Abstrak: Penanaman pohon pisang barangan (Musa paradisiaca sapientum L) pada benteng tanah yang
dinyatakan sebagai tinggalan arkeologis di situs Benteng Puteri Hijau merupakan suatu wujud kearifan
lokal dalam aktivitas konservasi material. Penelitian ini mencoba mencari formulasi bentuk kearifan
lokal pada konservasi benteng tanah di situs Benteng Puteri Hijau. Penelitian tersebut dilakukan dengan
pengamatan lapangan keberadaan tanaman pisang di gundukan tanah serta mewawancarai pemiliknya,
kemudian mengelaborasinya dengan kepustakaan yang berkaitan dengan konservasi tanah. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mencari bentuk konservasi berbasis kearifan lokal yang bertujuan untuk menambah
ragam jenis bentuk konservasi material terhadap tinggalan arkeologi di Indonesia secara umum.
Kata kunci: benteng tanah, konservasi, pohon pisang barangan, erosi, kearifan lokal
Abstracts: Using trees of ‘barangan’ banana (Musa paradisiaca sapientum L) on earth fort – it is considered
as archaeological remains – found at Puteri Hijau Fort Site is a form of local wisdom in conservation
activities. This study attempts to formulate the pattern of local wisdom on conservation of earth fort in
3XWHUL +LMDX )RUW 6LWH 7KH VWXG\ ZDV FRQGXFWHG E\ ÀHOG REVHUYDWLRQV ZKHUH WKH EDUDQJDQ ZDV SODQWHG RQ
earth fort and interviewing its owner, then elaborating with literatures related to earth conservation. This
VWXG\ LV LQWHQGHG WR ÀQG WKH SDWWHUQ RI FRQVHUYDWLRQ EDVHG RQ ORFDO ZLVGRP WKDW DLPV WR LQFUHDVH WKH UDQJH
of types of material to the pattern of the conservation of archaeological remains as general in Indonesia.
Key words: earth fort, conservation, barangan’s tree, erotion, local wisdom
32
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014, Hal 32-41
33
Purnawibowo, Konservasi Berbasis Kearifan Lokal di Situs Benteng Puteri Hijau, Deli Serdang, Sumatera Utara
masyarakat tersebut menjelma menjadi masyarakat masa barangan dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi
lalu di masa mendatang, dan kemudian akan meninggalkan Pertanian Sumatera Utara (2008) dan Fransiska Natalina
MHMDNÀVLNGDQPDNQDSDGDWLQJJDODQWHUVHEXWVHODQMXWQ\D tahun 2009.
tinggalan tersebut oleh generasi penerus mereka dianggap
sebagai warisan budayanya, dan begitu seterusnya. 6. Cara penelitian
Hal inilah yang selanjutnya dapat diterjemahkan: Perolehan data dilakukan dengan dua cara.
segala aspek berkenaan dengan keberlangsungan Pertama adalah melakukan pengamatan di lapangan
tinggalan arkeologi tersebut diserahkan sepenuhnya dengan mencermati keberadaan kebun pisang barangan
kepada masyarakat sekarang yang berinteraksi langsung milik warga yang ditanam di lokasi benteng tanah,
dengan tinggalan arkeologi tersebut, salah satunya kemudian mengadakan wawancara terhadap pemilik
adalah aspek konservasi materialnya. Berdasarkan hasil kebun pisang. Aktivitas ini menghasilkan data primer
pemaknaan dan pengembangan konsep Biornstad yang dilakukan pada tahun 2008 dan 2009. Kedua adalah
tersebut, penelitian sederhana ini akan mencoba untuk dengan menelusuri data kepustakaan yang berkaitan
mendapatkan formulasi bentuk dari peran masyarakat dengan situs Benteng Puteri Hijau, pisang barangan,
sekarang dalam menjaga dan melindungi tinggalan dan konservasi tanah. Aktivitas ini menghasilkan data
masa lalu yang ada di sekitarnya melalui konsep dan sekunder. Selanjutnya fakta-fakta yang didapat di
pengetahuan masyarakat tersebut. lapangan dielaborasikan dengan hasil kajian pustaka,
untuk kemudian dipakai dalam menjawab permasalahan
5. Tinjauan pustaka yang ditetapkan dalam penelitian ini. Hasil kajiannya
Penelitian berkenaan dengan keberadaan berupa generalisasi berkenaan dengan relasi antara
Benteng Puteri Hijau (BPH) telah dilakukan oleh aktivitas penanaman pisang barangan pada struktur
BPCB Aceh Besar bersama Balai Arkeologi Medan benteng tanah dengan konservasi struktur benteng tanah
tahun 2008 yang dilakukan di dalam kawasan BPH di situs Benteng Puteri Hijau.
dan menghasilkan beberapa data arkeologi dari masa
prasejarah hingga kolonial. Pada tahun 2009 dilakukan II. Benteng Puteri Hijau
penelitian interdisiplin ilmu yang melibatkan disiplin ilmu 1. Tinggalan arkeologis
arkeologi, geologi, antropologi dan sosiologi, sejarah, Benteng Putri Hijau (BPH) terletak di sebuah
GDQPHQHMHPHQNRQÁLNVHEDJDLEHQWXNSHQHOLWLDQ&50 kawasan dengan morfologi bentanglahan yang relatif
(Cultural Resources Management) dan penyelamatan BPH datar berada di bagian atas lembah Sungai Deli. Secara
dari perluasan permukiman yang akan dilakukan di lokasi astronomis situs ini terletak pada batas selatan di N 3°
WHUVHEXW 3DGD WDKXQ 7DXÀTXUUDKPDQ PHODNXNDQ ·(Ü·KLQJJDSDOLQJXWDUDGL1·
penelitian dengan observasi lansekap dan pengumpulan E 98°40.443’, memanjang utara-selatan di tebing barat
deposit arkeologis yang meliputi daerah BPH dan di Sungai Deli, yang mengalir ke arah selatan. Adapun batas
sekitarnya. Kajiannya menghasilkan aspek pemanfaatan EDJLDQ EDUDW EHUDGD GL 1 Ü · ( Ü · GDQ
lingkungan untuk benteng tanah sebagai permukiman SDOLQJ WLPXU EHUDGD 1 Ü ·( Ü ·6HFDUD
dan aktivitas pengaturan lalu lintas untuk permukiman di administrasi situs ini terletak di Desa Deli Tua Kampung,
lokasi benteng (Setiawan, 2011: 77). Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang,
Kajian konservasi tanah dan jenis-jenis konservasi Provinsi Sumatera Utara (Tim Penelitian, 2009).
tanah secara umum telah dilakukan oleh Sumarno (2013) Berdasarkan hasil penelitian tahun 2009, di
dari Universitas Brawijaya. Adapun untuk pengetahuan ORNDVL VLWXV WHUVHEXW WHUGDSDW VLVD DUWLÀVLDO PDQXVLD
mengenai kondisi tanah dan jenis konservasi tanah masa lalu berupa benteng tanah, parit benteng,
yang cocok di sekitar daerah Kabupaten Deli Serdang fragmen keramik, fragmen gerabah, koin deureuham,
dilakukan oleh Ai Dariah, Enggis Tuherkih, Achmad sisa alat pertanian. Adapun sisa struktur benteng
Rachman (2007) dari Balai Penelitian Tanah Bogor. Kajian tanah yang masih tersisa berada di sisi bagian utara
ilmiah mengenai tata cara penanaman dan tanaman pisang situs ini, sedangkan di bagian tengah dan selatan situs
34
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014, Hal 32-41
35
Purnawibowo, Konservasi Berbasis Kearifan Lokal di Situs Benteng Puteri Hijau, Deli Serdang, Sumatera Utara
36
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014, Hal 32-41
ditanam berdampingan berfungsi sebagai perindang, mata air yang dikaitkan dengan mitos keberadaan situs
penahan longsor tanah, dan penahan air hujan yang jatuh BPH ini dianggap sebagai bagian yang paling sakral oleh
agar tidak langsung mengikis tanah benteng. Adapun penduduk setempat maupun peziarah yang datang ke
alasan utama mencampurkan jenis tanaman keras dengan lokasi situs BPH. Tanaman pisang barangan tidak hanya
tanaman pisang barangan menurut keduanya adalah ditanam di sekitar gundukan benteng tanah saja, tetapi di
upaya pemberdayaan lahan kebun secara efektif. bagian dalam areal benteng tanah.
Menurut Balas Munthe, 60 tahun, pancuran gading
sebagai mata air yang keluar dari bagian bawah struktur
benteng tanah di sisi luarnya, belum pernah kering dan III. Konservasi Tanah
kejernihan airnya lebih baik daripada kualitas air mineral Berkenaan dengan permasalahan yang diajukan
kemasan botol. Beberapa pohon pisang barangan ditanam dalam penelitian ini, terlebih dahulu akan diuraikan
di bagian atas pancuran gading, sedangkan beberapa mengenai metode konservasi bahan material pembentuk
lainnya ditanam di bagian bawah pancuran yang berbatasan struktur bentengnya, yaitu tanah. Konservasi material
dengan kolam warga. Pancuran gading merupakan lokasi terhadap struktur benteng yang berbahan baku tanah
dengan cakupan areal yang sangat luas menggunakan
metode umum konservasi tanah. Upaya konservasi
material benteng tanah yang memiliki kemiringan curam
adalah dengan cara mengkonservasi tanah pada bagian
gundukan untuk mencegah terjadinya erosi.
Secara umum struktur tanah di benteng tanah
VLWXV %3+ EHUWRSRJUDÀ PLULQJ GHQJDQ UDWDUDWD
kemiringan di atas 45º (lihat Gambar 6). Hal tersebut
memungkinkan rawannya erosi tanah pada struktur
benteng tanah tersebut. Menurut Sumarno, erosi tanah
adalah peristiwa terangkutnya tanah dari satu tempat
Gambar 4. Kebun pisang barangan warga di bagian lereng tanah di ke tempat lain oleh air atau angin. Pada dasarnya ada
situs Benteng Puteri Hijau (sumber: dok. Tim penelitian 2009)
37
Purnawibowo, Konservasi Berbasis Kearifan Lokal di Situs Benteng Puteri Hijau, Deli Serdang, Sumatera Utara
38
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014, Hal 32-41
39
Purnawibowo, Konservasi Berbasis Kearifan Lokal di Situs Benteng Puteri Hijau, Deli Serdang, Sumatera Utara
tanahnya. Caranya adalah dengan menanam pohon lalu tersebut. Konservasi berbasis kearifan lokal yang
pisang barangan yang ditumpangsarikan dengan dilakukan masyarakat di sekitar situs Benteng Puteri
tanaman lain. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai Hijau dapat dikatakan sebagai bentuk pemanfaatan
salah satu bentuk upaya konservasi vegetatif berbasis tinggalan masa lalu yang berbasis perlindungan
kearifan lokal untuk melindungi benteng tanah dari terhadap tinggalan tersebut.
erosi.
2. Rekomendasi
Penutup Bentuk praktik konservasi berbasis kearifan lokal
1. Kesimpulan dalam bentuk pembudidayaan tanaman bernilai ekonomi
Bentuk konservasi material dengan menggunakan tinggi dapat dikembangkan potensinya. Selain ikut
pohon pisang barangan yang ditanam secara tumpang menjaga dan melindungi objek budaya material tinggalan
sari dengan ilalang dan rumputan pada struktur benteng masa lalu, juga memberikan potensi pengembangan
tanah di situs BPH dapat dikatakan sebagai aktivitas ekonomi bagi masyarakatnya. Hal ini memungkinkan
konservasi material berbasis kearifan lokal. Penanaman kelak akan lebih menyentuh kepentingan peningkatan
pohon pisang barangan yang dipilih oleh masyarakat di kesejahteraan masyarakat yang hidup di sekitar tinggalan
sekitar situs dalam upaya konservasi tanah pada struktur masa lalu untuk menjaga, melindungi, sekaligus terhidupi
benteng tanahnya dilakukan karena pohon pisang oleh tinggalan masa lalu yang ada disekitarnya. Konsep ini
barangan dianggap memiliki keunggulan pada kekuatan memungkinkan adanya pemberdayaan masyarakat secara
dan ketebalan daun serta luasan penampang daun yang simultan dan berkelanjutan dalam kerangka pemanfaatan
lebih unggul dibandingkan dengan jenis tanaman pisang cagar budaya, tanpa melupakan aspek pelestariannya
lainnya. Adapun inti dari keseluruhan aktivitas tersebut sebagai komponen utamanya. Satu hal yang perlu diingat,
bertujuan untuk melindungi tanah dari erosi, menjaga bahwa konservasi berbasis kearifan lokal tidak dapat
ketersediaan air jernih, serta bentuk penghormatan berjalan sendiri dalam kerangka besar pelestarian situs
kepada tokoh Puteri Hijau. Aktivitas tersebut dapat tersebut. Konservasi berbasis kearifan lokal tidak akan
dikategorikan dalam konservasi vegetatif dalam ranah ada artinya bila tidak didukung oleh upaya konservasi
kajian ilmu tanah dan ilmu pertanian. teknis perlindungan situs, misalnya: pembuatan batas
Upaya tersebut, selain secara teknis yang tegas dan jelas terhadap zonasi situs (inti, penyangga,
mengkonservasi benteng tanahnya, juga dapat pengembangan), serta penetapan dan pengangkatan juru
memberikan dampak pada usaha peningkatan pelihara situs.
pendapatan ekonomi warga di sekitar tinggalan masa
Daftar Pustaka
BP3 Banda Aceh, 2008. Laporan Penggalian Penyelamatan %LRUQVWDG 0DUJDUHWD ´7KH ,&2026
Situs Benteng Putri Hijau Desa Deli Tua, Kecamatan Internastional Committee on Archaelogical
Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Management (ICAHM)”. dalam Henry
Sumatera Utara. Departemen Kebudayaan dan F. Cleere (Ed.). Archaeological Heritage
Pariwisata: Direktorat Jenderal Sejarah dan Management in The Modern World. Unwim-
Purbakala. Hyman. London. Hlm. 70-78.
BPTP, Sumatera Utara. 2008. Teknologi Penanaman Dariah, Ai., Enggis Tuherkih, Achmad Rachman.
Pisang Barangan Sistem Dua Jalur (Doble Raw). ´7HNQRORJL 3HPXSXNDQ 6SHVLÀN /RNDVL
Dalam http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ dan Konservasi Tanah, Desa Talun Kenas,
smut0908.pdf. Diunduh 21 Juli 2014, Pukul 22.30 Kecamatan STM Hilir, Kab. Deliserdang”.
WIB. Bogor: Balai Penelitian Tanah. Dalam http://
40
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 2, Desember 2014, Hal 32-41
41