SKRIPSI
Aulia Adam
110906058
ABSTRAK
i
AULIA ADAM (110906058)
ABSTRACT
This study entitled Social and Political Movements: Descriptive Study “Social
Revolution” of East Sumatra, 1946. The purpose of this study will outline the
political factors behind the outbreak of the mass murder of the noblemen East
Sumatra in March 1946, and the movement patterns that occurred. East Sumatra itself
is a residency which is a forerunner to establishment of North Sumatra. Post-
independence Indonesia, a movement occurred in East Sumatra, killing a lot of
nobility. Theory of Political Opportunity Structures is used to analyze this problem.
The theory is owned by David McAdam and Peter Eisinger.
Simply put, Theory of Political Opportunity Structure peeling a social
movement that occurs due to changes in the political structure. So this theory can be
used as an analysis knife to dissect the movement patterns that occurred. The method
used is a method of qualitative research with descriptive research. Data collection
techniques performed by the method of literature study and interviews.
From this study, we can see that the political background condensed into the
root cause of this social movement. Political structure in the form of residency or the
empire in East Sumatra was about to be replaced with a republican system adopted b
most national fighters. Movement patterns that occurred also in accordande with the
theory political opportunity structure belonging to Peter Eisinger. In which political
and social movements in East Sumatra stems from political institutions in the
residency experience openness, then the absence of political balance but has not yet
formed a new political equilibrium. The next phase is the utilization of a conflict
between the political elite who used the opportunity to rebel by the perpetrators of the
movement. Last, socio-political movements in East Sumatra arise when agents of
change together with the elites to make changes.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Pengesahan
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Menyetujui:
Mengetahui:
Dekan FISIP USU
iv
Karya ini dipersembahkan untuk
v
Kata Pengantar
Dalam pengerjaan skripsi ini, peneliti ingin bersyukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan begitu banyak kenikmatan serta mengelilingi peneliti dengan
orang-orang luar biasa baik hati.Untuk itu, kepada mereka peneliti mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
vi
3. Bapak Warjio, MA, Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, arahan, dan bimbingan dalam pengerjaan skripsi ini.
4. Kepada seluruh staf pengajar FISIP.
5. Kepada seluruh teman-teman peneliti yang kehadirannya benar-benar
mendorong semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai titik kesempurnaannya karena
adanya kekurangan atau apapun.Penulis mengaharapkan kepada para pembaca untuk
dapat memberikan kritikan dan saran yang dapat mendukung kesempurnaan skripsi
ini sehingga penulis dan para pembaca dapat menjadikan skripsi ini sebuah
pengetahuan yang dapat dipahami oleh banyak pihak.
Penulis
Aulia Adam
vii
DAFTAR ISI
Abstrak .......................................................................................................... ii
Abstract ......................................................................................................... iv
BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................... 1
viii
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 19
2. Tanoh Jawa....................................................................................... 60
3.1.3 Serdang............................................................................................. 65
ix
3.1.5 Kualuh .............................................................................................. 67
3.2 Analisis Pola Gerakan Sosial Politik di Sumatera Timur pada Maret 1946 69
4.2 Saran......................................................................................................... 91
Daftar Pustaka.............................................................................................. xv
Daftar Lampiran:
x
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar
Gambar 3.2 Pola Gerakan Sosial Politik yang Terjadi di Sumatera Timur.... 79
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
ABSTRAK
i
AULIA ADAM (110906058)
ABSTRACT
This study entitled Social and Political Movements: Descriptive Study “Social
Revolution” of East Sumatra, 1946. The purpose of this study will outline the
political factors behind the outbreak of the mass murder of the noblemen East
Sumatra in March 1946, and the movement patterns that occurred. East Sumatra itself
is a residency which is a forerunner to establishment of North Sumatra. Post-
independence Indonesia, a movement occurred in East Sumatra, killing a lot of
nobility. Theory of Political Opportunity Structures is used to analyze this problem.
The theory is owned by David McAdam and Peter Eisinger.
Simply put, Theory of Political Opportunity Structure peeling a social
movement that occurs due to changes in the political structure. So this theory can be
used as an analysis knife to dissect the movement patterns that occurred. The method
used is a method of qualitative research with descriptive research. Data collection
techniques performed by the method of literature study and interviews.
From this study, we can see that the political background condensed into the
root cause of this social movement. Political structure in the form of residency or the
empire in East Sumatra was about to be replaced with a republican system adopted b
most national fighters. Movement patterns that occurred also in accordande with the
theory political opportunity structure belonging to Peter Eisinger. In which political
and social movements in East Sumatra stems from political institutions in the
residency experience openness, then the absence of political balance but has not yet
formed a new political equilibrium. The next phase is the utilization of a conflict
between the political elite who used the opportunity to rebel by the perpetrators of the
movement. Last, socio-political movements in East Sumatra arise when agents of
change together with the elites to make changes.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dari perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa. Kemerdekaan Indonesia itu sendiri,
pada dasarnya tidaklah semata-mata muncul dari gerakan bersenjata, tapi juga lewat
gerakan sosial, yang tumbuh sebagai manifestasi dari kesadaran sejumlah kaum
muda, waktu itu, akan realitas. Gerakan inilah yang kemudian memaksa Sukarno dan
berkuasa, Orde Lama tumbang karena gerakan sosial. Digantikan Soeharto sebagai
penguasa Orde Baru yang tumbang juga karena gerakan sosial setelah 32 tahun
berkuasa.
untuk mencapai kepentingan dan tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective
perlawanan yang dilakukan oleh rakyat biasa yang bergabung dengan kelompok
1
Hosnan. 2011. Gerakan Sosial Politik Dalam Mewujudkan Demokratisasi. Universitas Airlangga. Press.Political
Science, Juli 2011.
1
masyarakat yang lebih berpengaruh. Menggalang kekuatan bersama dengan tujuan
melawan para elite, pemegang otoritas ataupun pihak-pihak lawan yang lain.
Perlawanan ini berubah menjadi sebuah gerakan sosial ketika didukung oleh jaringan
sosial yang kuat serta resonansi kultural dan simbol-simbol aksi yang menimbulkan
cita-cita atau tujuan.Sedangkan gerakan sosial, adalah suatu gerakan dari kelompok
sosial untuk kepentingan sosial dan tujuan sosial, sehingga dapat mempertahankan,
mengubah, dan mengganti atau menghapus hal-hal yang kurang sesuai dari suatu
2
Putra, Fadillah dkk.Gerakan Sosial: Konsep, Strategi, Aktor, Hambatan dan Tantangan Gerakan Sosial di
Indonesia. Malang: Averroes Press, 2006. Hal. 1
3
Sinuhaji, Wara.2007. Patologi Sebuah Revolusi: Catatan Anthony Reid tentang Revolusi Sosial di Sumatera
Timur Maret 1946. Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Sastra USU, Historisme, Edisi No. 23/Tahun XI/Januari
2007
2
Definisi gerakan di atas sangat sesuai untuk manggambarkan dan
Timur merupakan gerakan dari kelompok sosial yang bertujuan untuk mengubah,
mengganti, dan menghapus hal-hal yang kurang sesuai dengan tata sosial suatu
Partai Komunis Indonesia (PKI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI) atau golongan
pemuda radikal yang prorepublik. Masa antara 1945-1947 adalah masa–masa revolusi
Mengutip Reid, dalam bukunya Blood of the People, istilah Revolusi Sosial
yang menggambarkan tragedi berdarah 4 Maret 1946 dicetuskan pertama kali oleh dr.
Amir, Wakil Gubernur Sumatera Timur kala itu. 5Revolusi ini dipicu oleh gerakan
antifeodalisme, anti dengan sistem sosial politik yang memberikan kekuasaan besar
4
Sinuhaji, Wara. 2007. Op.cit.
5
Basarshah II, Tuanku Luckman Sinar. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur.Hal. 542.
3
Republik Indonesia. 6 Banyak bangsawan meregang nyawa dengan cara brutal. Dan
Namun, dalam penelitian ini, istilah Revolusi Sosial akan diganti dengan
istilah Pembantaian Massal. Hal ini disebabkan makna revolusi sosial tak sesuai
dengan fakta sebenarnya yang terjadi pada Maret 1946 tersebut. Menurut Kepala
Peneliti Pusat Studi Ilmu Sejarah (Pusis) Universitas Negeri Medan Phil Icwan
Azhari, istilah Pembantaian Massal jauh lebih tepat digunakan. Sebab gerakan sosial
politik yang terjadi bukanlah revolusi sosial, melainkan sebuah gerakan yang
akhirnya kebablasan. 8Secara teoritis, revolusi adalah wujud perubahan sosial paling
Jakarta. Kabar tersebut sampai di Langkat setelah utusan dari Sumatera, M. Amir dan
Tengku Hassan kembali dari Jawa. Setelah informasi kemerdekaan tersebut menyebar
di Sumatera Timur, barulah pada 4 Oktober 1945 bendera Merah Putih dikibarkan di
6
Kahin, George McTurnan. 2003. Nasionalism and Revolution in Indonesia.Cornell University Press.Hal 412.
7
http://www.lenteratimur.com/maret-berdarah-di-sumatera-timur-67-tahun-silam/ diakses 24 Maret 2015.Pukul
13.28 WIB.
8
Hasil wawancara dengan Bapak Phil Ichwan Azhari pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 12.59 WIB di Kantor Prodi
Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sejarah, Unimed.
9
Sztompka, Piotr. 2005. Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta: Prenada Media. (Terj)Hal. 357.
4
Sumatera dan sekitarnya. 10 Pada 5 Oktober 1945, Sultan Mahmud yang saat itu
menduduki beberapa tempat penting untuk melucuti senjata dan memulangkan tentara
lainnya.Lalu pada akhir tahun saat tentara Sekutu melakukan razia di Tebingtinggi,
mereka juga sempat mengadakan kunjungan kehormatan kepada Sultan Langkat yang
saat itu sebagai penguasa daerah.Kaum Komunis dan Kaum Kiri lainnya
menggunakan peristiwa ini sebagai fitnah adanya konspirasi bahwa Sultan Langkat
adalah orang yang anti Republik. 11Walaupun, pada beberapa literatur mengatakan
penyebab pembantaian ini adalah lalainya para Sultan dan Raja menjalankan sistem
pemerintahan baru, yaitu demokrasi yang telah dijanjikan sesuai dengan Undang-
Gesekan dan perang dingin antara Kerajaan Langkat dengan laskar-laskar pun
terus terjadi, hingga ketegangan memuncak pada 3 Maret 1946. Malam itu, Bupati
Tengku Amir Hamzah beserta seluruh pembesar kerajaan diculik dan dibawa ke
Kebon Lada (daerah Pungai).Amir Hamzah adalah Pangeran Langkat Hilir sekaligus
seorang penyair besar yang turut menggelorakan gerakan anti kolonialisme melalui
10
Pandji Ra’jat. 1947. Akibat Revoloesi Sosial di Soematera Timoer, 43 Familie Sultanaat Langkat Diboenoeh.
11
Basarshah II, Tuanku Luckman Sinar. Op. cit. Hal 492-493.
12
Prihantoro, Moegi. 1984. Perang Kemerdekaan di Sumatera 1945-1950. Medan: Dinas Sejarah Kodam II Bukit
Barisan Tinggi.
5
gagasan Indonesia.Mereka kemudian disiksa dan dipancung oleh algojo Mandor
Akan tetapi, Sultan Mahmud tak turut dibunuh.Ia ditangkap dan diasingkan
hingga kemudian wafat karena sakit. Kedua putri Sultan Mahmud sempat diperkosa
di depan Sultan Mahmud sendiri, dan kisah pemerkosaan itu menjadi cerita turun
temurun di keluarga mereka hingga saat ini. Pada memoar itu juga tercantum kutipan
dari Tengku Amaliah, istri Tengku Amir Hamzah, yang menceritakan kisah suaminya
Kini, jika berkunjung ke Mesjid Azizi di Tanjung Pura, kita akan menemukan
makam Tengku Amir Hamzah dan petinggi Kerajaan Melayu lainnya, yang telah
dipindahkan dari kuburan korban pembantaian di Kebon Lada pada tahun 1948 lalu.
mengatakan bahwa hari itu adalah hari yang tidak boleh dilupakan oleh seluruh
rakyat Indonesia.Ia menyebutnya sebagai hari paling jahat dan paling kejam yang
dilakukan oleh Volksfront. Selain dimotori oleh PKI, mereka juga kerap disebut-sebut
13
Basarshah II, Tuanku Luckman Sinar. Op. cit. Hal 494.
14
http://www.lenteratimur.com/maret-berdarah-di-sumatera-timur-67-tahun-silam/ diakses 24 Maret 2015.Pukul
13.28 WIB.
6
(Pesindo), Ku Tui Sin Tai (Barisan Harimau Liar), Hizbullah, dan buruh-buruh Jawa
Pembantaian ini tak hanya melanda Langkat. Seluruh residen dalam kawasan
Sumatera Timur juga mengalami hal yang sama dalam rentang 3-4 Maret 1946.
(Tamiang) sampai Siak (kini propinsi Riau). Oleh pemerintah Hindia Belanda,
disebut sebagai wilayah “keresidenan Sumatera Timur, yang terdiri dari wilayah
kerajaan Langkat (yang berbatasan dengan Residensi Aceh), kerajaan Deli, Kerajaan
Jalannya gerakan sosial politik menurut para sosiolog berada dalam sepuluh
tahapan, yang pertama sekali didahului oleh kondisi khas yang disebut “revolutionary
prodrome” yang ditandai oleh ketidakpuasan, keluhan, kekacauan, dan konflik yang
15
Loc. cit.
16
http://ikhti.blogspot.com/2013/06/revolusi-sosial-di-sumatera-timur.html. Diakses pada 26 Maret 2015. Pukul:
16.53.
7
kesetiaan intelektual sebagai hasil agitasi kelompok tertentu dengan cara-cara tertentu
seperti penyebaran pamflet atau doktrin yang menentang rezim yang lama. 17
Dari paparan teoritis ini, gerakan sosial politik muncul akibat adanya
ketidakpuasan yang selanjutnya disulut oleh agitasi dan provokasi dari pihak-pihak
rezim yang akan dijatuhkan. Artinya suatu revolusi tidak pernah berjalan spontan, dia
ketidakpuasan publik. Jadi sangat tidak benar bila dikatakan bahwa pembantaian
massal di Sumatera Timur itu adalah suatu peristiwa yang berjalan spontan. Kasus
revolusi sosial (yang pertama sekali diungkapkan oleh dr. Amir) yang terjadi di
Sumatera Timur itu betul-betul suatu gerakan yang sudah direncanakan secara
kaum bangsawan dan cendekiawan Sumatera Timur itu. Untuk kasus di Sumatera
Timur, sudah jelas otak di balik serangkaian tindakan kejam di luar perikemanusiaan
itu adalah Markas Agung yang dilaksanakan Volksfront dengan pimpinan utama
Sarwono Sastro Sutardjo, Zainal Baharuddin, M. Saleh Umar, Nathar Zainuddin, dan
Sumatera Timur dianggap lebih dominan pada intrik politik dan balas dendam,
menurut salah satu saksi mata Maxinius Hutasoit, “Sudah tentu bahwa dalam revolusi
17
Sztompka, Piotr. 2005. Ibid. Hal. 364
18
Biro Sejarah Prima, Medan Area Mengisi Proklamasi, volume 1 (Medan: Badan Musyawarah Pejuang Republik
Indonesia Medan Area, 1976), Hal. 628.
8
sosial itu terselundup pula segala macam hal yang sebenarnya sama sekali tidak ada
menyebabkan peristiwa yang terjadi pada Maret 1946 ini masih diliputi misteri. Sulit
mencari apa sebenarnya yang terjadi, bagaimana kronologisnya, siapa aktor yang
bergerak dan apa yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi? Bahkan dalam kajian
sejarah di sekolah-sekolah, peristiwa ini tak tersentuh dalam kurikulum. 20Kejadian ini
telah berlangsung lama, sehingga pelaku langsung banyak yang telah berpulang ke
Ilahi. Kalaupun ada, kendala utama lainnya cukup jelas: ingatan selalu ada
batasnya. 21
datang dari ilmu sejarah.Dan sedikit sekali yang fokus meneliti gerakan sosial yang
Atau bagaimana gerakan ini bisa “sukses” terjadi dan berhasil menewaskan 140
orang, termasuk para penghulu, pegawai didikan Belanda, dan sebagian besar kelas
tengku. 22
19
Hutasoit, Marnixius. 1986.Percikan Revolusi di Sumatera. Jakarta: BPK Gunung Mulia.Hal. 46.
20
http://ikhti.blogspot.com/2013/06/revolusi-sosial-di-sumatera-timur.html. Diakses pada 26 Maret 2015. Pukul:
16.53.
21
SUARA USU. 2014.Sejarah Kabur, Sejarah Mungkin Terulang. Majalah Pers Mahasiswa SUARA USU Ed. V.
22
Wara Sinuhaji.2007. Op. cit.
9
1.2.Perumusan Masalah
yang memiliki pengertian yang berbeda dengan partai politik maupun kelompok
sosial politik juga dikemukakan oleh Rudorf Haberle bahwa gerakan sosial
harapan dengan kenyataan atau yang biasa dikenal dengan nama deprivasi
hingga politik. 24Perkembangan gerakan sosial membawa gerakan sosial menjadi lebih
23
Tarrow. 1994. Power in Movement: Social Movement, Collective Action, and Politics. New York: Cambridge
University Press. Hal. 12
24
Ritzer, George. 2005. Encyclopedia of Social Theory. University of Maryland.Hal 753.
25
Ritzer, George. 2005. Ibid. Hal 368.
10
mencakup banyak aspek.Diantaranya meliputi tradisi kebudayaan dan politik, rasa
sosial menekankan pada isu sosial makro yang memungkinkan tumbuhnya gerakan
sosial. Menurut McAdam, ekonomi dan khususnya politik menjadi faktor utama yang
(PKI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI) atau golongan pemuda radikal yang
prorepublik. Masa antara 1945-1947 adalah masa–masa revolusi fisik di mana jargon-
kolonial yang dihasilkan oleh kolaborasi pemerintah Hindia Belanda, planters, dan
kaum bangsawan menganggap saat ini adalah waktu yang tepat untuk melampiaskan
yang dilakukan oleh volksfront berhasil meletuskan gerakan sosial politik pada 3
26
Sinuhaji, Wara. 2007. Ibid.
11
hingga 4 Maret 1946 di Sumatera Timur. Untuk itu disusun rumusan masalah yang
akan coba dijawab oleh penelitian ini. Berikut adalah rumusan masalah yang akan
pembantaian massal?
Agar tidak terjadi ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan akan
masalah yang akan diteliti adalah gerakan sosial politik yang berujung pada
Sumatera Timur yang digunakan adalah definisi Keresidenan Sumatera Timur oleh
Belanda.
12
1.5. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang dapat
tidak hanya bagi peneliti, tetapi juga bagi akademisi lainnya di berbagai
tingkatan pendidikan.
Timur 1946.
sosial terjadi disebabkan perubahan dalam struktur politik yang dilihat sebagai
kesempatan. 27 Ada empat hal yang menyajikan definisi sekaligus mendasari POS,
yaitu:
27
Eisinger, Peter. 2009. Theories of Political Protest and Social Movement: A Multidisciplinary Introduction,
Critique, and Synthesis. USA and Canada: Routledge.
13
• The nature of the chief executive
Dalam preposisi yang diajukan seperti pada keterangan di atas terlihat bahwa
mengenai agen atau aktor. Faktor-faktor tersebut, secara individu maupun kelompok,
merupakan faktor untuk mencapai tujuan politik atau bisa juga menghambat tujuan
politik tersebut.Selain itu, terdapat pula faktor governmental responsiveness dan level
Baru, yang telah jauh berkembang dari Gerakan Sosial Klasik.Teori gerakan sosial
baru adalah muncul sebagai kritik terhadap teori lama sebelumnya yang selalu ada
dalam wacana ideologis kelas khas Marx.Gerakan sosial baru adalah gerakan yang
lebih berorientasi isu dan tidak tertarik pada gagasan revolusi. Dan tampilan dari
gerakan sosial baru lebih bersifat plural, yaitu mulai dari gerakan antirasisme,
antinuklir, feminisme, kebebasan sipil dan lain sebagainya. Gerakan sosial baru
beranggapan bahwa di era kapitalisme liberal saat ini perlawanan timbul tidak hanya
dari gerakan buruh, melainkan dari mereka yang tidak terlibat secara langsung dalam
sistem produksi seperti misalnya, mahasiswa, kaum urban, kaum menengah. Karena
sistem kapitalisme telah merugikan masyarakat yang berada di luar sistem produksi.
Ada beberapa hal yang baru dari gerakan sosial, seperti berubahnya media hubungan
14
antara masyarakat sipil dan negara dan berubahnya tatanan dan representasi
Gerakan sosial baru menaruh konsepsi ideologis mereka pada asumsi bahwa
masyarakat sipil tengah meluruh, ruang sosialnya telah mengalami penciutan dan
digerogoti oleh kemampuan kontrol negara. Dan secara radikal Gerakan sosial baru
mengubah paradigma marxis yang menjelaskan konflik dan kontradiksi dalam istilah
kelas dan konflik kelas. Sehingga gerakan sosial baru didefenisikan oleh tampilan
gerakan yang non kelas serta pusat perhatian yang non materialistik, dan karena
gerakan sosial baru tidak ditentukan oleh latar belakang kelas, maka mengabaikan
organisasi serikat buruh industri dan model politik kepartaian, tetapi lebih melibatkan
politik akar rumput, aksi-aksi akar rumput. Dan berbeda dengan gerakan klasik,
struktur gerakan sosial baru didefenisikan oleh pluralitas cita-cita, tujuan, kehendak,
Gerakan sosial baru pada umumnya merespon isu-isu yang bersumber dari
Jean Cohen menyatakan Gerakan Sosial Baru membatasi diri dalam empat
pengertian yaitu, (a) aktor-aktor gerakan sosial baru tidak berjuang demi kembalinya
komunitas-komunitas utopia tak terjangkau di masa lalu (b) aktornya berjuang untuk
otonomi, pluralitas (c) para aktornya melakukan upaya sadar untuk belajar dari
15
pengalaman masa lalu, untuk merelatifkan nilai-nilai mereka melalui penalaran, (d)
gerakan sosial.Ada dua hipotesa mengenai fungsi tersebut, yaitu model linier dan
model curvilinier. Dalam model linier, protes adalah bentuk dari frustrated response,
ketika POS rendah maka protes akan tinggi, dan sebaliknya ketika POS tinggi maka
protes akan menurun. Dalam model curvilinier, ketika POS rendah maka protes juga
rendah, dan sebaliknya ketika POS tinggi maka akan meningkatkan protes. Protes
pertama-tama akan meningkat dan kemudian menurun ketika POS meningkat. Hal ini
objektif dan definisi subjektif.Dalam definisi objektif, POS dikaitkan dengan struktur
ini dilihat berdasarkan pihak luar.Berbeda dengan definisi objektif, definsi subjektif
28
Cohen, Bruce J. 1992. Sosilogi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
16
Eisinger mengemukakan pula variabel tentang sebuah kemunculan gerakan
sosial yang mempergunakan mekanisme POS. Pertama, gerakan sosial muncul ketika
gerakan sosial muncul ketika keseimbangan politik sedang tidak stabil dan
keseimbangan politik baru belum terbentuk.Ketiga, gerakan sosial muncul ketika para
elite politik mengalami konflik besar dan konflik ini dipergunakan oleh para pelaku
perubahan bersatu oleh para elite yang berada di dalam sistem untuk melakukan
perubahan. 29
dalamperiodisitas, gaya, dan isi dari aktivis dari waktu ke waktu dan varians dalam
aplikasi sistem ini untuk analisis politik protes merupakan langkah penting ke arah
koherensi yang lebih besar dan lebih komparatif dalam memahami berbagai protes
gerakan sosial. 30
Teori POS atau Struktur Kesempatan Politik digunakan dalam penelitian ini
karena relevan dengan permasalahan yang diteliti yaitu mengenai pola gerakan sosial
29
https://satwikobudiono.wordpress.com/2013/01/24/struktur-kesempatan-politik-gerakan-perempuan-di-
indonesia/. Diakses pada 28 Maret 2015.Pukul 10.04 WIB.
30
Meyer, David C, and Debra Minkoff. 2004. Conceptualizing Political Opportunity. The University of North
Carolina Press. Social Forces, June 2004. Hal 1458.
17
yang terjadi di Sumatera Timur pada Maret 1946.Teori ini dapat digunakan untuk
menganalisis arah tindakan pelaku revolusi sebagai aktor politik yang berhasil
hasil penelitian yang menunjukkan apakah pola di balik gerakan sosial politik yang
politik pada 4 Maret 1946 di Sumatera Timur.Teori ini juga dianggap paling bisa
mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok
orang yang dianggap berasal dari masalah sosial kemanusiaan. Proses penelitian
partisan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke
31
John W. Creswell. 2012. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 4-5.
18
1.7.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
teknik pengumpulan data yang tepat, yang akan sangat berpengaruh terhadap hasil
masalah secara valid dan reliabel, yang pada gilirannya akan memungkinkannya
a. Studi Pustaka
data primernya. Hal ini disebabkan kejadian yang sudah sangat lama,
bahan yang diambil sebagai data-data untuk penulisan tulisan ilmiah berasal
dari tulisan-tulisan, maupun artikel yang terdapat dalam buku- buku, jurnal,
32
Bagong Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. Hlm 17-18.
33
Hadari Nawawi.2003.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers. Hal. 94.
19
makalah, media cetak, internet dan sejenisnya yang berkaitan dengan
penelitian ini.
b. Wawancara
sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data sebagai pencari
informasi yang dijawab secara lisan pula oleh informan. Dengan kata lain,
wawancara secara sederhana adalah alat pengumpul data berupa tanya jawab
secara lisan. 34Wawancara ini dilakukan sebagai penguat data primer. Untuk
itu, beberapa ahli mengenai kasus ini akan dijadikan informan. Adapun yang
pelaku utama adalah hal yang tak terhindarkan. Namun, masih ada
2. Suprayitno
34
Hadari Nawawi dan Martini Hadari.1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. hal. 98
35
SUARA USU. 2014.Catatan Sejarah di Maret Berdarah.Majalah Pers Mahasiswa SUARA USU Ed. V.
20
Dosen Fakultas Ilmu Budaya sekaligus peneliti sejarah pembantaian
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
sebuah proses pengambilan kesimpulan secara induktif serta analisa pada fenomena
36
Burhan Bungin. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. Hal: 103.
21
1.8. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
penelitian.
sana.
Dalam bab ini akan berisi tentang analisis pola gerakan sosial politik
di Sumatera Timur pada 1946. Kemudian akan dikaji apa saja faktor
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis
diperoleh.
22
BAB II
hingga kondisi sosial politiknya yang sangat erat dengan penyebab terjadinya
peristiwa berdarah pada Maret 1946 di keresidenan ini. Profil ini penting diketahui
sebab Sumatera Timur merupakan tempat peristiwa yang jadi objek penelitian ini.Hal
penting lainnya adalah, diharapkan dari profil ini bisa membantu mengasah penelitian
yang terdiri dari Kerajaan Langkat, Kerajaan Deli, Kerajaan Serdang, Kerajaan
Belanda sampai di wilayah Kerajaan Melayu di tepi Selat Malaka pada Agustus 1865,
keresidenan ini berhasil diinvasi.Wilayah ini kemudian diakui sebagai salah satu
terbaik yang dimiliki keresidenan ini, dalam tempo 10 tahun saja, Keresidenan
Sumatera Timur menjadi terkenal di dunia sebagai penghasil ekspor 1/3 dari total
ekspor yang dilakukan di seluruh Hindia Belanda (nama Indonesia saat dijajah oleh
23
Belanda). Oleh sebab kemakmuran dan banyaknya investasi modal asing itu tertanam
dalam bidang perkebunan besar dan tambang minyak, maka pada 1915, Keresidenan
Memasuki abad ke-20, Pemerintah Hindia Belanda mulai lebih keras lagi
Kolonial Belanda memaksakan raja-raja yang besar yaitu Siak, Langkat, Deli,
Serdang, Asahan dan Kualuh dan Pelalawan (Kampar) serta Riau-Lingga untuk
menandatangani “Politik Kontrak” tahun 1907. Hal ini juga berlaku pada Kerajaan di
Jawa, Kalimantan, dan lain-lain. Dengan tekanan yang keras maka Sultan Sulaiman
Syariful Alamsyah dari Serdang adalah yang terakhir dipaksa menandatangani Politik
Kontrak 1907 sambil mengucapkan pidato protes berbunyi, bahwa sekarang Raja-raja
Bumiputera diikat Belanda dengan rantai emas. Isi Politik Kontrak kira-kira bertujuan
untuk: (1) Membuat satu buah Kas Kerajaan bersama-sama, sehingga pendapatan
yang masuk ke kas masuk ke Pemerintah Hindia Belanda. Anggaran itu pula yang
itu; (2) Membuat Anggaran Belanja Kerajaan yang terpisah dari kas raja dan
banyaknya sesuai pendapatan yang bisa diperoleh oleh kerajaan itu sendiri dan hasil
negerinya; (3) Adanya pembayaran yang tetap dari hasil negeri kepada raja dan orang
besarnya; (4) Hak untuk memungut beacukai di pelabuhan (ekspor dan impor)
diambil alih Belanda dari tangan raja dengan dibayarkan ganti rugi tetap; (5) Adanya
37
Basarshah II, Tuanku Luckman Sinar. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Kata
Pengantar.
24
garis jelas mengenai warga/kaula kerajaan sebagaimana halnya di daerah
Gubernemen lainnya; (6) Membuka kesempatan timbulnya hak kebendaan atas tanah
untuk tempat tinggal di ibukota kerajaan (perlahan-lahan hak ulayat tanak dihapus). 38
Timur, maka akan diklasifikasikan menjadi kondisi sosial ekonomi dan kondisi sosial
politik. Sesuai dengan definisi gerakan sosial menurut Ritzer, gerakan sosial dapat
disisipkan dalam aktivitas ekonomi, sosial, kebudayaan hingga politik. Hal ini akan
38
Basarshah II, Tuanku Luckman Sinar. Ibid. Hal. 252-253.
39
Korte Velarking adalah bahasa Belanda dari Pernyataan Pendek, sebuah politik Belanda memperpendek jalur
birokrasi.Misalnya yang terjadi pada Indragiri, dalam hal ini rajanya haruslah tunduk kepada sembarang perintah
dari pembesar Belanda secara tak terbatas. Baca Basarshah II, Tuanku Luckman Sinar. Ibid. Hal 255.
25
semua raja-raja di Sumatera Timur.Di antara raja-raja yang paling banyak mendapat
keuntungan adalah Sultan Deli, Sultan Langkat, Sultan Serdang, dan Sultan Asahan.
menjalankan kekuasaan hukum adat mereka, antara lain yang terpenting adalah tanah.
pribadi para sultan dan datuk yang berkuasa di Sumatera Timur. Pada tahun 1915,
39,2 persen penghasilan pajak di Deli, 37,9 persen di Langkat, dan 51,9 persen di
Serdang masuk ke kantong pribadi sultan dan datuk-datuknya. Keuntungan dari pajak
Machmoed dari Kerajaan Langkat adalah yang paling kaya di antara mereka.Dengan
tahun 1931 mencapai f.184.568.Sultan Amaloedin dari Deli mendapat f. 472.094 dan
meskipun tidak sehebat Sultan-sultan Melayu juga menerima keuntungan yang besar
dari perkebunan itu.Di samping gaji mereka sebanyak f.6.720 setahun, dua rajanya
yang terkaya menerima uang jalan sebesar f.1800 setahun dan menerima upeti dari
rakyatnya.Para Sibayak di Tanah Karo mendapat gaji rata-rata f.2.400 setahun, jauh
40
Reid, Anthony. Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera Utara. Jakarta: Sinar
Harapan. 1987. Hal. 89
26
lebih sedikit dan gaji Sultan-sultan Melayu.Perinciannya adalah sebesar f.3.960
setahun untuk Sibayak Lingga dan f.1.200 setahun untuk Sibayak Kutabuluh. 41
Sejalan dengan kekayaan yang luar biasa inilah muncul perubahan gaya hidup
mampu membangun istana yang megah, membeli mobil mewah, dan pesiar ke
terjadi jurang pemisah yang lebar antara kaum elite Eropa dan kerajaan dengan orang
Cina, Jawa, India, Banjar, Sunda Mandailing, Bawean, Batak, Gayo, Alas, dan
pada zaman kolonial Belanda benar-benar kompleks dan bervariasi antara satu daerah
Pada lapisan atas terdapat kaum elite penguasa kolonial yang terdiri dari
beberapa lapisan. Pertama, orang-orang Eropa, yaitu pejabat-pejabat kolonial,
administrator perkebunan, dan para pengusaha.Kedua, keluarga enam
kesultanan Melayu, Langkat, Deli, Serdang dan Asahan, Kota Pinang, dan
Siak. Ketiga adalah para raja Karo dan Simalungun, kaum intelektual
41
Suprayitno.2001. Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia. Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia. Hal. 22-23.
27
Indonesia berpendidikan barat (dokter, pengacara, pejabat, sipil kolonial
senior), dan para pedagang kaya, Cina, India, dan Indonesia. 42
beberapa kali lipat yakni menjadi 1.693.200 jiwa. Penyebab semua ini adalah
masuknya kuli-kuli dari Jawa dan Cina dalam jumlah besar ke perkebunan-
perkebunan di Sumatera Timur dan adanya migrasi orang-orang dari Tapanuli, Aceh,
Dalam tahun 1929 diperkirakan terdapat 301.936 orang kuli yang bekerja di
perkebunan. Jumlah ini terdiri dari 275.233 kuli dari Jawa dan 26.703 kuli asal
jumlah penduduk Sumatera Timur lebih dari separuhnya adalah para penduduk
Adanya komposisi penduduk yang demikian itu menjadi penting dilihat dari
perbedaan kultur dan aspirasi politik di masa pergerakan kebangsaan Indonesia. Para
pendatang politik yang berbeda dari penduduk asli. Di samping itu, para pendatang
ini memiliki perbedaan kultur dengan para penduduk asli Sumatera Timur. Jumlah
42
Langenberg, Micheal. 1985. Regional Dynamic of The Indonesian Revolution: Unity from Diversity. Honolulu,
Hawaii. Hal. 115.
28
penduduk asli (Melayu, Karo dan Simalungun) pada tahun 1929 secara keseluruhan
kurang dari empat puluh persen dari seluruh penduduk Sumatera Timur.Dengan
kesultanan Melayu itu penduduk Jawa dan Cina menempati posisi mayoritas.Ini
terjadi karena adanya pemusatan perkebunan di daerah itu.Kondisi yang serupa juga
terjadi di tujuh kerajaan yang lebih kecil, yaitu Suku Siantar, dan Panai.Hanya di
empat kerajaan yaitu Karo, Lingga, Berusjahe, Suka dan Sarinembah, orang-orang
Pemukiman Cina dan Jawa tidak hanya ada di perkebunan tetapi juga di luar
perkebunan.Pada tahun 1926 hanya sekitar separuh dari penduduk Jawa yang tinggal
bermukim di kota-kota terdekat. Mereka yang Cina lebih banyak tinggal di daerah
seperti Belawan juga dihuni oleh orang Cina dalam jumlah yang besar.Di samping
itu, meluasnya penyebaran penduduk Batak Toba ke Sumatera Timur akibat adanya
yang mendesak raja-raja Panei, Bilah dan Siantar untuk mendatangkan para petani
43
Langenberg. Op.cit. Hal. 93-99.
29
Batak Toba ke wilayah kerajaan mereka.Kebijaksanaan itu diberlakukan karena pada
dekade pertama abad ke-20 Sumatera Timur kekurangan beras. Dengan demikian
Batak Toba ke Sumatera Timur.Penyebaran petani Batak Toba juga diikuti pula
dengan datangnya sejumlah besar para misionaris agama Kristen, guru-guru dan
Batak Toba di Simalungun meningkat dari tiga ratus menjadi 21.000 orang.Mereka
di Sumatera Timur yang secara turun-temurun dimiliki penduduk asli, kini digarap
tidak hanya oleh perkebunan asing tetapi juga oleh para petani Batak Toba.Kondisi
Timur.Dengan demikian jelas bahwa mengalirnya ratusan ribu buruh dan kaum
daerah Sumatera Timur menjadi terkenal dan secara ekonomis sangat maju
44
Sinar, T Luckman. Op.cit. Hal. 240-243.
30
tetapi hal itu tidak dialami oleh para buruh perkebunan yang pada dasarnya adalah
majikannya dan mereka kebanyakan tidak mengetahui isi kontrak yang mereka
oleh tiga peraturan pemerintah.Pertama, Koeli Ordonantie yang diajukan pada tahun
melanggar pasal-pasal kontrak kerja mereka. Mereka yang melarikan diri dari
perkebunan dapat ditangkap dan dipaksa kembali oleh polisi untuk meneruskan
kontrak kerja mereka di perkebunan atau dihukum dengan cara lain. Ketiga, untuk
Para kuli perkebunan pada tahun 1926 hanya mendapat gaji sebesar f.19.50,
sementara gaji terendah asisten perkebunan Eropa berjumlah dua puluh kali lebih
besar dari gaji kuli orang Jawa dan Cina, yakni f.350 sampai f.540 dan gaji menajer
perkebunan sebesar f.675. Suatu peristiwa penyiksaan terhadap kuli kebun dengan
45
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
46
Sinar, T Luckman. Op.cit. Hal. 91.
31
diberlakukannya poenale sanctie adalah peristiwa Pulau Mandi yang terjadi pada
tahun 1926.Pada bulan Oktober tahun itu seorang asisten perkebunan bangsa Jepang
menyekap para kuli perkebunan Pulau Mandi. Para kuli yang jumlahnya tujuh orang
dipukuli dan dikurung selama satu bulan dalam ruangan yang luasnya tidak kurang
dari dua meter persegi dan dipaksa memakan kotoran manusia dan kuda. Kuli-kuli itu
diancam akan dibunuh bila melaporkan kejadian yang dialaminya kepada orang lain.
Buruh-buruh yang kondisinya sangat miskin itu terus bertambah. Yakni dari 31.454
pada tahun 1883 menjadi 186.556 tahun 1912 dan 336.000 tahun 1932. Mereka
sebagian besar adalah para buruh Jawa.Mereka adalah sekelompok masyarakat yang
Sumatera Timur yang justru dengan nyata sekali punya andil dalam proses
32
perkembangan perkebunan dan masuknya Pemerintah Kolonial Belanda adalah
munculnya suatu pelapisan sosial yang mempunyai garis pisah yang tajam. Ciri yang
menonjol dari masyarakat Sumatera Timur pada akhir tahun 1920-an adalah jurang
sosial ekonomi yang lebih memisahkan secara tajam kelompok kecil elite dengan
telah berkembang dengan cepat. Kota-kota besar lainnya dengan cepat berkembang di
seluruh Sumatera Timur dengan sebab-sebab yang sama. Siantar khususnya, menjadi
sebuah pusat administrasi dan ekonomi yang penting dan sekaligus menjadi jalur
baru di perkotaan. Para perantau dari daerah lain yang datang ke Sumatera Timur
sebagian besar tinggal di daerah perkotaan. Mereka bekerja sebagai kerani, guru
sekolah, pedagang kaki lima, pengrajin, dan pekerja di sektor jasa. Jumlah mereka
sangat cepat berkembang dari tahun ke tahun. Di Medan misalnya jumlah penduduk
kota ini meningkat dari 42,5 ribu pada tahun 1920 menjadi 76,6 ribu pada tahun
1930. Secara detail jumlah penduduk kota-kota Sumatera Timur adalah sebagai
48
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
33
berikut; Medan (76.584), Pematang Siantar (15.328), Tebingtinggi (14.026), Binjai
Kota Medan telah dihuni oleh 4.293 orang Eropa, 27.287 Cina, dan
Medan, bangga menyebut dirinya sebagai Deliaan (Belanda Deli), dengan ciri-ciri
khas, kasar, pemabuk, kurang adat, dan benci pada birokrasi yang menghambat
penumpukan harta. 50
Di samping itu selama tahun 1930-an, Siantar, Tebingtinggi, dan Binjai juga
menjadi kota-kota yang secara etnis sangat heterogen.Penduduk kota itu telah
melahirkan suatu budaya baru yang terlepas dari lingkungan budaya asalnya dan
kerajaan. Di Medan muncul suatu kesadaran baru, yakni kesadaran akan identitas ke-
bahasa yang dipakai sejumlah perusahaan penerbitan seperti Pewarta Deli yang
masih ada sejumlah penerbitan seperti Sinar Deli yang nasionalis radikal, Pelita
49
Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera. Jakarta. Sinar
Harapan. Hal. 108-109.
50
Ibid. Hal. 78 dan catatan No.5.
34
1928.Pengakuan ini penting artinya dalam menumbuhkan budaya baru yang bersifat
nasional di Kota Medan. Dengan cermat Hamka melukiskan, bahwa anak Deli adalah
tunas yang paling mekar dalam pembangunan bangsa Indonesia. Anak Deli adalah
keturunan campuran dari berbagai etnis yang bebas dari kungkungan budaya
tradisional. 51
pembentukan cabang Boedi Oetomo di Medan pada tahun 1908. Di bawah pimpinan
dr. Pirngadi, Boedi Oetomo merekrut anggota dari kalangan dokter, guru, ahli hukum,
mengajak massa untuk menghancurkan sistem kuli kontrak dan poenale sanctie.
51
Hamka. 1966. Merantau ke Deli. Kuala Lumpur. Pustaka Antara. Hal. 56.
52
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
35
Sarekat Islam juga melancarkan kampanye demokrasi ekonomi untuk memperbaiki
Komunis Indonesia (PKI) ke Sumatera Timur pada 1920, membuat wajah pergerakan
politik menjadi radikal.Kekuatan partai ini tidak hanya terletak pada kepiawaiannya
Partai Komunis tidak hanya mendapat simpati dari buruh kota, tetapi juga dari
53
Kampanye itu akhirnya membuat kaum buruh menjadi radikal.Mereka melancarkan aksi mogok pada bulan
September 1920 yang melumpuhkan aktivitas Deli Spoorweg Maatschappij (D.S.M). Reid, Anthony. Op.cit. Hal.
128.
54
Basarshah II, T Luckman Sinar. 1992. Revolusi Sosial Pihak Kiri 1946 di Serdang dalam Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), Revolusi Nasional di Tingkat Lokal. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Sejarah Nasional.Hal. 79
36
perkebunan mendirikan jaringan mata-mata untuk mengawasi kegiatan PKI. Deli
terlibat di dalam kegiatan melanggar ketertiban umum akan diberhentikan. Partai ini
Marxis hancur pada tahun 1927.Pemimpinnya banyak yang dibuang ke Digul atau
(PNI) oleh Mr. Iwa Kusuma Sumantri dan Mr. Sunaryo pada tahun 1929 di
erat.Banyak tokoh Taman Siswa aktif dalam membangun PNI dan tokoh PNI
perhatian yang besar pada konsep Negara Nasional Indonesia, Bahasa Nasional
dibubarkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1931, demikian juga penggantinya
55
Reid, Anthony. Op.cit. Hal. 113.
37
Namun demikian PNI memberi sumbangan penting dalam mengembangkan
Partai Indonesia Raya (Parindra).Kedua organisasi ini mendapat dukungan luas dari
organisasi massa yang bersifat nasional dan radikal. Gerindo dengan tegas
membedakan diri dengan Parindra yang moderat dan kooperatif, yang mereka
pergerakan bekas anggota PKI, Partindo, dan PNI bergabung dengan Gerindo. 56
tanah pribumi.Hak-hak tanah dengan cepat menjadi isu utama program partai untuk
56
Dootjes, F.J.J. 1939. Kroniek 1938. Amsterdam: Oostkust van Sumatra Instituut. Hal. 55.
38
dukungan kuat dari buruh-buruh Jawa, petani Karo, dan Simalungun. 57Gerindo
Timur.Pada tahun 1938 cabang Gerindo didirikan di Binjai, Arnhemia, dan Tanah
Jawa.Di Kisaran dan Sunggal, cabang Gerindo dibentuk pada tahun 1939, sedangkan
di Tanjung Balai dan Kabanjahe pada tahun 1940.Gerindo aktif memberikan kursus-
Simalungun.Pada tahun 1936, beberapa pegawai sipil kolonial dan guru-guru sekolah,
Batak Toba ini, berkembang menjadi isu politik pada tahun 1930-an. Untuk
57
Ibid.
58
Reid, Anthony. Op.cit. Hal. 129-130.
59
Ibid. Hal. 121.
39
mengatasi hal ini, pemerintah Belanda menyediakan 1.500 hektare tanah sawah untuk
Timur.Semua organisasi ini tidak bertahan lama karena tidak mendapat dukungan
dari kalangan masyarakat bawah dan juga para bangsawan yang terpelajar.Kaum
intelektual Melayu sendiri sukar untuk melepaskan diri dari kungkungan adat
istana.Menurut tradisi istana, setiap problem yang dihadapi oleh orang Melayu
diselesaikan lewat tradisi istana.Ini merupakan prinsip tegas yang membatasi kaum
istana tetapi justru karena pergerakan nasional itu sendiri mengancam kelangsungan
60
Dootjes, F.J.J. Op.cit. Hal. 84.
40
seluruh Sumatera Timur telah berdiri semua cabang organisasi politik namun etnis
Melayu tetap bersikap apatis.Organisasi yang ada di kalangan mereka justru ditujukan
untuk menghadang ancaman para imigran dan militansi gerakan nasionalisme dan
bersifat etnosentris. Organisasi yang bersifat etnosentris kembali hadir dengan nama
Persatoean Soematera Timoer (PST). PST dibentuk pada tahun 1938 di bawah
pimpinan Abdul Wahab dan Zahari.Organisasi ini mendapat sambutan luas dari
kalangan bawah suku Melayu, Karo, dan Simalungun, yang tidak senang dengan
kondisi sosial penduduk asli Sumatera Timur, juga untuk melawan dominasi suku-
Pada tahun 1940, dalam sebuah koferensi pertama PST, dr. Tengku Mansoer
dipilih menjadi ketua. Tengku Bahriun dari Deli diangkat sebagai sekretaris dan
PST, di antaranya adalah Mr. Djaidin Purba dan Madja Purba di Simalungun. Di
Serdang, PST mendapat perhatian serius dari kaum bangsawan, terutama Tengku
Rajih Anwar (putera mahkota). Organisasi ini meskipun menekankan pada orang asli,
61
Langenberg, Michael. Op.cit. Hal. 76.
62
Reid, Anthony. Op.cit. Hal/ 124-125.
63
Langenberg, Michael. Op.cit. Hal. 77
41
tetapi secara organisatoris didominasi oleh suku Melayu.Orang Karo dan Simalungun
sedikit sekali duduk di dalam dewan pimpinan partai.Namun demikian PST mampu
mereka telah ditindas oleh tatanan sosial yang ada dan berupaya untuk mengubah
pendudukan Jepang kondisi sosial ekonomi daerah Sumatera Timur hancur sama
yang telah hancur akibat pertempuran singkat pada Maret 1942.Bersamaan dengan itu
akhirnya menyebabkan surplus produksi dari daerah Karo dan Tapanuli Selatan tidak
bahwa seluruh tanah perkebunan adalah milik Kekaisaran Jepang dan semuanya di
bawah kontrol langsung Pemerintah Militer Jepang.Ini berarti bahwa hak istimewa
yang dimiliki oleh penguasa tradisional dan hak sewa tanah dihapuskan. 64 Daerah
64
Langenberg, Michael. Op.cit. Hal. 229.
42
perkebunan dibagi dalam lima divisi, yang masing-masing diatur oleh Cabang
kosong dan hutan lebat dijadikan persawahan.Sebagian orang Jawa, Toba, Karo, dan
yang tajam antara kaum pergerakan dan kerajaan/petani Melayu. Perkembangan ini
tentu saja membawa konsekuensi berat bagi para petani Melayu dan pihak
kehilangan hak milik atas tanah di Sumatera Timur, tetapi juga menyaksikan sendiri
bagaimana tanah-tanah leluhur mereka diambil alih oleh sejumlah besar kaum
sentimen antikerajaan. 67Kondisi ini akhirnya mendapat reaksi dari kaum aristokrat
65
Ini adalah badan yang bertugas mengoordinasikan hasil perkebunan yang bermarkas di Singapura.Badan ini
sebelumnya bernama Rengokai. Dootjes, Kroenik 1941-1946. Hal 19.
66
Langenberg, Michael. Op.cit. Hal 232-233
67
Reid, Anthony. Op.cit. Hal 202
43
tanah.Gerakan ini mendapat dukungan dari kalangan bangsawan Serdang, Langkat,
mati.Namun demikian aktivitas gerakan bawah tanah ini tetap dilanjutkan oleh tokoh-
sendiri sengan nama Siap Sedia (SS). SS diharapkan dapat menggantikan peranan
PST yang sudah dibubarkan oleh Jepang, dengan tujuan untuk melindungi identitas
organisasi ini sebagai jawaban atas semakin meningkatnya aktivitas kaum pergerakan
Secara politis gerakan ini memang tidak berhasil, tetapi secara moral mampu
samping organisasi ini menjadi semacam wahana untuk memelihara hubungan antara
kaum aristokrat kerajaan dengan pemerintah Hindia Belanda yang telah mengungsi
ke Australia.Melalui organisasi ini identitas orang asli dan ide-ide otonomi Sumatera
dalam SS dan kepala desa Melayu, segera berusaha menggalang kekuatan untuk
Anak Soematra Timur yang didominasi etnis Melayu dibentuk untuk merealisasi
tujuan itu. Organisasi ini dipimpin oleh dr. Tengku Mansoer dan Ustad Kadir yang
keduanya aktif dalam organisasi SS. Organisasi ini ternyata tidak mampu menahan
68
Suprayitno. Op.cit. Hal. 48.
44
derasnya gelombang para pendatang menyeroboti tanah leluhur mereka.Pada masa
yang terjadi akibat kebijaksanaan Pemerintah Jepang membuat martabat pada sultan
dan raja-raja memudar di mata masyarakat.Pada setiap upacara, para sultan dan raja-
raja diperintahkan berdiri sejajar dengan para pemimpin pergerakan politik sambil
menyanyikan lagu memuja Jepang.Lebih tragis lagi, raja dan kaum bangsawan harus
mengayunkan cangkul untuk memberi contoh kepada rakyat tentang pertanian dan
pada residen (Shu-Chokan).Di Sumatera Timur dewan itu didominasi kaum kerajaan
digantikan Tengku Hafaz, cucu Sultan Oesman dari Deli dan putra pangeran Bedagai.
Dalam sidang dewan bulan Maret 1945, jabatan kedua dewan diserahkan kepada dr.
Snagi-Kai, namun Jepang mulai tidak tertarik pada dua tokoh bangsawan ini.Karena
dianggap tidak bersikap pro-Jepang dan tidak mampu mengatasi perpecahan sosial
69
Reid, Anthony. Op.cit. Hal 180.
45
yang terjadi.Oleh karena itu sebelum Jepang menyerah, jabatan ketua dewan itu
dari Sumatera Timur adalah Djamalludin Adinegoro, Tengku Damrah, Putra Mahkota
Deli, Raja Kaliamsyah Sinaga, dr. Pirngadi, Hamka, dan Hsu-Hua-Chang. Dalam
sidang Chuo Sangiin yang pertama dan terakhir di Bukittinggi pada tanggal 27 Juni
dijadikan sekretaris.Dari 24 anggota panitia yang diangkat itu, enam orang berasal
dari Sumatera Timur. Mereka adalah dr. Pirngadi, dr. Amir, Mr. T.M. Hasan, Hamka,
pada tanggal 28 Juli 1945, pada dasarnya mencerminkan merosotnya peranan elite
sebuah delegasi akan segera dikirim ke Jakarta untuk mengadakan koordinasi dengan
badan serupa yang sudah aktif di Jawa.Lebih tragis lagi, bahwa tiga utusan yang
Mohammad Hasan, dr. Amir, dan Mr. Abdul Abbas. Keputusan itu tidak hanya
46
tetapi kaum pergerakan semakin bertambah radikal dalam menuntut penghapusan
Agustus 1945, Mr. T.M. Hasan, diangkat sebagai Gubernur Sumatera, dr. Amir
sebagai Wakil Gubernur, dan Mr. Abbas ditugaskan untuk membentuk Komite
Nasional Indonesia (KNI) dan Dewan Perwakilan Daerah di seluruh Sumatera. Mr.
T.M. Hasan diberi kekuasaan penuh untuk mengangkat residen (kepala daerah) dan
pegawai pemerintah. Atas usul T.M. Hasan dn Amir, PPKI mengesahkan Medan
sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera. Selain itu, PPKI menetapkan PNI sebagai partai
Medan pada Agustus 1945 diselimuti oleh konflik politik dan sosial yang jauh lebih
mengharapkan hadirnya kembali penguasa lama dan mereka tidak ingin berlindung di
kemerdekaan Indonesia di Jawa baru bisa menyebar pada Oktober 1945 di Sumatera
Timur. 70
simpati kepada Belanda, seperti Datuk Jamil dan Tengku Musa. Sultan Serdang,
Langkat, dan Asahan setelah berunding dengan para pemuda yang tergabung dalam
70
Suprayitno. Op.cit. Hal 50-51.
47
BPI baru mau mengibarkan bendera merah putih. Sementara Sultan Deli secara
Oktober 1945 tentara Sekutu/Inggris dari Divisi India ke-26 di bawah pimpinan
Brigadir T.E.D. Kelly menduduki tiga kota penting di Sumatera yaitu, Medan,
Palembang dan Padang. Kedatangan tentara Sekutu dan Netherlands Indies Civil
pemuda yang tergabung dalam BPI, BKPI, National Control semakin tidak sabar
dengan pendekatan Hasan yang hanya memberi napas lebih lama kepada NICA dan
dengan sekutu dan NICA.Di antaranya adalah Peristiwa Jalan Bali, Peristiwa Siantar
71
Ibid. Hal 52-56.
48
Peristiwa Jalan Bali dan Siantar Hotel telah memicu semangat para pemuda
untuk berdiri teguh di belakang Republik.Bagi mereka peristiwa itu merupakan sinyal
Mereka mencari biaya dari berbagai sumber yang dapat mereka kuasai. TKR dalam
kadar tertentu mengikuti model ini, meskipun lebih berdispilin mengikuti instruksi
dari Jawa. Tindakan gerombolan perampok ini tidak hanya membuat Inggris,
Belanda, orang Cina, dan Kerajaan menjadi gusar, tetapi juga mencemaskan tokoh-
mendirikan Perkoempoelan Anak Deli Islam (PADI). Organisasi ini telah melatih
sekitar lima ribu orang pemuda Melayu untuk mempertahankan atatus quo
kerajaan.Pada tahap ini kerajaan mulai cemas melihat ke arah mana arus gerakan
yang dihadapi raja-raja Sumatera Timur yang merasa ditekan oleh para pemuda dan
49
untuk membuktikan adanya suatu dukungan kepada pihak kerajaan, pada tanggal 29
Oktober T.M. Hasan mengangkat Tengku Hafas dari kerajaan Deli sebagai residen
Sumatera Timur. Pada saat yang sama ia juga mengangkat Mr. Mohammad Yusuf
sebagai Wali Kota Medan juga mengangkat Tengku Musa sebagai asisten Republik
untuk Labuhan Batu, dan Tengku Amir Hamzah sebagai asisten residen Republik
untuk daerah Langkat. Madja Purba diangkat sebagai asisten residen Simalungun,
Negerajai Meliala di Tanah Karo dan Tulus di daerah Deli.Usaha Mr. T.M. Hasan
untuk menarik dukungan kerajaan pada Republik tidak hanya sampai di situ.Beberapa
kepada Sultan Deli dan Sultan Langkat tunjangan sebesar setengah juta uang Jepang,
melalui kas Republik.Tawaran T.M. Hasan itu tidak mendapat tanggapan serius dari
sultan itu sebagai hal yang tidak dapat ditoleransikan lagi. Pada tanggal 1 Desember,
setempat, dan menghentikan semua hubungannya dengan Inggris dan NICA. Sultan
72
Ibid. hal. 61-64.
50
Langkat akhirnya menuruti kemauan mereka dan segera mengibarkan bendera
sebesar seratus ribu rupiah kepada Pemerintah Republik. Sultan Langkat memohon
Langkat.Sultan Serdang dan Asahan juga mengalami tekanan dari Lasykar rakyat,
sebuah pengumuman bersama TKR dan Pesindo menyatakan, bahwa setiap orang
yang didapati bekerjasama dengan NICA atau agen-agennya akan dihukum mati.
Pada hari yang sama PNI mengeluarkan pernyataan, setiap cabang PNI harus
Bersamaan dengan itu, barisan pemuda dan laskyar mulai menyerang masyarakat
73
Langenberg, Michael. Op.cit. Hal 339.
51
Timur.Meledaknya sentimen anti-Cina diduga karena adanya hubungan erat antara
diwakili oleh Sultan Langkat, Deli, Asahan, Siak, Putra Mahkota Serdang, Datuk
Bilah, dan Raja-raja dari Tanah Karo dan Simalungun. Delegasi Republik dipimpin
oleh T.M Hasan, Amir, Xarim M.S, Loeat Siregar. Mohammad Yusuf, Tengku Hafas,
Tengku Dr. Mansoer, Tengku Damrah dan Tengku Bahriun. Dalam Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia mengakui secara resmi posisi istimewa raja-raja. T.M.
Dalam musyawarah itu, Loeat Siregar secara lebih tegas menyatakan, bahwa
Pemerintah Republik berdasarkan kepada rakyat, semua yang berbau feodal akan
Keinginan rakyat iu adalah ibarat banjir yang tidak dapat dibendung. Sultan Langkat
atas nama raja-raja Sumatera Timur menyatakan bahwa mereka akan mendukung
Republik dan turut memperkuat Republik Indonesia. Sultan Langkat juga berjanji
akan melakukan proses demokratisasi sesuai dengan prinsip yang dikemukakan oleh
T.M. Hasan. 76
74
Suprayitno. Op.cit. Hal 65-66.
75
Reid, Anthony. Op.cit. Hal. 397.
76
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
52
Pertemuan antara Gubernur Mr. T.M. Hasan dengan pihak raja-raja
melegakan banyak orang tetapi tidak mengenakkan bagi para pemuda Republik dan
oleh radikalisme pemuda di bawah kendali tokoh-tokoh politik, lasykar dan sebagian
77
Sesuai dengan intruksi pemerintah pusat, pada tanggal 26 Januari TKR diubah namanya menjadi TRI. Nasution,
A.H. 1963. Tentara Nasional Indonesia, Jilid I. Bandung dan Jakarta. Hal. 246.
78
Reid, Anthony. Op.cit. Hal. 397.
53
BAB III
Bab tiga berisi penjelasan mengenai hasil data yang diperoleh di lapangan sekaligus
menyajikan hasil analisis dari data yang diperoleh dengan menggunakan teori struktur
kesempatan politik.Seperti yang dijelaskan pada Bab I, penelitian ini bergantung pada
studi pustaka, yang disebabkan keterbatasan untuk bisa mewawancarai pelaku dan
utama.Sebab para pelaku dan korban langsung sudah banyak yang berpulang ke
Ilahi.Untuk itu, data dikumpulkan dari para studi-studi terdahulu yang banyak
dilakukan peneliti sejarah melalui pendekatan ilmu sejarah. Namun demikian, untuk
sejarah Tragedi Maret Berdarah Sumatera Timur 1946 yang sekaligus penulis buku
turut mewawancarai Bapak Phil Ichwan Azhari, Ketua Pusat Studi Ilmu Sejarah di
54
sosial politik yang terjadi. Gerakan sosial politik dalam peristiwa ini akan diulik
juga didapat dari sejumlah media yang telah mewawancarai korban langsung.Seperti
media online lenteratimur.com, yang memang salah media yang berfokus mendalami
karakteristik Sumatera Timur dalam pemberitaannya. Pun begitu pula dengan Pers
Mahasiswa SUARA USU, pers kampus di USU yang pernah mengangkat hal ini jadi
Laporan Utama majalah mereka. Namun, peneliti juga telah mewawancarai beberapa
Tengku Muhammad Yasir, kerabat Kesultanan Asahan dan Tengku Zulkifli, kerabat
Kesultanan Langkat untuk merekam kronologi dari pihak korban. Berikut akan
Sumatera Timur pada Maret 1946, maka peneliti akan terlebih dahulu
untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang menyebabkan gerakan sosial politik
ini bisa terlaksana. Kronologi akan dijelaskan sesuai yang terjadi di daerah-daerah
55
3.1.1. Tanah Karo
Ginting lalu menghubungi Slamat Ginting yang punya pasukan kuat. Mereka
kumpulkan para Sibayak (Raja) dan raja Urung di Tanah Karo pada suatu tempat lalu
mereka ditangkap.Begitu juga Wakil NRI di Tanah Karo, Ngerajai Meliala. Pimpinan
Barisan Harimau Liar, anak asuh Saleh Umar/Yacob Siregar, yaitu Payung Bangun,
masih berada di dalam tahanannya Meliala. Kelak pada tahun 1947 Barisan Harimau
Liar inilah yang menjadi algojo kejam yang merampoki dan membunuhi rakyat
pengungsi di Tanah Karo dan perbatasan Tanah Karo dengan Simalungun dan
Karo, harta raja-raja ludes dirampoki.Pada tanggal 3 Maret 1946 dini hari, dilakukan
3.1.2. Simalungun
yang ada di dalam keresidenannya. Ini dibuat sebab luasnya wilayah ini.Sehingga
79
Basarshah II, Tuanku Luckman Sinar. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur.Hal. 490-
491.
56
1. Kerajaan Panei
Pada masa itu yang memerintah di Panei adalah Tuan Bosar Sumalam
Purba Dasuha. Pada hari Minggu pagi, 3 Maret 1946 Tuan Mailan Purba
Dasuha, anak tertua Tuan Marjandi adik kandung raja Panei (Tuan Anggi
bahwa akan ada malam itu gerakan revolusi sosial terhadap raja-raja dan
Saragihras dan laskarnya yang sudah terlatih akan datang menculik dan
menjarah ke istana raja, supaya raja maklum dan segera menyelamatkan diri.
Dasuha dan adik-adiknya yang sudah dewasa. Menurut Tuan Kamen Purba,
abangnya Raja Muda pada waktu itu sudah aktif di pasukan Marsose yang
berjuang melawan Belanda. Rakyat yang berkumpul pada waktu itu di sekitar
masih berumur 5 tahun pada waktu itu sedang sakit dikelilingi oleh kelurga
57
besar raja.Di tengah malam tiba-tiba listrik padam, rupanya pasukan BHL
ada yang tewas dan sebagian diikat. Pasukan BHL berjumlah lebih kurang 50
orang itu naik ke istana, mereka tidak berbicara dan memakai penutup
sekali dari peti, uang perak gulden dan uang kertas Jepang.Pokoknya semua
disikat tidak ada yang ketinggalan.Raja, raja muda dan Tuan Djautih dan
dirampas.Seluruh isi istana dijarah dan raja, dua puteranya dan 28 rakyat yang
tidak rela meninggalkan rajanya turut diikat dan dinaikkan ke dalam 2 buah
dekat Tiga Sibuntuon. Beruntung Tuan Marga Idup Purba dan Tuan Iden,
Tuan Abraham dan adik-adiknya berhasil melarikan diri dari istana berlari ke
Nagahuta melewati kebun teh ke tempat markas tentara Jepang yang pada
malam itu bersama dengan Inang Bona (Puan Bona), isteri raja Panei/puteri
58
mereka.Mobil pribadi raja Panei dirampas dan dipakai Urbanus Pardede yang
sudah mengkudeta Tuan Madja Purba sebagai Bupati.Harta raja Panei habis
dibakar atas pimpinan seorang marga Sinaga. Sedangkan Rumah Bolon yang
merupakan istana lama utuh tetapi puluhan tahun tidak terawat runtuh
Panei terdengar oleh TRI, maka tentara pun mengejar jejak BHL ke arah
aristokrat Panei berikut rakyat yang telah tewas mengenaskan itu. Menurut
Panei, berikut seluruh keluarga dan rakyat kerajaan yang tewas itu. Sampai
raja Panei meninggal, dia masih bertahan dengan agama suku dan tidak
pernah menjadi Islam atau Kristen (tetapi lebih condong ke Islam). Anakboru
Panei Tuan Djademan Saragih Garingging tuan Dologsaribu (ayah Prof. Dr.
keluarga raja Panei masih berlanjut sampai bulan April 1947, putera-putera
raja Panei yang sudah aktif di perjuangan yaitu Tuan Margaidup Purba tewas
dibunuh BHL, menyusul Tuan Kortas tuan Marjandi dan Tuan Mintari Purba
59
kerani Kerajaan Panei. Nyaris saja seluruh keluarga bangsawan Panei punah
2. Tanoh Jawa
Raja Muda Tanoh Jawa Tuan Omsah Sinaga dan saudaranya raja
Tanoh Jawa Tuan Kaliamsyah Sinaga selamat dari penculikan BHL dan
(ayah Mayor Jatiman Sinaga) tewas dibunuh BHL beberapa bulan kemudian,
dan dicampur dengan daging kerbau serta disuguhkan untuk santapan pasukan
BHL.Menurut Tuan Gindo Hilton Sinaga masih banyak korban revolusi sosial
3. Kerajaan Siantar
Pemangku raja Siantar Tuan Sawadim Damanik pada waktu itu luput
dari pembunuhan oleh BHL, karena pada waktu itu, beliau berada di
dibunuh, termasuk tuan Sipolha Tuan Sahkuda Humala Raja Damanik (ayah
80
http://sopopanisioan.blogspot.com/2012/06/revolusi-sosial-sumatera-timur.html diakses pada 24 Maret
2015.Pukul 15.11.
81
Ibid.
60
mengalami pembantaian oleh BHL, berhubung dengan lokasinya yang relatif
lebih terisolir di pantai Danau Toba, jauh dari pengawasan TRI. Banyak
Agung adalah seorang republikein sejati yang turut melatih pasukan TKR di
Tuan Baja Purba tuan Dolog Batunanggar, Tuan Djansen Saragih tuan Raya
palu arit, simbol partai komunis. Penulis buku itu menginformasikan bahwa
tindakan “revolusi sosial di Suamatera Timur” pada 3-4 Maret 1946 adalah
61
Siahaan.Dikhawatirkan bergabungnya Rajamuda Sidamanik ke dalam TKR
4. Kerajaan Purba
Langit bersama anaknya Tuan Jamin Purba, tetapi keduanya tewas secara
misterius. Tuan Jamita Purba dan Tuan Lintar Purba tewas disekitar Tigaras.
manusia yang tewas dibantai dengan sadis, sampai-sampai orang tidak mau
memakan ikan dari danau Toba, karena sering kedapatan jari manusia dalam
perut ikan itu. Pada tahun 1947 pemangku raja Purba Tuan Karel Tanjung
(dan dikudeta tokoh PKI Urbanus Pardede pasca revolusi) dan pejabat
Gubernur Sumatera Utara. Keturunan raja Purba yang lain Mr. Tuan Djaidin
Purba pernah menjabat sebagai walikota Medan. Tuan Djomat Purba (Tuan
Anggi) terakhir Kolonel TNI aktif memimpin pasukan Blaw Pijper NST
82
Ibid.
83
Ibid.
62
5. Kerajaan Silimakuta
Raja Silimakuta yang sudah aktif di Markas Agung juga tewas dan
Bersama beliau turut tewas dibunuh dokter pertama orang Simalungun dr.
Barat. Konon mayat Raja Silimakuta dihanyutkan di sungai Lau Dah dekat
Wismar Saragih dan ditahan di Raya Berastagi tetapi beliau mujur masih
6.Kerajaan Dologsilou
Pematangsiantar. 85
7. Kerajaan Raya
Simalungun yang tidak ada tandingannya sampai hari ini dan perintis
84
Ibid.
85
Ibid.
63
sebagai penguasa swapraja di Raya, sungguh banyak pembangunan yang
mati dan menjatuhkan dirinya ke sungai, sedangkan Saulus Siregar dan Tuan
Rondahaim Saragih yang dikenal sebagai seorang komponis jazz yang lama
politisi. Tuan Anggi Raya yang dikenal dengan gelar Tuan Pamah (Tuan
lainnya melarikan diri ke hutan atau tempat yang aman. Menurut Dja Sarlim
64
sebenarnya tidak ada hubungan darah dengan raja Raya, tetapi dibantai
juga.Sasaran BHL bukan lagi kaum bangsawan, tetapi juga mereka yang
3.1.3. Serdang
adanya dukungan yang positif dari Sultan Sulaiman Serdang terhadap kaum
pergerakan dan perasaan anti-Belanda yang telah dikenal umum sejak zaman colonial
Belanda dan dukungan positif dari Sultan terhadap NRI sejak tahun 1945 maka
menyandarkan diri kepada Pasukan Sekutu, karena banyak kerabat dan orang-orang
bangsawan Serdang yang dianjurkan menduduki posisi penting di dalam TKR, oartai-
3.1.4. Asahan
Kejadian di Asahan tak terlalu berbeda dengan yang terjadi di Siantar. Istana
telah kosong dan telah berdiri pula markas TKR di depan istana. Pada tanggal 3
Maret 1946 tengah malam, laskar-laskar liar menembaki markas TKR di depan
86
Ibid.
87
Sinar, T Luckman. Op.cit. Hal. 505
65
depanistana dan melihat banyak laskar-laskar liar bertiarapan menghadap ke istana
dari jalan besar. Sultan Saibun Abduljalil Rahmatsyah berhasil meloloskan diri dari
kejaran pemuda Republik dan laskar liar itu. Namun ia harus sempat dulu
bersembunyi di hutan sampai dua minggu dan ditolong oleh dua orang Cina yang
Sultan dan rakyat biasa, pegawai, sahabat, kenalan Yang Muia serta orang lain yang
Pagi 3 Maret 1946, Tengku Muhammad Yasir duduk santai setelah salat
masih berusia 17 tahun. Orang-orang yang tiarap itu membawa tombak, senjata laras
panjang juga pendek. Lingkungan istana yang masih berupa tanah lapang
menyebabkn Yasir bebas melihat suasana istana. Yasir tak tahu siapa mereka,
belakangan ia baru tahu mereka adalah orang-orang dari laskar merah, kelompok
yang terdiri dari laskar prorepublik, buruh, dan masyarakat. Ada juga orang-orang
partai Masyumi, PKI, Pesindo, dan Partai Nasional Indonesia (PNI).Ayah Yasir juga
ditangkap dan dikumpulkan di gedung Javasche Bank. Di markas itu ternyata ayah
Yasir ta diperiksa, malah namanya masuk daftar yang akan dibunuh. Penyerbuan itu
88
Ibid. Hal. 516.
89
Hasil wawancara dengan Tengku Muhammad Yasir pada tanggal 26 Mei 2014 pukul 12.30 WIB.
66
3.1.5. Kualuh
Pada malam yang sama juga terjadi pembantaian di Istana Yang Dipertuankan
Kualuh di Tanjung Pasir. Kira-kira pukul 12 malam, istana itu didatangi oleh berates-
ratus orang laskar yang tidak dikenal lengkap dengan senjatanya melepaskan
tengah malam itu.Dan mencari Sultan.Yang Mulia Tengku Manyur Syah ditembak
dengan senapan dan kena di lengannya, karena disangka telah mati, kemudian
Syah dipenggal. Sementara Tengku Ibrahim, Kepala Distrik di situ juga turut disiksa.
Ia ditembak di depan ratusan orang pada 5 Maret, setelah sebelumnya disiksa dalam
perjalanan menuju rumah sakit untuk menolong Tengku Mansyur Syah. Kemudian
Wakil Ketua PKI Sumatera sebagai Wakil Residen NRI dan Sarwono, Ketua Pemuda
PKI sekaligus Kepala Pesindo Pusat Sumatera beserta pimpinan-pimpinan lain datang
yang telah terjadi adalah pekerjaan “Revolusi Sosial” yang disetujui pemerintah dan
yang telah terjadi belumlah cukup dan masih akan berjalan terus, dan akan makan
90
Ibid. Hal. 514-516
67
3.1.6. Langkat
Gesekan dan perang dingin antara Kerajaan Langkat dengan laskar-laskar pun
terus terjadi, hingga ketegangan memuncak pada 3 Maret 1946. Malam itu, Bupati
Tengku Amir Hamzah beserta seluruh pembesar kerajaan diculik dan dibawa ke
Kebon Lada (daerah Pungai).Amir Hamzah adalah Pangeran Langkat Hilir sekaligus
seorang penyair besar yang turut menggelorakan gerakan anti kolonialisme melalui
Akan tetapi, Sultan Mahmud tak turut dibunuh.Ia ditangkap dan diasingkan
hingga kemudian wafat karena sakit. Kedua putri Sultan Mahmud sempat diperkosa
di depan Sultan Mahmud sendiri, dan kisah pemerkosaan itu menjadi cerita turun
temurun di keluarga mereka hingga saat ini. Pada memoar itu juga tercantum kutipan
dari Tengku Amaliah, istri Tengku Amir Hamzah, yang menceritakan kisah suaminya
Di hari yang sama, sekitar dua jam dari Binjai, tepatnya di Istana Kesultanan
Langkat, Tanjung Pura. Orang-orang dari kelompok yang sama menyerang serta
merampas harta Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmadsyah, Sultan Langkat masa itu.
pejabat istana dibawa ke sungai dekat Hutan Sawit Seberang.Mereka dibunuh di situ.
91
Ibid.Hal 494.
92
http://www.lenteratimur.com/maret-berdarah-di-sumatera-timur-67-tahun-silam/ diakses 24 Maret 2015.Pukul
13.28 WIB.
68
Sedangkan Sultan Mahmud, istrinya dan ketiga putrinya lanjut dibawa ke Hutan
Sawit Seberang. 93
Di sanalah mereka bertemu dua orang dari PKI. Dari sana Sultan Mahmud
akan dibawa lagi seorang diri. Istri dan putrinya seketika histeris.Tak terima.Kedua
komunis itu memanfaatkan situasi.Mereka bilang jika ingin selamatkan nyawa sultan,
ketiga putrinya harus bersetubuh dengan mereka.Tapi dua putrid sultan yang remaja
memohon untuk melepaskan adik mereka yang masih di bawah umur.Permintaan pun
mencarinya.Tahu hal itu, kedua komunis tadi malah membawa Sultan Mahmud dan
Selamat. Di sini, rombongan Sultan Mahmud dibagi dua lagi: dua putrinya
dikembalikan ke Sawit Seberang. Sultan beserta istri dan putrid bungsunya dibawa ke
Berastagi.Ikut juga bersama mereka beberapa tawanan Sawit seberang, berisi kerabat
Kesultanan Langkat. 94
3.2.Analisis Pola Gerakan Sosial Politik di Sumatera Timur pada Maret 1946
daerah di Sumatera Timur, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data yang
93
SUARA USU. 2014.Catatan Sejarah di Maret Berdarah.Majalah Pers Mahasiswa SUARA USU Ed. V.
94
Hasil wawancara dengan Tengku Zulkifli pada tanggal 23 Mei 2015 pukul 11.00 WIB.
69
diperoleh selama penelitian berlangsung dengan menggunakan teori struktur
Teori kesempatan struktur politik atau POS yang dipakai adalah model milik
relevan terhadap sebuah gerakan sosial yang terjadi. Namun, berbeda dengan Eisinger
yang mengklaim bahwa ada beberapa faktor lain yang harus disertakan dalam
menjelaskan tindakan politik, model McAdam justru menunjukkan hanya satu faktor
yang bisa menjelaskan. Namun, dalam diskusi tentang model McAdam menyebutkan
faktor-faktor lain juga. Misalnya, tidak hanya tingkat organisasi penduduk (kekuatan
tidak terwadahi organisasi apa pun. Dengan begitu, "keluhan" atau protes penduduk
adalah faktor lain.Kita bisa menyimpulkan bahwa Eisinger serta McAdam percaya
bahwa di samping POS itu sendiri, ada beberapa variabel lain mempengaruhi
tindakan politik.
70
Gambar 3.1
gerakan sosial terjadi disebabkan perubahan dalam struktur politik yang dilihat
sebagai kesempatan. 95 Ada empat hal yang menyajikan definisi sekaligus mendasari
POS, yaitu:
(Aktor)
• The distribution of social skill and statusatau distribusi dari kemampuan dan
status sosial.
95
Eisinger, Peter. 2009. Theories of Political Protest and Social Movement: A Multidisciplinary Introduction,
Critique, and Synthesis. USA and Canada: Routledge.
71
Dalam preposisi yang diajukan seperti pada keterangan di atas terlihat bahwa
mengenai agen atau aktor. Faktor-faktor tersebut, secara individu maupun kelompok,
merupakan faktor untuk mencapai tujuan politik atau bisa juga menghambat tujuan
politik tersebut.Selain itu, terdapat pula faktor governmental responsiveness dan level
gerakan sosial.Ada dua hipotesa mengenai fungsi tersebut, yaitu model linier dan
model curvilinier. Dalam model linier, protes adalah bentuk dari frustrated response,
ketika POS rendah maka protes akan tinggi, dan sebaliknya ketika POS tinggi maka
protes akan menurun. Dalam model curvilinier, ketika POS rendah maka protes juga
rendah, dan sebaliknya ketika POS tinggi maka akan meningkatkan protes. Protes
pertama-tama akan meningkat dan kemudian menurun ketika POS meningkat. Hal ini
objektif dan definisi subjektif.Dalam definisi objektif, POS dikaitkan dengan struktur
ini dilihat berdasarkan pihak luar.Berbeda dengan definisi objektif, definsi subjektif
72
melihat tujuan tergantung pada indvidu.Faktor lingkungan dianggap memengaruhi
sosial yang mempergunakan mekanisme POS. Pertama, gerakan sosial muncul ketika
gerakan sosial muncul ketika keseimbangan politik sedang tidak stabil dan
keseimbangan politik baru belum terbentuk.Ketiga, gerakan sosial muncul ketika para
elite politik mengalami konflik besar dan konflik ini dipergunakan oleh para pelaku
perubahan bersatu oleh para elite yang berada di dalam sistem untuk melakukan
perubahan. 96
Maka jika merunut pada penjelasan Eisinger tentang variable di atas, gerakan
yang terjadi di Sumatera Timur pada Maret 1946 sudah dimulai sejak berita
kemerdekaan masuk ke Sumatera Timur pada Oktober 1945. Sebab, jika menilik
proses pertama mekanisme POS milik Eisinger ini, pada masa tersebarnya kabar
96
https://satwikobudiono.wordpress.com/2013/01/24/struktur-kesempatan-politik-gerakan-perempuan-di-
indonesia/. Diakses pada 28 Maret 2015.Pukul 10.04 WIB.
73
Kota Medan pada Agustus 1945 diselimuti oleh konflik politik dan sosial
dan mereka tidak ingin berlindung di bawah Republik yang belum jelas.Hal ini
simpati kepada Belanda, seperti Datuk Jamil dan Tengku Musa. Sultan Serdang,
Langkat, dan Asahan setelah berunding dengan para pemuda yang tergabung dalam
BPI baru mau mengibarkan bendera merah putih. Sementara Sultan Deli secara
kegamangan sikap atas kabar kemerdekaan Indonesia. 98Hal ini juga sekaligus
menggambarkan poin kedua Eisinger, di mana keseimbangan politik tidak stabil dan
97
Suprayitno. Op.cit. Hal 61.
98
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 27 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
74
Tanggal 10 Oktober 1945 tentara Sekutu/Inggris dari Divisi India ke-26 di
bawah pimpinan Brigadir T.E.D. Kelly menduduki tiga kota penting di Sumatera
yaitu, Medan, Palembang dan Padang. Kedatangan tentara Sekutu dan Netherlands
pemuda yang tergabung dalam BPI, BKPI, National Control semakin tidak sabar
dengan pendekatan Hasan yang hanya memberi napas lebih lama kepada NICA dan
dengan sekutu dan NICA.Di antaranya adalah Peristiwa Jalan Bali, Peristiwa Siantar
Hotel, Peristiwa Berastagi, dan Peristiwa Jalan Serdang. 99Peristiwa Jalan Bali dan
Siantar Hotel telah memicu semangat para pemuda untuk berdiri teguh di belakang
99
Suprayitno. Op.cit. Hal 61.
75
melawan musuh-musuh Republik.Darah orang Belanda dan kaki tangannya harus
berbangsa. Islam, Komunisme, dan Sosialisme menjadi yang paling populer. Papan-
papan baliho di sepanjang jalan di kawasan Sumatera Timur ini dipenuhi jargon-
jargon semacam “Darah orang Belanda dan kaki tangannya harus ditumpahkan demi
berjalan selama ini sejak saat kolonialisme yang dilakukan Belanda dan masa
Sementara tak semua daerah di Indonesia menginginkan hal yang sama, atau
Lantas seperti poin ketiga mekanisme POS milik Eisinger, gerakan sosial
muncul ketika para elite politik mengalami konflik besar dan konflik ini
zaman pra-kemerdekaan jelas melihat kondisi ini.Konflik elite politik memang jelas
100
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
101
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
76
terjadi di mana-mana, baik di pusat (Jakarta), juga di daerah-daerah seperti Sumatera
Timur. 102
Partai Komunis Indonesia (PKI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI) atau golongan
Belanda, planters, dan kaum bangsawan menganggap saat ini adalah waktu yang
102
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
103
Sinuhaji, Wara. 2007. Ibid.
77
menekan pihak-pihak yang dianggap tidak pro kepada Republik, terutama raja-raja di
Dari paparan teoritis ini, gerakan sosial politik muncul akibat adanya
ketidakpuasan yang selanjutnya disulut oleh agitasi dan provokasi dari pihak-pihak
rezim yang akan dijatuhkan. Artinya suatu revolusi tidak pernah berjalan spontan, dia
ketidakpuasan publik. 105 Jadi sangat tidak benar bila dikatakan bahwa pembantaian
massal di Sumatera Timur itu adalah suatu peristiwa yang berjalan spontan.
sosial menekankan pada isu sosial makro yang memungkinkan tumbuhnya gerakan
sosial. Menurut McAdam, ekonomi dan khususnya politik menjadi faktor utama yang
104
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
105
Hasil wawancara dengan Bapak Phil Ichwan Azhari pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 12.59 WIB di Kantor Prodi
Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sejarah, Unimed.
106
Marc Hooghe. 2005. Ethnic Organisations and Social Movement Theory: The Political Opportunity Structure
for Ethnic Mobilisation in Flanders. Routledge. Journal of Ethnic and Migration Studies
Vol. 31, No. 5, September 2005.
78
Sehingga dapat digambarkan, bahwa pola gerakan sosial politik yang terjadi
di Sumatera Timur pada Maret 1946 tersebut sesuai dengan pola gerakan sosial
politik milik Eisinger dengan teori POS. Berikut adalah gambaran pola tersebut:
Gambar 3.2
berdarah pada Maret 1946 sudah jelas bukanlah gerakan yang terjadi spontan.Semua
yang dianggap tidak pro kepada republik.Seperti gambar di atas, gerakan sosial yang
79
masa yang besar.Hal ini sesuai dengan model POS milik McAdam yang
politik di Sumatera Timur ini, para aktor yang ikut membantai bangsawan sudah
anteknya, masalah ekonomi ini juga jadi isu yang turut diembuskan kencang.Bahwa
pihak kerajaan menikmati kekayaan mereka dari pajak yang diberikan para buruh
perkebunan.
juga sekaligus diajarkan keuntungan-keuntungan apa saja yang diberikan jika tujuan
organisasi bisa tercapai. Hal inilah yang akhirnya bisa membentuk protes dari
Maka dari itu, tak heran mengapa gerakan sosial politik yang terjadi di
Sumatera Timur itu dapat terjadi dengan begitu sistematis.Sebab, pola gerakannya
juga terangkai begitu rapi jika dikaji dengan teori POS ini.
80
3.3. Bukan Sebuah Revolusi Sosial
Peristiwa berdarah pada Maret 1946 di Sumatera Timur jelas adalah sebuah
gerakan sosial yang berlandaskan pikiran dan tindakan politis.Namun, gerakan ini tak
sepenuhnya bisa dikatakan sebuah revolusi sosial.Sebab, dalam teknis, terjadi begitu
banyak keganjilan.Hal inilah yang peneliti temukan dari data pustaka dan hasi
Kekerasan yang terjadi selama bulan Maret 1946, telah melenyapkan semua
Belanda, dalam tempo beberapa hari runtuh disapu ganasnya gerakan tersebut.Semua
buruh dan petani non-Melayu.Para petani Melayu akhirnya terusir dari tanah
Cina dan Indo-Eropa secara tegas menentang Republik.Demikian juga ada orang
Jawa, Batak, dan Ambon yang berpendirian moderat masuk ke dalam kubu kerajaan
81
Republik di Sumatera Timur.Dalam konteks revolusi nasional Indonesia, gerakan
yang terjadi disebut sebagai revolusi social yang merupakan kemenangan politik bagi
perpecahan yang semakin parah antara akum moderat dengan kaum radikal yang
inisiatif pemerintahan adlah para pemimpin radikal dari PNI, PKI, Pesindo, Masyumi,
revolusioner dan menebar rasa curiga di antara pasukan dan di antara barisan yang
saling bersaing.
memberika cukup perhatian pada masalah “sifat” dan “timing” revolusi sosial yang
demikian kejam seperti yang terjadi di Sumatera Timur. Hal itu adalah suatu periode
singkat dari semangat revolusioner yang hebat dan lebih besar dari situasi revolusi
82
sosial hanyalah sebuah kontribusi kepada persoalan yang lebih jauh besar.Dengan
sosial yang sejati. Menurutnya, revolusi baru dapat dikatakan revolusi sejati apabila
gambaran revolusioner.
83
kerajaan ternyata mendapat kecaman dari barisan moderat dan TRI baik di Sumatera
dengan UUD 1945 pasal 18 yang notabene mengakui daera otonomi kerajaan dalam
memperekat posisi Amir dan Sjahrir dengan politik diplomasinya dan memberi
“amunisi” yang kuat bagi Van Mook dalam usahanya untuk menunjukkan lemahnya
kesanggupan RI untuk memberikan kemerdekaan yang lebih besar dari pada alternatif
107
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
108
Suprayitno. Op.cit. Hal 75-78.
84
Hal ini juga diaminkan oleh Phil Ichwan Azhari, Ketua Pusis Unimed dan
Suprayitno, Dosen Ilmu Sejarah USU. Mereka berdua sepakat jika yang terjadi
bukanlah revolusi sosial.Sebab, pihak kerajaan sebenarnya juga adalah korban dari
oleh Belanda sendiri.Mereka memang menerima pajak sekian persen dari pajak-pajak
yang dipungut oleh Belanda melalui kerajaan, namun tetap saja dibalik ketersiksaan
yang dirasakan para buruh dan rakyat, adalah Belanda yang bertanggung jawab. 109
Belum lagi penjarahan yang terjadi saat eksekusi gerakan sosial politik ini
Sumatera Timur dianggap lebih dominan pada intrik politik dan balas dendam,
menurut salah satu saksi mata Maxinius Hutasoit, “Sudah tentu bahwa dalam revolusi
sosial itu terselundup pula segala macam hal yang sebenarnya sama sekali tidak ada
pelampiasannya”. 110
diungkapkan oleh dr. Amir) yang terjadi di Sumatera Timur itu betul-betul suatu
109
Hasil wawancara dengan Bapak Phil Ichwan Azhari pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 12.59 WIB di Kantor Prodi
Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sejarah, Unimed.
110
Hutasoit, Marnixius. 1986.Percikan Revolusi di Sumatera. Jakarta: BPK Gunung Mulia.Hal. 46.
85
gerakan yang sudah direncanakan secara matang oleh kelompok-kelompok yang
Sumatera Timur, sudah jelas otak di balik serangkaian tindakan kejam di luar
Nathar Zainuddin, dan Abdul Xarim MS yang bekerja di balik layar. 111Namun,
BAB IV
PENUTUP
111
Biro Sejarah Prima, Medan Area Mengisi Proklamasi, volume 1 (Medan: Badan Musyawarah Pejuang
Republik Indonesia Medan Area, 1976), Hal. 628.
112
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
86
4.1 Kesimpulan
berdasarkan teori POS, merupakan gerakan sosial politik yang sistematis.Ia terjadi
dengan terlebih dahulu ditandai dengan beberapa faktor. Dengan demikian jelas
bahwa gerakan sosial politik di Sumatera Timur bukanlah sesuatu yang terjadi
spontan, dan dapat dikaji apa-apa saja faktor yang menyebabkannya terjadi.Melalui
teori POS pula, tergambar jelas bahwa gerakan yang terjadi di Sumatera Timur
sosial politik bisa terjadi.Pertama, gerakan sosial muncul ketika tingkat akses
muncul ketika keseimbangan politik sedang tidak stabil dan keseimbangan politik
baru belum terbentuk.Ketiga, gerakan sosial muncul ketika para elite politik
mengalami konflik besar dan konflik ini dipergunakan oleh para pelaku perubahan
bersatu oleh para elite yang berada di dalam sistem untuk melakukan perubahan.
Oleh sebab itu, jelas bahwa gerakan sosial politik yang terjadi di Sumatera
Timur pada Maret 1946 dimulai sejak kabar kemerdekaan Indonesia sampai di sana
pada sekitaran Oktober 1945. Hal ini tidak menafikkan bahwa sejak sebelum itu,
doktrin mengenai masa pemerintahan Kerajaan yang dijajah kolonial Belanda, seperti
87
isu pajak yang terlalu tinggi dan lainnya.Namun, sebagai momentumnya,
tidak pro kepada Republik, sekaligus sebagai ajang balas dendam kepada para
bangsawan yang dianggap pro Belanda.Sejak kabar kemerdekaan inilah, tingkat akses
lembaga politik yang dimaksud adalah Kerajaan sendiri yang jadi eksekutif di tanah
Sumatera Timur.
kerajaan mau tak mau harus terbuka menerima diskusi dan tawar-menawar dari
berbagai pihak, terutama mereka yang pro Republik.Keterbukaan yang terpaksa inilah
mulai terbuka saat itu. Hingga arah gerakan sosial yang akan terjadi sebenarnya sudah
kemerdekaan Indonesia juga belum terbentuk sepenuhnya secara utuh. Konflik antara
mereka yang yang ingin Negara ini dibentuk sebagai sebuah republik dan mereka
yang masih gamang, terutama pihak kerajaan yang akan terkena dampak paling awal,
seolah-olah menjadi pelengkap ketidak seimbangan itu. Hal ini persis seperti
apayang dimaksud poin kedua Eisinger. Di mana, sebuah gerakan akan muncul jika
88
keseimbangan politik sedang tidak stabil dan keseimbangan politik baru belum
terbentuk.
Di saat yang bersamaan poin ketiga mekanisme POS dari Eisinger, ketika para
elite politik mengalami konflik besar dan konflik ini dipergunakan oleh para pelaku
perubahan sebagai kesempatan, tengah terjadi.Di atas semua konflik itu, Volksfront
Sementara poin keempat Eisinger adalah gerakan sosial muncul ketika para
pelaku perubahan bersatu oleh para elite yang berada di dalam sistem untuk
melakukan perubahan.Hal ini jelas terjadi juga pada kasus gerakan di Sumatera
nasional yang radikal jelas menjadi gambaran terjadinya faktor keempat ini.Melalui
dengan pembantaian dan penjarahan terhadap kaum bangsawan Melayu.Hal ini tidak
pembantaian.Padahal yang terkena jajahan dari sistem kolonial Belanda tak hanya
masyarakat, tapi juga pihak kesultanan.Sehingga, istilah revolusi sosial yang selama
ini menggambarkan peristiwa tersebut, tak relevan lagi. Sebab, sebenarnya proses
89
revolusi sejati tak terjadi secara lengkap dalam peristiwa tersebut, seperti yang
Oleh sebab itu, yang terjadi di Sumatera Timur pada Maret 1946 memang
dapat dikatakan sebagai sebuah gerakan sosial politik, tapi bukan revolusi sosial. Pola
pergerakan yang terjadi juga persis seperti yang dijelaskan McAdam melalui teori
organisasi yang muncul pada masa itu, yang kemudian menularkan doktrin-
perekrutan massa oleh organisasi, terjadi proses perluasan kesempatan politik bagi
individu-individu yang terlibat. Sehingga arus protes makin kuat dan akhirnya dapat
4.2 Saran
Setelah melakukan penelitian di atas, peneliti memiliki saran untuk beberapa pihak
terkait peristiwa berdarah di Sumatera Timur pada Maret 1946 ini. Berikut adalah
saran-saran tersebut:
peneliti merasa data pustaka mengenai peristiwa ini sedikit susah dicari.
90
Data-data yang ada bukan jenis data yang memang dipajang untuk
ditemukan lalu dibaca, melainkan jenis data yang memang ada, tapi tak
peristiwa ini penting sebagai sejarah yang tak bisa dilepaskan dari
2. Bagi para peneliti dan akademisi, sebenarnya banyak hal yang masih bisa
mengupas hal ini. Kebanyakan peneliti yang datang hanya dari terapan
ilmu sejarah.
3. Bagi pembaca, tak ada salahnya jika kita mengenal lebih dalam lagi
tentang sejarah yang pernah terjadi. Hal ini baik untuk memperkuat
nasionalisme kita, sehingga lebih mengenal negara dan daerah kita lebih
baik. Dan tentu saja mengambil banyak pelajaran dari masa lalu untuk
91
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bagong, Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Basarshah II, Tuanku Luckman Sinar. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di
Sumatera Timur.
Basarshah II, T Luckman Sinar. 1992. “Revolusi Sosial Pihak Kiri 1946” di Serdang
dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), Revolusi
Nasional di Tingkat Lokal. Jakarta. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Sejarah Nasional.
Dootjes, F.J.J. 1939. Kroniek 1938. Amsterdam: Oostkust van Sumatra Instituut.
Mirsel, Robert. 2004. Teori Pergerakan Sosial: Kilasan Sejarah dan Catatan
Bibliografis. Jakarta: Resist Book.
xv
Nawawi, Hadari.2003.Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pers. Hal. 94.
Tarrow, Sydney. 1994. Power in Movement: Social Movement, Collective Action, and
Politics. New York: Cambridge University Press.
Jurnal:
Biro Sejarah Prima. 1996. Medan Area Mengisi Proklamasi, volume 1. Medan:
Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area.
xvi
Marc Hooghe. 2005. Ethnic Organisations and Social Movement Theory: The
Political Opportunity Structure for Ethnic Mobilisation in Flanders.
Routledge. Journal of Ethnic and Migration StudiesVol. 31, No. 5, September
2005.
Situs Internet:
https://satwikobudiono.wordpress.com/2013/01/24/struktur-kesempatan-politik-
gerakan-perempuan-di-indonesia/. Diakses pada 28 Maret 2015.Pukul 10.04 WIB.
Surat Kabar:
xvii