Anda di halaman 1dari 12

I.

Latar Belakang Masalah

Rasulullah saw adalah utusan Allah yang paling mulia di sisi-Nya, Rasulullah memiliki
keutamaan yang sangat tinggi, yang tidak bisa dicapai seorangpun dari seluruh makhluk yang
lain di alam semesta ini.

Mengetahui keutamaan Rasulullah saw mendorong seseorang untuk mencintainya,


mengikutinya dan ta’at kepadanya, karena ia mengetahui demikian banyak keutamaan dan
keistimewaan yang Allah anugerahkan kepada beliau saw berupa keindahan sifatnya,
akhlaknya, kebaikannya atas umat ini serta seluruh keutamaan beliau saw yan g lainnya.

Sangat banyak keutamaan beliau saw yang disebuntukan di dalam Al-Qur’an dan hadits
diantaranya Allah swt berfirman:

“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, berat
terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (kebaikan) bagi kalian, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”1

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,

“Dan firman-Nya {‫يز َعلَ ْي ِه َما َعنِت ُّ ْم‬


ٌ ‫} َع ِز‬, maksudnya sangat berat bagi beliau sesuatu yang
memberatkan umatnya dan menyulitkannya dan dalam Hadits shahih, ‘Sesungguhnya agama
ini mudah’, dan syari’at-Nya semuanya mudah gampang lagi sempurna, mudah bagi orang
yang Allah Ta’ala mudahkan.”2

Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan,

“{‫يص َعلَ ْي ُك ْم‬


ٌ ‫} َح ِر‬, maka dia mencintai kebaikan untuk kalian dan berusaha dengan keras
menyampaikan kebaikan kepada kalian, dan bersemangat memberi petunjuk kalian kepada
keimanan dan membenci keburukan menimpa kalian, berusaha dengan keras agar kalian jauh
ٌ ‫{بِ ْال ُمؤْ ِمنِينَ َر ُء‬, maksudnya sangat belas kasihan lagi penyayang kepada mereka,
darinya. }‫وف َر ِحي ٌم‬
melebihi kasih sayang orangtua mereka sendiri kepada diri mereka. Oleh karena inilah hak

1
(At-Taubah:128)
2
Ibnu Katsir, tafsir al-Quranul adzim, ( TT: dar at-tabiah wa at-tauzi, 1999 M), vol. IV, hlm. 241

1
beliau didahulukan atas hak-hak seluruh makhluk, dan wajib umat ini beriman kepada beliau,
mengagungkannya, menghormatinya dan memuliakannya.”3

Juga firman Allah SWT yang menunjukan akan semangat Rasulullah dalam mendakwahkan
agama Allah dan tekun dalam mendidik umatnya.

Allah berfirman:

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan As-Sunnah. Dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”4

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,

“Dan firman Allah {‫ُسواًل ِم ْن َأَ ْْنفُ ِس ِه ْم‬ َ َ‫َّللاُ َعلَى ْال ُمؤْ ِمنِينَ إِذْ بَع‬
ُ ‫ث ِفي ِه ْم َر‬ َّ ‫ }لَقَدْ َم َّن‬maksudnya (Allah mengutus
seorang Rasul) dari jenis mereka (manusia), agar mereka bisa berkomunikasi dengannya,
bertanya kepadanya, duduk menemaninya dan mengambil manfaat darinya.”

Beliau juga berkata:

“Hal ini merupakan bentuk mengingatkan atas nikmat yang paling mengena, yaitu (Allah
jadikan) para Rasul-Nya yang diutus kepada mereka dari jenis mereka sendiri (manusia),
sehingga memungkinkan mereka berkomunikasi dan menemuinya untuk bertanya tentang
maksud ucapannya. Oleh karena itulah Allah berfirman: {‫ } َيتْلُو َعلَ ْي ِه ْم آيَاتِ ِه‬maksudnya
(membacakan) Al-Qur`an, {‫}ويُزَ ِكي ِه ْم‬
َ (membersihkan jiwa mereka) maksudnya memerintahkan
mereka untuk melakukan perkara yang ma`ruf dan melarang mereka dari berbuat
kemungkaran, agar suci jiwa-jiwa mereka dan bersih dari kotoran serta keburukan yang dulu
mereka lakukan ketika masih tenggelam dalam kesyirikan dan jahiliyyah. { ‫َاب‬ َ ‫َويُعَ ِل ُم ُه ُم ْال ِكت‬
َ‫}و ْال ِح ْك َمة‬
َ maksudnya (Mengajarkan) Al-Qur`an dan As-Sunnah, {‫ } َوإِ ْن كَاْنُوا ِم ْن َق ْب ُل‬maksudnya

3
Natsir bin abdullah as-sa’di, taysirul al-karim ar-rahman fi tafsiri kalami al-manaan, ( TT: Muasasah ar-risalah,
2000 M), vol.I, hlm.356
4
(Ali ‘Imraan:164).

2
َ }‫ }لَ ِفي‬maksudnya (mereka) benar-benar dalam
ٍ ‫ض ََل ٍل ُم ِب‬
sebelum (pengutusan ) Rasulullah ini, ‫ين‬
penyimpangan dan kebodohan yang nampak jelas dan nyata bagi setiap orang.”5

Rasulullah menyebuntukan keutamaan atas dirinya, didalam hadits nya yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah beliau bersabda:

ُ َ‫اس ي‬
،‫طوفُونَ بِ ِه‬ ِ ‫ إِ َّاًل َم ْو‬،ُ‫ َك َمث َ ِل َر ُج ٍل َبنَى َبيْتا فَأَحْ َسنَهُ َوَأَجْ َملَه‬،‫اء ِم ْن قَ ْب ِلي‬
ُ َّ‫ فَ ََجعَ َل الن‬،ٍ‫ض ََع لَبِنَ ٍة ِم ْن َزَ ا ِويَة‬ ِ َ‫إِ َّن " َمث َ ِلي َو َمث َ َل األ َ ْْن ِبي‬
" َ‫ فَأَْنَا اللَّ ِبنَةُ َوَأَْنَا خَاتِ ُم النَّ ِب ِيين‬:َ‫ت َه ِذ ِه اللَّ ِبنَةُ؟ قَال‬ ِ ‫ َويَقُولُونَ ه َََّل ُو‬،ُ‫َويَ ْع ََجبُونَ لَه‬
ْ ‫ض َع‬

“Sesungguhnya permisalan aku dengan para Nabi sebelumku adalah seperti seorang yang
membangun sebuah rumah kemudian memperbagus dan memperindahnya kecuali satu tempat
batu bata di sisi rumah itu. Maka orang-orang mulai mengitari dan takjub dengan rumah
tersebut seraya berkata: “Mengapa tidak ada yang meletakkan satu batu ini?” Kemudian beliau
bersabda: “Akulah satu batu bata itu, dan aku lah penutup para Nabi.”6

Juga didalam hadits nya yang lain beliau bersabda, “Aku adalah pimpinan anak Adam pada
hari kiamat, orang pertama yang dikeluarkan dari kubur, orang pertama yang memberi syafaat
dan diizinkan untuk memberi syafaat’.”7

Demikian keutamaan Rasulullah yang amat mulia dari seluruh mahluk Allah swt, masih banyak
lagi keutamaan-keutamaan Rasulullah yang termaktub didalam Al-Qur’an dan As-Sunah,
meski demikin masih banyak orang yang tidak mau beriman kepada Allah dan Rasullnya dan
bahkan mungkin mengaku beriman namun ia enggan melaksanakan apa yang diperintahkannya
dan menjauhi larangannya. kurangnya ilmu dan rasa cinta ditambah kurangnya mengenal sosok
Rasulullah mungkin menjadi penghalang mereka untuk menjdikan dirinya pengikut Rasulullah
yang setia, ditambah gencarnya musuh Islam yang menghalang-halangi orang-orang untuk
memeluk Islam bahkan sekedar mengenalanya, menjadi faktor besar sebagai penghalang
manusia untuk memeluk agama yang fitrah ini. Maka sungguh beruntung bagi mereka yang
sudah mengenal Rasulullah dengan keimanan kepadanya dan pembelaan atasnya. Tragedi
charlie hebdo rabu, (07/01)8 menjadi saksi akan kecintaan dan pembelaan seseorang terhadap
Rasulullah dimana hal tersebut terjadi ketika sebuah majalah yang di terbitkan olah
sekelompok orang jurnalis paris menempatkan tema penghinaan terhadap Nabi Muhammad,

5
Ibnu Katsir, tafsir al-Quranul adzim, ( TT: dar at-tabiah wa at-tauzi, 1999 M), vol. II, hlm. 158
6
Bukhori al-ju’fi, sahih bukhori, tahqiq: an-Nasir, (TT: dar tuq an-najah, 1422 H), vol.IV, hlm.186
7
Muslim, sahih muslim, (berut: daar ihyaa at-turast al-arabi), vol.IV, hlm. 1782
8
http://www.kiblat.net/search/penghina, diakses jam. 07:10

3
insiden tersebut memicu umat Nabi Muhammad mengahabisi orang-orang yang menghina
Nabi Muhammad saw.

Hal tersebut merupakan perkara yang diperbolehkan dalam Islam dimana ketika Nabi
Muhammad dihina dan dilecehkan maka balasannya adalah dibunuh dan orang tersebut kafir.
Para ulama telah bersepakat bahwa orang mukmin yang menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah kafir murtad dan wajib dibunuh. Pendapat ini adalah ijma’ yang telah dinukil
oleh mayoritas para ulama, diantaranya Imam Ishaq Bin Ruwaihah, Imam Ahmad, Qodhi
Iyadh, Al-Khattabi dan lain-lain.9

Begitulah yang terjadi, ketika Nabi Muhammad dihina diremehkan maka umat Muslim
akan bangkit membela meski harus berkorban harta dan nyawa, inilah bukti akan rasa cinta
umat Rasulullah terhadap beliau. Namun disisi lain ada orang-orang yang mengungkapkan rasa
cinta yang sangat berlebihan.

Adalah Ali al Habsyi, seseorang yang telah mengarang sebuah buku ‘untaian mutiara’
yang berisikan syair-syair sanjungan terhadap Rasulullah. Dalam bukunya Ali bin Muhammad
bin Husein al-Habsyimenjelaskan akan keutamaan Rasulullah, diantara keutaman Rasulullah
yang ia tuliskan dalam bukunya adalah bahwa Rasulullah makhuk pertama yang diciptakan
oleh Allah di jagat raya ini, diciptakannya Rasulullah itu dari cahya yang beasal dari cahaya
Allah, dan ciptaan seluruh mahluk merupakan sempalan cahaya dari Rasulullah saw. Tentu
dengan melihat pendpat Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyiini kita bisa melihat bahwa
pendapat beliau adalah pendpat batil yang merusak aqidah ahlu sunnah. meskipun demikian
Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyimasih berdalih dengan hadits yang disanadarkan
kepada Rasulullah.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdurazzaq dengan sanadanya sampai pada Jabir
bin Abdullah al-Ansari ra, bahwa ia pernah bertanya: “demi ayah dan ibuku, ya Rasulullah,
beritahukanlah akau suatu yang dicipta Allah sebelum segalanya yang lain” jawab beliau:
“wahai jabir, sesungguhnya Allah telah menciptakan nur Nabimu: Muhammad dari nur-Nya
sebelum sesuatu yang lain.10 Kemudian didalam hadits nya yang di sebuntukan oleh

9
Ibnu taimiyah, As-Sharimul Maslul, tahqiq: abdul hamid, (makah: mamlakah ar-rabiyah as-su’udiyah),
hlm,300-301
10
Husain al-habsyi, simtu ad-durrar, (solo: sekertariat masjid riyadh, TT), hlm.11

4
sebahagian manusia yaitu “Kalaulah bukan kerana engkau (Muhammad), tidak Allah ciptakan
'Arasy, Kursi, bumi, langit, matahari, bulan dan selainnya.11

Ibnu Taimiyah mengomentari akan hadits tersebut, “Muhammad s.a.w. Sayyid (tuan)
anak-anak Adam, dan seutama-utama ciptaan dan yang paling mulia, dan dari sini telah berkata
sebagian org : sesungguhnya Allah menciptakan alam karenanya, atau (kata mereka) Kalau
bukan kerananya (Muhammad) Allah tidak menciptakan 'Arays, Kursi, langit, bumi, matahari
dan bulan. Akan tetapi ianya bukan hadith dari Nabi s.a.w, tidak yang soheh tidak juga yang
dhoief. dan tidak seorgpun di kalangan ahli Ilmu yang menyebutnya sebagai hadith dari Nabi
s.a.w. bahkan tidak juga diketahui dari sahabat bahkan ianya adalah perkataan yang tidak
diketahui siapakah pengucapnya.12

Syakh bin Baz mengomentari hadits tersebut bahwa, “Ini adalah ucapan dari
sebahagian orang awam yang tidak mengetahui (tidak faham), sebahagian mereka mengatakan
bahawasanya dunia diciptakan disebabkan Muhammad, kalaulah bukan kerana Muhammad,
tidak diciptakan dunia, tidak diciptakan manusia, (perkataan ini) adalah batil dan tiada asal
padanya, dan perkataan ini adalah perkataan yang jahat. Allah menciptakan dunia ini untuk
diketahui kesucian dan ketigngiannya dan utnuk beribadah kepadanya. diciptakan dunia dan
ciptaan-ciptaan untuk diketahui nama-namanya dan sifat-sifatnya, kudrahnya dan ilmuNya dan
untuk beribadah kepadanya, tiada sekutu baginya. Bukan disebabkan Muhammad, Nuh, bukan
juga Musa, 'Isa dan bukan disebabkan para Nabi yang lain. bahkan diciptakannya untuk
diabdikan diri kepadanya sahaja tiada sekutu baginya. Allah menciptakan dunia dan segenap
mahluk agar mereka beribadah kepada-Nya dan mengetahui bahwa dialah zat yang maha
mampu atas segala sesuatu.13 Sebagimana yang difirmankan-Nya :

{Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah
kepadaku}14 Allah menjelaskan bahwa penciptaan mahluknya semata-mata agar mereka agar
beribadah kepada-Nya bukan untuk yang lainnya.

`Abdullah al-Ghamariy (seorang pakar hadits) mengatakan: “Hadits tersebut


merupakan hadits maudhu` (palsu). … Bersamaan dengan itu, hadits tersebut juga tidak

11
Ibnu taimiyah, majmu’ fatawa ibnu taimiyah, tahqiq: Muhammad bin qasyim, ( madinah: daar wafaa, 1995
M), vol.XII, hlm.86-87
12
Ibid, hlm.96
13
Abdullah bin Baz, fatawa Nur 'ala ad-darb, vol.I, hlm.65
14
QS, adz-Zariyaat, ayat.56

5
terdapat dalam kitab Mushannaf `Abdurrazzaq, Tafsir-nya, dan tidak juga dalam Jami`-nya. …
Maka shahabat Jabir bin `Abdullah radhiyallahu `anhu (perawi hadits menurut mereka)
berlepas diri dari menyampaikan hadits tersebut. Demikian juga `Abdurrazzaq, dia tidak pernah
menulis hadits tersebut (dalam kitabnya). Orang yang pertama menyampaikan hadits ini adalah
Ibnu Arabi. Saya tidak tahu dari mana dia mendapatk annya.”15

Dapat ditarik kesimpulan bahwa akidah nur muhammd yang digalangkan oleh Ali bin
Muhammad bin Husein al-Habsyidalam bukunya dan orang-orang yang berlebihan memuji
Nabi Muhammad saw menginginkan hal tersebut menjadi pintu untuk mendapatkan rahmat
Allah swt. Begitulah manusia karena tidak belajar ilmu agama. Sesat mengaku benar. Inilah
yang paling tidak menguntungkan bagi diri peribadi di dunia dan di akhirat.

Para pengarang akidah Nur Muhammadyang tidak ada dasarnya, sangat menghormati
dan membesarkan Rasulullah saw secara berlebih-lebihan, hingga dikemukakan perkara yang
sangat luar biasa bahkan ada yang bersifat syirik, memperlakukan Nabi saw seolah-olah Allah
swt. Dan semua dasar aqidah Nur Muhammadtidak ada yang benar menurut para ulam ahlu
sunah sehingga kami khawatir sekiranya umat Islam Indonesia terjangkit dengan akidah yang
abal-abal yang tidak dikehendaki oleh Rasulullah saw, dengan hal itu berarti mereka telah
menempatkan imej palsu terhadap Nabi saw yang bukan imejnya sendiri.

Perusakan imej murni Rasulullah itulah anatara lain yang hendak dihindarkan seperti
oleh firman Allah swt.

“katakanlah (wahai Muhammad) sesungguhnya aku ini manusia seperti kamu,


diwahyukan kepadaku bahwa tuhan kamu adalah tuhan yang maha esa, maka barang sipa
yang mengharapakan berjumpa dnenga tuhannnya hendaklah ia melakukan amal salih dan
jangan menyekutukan dalam mengabdi tuhannya akan sesuatu.”16

Bukankanh umat Kristen telah terperosok ke dalam mempertuhannkan Isa al-Masih


sebab terlalu memuji dan memuliakan Rasul Allah itu? Maka dari situlah Rasulullah saw
mewanti-wanti umatnya agar tidak berlebih-lebihan terhadapnya. Sabda Rasulullah saw,

15
https://muslim.or.id/6806-keyakinan-nur-Muhammad-cikal-bakal-wihdatul-wujud.html diakses, 20:50
16
QS, al-kahfi, ayat.110

6
Dari Ibnu Abbas, dia mendengat Umar berkata di atas mimbar, “Saya mendengar Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian terlalu berlebih-lebihan kepadaku
sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan kepada Isa bin Maryam,
sesunggunhya aku hanyalah seorang hamba Allah maka katakanlah hamba Allah dan
RasulNya”17

Kita memang dikehendaki mencintai, memuliakan dan mengikuti Rasulullah saw.


Mengikuti yang paling tinggi diberikan kepadanya dengan kita mengikuti jejak Rasulullah
dalam ber Islam sehingga kita akan dicintai Allah dan dicintai rasul-Nya, sebagai mana yang
difirmankan Allah swt.

“Katakanlah (Muhammad) ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah maha pengampun Allah maha
penyayang.”18

Penghormatan yang paling tinggi juga diberikan kepadanya dengan mencurahkan kasih
sayang yang sebesar-besarnya kepada jungjungan kita itu sebagaimana sabdanya,

“Demi yang diriku di dalam tangann-Nya tidak beriman seseorang kamu sehingga aku
lebih dikasihi olehnya daripada anaknnya, ayahnya, dan manusia semuanya.”19

Namun, buka mengada-ngada secara berlebih-lebihan tentang dirinya dan bukan


dengan meletakan sesuatu yang tidak patut ke atas pribadinya yang mulia itu, sehingga malah
terperosok terhadap suatu perkara yang menjadikan Beliau sebagi tandingan selain Allah swt,
sehingga munculah didalamuya berbagai macam kesyirikan-kesyirikan yang tidak dikehendaki
oleh Allah dan rasuln-Nya.

Itulah yang menjadikan penulis tertarik untuk membahas dan mengupas permasalahan
ini. Karena hal ini ada kaitannya dengan akidah Islamiyah dan manhaj salafu-salih dalam
memperlakukan Rasulullah saw, sebagai mana mestinya. Ini yang harus kita jaga eksistensi
kemurniannya.

II. Rumusan Masalah

17
Bukhori al-ju’fi, sahih bukhori, tahqiq: an-Nasir, (TT: dar tuq an-najah, 1422 H), vol.IV, hlm.167
18
QS, ali-imran, ayat.31
19

7
Dari gambaran latar belakang masalah tersebut, penulis menemukan permasalahan yang
ingin penulis bahas dalam skripsi ini. Maka dapat dirumuskan.

Bagaimana pandanga Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi tentang Nur Muhammad
dan bantahan terhadapnya

III. Tujuan Penelitian

Sebuah penelitian ilmiah haruslah mempunyai tujuan dan kegunaan yang jelas. Setidaknya
ia harus memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian tentang
pandangan Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi tentang Nur Muhammad di dalam kitab
simtu ad-dhurar adalah keinginan penulis mengetahui pandangan Ali bin Muhammad bin
Husein al-Habsyi tentang Nur Muhammad dan bantahannya, sehingga bisa diketahui seberapa
jauh kekeliruan dan kesesatan dari keyakinan Nur Muhammd, dengan mngetahuinya kita bisa
berhati-hati dari keyakinan tersebut bahkan dengan kita mengetahuinya kita bisa mengkeritisi
sampai nantinya umat akan tau dan kemudian meninggalkan keyakinan tersebut.

IV. Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kotribusi ilmiyah yang bermanfaat baik
secara teoritis dan praktis.

a. Secara teoritis

Sebagai sumbangan karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan wacana
keislaman di dunia akadmik. Hasil penelitian ini diharapkan juga bisa dijadikan sebagai
pedoman bagi para peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

b. Secara praktis

Sebagai kontribusi pemikiran dan wawasan khazanah islamiyah yang ilmiah bagi
masyarakat luas dalam bidang hukum islam praktis.

V. Kajian Pustaka

Sejauh penelitian penulis, belum ditemukan kajian yang mengkritisi tentang keyakian
Nur Muahmmad secara khusus dan berbahasa Indonesia .

Adapun penelitian-penelitian yang penulis temukan hanya sebatas penelitian yang


membicarakan Nur Muhammad secara history seperti yang ditulis oleh Rahmawati
didalam skripsinya dengan judul “hikayat Nur Muhammadsuntingan teks dan analisis

8
penciptaan.” Begitu juga sebuah disertasi yang ditulis oleh Drs. H. Sahabudin yaang
berjudul “Syakh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhani (Studi Tentang Nur Muhammad).”
VI. Metode Penelitian
a. Jenis penelitian

Menurut jenisnya, penelitian ini termasuk jenis penilitian kepustakaan (library


research), yaitu sebuah penelitian atau studi yang memfokuskan pembahasan pada
peninjaua literatur yang terkait dari berbagai sumber. Sehingga diharapkan data
yang didapatkan benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawaban.

b. Teknis pengumpulan data

Teknis pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan cara dokumentasi,


yakni mencari data dari berbagai argumen mengenai hal-hal yang terkait, baik dari
literatur yan berupa buku, majalah, jurnal, web, dan sebagainya. Setelah data
terkumpul, maka data tersebut diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data primer dan
data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, yaitu
buku simtu ad-dhurar yang dikarang oleh Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi

Adapun data sekunder adalah data yang didapat dengan melacak beberapa
literatur yang terkait dengan permasalahan Nur Muhammad, baik sebagai
pelengkap maupun sebagai komparasi. Data sekunder ini penulis seleksi dengan
mempertimbangkan relevansinya dengan topik penelitian.

c. Analisis data

Untuk meneliti dan menganalisis data-data tersebut, peneliti mencoba


menerapkan penelitian yang bersifat kritis dan cenderung menggunakan analisis
dengan pendekatan induktif, yaitu mengkaji secara kritis pada pemikiran yang akan
diteliti.

VII. Sistematika Penulisan

Guna memudahakan penyajian, berikut penulis sertakan sistematika pembahasan


menjadi empat bab, yaitu:

Bab pertama, pendahuluan. Bab ini sebagai sebuah pengantar yang menggambarkan
secara singkat dari keseluruhan isi pembahasan dalam penelitian ini. Terdiri dari latar

9
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kontribusi penelitian,
kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, berisi landasan teori dalam penelitian ini. Landasan teori tersebut berisi
teori mengenai keutamaan Rasulullah dalam al Qura’an dan asunnah. Serta teori yang
menerangkan penciptaan makhluk Allah terkhusus manusi serta tugas yang di emban.

Bab ketiga, analisa data. Bab ini berisi analisa penulis terhadap kyakian Nur
Muhammad

Bab keempat, Bantahan terhadap keyakian Nur Muhammad.

Bab kelima, penutup kesimpulan

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Kontribusi Penelitian
1.5. Kajian Pustaka
1.6. Metode Penelitian
1.7. Sistematika Penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1 Keutaman Nabi Muhammad


2.1.1. Keutamaan Nabi Muhammad dalam al Qur;an
2.1.2. Keutamaan Nabi Muhammad dalam as Sunnah
2.1.3. Keutamaan Nabi Muhammad terhadap Nabi yang lain
2.1.4. Keutamaan Nabi Muhammad terhadap umatnya
2.1.5. Status beliau menjadi Nabi
2.1.6. Tugas Nabi Muhammad
2.1.7. Keutamaan umat Nabi Muhammad
2.2. Penciptaan Manusia
2.2.1. Penciptaan manusia dalam al Qur’an
2.2.2. Penciptaan manusia dalam as Sunnah
2.2.3. Pandangan para ulama tentang penciptaan Manusia
2.2.4. Tugas diciptakannya manusia

10
BAB III : PANDANGAN ALI BIN MUHAMMAD BIN HUSEIN AL-HABSYI TENTANG
NUR MUHAMMAD

3.1. Biografi Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi

3.1.1. Nasab Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi

3.1.2. Guru-Guru Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi

3.1.3. Murid-Murid Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi

3.1.4. Riwayat Menuntut Ilmu

3.1.5. Karya-Karya Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi

3.1.6. Sanjungan Terhadap Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi

3.1.7. Wafatnya Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi

3.2. Pandangan Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi Tentang Nur Muhammad

3.2.1. Pengertian Nur Muhammad

3.2.2. Diciptanya Nabi muhammad dari cahaya

3.2.3. Diciptakannya Nabi muhammad dari nur Allah

3.2.4. Makhluk yang pertama kali diciptakan

3.2.5. Seluruh makhluk semesta alam adalah cabang dari penciptaannya

3.2.5. Hadits Nur Muhammad

BAB IV: ANALISA TERHADAP PANDANGAN ALI ALI BIN MUHAMMAD BIN
HUSEIN AL-HABSYI

TENTANG NUR MUHAMMAD

4.1. Definisi Nur Muhammad

4.2. Makhluk pertama yang diciptakan

4.3. Manusia diciptakan dari tanah.

4.4. Nur Muhammad bukan dari Nur Allah

11
4.5. Status hadits Nur Muhammad

BAB V : PENUTUP

5.1. Kesimpulan
5.2. Keterbatasan Penelitian
5.3. Saran
5.4. Daftar Pustaka

12

Anda mungkin juga menyukai