang bertanggungjawab, yang merugi, yang harus membayarnya kembali, tetapi
engkau sendiri.”

Terkait dengan pidato ini, Ustaz Bami menjelaskan, 127

“Seandainya ada di antara murid-murid beliau yang berbuat salah dan harus
berhadapan dengan hukum; katakanlah, sampai diajukan ke meja hidu atau
pengadilan, maka beliau pasti tunduk kepada putuan hakim. Beliau tidak akan
pernah membela muridnya yang bersalah atau melanggar hukum yang berlaku.”

Budaya senada juga diterapkan Syekh Kadirun Yahya dalam mendidik

kedisiplinan para Ansor untuk mentaati peraturan, seperti yang diungkap oleh

Bapak Sahmual, 128

126
ibid.
127
ibid.
128
Sahmual Pasaribu, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


“Kita ada SOP dan CoC khusus untuk Ansor. Misalnya ni kan ada kewajiban
Ansor untuk sholat berjamaah, seandainya dalam sebulan mereka tidak
mengikuti sholat berjamaah di masjid sampai 9 kali maka akan diberikan surat
peringatan pertama, jika 11 kali tidak sholat berjamaah itu kita beri surat
peringatan kedua, dan jika 13 langsung SP 3. Nah SP 3 ini artinya Ansor
tersebut dipulangkan. Ini lah salah satunya, yang lain juga ada aturan-aturan
lainnya. Kita zero toleransi ya.”

Ini mengisyaratkan bahwa prinsip peradilan bebas adalah sangat diakui

dan dipegang kuat oleh Syekh Kadirun Yahya dan beliau terapkan secara tegas

kepada murid-muridnya tanpa membeda-bedakan satu sama lain.

Ketujuh, prinsip perdamaian. Prinsip ini juga mengacu pada Alquran.

Dalam QS. 49:10, ditegaskan, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu

bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan

bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat Rahmat.” Bahkan Islam itu

sendiri etimologis sebenarnya bermakna “damai” atau “menebarkan perdamaian”.

Karena prinsip perdamaian ini adalah prinsip Islam dan disebutkan dalam

Alquran, maka Saidi Syekh Kadirun Yahya juga berpegang teguh terhadap hal ini.

Salah satu narasumber, Ustaz Bami, menjelaskan, 129

“Prinsip perdamaian itu bahkan selalu diajarkan beliau kepada murid-


muridnya. Sekitar tahun 1987 beliau pernah berfatwa dan fatwa itu bisa dibaca
di sebuah buku kecil—kalau tidak salah—berjudul Gosip, tetapi tampaknya
sudah didapatkan. Saya punya salinannya. Nanti bisa dilihat sendiri. Beliau
sangat mengedepankan hubungan harmonis dan perdamaian.”

Setelah disimak dari salinan fatwa yang disampaikan Saidi Syekh Kadirun

Yahya pada tahun 1987, beberapa kalimat beliau yang bisa dikutip dari fatwa

129
Bami Abdul Madjid, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


beliau tentang perdamaian meskipun di dalamnya tidak disebut secara eksplisit

adalah sebagai berikut: 130

“Jagalah selalu mulutmu, jangan brbicara yang lain selain daripada


mengagungkan Zikirullah atau memuji Allah SWT, memuliakan Rasulullah dan
segala guru-guru kita, dan jika berkata, katakanlah yang bermanfaat, yang
kreatif, jangan utarakan syakwasangka, gunjing, irihati dendam kesumat.
Jangan lepaskan mulut engkau begitu saja, yang akan menggores dengan tajam
dan melukai saudara-saudaramu kesana kemari, menikam kesana kemari dan
akhirnya merusak masyarakatmu sendiri.”

Kemudian dalam fatwanya juga tertulis, 131

“…terdapat satu lagi ucapan seorang Filosof yang diambil dari Al Injil yang
bunyinya didalam bahasa Belanda atau bahasa Inggris: "Een misverstand is
tekort voor een mensen leven" atau "Een mensen leven istekort voor een
misverstand." Dalam bahasa Inggris: "A human life is too short for a
misunderstanding.” Jadi kita lihat disini, bahwa rupanya misunderstanding,
salah paham pun antara kita sama kita, inipun adalah juga merupakan suatu
unsur yang benar-benar harus dibasmi!Harus diperhatikan, jangan lekas
mengambil suatu kesimpulan karena misunderstanding, apalagi dipergunjingkan
kesana kemari berjam-jam lamanya! Jika tidak tahu benar-benar jangan ambil
tindakan, dan jangan sekali-kali bercerita pada orang lain, karena akibatnya
ada kalanya sangat berbahaya karena dapat merusak pada semua orang, dan
dapat menghancurkan Kesatuan dan Persatuan dan memusnahkan kasih sayang.
Kita mendengar adakalanya: Fitnah adalah lebih kejam dari pembunuhan!
Fitnah-memfitnah benar-benar sangat berbahaya dan sangat kejam! Camkanlah
ini. Dan dosanyapun sangat berat! Semua pahala si tukang fitnah yang
diraihnya dengan susah payah, dengan pengorbanan bertahun-tahun, kadang-
kadang dengan mempertaruhkan nyawa dan harta, hapus dan berpindah kepada
orang yang di fitnah, dan kalau pahalanya habis, maka dosa dari orang yang
difitnah, dipindahkan pula pada orang yang memfitnah! Apa tidak berat ini!
Karena si tukang fitnah, sadar atau tidak sadar, akan melanjutkan hidupnya
dengan beban mental yang sangat berat, karena dosa-dosa dari orang-orang
yang difitnah, dan karena ketiadaan pahala lagi, kalau ia tidak merobah
kebiasaan-kebiasaannya tersebut di atas, dan merobah total mental attitudenya
selanjutnya!Oleh sebab, jika ada sesuatu hal antara kita sama kita, adakanlah
segera komunikasi antara engkau dengan engkau, musyawarahlah segera agar
misunderstanding itu jangan sampai berakar dan berakibat
destrukstif/merusak.”

Inilah isi kutipan dokumentasi fatwa yang diberikan oleh Ustaz Bami lebih

lanjut. Dimana Syekh Kadirun Yahya menekankan para muridnya agar berlaku

baik terhadap sesama, selalu mengatakan hal yang bermanfaat, tidak berprasangka

130
Fatwa Syekh Kadirun Yahya, ibid.
131
ibid.

Universitas Sumatera Utara


buruk, tidak bergunjing, maupun iri dengki, berkata buruk hingga menyakiti orang

lain, terlebih lagi memfitnah karena semua itu akan merusak kedamaian dalam

hidup bermasyarakat. Sehingga semakin jelas bahwa prinsip perdamaian

inidipegang baik oleh Syekh Kadirun Yahya, di sisi lain Bapak Hamdani

memperkuat hal ini dengan mengatakan, 132

“Perdamaian iya jelas. Ada beberapa konflik-konflik di Indonesia yang Syekh


Kadirun Yahya ikut meredakan.”

Bahwa Syekh Kadirun Yahya memang kerap terlibat dalam gerakan-

gerakan perdamaian di Indonesia, bahkan di luar Indonesia. hal ini memperkuat

bukti bahwa Syekh Kadirun Yahya bersungguh-sungguh dalam menjalankan

prinsip perdamaian dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Kedelapan, prinsip kesejahteraan. Prinsip ini terlihat jelas dipegang

secara serius oleh Syekh Kadirun Yahya, sebab prinsip ini merupakan bagian

mendasar dari ajaran Islam. Ajaran Islam tentang infak dan sedekah tidak lain

adalah untuk mewujudkan kesejahteran bagi umat manusia. Syekh Kadirun Yahya

memiliki kebiasaan rutin memberikan bantuan ke panti-panti asuhan atau anak

yatim, seperti yang dijelaskan oleh Bapak Febru, 133

“Sejak jaman Ayah Guru dulu kita ada bakti sosial, program donor darah rutin,
membersihkan masjid, memberi makan anak yatim, sumbangan kepada yayasan
amal secara rutin.”

Hal senada juga diungkap oleh Bapak Suhendro,

132
Hamdani Harahap, Loc. cit.
133
Berdasarkan wawancara terhadap Bapak Febru Winaro, Petugas Fungsional Peramalan Tarekat
NaqsyabandiyahKhalidiyah Kadirun Yahya, pada tanggal 31 Juli 2017 di Kantor Peramalan YPDHKY.

Universitas Sumatera Utara


“Iya. Sejak dulu program-program ini sudah ada. Hanya saja namanya aja yang
berbeda. Dulu beliau rutin memberikan bantuan kepada yang membutuhkan,
menggalakkan penghematan energi, penghijauan, dan lain-lain, termasuk
mendirikan panti asuhan di beberapa daerah.”

Itu semua secara jelas menunjukkan bagaimana beliau mempedomani

prinsip kesejahteraan ini dengan turut memberikan sumbangsih dalam

peningkatan kesejahteraan rakyat di Indonesia. selain itu sebagaimana

disampaikan oleh salah satu narasumber lain,Syekh Kadirun Yahya bukan hanya

mengajari berzikir kepada Ansor, namun juga mengajari mereka bagaimana

berkerja. Selain diajarkan berzikir, para Ansor juga diajarkan bagaimana bekerja

dan berkarya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Dimana Bapak Sahmual

mengatakan, 134

“Jadi awalnya dulu Ansor ini latar belakangnya bermacam-macam, dimana


rata-rata dia mempunyai masalah, baik secara ekonomi maupun secara mental,
perilaku. Dulu umumnya begitu. Kemudian mereka ini dibina dengan cara
diajarkan zikir, di samping itu mereka juga diberi pekerjaan, diberi
keterampilan,”

Bapak Sahmual juga menjelaskan lebih, 135

“Saya kasih contoh paling dekat lah. Kayak saya ini kan, saya ini kan Ansor
juga dulunya. Nah banyak sekali saya rasakan manfaatnya di kehidupan saya
dengan pernah menjadi Ansor. Apa yang saya dapatkan selama saya menjadi
Ansor itu sangat banyak manfaatnya bagi keterampilan sosial saya di
masyarakat. Seluruh ajaran-ajaran Syekh Kadirun Yahya saya terapkan di
kehidupan saya, dan terasa sekali perbedaannya.”

Dengan memberikan kesempatan para Ansor untuk mempelajari berbagai

jenis keterampilan, secara tidak langsung Syekh Kadirun Yahya turut serta dalam

mewujudkan kesejahteraan, karena dengan memiliki keterampilan yang cukup,

para Ansor ini tentu mudah mendapatkan pekerjaan atau bahkan menciptakan

134
Sahmual Pasaribu, Loc. cit.
135
ibid.

Universitas Sumatera Utara


lapangan pekerjaan saat mereka telah membaur di kehidupan bermasyarakat yang

sesungguhnya. Kesemua contoh ini menggambarkan dengan jelas bahwa Syekh

Kadirun Yahya sangat peduli terhadap peningkatan kesejahteraan umat manusia,

karena sebuah negara yang masyarakatnya sejahtera akan tercipta pula kehidupan

bernegara yang baik.

Kesembilan, prinsip ketaatan rakyat. Prinsip ini juga merupakan bagian

sangat penting dari seluruh ajaran Islam. Dalam QS. 4: 59 ditegaskan, “Wahai

orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan

ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda

pendapat tentang sesuatu hal,makakembalikanlah kepada Allah (Alquran) dan

Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang

demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Karena ketaatan rakyat itu merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya,

maka Syekh Kadirun Yahya pun memegangnya secara utuh. Dari keseluruhan

hasil wawancara dengan para narasumber dapat dipahami secara jelas bahwa

beliau sangat kuat dalam mengajarkan kepada murid-muridnya prinsip ketaatan

itu. Pak Sahmual misalnya, menyampaikan, 136

“Beliau selalu menekankan bahwa murid tarekat ini harus mutlak turut dan
patuh pada peraturan yang ditetapkan oleh negara, tidak boleh ada yang
bertentangan.”

Atau Bapak Suhendro yang menjelaskan, 137

136
Sahmual Pasaribu, Loc. cit.
137
Suhendro, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


“… Ajaran beliau selalu seiringan dengan pemerintah yang sedang berkuasa
saat ini, tanpa pandang bulu.”

Senada pula dengan paparan Bapak Hamdani, 138

“Syekh Kadirun Yahya itu selalu dan berusaha untuk sejalan dengan
pemerintah, beliau tidak pernah bersikap selayaknya oposisi pemerintah,
bahkan sangat mendukung pemerintah.”

Semua paparan narasumber ini menggambarkan sekali nilai ketaatan yang

dianut oleh Syekh Kadirun Yahya, termasuk ketaatan pada pemerintah negara

yang sedang menjabat.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa kesemua prinsip-prinsip politik dalam

Islam di atas memang dipegang teguh oleh Syekh Kadirun Yahya, terlebih dalam

kaitannya beliau sebagai pimpinan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah ini

dimana nilai-nilai prinsip tersebut beliau tularkan melalui ajaran tarekat yang

dipimpin. Hal ini tergambar dalam pemaparan Ustaz Bami, 139

“Well, ajaran tarekat membuat orang menjadi baik, menjadi berhati baik,
menjadi memiliki sifat-sifat yang baik, memiliki cara berpikir yang baik.
Amanah, bermusyawarah, itu adalah sifat yang baik. Demikian juga damai dan
sejahtera adalah sesuatu yang baik. Dan itu hanya bisa dicapai jika hati
manusia baik, dan inilah yang diajarkan dalam tarekat.Di dalam tarekat juga
diajarkan apa yang disebut dengan Islam Kafah. Pengamalan Islam Kafah juga
bertumpu pada hati yang baik, jiwa yang baik, yang dilatih dengan metode
tarekat. Orang Muslim yang ber-Islam Kafah insya Allah antara lain yang
perilakunya kira-kira sejalan dengan prinsip-prinsip yang disebutkan tadi. Dia
amanah. Dia suka bermusyawarah. Dia adil. Dan seterusnya.Karena itu, jika
orang tarekat diberi tanggung jawab maka sudah barang tentu insya Allah akan
amanah. Dan jika dia menjadi pemimpin, seyogianya ia bersikap adil, tidak
diskriminatif, memperjuangkan keadilan, memperjuangkan kesejahteraan,
memperjuangkan perdamaian. Dan jika menjadi rakyat, dia akan menjadi rakyat
yang baik, yang taat pemimpin, dan seterusnya.”

Menurut keterangan beliau metode tarekat yang dibawa oleh Syekh

Kadirun Yahya ini seyogianya membuat hati dan jiwa seseorang menjadi baik,

138
Hamdani Harahap, Loc. cit.
139
Bami Abdul Madjid, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


mengamalkan Islam secara kafah, sehingga perilakunya akan sejalan dengan

prinsip-prinsip politik Islam di atas seperti yang dicontohkan langsung oleh Syekh

Kadirun Yahya kepada murid-murid beliau dalam kesehariannya. Sebagai

pemimpin dari sebuah organisasi Islam yang cukup berkembang, Syekh Kadirun

Yahya telah menjalankan seluruh prinsip-prinsip politik dalam Islam sebagaimana

teori yang dikemukakan oleh Muhammad Tahir Azhary, dan hal itu menjadi

acuan seluruh anggota tarekat dalam bertindak di dalam lingkup kehidupan

bernegara.

A.2. Pemikiran Syekh Kadirun Yahya mengenai Prinsip Hidup Bernegara

dalam Islam

Seperti yang telah dipaparkan di bab sebelumnya bahwa menurut al-

Ghazali, mendirikan imamah adalah wajib. Manusia adalah makhluk sosial yang

tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Di sinilah perlunya mereka hidup

bermasyarakat dan bernegara.Prinsip kepatuhan kepada kepala negara juga sangat

ditekankan oleh al-Ghazali.Kelompok penguasa ini diutamakan Allah karena

mereka dapat menjaga umat manusia dari sikap permusuhan antara satu dengan

yang lainnya. Kemashlahatan umat manusia di bumi sangat terkait erat dengan

keberadaan penguasa ini. Dengan kekuasaan yang mereka miliki, Allah

menempatkan mereka pada posisi paling terhormat. 140

140
Muhammad Iqbal dan H Amin Husein Nasution. Op. cit.. hal. 29.

Universitas Sumatera Utara


Sedang menurut Ibn Taimiyah, mengatur urusan umat memang merupakan

bagian dari kewajiban agama yang terpenting, tetapi hal ini tidak berarti pula

bahwa agama tidak dapat hidup tanpa negara. Kesejahteraan manusia tidak dapat

tercipta kecuali hanya dalam satu tatanan sosial dimana setiap orang saling

bergantung pada yang lainnya. Fungsi negara disini ditekankan untuk membantu

agamayang mana ukuran tegaknya suatu nilai-nilai agama seperti keamanan,

keadilan, keteraturan, dan keadaban hanya mungkin bila dilakukan melalui negara

atau pemerintahan. Oleh karena itu suatu kehidupan berkelompok atau kehidupan

bermasyarakat memerlukan seorang pemimpin yang mengatur tatanan sosial

tersebut. 141

Sehingga Al-Ghazali dan Ibn Taimiyah sama-sama memandang bahwa

taat kepada pemimpin atau kepala negara merupakan poin utama dalam

menjalankan kehidupan bernegara. Bagi al-Ghazali seorang penguasa atau

pemimpin layaknya bayang-bayang Tuhan di muka bumi. Sementara Ibn

Taimiyah menekankan pentingnya patuh kepada pemimpin yang jujur (amanah)

dan berwibawa (kuat), meskipun pemimpin tersebut zalim. Ibn Taimiyah tidak

membolehkan rakyat memberontak kepada kepala negara, walaupun ia kafir,

selama ia masih menjalankan keadilan dan tidak memerintahkan rakyatnya untuk

berbuat maksiat kepada Allah. Karena perlawanan terhadap kezaliman kepala

negara dinilainya dapat memicu kezaliman yang lebih besar karena menimbulkan

perpecahan di kalangan masyarakat muslim. Karena itu lebih baik umat Islam

141
ibid. hal. 33.

Universitas Sumatera Utara


mempertahankan situasi tersebut daripada menciptakan suatu revolusi yang jelas

menimbulkan suasana chaos dan anarkis. 142 Karena tanpa kejujuran dan kekuatan

seorang pemimpin tidak akan efektif dalam menjalankan pemerintahan.

Seperti hal nya al-Ghazali dan Ibn Taimiyah, Syekh Kadirun Yahya juga

menekankan pentingnya keberadaan pemimpin yang ditaati dalam suatu tatanan

kehidupan berkolompok agar kehidupan bernegara berjalan dengan efektif sesuai

dengan harapan bersama. Berdasarkan hasil wawancara terhadap narasumber,

dalam hal ini Syekh Kadirun dikenal sebagai warga negara yang benar-benar

patuh kepada pimpinan atau pemerintah. Beliau selalu menekankan mengenai

pentingnya taat kepada pemimpin tanpa syarat dimanapun berada, termasuk dalam

kelompok kecil sekalipun. Dari hasil wawancara dengan Ustaz Bami, dapat

dipahami bahwa ketaatan pada pemimpin inijuga senantiasa diajarkan kepada

murid-muridnya. Yang mana Ustaz Bami mengatakan, 143

“Wajibnya ada pemimpin dalam sebuah komunitas adalah bagian dari ajaran
Islam. Pemimpin bukan semata-mata penguasa. Tidak usah komunitas yang
individunya banyak, komunitas kecil yang terdiri dari 3 orang saja, jika mereka
mau melakukan sesuatu—katakanlah perjalanan—maka wajib diangkat
pemimpin dari 3 orang itu. Pemerintah itu artinya pemimpin. Bukan semata-
mata penguasa yang bebas. Dalam Islam pemimpin itu pelayan. Pemimpin wajib
ditaati.Syekh Kadirun dalam hidupnya selalu menganut prinsip taat kepada
pemimpin. Kepada keluarga dan juga kepada murid-muridnya, Syekh Kadirun
selalu mengajarkan hal itu. Taat kepada pemimpin. Bahkan dalam berbagai
forum, beliau selalu berpesan agar patuh kepada pemimpin dan mentaati
undang-undang yang berlaku dalam hal apa pun, dan menyesuaikan diri dengan
adat-istiadat setempat. Dalam hal penentuan tanggal Hari Raya Idul Fitri
sekalipun, misalnya, beliau selalu berpatokan kepada yang ditetapkan
pemerintah yang diwakili oleh MUI.”

142
Muhammad Iqbal dan H Amin Husein Nasution. Op. cit.. hal. 38.
143
Bami Abdul Madjid, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


Selain itu lebih lanjut dapat disimak dari penjelasan Bapak Hamdani

ketika diwawancarai, 144

“…Syekh Kadirun Yahya itu sangat mendukung pemerintah, artinya Syekh


Kadirun Yahya pun mendukung segala Undang-Undang maupun kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah dan selalu menghimbau murid-muridnya agar taat
pada aturan perundang-undangan. Siapapun pemerintah yang menjabat ya kita
dukung, tidak pernah ada upaya untuk menjadi oposisi, kita ikuti saja aturan
yang ada, kita patuhi.”

Konsep pemikiran Syekh Kadirun Yahya mengenai dasar ketaatan pada

pemimpin ini cenderung sejalan dengan pemikiran Ibn Taimiyah yang

menekankaan keaatan mutlak pada pemimpin yang amanah dan berwibawa serta

melarang adanya pemberontakan pada negara, bahkan meski pemimpin tersebut

melakukan kezaliman. Hal ini tergambar dari besarnya dukungan Syekh Kadirun

Yahya kepada rezim pemerintahan Soeharto— atau Partai Golkar— di masanya.

Meskipun pada masa itu Soeharto dikenal sebagai pemimpin yang zalim, namun

Syekh Kadirun Yahya tetap saja tidak pernah melakukan gerakan penolakan atau

pemberontakan. Hal ini tergambar dari keterangan Bapak Abdul Basyir, 145

“Jelas beliau pro terhadap pemerintah ya. Beliau juga sangat pro dengan
pembangunan ya. Sampai kalau dulu itu istilahnya “kita untuk Golkar”. Kenapa
gitu? Karena memang pada waktu itu pembangunan itu begitu jelas.”

Hal senada juga dijelaskan oleh Bapak Hamdani, 146

“Ya disini Syekh Kadirun Yahya menekankan bahwa kita harus taat pada
pemimpin yang sedang berkuasa. Pada masa itu kan Golkar berkuasa, ya Ayah
ikut Golkar, kami pun para muridnya akhirnya ikut Golkar. Di kepemimpinan
tarekat berikutnya setelah Syekh Kadirun Yahya meninggal ya budaya itu tetap
dilakukan, siapapun pemerintah yang menjabat ya kita dukung, tidak pernah
ada upaya untuk menjadi oposisi, kita ikuti saja aturan yang ada, kita patuhi”

144
Hamdani Harahap, Loc. cit.
145
Abdul Basir, Loc. cit.
146
Hamdani Harahap, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


Presiden Soeharto pada masa tersebut dapat dikatakan memiliki

kewibawaan (kekuatan) sebagaimana yang digambarkan oleh Ibn Taimiyah,

meski kejujuran (amanah) beliau dipertanyakan namun dengan kekuatan yang

dimiliki Soeharto mampu membawa pembangunan Indonesia dengan pesat.

Kelemahan pemimpin saat itu tidak membuat Syekh Kadirun Yahya mengurangi

ketaatannya pada pemerintah. Hal ini sejalan dengan konsep Ibn Taimiyah dalam

menjalani kehidupan bernegara yang telah dipaparkan sebelumnya.

Selain itu, menurut Ibn Taimiyah, kehadiran seorang pemimpin dalam

suatu masyarakat, kelompok, bangsa dan negara adalah untuk mengemban tugas,

sebagaimana diperintahkan agama, untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Menyeru yang ma’ruf dan memberantas kemungkaran memerlukan dukungan

kekuatan dan kekuasaan, dan negara atau pemerintahanlah yang memiliki otoritas

untuk itu.jadi, negara menjadi alat yang efektif untuk mengakkan keadilan dan

kebenaran. Dengan kata lain, tujuan dari berdirinya suatu negara atau negara

Islam adalah melaksanakan sistem sosial yang baik, menegakkan keadilan,

mencegah segala macam bentuk kemungkaran atau penyimpangan terhadap

norma agama dan umum, serta senantiasa menganjurkan kepada umat manusia

untuk melaksanakan kewajiban sebagai realisasi dari perintah Allah. 147

Dalam sebuah kehidupan bernegara, agar terciptanya suatu sistem sosial

yang baik, selain keharusan adanya seorang pemimpin dan ketaatan rakyat pada

pemimpin, Syekh Kadirun Yahya—yang juga seorang pemimpin—menyadari

147
Syarifuddin Jurdi. Op. cit. hal. 13-14.

Universitas Sumatera Utara


akan kewajibannya dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.Hal ini dapat

dilihat dari berbagai keterlibatan Syekh Kadirun Yahya dalam sejarah membela

negara dari banyaknya kemungkaran yang mengancam stabilitas kehidupan

berbangsa dan bernegara, sebagaimana yang disampaikan Ustaz Bami, 148

“Dari para senior saya pernah mendengar bahwa beliau bersama gurunya
Syekh Muhammad Hasyim Buayan yang juga seorang pendekar silat pernah
bergabung dalam gerakan mengatasi pemberontakan PKI di Madiun tahun
1948.Selain itu pernah juga membantu pemerintah Malaysia dalam mengatasi
sekelompok komunis yang melakukan makar dan sulit ditemukan di hutan
belantara. Bahkan saya pernah mendengar dari seorang senior, beliau juga
membantu keberhasilan dalam memerdekakan Irian Jaya dari cengkeraman
Belanda yang kejam. Tentu saja beliau membantu dengan cara beliau. Kalau
tidak salah, ada kapal perang penjajah yang dibuat tenggelam dengan cara-cara
tertentu. Allahu a’lam. Semua itu wujud konkret ketaatan beliau kepada
pemimpin dan kecintaan beliau kepada bangsa dan negara.”

Hal ini mempertegas bahwa segala apa yang diperintahkan oleh pemimpin

negara terhadap Syekh Kadirun Yahya, beliau lakukan dengan kepatuhan yang

nyata dengan berlandaskan pada prinsip gerakan amar ma’ruf nahi munkar.

Gambaran lebih lanjut mengenai prinsip ketaatan pada pemimpin dan

tugas amar ma’ruf nahi munkardalam hidup bernegara ini, Syekh Kadirun Yahya

bahkan menjadikan pengabdian kepada negara dan bangsa sebagai salah satu

pengabdian yang tertinggi setelah pengabdian kepada Allah Swt., yang kemudian

dituangkannya dalam Piagam Panca Budi sebagaimana yang telah disinggung

pada permulaan bab skripsi ini. Piagam ini menjelaskan secara gamblang tentang

pengabdian beliau terhadap dan negara dan bangsa. Untuk lebih jelasnya, Piagam

Panca Budi itu dikutip lagi sebagai berikut:

1. Devotion or worship to God, pengabdian kepada Allah SWT


2. Devotion or worship to the Nation, pengabdian kepada Bangsa
148
Bami Abdul Madjid, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


3. Devotion or worship to the Country, pengabdian kepada Negara
4. Devotion or worship to the World, pengabdian kepada Dunia
5. Devotion or worship to Mankind and Humanity, pengabdian kepada
Manusia dan Perikemanusiaan.

Pengabdian terhadap bangsa dan negara ditempatkan pada urutan yang

kedua dan ketiga setelah pengabdian kepada Allah Swt. Dimana dapat diartikan

bahwa apapun yang diatur oleh bangsa dan negara pasti beliau taati dan seluruh

pengabdiannya mengarah pada gerakan amar ma’ruf nahi munkarseperti yang

ditekankan oleh Ibn Taimiyah di atas. Piagam Panca Budi ini merupakan bukti

konkrit keteguhan beliau dalam menanamkan prinsip kehidupan bernegara kepada

diri sendiri dan seluruh murid-muridnya.

A.3. Tipologi Pemikiran Politik Islam Syekh Kadirun Yahya

Pada dasarnya Syekh Kadirun Yahya adalah seorang ulama sufi yang

setiap hari mendidik manusia untuk benar-benar mengenal Allah Swt dan

menjalankan semua ketentuan-Nya. Beliau bukan politikus. Namun demikian,

sebagaimana pemikiran Syekh Kadirun Yahya yang sejalan dengan al-Ghazali

maupun Ibn Taimiyah mengenai pentingnya keberadaan pemimpin—yang

amanah dan kuat—yang wajib ditaati dalam mengatur tatanan kehidupan

bernegara, beliau memang pernah mendukung salah satu partai politik yang

diyakini sebagai partai yang dapat mengatur urusan rakyat dengan baik pada

masanya, yaitu GOLKAR. Syekh Kadirun Yahya terus memberikan dukungannya

Universitas Sumatera Utara


kepada partai yang dipimpin oleh Presiden Soeharto pada waktu itu bahkan

sempat duduk di kursi MPR sebagai salah satu utusan GOLKAR.

Berkenaan dengan hal ini salah satu narasumber, Bapak Abdul Basir,

menjelaskan bahwa Saidi Syekh Kadirun Yahya senantiasa mendukung

Pemerintah. Dan karena pada saat itu Pemerintah identik dengan GOLKAR, maka

beliau juga mendukung Golkar mengingat pesatnya pembangunan yang dilakukan

oleh pemimpin pada masa itu. Narasumber ini mengatakan, 149

“Jelas beliau pro terhadap pemerintah ya. Beliau juga sangat pro dengan
pembangunan ya. Sampai kalau dulu itu istilahnya “kita untuk GOLKAR”.
Kenapa gitu? Karena memang pada waktu itu pembangunan itu begitu jelas.”

Bapak Hamdani juga menggambarkan hal serupa dalam

wawancara,

“Ya disini Syekh Kadirun Yahya menekankan bahwa kita harus taat pada
pemimpin yang sedang berkuasa. Pada masa itu kan Golkar berkuasa, ya Syekh
Kadirun Yahya ikut Golkar, kami pun para muridnya akhirnya ikut Golkar. Di
kepemimpinan tarekat berikutnya setelah Syekh Kadirun Yahya meninggal ya
budaya itu tetap dilakukan, siapapun pemerintah yang menjabat ya kita dukung,
tidak pernah ada upaya untuk menjadi oposisi, kita ikuti saja aturan yang ada,
kita patuhi."

Seiring berjalannya waktu hingga pemerintah—yaitu GOLKAR— tidak

lagi mampu menunjukkan kualitasnya atau tidak mampu menjawab tantangan

zaman hingga pecahnya reformasi. Dukungan Saidi Syekh terhadap GOLKAR

pun tidak dilanjutkan sampaibeliau mendirikan partai sendiri tepatnya tahun

1998yang bernama Partai Cinta Damai sebagai wadah untuk menyatukan murid-

muridnya. Bapak Abdul Basir mengatakan, 150

“Pada masa sebelumnya jamaah kita memang termasuk yang mendukung Partai
Golkar, tetapi seiring berkembangnya dinamika politik, dimana krisis moneter

149
Abdul Basir, Loc. cit.
150
ibid.

Universitas Sumatera Utara


pada tahun 1997 disusul tahun 1998 ternyata Golkar tidak mampu menjawab
tantangan zaman. Golkar pada waktu itu dinilai tidak berpihak lagi pada rakyat.
Terbukti hutang menumpuk, rakyat semakin terjepit, sementara politik dinasti
Golkar itu sangat kental. Akhirnya ketika badai muncul, badai krisis, krisis
politik, krisis ekonomi, akhirnya krisis kepercayaan, dan disitu Golkar tidak
mampu menjawab, pecahlah demo besar-besaran, terbukalah kran
demokrasi.Disitu jamaah kita bertanya, “Kemana kita ini?”. Diusulkanlah agar
kita membuat wadah sendiri supaya jamaah kita tidak terpecah-pecah. Maka
digagaslah oleh para senior-senior tarekat pada waktu itu untuk membentuk
partai sendiri dan Syekh Kadirun Yahya juga setuju disitu. Maka berdirilah
Partai Cinta Damai, kita pun memenuhi syarat untuk mengikuti pemilu, dapet
nomor urut 40.”

Meski begitu, perihal Syekh Kadirun Yahya dekat dengan

penguasa, pernah duduk di kursi pemerintahan, bahkan sempat mendirikan

partai sendiri pada masa itu, bukan berarti beliau berambisi untuk

mendapatkan kekuasaan yang lebih, hal ini dijelaskan oleh Bapak

Hamdani seperti berikut, 151

“Apakah Syekh Kadirun Yahya haus kekuasaan? Tidak juga. Apakah beliau
ingin duduk di kursi MPR? Tidak. Dengan duduk di kursi MPR, Syekh Kadirun
Yahya bisa menunjukkan bahwa “ini lho orang tarekat juga anggota MPR, tidak
tertutup terhadap proses berlangsungnya kehidupan bernegara.” Bukan karena
ambisi pribadi, tidak.”

Namun di balik itu semua, kembali pada pedoman utama Syekh Kadirun

Yahya yang mengaitkan segala aktivitasnya pada poros karena Allah dan rida-

Nya, maka dalam hidup bernegara pun Syekh Kadirun Yahya menjalankan sesuai

apa yang diperintahkan Allah agar senantiasa diridai, dengan mengacu pada

Alquran dan Hadis serta segala aturan yang ditetapkan oleh pemimpin atau

pemerintah negara.

Oleh karena itu, dilihat dari sepak terjang Syekh Kadirun Yahya dalam

menyikapi hubungan antara Islam dan negara, sebagaimana konsep Munawir

151
Hamdani Harahap, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


Sjadzali bahwa ada tiga kategori dalam memandang hubungan Islam dan negara

di kalangan tokoh Islam yaitu aliran tradisionalis (fundamentalis), aliran integratif

modernis (Islam moderat), dan aliran nasionalis sekuler, maka terlihat bahwa

Syekh Kadirun Yahya tergolong ke dalam aliran moderat atau integratif modernis

dimana beliau tidak berambisi untuk terjun di dalam dunia politik demi ambil

andil dalam mengatur sistem negara. Namun beliau selalu menekankan bahwa di

dalam Islam terdapat nilai etika dan prinsip-prinsip moral bagi kehidupan

bernegara yang harus kita amalkan sebagaimana perintah Allah, yang dalam

pelaksanaannya umat Islam bebas memilih sistem manapun yang terbaik asalkan

tetap memegang prinsip-prinsip moral tadi. Hal ini terlihat jelas dari ajaran-ajaran

Syekh Kadirun Yahya yang selalu mengajak murid-muridnya untuk menjalankan

etika hidup bernegara yang baik sesuai prinsip-prinsip Islam.

B. Langkah-Langkah Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dalam

Mengajarkan Hidup Bernegara kepada Para Murid Tarekat

Naqsyabandiyah Khalidiyah Kadirun Yahya

Sebagai seorang ulama sufi yang selalu berorientasi kepada Allah dan

rida-Nya, Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya sebenarnya selalu mengkaitkan

seluruh aktivitas dan pemikirannya kepada Allah dan rida-Nya juga, baik itu

dalam kehidupan pribadi, kehidupan berkeluarga, kehidupan bermasyarakat, dan

kehidupan bernegara. Dengan kata lain, semua aktivitas dan pemikirannya

bergerak pada poros ini, yaitu poros Allah dan rida-Nya dengan mengacu pada

Universitas Sumatera Utara


Alquran dan Hadis sebagai dua kerangka pedoman mutlaknya, di samping

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sebagai seorang ulama yang mempunyai lebih dari sejuta murid yang

tersebar di seluruh Indonesia, Malaysia, maupun Amerika, Syekh Kadirun Yahya

tentu mengajarkan pula hal yang dipedomaninya tersebut dalam menjalankan

kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok

seperti keluarga, masyarakat, dan bangsa. Ceramah beliau pada tahun 1971 yang

dikutip sebelumnya mengisyaratkan secara jelas apa yang dimaksudkan di sini.

Namun demikian, karena murid-murid beliau tersebar di mancanegara, maka

pengajaran beliau tidak selalu dapat berlangsung face to face. Banyak cara yang

dilakukan beliau dalam pengajaran beliau. Dari hasil wawancara dengan

nasumber dapat dipahami mengenai apa dan bagaimana pengajaran atau bentuk

dakwah beliau.

B.1. Dakwah secara lisan

Seperti hal nya para ulama lain, Syekh Kadirun Yahya acapkali

berinteraksi dengan para muridnya secara langsung dalam berbagai kesempatan,

baik itu forum formal maupun informal. Dalam interaksinya dengan murid-murid

beliau itulah biasanya Syekh Kadirun Yahya mengajarkan banyak hal tentang

nilai-nilai kehidupan sejalan dengan pemikiran beliau yang telah dipaparkan

sebelumnya. Bapak Suhendro, misalnya, mengatakan, 152

152
Suhendro, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


“Biasanya datang ke suatu tempat kemudian ceramah, atau datang ke rumah
jamaah yang tua-tua, yang senior lah, dan juga beliau berdakwah melalui
seminar-seminar, yang diikuti jamaah nya maupun umum.”

Hal senada juga diungkap oleh Bapak Febru, 153

“Ya lebih sering secara lisan ya. Atau datang ke daerah-daerah sembari
mengadakan seminar-seminar. Kadang beliau ceramah juga tiap ada jamaah
yang ziarah kesini.”

Informasi ini diperkuat lagi oleh narasumber yang lain, yaitu Bapak Abdul Basir

yang mana beliau mengatakan, 154

“Beliau biasa melakukan ceramah-ceramah, atau juga mengundang tokoh-tokoh


dari luar negeri, tokoh-tokoh nasional seperti pejabat datang ke Panca Budi.
Atau juga Syekh Kadirun Yahya ini yang datang mengisi seminar-seminar
bertemakan negara ke universitas-universitas besar di Indonesia, disampaikan
disitu bahwasanya penting untuk mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah
demi mempercepat pembangunan, kesejahteraan rakyat, dan pendidikan.”

Melalui dakwah beliau secara langsung ini tentu sangat efektif dalam

mengajak para murid-murid beliau untuk bersama-sama meluruskan tujuan dalam

hidup demi mendapatkan rida Allah yang mengacu pada Alquran dan Hadis,

termasuk di dalamnya mengenai bagaimana menjalankan nilai kehidupan

bernegara yang baik sesuai ajaran Islam.

B.2. Pembinaan zikir dan i’tikaf

Syekh Kadirun Yahya juga aktif membimbing para jamaahnya terlebih

membina kaum muda untuk terus memperbaiki kualitas diri baik fisik maupun

mental sehingga mampu menjadi warga negara yang turut andil menciptakan

tatanan kehidupan bernegara yang baik malalui metode pembinaan zikir dan

i’tikaf yang rutin dilakukan sebagai salah satu agenda resmi Tarekat

153
Febru Winaro, Loc. cit.
154
Abdul Basir, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


Naqsyabandiyah Khalidiyah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Abdul

Basir dengan panjang lebar, 155

“Nah di sisi yang lain, Syekh Kadirun Yahya ini bergerak memperbaiki individu-
individu secara mental agar supaya kita tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang
dilarang pemerintah seperti narkoba misalnya, atau seks bebas. Jadi pembinaan
mentalnya itu seperti apa? Jadi anak-anak didik beliau itu dibimbing mengenai
zikir, diajak untuk i’tikaf atau yang biasa kita sebut Suluk. Jadi pembinaannya
itu untuk membentuk karakter secara menyeluruh, diajarkan sholat, diajarkan
zikir, supaya terbentengi anak bangsa ini dari narkoba, tawuran, seks bebas.
Dengan dilakukannya bimbingan seperti itu banyak-banyak, baguslah anak
bangsa kita ini, dengan begitu kan pemerintah lebih mudah melakukan
pembangunan. Kayak kita lihat sekarang ini lah, pemerintah ingin melakukan
percepatan pembangunan SDM, mensejahterakan rakyat, meningkatkan kualitas
pendidikan, tapi di sisi lain sulit, karena masih disibukkan dengan memerangi
narkoba aja, korupsi, dan masalah lainnya, kan energi nya jadi terkuras, energi
tenaga, waktu kan habis disitu jadinya. Sehingga tugas negara untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa itu mengalami perlambatan dan tertinggal
dengan negara-negara lain. Ya karena kita sibuk ngurusin hal-hal ini. Nah
makanya Syekh Kadirun Yahya itu melalui metode zikirullah, melalui suluk,
melalui tarekat mendidik anak-anak bangsa agar terhindar dari hal-hal tadi,
pergaulan bebas, narkoba, tawuran, begal. Tempat-tempat suluk kita pun kan
tersebar juga di seluruh Indonesia. maka secara tidak langsung organisasi ini
pun turut serta di dalam pembangunan itu sendiri walaupun dengan dana
swadaya. Karena membuat orang menjadi baik khususnya anak-anak muda
bangsa itu kan juga bisa dikatakan membantu proses pembangunan negara.
Bayangkan saja, pemerintah sibuk membangun jalan, membangun infrastruktur,
tapi begal dimana-mana, perampokan dimana-mana, kejahatan jalanan dimana-
mana. Kan jadi menghambat ini kan. Pemerintah harus mengeluarkan dana
lebih untuk pengamanan, untuk membentuk satgas, harus disusun anggarannya
untuk mengatasi segala kejahatan jalanan tadi. Maka disitulah Syekh Kadirun
Yahya membangun salah satu peran sertanya untuk pembangunan kehidupan
bernegara yang lebih baik, walaupun dengan dana swadaya sendiri. Saya
melihatnya sebagai peran politik tanpa pamrih. Dimana beliau membangun
anak bangsa tanpa mengharapkan dana APBN dari pemerintah. Banyak juga
dari jamaah tarekat yang menyumbang seikhlasnya dimana dana itu
dikembalikan lagi untuk kepentingan umat yang dikelola melalui Badan
Koordinasi Kesurauan.”

Kegiatan zikir dan I’tikaf ini memang menjadi salah satu tombak utama

dalam ajaran tarekat Syekh Kadirun Yahya, dimana kegiatan ini dilaksanakan

rutin di tiap-tiap surau yang dimiliki oleh Syekh Kadirun Yahya. Zikir bersama

dilakukan setiap selesai sholat berjamaah, sementara I’tikaf akbar dijadwalkan

155
ibid.

Universitas Sumatera Utara


setiap satu bulan sekali untuk surau pusat dan bergilir selang beberapa bulan di

surau-surau yang masuk ke dalam USWA. Meski begitu kegiatan zikir dan i’tikaf

ini bisa saja dilaksanakan secara individual, yang mana apabila metode

pengamalan tarekat ini dilakukan secara simultan dan diresapi secara sungguh-

sungguh maka dapat membawa jiwa pelakunya menjadi bersih, sehingga secara

otomatis mempengaruhi tingkat kebaikan para pelakunya. Seperti yang dijelaskan

oleh Bapak Febru, 156

“Tentu ada perubahannya dengan orang yang mengamalkan tarekat ya. Misal
dalam kesabaran, berubah itu walaupun belum sempurna. Dengan
mengamalkan tarekat Syekh Kadirun Yahya secara otomatis itu kita
menciptakan amar ma’ruf nahi munkar. Orang-orang yang bertarekat memang
seharusnya merupakan orang-orang yang seperti itu.”

Oleh karena itu melalui metode tarekat ini seluruh jamaah dapat sungguh-

sungguh melaksanakan ajaran Syekh Kadirun Yahya hingga mampu bergerak

menjadi unsur masyarakat bernegara yang berakhlak sebagaimana yang

disebutkan Bapak Hamdani, 157

“…ikut mewujudkan tatanan bernegara yang baik tadi. Sekarang katakanlah


kalau ada pemimpin, misalnya walikota, anggota dewan, rektor, dekan, atau
apapunlah. Dan dia orang tarekat, dia telah mendapatkan ajaran tarekat,
seharusnya dia bisa mewarnai akhlak di sekitarnya, seharusnya begitu. Karena
ajaran tarekat ini kan ajaran yang sangat mengutamakan akhlakul karimah.
Jadi dimanapun orang tarekat itu seharusnya dia menjadi rahmatan lil’alamin.”

Dimana ajaran tarekat Syekh Kadirun Yahya ini memang

mengutamakan bagaimana pentiknya berakhlakul karimah dan anggota

tarekat diharapkan ikut serta dalam mewujudkan tatanan hidup bernegara

yang baik dimanapun dia berada dan apapun profesinya.

156
Febru Winaro, Loc. cit.
157
Hamdani Harahap, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


B.3. ProgramAnak Surau

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Syekh Kadirun Yahya kerap

menampung anak-anak muda yang memiliki latar belakang bermasalah secara

mental perilaku untuk tinggal bersama beliau di surau untuk kemudian mereka

dibina dan diberi keterampilan, yang mana kemudian lebih dikenal dengan

sebutan “Ansor” atau Anak Surau. Para ansor ini diberi kesempatan melatih diri

sesuai minat dan bakat untuk bisa berkarya di masa depan termasuk kehidupan

bermasyarakat. Selain itu mereka juga diberi beasiswa untuk mengenyam

pendidikan menengah maupun kuliah secara gratis di perguruan dan Universitas

Panca Budi milik Syekh Kadirun Yahya.

Namun begitu, para ansor ini wajib mentaati semua aturan yang

diberlakukan oleh Syekh Kadirun Yahya baik itu soal kedisiplinan beribadah

maupun soal perilaku. Para Ansor juga dilatih untuk berorganisasi, berpanitia,

mentaati aturan, mentaati pemimpin, dan lain sebagainya. Nilai-nilai ini sangat

melekat kuat di dalam diri para Ansor sehingga begitu mereka melanjutkan masa

depan di kehidupan yang sesungguhnya mereka sudah memiliki bekal

keterampilan dan wawasan yang kuat. Sebagaimana dipaparkan oleh Bapak

Sahmual, 158

“Untuk Ansor ini sangat ditanamkan nilai-nilai untuk selalu taat pada peraturan
ya, jadi otomatis di kehidupan di luar pun apalagi terhadap peraturan-
peraturan yang ditetapkan pemerintah ya kita itu cenderung mudah menerima,
mudah beradaptasi dengan aturan-aturan baru yang ditetapkan, tanpa
komplain, tanpa ba bi bu.”

158
Sahmual Pasaribu, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


Sehingga ketika para Ansor ini sudah hidup menyatu dengan masyarakat

dan negara maka minimal mereka akan menjadi warga negara yang baik,

sebagaimana yang diajarkan oleh Syekh Kadirun Yahya. Dengan membina para

Ansor, Syekh Kadirun Yahya turut mencetak kader-kader bangsa yang berakhlak

mulia dalam hidup bernegara.

B.4. Mendirikan universitas dan perguruan pendidikan

Pada tahun 1956 Syekh Kadirun Yahya mendirikan yayasan pendidikan

metafisika yang kemudian berkembang menjadi perguruan dan universitas yang

diberi nama Panca Budi di bawah naungan Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya.

Setiap orang yang menuntut ilmu disini selalu beliau tekankan mengenai nilai-

nilai kehidupan sebagaimana pandangan hidup Syekh Kadirun Yahya sendiri. Hal

itu beliau tuangkan secara jelas di dalam Piagam Panca Budi yang beliau sah kan

sebagai salah satu pondasi dari Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya,

sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, dimana semua elemen yang terlibat

di dalamnya hendaklah memegang teguh isi nilai-nilai daripada piagam ini.

Piagam Panca Budi ini—sebagaimana disampaikan oleh Bapak Abdul

Basir ketika diwawancarai—merupakan spirit dari setiap orang yang terlibat di

Panca Budi dimana telah dinyatakan dalam piagam tersebut "panca budi" yang

menempatkan manusia sebagai insan pengabdi sebagaimana fitrah manusia

diciptakan dan dilahirkan untuk melaksanakan pengabdian dan menjadi khalifah

diatas bumi, pengatur dan pembimbing bagi orang banyak dengan nilai-nilai

Universitas Sumatera Utara


pengabdian yang meliputi pengabdian kepada Tuhan, Negara, Nusa, Bangsa,

Dunia. Dalam wawancara itu Bapak Abdul Basir mengatakan, 159

“Sebetulnya Piagam Panca Budi ini menjadi spirit ya di organisasi ini,


ditanamkan di dalam organisasi termasuk individu-individu yang ada di
kalangan yayasan ini. Dari namanaya aja, Universitas Panca Budi, Perguruan
Panca Budi. Nah Panca Budi itu apa. Panca itu kan lima, Budi itu kebaikan,
jadi Lima Kebaikan atau bisa kita bilang Lima Abdi, Abdi kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Abdi kepada Negara, Abdi kepada Nusa, Abdi kepada Bangsa, Abdi
kepada Dunia. Jadi itu yang dijadikan nilai spirit dari organisasi ini. Dan
Piagam Panca Budi ini diperkenalkan kepada siapapun yang terlibat di dalam
organisasi ini, bahkan dipajang juga di tiap-tiap unit.”

Budaya perilaku yang mengacu pada isi dari Piagam Panca Budi ini sampai

sekarang masih terus dipelihara, dengan harapan perubahan sekecil apapun di

lingkup yayasan ini terbawa saat mereka ada di luar yayasan dan ikut

menyumbang kemajuan bangsa ke arah yang lebih baik.

B.5. Mendirikan Badan Koordinasi Kesurauan (BKK)

Syekh Kadirun Yahya juga menyampaikan pengajarannya secara berantai

melalui lembaga yang dibangunnya, yang bernama Badan Koordinasi Kesurauan

atau yang biasa disingkat dengan BKK. Lembaga BKK dibangun karena

perkembangan surau-surau semakin pesat menyebar ke seluruh pelosok tanah air

sehingga perlu koordinasi yang lebih kuat supa semua tertata dengan baik. Bapak

Suhendro yang sekarang menjabat sebagai Kepala Bidang Umum BKK

mengatakan, 160

“Dulu BKK itu belum ada. Nah, banyak laporan-laporan yang masuk ke Syekh
Kadirun Yahya, banyak laporan adanya masalah, dari murid-murid, dari
pemerintah juga. Akhirnya Syekh Kadirun Yahya berpikir harus ada suatu
wadah yang menangani ini. Jadi jika ada masalah di pemerintah, jika ada
masalah terkait jamaah, ada wadah yang bisa mengurusnya, seperti itu tujuan

159
Abdul Basir, Loc. cit.
160
Suhendro, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


awalnya. Termasuk dalam mengurus tempat berzikir, supaya terstruktur semua
laporannya.”

Secara struktural, di bawah BKK ada BKS, yaitu Badan Kerja Sama

Surau-Surau. Dan di bawah BKS ada surau-surau. Dengan adanya BKK yang

membawahi BKS-BKS ini pengajaran beliau menjadi lebih mudah disampaikan

sampai ke daerah-daerah yang paling jauh dari Medan sekalipun. Sebagaimana

yang digambarkan oleh Bapak Suhendro, 161

“Kami sebarkan buku-buku yang ditulis oleh Syekh Kadirun Yahya, kami sebar
juga kaset-kaset rekaman saat beliau berfatwa, semua bermula pada perbaikan
internal dulu (di lingkup BKK), nanti BKS semua kan mencontoh. Tetap pokok-
pokok pemikiran Syekh Kadirun Yahya yang digunakan.”

Dengan kata lain BKK menjadi perpanjangan tangan dari Syekh Kadirun

Yahya dalam melakukan pengajaran kepada murid-muridnya yang tersebar di

banyak tempat.

B.6. Mengadakan kelas pelatihan-pelatihan

Dalam mengamalkan tarekat yang sesuai dengan Alquran dan Hadis,

diperlukan pemahaman yang lebih mendetail mengenai isi daripada Alquran dan

Hadis itu sendiri supaya aplikasinya menjadi sangat konkrit di semua sendi

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu Syekh Kadirun Yahya melihat diperlukan

adanya pelatihan-pelatihan yang memfasilitasi itu semua sehingga jamaah Tarekat

Naqsyabandiyah Khalidiyah menjadi lebih tercerahkan pemahamannya. Terkait

ini Ustaz Gun Teguh menjelaskan, 162

“Ketika beliau mengatakan bahwa tarekat yang benar adalah tarekat yang
sesuai dengan Alquran dan Hadis, maka dari situ kita menjabarkan dan

161
ibid.
162
Gun Teguh Tajuddin, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


memahami kembali lalu mengaplikasikan Alquran dan Hadis dalam kehidupan
sehari-hari secara konrit dan aplikatif. Maka dari itu kan perlu adanya
pelatihan ini, sehingga bisa sama-sama memahami. Mendudukkan pemahaman
mengenai Islam, pemahaman tarekat yang benar.”

Pemikiran beliau mengenai pelatihan ini beliau sampaikan dalam isi

ceramah beliau pada tahun 1971 berikut menggambarkan apa yang dimaksudkan

dalam kaitan ini. Transkripsi ceramah beliau itu adalah sebagai berikut: 163

“Tanpa training center, tanpa latihan dan kursus yang baik engkau akan gagal
sebagai manusia dan akan melarat di dunia dan hancur di akhirat. Maka itu
kami akan berikan semua dasar-dasarnya: Pertama: Takwa kepada Tuhan,
Takwa kepada peraturan, Takwa kepada sila-sila kehidupan manusia yang baik.
Militan, jujur, gesit, energik, bertanggungjawab, pandai bergaul, takut membuat
kesalahan, cerdas, tangkas, terampil, berkemampuan, taat kepada Allah SWT.
Berlakulah jujur sepanjang masa. Yang kedua: Bertanggungjawablah akan
hidupmu. Yang ketiga: Belajarlah selalu dalam hidupmu. Yang keempat:
Takutlah engkau kepada membuat kesalahan apa saja. Yang kelima: Oleh
karena engkau takut membuat kesalahan, belajarlah supaya kesalahan itu
jangan diperbuat. Yang keenam: Tiap-tiap teguran dari atasan buatlah itu
menjadi bahan pelajaran yang engkau catat dalam bukumu yang engkau
bicarakan nanti dalam seminar sesamamu dalam diskusi sesamamu. Sadarilah
bahwa tiap-tiap kesalahan yang engkau perbuat bukan orang lain yang
bertanggungjawab, yang merugi, yang harus membayarnya kembali, tetapi
engkau sendiri. Oleh sebab itu janganlah engkau berani-berani memegang
sesuatu benda yang tidak engkau ketahui asal-usulnya yang tidak engkau
ketahui ilmu tekniknya. Jangan membuang waktu, jangan turutkan kemalasan
dan mengantuk.”

Dari ceramah di atas, yang beberapa kali menyebut kata takwa yang

maksudnya menurut Ustaz Bami adalah taat, sebenarnya juga tergambar dengan

jelas corak pemikiran beliau tentang bagaimana menjalani kehidupan sehari-hari

yang seharusnya dipraktekkan oleh manusia, termasuk dalam kehidupan

bernegara sekalipun.

Hingga saat ini pun pelatihan-pelatihan tersebut masih berlangsung secara

rutin, dan dalam mengatur semua hal yang berkaitan dengan pelatihan dibentuklah

satu divisi khusus Pendidikan, Pelatihan, dan Pembangunan 7 Nilai Dasar

163
Bami Abdul Madjid, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


Yayasan di bawah naungan Organisasi BKK. Di Medan, divisi ini membawahi

Madrasah Asy-Syakirin yang bertanggung jawab mengatur seluruh pelatihan yang

akan diberikan kepada jamaah tarekat. Madrasah Asy-Syakirin memiliki beberapa

jenis kelas pelatihan dengan fokus materi yang berbeda-beda antara lain:

a. Majelis Ilmu dan Al-Hikam

b. Pendidikan dasar Madrasah Asy-Syakirin

c. Kelas Minhajul ‘Abidin (Kelas Fikih)

d. Kelas Akidah Tauhid (AKTA) dan Tarekat Dalam Islam (TDI)

e. Kelas Tujuh Nilai Dasar Yayasan (7NDY)

f. Kelas Kepanitiaan

g. Kelas Kepemimpinan “KEJAR”

h. Dan lain-lainnya.

Seluruh pelatihan ini dapat diikuti oleh jamaah Tarekat Naqsyabandiyah

Khalidiyah, bahkan untuk mereka yang duduk menjabat di struktural yayasan

wajib mengikuti seluruh rangkaian pelatihan ini. Di beberapa kesempatan

Madrasah Asy-Syakirin juga memberikan pelatihan ke luar lingkup yayasan

seperti ke organisasi masyarakat, badan-badan pemerintahan, BUMN, ataupun

perusahaan swasta dalam negeri maupun perusahaan asing. Kesemua itu

dilakukan dengan harapan semakin banyak orang memahami akan tujuan

keberadaannya hidup di dunia dan bagaimana cara menjalankannya sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


koridor Islam dan aturan negara. Seperti yang dipaparkan oleh Ustaz Gun Teguh,

Kepala Madrasah Asy-Syakirin, 164

“…manusia itu perilakunya sebetulnya lahir daripada pola pikir, maka untuk
memperbaiki perilaku, harus dimulai dari mengubah pola pikir. Baik itu
perilaku secara personal maupun sosial, berbangsa dan bernegara. Jadi kalau
kita ingin mengubah suatu bangsa, maka yang harus diubah adalah cara
berpikir bangsa itu. Bahwa ditemukan sikap atau perilaku yang tidak sesuai
dengan ajaran agama di masyarakat kita, itu karena pola pikirnya. Dimana
mungkin ada kesalahpahamannya tentang apa itu Islam, apa itu agama,
seharusnya orang beragama itu berkontribusi pada kebaikan. Nah, ketika sikap
yang muncul itu justru kebalikannya, berarti ada sesuatu yang salah disitu,
pemahaman yang salah.”

Oleh karena itu menurut beliau memang seluruh materi yang ada di

Madrasah Asy-Syakirin ini di desain sangat mendasar dan lekat dengan

permasalahan manusia di kehidupan sehari-hari seperti lingkup rumah tangga,

pekerjaan, bisnis, masyarakat, sehingga menjadi mudah dipahami, didiskusikan,

dan diaplikasikan. Tentunya pemikiran Syekh Kadirun Yahya lah yang

diformulasikan sedemikian rupa sehingga membentuk tiap-tiap materi yang

disampaikan di Madrasah Asy-Syakirin.

Melalui pelatihan ini banyak sekali perubahan yang dirasakan oleh

sebagian besar jamaah Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di kehidupan sosial,

keluarga, maupun pekerjaan. Sebagaimana yang diungkap oleh Ustaz Gun

Teguh, 165

“Terasa jelas. Kita udah melihat banyak contoh. Misal nih, surau-surau ini kan
sebagai laboratorium kita juga, dulu sebelum ada pelatihan, surau-surau ini
tidak sepi dari yang namanya konflik. Sering ada gesekan, panas, gunjing dan
seterusnya, tapi sekarang ini relatif damai. Jadi orang-orang sudah mulai
menyadari bahwa memaafkan itu lebih membebaskan, orang menyadari bahwa
bersyukur itu lebih menyenangkan, jarang mengeluh. Ada juga ni misalnya yang
merasakan saat ini rumah tangganya lebih bahagia karna dia sudah belajar
untuk tidak mudah marah, ketika dia berubah ternyata istrinya berubah dengan

164
Gun Teguh Tajuddin, Loc. cit.
165
ibid.

Universitas Sumatera Utara


sendirinya secara otomatis, makin bahagialah rumah tangga mereka. Dan
karena rumah tangganya makin bahagia, produktivitas dia di kantor pun
meningkat, karir semakin baik, sosialnya pun baik. Jadi terasa sekali ya
perubahannya, ini kami dapat dari testimoni orang-orang yang sudah mengikuti
pelatihan. Tentu perubahan itu dengan skala nya masing-masing.”

Yang mana jika dikupas lebih mendalam ketika seseorang itu mengikuti

pelatihan yang dibuat oleh Syekh Kadirun Yahya, pemahaman seseorang itu

berubah lebih baik baik, maka kehidupannya pun membaik, dan dia menjadi

seorang warga negara yang baik pula, berkontribusi untuk sebuah kehidupan

bernegara yang lebih baik, hal ini digambarkan dalam penjelasan Bapak Abdul

Basir, 166

“Seperti misalnya beliau membuat lembaga pelatihan-pelatihan dimana dalam


skala individu itu untuk memperbaiki akhlak, namun dalam skala yang besar
usaha perbaikan akhlak individu ini pada akhirnya akan memperbaiki karakter
bangsa. Kalau anak-anak bangsa kita tepat waktu, jujur, rajin kerja, rendah
hati, kalau ada masalah diselesaikan dengan kepala dingin dan musyawarah
kan memudahkan negara untuk proses pembangunan. dari sisi itulah Syekh
Kadirun Yahya berjuang, tanpa perlu meminta-minta dana APBD atau APBN,
atau menjual-jual proposal. Semua murni lillahi ta’ala.”

Hal senada juga diperjelas lebih lanjut oleh Ustaz Gun Teguh, 167

“…orang-orang dapat dengan mudah melaksanakan ajaran-ajaran maupun


pemikiran beliau secara konkrit dan aplikatif. Ayah Guru juga sering berfatwa,
“Tanpa training centre, kau akan gagal menjadi manusia!” disebutkan juga di
dalam fatwa beliau itu jujur, militan enerjik, bertanggung jawab terhadap diri
sendiri, itu semua tentang akhlak mulia. Jadi sosok muslim yang ingin
diwujudkan beliau itu yang seperti itu tadi yang mana akan berdampak besar
terhadap kontribusi kita kepada negara. Karena dengan memahami Islam
secara benar, secara kaffah, seorang muslim itu akan paham bahwa dia harus
ikut berkontribusi terhadap berlangsungkan kehidupan bernegara, saling
mendamaikan, menebar wujud konkrit kebaikan. Semua ini wajib dilakukan oleh
orang tarekat. Karena di dalam pemahaman orang tarekat bahwa
hablumminallah itu berbanding lurus dengan hablumminannas. Jadi kalau
hubungan kita dengan Allah itu baik, maka hubugan kita dengan manusia juga
pasti baik. Ini semua dikatakan oleh para syekh-syekh tarekat. Tasawuf itu
adalah bergaul dengan Allah secara benar, dan bergaul dengan manusia secara
baik.”

166
Abdul Basir, Loc. cit.
167
Gun Teguh Tajuddin, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, dengan adanya berbagai pelatihan yang diadakan oleh

Syekh Kadirun Yahya maka anggota tarekat akan lebih mudah memahami isi

ajaran beliau dan mampu mengamalkannya di kehidupan sehari-hari sehingga

dapat turut serta menciptakan tatanan hidup bernegara yang baik.

B.7. Tulisan berupa buku, makalah, buletin, serta rekaman audio visual

Di samping beberapa metode pengajaran Syekh Kadirun Yahya tadi,

banyak pemikiran-pemikiran beliau yang dituangkan dalam bentuk tulisan baik itu

buku, makalah, maupun dimuat dalam buletin yang terbit secara berkala di

lingkup Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya. Tulisan beliau ini disebar kepada

jamaah tarekat melalui BKK dan diterima oleh BKS untuk kemudian sampai

kepada para murid-murid beliau di seluruh daerah di Indonesia, Malaysia, maupun

Amerika sebagaimana yang disebutkan oleh Bapak Suhendro, 168

“Kami sebarkan buku-buku yang ditulis Syekh Kadirun Yahya, kami sebar juga
kaset-kaset rekaman saat beliau berfatwa.”

Secara umum pemikiran Saidi Syekh Kadirun Yahya sebenarnya hanya

berkisar pada masalah bagaimana mengenal Allah secara efektif dengan metode

thariqatullah yang bertumpu pada penggunaan kalbu, sukma atau ruh. Seperti di

buku beliau yang berjudul Sinopsis Mendarahdagingkan Pancasila beliau lebih

banyak memfokuskan pembahasan beliau pada Sila Ketuhanan Yang Mahaesa

yang merupakan sila pertama dari lima sila Pancasila. Dalam pandangan beliau

168
Suhendro, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


Sila Ketuhanan Yang Mahaesa itu merupakan induk dari sila-sila yang lain dan

merupakan unsur yang justru membuat nilai Pancasila menjadi sangat tinggi.

Dalam buku itu, yang sesungguhnya merupakan transkripsi ceramah

beliau mengena tema terkait, beliau antara lain menulis, 169

“Karena menurut kami KETUHANAN YANG MAHA ESA itulah leadingnya,


itulah induknya daripada sila-sila yang lain, karena bagaimanapun, dalam
segala agama, TUHAN adalah Penguasa Semesta Alam dan mencakup
keseluruhannya dengan Iradat dan Kodratnya. Justeru karena mempunyai sila
KETUHANAN YME, maka Pancasila adalah suatu filsafat negara Indonesia
yang sangat tinggi.”

Di akhir buku itu beliau sesungguhnya menjelaskan antara lain apa yang

menjadi perhatian pokok keseharian beliau, yaitu ketika membuat konklusi, 170

“Beserta dengan Ke-Tuhanan adalah sisonim dengan Kemenangan, apakah ia


laki-laki atau wanita, apakah ia pribadi atau NEGARA.”

Dengan konklusi ini sesungguhnya dapat dipastikan bahwa siapa pun jika

menginginkan kemenangan atau kesuksesan maka wajib benar-benar

memperhatikan Tuhan dan semua ketentuan-Nya. Hal ini semakin jelas

maksudnya ketika disimak dari 4 konklusi lainnya, antara lain adalah ketika beliau

mengatakan, 171

“Oleh sebab itu jelas jika agama mundur di Indonesia, penghayatan dan
pengamalan agama merosot atau kabur, maka Pancasila akan turut kabur,
moral Pancasila pun akan turut merosot pula.”

Pemikiran semacam ini selalu mewarnai tulisan-tulisan atau ceramah-

ceramah beliau yang lain. Dalam Piagam Panca Budi yang dikutip sebelumnya

secara nyata dan jelas menempatkan pengabdian kepada Tuhan sebagai

169
Prof. Dr. H. Kadirun Yahya. T.t. Sinopsis Sistim Mendarahdagingkan Pancasila. Medan: Universitas
Pembangunan Panca Budi. hal.4.
170
ibid. hal. 16.
171
ibid.

Universitas Sumatera Utara


pengabdian yang pertama dan pengabdian ini jika benar-benar dikerjakan

sebenarnya juga akan melahirkan secara signifikan empat bentuk pengabdian

lainnya, yang secara berutur-turut adalah kepada bangsa, negara, dunia dan

manusia. Dengan demikian, pemikiran beliau yang menekankan pentingnya

hablumminallah itu secara tegas membuahkan hablumminannas.

Dari keseluruhan aktivitas Saidi Syekh Kadirun Yahya yang menjalani

kehidupan sebagai individu dan sebagai warga negara sebenarnya tidak terlepas

dari pedoman perilaku yang diceritakan Ustaz Bami, yaitu bahwa beliau

mempunyai moto hidup yang selalu diwujudkan dalam keseharian beliau. Moto

itu diajarkan betul kepada segenap murid beliau di mana pun berada. Bahkan

sekarang ini moto itu dimasukkan dalam Profil Tarekat Naqsyabandiyah

Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya. Moto itu adalah sebagai berikut:

1. Beribadat1ah sebagai Nabi/Rasul beribadat,

2. Berprinsiplah dalam hidup sebagai pengabdi,

3. Berabdilah dalam mental sebagai pejuang,

4. Berjuanglah dalam kegigihan dan ketabahan sebagai prajurit.

5. Berkaryalah dalam pembangunan sebagai pemilik.

Dengan moto ini beliau mencapai semua yang sudah dicapainya

sebagaimana disampaikan oleh Ustaz Bami. Dalam wawancara Ustaz Bami

mengatakan, 172

“Syekh Kadirun Yahya itu punya moto unik. Saya katakan unik karena tidak
pernah dimiliki oleh yang lain. Boleh jadi orang lain memilikinya. Tapi tidak
sama persis dengan yang dirumuskan oleh Syekh Kadirun Yahya. Moto ini

172
Bami Abdul Madjid, Loc. cit.

Universitas Sumatera Utara


benar-benar menjadi pegangan hidup beliau. Benar-benar diwujudkan. Bukan
hanya kata-kata. Moto itu adalah beribadat sebagai Nabi/Rasul beribadat,
berprinsip dalam hidup sebagai pengabdi, berabdi dalam mental sebagai
pejuang, berjuang dalam kegigihan dan ketabahan sebagai prajurit, dan
berkarya dalam pembangunan sebagai pemilik. Dengan moto ini Syekh
Kadirun Yahya mencapai semua yang dicapainya. Moto ini ditanamkan ke
murid-murid beliau. Dan murid-murid beliau yang menerapkan moto ini dalam
hidupnya biasanya sukses dan berjaya. Tidak banyak menghadapi kesulitan atau
masalah. Dengan moto ini, apalagi ditambah dengan Piagam Panca Budi, Syekh
Kadirun Yahya membangun budaya di lingkungan Panca Budi dari awal hingga
beliau berpulang ke rahmatullah. Moto ini menjadi pedoman perilaku dan
sekaligus budaya organisasi karena budaya itu sesungguhnya adalah the way
we think the way we do tings arround here.”

Moto Saidi Syekh Kadirun Yahya tersebut menjadikan diri beliau dapat

bekerja tanpa pamrih kecuali rida Allah semata dan bekerja secara giat dalam hal

apa pun, sedemikian sehingga Universitas dan Perguruan Panca Budi dapat

dibangun gilang gemilang. Di samping tanpa pamrih, dalam moto itu terkandung

niat yang luhur, suci, etos kerja, semangat, disiplin, dan tidak takut apa pun.

Dengan moto ini pula murid-murid beliau dapat menjadi warga negara yang baik

dan patuh kepada pemimpin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam adalah agama yang menyeluruh dan universal. Islam mengatur

seluruh sendi-sendi kehidupan manusia, mengatur cara hidup secara total, baik itu

cara berhubungan antara manusia dengan penciptanya maupun hubungan antar

sesama manusia. Sebagai sebuah agama yang memiliki fungsi mengatur

kehidupan manusia, Islam memiliki norma-norma yang khusus dan jelas tentang

bagaimana manusia menjalin hubungan dengan manusia lainnya termasuk salah

satunya mengatur kehidupan bernegara. Indonesia dalam hal ini merupakan

sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam sehingga tak ayal

Islam menjadi salah satu orientasi budaya politik yang cukup kuat mewarnai di

segala kehidupan masyarakatnya untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan

bernegara yang ideal dan harmonis. Semua ini tak lepas dari peran berbagai

gerakan organisasi Islam sejak jaman sebelum kemerdekaan Indonesia hingga saat

ini. Organisasi tarekat salah satunya, meski kiprah organisasi ini seolah tak

semasif seperti organisasi Islam lain sebagaimana kerap diberitakan oleh media,

namun sejarah menunjukkan peran para sufi dalam gerakan sosio-politik di

Indonesia sejak abad IX cukup mewarnai perjalanan dinamika politik yang terus

berkembang. Pola ikatan antara guru dan murid di dalam sebuah organisasi tarekat

yang sangat kuat menjadikan seorang pemimpin tarekat atau biasa disebut

Universitas Sumatera Utara


Mursyid mempunyai andil penting dalam mempelopori sikap dan perilaku murid-

muridnya melalui dakwah yang dilakukan.

Tarekat Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat terbesar di

Indonesia dalam sejarahnya yang mana tarekat ini terpecah menjadi tiga

kelompok yakni Naqsyabandiyah Khalidiyah, Naqsyabandiyah Mazariyah, dan

Naqsyabandiyah Mujaddidiyah. Dan salah satu yang cukup dikenal di Indonesia

adalah aliran tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang dikembangkan oleh Saidi

Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dimana hingga saat ini anggotanya mencapai

lebih dari satu juta orang yang tersebar di kawasan Indonesia, Malaysia, Bahkan

Amerika dan mempunyai total 660 surau sebagai tempat beraktivitas yang

tersebar di tiga kawasan ini. Hal tersebut menjadikan organisasi ini mempunyai

potensi dalam mengajak masyarakat untuk turut serta dalam menciptakan

kehidupan bernegara yang dicita-citakan bersama sebagaimana tertuang dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

dengan berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam. Dan semua itu sejatinya bermula

dari bagaimana pemikiran pemimpin organisasi tarekat ini sendiri mengenai

bagaimana hidup bernegara sesungguhnya untuk kemudian diajarkan kepada

seluruh anggota tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Penelitian ini akan

menjawab tentang bagaimana pemikiran pendiri organisasi Tarekat

Naqsyabandiyah Khalidiyah yakni Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dan langkah-

langkah yang beliau lakukan dalam mengajarkan nilai-nilai hidup bernegara

kepada para anggota atau jamaahnya.

Universitas Sumatera Utara


Teori pemikiran politik islam yang mencakup prinsip politik dalam Islam,

prinsip hidup bernegara dalam Islam, dan tipologi pemikiran politik Islam

digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan

masalah yang telah dijabarkan di bab awal penulisan. Dan setelah dilakukan

penelitian berupa wawancara terhadap berbagai narasumber yang mengenal baik

sosok Syekh Kadirun Yahya semasa hidupnya serta kerap berinteraksi langsung

dengan beliau, didukung beberapa sumber pustaka dan juga dokumentasi audio

visual maka dapat disimpulkan beberapa hal mengenai sosok Syekh Kadirun

Yahya, pemikiran dan metode pengajaran beliau terkait hidup bernegara:

1. Syekh Kadirun Yahya merupakan seorang ulama sufi sekaligus

cendekiawan yang mengabdikanseluruh hidupnya sebagai patriot Bangsa

Indonesia atas dasar rida Allah SWT semata. Keseluruhan ilmu dan

kemampuan yang beliau miliki digunakan seluas-luasnya untuk

kepentingan umat manusia, turut berpartisipasi membina bangsa dan

negara berdasarkan Pancasila. Beliau menghasilkan banyak sekali karya

nyata selama hidupnya, membantu negara dalam berbagai persoalan terkait

kemanusiaan tanpa sedikitpun pamrih. Dalam menjalani semua aspek

kehidupan Syekh Kadirun Yahyahanya berorientasi pada satu hal, yaitu

Allah dan rida-Nya. Semua hal yang mendekatkannya kepada Allah dan

dirida-Nya selalu dilakukan, diperjuangkan dan diwujudkan, di samping

disosialisasikan atau diajarkan kepada masyarakat luas.

Universitas Sumatera Utara


2. Sembilan prinsip-prinsip umum politik dalam Islam sebagaimana konsep

Muhammad Tahir Azhary yang mengacu kepada nilai-nilai Alquran dan

Hadis, telah melekat kuat sebagai pegangan Syekh Kadirun Yahya dalam

seluruh aspek kehidupan bernegara yang beliau jalani semasa hidupnya. Di

antara prinsip-prinsip tersebut antara lain: (1) prinsip kekuasaan sebagai

amanah; (2) prinsip musyawarah; (3) prinsip keadilan; (4) prinsip

persamaan; (5) prinsip pengakuan dan perlindungan setiap hak-hak asasi

manusia; (6) prinsip peradilan bebas; (7) prinsip perdamaian; (8) prinsip

kesejahteraan; dan (9) prinsip ketaatan rakyat. Kesemuanya tergambar

jelas dari paparan para narasumber dan bukti yang ada hingga saat ini.

3. Mendirikan suatu negara atau pemerintahan untuk mengelola urusan

rakyat (umat) merupakan kewajiban agama yang paling agung, karena

agama tidak mungkin tegak tanpa negara atau pemerintahan. Yang mana

dalam perjalanan sebuah pemerintahan memerlukan seorang pemimpin.

Kehadiran seorang pemimpin dalam suatu masyarakat, kelompok, bangsa

dan negara merupakan suatu yang tak terelakkan, yang mengemban tugas,

sebagaimana diperintahkan agama, untuk menegakkan amar ma’ruf nahi

munkar.Sehingga dalam Islam pun diatur bahwa taat kepada pemimpin

atau pemerintah merupakan poin utama dalam menjalankan kehidupan

bernegara. Ketaatan pada pemimpin ini merupakan hal yang terus

digaungkan oleh Syekh Kadirun Yahya termasuk upaya menegakkan

gerakan amar ma’ruf nahi munkar supaya dapat menciptakan tatanan

Universitas Sumatera Utara


kehidupan bernegara yang baik sebagai bentuk pengabdian kita kepada

negara, bahkan pemikiran beliau ini dituangkannya dalam Piagam Panca

Budi sebagai wujud kesungguhan beliau dalam memaknai tujuan

pengabdiannya sebagai manusia. Hal ini sejalan dengan pandangan al-

Ghazali dan Ibn Taimiyah yang menekankan akan pentingnya keberadaan

seorang pemimpin dalam suatu kelompok masyarakat yang wajib ditaati

serta gerakan amar ma’ruf nahi munkar sebagai tugas utamanya.

4. Syekh Kadirun Yahya memang sempat duduk di kursi politik, memimpin

organisasi di bawah naungan Golkar, menjabat sebagai anggota MPR dan

pernah juga mendirikan partai politik sendiri. Namun itu semua bukan

karena beliau haus akan kekuasaan, atau berambisi untuk menjadi seorang

politikus yang berkuasa, melainkan agar beliau dapat lebih banyak berbuat

manfaat dan mengabdi seluas-luasnya untuk kepentingan umat sesuai

dengan ajaran Islam, sekaligus turut menciptakan kehidupan bernegara

sesuai dengan harapan bersama yang termaktub di dalam pembukaan

UUD 1945. Bagi Syekh Kadirun Yahya Islam merupakan agama jelas

mengatur secara jelas semua aspek kehidupan manusia termasuk prinsip-

prinsip moral kehidupan bernegara, namun umat Islam bebas untuk

memilih sistem mana yang terbaik dalam aplikasinya tidak selalu harus

menjadikan syari’ah Islam sebagai acuan mutlak tertinggi mengingat kita

hidup di masyarakat yang plural. Pemikiran beliau ini tergolong ke dalam

aliran integratif modernis atau bisa juga disebut Islam moderat sesuai

Universitas Sumatera Utara


penggolongan dalam memandang hubungan antara Islam dan negara di

kalangan tokoh Islam menurut Munawir Sjadzali.

5. Keseluruhan pemikiran Syekh Kadirun Yahya mengenai hidup bernegara

senantiasa beliau implementasikan semasa hidupnya sekaligus beliau

ajarkan kepada seluruh pengikutnya melalui beberapa metode, antara lain :

(1) Dakwah secara lisan; (2) Pembinaan dzikir dan i’tikaf; (3) Program

anak surau; (4) Mendirikan universitas dan perguruan pendidikan; (5)

Mendirikan Badan Koordinasi Kesurauan; (6) Mengadakan kelas

pelatihan-pelatihan; (7) Tulisan berupa buku, makalah, buletin, serta

rekaman audio visual. Melalui metode-metode ini diharapkan semakin

.banyak manusia yang memahami bagaimana hidup bernegara yang baik,

khususnya bagi para anggota Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Karena

sejatinya semua yang diajarkan oleh Syekh Kadirun Yahya adalah tentang

bagaimana berakhlakul karimah. Dan fakta di lapangan menunjukkan

sudah banyak sekali anggota tarekat ini yang mengalami perubahan di

kehidupannya, termasuk kehidupannya sebagai warga negara. Tentu

karena mereka menjalankan semua pokok-pokok pemikiran Syekh

Kadirun Yahya tentang hidup bernegara yang telah diajarkan secara

konkrit.

Universitas Sumatera Utara


B. Saran

Melihat betapa besar kesungguhan Syekh Kadirun Yahya dalam

menerapkan nilai-nilai politik Islam terkait bagaimana hidup bernegara yang

mengacu pada Alquran dan Hadis yang semua itu hanya berporos pada keridaan

Tuhan semata, sudah selayaknya kita mencontoh prinsip-prinsip beliau. Karena

arena politik tidak selalu tentang kekuasaan dan kepentingan. Ketika pemahaman

dasar kita berangkat dari hal tersebut, maka sudah pasti segala apa yang kita

lakukan pasti lebih baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Dimulai dari

perubahan kebaikan pada diri sendiri, kemudian perubahan pada keluarga sebagai

unit terkecil dalam masyarakat, yang mana perubahan kebaikan itu akan terus

menular ke skala yang lebih besar sehingga membentuk budaya politik akhlak

yang masif. Dengan begitu kita akan mampu mengabdi kepada negara tanpa

pamrih, kita akan mampu menciptakan tatanan hidup bernegara yang sesuai

dengan harapan bersama sebagaimana tertulis di pembukaan UUD 1945 yakni

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.

Sekiranya penelitian mengenai pemikiran para tokoh-tokoh ulama sufi ke

depannya lebih banyak dikaji mengingat peran mereka yang cukup banyak di

dalam perkembangan pemikiran masyarakat pengikutnya namun masih sedikit

sekali penelitian yang mengkaji hal tersebut. Karena selama ini dunia sufisme

dikenal tertutup pada urusan duniawi, padahal jika dikaji lebih lanjut sebagian dari

Universitas Sumatera Utara


mereka memiliki cara yang unik dalam memandang kaitan agama dan negara dan

berbeda pula menyikapinya di dalam kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari

satu kesatuan hidup bernegara.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri. 2005. Negara Ideal Menurut Islam dan Implementasinya


Pada Masa Kini. dalam Komaruddin Hidayat (ed.), Islam, Negara &
Civil Society: Gerakan Dan Pemikiran Islam Kontemporer. Jakarta:
Paramadina.

Ahmad, Zainal Abidin. 1977. Ilmu Politik Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Ali, Atabik dan Zuhdi Muhdlor. 2014. Kamus Kontemporer Arab Indonesia,
Cet. VII. Yogyakarta: Multi Karya Grafika
Al-Taftazani, Abu Wafa’ Al-Ghanimi, 2008. Tasawuf Islam: Telaah Historis dan
Perkembangannya. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Anselm, Strauss dan Juliet Corbin. 2010.Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anshori, M.Afif. 2003. Dzikir Demi Kedamaian Jiwa: Solusi Tasawuf Atas
Problem Manusia Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, Muhammad. 2000. Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Azhary,Muh.Tahir. 2005. Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara
Madinah dan Masa Kini. Jakarta: Kencana.
Badan Koordinasi Kesurauan. 2015.Profil Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah
Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya. Jakarta: BKK.
Basrowi,dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta
Bruenassen, Martin Van. 1992. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia: Survei
Historis, Geografis, dan Sosiologis. Bandung: Mizan.
Danin, Sudarwan. 2002.Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi,
Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti
Pemula di Bidang Ilmu-Ilmu Soaial, Pendidikan, dan
Humaniora.Bandung: Pustaka Setia.
Hamid, Tijani Abdul Qadir. 2001. Pemikiran Politik dalam Al-Qur’an terj. Abdul
Hayyie al-Katani. Jakarta: Gema Insani Press.

Universitas Sumatera Utara


Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok – Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Iqbal, Muhammad dan H Amin Husein Nasution.2013. Pemikiran Politik Islam
dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Prenada
Media Group.
Jamil, M. Muhsin. 2005. Tarekat dan Dinamika Sosial Politik; Tafsir Sosial Sufi
Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Jurdi, Syarifuddin. 2008. Pemikiran Politik Islam Indonesia: Pertautan Negara
Khilafah, Masyarakat Madani, dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Jusuf, Soewadji. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Kamil, Sukron. 2013. Pemikiran Politik Islam Tematik: Agama dan Negara,
Demokrasi, Civil Society, Syariah dan HAM, Fundamentalisme, dan
Antikorupsi. Jakarta: Kencana.
Karti, Kartono. 1996.Pengantar Metode Riset Sosial.Bandung:CV. Mandar Maju.
Kartodirdjo, Sartono. 1984. Pemberontakan Petani Banten 1888: Kondisi, Jalan
Peristiwa, danKelanjutannya: Sebuah Studi Kasus Mengenai Gerakan
Sosial di Indonesiaterj. Hasan Basri dan Bur Rasuanto. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mufid, A. Syafi’i. 2006. Tangklukan, Abangan dan Tarekat: Kebangkitan
Kembali Agama di Jawa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mustofa,H.A. 2007. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
Nawawi, Hadari. 1987.Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Qadir, Muhammad Abdul. 2000. Sistem Polilik Islam. Jakarta: Rabbani Press.
Qardhawi, Yusuf. 1995. Teori Politik Islamterj. Masrohi N. Surabaya: Risalah
Gusti.
Ruslan, Usman Abdul Mu’iz. Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin: Studi
Analisis Evaluatif terhadap Proses Pendidikan Politik Ikhwan untuk para
Anggota khususnya dan seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari tahun
1928 hingga 1945terj. Salafuddin Abu Sayyid, dkk. Solo: Era Intermedia.

Universitas Sumatera Utara


Sirriyeh, Elizabeth. 1999. Sufi dan Anti Sufi terj. Ade Halimah. Yogyakarta:
Pustaka Sufi.
Sjadzali, Munawir. 1993. Islam dan Tata Negara : Ajaran. Sejarah. dan
Pemikiran. Jakarta: UI Press
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET
Sulistiana, Ivan. 2015. Tasawuf Dan Perubahan Sosial Di Cirebon: Kontribusi
Tarekat Syattariyah Terhadap Perkembangan Institusi Keraton, Pondok
Pesantren, dan Industri Batik. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tahqiq, Nanang. 2004. Relasi Metafisik Terhadap Teori Politik Al-Fârâbî. Dalam
Nanang Tahqiq (ed.). Politik Islam. Jakarta: Prenada Media.
Yahya, Kadirun. 1981. Capita Selecta tentang Agama, Metafisika, Ilmu Eksakta.
Jilid 1. Medan: UNPAB.

Jurnal
Agus Riyadi. 2014. Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf: Melacak Peran Tarekat
Dalam Perkembangan Dakwah Islamiyah. DalamJurnal at-
Taqaddum.Vol. 6. Nomor 2. November 2014.Semarang: UPMA IAIN
Walisongo.
Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf dan Perubahan Sosial-Politik: Suatu Pengantar
Awal. DalamJurnal TAPIs. Vol.8. No.1. 2012.Lampung: Fak.
Ushuluddin IAIN Raden Intan.
Zawawi, Abdullah. 2015. Politik Dalam Perspektif Islam. dalam Jurnal Ummul
Quro. Vol V. No 1. Maret 2015. Lamongan: INSUD.

Situs Internet
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN I

TRANSKRIP WAWANCARA

TRANSKRIP WAWANCARA I

Informan : Bami Abdul Madjid


Status : Kepala Bidang Syariah dan Tasawuf BKK
Tanggal : Rabu, 2 Agustus 2017
Waktu : 10.00 – 12.00

1 Apakah Syekh Kadirun Yahya memiliki perhatian terhadap politik


dalam Islam?

Dalam hidupnya, Syekh Kadirun sebenarnya memiliki perhatian utama


hanya pada satu hal, yaitu pembangunan manusia seutuhnya, yaitu
mengenal, mengingat dan menaati Allah dan Rasul-Nya dalam semua aspek
kehidupan sebagaimana yang disampaikan dalam pidato lisan beliau pada
1971, yang isinya bisa dibuat transkripnya:

(Tanpa training center, tanpa latihan dan kursus yang baik engkau akan
gagal sebagai manusia dan akan melarat di dunia dan hancur diakhirat.
Maka itu kami akan berikan semua dasar-dasarnya:
Pertama:Taqwa kepada Tuhan, Taqwa kepada peraturan, Taqwa kepada
sila-sila kehidupan manusia yang baik. Militan, jujur, gesit, energik,
bertanggungjawab, pandai bergaul, takut membuat kesalahan, cerdas,
tangkas, terampil, berkemampuan, taat kepada Allah SWT. Berlakulah
jujur sepanjang masa.
Yang kedua:Bertanggungjawablah akan hidupmu.
Yang ketiga:Belajarlah selalu dalam hidupmu.
Yang keempat: Takutlah engkau kepada membuat kesalahan apa saja.
Yang kelima: Oleh karena engkau takut membuat kesalahan, belajarlah
supaya kesalahan itu jangan diperbuat.
Nomor enam: Tiap-tiap teguran dari atasan buatlah itu menjadi bahan
pelajaran yang engkau catat dalam bukumu yang engkau bicarakan nanti
dalam seminar sesamamu dalam diskusi sesamamu. Sadarilah bahwa
tiap-tiap kesalahan yang engkau perbuat bukan orang lain yang
bertanggungjawab, yang merugi, yang harus membayarnya kembali,
tetapi engkau sendiri. Oleh sebab itu janganlah engkau berani-berani

Universitas Sumatera Utara


memegang sesuatu benda yang tidak engkau ketahui asal-usulnya yang
tidak engkau ketahui ilmu tekniknya. Jangan membuang waktu, jangan
turutkan kemalasan dan mengantuk.)

Kata takwa di dalam pidato itu, yang dimaksud adalah patuh, taat.
Meskipun perhatian Syekh Kadirun hanya pada pembangunan manusia
seutuhnya, dalam praktik kesehariannya beliau sering terlibat dalam
perjuangan mempertahankan NKRI dari makar-makar PKI. Dari para
senior saya pernah mendengar bahwa beliau bersama gurunya Syekh
Muhammad Hasyim Buayan yang juga seorang pendekar silat pernah
bergabung dalam gerakan mengatasi pemberontakan PKI di Madiun tahun
1948. Bahkan juga pernah membantu pemerintah Malaysia dalam
mengatasi makar-makar sekelompok pemberontak. Kalau tidak salah
kelompok pemberontak ini adalah kelompok komunis juga. Beliau sangat
concern pada keamanan dan kesematan negara.

Jadi, menurut saya, beliau juga sebenarnya memberikan perhatian yang


serius terhadap kelangsungan perpolitikan yang aman. Mungkin karena itu
pula beliau pernah menjadi anggota MPR dan juga memprakarsai
pendirian Partai Cinta Damai pada tahun 1998.

2 Apakah prinsip-prinsip politik dalam Islam yang meliputi (1) prinsip


kekuasaan sebagai amanah; (2) prinsip musyawarah; (3) prinsip
keadilan; (4) prinsip persamaan; (5) prinsip pengakuan dan
perlindungan setiap hak-hak asasi manusia; (6) prinsip peradilan
bebas; (7) prinsip perdamaian; (8) prinsip kesejahteraan; dan (9)
prinsip ketaatan rakyat berkaitan beliau lakukan dan ajarkan di
tarekat ini kepada muridnya? Bisa berikan contoh?

Menurut saya sangat berkaitan. Ajaran tarekat beliau bertumpu pada


penyucian jiwa atau tazkiyatun nafs. Ketika jiwa seorang pengamal tarekat
menjadi bersih maka dari dalam dirinya akan memancar sifat-sifat ini
semua. Katakanlah, orang-orang yang terlibat dalam politik hanya bisa
mewujudkan prinsip-prinsip itu semuanya ketika hati mereka bersih. Ajaran
tarekat beliau salah satu fungsinya memang untuk menghilangkan sifat-sifat
buruk dan menggantinya dengan sifat-sifat yang baik. Prinsip amanah,
musyawarah, dan yang lain-lain itu hanya bisa dicapai atau diwujudkan
jika dan hanya jika pelakunya sudah berjiwa bersih, seberapa pun
kualitasnya.

Seperti poin amanah contohnya, Syekh Kadirun Yahya pernah berfatwa


terkait ini. Ketika seseorang diberi kesempatan untuk memegang kekuasaan
misalnya, yang seluk-beluk atau asal-usul kekuasaan itu tidak diketahui dan
ilmu atau pengetahuan mengenai kekuasaan itu tidak dikuasai, maka dia

Universitas Sumatera Utara


wajib menolaknya dan menyerahkannya kepada yang lebih mengerti dan
lebih menguasai ilmunya. Inilah antara lain yang dimaksudkan oleh Syekh
Kadirun dengan kalimat beliau oleh sebab itu janganlah engkau berani-
berani memegang sesuatu benda yang tidak engkau ketahui asal-usulnya
yang tidak engkau ketahui ilmu tekniknya.”

Atau poin keadilan, setahu saya Syekh Kadirun Yahya itu benar-benar adil
dan mengedepankan keadilan. Reward and punishment selalu beliau
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Benar dan salah adalah pedoman
beliau. Murid-murid beliau yang berprestasi diberi penghargaan dan
murid-murid beliau yang melakukan pelanggaran diberi sanksi yang
sifatnya mendidik. Beliau menempatkan diri beliau setara dengan yang lain-
lain. Ketika beliau harus berjumpa dengan seorang menteri di sebuah hotel,
beliau ikut antri dengan tamu-tamu lain yang juga mau bertemu dengan
menteri itu.

Atau poin persamaan. Beliau dulu biasa berkeliling menjemput murid-murid


beliau untuk hadir di majelis-majelis beliau. Beliau merasa sama dengan
murid-muridnya. Bahkan Prof. Hatta, ketua MUI Medan pernah bercerita
hal yang sama, yaitu bahwa Prof. Kadirun Yahya itu orang rendah hati dan
tidak pernah merasa lebih dari orang lain. Saya meskipun bukan murid
beliau, saya berkawan akrab dengan beliau, kata Prof. Hatta.

Beliau dari awal sangat peduli terhadap nasib umat Islam. Bukan hanya
aspek ibadah. Aspek pendidikan, kesehatan dan ekonomi pun, beliau peduli.
Beliau membuka pendidikan gratis untuk umat Islam yang tidak mampu.
Panca Budi ini, mahasiswanya sampai tahun 1997-an pada umumnya gratis
atau setidak-tidaknya biayanya sangat rendah. Beliau juga membuka
pengobatan gratis bagi para korban narkotika. Di samping itu, beliau
secara rutin mengirimkan bantuan ke berbagai panti asuhan dan anak
yatim. Ini kan salah satu bukti bahwa beliau menjunjung prinsip pengakuan
dan perlinduangan HAM.

Terkait prinsip peradilan bebas, ini salah satu kutipan fatwa Syekh Kadirun
Yahya dalam pidato beliau tahun 1971: “Yang kelima: Oleh karena engkau
takut membuat kesalahan, belajarlah supaya kesalahan itu jangan
diperbuat. Nomor enam: Tiap-tiap teguran dari atasan buatlah itu menjadi
bahan pelajaran yang engkau catat dalam bukumu yang engkau bicarakan
nanti dalam seminar sesamamu dalam diskusi sesamamu. Sadarilah bahwa
tiap-tiap kesalahan yang engkau perbuat bukan orang lain yang
bertanggungjawab, yang merugi, yang harus membayarnya kembali, tetapi
engkau sendiri.” Yang mana berarti Seandainya ada di antara murid-murid
beliau yang berbuat salah dan harus berhadapan dengan hukum;
katakanlah, sampai diajukan ke meja hidu atau pengadilan, maka beliau

Universitas Sumatera Utara


pasti tunduk kepada putuan hakim. Beliau tidak akan pernah membela
muridnya yang bersalah atau melanggar hukum yang berlaku.

Prinsip perdamaian itu bahkan selalu diajarkan beliau kepada murid-


muridnya. Sekitar tahun 1987 beliau pernah berfatwa dan fatwa itu bisa
dibaca di sebuah buku kecil—kalau tidak salah—berjudul Gosip, tetapi
tampaknya sudah didapatkan. Saya punya salinannya. Nanti bisa dilihat
sendiri. Beliau sangat mengedepankan hubungan harmonis dan
perdamaian.

3 Bisa digambarkan bagaimana pola hubungan antara ajaran tarekat


beliau dengan pengamalan prinsip politik dalam Islam di atas?

Well, ajaran tarekat membuat orang menjadi baik, menjadi berhati baik,
menjadi memiliki sifat-sifat yang baik, memiliki cara berpikir yang baik.
Amanah, bermusyawarah, itu adalah sifat yang baik. Demikian juga damai
dan sejahtera adalah sesuatu yang baik. Dan itu hanya bisa dicapai jika
hati manusia baik, dan inilah yang diajarkan dalam tarekat.
Di dalam tarekat juga diajarkan apa yang disebut dengan Islam Kafah.
Pengamalan Islam Kafah juga bertumpu pada hati yang baik, jiwa yang
baik, yang dilatih dengan metode tarekat. Orang Muslim yang ber-Islam
Kafah insya Allah antara lain yang perilakunya kira-kira sejalan dengan
prinsip-prinsip yang disebutkan tadi. Dia amanah. Dia suka
bermusyawarah. Dia adil. Dan seterusnya.
Karena itu, jika orang tarekat diberi tanggung jawab maka sudah barang
tentu insya Allah akan amanah. Dan jika dia menjadi pemimpin, seyogianya
ia bersikap adil, tidak diskriminatif, memperjuangkan keadilan,
memperjuangkan kesejahteraan, memperjuangkan perdamaian. Dan jika
menjadi rakyat, dia akan menjadi rakyat yang baik, yang taat pemimpin,
dan seterusnya.

4 Dalam kaitan kehidupan bernegara, apakah Syekh Kadirun Yahya


mengajarkan pentingnya adanya sebuah kekuasaan pemerintah,
pentingnya ketaatan pada pemimpin, dan pentingnya amar ma’ruf nahi
munkar?

Ada. Sangat. Dalam hidupnya Syekh Kadirun selalu menganut prinsip taat
kepada pemimpin. Kepada keluarga dan juga kepada murid-muridnya,
Syekh Kadirun selalu mengajarkan hal itu. Taat kepada pemimpin. Bahkan
dalam berbagai foum, beliau selalu berpesan agar patuh kepada pemimpin
dan mentaati undang-undang yang berlaku dalam hal apa pun, dan
menyesuaikan diri dengan adat-istiadat setempat. Dalam hal penentuan
tanggal Hari Raya Idul Fitri sekalipun, misalnya, beliau selalu berpatokan
kepada yang ditetapkan pemerintah yang diwakili oleh MUI. Bahkan dalam

Universitas Sumatera Utara


pidato tahun 1971 yang saya sebutkan tadi, coba disimak lagi, nanti saya
kasih file-nya, nyata sekali bahwa beliau menganjurkan takwa atau taat
kepada peraturan dan sila-sila kehidupan yang baik. Saya juga pernah
membaca tulisan beliau yang menyinggung tenang hal itu. Tapi lupa apa
judulnya.

Selain itu beliau, karena memang mengikuti Alquran dan Hadis, beliau juga
selalu memastikan bahwa jika ada sebuah komunitas, maka wajib ada
pemimpinnya, karena Nabi saw.bersabda bahwa jika ada 3 orang
melakukan perjalanan maka angkatlah pemimpin. Kalau dalam hal
perjalanan saja perlu ada pemimpin, bagaimana dengan hal-hal yang
berkenaan dengan jumlah manusia yang lebih banyak lagi. Masyarakat.
Apalagi bangsa. Wajib ada pemimpin. Pemimpin adalah mutlak. Mengurus
orang banyak harus ada sistemnya da nada pemimpinnya. Karena itu,
beliau pun dalam tarekat ini mendirikan Badan Koordinasi Kesurauan atau
BKK. Itu jumlah tempat-tempat wirid atau surau-surau sudah banyak.
Jemaah tarekat sudah banyak. Supaya teratur maka harus dipimpin.

Demikian dalam bernegara. Beliau selalu memulai dari diri beliau sendiri.
Beliau sebagaimana saya ceritakan tadi, ikut membantu mengatasi
pemberontakan PKI di Madiun. Juga pernah mengatasi melwtusnya Gunung
Galunggung beberapa waktu yang silam. Semua itu wujud konkret ketaatan
beliau kepada pemimpin dan kecintaan beliau kepada bangsa dan negara.
Dalam kegiatan-kegiatan ini beliau juga melibatkan murid-murid beliau.
Dulu ada namanya Pak Jono, tentara, yang membantu beliau dalam
mengatasi meletusnya Galunggung.

Intinya, salah satu gerakan dan perjuanga beliau adalah memang amar
ma’ruf nahi munkar. Salah satu fenomenanya adalah yang saya ceritakan
tadi: membantu pemerintah Malaysia dalam mengatasi sekelompok komunis
yang melakukan makar dan sulit ditemukan di hutan belantara. Bahkan saya
pernah mendengar dari seorang senior, beliau juga membantu keberhasilan
dalam memerdekakan Irian Jaya dari cengkeraman Belanda yang kejam.
Tentu saja beliau membantu dengan cara beliau. Kalau tidak salah, ada
kapal perang penjajah yang dibuat tenggelam dengan cara-cara tertentu.
Allahu a’lam.

5 Melihat banyaknya masalah dalam hidup bernegara dewasa ini, yang


tentunya anggota tarekat yang juga terlibat di dalamnya, apa upaya
Syekh Kadirun Yahya dalam membina murid-muridnya?

Pertama sekali, dan memang itu yang selalu dilakukan beliau, adalah
berdoa dan berdoa. Beliau selalu berdoa untuk keselamatan dan keamanan
negara dan bangsa Indonesia. Beliau selalu berdoa agar bangsa ini diridai

Universitas Sumatera Utara


Allah. Adapun kepada murid-muridnya, beliau selalu mengajak agar jangan
berdebat, bertengkar dan yang sejenisnya. Beliau selalu menekankan
pentingnya hablumminallah dan hablumminannas sesuai dengan ajaran
Islam. Bahkan pada tahun 1997 beliau pernah menekankan ajakan atau
tepatnya pengajaran agar murid-murid beliau menjadikan nilai-nilai Islam
menjadi nyata, dalam realita, bukan hanya dalam kata-kata.

Jika ada permasalahan, apa pun namanya, sebagaimana yang selalu beliau
lakukan sendiri dan yang selalu beliau ajarkan kepada murid-murid beliau,
maka selalu melibatkan Allah atau selalu beserta dengan nama Allah.
Dalam cermah-ceramah beliau beliau berkali-kali mengatakan kurang-
lebih, “Beserta dengan Yang Maha Menang pasti menang.” atau “Beserta
dengan Maha Sukses pasti sukses.” Dan seterusnya dan seterusnya. Beliau
terlalu sering mengutip ayat Alquran dalam Surah Al-Maidah ayat ke-56,
yang artinya “Allah, Rasul, dan orang-orang yang beriman pasti menang.”

Jadi, intinya beliau selalu menganjurkan kepada murid-muridnya agar


beserta dan beserta dengan Allah kapan pun dan di mana pun. Selalu
melibatkan Allah. Beliau sering mengulang-ulang hadis Nabi saw
bismillâhilladzî lâ yadhurru ma’as mihî syaiun fil ardhi wa lâ fis samâi
wahuwassamî’ul ‘alîm, dengan asma Allah yang dengan asma Allah itu
tidak ada apa pun yang berbahayabaik di langit maupun di bumi; Allah
Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

Atas dasar ini, maka masalah apa pun akan bisa diatasi dengan baik dan
berhasil. Tapi tentu saja undang-undang kehidupan harus dijalankan. Itulah
yang dijelaskan beliau pada tahun 1971 itu.

Universitas Sumatera Utara


6 Dalam pemikiran Syekh Kadirun Yahya, apa sesungguhnya kewajiban
kita sebagai warga negara dan bagaimana seharusnya kita menjalani
hidup antar sesama warga negara dan pemerintah, agar ke depannya
mampu menciptakan tatanan kehidupan bernegara yang kondusif dan
bergerak terus ke arah yang lebih baik?

Dari pidato beliau tahun 1971 tadi sebenarnya sudah sangat jelas.
Kewajiban kita sebagai warga negara adalah patuh dan patuh. Patuh
kepada pemimpin. Patuh kepada peraturan atau undang-undang. Kalau ada
hal-hal yang belum pasti, yang kita sendiri tidak tahu asal-usulnya, tidak
tahu akar masalahnya, kita harus diam, tidak ikut-ikutan, tidak ikut menilai,
tidak ikut komen, tidak ikut melibatkan diri. Saya pernah mendengar salah
satu fatwa beliau agar kita pandai-pandai membawa diri. Di mana bumi
dipijak, di situ langit dijunjung. Di mana pun kita berada, maka kita wajib
menyesuaikan diri dengan adat-istiadat setempat. Kita harus respek kepada
siapa pun, apalagi atasan kita, pemimpin kita. Kita wajib rajin atau giat
bahkan proaktif dalam berbuat baik dan mengambil bagian dalam berbuat
baik, berbuat baik untuk orang banyak, untuk masyarakat, untuk bangsa dan
negara.Kita wajib selalu berkarya dan berkarya. Lebih dari itu, kita wajib
bekerja sesuai dengan keahlian kita. Kalau bukan ahlinya, kita lagi-lagi
jangan ikut-ikutan. Bisa merusak nanti.

Oya, beliau juga menakankan agar kita jangan mudah berprasangka.


Jangan suka bergunjing. Itu akan menghancurkan persatua. Itu memporak-
porandakan harmonisme dan kemesraan. Jangan menikam dari belakang.
Wajib bersatu.Saling menolong. Bahu membahu. Saling mendukung. Ini
pernah disampaikan dalam fatwa beliau pada 1985 atau 1987. Kalau tidak
salah temanya adalah masyarakat yang harmonis atau mesra. Bisa dicek
lagi nanti.

Selain itu semua, menjadi apa pun kita, sebagai apa pun kita, profesi apa
pun yang kita geluti, beliau menyebutkan 5 prinsip yang wajib kita jadikan
sebagai pegangan hidup, yaitu:
1. Devotion or worship to God, pengabdian kepada Allah SWT
2. Devotion or worship to the Nation, pengabdian kepada
Bangsa
3. Devotion or worship to the Country, pengabdian kepada
Negara
4. Devotion or worship to the World, pengabdian kepada
Dunia
5. Devotion or worship to Mankind and Humanity, pengabdian
kepada Manusia dan Perikemanusiaan.
Jadi, menurut beliau, hidup ini sebenarnya pengabdian, termasuk
pengabdian kepada bangsa dan negara.

Universitas Sumatera Utara


Syekh Kadirun Yahya itu juga punya moto unik. Saya katakan unik karena
tidak pernah dimiliki oleh yang lain. Boleh jadi orang lain memilikinya.
Tapi tidak sama persis dengan yang dirumuskan oleh Syekh Kadirun Yahya.
Moto ini benar-benar menjadi pegangan hidup beliau. Benar-benar
diwujudkan. Bukan hanya kata-kata. Moto itu adalah beribadat sebagai
Nabi/Rasul beribadat, berprinsip dalam hidup sebagai pengabdi, berabdi
dalam mental sebagai pejuang, berjuang dalam kegigihan dan ketabahan
sebagai prajurit, dan berkarya dalam pembangunan sebagai pemilik.
Dengan moto ini Syekh Kadirun Yahya mencapai semua yang dicapainya.
Moto ini ditanamkan ke murid-murid beliau. Dan murid-murid beliau yang
menerapkan moto ini dalam hidupnya biasanya sukses dan berjaya. Tidak
banyak menghadapi kesulitan atau masalah. Dengan moto ini, apalagi
ditambah dengan Piagam Panca Budi, Syekh Kadirun Yahya membangun
budaya di lingkungan Panca Budi dari awal hingga beliau berpulang ke
rahmatullah. Moto ini menjadi pedoman perilaku dan sekaligus budaya
organisasi karena budaya itu sesungguhnya adalah the way we think the
way we do tings arround here.

Saya rasa demikian. Terima kasih.

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA II

Informan : Suhendro
Status : Kepala Bidang Umum BKK
Tanggal : Rabu, 2 Agustus 2017
Waktu : 14.00 – 15.00

1 Mengapa Syekh Kadirun Yahya membentuk BKK?

Dulu BKK itu belum ada. Nah, banyak laporan-laporan yang masuk ke
Syekh Kadirun Yahya, banyak laporan adanya masalah, dari murid-murid,
dari pemerintah juga. Akhirnya Syekh Kadirun Yahya berpikir harus ada
suatu wadah yang menangani ini. Jadi jika ada masalah di pemerintah, jika
ada masalah terkait jamaah, ada wadah yang bisa mengurusnya, seperti itu
tujuan awalnya. Termasuk dalam mengurus tempat berdzikir, supaya
terstruktur semua laporannya.

2 Bagaimana metode pengajaran Syekh Kadirun Yahya dalam


menularkan ajarannya?

Biasanya datang ke suatu tempat kemudian ceramah, atau datang ke rumah


jamaah yang tua-tua, yang senior lah, dan juga beliau berdakwah melalui
seminar-seminar, yang diikuti jamaah nya maupun umum.

3 Apa saja bentuk dukungan politik Syekh Kadirun Yahyaterhadap


pemerintah?

Dulu Syekh Kadirun Yahya pernah menjabat sebagai anggota MPR RI,
disitu pernah beliau berbulat tekad untuk mendukung Golkar, namun tidak
pernah memaksakan muridnya untuk mendukung Golkar. Pernah juga
beliau membuat partai yang dinamakan Partai Cinta Damai yang tujuannya
untuk mempersatukan jamaahnya. Karna pada saat itu sedang gejolak
reformasi, sehingga beliau berpikir mau kemana arah jamaahku nanti.
Akhrnya beliau buat Partai Cinta Damai itu sebagai wadahnya supaya
tidak pencar-pencar. Itu pun tidak ada pemaksaan apakah harus ikut atau
tidak.

4 Jadi apakah beliau pernah mengajak untuk menolak suatu kebijakan


dari pemerintah?

Tidak pernah. Ajaran beliau selalu berjalan seiringan dengan pemerintah


yang sedang berkuasa di masa itu tanpa pandang bulu.

Universitas Sumatera Utara


5 Apakah budaya perilaku seperti CoC atau SOP di jajaran struktural
itu ditetapkan sesuai dengan pemikiran atau ajaran Syekh Kadirun
Yahya? Seperti apa misalnya?

Ya tentu. Semua aturan disini didasarkan pada pemikiran beliau. Seperti


misalnya beliau selalu menyampaikan kepada muridnya agar selalu jujur.
Karna itu merupakan pondasi awal. Kalau tidak jujur terus bagaimana.
Kemudian yang lainnya jangan kita membuka aib orang lain. Itu semua
udah dibuat aturan resminya disini.

6 Kalau untuk budaya perilaku di lingkungan kerja BKK ini seperti apa
yang dibangun?

Yang berangkat dari ajaran beliau tentunya. Ada namanya Budaya 7 Nilai
kita. Itulah isinya semua.

7 Bagaimana jika terjadi pelanggaran?

Ada beberapa tahapan jika anggota BKK melakukan pelanggaran, diberi


peringatan dengan tegas, jika sampai tiga kali peringatan masih
mengulangi kesalahan yang sama maka dikeluarkan.

8 Setegas itukah?

Iya tegas, namun bukan tegas sambil marah, tapi tegas dengan tetap kasih
sayang.

9 BKK ini kan membawahi seluruh BKS yang ada di Indonesia dan luar
negeri, pernahkah BKK membuat program yang mendukung program
pemerintah? Misalnya apa?

Pernah. Di bidang kesehatan BKK mengadakan program donor darah


rutin, kemudian program hemat energi, listri, air, kalau lampu gak dipakai
misalnya ya matikan, kran air kalau udah siap dipakai matikan lagi,
dimulai dari hal-hal sederhana yang orang sering lupa. Kemudian juga
program penghijauan.

10 Selain itu ada lagi?

Ya. Bantuan sosial kepada orang yang tidak mampu yang diberi nama
PORTER.

11 PORTER itu kepanjangannya apa?

Universitas Sumatera Utara


Program Terima Kasih. Jadi kita terjun langsung ke lapangan, ke
masyarakat, kita lihat permasalahan utama mereka apa, misalnya bayar
BPJS nunggak, kita bayarkan, atau misalnya gak punya mata pencaharian,
kita buatkan bisnis yang bisa mreka kelola kayak warung gitu. Semuanya
kita bikin panitia gitu, dipanitiakan lah untuk PORTER ini. Supaya
semuanya jelas dan terarah, gak salah sasaran.

12 Ini semua ajaran dari Syekh Kadirun Yahyakah?

Iya. Sejak dulu program-program ini sudah ada. Hanya saja namanya aja
yang berbeda. Dulu beliau rutin memberikan bantuan kepada yang
membutuhkan, menggalakkan penghematan energi, penghijauan, dan lain-
lain, termasuk mendirikan panti asuhan di beberapa daerah.

13 Seperti apa BKK menyebarkan ajaran-ajaran Syekh Kadirun Yahya


ke jamah-jamaah yang ada di daerah-daerah kecil lain?

Kami sebarkan buku-buku yang ditulis Syekh Kadirun Yahya, kami sebar
juga kaset-kaset rekaman saat beliau berfatwa, seperti sekarang dibawah
kepemimpinan yang dilanjutkan oleh anak beliau semua ajaran Syekh
Kadirun Yahya dikemas secara berbeda, bermula dari perbaikan internal
dulu. Dibenahi yang masih kurang baik, nanti BKS semua akan mencontoh,
jadi tidak lagi ceramah ke daerah-daerah seperti jaman Syekh Kadirun
Yahya dulu. Yang sekarang lebih ke dakwah perbuatan. Tapi kembali lagi
tetap pokok-pokok pemikiran Syekh Kadirun Yahyalah yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA III

Informan : Abdul Basir


Status : Mantan Ansor yang pernah menjabat Kepala Bidang
Umum
BKK dan staff ahli Perguruan Panca Budi
Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Waktu : 08.15 – 09.30

1 Seperti apa pemikiran politik Syekh Kadirun Yahya dulu?

Politik praktisnya misalnya ni, dulu kan waktu zaman reformasi, kan dibuka
kran demokrasi seluas-luasnya disitulah muncul pemikiran jamaah kita ini
mau kemana, mendukung siapa, partai apa. Pada masa sebelumnya jamaah
kita memang termasuk yang mendukung Partai Golkar, tetapi seiring
berkembangnya dinamika politik, dimana krisis moneter pada tahun 1997
disusul tahun 1998 ternyata Golkar tidak mampu menjawab tantangan
zaman. Golkar pada waktu itu dinilai tidak berpihak lagi pada rakyat.
Terbukti hutang menumpuk, rakyat semakin terjepit, sementara politik
dinasti Golkar itu sangat kental. Akhirnya ketika badai muncul, badai krisis,
krisis politik, krisis ekonomi, akhirnya krisis kepercayaan, dan disitu Golkar
tidak mampu menjawab, pecahlah demo besar-besaran, terbukalah kran
demokrasi. Disitu jamaah kita bertanya, “Kemana kita ini?”. Diusulkanlah
agar kita membuat wadah sendiri supaya jamaah kita tidak terpecah-pecah.
Maka digagaslah oleh para senior-senior tarekat pada waktu itu untuk
membentuk partai sendiri dan Syekh Kadirun Yahya juga setuju disitu.
Maka berdirilah Partai Cinta Damai, kita pun memenuhi syarat untuk
mengikuti pemilu, dapet nomor urut 40. Dan kita dapat kursi di beberapa
tingkat provinsi saja, di pusat kita nggak dapat. Saat itu juga sempat diberi
kesempatan oleh pemerintah untuk menggabungkan suara dengan partai
lain, namun ternyata di tingkatan pengurus kita tidak begitu menguasai
tentang tatanan politik di Indonesia, jamaah-jamaah kita ini masih lebih
banyak ngurusin amalan dzikrullah itu sendiri, jadi sulit untuk fokus. Dan
waktu itu saya tanya sama anaknya Syekh Kadirun Yahya yang merupakan
ketua dari Partai Cinta Damai, kira-kira kayak ginilah:
“Bang, cemana partai kita ini mau kita lanjutin atau tidak?” Dijawab
beliau, “Nantilah kita liat perkembangan ke depannya. Karena pun kader-
kader kita ini macamnya belum siap.”
“Terus cemana nanti kalau partai kita ditutup?”
“Yaudah nggak apa-apa.”
Gitulah kira-kira ya. Akhirnya ya memang betul-betul ditutup tidak
dilanjutkan lagi.

2 Jadi apakah Syekh Kadirun Yahya itu pro dengan pemerintah ataukah

Universitas Sumatera Utara


pernah mengajak jamaahnya untuk menolak suatu ketetapan dari
pemerintah?

Jelas beliau pro terhadap pemerintah ya. Beliau juga sangat pro dengan
pembangunan ya. Sampai kalau dulu itu istilahnya “kita untuk Golkar”.
Kenapa gitu? Karena memang pada waktu itu pembangunan itu begitu
jelas. Namun memang setelah pecahnya reformasi Syekh Kadirun Yahya
pun sudah mengurangi dukungan buktinya dengan mendirikan partai
sendiri.

3 Apakah Piagam Panca Budi itu juga merupakan hasil pemikiran Syekh
Kadirun Yahya?

Ya, itu semua merupakan murni pemikiraan beliau yang kemudian


dituangkan dalam bentuk Piagam Panca Budi.

4 Seperti apa pelaksanaan daripada Piagam Panca Budi ini di lingkungan


Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya termasuk perguruan pendidikan
di dalamnya?

Sebetulnya Piagam Panca Budi ini menjadi spirit ya di organisasi ini,


ditanamkan di dalam organisasi termasuk individu-individu yang ada di
kalangan yayasan ini. Dari namanaya aja, Universitas Panca Budi,
Perguruan Panca Budi. Nah Panca Budi itu apa. Panca itu kan lima, Budi
itu kebaikan, jadi Lima Kebaikan atau bisa kita bilang Lima Abdi, Abdi
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Abdi kepada Negara, Abdi kepada Nusa,
Abdi kepada Bangsa, Abdi kepada Dunia. Jadi itu yang dijadikan nilai spirit
dari organisasi ini. Dan Piagam Panca Budi ini diperkenalkan kepada
siapapun yang terlibat di dalam organisasi ini, bahkan dipajang juga di
tiap-tiap unit.

5 Seperti apa pembinaan yang dilakukan Syekh Kadirun Yahya terhadap


pengikutnya yang terkait tata cara hidup bernegara yang baik?

Beliau biasa melakukan ceramah-ceramah, atau juga mengundang tokoh-


tokoh dari luar negeri, tokoh-tokoh nasional seperti pejabat datang ke
Panca Budi. Atau juga Syekh Kadirun Yahya ini yang datang mengisi
seminar-seminar bertemakan negara ke universitas-universitas besar di
Indonesia, disampaikan disitu bahwasanya penting untuk mendukung
kebijakan-kebijakan pemerintah demi memperceat pembangunan,
kesejahteraan rakyat, dan pendidikan. Nah di sisi yang lain, Syekh Kadirun
Yahya ini bergerak memperbaiki individu-individu secara mental agar
supaya kita tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang dilarang pemerintah
seperti narkoba misalnya, atau seks bebas. Jadi pembinaan mentalnya itu

Universitas Sumatera Utara


seperti apa? Jadi anak-anak didik beliau itu dibimbing mengenai dzikir,
diajak untuk i’tikaf atau yang biasa kita sebut Suluk. Jadi pembinaannya itu
untuk membentuk karakter secara menyeluruh, diajarkan sholat, diajarkan
dzikir, supaya terbentengi anak bangsa ini dari narkoba, tawuran, seks
bebas. Dengan dilakukannya bimbingan seperti itu banyak-banyak,
baguslah anak bangsa kita ini, dengan begitu kan pemerintah lebih mudah
melakukan pembangunan. Kayak kita lihat sekarang ini lah, pemerintah
ingin melakukan percepatan pembangunan SDM, mensejahterakan rakyat,
meningkatkan kualitas pendidikan, tapi di sisi lain sulit, karena masih
disibukkan dengan memerangi narkoba aja, korupsi, dan masalah lainnya,
kan energi nya jadi terkuras, energi tenaga, waktu kan habis disitu jadinya.
Sehingga tugas negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa itu
mengalami perlambatan dan tertinggal dengan negara-negara lain. Ya
karena kita sibuk ngurusin hal-hal ini. Nah makanya Syekh Kadirun Yahya
itu melalui metode dzikirullah, melalui suluk, melalui tarekat mendidik
anak-anak bangsa agar terhindar dari hal-hal tadi, pergaulan bebas,
narkoba, tawuran, begal. Tempat-tempat suluk kita pun kan tersebar juga di
seluruh Indonesia. maka secara tidak langsung organisasi ini pun turut
serta di dalam pembangunan itu sendiri walaupun dengan dana swadaya.
Karena membuat orang menjadi baik khususnya anak-anak muda bangsa itu
kan juga bisa dikatakan membantu proses pembangunan negara.
Bayangkan saja, pemerintah sibuk membangun jalan, membangun
infrastruktur, tapi begal dimana-mana, perampokan dimana-mana,
kejahatan jalanan dimana-mana. Kan jadi menghambat ini kan. Pemerintah
harus mengeluarkan dana lebih untuk pengamanan, untuk membentus
satgas, harus disusun anggarannya untuk mengatasi segala kejahatan
jalanan tadi. Maka disitulah Syekh Kadirun Yahya membangun salah satu
peran sertanya untuk pembangunan kehidupan bernegara yang lebih baik,
walaupun dengan dana swadaya sendiri. Saya melihatnya sebagai peran
politik tanpa pamrih. Dimana beliau membangun anak bangsa tanpa
mengharapkan dana APBN dari pemerintah. Banyak juga dari jamaah
tarekat yang menyumbang seikhlasnya dimana dana itu dikembalikan lagi
untuk kepentingan umat yang dikelola melalui Badan Koordinasi
Kesurauan. Seperti misalnya beliau membuat lembaga pelatihan-pelatihan
dimana dalam skala individu itu untuk memperbaiki akhlak, namun dalam
skala yang besar usaha perbaikan akhlak individu ini pada akhirnya akan
memperbaiki karakter bangsa. Kalau anak-anak bangsa kita tepat waktu,
jujur, rajin kerja, rendah hati, kalau ada masalah diselesaikan dengan
kepala dingin dan musyawarah kan memudahkan negara untuk proses
pembangunan. dari sisi itulah Syekh Kadirun Yahya berjuang, tanpa perlu
meminta-minta dana APBD atau APBN, atau menjual-jual proposal. Semua
murni lillahi ta’ala.

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA IV

Informan : Gun Teguh Tajuddin


Status : Kepala Bidang Pendidikan & Pelatihan Madrasah Asy-Syakirin
Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Waktu : 10.00 – 11.30

1 Pernah tidak bapak mendengar fatwa-fatwa Syekh Kadirun Yahya


terkait nilai-nilai mengenai kehidupan bernegara?

Sering ya. Bahkan dulu Syekh Kadirun Yahya itu membuat seminar
mengenai Mendarahdagingkan Pancasila dimana secara spesifik beliau
membahas mengenai sila ketuhanan dimana apabila kita bertuhan dengan
benar maka kita dapat berkontribusi terhadap negara dengan baik. Karena
semua ajaran agama pasti kan menyuruh umatnya berbuat kebaikan. Nah
dalam semangat berbuat kebaikan itu seharusnya masyarakat Indonesia
mampu membuat negara ini aman, makmur. Materi-materi seminar itu
biasanya dibukukan.

2 Mengenai Madrasah Asy Syakirin, apakah pondasi awal terbentuknya


Madrasah Asy-Syakirin ini juga berdasarkan pemikiran Syekh
Kadirun Yahya?

Iya benar. Walaupun MA ini diprakarsai oleh Mursyid yang memimpin saat
ini tetapi seluruh materi berangkat dari ajaran-ajaran Syekh Kadirun
Yahya, hanya saja dikemas lebih terstruktur. Ketika beliau mengatakan
bahwa tarekat yang benar adalah tarekat yang sesuai dengan Alquran dan
Hadis dan tarekat yang tidak sesuai dengan Alquran dan Hadis maka salah
lah itu. Maka dari situ kita menjabarkan dan memahami kembali lalu
mengaplikasikan Alquran dan Hadis dalam kehidupan sehari-hari secara
konkrit dan aplikatif. Maka dari itu kan perlu adanya pelatihan ini,
sehingga bisa sama-sama memahami.

3 Jadi apa tujuannya diadakan Madrasah Asy-Syakirin ini?

Untuk mendudukkan pemahaman mengenai Islam, pemahaman tarekat yang


benar menurut guru kita.

4 Seperti apa gambaran materi yang diberikan di dalam Madrasah Asy-


Syakirin ini? Apakah berkaitan dengan problema dalam hidup
bernegara?

Yang pertama, manusia itu perilakunya sebetulnya lahir daripada pola

Universitas Sumatera Utara


pikir, maka untuk memperbaiki perilaku, harus dimulai dari mengubah pola
pikir. Baik itu perilaku secara personal maupun sosial, berbangsa dan
bernegara. Jadi kalau kita ingin mengubah suatu bangsa, maka yang harus
diubah adalah cara berpikir bangsa itu. Bahwa ditemukan sikap atau
perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama di masyarakat kita, itu
karena pola pikirnya. Dimana mungkin ada kesalahpahamannya tentang
apa itu Islam, apa itu agama, seharusnya orang beragama itu berkontribusi
pada kebaikan. Nah, ketika sikap yang muncul itu justru kebalikannya,
berarti ada sesuatu yang salah disitu, pemahaman yang salah.

5 Selain itu apalagi materi yang dimunculkan di Madrasah Asy-Syakirin


ini?

Ya. Bahwa menjadi muslim itu adalah menjadi bermanfaat. Bermanfaat itu
artinya banyak menebar kebaikan. Jadi kalau semua masyarakat muslim di
Indonesia semangat untuk mewujudkan kebaikan bisa kita bayangkan
negara kita macem mana. Dimana pembahasan yang lebih konkrit dari
semua itu dikemas dalam beberapa judul materi yang terbagi dalam
beberapa kelas. Seperti misalnya kelas rumah tangga, kelas mengganti
kepala, tarekat dalam Islam, bisnis islami, dan lainnya. Itu semua tentu
punya kontribusi besar dalam perwujudan hidup bernegara yang baik.

6 Siapa saja yang berhak mengikuti Madrasah Asy-Syakirin ini? Apakah


hanya diperbaolehkan bagi anggota organisasi tarekat ini?

Pada awal mulanya sebagaimana prinsip dasar sebelum kita memperbaiki


orang lain, kita harus memperbaiki diri sendiri dulu. Jadi kita berangkat
dari internal kita dulu, tetapi di tengah perjalanan ternyata banyak juga
masyarakat non tarekat merasa bahwa mereka perlu juga. Maka kita
kadang menerima juga order dari luar walaupun tidak semua bisa kita
penuhi karena keterbatasan tenaga kita. Jadi sejauh ini kita masih concern
di dalam, tetapi kita masih membuka apabila ada permintaan dari luar.

7 Perubahan seperti apa yang diharapkan kepada peserta dengan


mengikuti pelatihan Madrasah Asy-Syakirin ini?

Jadi goal pelatihan Asy-Syakirin itu alumni itu bisa memahami cara
berpikir yang benar sehingga output sikapnya juga benar. Sikap yang benar
itulah sebenarnya yang melahirkan kebahagiaan. Kan ada tu ungkapan
kalau orang bahagia itu akan membangun segalanya. Jadi ketika
masyarakat Indonesia semuanya bersyukur, berbahagia, kita akan lihat
niscaya pembangunan itu akan muncul dimana-mana.

Universitas Sumatera Utara


8 Apakah memang terasa oleh peserta dampak setelah mengikuti
pelatihan ini terhadap cara berperilaku mereka di masyarakat?

Terasa jelas. Kita udah melihat banyak contoh. Misal nih, surau-surau ini
kan sebagai laboratorium, dulu sebelum ada pelatihan, surau-surau ini
tidak sepi dari yang namanya konflik. Sering ada gesekan, panas, gunjing
dan seterusnya, tapi sekarang ini relatif damai. Jadi orang-orang sudah
mulai menyadari bahwa memaafkan itu lebih membebaskan, orang
menyadari bahwa bersyukur itu lebih menyenangkan, jarang mengeluh.
Jadi terasa sekali ya perubahannya, ini kami dapat dari testimoni orang-
orang yang sudah mengikuti pelatihan. Tentu perubahan itu dengan skala
nya masing-masing. Ada yang perubahannya itu langgeng, atau malah ada
yang bertahan cuma satu bulan, tetapi intinya semua yang mengikuti
pelatihan itu semuanya berubah sedikit banyak. Bahwa ternyata dia itu
berubahnya hanya sebentar itu karena ada faktor-faktor yang lain.
Bayangkan saja, mindset, paradigma, nilai-nilai yang ditanamkan puluhan
tahun apa bisa diubah hanya dengan enam atau tiga hari di pelatihan saja?
Tetap perlu waktu juga kan. Jadi proses perubahan itu berjalan terus.

9 Seperti apa pola interaksi antara fasilitator pelatihan dengan peserta


saat berlangsungnya materi di dalam Madrasah Asy-Syakirin ini?
Berupa komunikasi satu arah, diskusi, atau seperti apa? Bisakah
digambarkan?

Nah, jadi pola pembelajaran di pelatihan kita ini memakai pola namanya
Master Mind, ngobrol Master Mind, umumnya disini kita sebut Coffee
Morning. Jadi kita menempatkan diri kita setara dengan peserta, yang
sama-sama punya semangat menggali kebenaran serta punya semangat
membuka pikiran. Jadi si fasilitator menganggap peserta itu saudara
dimana kadang-kadang fasilitator juga perlu masukan dari saudaranya.
Bukan guru yang serba tau, atau bukan pelatih yang sudah terlatih, jadi
memposisikan dirinya itu sama dengan peserta.

10 Dan efektifkah cara seperti ini untuk peserta?

Sangat efektif. Jadi peserta tidak takut mengungkapkan pemikirannya,


peserta juga merasa tidak ada sekat, tidak ada merasa digurui, sehingga
mudah bagi mereka untuk blak-blakan dalam mengungkapkan perasaannya,
pendapatnya, apa yang mereka belum pahami, atau apa yang mereka belum
bisa terima, mereka bisa mengutarakannya tanpa ada rasa ragu.

11 Jadi apakah perubahan mereka juga terasa di kehidupan sosial,


keluarga, atau pekerjaan?

Universitas Sumatera Utara


Ya. Berdasarkan testimoni memang begitu. Kita sering ulas itu di sesi
testimoni untuk dijadikan contoh dan renungan bagi peserta-peserta
berikutnya. Ada ni misalnya yang merasakan saat ini rumah tangganya
lebih bahagia karna dia sudah belajar untuk tidak mudah marah, ketika dia
berubah ternyata istrinya berubah dengan sendirinya secara otomatis,
makin bahagialah rumah tangga mereka. Dan karena rumah tangganya
makin bahagia, produktivitas dia di kantor pun meningkat, karir semakin
baik, sosialnya pun baik. Banyak sekali kita dapat testimoni seperti itu.
Maka benarlah apa yang dikatakan Rasul, “Sabar. Jangan marah, maka
surga bagimu”. Ini betul-betul dirasakan oleh mereka yang sudah mengikuti
pelatihan.

12 Artinya ajaran-ajaran Syekh Kadirun Yahya sejalan dan sudah


terlaksana ya dengan adanya pelatihan di Madrasah Asy-Syakirin ini?

Ya, jadi seluruh ajaran beliau ini memang diformulasikan sedemikian rupa,
sehingga membentuk materi-materi di pelatihan ini, sehingga orang-orang
dapat dengan mudah melaksanakan ajaran-ajaran maupun pemikiran
beliau secara konkrit dan aplikatif. Syekh Kadirun Yahya juga sering
berfatwa, “Tanpa training centre, kau akan gagal menjadi manusia!”
disebutkan juga di dalam fatwa beliau itu jujur, militan enerjik,
bertanggung jawab terhadap diri sendiri, itu semua tentang akhlak mulia.
Jadi sosok muslim yang ingin diwujudkan beliau itu yang seperti itu tadi
yang mana akan berdampak besar terhadap kontribusi kita kepada negara.
Karena dengan memahami Islam secara benar, secara kaffah, seorang
muslim itu akan paham bahwa dia harus ikut berkontribusi terhadap
berlangsungkan kehidupan bernegara, saling mendamaikan, menebar
wujud konkrit kebaikan. Semua ini wajib dilakukan oleh orang tarekat.
Karena di dalam pemahaman orang tarekat bahwa hablumminallah itu
berbanding lurus dengan hablumminannas. Jadi kalau hubungan kita
dengan Allah itu baik, maka hubugan kita dengan manusia juga pasti baik.
Ini semua dikatakan oleh para syekh-syekh tarekat. Tasawuf itu adalah
bergaul dengan Allah secara benar, dan bergaul dengan manusia secara
baik.

13 Jadi pemahaman bahwa orang tasawuf itu tertutup terhadap


kehidupan politik tidak benar, begitu?

Tidak benarlah itu. Bahkan menurut sejarah justru orang-orang tarekat itu
paling semangat untuk berkontribusi dalam memajukan negaranya masing-
masing.

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA V

Informan : Sahmual Pasaribu


Status : Kepala Badan Otoritas Kampus sekaligus pembina Ansor
Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Waktu : 14.00 – 14.50

1 Siapa Ansor itu?

Anshor adalah murid-murid dari Syekh Kadirun Yahya dari berbagai


daerah yang kemudian belajar dan mengabdi kepada gurunya.

2 Apa tujuan Syekh Kadirun Yahya membina Ansor ini?

Jadi awalnya dulu Anshor ini latar belakangnya bermacam-macam, dimana


rata-rata dia mempunyai masalah, baik secara ekonomi maupun secara
mental, perilaku. Dulu umumnya begitu. Kemudian mereka ini dibina
dengan cara diajarkan dzikir, di samping itu mereka juga diberi pekerjaan,
diberi keterampilan.

3 Pekerjaan seperti apa?

Apa saja. Apa saja yang ada di lingkungan TN ini semuanya dikerjakan
oleh anak-anak surau. Jadi sambil dibina dzikirnya, sambil ada tempat buat
mereka melatih diri untuk bisa berkarya. Mereka diberi keterampilan
misalnya di bidang pertukangan, bangunan-bangunan disini dulu ya anak
surau ikut juga membangunnya semua. Ada juga yang dilatih jadi driver,
ada juga yang dikasih kerjaan administratif perkantoran, ada peternakan
juga dulu. Yang semuanya nanti berguna di kehidupan mereka selanjutnya.

4 Sampai kapan mereka diperbolehkan menjadi Ansor?

Kalau dulu tidak ada batasan waktu ya. Bahkan sampai ada yang puluhan
tahun menjadi anshor. Sampai udah nenek-nenek.

5 Kalau sekarang?

Sekarang ini batasannya gak ada juga, tapi kalau sekarang yang ada
batasan minimal lamanya menjadi anshor yaitu 3 tahun. Nah kapan
selesainya mereka menjadi Anshor itu ya sesuai kepentingan dia. Karena
misalnya sekarang ini ada ketentuan kalau Anshor ini udah 2 tahun jadi
anak surau, dia dikasih beasiswa untuk kuliah secara gratis dengan
beberapa syarat dan ketentuan. Nah biasanya setelah mereka tamat kuliah
itu sebagian ada yang keluar karena mau berkarya diluar, atau ada yang

Universitas Sumatera Utara


mau menikah, dan lain sebagainya.

6 Seperti apa pembinaan rutin terhadap Ansor saat ini?

Kalau saat ini semuanya lebih teratur ya dibandingkan dulu, lebih


terprogram kegiatan Anshor sekarang.

7 Meliputi apa saja misalnya?

Kira-kira beginilah rundown hariannya. Mereka bangun satu jam sebelum


waktu subuh, disitu mereka sholat tahajud. Kemudian mereka sholat subuh,
habis itu mereka gotong royong bersama, kita sebut namanya disini pagi
ceria di seluruh areal kampus. Kemudian nanti habis mereka persiapa
pribadi mereka bergerak ke zona kerjanya masing-masing. Persiapan
pribadi ini meliputi mandi, makan, dan lain-lain ya.

8 Ada lagi Pak?

Iya, itu belum selesai. Masih ada lagi, kayak hari Minggu pagi itu Anshor
ada senam sama-sama dilanjutkan sama namanya Kelas Minggu. Ini
kegiatannya di kelas, menyampaikan materi-materi khususnya menanamkan
nilai-nilai akhlakul karimah.

9 Diikuti oleh semua Ansor ini Pak?

Iya wajib semua Anshor mengikuti. Mereka dibagi 4 shift kelasnya, per shift
2 jam durasinya.

10 Apakah ada mentor khusus untuk Kelas Minggu ini?

Iya ada mentornya khusus, ada kurikulumnya.

11 Selain ini ada lagi kegiatan lain?

Ya ada, selepas Kelas Minggu kita sediakan program untuk mengasah basic
keterampilan mereka. Untuk laki-laki kita adakan kelas mengemudi

12 Berapa jumlah Ansor saat ini?

Laki-laki ada 80 orang, perempuan ada 24. Ini yang di Medan.

13 Adakah peraturan yang jelas untuk Ansor? Dan seperti apa jika ada
pelanggaran?

Universitas Sumatera Utara


Ya, kita ada SOP dan CoC khusus untuk Ansor. Misalnya ni kan ada
kewajiban Ansor untuk sholat berjamaah, seandainya dalam sebulan
mereka tidak mengikuti sholat berjamaah di masjid sampai 9 kali maka
akan diberikan surat peringatan pertama, jika 11 kali tidak sholat
berjamaah itu kita beri surat peringatan kedua, dan jika 13 langsung SP 3.
Nah SP 3 ini artinya Anshor tersebut dipulangkan. Ini lah salah satunya,
yang lain juga ada aturan-aturan lainnya

14 Apakah tidak ada toleransi untuk ini?

Tidak ada. Kita zero toleransi ya.

15 Seperti apa dampak daripada seluruh bimbingan nilai-nilai kehidupan


dan seluruh keterampilan yang diajarkan selama mereka menjadi
Ansor di kehidupan mereka sesungguhnya setelah keluar dari Ansor?

Saya kasih contoh paling dekat lah. Kayak saya ini kan, saya ini kan Anshor
juga dulunya. Nah banyak sekali saya rasakan manfaatnya di kehidupan
saya dengan pernah menjadi Anshor. Apa yang saya dapatkan selama saya
menjadi Anshor itu sangat banyak manfaatnya bagi keterampilan sosial
saya di masyarakat. Seluruh ajaran-ajaran Syekh Kadirun Yahya saya
terapkan di kehidupan saya, dan terasa sekali perbedaannya.

16 Jika terkait dengan kehidupan kita dalam bernegara ini seperti apa
perbedaannya seseorang yang pernah merasakan pembinaan di
program Ansor?

Jelas berbeda ya. Untuk Anshor ini sangat ditanamkan nilai-nilai untuk
selalu taat pada peraturan ya, jadi otomatis di kehidupan di luar pun
apalagi terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah ya kita
itu cenderung mudah menerima, mudah beradaptasi dengan aturan-aturan
baru yang ditetapkan, tanpa komplain, tanpa ba bi bu.

17 Seperti apa perbedaan karakter, pembawaan, sifat seorang Ansor yang


akan mulai dibina dan Ansor yang sudah lama dibina disini?

Sangat sangat terlihat perbedaannya, katakanlah Anshor yang baru mau


masuk dan Anshor yang udah 3 tahun mengabdi misalnya itu sangat terlihat
perbedaannnya dari segi pemikiran dan perilaku.

Universitas Sumatera Utara


18 Seperti apa ajaran Syekh Kadirun Yahya mengenai sendi-sendi
kehidupan bernegara terhadap murid-muridnya, seperti dukungan
terhadap pemerintah atau sebaliknya?

Yang saya tahu, bahwasanya Syekh Kadirun Yahya itu sangat mendukung
pemerintah. Terlihat dari banyaknya keterlibatan beliau di kepemerintahan
ya.

19 Dan nilai-nilai ini diajarkan juga kah kepada muridnya?

Pasti. Beliau selalu menekankan bahwa murid tarekat ini harus mutlak turut
dan patuh pada peraturan yang ditetapkan oleh negara, tidak boleh ada
yang bertentangan.

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA VI

Informan : Hamdani Harahap


Status : Ketua Badan Kerjasama Surau dan Mantan
Rektor Universitas Panca Budi
Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Waktu : 19.00 – 19.45

1 Seperti apa dulu asal mulanya Organisasi Tarekat ini membentuk


partai?

Dulu awal mulanya pernah saya diajak berdiskusi oleh anak dari Syekh
Kadirun Yahya, Bapak Iskandar Zulkarnain (Alm) kalau ada rencana untuk
membentuk partai. Namun memang saya saat itu tidak terlibat secara
struktural ya. Hanya salah satu aktivis saja.

2 Apa landasan pembentukan partai ini?

Yang saya lihat pada saat itu pimpinan menginginkan tarekat ini selain
tersebar di seluruh Indonesia, dikenal di Indonesia, tarekat ini juga
mempunyai wadah untuk menyalurkan aspirasi di lingkup politik. Jadi
memang beliau itu sempat memiliki visi politik pada saat itu. Dimana
supaya sama-sama saling menguntungkan, untuk partai politik
menguntungkan, dari sisi tarekat juga menguntungkan. Tarekat ini pun bisa
dikenal orang dan supaya terlindungi gitu. Karena dulu pada era 80-an
Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Syekh Kadirun Yahya ini kerap dicap
dalam tanda kutip aliran yang sesat oleh pemerintah. Salah satu usaha
Syekh Kadirun Yahya pada waktu itu adalah dengan masuk di jajaran
Partai Golkar dimana disitu beliau dapat turut serta dalam mewujudkan
pembangunan bangsa dan sisi lain dalam rangka melindungi tarekat juga,
jadi bukan karena ingin mendapatkan kekuasaan politik melainkan supaya
tarekat kita ini jangan dituduh macam-macam dan terhindar dari orang-
orang yang tidak menyukainya maka harus dekat dengan pemerintah.
Supaya kalau ada apa-apa juga sama tarekat ini secara lobi-lobi politik
lebih gampang. Gitulah dia kira-kira.

3 Apakah pemikiran politik Syekh Kadirun Yahya itu sejalan dengan


pemerintah pada saat itu?

Pasti. Syekh Kadirun Yahya itu selalu dan berusaha untuk sejalan dengan
pemerintah, beliau tidak pernah bersikap selayaknya oposisi pemerintah,
bahkan sangat mendukung pemerintah sambil meminta agar tarekat ini
dilindungi keberadaannya. Maka tadi itu saya bilang ada hubungan
mutualisme disini. Apakah Syekh Kadirun Yahya haus kekuasaan? Tidak

Universitas Sumatera Utara


juga. Apakah beliau ingin duduk di kursi MPR? Tidak. Dengan duduk di
kursi MPR, Syekh Kadirun Yahya bisa menunjukkan bahwa “ini lho orang
tarekat juga anggota MPR, tidak tertutup terhadap proses berlangsungnya
kehidupan bernegara.” Bukan karena ambisi pribadi, tidak. Lebih banyak
supaya bagaimana tarekat ini terlindungi.

4 Lantas bagaimana dulu ketika akhirnya rezim Golkar itu mulai


melenceng sehingga banyak bangkit perlawanan dan akhirnya runtuh,
bagaimana sikap Syekh Kadirun Yahya pada waktu itu? Apakah ada
instruksi khusus untuk pengikutnya pada masa itu?

Syekh Kadirun Yahya itu pintar ya, jadi ketika rezim Soeharto jatuh Syekh
Kadirun Yahya itu sudah memberi saran-saran pada Soeharto bagaimana
menjadi pemimpin yang baik segala macam. Banyak nasehat-nasehat Syekh
Kadirun Yahya pada Soehato. Tapi kan Soeharto nya tetap bersikeras, ya
Syekh Kadirun Yahya mana bisa bilang apa-apa lagi. Intinya Syekh Kadirun
Yahya waktu itu kan sudah mengingatkan, hingga pada akhirnya rezim
Soeharto benar-benar runtuh disitu Ayah ambil langkah bagaimana supaya
tarekat ini tetap terlindungi, karena kan salah satu tujuan keberadaan Syekh
Kadirun Yahya di kursi politik itu tadi, maka di masa transisi itu Ayah
mendirikan partai politik sendiri untuk menyatukan jamaahnya yang pada
saat itu bingung mau mengarah kemana. Bukan untuk tenar di panggung
politik sekali lagi saya tekankan. Supaya orang tau bahwa tarekat ini masih
dalam koridor, tidak sesat, tidak melenceng. Karena cukup sulit mengubah
paradigma orang-orang yang banyak menganggap bahwa tarekat ini sesat.

5 Bagaimana pemikiran Syekh Kadirun Yahya mengenai 4 pilar


kehidupan bernegara?

Pertama, Pancasila. Itu sudah pasti ya, bahkan beliau pernah menulis buku
yang judulnya Mendarahdagingkan Pancasila, jadi di buku itu beliau sangat
menekankan agar kita benar-benar teguh dalam mengamalkan butir-butir
pancasila, terutama sila pertama, karena itu merupakan kunci. Dimana
apabila sila pertama itu sudah mendarah daging di jiwa kita akan mudah
mengamalkan sila-sila berikutnya. Kedua, soal NKRI. Secara statement
khusus seingat saya tidak ada beliau pernah berfatwa, namun secara faktual
murid Syekh Kadirun Yahya ini kan dari Sabang sampai Merauke, bahkan
ada dari luar negeri juga. Jadi secara faktual murid-murid Syekh Kadirun
Yahya ini ya merupakan cerminan dari Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri,
kami bersaudara dekat dengan murid Syekh Kadirun Yahya dari daerah
manapun. Tidak pernah ada diskriminasi etnik, suku, atau budaya, semua
ada disini dan kami bersatu. Kemudian keempat itu Undang-Undang,
buktinya ketika saya katakan tadi bahwa Syekh Kadirun Yahya itu sangat
mendukung pemerintah, artinya Syekh Kadirun Yahya pun mendukung

Universitas Sumatera Utara


segala Undang-Undang maupun kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
dan selalu menghimbau murid-muridnya agar taat pada aturan perundang-
undangan.

6 Seperti apa hubungan ajaran tarekat Syekh Kadirun Yahya ini dengan
pengaplikasiannya di dalam kehidupan bernegara?

Ya disini Syekh Kadirun Yahya menekankan bahwa kita harus taat pada
pemimpin yang sedang berkuasa. Pada masa itu kan Golkar berkuasa, ya
Syekh Kadirun Yahya ikut Golkar, kami pun para muridnya akhirnya ikut
Golkar. Di kepemimpinan tarekat berikutnya setelah Syekh Kadirun Yahya
meninggal ya budaya itu tetap dilakukan, siapapun pemerintah yang
menjabat ya kita dukung, tidak pernah ada upaya untuk menjadi oposisi,
kita ikuti saja aturan yang ada, kita patuhi.

7 Apakah dengan kita bertarekat ini mampu menjadikan kita sebagai


warga negara yang baik sehingga ikut mewujudkan tatanan hidup
bernegara yang baik pula?
Apalagi secara jumlah pengikutnya cukup banyak ya?

Saya rasa cukup mewarnai ya. Mewarnai kehidupan berbangsa itu. Dan
seharusnya bisa ya ikut mewarnai, ikut mewujudkan tatanan kehidupan
bernegara yang baik tadi. Sekarang katakanlah kalau ada pemimpin,
misalkan walikota, anggota dewan, rektor, dekan atau apapunlah, dan dia
orang tarekat, dia telah mendapatkan ajaran tarekat. Seharusnya dia bisa
mewarnai akhlak di sekitarnya, seharusnya begitu. Karena ajaran tarekat
ini kan ajaran yang sangat mengutamakan akhlakul karimah. Jadi
dimanapun orang tarekat itu seharusnya dia bisa mewarnai kehidupan di
sekitarnya, dia juga harus menjadi rahmatan lil ‘alamin kalau mau pakai
istilah yang lebi tinggi, tapi saya pakai istilah mewarnai. Jadi kalau dia jadi
pemimpin, jadi pemimpin yang mewarnai, kalau jadi pedagang ya pedagang
yang mewarnai. Tentu akan beda seorang pedagang yang benar-bear
melaksanakan ajaran tarekat dengan pedagang yang tidak, pegawai pun
jadi pegawai yang sanun, loyal, jujur, pemimpin pun gitu.

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA VII

Informan : Febru Winaro


Status : Petugas Fungsional Peramalan Tarekat Naqsyabandiyah
Khalidiyah Kadirun Yahya
Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Waktu : 16.30 – 17.00

1 Seperti apa sebenarnya pemikiran politik Syekh Kadirun Yahya?

Yang saya ketahui dulu beliau memang orang Golkar, dan mendukung Orde
Baru sebagai pemerintah yang sah.

2 Apakah beliau pernah mengajak anggota jamaahnya untuk menolak


atau mendukung suatu kebijakan pemerintah?

Tidak pernah ya.

3 Apakah ada korelasi amalan tarekat ini dengan cara berperilaku atau
tindak-tanduk jamaah di dalam kehidupan bernegara ini?

Tentu ada perubahannya dengan orang ini mengamalkan tarekat ya. Misal
dalam kesabaran, berubah itu walaupun belum mencapai sempurna.

4 Apakah organisasi tarekat ini sejalan dengan visi misi pemerintah?

Ya sejalan dengan pemerintah namun kita memang tidak mencampuri


urusan politik praktis lebih jauh. Ini lebih ke arah apa yang dibilang-bilang
pemerintah itulah yang kita taati, kita ikuti. Dan di organisasi inipun untuk
duduk di struktural dan fungsional itu salah satu syaratnya bebas dari
organisasi-organisasi politik apapun.

5 Apakah pengamalan tarekat ini telah terbukti mampu menggiring


jamaahnya untuk bersama-sama menggalakkan amar ma’ruf nahi
munkar untuk tatanan kehidupan bernegara yang lebih baik?

Sedikit banyak pasti adalah. Karena kan semua kegiatan disini memang
kesana arahnya.

6 Kegiatan apa yang dilakukan organisasi tarekat ini selain majelis


dzikir?

Sejak jaman Syekh Kadirun Yahya dulu kita ada bakti sosial, program donor
darah rutin, membersihkan masjid, memberi makan anak yatim, sumbangan

Universitas Sumatera Utara


kepada yayasan amal secara rutin.

7 Apakah 7 NDY merupakan hasil pemikiran Syekh Kadirun Yahya?

Pemikiran beliau memang tidak spesifik seperti yang tertuang di dalam


butir-butir 7 NDY, tapi beliau selalu mendorong muridnya untuk terus
belajar, terus berubah, mendalami apa itu akhlak kemudian
mengamalkannnya. Ya secara garis besarnya lah, kemudian dibuatlah & 7
NDY itu untuk lebih spesifiknya sehingga terlihat warna akhlak untuk jaman
sekarang.

8 Seperti apa cara Syekh Kadirun Yahya berdakwah pada zaman dulu?

Ya lebih sering secara lisan ya. Atau datang ke daerah-daerah sembari


mengadakan seminar-seminar. Kadang ceramah juga tiap ada jamaah yang
ziarah kesini.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai